• Tidak ada hasil yang ditemukan

FILOSOFIS KOMUNIKASI QAULAN SYAKILA Fahriansyah UIN Antasari Banjarmasin Abstract - FILOSOFIS KOMUNIKASI QAULAN SYAKILA | Fahriansyah | Alhadharah: Jurnal Ilmu Dakwah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "FILOSOFIS KOMUNIKASI QAULAN SYAKILA Fahriansyah UIN Antasari Banjarmasin Abstract - FILOSOFIS KOMUNIKASI QAULAN SYAKILA | Fahriansyah | Alhadharah: Jurnal Ilmu Dakwah"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

16 |Jurnal Alhadharah

FILOSOFIS KOMUNIKASI QAULAN SYAKILA

Fahriansyah

UIN Antasari Banjarmasin

Abstract

The principles of comunication in the Qur’an are

interesting to examine, even the comunications thinkers have found there are six principles of comunication in al qur’an such as qawlan sadidan, qawlan balighan, qawlan maysura, qawlan layyinan, qawlan kariman and qawlan

ma’rufan, but the opinion can be added again one principle

that is qawlan tsaqila principle that is a weighted communication, then what and how qawlan tsaqila ?, this paper will explain briefly iti is in addition to the six

principles of comunication in al Qur’an put forward by the

communications leaders muslim Indonesia.

Keywords: Al Qur’an; principless of communication of the ability of blessing; qawlan tsaqiila.

Pendahuluan

Jalaluddin Rakhmat seorang cendikiawan muslim Indonesia dalam bukunya “Islam Aktual“ mengemukakan prinsip-prinsip komunikasi dalam Al Qur’an yang terdiri dari enam Prinsip komunikasi yakni : Qawlan Sadidan (QS 4;9), Qawlan Balighan (QS

4:63) ,Qawlan Maysuran (QS 17:28), qawlan layyinan (QS 20:44),

qawlan kariman (QS 17;23), qawlan ma’rufan (QS 4:5)27, yang

kemudian pendapat ini dikutip oleh HM. Tata Taufik dalam bukunya

“Etika Komunikasi Islam”28, kemudian dikutip pula oleh Ujang

Saefullah dalam bukunya “Kapita Selekta Komunikasi Pendekatan

27 Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual, Refleksi Seorang Cendikiawan Muslim, Mizan,

Bandung, 1991,h.77.

(2)

17 |Jurnal Alhadharah

Budaya dan Agama”29 serta Achmad Mubarok dalam bukunya

“Psikologi Dakwah Membangun Cara Berpikir dan Merasa.”30

Akan tetapi jika dicermati lagi pemikiran tersebut ada satu prinsip komunikasi dalam al Qur’an yang menggunakan kata “qaulan” yang belum dibahas dalam pemikiran Jalaluddin Rakhmat tersebut

yaitu yang tercantum dalam surat al Muzammil ayat 5:

“Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu Perkataan yang berat.”

Lalu bagaimanakah sebenarnya prinsif komunikasi “Qaulan

Syakila” tersebut, apakah ada padanannya dengan perkembangan ilmu komunikasi yang berkembang sampai sekarang ini?.

Pembahasan

Kemampuan Berbicara (Qaulan)

Tidak dapat disangkal bahwa berbicara mempunyai peranan

sosial yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Berbicara

merupakan alat komunikasi tatap muka yang sangat vital.

Kemampuan berbicara seseorang turut menentukan kesuksesan

kariernya. Disatu pihak berbicara merupakan suatu daya pemersatu

yang ampuh yang cenderung mempersatukan kelompok-kelompok

sosial. Dipihak lain, berbicara dapat pula bertindak sebagai suatu daya

pemecah belah, yang cenderung mempertajam perbedaan-perbedaan

antara kelompok-kelompok sosial. Demikianlah berbicara dapat

membuahkan kutub konstruktif maupun kutub destruktif. Dengan

29 Ujang Saefullah, Kapita Selekta Komunikasi Pendekatan Budaya dan Agama,

Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2013, h.69-100.

