16 |Jurnal Alhadharah
FILOSOFIS KOMUNIKASI QAULAN SYAKILA
Fahriansyah
UIN Antasari Banjarmasin
Abstract
The principles of comunication in the Qur’an are
interesting to examine, even the comunications thinkers have found there are six principles of comunication in al qur’an such as qawlan sadidan, qawlan balighan, qawlan maysura, qawlan layyinan, qawlan kariman and qawlan
ma’rufan, but the opinion can be added again one principle
that is qawlan tsaqila principle that is a weighted communication, then what and how qawlan tsaqila ?, this paper will explain briefly iti is in addition to the six
principles of comunication in al Qur’an put forward by the
communications leaders muslim Indonesia.
Keywords: Al Qur’an; principless of communication of the ability of blessing; qawlan tsaqiila.
Pendahuluan
Jalaluddin Rakhmat seorang cendikiawan muslim Indonesia dalam bukunya “Islam Aktual“ mengemukakan prinsip-prinsip komunikasi dalam Al Qur’an yang terdiri dari enam Prinsip komunikasi yakni : Qawlan Sadidan (QS 4;9), Qawlan Balighan (QS
4:63) ,Qawlan Maysuran (QS 17:28), qawlan layyinan (QS 20:44),
qawlan kariman (QS 17;23), qawlan ma’rufan (QS 4:5)27, yang
kemudian pendapat ini dikutip oleh HM. Tata Taufik dalam bukunya
“Etika Komunikasi Islam”28, kemudian dikutip pula oleh Ujang
Saefullah dalam bukunya “Kapita Selekta Komunikasi Pendekatan
27 Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual, Refleksi Seorang Cendikiawan Muslim, Mizan,
Bandung, 1991,h.77.
17 |Jurnal Alhadharah
Budaya dan Agama”29 serta Achmad Mubarok dalam bukunya
“Psikologi Dakwah Membangun Cara Berpikir dan Merasa.”30
Akan tetapi jika dicermati lagi pemikiran tersebut ada satu prinsip komunikasi dalam al Qur’an yang menggunakan kata “qaulan” yang belum dibahas dalam pemikiran Jalaluddin Rakhmat tersebut
yaitu yang tercantum dalam surat al Muzammil ayat 5:
“Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu Perkataan yang berat.”
Lalu bagaimanakah sebenarnya prinsif komunikasi “Qaulan
Syakila” tersebut, apakah ada padanannya dengan perkembangan ilmu komunikasi yang berkembang sampai sekarang ini?.
Pembahasan
Kemampuan Berbicara (Qaulan)
Tidak dapat disangkal bahwa berbicara mempunyai peranan
sosial yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Berbicara
merupakan alat komunikasi tatap muka yang sangat vital.
Kemampuan berbicara seseorang turut menentukan kesuksesan
kariernya. Disatu pihak berbicara merupakan suatu daya pemersatu
yang ampuh yang cenderung mempersatukan kelompok-kelompok
sosial. Dipihak lain, berbicara dapat pula bertindak sebagai suatu daya
pemecah belah, yang cenderung mempertajam perbedaan-perbedaan
antara kelompok-kelompok sosial. Demikianlah berbicara dapat
membuahkan kutub konstruktif maupun kutub destruktif. Dengan
29 Ujang Saefullah, Kapita Selekta Komunikasi Pendekatan Budaya dan Agama,
Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2013, h.69-100.
30 Achmad Mubarok, Psikologi Dakwah Membangun Cara Berpikir dan Merasa,
18 |Jurnal Alhadharah
perkataan lain, berbicara dapat mendatangkan kedamaian,
menumbuhkan cinta dan dapat pula menimbulkan perang,
menumbuhkan benci, tergantung kepada kondisi dan situasi.31
Kemampuan berbicara sangat erat kaitannya dengan
keberadaan bahasa lisan32saking pentingnya kajian untuk mengasah
kemampuan berbicara, manusia mengembangkan berbagai disiplin
ilmu seperti Retorika, Psikolinguistik, Sosiolinguistik, Metode
linguistik bahkan ada perguruan tinggi yang khusus mengkaji dan
mempelajari bidang linguistik, bahkan dalam ilmu psikologi salah
satu keunggulan manusia dengan makhluk yang lainnya adalah faktor
kemampuannya dalam berbicara dengan berbagai variasinya, bahkan
dengan kemampuan manusia berbicara atau berbahasa lisan mampu
membentuk berbagai macam peradaban pada kehidupan manusia.33
Dori Wuwur Hendrikus menyatakan bahwa berbicara atau
berbahasa lisan bagi manusia akan melibatkan 2 aspek penting yakni:
Aspek Isi dan Relasi serta aspek Perasaan.34 Untuk mensukseskan hal
tersebut diperlukan 4 (empat) ketrampilan yang harus dikuasai yakni:
(1) Ketrampilan Sosial (social skill), (2) Ketrampilan Semantik (semantic
skill), (3) Ketrampilan Fonetik (phonetic skill), (4) Ketrampilan vocal
(vocal skill)35.
