• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN DENGAN STATEGI PEMBERDAYAAN GURU MELALUI TAHAP ADAPTASI, INOVASI, DAN MANDIRI PADA SISWA KELAS IV DI SDIT AL QALAM KOTA KENDARI TAHUN 2017 Nurul Fadilla Utami1 La Dupai2 Farit Rezal3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN DENGAN STATEGI PEMBERDAYAAN GURU MELALUI TAHAP ADAPTASI, INOVASI, DAN MANDIRI PADA SISWA KELAS IV DI SDIT AL QALAM KOTA KENDARI TAHUN 2017 Nurul Fadilla Utami1 La Dupai2 Farit Rezal3"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN DENGAN STATEGI PEMBERDAYAAN GURU

MELALUI TAHAP ADAPTASI, INOVASI, DAN MANDIRI PADA SISWA KELAS IV

DI SDIT AL QALAM KOTA KENDARI TAHUN 2017

Nurul Fadilla Utami

1

La Dupai

2

Farit Rezal

3

123Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo

nurulfadillautami@gmail.com1 ladupai1954@gmail.com2 faritrezz@gmail.com3

ABSTRAK

Diare menempati urutan kelima dalam 10 penyakit penyebab kematian di dunia. Berdasarkan hasil Riskesdas tahun2013period prevalencediare di Sulawesi Tenggara sebesar 7,3% dengan insiden diare pada balita sekitar 5%. Jumlah kasus diare yang ditangani pada tahun 2016 sebanyak 35.864 kasus atau sebanyak 46,77% dari perkiraan kasus. Berdasarkan data Dinas Kota Kendari Puskesmas Lepo-Lepo masih tinggi dan menjadi urutan tiga. Kasus diare di wilayah Puskesmas Lepo-lepo tahun 2016 relatif cukup tinggi yaitu sebanyak 628 penderita. Cuci tangan dengan sabun telah dipandang sebagai salah satu cara yang hemat untuk mengurangi beban penyakit menular secara global. Manfaat besar dari cuci tangan dengan sabun adalah mengurangi penyebaran penyakit diare, penyebab utama kematian pada anak dikarenakan jarang melakukan cuci tangan pakai sabun. Tahapan adaptasi, inovasi, dan mandiri dapat menjadi solusi dalam menerapkan kebiasaan baik cuci tangan pakai sabun. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh perilaku cuci tangan pakai sabun dengan strategi pemberdayaan guru melalui tahap adaptasi, inovasi, dan mandiri pada siswa kelas IV di SDIT Al Qalam Tahun 2017. Metode penelitian menggunakan Pra Eksperimental dengan rancangan One group pre test-post test

dengan jumlah sampel 32 reponden. Data dianalisa menggunakan ujiMc Nemar.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan pada responden yaitu pengetahuan p value

(0,000) < α (0,05), sikap p value(0,000) < α (0,05), dan tindakan p value(0,001) < α (0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh terhadap perilaku cuci tangan pakai sabun dengan strategi pemberdayaan guru melalui tahap adaptasi, inovasi, dan mandiri pada siswa kelas IV di SDIT Al QalamTahun 2017

