1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Fungsi pendidikan nasional Indonesia adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan nasional Indonesia menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi menusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggungjawab. Implikasinya pada Education
For All atau pendidikan untuk semua tanpa
diskriminasi menjadi tanggungjawab Negara.
Pendidikan ini menjadi tren di dunia pendidikan khususnya di Inodnesia. Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 48 menyatakan “Pemerintah wajib menyelenggarakan pendidikan dasar
minimal sembilan tahun untuk semua”. Selanjutnya
Undang-Undang No. 23 tahun 2002 pasal 51
menjelaskan bahwa “anak yang menyandang cacat fisik
dan/atau mental diberikan kesempatan yang sama dan aksesibilitas untuk memperoleh pendidikan biasa dan
pendidikan luar biasa” . Terkait Undang-Undang
2 menikmati pendidikan melalui sekolah inklusi. Dalam konteknya pelayanan pendidikan diberikan kepada semua anak untuk berlajar secara bersama dengan beranekaragaman yang dimiliki serta kebutuhan per individu siswa.
Dasar penyelenggaraan Sekolah Inklusi di
Indonesia adalah Surat Dinas tertanggal 20 Januari 2003, Nomor 380/C.C6/MN/2003 tentang kewajiban
setiap kabupaten/kota menyelenggarakan dan
mengembangkan pendidikan inklusif
sekurang-kurangnya empat sekolah yang terdiri dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan. Surat Dinas
tersebut dikeluarkan oleh Dirjen Dikdasmen
ditujukan kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten atau kota di seluruh Indonesia. SD Negeri I Mangunsari merupakan salah satu SD di Kabupaten Temanggung yang menjadi rintisan sekolah inklusi sejak tahun 2010. Tugas sekolah penyelenggara pendidikan inklusi Kabupaten Temanggung berdasarkan SK Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung No. 420/008/2015 sebagai berikut: a) menyelenggarakan pendidikan inklusi di sekolah masing-masing; b) menyelenggarakan sekolah yang ramah dan terbuka terhadap anak
berkebutuhan khusus (ABK); c) melaksanakan
kerjasama dengan stake holder pendidikan inklusi
untuk meningkatkan pelayanan pada anak
berkebutuhan khusus (ABK) di sekolahnya; d)
3
kesulitan dalam proses pemberian layanan
pembelajaran maupun layanan perilaku bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) di sekolahnya.
Berdasarkan data SDN I Mangunsari tahun 2010
ditemukan jumlah siswa yang mengalami
keterlambatan belajar sebanyak enam belas siswa. Dari data tersebut teridentifikasi delapan siswa mempunyai kebutuhan khusus atau mengalami ketunaan. Hasil tes psikologi terdapat delapan anak berkebutuhan khusus dengan kategori lima siswa slowleaner, satu siswa ADHD atau istilahnya tuna laras, dan dua lagi tuna
ganda. Kondisi masyarakat belum menyadari
pentingnya pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus (ABK). Alasan mereka merasa malu, rasa khawatir yang tinggi jika anaknya jadi bahan ejekan dan bahan tertawaan teman sebaya di lingkungan sekolah.
Penyelenggara sekolah inklusi khususnya SD di Kabupten Temanggung sebanyak enam sekolah yang terdiri dari:
a. SD Negeri I Wonoboyo Kecamatan Wonoboyo
b. SD Negeri I Mangunsari Kecamatan Ngadirejo
c. SD Negeri Tempuran Kecamatan Kaloran
d. SD Negeri Tegalrejo Kecamatan Bulu
e. SMPN 4 Temanggung Kecamatan Temanggung
f. SMPN I Tlogomulyo kecamatan Tlogomulya
4 pemilihan SD Negeri I Mangunsari sebagai tempat penelitian. Adapun bahan pertimbangan sebagai berikut: latar belakang agama siswa heterogen dan
satu-satunya penyelenggara inklusi di wilayah
Ngadirejo. Selama ini belum ada penelitian yang mengevaluasi program pendidikan inklusi di SD Negeri I Mangunsari. Program yang dilaksanakan Kepala Sekolah untuk mewujudkan sekolah inklusi meliputi: memberi sosialisasi kepada masyarakat serta Kepala Sekolah SD lainya, memodifikasi atau menyelaraskan kurikulum berstandar nasional, identifikasi anak berkebutuhan khusus, pengadaan guru pembimbing khusus (GPK), mengirim guru untuk mengikuti workshop secara bertahap, sarana dan prasarana pendukung pendidikan inklusi, dan pencarian bakat minat anak berkebutuhan khusus (ABK). Pemberian sosialisasi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah kepada masyarakat yang mempunyai anak berkebutuhan khusus bertujuan agar masyarakat sadar bahwa anak yang memiliki kecacatan atau kelainan memerlukan pendidikan seperti anak normal. Selain itu Kepala Sekolah mengadakan kegiatan sosialisasi kepada Kepala SD lainya. Pada intinya setiap sekolah pasti memiliki ABK untuk itu pihak sekolah dapat
menanganinya secara tepat. Kondisi anak
berkebutuhan khusus (ABK) di lingkungan sekolah dapat diterima warga sekolah.