Bakat kemampuan bicara (bahasa Lisan) manusia semakin
maksimal jika melibatkan 5 potensi pengembangan daya bakat
31 Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa,
Angkasa, Bandung,t,1993,h.iii.
32 Zulkifli Musabba, Terampil Berbicara Teori dan Pedoman Penerapannya, CV Aswaja
Pressindo, Yogyakarta. 2012, h.8.
33 Lihat Nina Winangsih Syam, Komunikasi Peradaban, PT Remadja Rosdakarya,
Bandung, 2014.
19 |Jurnal Alhadharah
kemampuan manusia yaitu: Ruh, Rasa-Hati-Aqal dan Nafsu36, Ruh
menurut al Ghazali merupakan lathifah (sesuatu yang halus) yang
bersifat ruhani, ia dapat berpikir,mengingat, mengetahui37,
Rasa-Hati-Aqal adalah sebagai penimbang nilai-nilai kebaikan, sedangkan nafsu
adalah daya dorong manusia untuk selalu eksis dalam kehidupan38
Al Ghazali dalam karyanya yang terkenal Ihya Ulumuddien menulis secara khusus tentang Bahaya Lisan;” Lisan dapat menyelamatkan manusia dan kadang pula dapat mencelakakan.Lisan
dapat mengantar manusia pada hadirat Allah, namun bisa pula
menghalanginya, bahkan mengantarkan seseorang kejurang neraka39,
menghindari hal-hal yang negatif dalam bahasa lisan seperti: (1)
Jangan berbicara tentang sesuatu yang tak penting, (2) Jangan
berbicara berlebih-lebihan, (3) Jangan berbicara tentang sesuatu yang
batil dengan berlebihan, (4) Hindari peredebatan yang tidak
menguntungkan, (5) Hindari pertengkaran, (6) Hindari kefasihan
bicara yang dibuat-buat, (7) Hindari perbuatan melaknat, (8)
berlebihan bersenda gurau, (9) mengejek dan mentertawakan, (10)
Membuka aib orang lain, (11) janji dusta, (12) Bohong dan sumpah
palsu, (13) mengumpat, (14) Mengadu domba40 sangatlah baik oleh
seorang muslim agar dalam selamat dalam kehidupannya.
36Lihat Ki Moenadi MS, Pengembangan Daya Bakat Kemampuan Manusia, Tanpa
Penerbit, T.Th,
37 Abdul Mujib,et.al, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, PT.RajaGrafindo
Persada,Jakarta,2002,h.42.
38 Sukanto, Nafsiologi Refleksi Analisis Tentang Diri dan Tingkah Laku Manusia,
Risalah Gusti,1995 banyak membahas tentang sisi positif dari Nafsu sebagai potensi manusia dan berbagai cara pertahanan agar nafsu tidak menjurus kepada hal-hal negatif yang bisa merugikan manusia.
39 Imam Al Ghazali, Ringkasan Ihya ‘Ulumudin, Penyuting Abu Fajar Al Qalami,
Gitamedia Press, Surabaya, 2003,h.207.
20 |Jurnal Alhadharah
Filosofi Qaulan Syakila
Meneliti tentang apa sebenarnya prinsip komunikasi “Qaulan
Syakila” maka sebaiknya melihat pada surat al Muzammil ayat 1-5:
1. Hai orang yang berselimut (Muhammad),
2. Bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit
(daripadanya),
3. (Yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit.
4. Atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan
perlahan-lahan.
5. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu Perkataan
yang berat.