Kata Kunci: Diare, Adaptasi, Inovasi, Mandiri, Cuci Tangan

ABSTRACT

Diarrhea ranks fifth in 10 causes of death in the world. Based on the results of Riskesdas in 2013, the period prevalence of diarrhea in Southeast Sulawesi was 7.3% with the incidence of diarrhea in infants about 5%. The number of diarrhea cases handled in 2016 was 35,864 cases or was 46.77% of the estimated cases. Based on data from Kendari Health Agency, Lepo-Lepo Public Health Center (PHC) was still high and become the third order. Cases of diarrhea in the working area of Lepo-lepo PHC in 2016 was relatively high were 628 patients. Handwashing with soap has been seen as one of the most cost-effective ways to reduce the burden of contagion globally. The great benefit of washing hands with soap is to reduce the spread of diarrheal diseases, the main cause of death in children due to rarely washing hands with soap. Stages of adaptation, innovation, and independence can be a solution in applying good handwashing habits with soap. The aim of this studywas to describe the effect of handwashing with soap with teacher empowerment strategy through adaptation, innovation, and independence in fourth grade students at SDIT Al Qalam in 2017. The research method used pre-experimental with One group pre-test-posttest with a total sample of 32 respondents. Data were analyzed using Mc Nemar test. The results showed that there was an increase of knowledge, attitudes and actions on the respondents ie knowledge p value (0,000) <α (0.05), attitude p value (0.000) <α (0.05), and action p value (0.001) < α (0.05). So, it can be concluded that there was influence on handwashing with soap with teacher empowerment strategy through adaptation, innovation, and independence stage in fourth grade students at SDIT Al Qalam in 2017

(2)

PENDAHULUAN

Diare menempati urutan kelima dalam 10 penyakit penyebab kematian di dunia. Berdasarkan data World Health Organization (WHO), Penyakit diare adalah penyebab utama kematian kedua pada anak di bawah lima tahun, dan menyebabkan kematian sebesar 525.000 anak setiap tahun1. Data

United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF), penyakit diare menyumbang sekitar 530.000 kematian per tahun, 9% dari total kematian di antara anak-anak di bawah lima tahun, menjadikan penyakit diare penyebab kematian anak kedua paling umum di seluruh dunia2

. Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering disertai dengan kematian. Pada tahun 2015 terjadi 18 kali KLB Diare yang tersebar di 11 provinsi, 18 kabupaten/kota, dengan jumlah penderita 1. 213 orang dan kematian 30 orang dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 2,47%. CFR saat KLB diare diharapkan <1%. Rekapitulasi KLB diare dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2015, terlihat bahwa CFR saat KLB masih cukup tinggi (>1%) kecuali pada tahun 2011 CFR saat KLB 0,40%, sedangkan tahun 2015 CFR diare saat KLB bahkan meningkat menjadi 2,47%3.

Insidensi dan prevalensi penyakit diare untuk seluruh kelompok umur di Indonesia tahun 2013 adalah 3,5% dengan angka prevalensi sebasar 7,0%. Lima provinsi dengan insidensi dan prevalensi diare tertinggi di Provinsi Papua (6,3% dan 14,7%), Sulawesi Selatan (5,2% dan 10,2%), Aceh (5,0% dan 9,3%), Sulawesi Barat (4,7% dan 10,1%), dan Sulawesi Tengah (4,4% dan 8,8%). Insiden dan prevalensi penyakit diare di Indonesia untuk semua kelompok umur pada tahun 2013 adalah 40,1%. Insiden diare untuk kelompok umur < 1 tahun adalah 7,0% dan 11,2%, untuk kelompok umur 1-4 tahun adalah 6,7% dan 12,2%, untuk kelompok umur 5-14 tahun adalah 3,0% dan 6,2%4.

Sulawesi Tenggara Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 period prevalence diare di Sulawesi Tenggara sebesar 7,3% dengan insiden diare pada balita sekitar 5%. Jumlah kasus diare yang ditangani pada tahun 2016 sebanyak 35.864 kasus atau sebanyak 46,77% dari perkiraan kasus, menurun dibandingkan dengan tahun 2015 sebanyak 41.071 kasus atau 77,74% dari perkiraan kasus5.

Data Dinas Kota Kendari tahun 2013 kasus diare yang ditangani tertinggi di Puskesmas Puuwatu sebanyak 1.181 atau 180,76 % dari perkiraan kasus dan terendah pada Puskesmas Kandai sebanyak 32 atau 11,20% dari perkiraan

kasus, jumlah kasus diare yang ditangani di Puskesmas Lepo-Lepo sebanyak menempati kasus diare tertinggi kedua yaitu 781 kasus atau 161,58% dari perkiraan kasus. Kasus diare tertinggi berada di Puskesmas Puuwatu sebanyak 951 atau 129,22% dari perkiraan kasus dan terendah pada Puskesmas Mekar sebanyak 31 atau 6,76% dari perkiraan kasus, Puskesmas Lepo-Lepo berada diurutan ketiga sebanyak 338 atau 65,80% dari perkiraan kasus. Dari data kasus diare tahun 2013 hingga 2016, dapat dilihat bahwa kasus diare di Puskesmas Lepo-Lepo masih tinggi dan menjadi urutan tiga besar kasus diare. Data diare di Puskesmas Lepo-lepo bersifat fluktuatif (naik-turun)6.