5 Mangunsari belum maksimal. Kebijakan pemerintah dengan adanya sekolah inklusi seharusnya sesuai dengan peraturan perundangan yang dikeluarkan. Penyelengaraan sekolah inklusi tidak cukup ditunjuk begitu saja namun dibutuhkan penguatan yang berupa Surat Keputusan. Hal inilah yang menjadikan polemik dalam penyelenggaraan inklusi di SD Negeri I Mangunsari. Program inklusi sudah berjalan namun penerbitan SK dari Dinas terkait baru terealisasi pada tahun 2015. Pemerintah belum mengucurkan dana untuk mendatangkan GPK dari sekolah luar biasa. Pemenuhan dana untuk kehadiran GPK tergantung pada beasiswa.
Di SDN I Mangunsari, penyelenggaraan
pendidikan inklusi mengalami hambatan dan banyak permasalahan yang ditemukan. Penelitian ini diperkuat dengan penelitian dilakukan Fitri Nurcahyani berjudul “Evaluasi Implementasi Kurikulum di Sekolah Inklusi SDN Mriyunan Sidayu Gresik” dengan hasil: penilaian
konteks sesuai dengan penyelenggaraan inklusi,
penilaian masukan berjalan dengan baik, penilaian proses ada satu indikator yang belum tercapai yaitu alokasi waktu untuk ABK tidak sesuai dengan teori, penilaian hasil telah sesuai semua indikator telah terpenuhi, dan modifikasi kurikulum pada salah satu aspek berdampak pada aspek yang lain.
6 “The Evaluation of Inclusive Education Programs” (1995) dengan hasil penelitian dan evaluasi pada inklusi
menunjukkan kecenderungan yang kuat adanya
peningkatan hasil belajar siswa (akademis, perilaku, dan sosial) baik bagi mahasiswa program pendidikan khusus dan mahasiswa pendidikan umum. Kunci keberhasilan program pendidikan inklusi meliputi : kepemimpinan yang visioner, kolaborasi, penggunaan
penilaian, dukungan tenaga staf, pendanaan
mencukupi, orang tua, dan keterlibatan keluarga serta orang tua yang efektif.
Penelitian ini sangat penting dilaksanakan
mengingat program pendidikan inklusi perlu dievaluasi untuk memperbaiki program yang sudah berjalan. Berdasarkan observasi di lapangan diketahui bahwa SD Negeri I Mangunsari menjadi salah satu sekolah penyelenggara inklusi pada tahun 2010. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pelaksanaan program pendidikan inklusi karena pelaksanaannya
menyatukan anak normal dengan anak yang
mempunyai kebutuhan khusus. Oleh karena itu,
diangkatlah penelitian dengan judul “Evaluasi Program
Pendidikan Inklusi di SD Negeri I Mangunsari,
Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung”.
7 proses, dan komponen produk yang mana setiap komponen selalu berkaitan.
1.2
Rumusam Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, dapat dirumuskan bahwa permasalahan yang ingin dijawab dalam kajian evaluasi ini antara lain:
a. Bagaimana konteks program pendidikan
inklusidi SD Negeri I Mangunsari?
b. Bagaimana input program pendidikan
inklusi di SD Negeri I Mangunsari?
c. Bagaimana proses program pendidikan
inklusi di SD Negeri I Mangunsari?
d. Bagaimana produk program pendidikan
inklusi di SD Negeri I Mangunsari?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian evaluasi program pendidikan inklusi, sebagai berikut:
a. Mengevaluasi konteks program pendidikan
inklusi di SD Negeri I Mangunsari
b. Mengevaluasi input program pendidikan
inklusi di SD Negeri I Mangunsari
c. Mengevaluasi proses program pendidikan
inklusi di SD Negeri I Mangunsari
d. Mengevaluasi hasil program pendidikan
8
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan di atas, maka manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat memberi sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya sekolah penyelenggara inklusi dan sebagai referensi pada penelitian yang sama.
1.4.2. Manfaat Praktis
a. Bagi Dinas Pendidikan Temanggung, hasil penelitian dapat digunakan untuk
mengambil kebijakan dalam rangka mengembangkan pendidikan inklusi
b. Bagi Kepala Sekolah hasil penelitian ini dapat
dijadikan referensi mengenai tingkat
keberhasilan pelaksanaan pendidikan inklusi c. Bagi orangtua siswa dan komite sekolah hasil