Mayoritas para mufasir menafsirkan kata “Qaulan Syakiila”
(perkataan yang berat itu adalah Al Qur’an41, lalu mengapa al Qur’an
dikategorikan sebagai lisan yang berbobot/ berkualitas, hal ini
disebabkan secara umum dinyatakan dalam al Qur’an surat Al
Baqarah ayat 185 berisikan pesan-pesan yang bersifat: Huda
(petunjuk), Bayyinat (penjelasan tentang petunjuk) dan Furqan
41 Misalnya Tafsir Jalalain juga menafsirkan “qaulan syakiila” dengan perkataan atau bacaan Al Qur’an (yang berat) yang hebat, M Quraish Shihab menjelaskan sesungguhnya Kami akan memberikan kepadamu Wahai Rasul al Qur’an yang
21 |Jurnal Alhadharah
(pembeda antara yang hak dan batil)42 yang terwujud dalam perintah
dan larangan43,
Imam Baidhawi, A-Suyuthi menyatakan ayat Al Baqarah: 185 menyatakan bahwa Al Qur’an diturunkan oleh Allah swt berfungsi
sebagai hudan, bayyinat dan furqan. Maknanya. Al Qur’an adalah
petunjuk bagi manusia, memberikan penjelasan tentang mana yang
halal dan mana yang haram juga tentang berbagai hudud dan
hukum-hukum Allah swt, serta pembeda mana yang haq dan mana yang
bathil.44
Persoalan tersebut oleh ulama dikategorikan sebagai hukum
taklifi45 adalah berkenaan dalam persoalan nilai suatu perbuatan,
yang dalam Filsafat banyak dibahas dalam dunia Filsafat Nilai46,
membahas tentang baik-buruk atau disukai atau tidak diinginkannya
suatu perbuatan. Bila perbuatan baik-buruk sesuai dengan kenyataan
42 QS Al Baqarah : 185 : “ Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)”
43 Contoh perintah “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya (QS an Nisa:58), dan Larangan :”
Sesungguhnya Allah melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (oranglain) untuk mengusirmu (QS al-Mumtahanah: 9).
44 Al Ustadz Adam Cholil, Dahsyatnya Al Qur’an, Al Qur’anul Karim menjadi petunjuk
dan solusi Bagi Umat Manusia dalam mengarungi Samudera kehidupan, AMP Pres, Jakarta, 2014,h.68.
45 Untuk mengetahui lebih jauh tentang Filsafat Nilai lihat buku Muhammad Alfan berjudul: “ Pengantar Filsafat Nilai”, Pustaka Setia, Bandung, 2013.
46 Hukum Taklifi menurut ahli ushul fiqh adalah ketentuan-ketentuan Allah yang
22 |Jurnal Alhadharah
(kebenaran) maka masuklah pada persoalan etika/akhlaq seseorang,
jika menyangkut sesuatu yang disukai dan tidak sukai akan
memasuki wilayah estetika, melihat hal ini maka suatu perkataan
(qaul) akan berbobot atau bermutu jika memperhatikan persoalan
etika dan estetika,47 keduanya diwujudkan dalam etos bertutur dan
estitika bicara, etos bertutur/berbicara dipelajari dalam ilmu
etika/akhlaq dan estetika bicara dipelajari dalam retorika.48
Ethos komunikasi menurut Aristoteles terdiri dari : pikiran baik
(good sense), akhlak yang baik (good moral character) dan maksud
yang baik (good will)49, Estetika cabang filsafat yang menelaah dan
membahas tentang seni dan keindahan serta tanggapan manusia
terhadapnya atau sebuah filosofi yang mempelajari nilai kepekaan
terhadap penilaian rasa, pada perkembangannya pengunaan estetika
melahirkan terminologi estetis yang berarti indah dan berkenaan
dengan keindahan, keindahan adalah nilai yang diberikan pada
sesuatu yang dianggap mengandung unsur seni.Karenanya berbicara
atau pembicaraan seseorang akan masuk dalam perkataan yang
bermutu atau berbobot jika memiliki atau memenuhi kriteria etika dan
estetika yang baik.50
47 Wahyu Wibowo dalam bukunya yang berjudul : Konsep Tindak Tutur
Komunikasi, Bumi Aksara, Jakarta, 2016.
48 Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Al Bukhari hadits no 10 berbunyi: Seorang
muslim adalah orang yang lidah dan tangannya tidak menyakiti muslim
lainnya...” , hadits no 11 berbunyi : .... Ya Rasulullah siapa muslim yang terbaik
?, Beliau menjawab : Muslim yang lidah dan tangannya tidak menyakiti muslim
lainnya”.
49 Jalaluddin Rakhmad, Psikologi Komunikasi, Remadja Karya,
Bandung,1989,h.290.
50 M.Najmi Fathoni banyak memberikan contoh-contoh cara berkomunikasi yang
23 |Jurnal Alhadharah
Dalam dunia komunikasi modern dikenal adanya istilah “Neuro
Linguistik Programming” (NLP)51 yang mengkaji dan menyimpulkan bahwa seseorang berbahasa atau berbicara dipengaruhi oleh sistem
syaraf otak dan seluruh tubuh manusia, jika sistem syaraf otak dan
tubuh manusia terganggu maka akan mempengaruhi pada
kemampuan berbicara/berbahasa orang tersebut, sebaliknya jika
sistem syaraf otak dan tubuh manusia baik maka kemampuan
berbicara/berbahasa juga baik.