30 Achmad Mubarok, Psikologi Dakwah Membangun Cara Berpikir dan Merasa,

(3)

18 |Jurnal Alhadharah

perkataan lain, berbicara dapat mendatangkan kedamaian,

menumbuhkan cinta dan dapat pula menimbulkan perang,

menumbuhkan benci, tergantung kepada kondisi dan situasi.31

Kemampuan berbicara sangat erat kaitannya dengan

keberadaan bahasa lisan32saking pentingnya kajian untuk mengasah

kemampuan berbicara, manusia mengembangkan berbagai disiplin

ilmu seperti Retorika, Psikolinguistik, Sosiolinguistik, Metode

linguistik bahkan ada perguruan tinggi yang khusus mengkaji dan

mempelajari bidang linguistik, bahkan dalam ilmu psikologi salah

satu keunggulan manusia dengan makhluk yang lainnya adalah faktor

kemampuannya dalam berbicara dengan berbagai variasinya, bahkan

dengan kemampuan manusia berbicara atau berbahasa lisan mampu

membentuk berbagai macam peradaban pada kehidupan manusia.33

Dori Wuwur Hendrikus menyatakan bahwa berbicara atau

berbahasa lisan bagi manusia akan melibatkan 2 aspek penting yakni:

Aspek Isi dan Relasi serta aspek Perasaan.34 Untuk mensukseskan hal

tersebut diperlukan 4 (empat) ketrampilan yang harus dikuasai yakni:

(1) Ketrampilan Sosial (social skill), (2) Ketrampilan Semantik (semantic

skill), (3) Ketrampilan Fonetik (phonetic skill), (4) Ketrampilan vocal

(vocal skill)35.

Bakat kemampuan bicara (bahasa Lisan) manusia semakin

maksimal jika melibatkan 5 potensi pengembangan daya bakat

31 Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa,

Angkasa, Bandung,t,1993,h.iii.

32 Zulkifli Musabba, Terampil Berbicara Teori dan Pedoman Penerapannya, CV Aswaja

Pressindo, Yogyakarta. 2012, h.8.

33 Lihat Nina Winangsih Syam, Komunikasi Peradaban, PT Remadja Rosdakarya,

Bandung, 2014.

(4)

19 |Jurnal Alhadharah

kemampuan manusia yaitu: Ruh, Rasa-Hati-Aqal dan Nafsu36, Ruh

menurut al Ghazali merupakan lathifah (sesuatu yang halus) yang

bersifat ruhani, ia dapat berpikir,mengingat, mengetahui37,

Rasa-Hati-Aqal adalah sebagai penimbang nilai-nilai kebaikan, sedangkan nafsu

adalah daya dorong manusia untuk selalu eksis dalam kehidupan38

Al Ghazali dalam karyanya yang terkenal Ihya Ulumuddien menulis secara khusus tentang Bahaya Lisan;” Lisan dapat menyelamatkan manusia dan kadang pula dapat mencelakakan.Lisan

dapat mengantar manusia pada hadirat Allah, namun bisa pula

menghalanginya, bahkan mengantarkan seseorang kejurang neraka39,

menghindari hal-hal yang negatif dalam bahasa lisan seperti: (1)

Jangan berbicara tentang sesuatu yang tak penting, (2) Jangan

berbicara berlebih-lebihan, (3) Jangan berbicara tentang sesuatu yang

batil dengan berlebihan, (4) Hindari peredebatan yang tidak

menguntungkan, (5) Hindari pertengkaran, (6) Hindari kefasihan

bicara yang dibuat-buat, (7) Hindari perbuatan melaknat, (8)

berlebihan bersenda gurau, (9) mengejek dan mentertawakan, (10)

Membuka aib orang lain, (11) janji dusta, (12) Bohong dan sumpah

palsu, (13) mengumpat, (14) Mengadu domba40 sangatlah baik oleh

seorang muslim agar dalam selamat dalam kehidupannya.

36Lihat Ki Moenadi MS, Pengembangan Daya Bakat Kemampuan Manusia, Tanpa

Penerbit, T.Th,

37 Abdul Mujib,et.al, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, PT.RajaGrafindo

Persada,Jakarta,2002,h.42.