Kasus diare yang ditangani Puskesmas Lepo-lepo tahun 2015 diantaranya Desa/Keluarahan Lepo-lepo sebanyak 129 penderita, Wundudopi sebanyak 142 penderita, Baruga sebanyak 170 penderita, Watubangga sebanyak 146 penderita, dan diluar wilayah sebanyak 285 penderita. Kasus diare di wilayah Puskesmas Lepo-lepo tahun 2016 relatif cukup tinggi yaitu sebanyak 628 penderita. Tercatat kasus diare yang ditangani Puskesmas Lepo-lepo tahun 2016 diantaranya Kelurahan Lepo-lepo sebanyak 130 penderita, Wundudopi sebanyak 108 penderita, Baruga sebanyak 200 penderita, dan Watubangga sebanyak 190 penderita. Kasus diare tahun 2016 menurun dibandingkan tahun 2015 sebanyak 872 penderita diare datang dan dilayani di Puskesmas Lepo-lepo. Berdasarkan data Puskesmas Lepo-Lepo terdapat 1 orang menderita diare berusia 9 tahun7.

Cuci tangan dengan sabun telah dipandang sebagai salah satu cara yang hemat untuk mengurangi beban penyakit menular secara global. Manfaat besar dari cuci tangan dengan sabun adalah mengurangi penyebaran penyakit diare, penyebab utama kematian pada anak dikarenakan jarang melakukan cuci tangan pakai sabun. Hal ini menyebabkan perpindahan patogen yang dapat mengganggu kesehatan8.

(3)

Anak memiliki rasa ingin tahu yang besar serta mulai menjelajah dan mengeksplorasi banyak hal9.

Tahap adaptasi, inovasi, dan mandiri dapat meningkatkan minat anak untuk sadar melakukan dan mempraktikan cuci tangan pakai sabun dalam kegiatan sehari-hari. Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) AL Qalam dipilih sebagai tempat penelitian karena terdapat siswa yang pernah menderita diare sebanyak 2 (dua) orang yang ditangani oleh Puskesmas Lepo-lepo. Fasilitas cuci tangan yang mendukung seperti ketersediaan kran dengan air mengalir menjadi syarat penting dalam penelitian ini, dimana sekolah lain tidak semua memiliki fasilitas yang dapat mendukung kebiasaan cuci tangan pakai sabun di sekolah.

Berdasarkan data dan uraian permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Melalui Tahap Adaptasi, Inovasi, Mandiri Pada Siswa Kelas IV Di SDIT Al Qalam Tahun 2017.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode Pra-Eksperimental dengan rancangan One Group Pre Test And Post Test Design. Penelitian Pra-Eksperimental adalah penelitian eksperimen yang hanya mempergunakan kelompok eksperimen saja, tanpa kelompok kontrol (pembanding), sampel subjek dipilih seadanya tanpa mempergunakan randomisasi10.

Skema penelitian digambarkan berikut ini :

Keterangan :

O1= Pengukuran sebelum perlakuan(Pre test)

O2= Pengukuran setelah perlakuan(Post test)

(x)= Perlakuan / intervensi.

HASIL Jenis Kelamin

Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin

Sumber : Data Primer, diolah 15 November 2017. Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 35 responden, laki-laki sebanyak 17 orang (53,13%), sedangkan perempuan sebanyak 15 orang (46,87%).

Umur

Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Umur

No. Umur Jumlah

Sumber : Data Primer,diolah 15 November 2017.