Bahwa berbicara adalah respon seseorang (konseptual) terhadap
suatu realitas yang ada pada tubuh seseorang (sistem neurologi) dan
mental, artinya apa yang ada dalam pikiran seseorang sesungguhnya
hanyalah persepsinya akan suatu realitas atau peristiwa yang masuk
melalui panca indera (kepekaan inderawi) dan kemudian diubah
menjadi kode bahasa dalam sistem neuro manusia. Mengintroduksi konsep komunikasi “Neuro Linguistik Programming” (NLP) maka perkataan yang berbobot yang diwujudkan dalam etika dan estetika
berbicara hanya akan bisa terjadi jika komunikatornya adalah
orang-orang secara sistem neurolognya baik, yakni manusia-manusia yang
memiliki ketenangan jiwa akan mampu melahirkan ucapan-ucapan
yang berbobot/ berkualitas, bahwa orang yang sudah mendapatkan
ketenangan jiwa akan mampu membentuk etika dan estetika dalam
setiap pembicaraannya.
Nabi Muhammad saw sebelum diangkat menjadi Rasul diberi gelar oleh masyarakat dengan sebutan “Al-Amien” (yang dipercaya), gelar ini secara umum mengarah kepada bobot/ kualitas apa yang
dikatakan (dibicarakan) oleh Muhammad saw yang selalu jujur, baik
51Untuk lebih lengkapnya lihat buku karya Annie Sailendra berjudul “ Neuro
24 |Jurnal Alhadharah
dalam ucapan maupun tindakan, sehingga beliau memiliki karakter52
dan perilaku tersebut menjadi contoh atau rujukan bagi masyarakat53
Dalam Surat Al Muzammil ayat 5 dinyatakan: “Sesungguhnya
Kami akan menurunkan kepadamu Perkataan yang berat” dikaitkan
dengan kegiatan shalat malam dan membaca al-Qur’an secara tartil
(perlahan-lahan), “Suatu perkataan dipandang berbobot apabila
mampu memberikan jalan keluar dari problematik kehidupan. Dengan
shalat malam (tahajjud), kita akan memiliki kekuatan spiritual yang
terus mengalir.Kedekatan dengan Allah menjadikan kita memiliki
kontak langsung denganNya sehingga Allah SWT menurunkan
kemampuan yang tidak dimiliki oleh orang lain; dalam bentuk perkataan yang berbobot.”54
Kamaruddin Hidayat menulis: “Jika shalat dihayati dan dilaksanakan dengan serius, terlebih shalat malam, maka seseorang
akan terbebas dari jeratan obyek-obyek kecintaan dunia yang serba
sementara, karena dengan shalat kesadaran dan orientasi hidup
seseorang menjadi lebih tinggi, holistik, dan kepribadiannya terbentuk
sehingga mudah membedakan antara objek perburuan dunia yang
bersifat instrumental dan fundamental. Antara yang palsu dan sejati,
antara kebahagiaan sesaat dan abadi, antara halal dan haram”55,
dengan ketaatan peribadatan yang kuat dan intensif dari seseorang disebut ‘Abid/’Abidun, sehingga seseorang yang ‘Abid akan berkata
52 QS Al Qalam : 4 : Sungguh,engkau ( Muhammad) mempunyai akhlak yang agung “.
53QS Al Ahzab :21: “ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik (uswatun hasanah) bagi orang yang mengharapkan rahmat Allah SWT
dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”
54Bambang S Ma’rif, “ Psikologi Komunikasi Dakwah Suatu Pengantar “ Simbiosa
Rekatama Media,Bandung, 2015, h. 152.
55 Komaruddin Hidayat, “ Psikologi Ibadah Menyibak arti menjadi hamba dan mitra
25 |Jurnal Alhadharah
kata yang berbobot disebabkan mendapatkan Shibghah 56(celupan)
dari Allah, yaitu iman kepada Allah yang tidak disertai dengan
kemusyrikan57, pembicara yang baik adalah orang yang dalam
bimbingan Allah, adalah pembicara yang lahir dan batinnya tercelup
dengan celupan Allah, sehingga akan mewarnai akal, hati dan emosi
manusia, dampaknya adalah pikiran dan perasaan serta perkataannya
yang terbaik dalam bimbingan Allah swt.