38 Sukanto, Nafsiologi Refleksi Analisis Tentang Diri dan Tingkah Laku Manusia,

Risalah Gusti,1995 banyak membahas tentang sisi positif dari Nafsu sebagai potensi manusia dan berbagai cara pertahanan agar nafsu tidak menjurus kepada hal-hal negatif yang bisa merugikan manusia.

39 Imam Al Ghazali, Ringkasan Ihya ‘Ulumudin, Penyuting Abu Fajar Al Qalami,

Gitamedia Press, Surabaya, 2003,h.207.

(5)

20 |Jurnal Alhadharah

Filosofi Qaulan Syakila

Meneliti tentang apa sebenarnya prinsip komunikasi “Qaulan

Syakila” maka sebaiknya melihat pada surat al Muzammil ayat 1-5:

1. Hai orang yang berselimut (Muhammad),

2. Bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit

(daripadanya),

3. (Yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit.

4. Atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan

perlahan-lahan.

5. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu Perkataan

yang berat.

Mayoritas para mufasir menafsirkan kata “Qaulan Syakiila”

(perkataan yang berat itu adalah Al Qur’an41, lalu mengapa al Qur’an

dikategorikan sebagai lisan yang berbobot/ berkualitas, hal ini

disebabkan secara umum dinyatakan dalam al Qur’an surat Al

Baqarah ayat 185 berisikan pesan-pesan yang bersifat: Huda

(petunjuk), Bayyinat (penjelasan tentang petunjuk) dan Furqan

41 Misalnya Tafsir Jalalain juga menafsirkan “qaulan syakiila” dengan perkataan atau bacaan Al Qur’an (yang berat) yang hebat, M Quraish Shihab menjelaskan sesungguhnya Kami akan memberikan kepadamu Wahai Rasul al Qur’an yang

(6)

21 |Jurnal Alhadharah

(pembeda antara yang hak dan batil)42 yang terwujud dalam perintah

dan larangan43,

Imam Baidhawi, A-Suyuthi menyatakan ayat Al Baqarah: 185 menyatakan bahwa Al Qur’an diturunkan oleh Allah swt berfungsi

sebagai hudan, bayyinat dan furqan. Maknanya. Al Qur’an adalah

petunjuk bagi manusia, memberikan penjelasan tentang mana yang

halal dan mana yang haram juga tentang berbagai hudud dan

hukum-hukum Allah swt, serta pembeda mana yang haq dan mana yang

bathil.44

Persoalan tersebut oleh ulama dikategorikan sebagai hukum

taklifi45 adalah berkenaan dalam persoalan nilai suatu perbuatan,

yang dalam Filsafat banyak dibahas dalam dunia Filsafat Nilai46,

membahas tentang baik-buruk atau disukai atau tidak diinginkannya

suatu perbuatan. Bila perbuatan baik-buruk sesuai dengan kenyataan

42 QS Al Baqarah : 185 : “ Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan

(permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan

mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)”

43 Contoh perintah “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya (QS an Nisa:58), dan Larangan :”

Sesungguhnya Allah melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (oranglain) untuk mengusirmu (QS al-Mumtahanah: 9).

44 Al Ustadz Adam Cholil, Dahsyatnya Al Qur’an, Al Qur’anul Karim menjadi petunjuk

dan solusi Bagi Umat Manusia dalam mengarungi Samudera kehidupan, AMP Pres, Jakarta, 2014,h.68.

45 Untuk mengetahui lebih jauh tentang Filsafat Nilai lihat buku Muhammad Alfan berjudul: “ Pengantar Filsafat Nilai”, Pustaka Setia, Bandung, 2013.

46 Hukum Taklifi menurut ahli ushul fiqh adalah ketentuan-ketentuan Allah yang

(7)