Tabel 2 menunjukan hasil bahwa umur responden paling banyak terdapat pada umur 9 tahun yaitu sebanyak 30 orang (93,75%) kemudian pada umur 8 tahun sebanyak 2 orang (6,25%). Pengetahuan Responden Tentang Perilaku Cuci Tangan Sebelum dan Sesudah Intervensi

Tabel 3.Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Perilaku Cuci Tangan Sebelum dan Sesudah Intervensi di SDIT Al Qalam Kota Kendari Tahun 2017.

Total 32 100 32 100

Sumber : Data Primer,diolah 15 November 2017. Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 35 responden, yang berpengetahuan cukup pada saat pre test adalah sebanyak 13 responden (40,63%). Pada saat post test bertambah menjadi 32 responden (100%).

Sedangkan yang berpengetahuan kurang pada saat pre test adalah sebanyak 19 responden (59,37%). Hal ini dapat terjadi karena siswa tidak tahu dan tidak mendapatkan informasi yang baik mengenai cuci tangan pakai sabun secara benar.

Sikap Responden Tentang Perilaku Cuci Tangan Sebelum dan Sesudah Intervensi

Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Tentang Perilaku Cuci Tangan Sebelum dan Sesudah Intervensi di SDIT Al Qalam Kota Kendari Tahun 2017.

Total 32 100 32 100

Sumber : Data Primer,diolah 15 November 2017

Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 35 responden, yang memiliki sikap positif pada saat pre test adalah sebanyak 7 responden (21,87%) dan pada saat post test bertambah menjadi 32 responden (100%). Sedangkan yang memiliki sikap

(4)

negatif pada saat pre test adalah sebanyak 25 responden (78,13%).

Hal ini dapat terjadi apabila pengetahuan siswa yang terbatas terhadap informasi cuci tangan pakai sabun, tetapi sikap yang dimiliki siswa tidak dapat menentukan bahwa pengetahuannya kurang. Sikap yang ditunjukkan merupakan hasil dari analisa kuesioner yang diberikan pada responden.sikap negatif pada saatpre testadalah sebanyak 20 responden (69,0%) dan pada saatpost testberkurang menjadi 1 responden (3,4%).

Tindakan tentang Perilaku Cuci Tangan Sebelum dan Sesudah Intervensi

Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Tentang Perilaku Cuci Tangan Sebelum dan Sesudah Intervensi di SDIT Al Qalam Kota Kendari Tahun 2017.

Tindakan Hasil

Pre Test Post Test

N % N %

Baik Buruk

21 11

65,6 34,4

32 0

100 0

Total 32 100 32 100

Sumber : Data Primer,diolah 15 November 2017. Tabel 5 bahwa pada saat pre test yang memiliki tindakan baik adalah 21 responden (65.63%) dan pada saat post test bertambah menjadi 32 responden (100%). Sedangkan yang memiliki tindakan buruk pada saat pre test adalah sebanyak 11 responden (34,37%).

Hal ini dikarenakan pengetahuan siswa yang kurang dapat mempengaruhi sikap responden. Sehingga mempengaruhi tindakan yang diberikan responden berdasarkan hasil analisa kuesioner pada pre test.

Pengetahuan Responden

Tabel 6. Hasil Uji Mc NemarPengetahuan Responden Tentang Perilaku Cuci Tangan Sebelum dan Sesudah Intervensi di SDIT Al Qalam Kota Kendari Tahun 2017.

Pengetahuan

(Pre Test)

Pengetahuan

(Post Test) Total

p-value

Cukup Kurang

N % N % N %

Cukup 13 40,63 0 0 12 37,5

0,000

Kurang 19 59,37 0 0 20 62,5

Total 32 100 0 0 32 100

Sumber : Data Primer, diolah 15 November 2017.

Tabel 6 menunjukkan bahwa 13 responden (40,63%) memiliki pengetahuan cukup baik sebelum maupun sesudah diberikan intervensi berupa demonstrasi mencuci tangan sambil bernyanyi. Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang sebelum diberikan intervensi kemudian berubah menjadi cukup setelah diberikan intervensi adalah sebanyak 19 responden (59,37%).