Syekh Mustafa Al Maraghi menjelaskan shibghah Allah: “Allah
telah mencelup kita dan telah memfitrahkan kita (menciptakan kita
pada awal kejadian), sebagai persiapan kita untuk menerima
kebenaran dan mengimani segala apa yang dibawa para Nabi dan
Rasul-rasul. Maka janganlah kita mengikuti pendapat sesat pemimpin,
hawa nafsu tokoh-tokoh masyarakat dan taqlied (taat buta) kepada
peraturan buatan manusia. Shibghah Allah adalah perhiasan indah
bagi kita yang dengannya kita larut kepadaNya, seperti larutnya warna
celupan.”58
Simpulan
“Qaulan Syakila” dimaknai sebagai perkataan yang berbobot, yaitu perkataan yang memiliki etika dan estetika sekaligus mampu
memberikan jalan keluar dari problematik kehidupan, dan hal
56 Menurut bahasa, kata shibghah diambil dari kata shabagha yang artinya
mewarnai, mencelup, mengecat, membaptis (dalam agama kristen) dan menenggelamkan, sedang shibghah artinya macam, bentuk, agama, ajaran, kepercayaan dan baptis ( Kamus al Munawwir, h.176)
57 QS Al Baqarah 137-138: “Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah
beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, Sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. dan Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui. Shibghah Allah, dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah? dan hanya kepada-Nya-lah Kami menyembah.
58 Ahmad Musthafa Al-Maraghi, “ Tafsir Al Maraghi”, Maktabah Wa Mathba’ah
26 |Jurnal Alhadharah
tersebut hanya mampu dilakukan oleh orang yang memiliki
jiwa/emosi yang penuh dalam ketenangan (nafsu muthmainnah)
dikarenakan sistem neurolognya baik, dan hal tersebut hanya akan
didapatkan oleh orang-orang yang secara intensif dan kontinyu beribadah kepada Allah SWT (‘Abidun) sehingga orang tersebut mendapatkan shibghah Allah (celupan dari Allah SW), yang dengan celupan dari Allah SWT itulah seseorang ‘Abidun (manusia pengabdi kepada Allah) akan mampu melahirkan perkataan yang berbobot
(Qaulan Syakila). mengarungi Samudera kehidupan, AMP Pres, Jakarta, 2014
Abdul Mujib,et.al, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, PT.RajaGrafindo Persada,Jakarta,2002.
Achmad Mubarok, Psikologi Dakwah Membangun Cara Berpikir dan
Merasa, Madani, Malang, 2014.
Annie Sailendra berjudul “ Neuro Linguistic Programming (NLP) dari konsep hingga teknik, Solusi Distribusi, Yogyakarta, 2014.
Bambang S Ma’rif, “ Psikologi Komunikasi Dakwah Suatu Pengantar “ Simbiosa Rekatama Media,Bandung, 2015.
Dori Wuwur Henddrikus, Seni Berbicara, Ledalero, Maumere, 2014.
Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Ketrampilan
Berbahasa, Angkasa, Bandung,t,1993.
Imam Al Ghazali, Ringkasan Ihya ‘Ulumudin, Penyuting Abu Fajar Al
Qalami, Gitamedia Press, Surabaya, 2003.
Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual, Refleksi Seorang Cendikiawan
Muslim, Mizan, Bandung, 1991.
---, Psikologi Komunikasi, Remadja Karya, Bandung,1989.
Komaruddin Hidayat, “ Psikologi Ibadah Menyibak arti menjadi hamba dan mitra Allah di bumi “, PT Serambi Ilmu Semesta,Jakarta, 2008.
Ki Moenadi MS, Pengembangan Daya Bakat Kemampuan Manusia,
27 |Jurnal Alhadharah
Muhammad Alfan berjudul : “ Pengantar Filsafat Nilai”, Pustaka Setia, Bandung, 2013
Nina Winangsih Syam, Komunikasi Peradaban, PT Remadja
Rosdakarya, Bandung, 2014.
M.Najmi Fathoni “ Strategi Komunikasi Model Sang Nabi, mengupas
kecerdasan komunikasi Nabi Muhammad saw”, PT Elex Media
Komputindo, Jakarta, 2018.
Sukanto, Nafsiologi Refleksi Analisis Tentang Diri dan Tingkah Laku
Manusia, Risalah Gusti,1995.
Tata Taufik,HM, Etika Komunikasi Islam,Pustaka Setia, Bandung,
2012..
Ujang Saefullah, Kapita Selekta Komunikasi Pendekatan Budaya dan
Agama, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2013.
Wahyu Wibowo dalam bukunya yang berjudul : Konsep Tindak Tutur Komunikasi, Bumi Aksara, Jakarta, 2016.
Zulkifli Musabba, Terampil Berbicara Teori dan Pedoman