22 |Jurnal Alhadharah

(kebenaran) maka masuklah pada persoalan etika/akhlaq seseorang,

jika menyangkut sesuatu yang disukai dan tidak sukai akan

memasuki wilayah estetika, melihat hal ini maka suatu perkataan

(qaul) akan berbobot atau bermutu jika memperhatikan persoalan

etika dan estetika,47 keduanya diwujudkan dalam etos bertutur dan

estitika bicara, etos bertutur/berbicara dipelajari dalam ilmu

etika/akhlaq dan estetika bicara dipelajari dalam retorika.48

Ethos komunikasi menurut Aristoteles terdiri dari : pikiran baik

(good sense), akhlak yang baik (good moral character) dan maksud

yang baik (good will)49, Estetika cabang filsafat yang menelaah dan

membahas tentang seni dan keindahan serta tanggapan manusia

terhadapnya atau sebuah filosofi yang mempelajari nilai kepekaan

terhadap penilaian rasa, pada perkembangannya pengunaan estetika

melahirkan terminologi estetis yang berarti indah dan berkenaan

dengan keindahan, keindahan adalah nilai yang diberikan pada

sesuatu yang dianggap mengandung unsur seni.Karenanya berbicara

atau pembicaraan seseorang akan masuk dalam perkataan yang

bermutu atau berbobot jika memiliki atau memenuhi kriteria etika dan

estetika yang baik.50

47 Wahyu Wibowo dalam bukunya yang berjudul : Konsep Tindak Tutur

Komunikasi, Bumi Aksara, Jakarta, 2016.

48 Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Al Bukhari hadits no 10 berbunyi: Seorang

muslim adalah orang yang lidah dan tangannya tidak menyakiti muslim

lainnya...” , hadits no 11 berbunyi : .... Ya Rasulullah siapa muslim yang terbaik

?, Beliau menjawab : Muslim yang lidah dan tangannya tidak menyakiti muslim

lainnya”.

49 Jalaluddin Rakhmad, Psikologi Komunikasi, Remadja Karya,

Bandung,1989,h.290.

50 M.Najmi Fathoni banyak memberikan contoh-contoh cara berkomunikasi yang

(8)

23 |Jurnal Alhadharah

Dalam dunia komunikasi modern dikenal adanya istilah “Neuro

Linguistik Programming” (NLP)51 yang mengkaji dan menyimpulkan bahwa seseorang berbahasa atau berbicara dipengaruhi oleh sistem

syaraf otak dan seluruh tubuh manusia, jika sistem syaraf otak dan

tubuh manusia terganggu maka akan mempengaruhi pada

kemampuan berbicara/berbahasa orang tersebut, sebaliknya jika

sistem syaraf otak dan tubuh manusia baik maka kemampuan

berbicara/berbahasa juga baik.

Bahwa berbicara adalah respon seseorang (konseptual) terhadap

suatu realitas yang ada pada tubuh seseorang (sistem neurologi) dan

mental, artinya apa yang ada dalam pikiran seseorang sesungguhnya

hanyalah persepsinya akan suatu realitas atau peristiwa yang masuk

melalui panca indera (kepekaan inderawi) dan kemudian diubah

menjadi kode bahasa dalam sistem neuro manusia. Mengintroduksi konsep komunikasi “Neuro Linguistik Programming” (NLP) maka perkataan yang berbobot yang diwujudkan dalam etika dan estetika

berbicara hanya akan bisa terjadi jika komunikatornya adalah

orang-orang secara sistem neurolognya baik, yakni manusia-manusia yang

memiliki ketenangan jiwa akan mampu melahirkan ucapan-ucapan

yang berbobot/ berkualitas, bahwa orang yang sudah mendapatkan

ketenangan jiwa akan mampu membentuk etika dan estetika dalam

setiap pembicaraannya.

Nabi Muhammad saw sebelum diangkat menjadi Rasul diberi gelar oleh masyarakat dengan sebutan “Al-Amien” (yang dipercaya), gelar ini secara umum mengarah kepada bobot/ kualitas apa yang

dikatakan (dibicarakan) oleh Muhammad saw yang selalu jujur, baik

51Untuk lebih lengkapnya lihat buku karya Annie Sailendra berjudul “ Neuro

(9)

24 |Jurnal Alhadharah

dalam ucapan maupun tindakan, sehingga beliau memiliki karakter52

dan perilaku tersebut menjadi contoh atau rujukan bagi masyarakat53

Dalam Surat Al Muzammil ayat 5 dinyatakan: “Sesungguhnya

Kami akan menurunkan kepadamu Perkataan yang berat” dikaitkan

dengan kegiatan shalat malam dan membaca al-Qur’an secara tartil

(perlahan-lahan), “Suatu perkataan dipandang berbobot apabila

mampu memberikan jalan keluar dari problematik kehidupan. Dengan

shalat malam (tahajjud), kita akan memiliki kekuatan spiritual yang

terus mengalir.Kedekatan dengan Allah menjadikan kita memiliki

kontak langsung denganNya sehingga Allah SWT menurunkan

kemampuan yang tidak dimiliki oleh orang lain; dalam bentuk perkataan yang berbobot.”54

Kamaruddin Hidayat menulis: “Jika shalat dihayati dan dilaksanakan dengan serius, terlebih shalat malam, maka seseorang

akan terbebas dari jeratan obyek-obyek kecintaan dunia yang serba

sementara, karena dengan shalat kesadaran dan orientasi hidup

seseorang menjadi lebih tinggi, holistik, dan kepribadiannya terbentuk

sehingga mudah membedakan antara objek perburuan dunia yang

bersifat instrumental dan fundamental. Antara yang palsu dan sejati,

antara kebahagiaan sesaat dan abadi, antara halal dan haram”55,

dengan ketaatan peribadatan yang kuat dan intensif dari seseorang disebut ‘Abid/’Abidun, sehingga seseorang yang ‘Abid akan berkata

52 QS Al Qalam : 4 : Sungguh,engkau ( Muhammad) mempunyai akhlak yang agung “.

53QS Al Ahzab :21: “ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan

yang baik (uswatun hasanah) bagi orang yang mengharapkan rahmat Allah SWT

dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”

54Bambang S Ma’rif, “ Psikologi Komunikasi Dakwah Suatu Pengantar “ Simbiosa

Rekatama Media,Bandung, 2015, h. 152.

55 Komaruddin Hidayat, “ Psikologi Ibadah Menyibak arti menjadi hamba dan mitra

(10)

25 |Jurnal Alhadharah

kata yang berbobot disebabkan mendapatkan Shibghah 56(celupan)

dari Allah, yaitu iman kepada Allah yang tidak disertai dengan

kemusyrikan57, pembicara yang baik adalah orang yang dalam

bimbingan Allah, adalah pembicara yang lahir dan batinnya tercelup

dengan celupan Allah, sehingga akan mewarnai akal, hati dan emosi

manusia, dampaknya adalah pikiran dan perasaan serta perkataannya

yang terbaik dalam bimbingan Allah swt.

Syekh Mustafa Al Maraghi menjelaskan shibghah Allah: “Allah

telah mencelup kita dan telah memfitrahkan kita (menciptakan kita

pada awal kejadian), sebagai persiapan kita untuk menerima

kebenaran dan mengimani segala apa yang dibawa para Nabi dan

Rasul-rasul. Maka janganlah kita mengikuti pendapat sesat pemimpin,

hawa nafsu tokoh-tokoh masyarakat dan taqlied (taat buta) kepada

peraturan buatan manusia. Shibghah Allah adalah perhiasan indah

bagi kita yang dengannya kita larut kepadaNya, seperti larutnya warna

celupan.”58

Simpulan

“Qaulan Syakila” dimaknai sebagai perkataan yang berbobot, yaitu perkataan yang memiliki etika dan estetika sekaligus mampu

memberikan jalan keluar dari problematik kehidupan, dan hal

56 Menurut bahasa, kata shibghah diambil dari kata shabagha yang artinya

mewarnai, mencelup, mengecat, membaptis (dalam agama kristen) dan menenggelamkan, sedang shibghah artinya macam, bentuk, agama, ajaran, kepercayaan dan baptis ( Kamus al Munawwir, h.176)

57 QS Al Baqarah 137-138: “Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah

beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, Sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. dan Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui. Shibghah Allah, dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah? dan hanya kepada-Nya-lah Kami menyembah.

58 Ahmad Musthafa Al-Maraghi, “ Tafsir Al Maraghi”, Maktabah Wa Mathba’ah

(11)

26 |Jurnal Alhadharah

tersebut hanya mampu dilakukan oleh orang yang memiliki

jiwa/emosi yang penuh dalam ketenangan (nafsu muthmainnah)

dikarenakan sistem neurolognya baik, dan hal tersebut hanya akan

didapatkan oleh orang-orang yang secara intensif dan kontinyu beribadah kepada Allah SWT (‘Abidun) sehingga orang tersebut mendapatkan shibghah Allah (celupan dari Allah SW), yang dengan celupan dari Allah SWT itulah seseorang ‘Abidun (manusia pengabdi kepada Allah) akan mampu melahirkan perkataan yang berbobot

(Qaulan Syakila). mengarungi Samudera kehidupan, AMP Pres, Jakarta, 2014

Abdul Mujib,et.al, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, PT.RajaGrafindo Persada,Jakarta,2002.

Achmad Mubarok, Psikologi Dakwah Membangun Cara Berpikir dan

Merasa, Madani, Malang, 2014.

Annie Sailendra berjudul “ Neuro Linguistic Programming (NLP) dari konsep hingga teknik, Solusi Distribusi, Yogyakarta, 2014.

Bambang S Ma’rif, “ Psikologi Komunikasi Dakwah Suatu Pengantar “ Simbiosa Rekatama Media,Bandung, 2015.

Dori Wuwur Henddrikus, Seni Berbicara, Ledalero, Maumere, 2014.

Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Ketrampilan

Berbahasa, Angkasa, Bandung,t,1993.

Imam Al Ghazali, Ringkasan Ihya ‘Ulumudin, Penyuting Abu Fajar Al

Qalami, Gitamedia Press, Surabaya, 2003.

Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual, Refleksi Seorang Cendikiawan

Muslim, Mizan, Bandung, 1991.

---, Psikologi Komunikasi, Remadja Karya, Bandung,1989.

Komaruddin Hidayat, “ Psikologi Ibadah Menyibak arti menjadi hamba dan mitra Allah di bumi “, PT Serambi Ilmu Semesta,Jakarta, 2008.

Ki Moenadi MS, Pengembangan Daya Bakat Kemampuan Manusia,

(12)

27 |Jurnal Alhadharah

Muhammad Alfan berjudul : “ Pengantar Filsafat Nilai”, Pustaka Setia, Bandung, 2013

Nina Winangsih Syam, Komunikasi Peradaban, PT Remadja

Rosdakarya, Bandung, 2014.

M.Najmi Fathoni “ Strategi Komunikasi Model Sang Nabi, mengupas

kecerdasan komunikasi Nabi Muhammad saw”, PT Elex Media

Komputindo, Jakarta, 2018.

Sukanto, Nafsiologi Refleksi Analisis Tentang Diri dan Tingkah Laku

Manusia, Risalah Gusti,1995.

Tata Taufik,HM, Etika Komunikasi Islam,Pustaka Setia, Bandung,

2012..

Ujang Saefullah, Kapita Selekta Komunikasi Pendekatan Budaya dan

Agama, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2013.

Wahyu Wibowo dalam bukunya yang berjudul : Konsep Tindak Tutur Komunikasi, Bumi Aksara, Jakarta, 2016.

Zulkifli Musabba, Terampil Berbicara Teori dan Pedoman

Referensi

Dokumen terkait

Menetapkan : SURAT KEPUTUSAN DEKAN FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN ANTASARI BANJARMASIN TENTANG PEMBIMBING SKRIPSI MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH DAN

@president_jancukers dari perspektif satire. Jika dikorelasikan dengan aspek komunikasi dakwah seperti qaulan sadidan, qaulan ma’rufa, qaulan karima, qaulan maysura,

Menetapkan : SURAT KEPUTUSAN DEKAN FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN ANTASARI BANJARMASIN TENTANG PEMBIMBING SKRIPSI MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU

Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol pada mata pelajaran

Menetapkan : SURAT KEPUTUSAN DEKAN FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN ANTASARI BANJARMASIN TENTANG PEMBIMBING SKRIPSI MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU

Menetapkan : SURAT KEPUTUSAN DEKAN FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN ANTASARI BANJARMASIN TENTANG PEMBIMBING SKRIPSI MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU

Menetapkan : SURAT KEPUTUSAN DEKAN FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN ANTASARI BANJARMASIN TENTANG PEMBIMBING SKRIPSI MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU

Ibu Hj.Mariyatul NR, S.Ag M.Si selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu komunikasi UIN Antasari Banjarmasin sekaligus