Analisis dengan uji Mc Nemar diperoleh p value (0,000) < α (0,05), maka H0ditolak dan H1diterima. Ini dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh pengetahuan cuci tangan pakai sabun sebelum dan sesudah penerapan tahap adaptasi, inovasi mandiri pada siswa kelas IV di SDIT Al Qalam Kota Kendari Tahun 2017

.

Sikap Responden

Tabel 7. Hasil Uji Mc Nemar Sikap Responden Tentang Perilaku Cuci Tangan Sebelum dan Sesudah Intervensi di SDIT Al Qalam Kota Kendari Tahun 2017

Sikap

(Pre Test)

Sikap

(Post Test) Total

p-value Positif Negatif

N % N % n %

Positif 7 21,87 0 0 7 21,87

0,000

Negatif 25 78,13 0 0 25 78,13

Total 32 100 0 0 32 100

Sumber : Data Primer, diolah15 November 2017.

(5)

Analisis dengan uji Mc Nemar diperoleh p value (0,000) < α (0,05), maka H0ditolak dan H1diterima. Ini

dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh sikap cuci tangan pakai sabun sebelum dan sesudah penerapan tahap adaptasi, inovasi mandiri pada siswa kelas IV di SDIT Al Qalam Kota Kendari Tahun 2017.

Tindakan Responden

Tabel 8. Hasil Mc Nemar Tindakan Responden Tentang Perilaku Cuci Tangan Sebelum dan Sesudah Intervensi di SDIT Al Qalam Kota Kendari Tahun 2017

Tindakan (Pre Test)

Tindakan

(Post Test) Total

p-value

Baik Buruk

N % n % n %

Baik 21 65,63 0 0 21 65,63

0,001

Buruk 11 34,37 0 0 11 34,37

Total 32 100 0 0 32 100

Sumber : Data Primer, diolah 15 November 2017.

Tabel 8 menunjukkan bahwa terdapat 21 responden (65,63%) memiliki tindakan baik sebelum maupun sesudah diberikan intervensi berupa peragaan dan praktik langsung cuci tangan. Sedangkan responden yang memiliki tindakan buruk sebelum diberikan intervensi kemudian berubah menjadi baik setelah diberikan intervensi adalah sebanyak 11 responden (34,37%).

Analisis dengan uji Mc Nemar diperoleh p value (0,001) < α (0,05), maka H0ditolak dan H1diterima. Ini

dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh perubahan tindakan terhadap cuci tangan pakai sabun sebelum dan sesudah penerapan tahap adaptasi, inovasi mandiri pada siswa kelas IV di SDIT Al Qalam Kota Kendari Tahun 2017.

DISKUSI

Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah Tahap Adaptasi

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tahap adaptasi yang dikenalkan pada penelitin ini memisahkan proses pengetahuan, sikap dan tindakan. Adopsi adalah suatu proses yang dimulai dari keluarnya ide-ide dari satu pihak, disampaikan kepada pihak kedua, sampai diterimanya ide tersebut oleh masyarakat sebagai pihak kedua. Seseorang menerima suatu hal atau ide baru selalu melalui tahapan-tahapan11.

Tahapan ini dikenal sebagai tahap proses adopsi. Proses adopsi terdapat tahapan-tahapan sebelum responden mau menerima atau menerapkan dengan keyakinannya sendiri, meskipun selang waktu antara tahapan satu dengan yang lainnya tidak selalu sama (karakteristik sasaran, keadaan lingkungan dan aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh penyuluh). Di dalam proses adopsi berlangsung proses penyesuaian, tetapi adaptasi merupakan proses yang berlangsung secara alami untuk melakukan penyesuaian terhadap kondisi lingkungan. Sehingga pada penelitian ini tahap awal dalam intervensi adalah tahap adaptasi. Tahap Adaptasi yang dikenalkan merupakan hal yang sudah ada. Dalam hal ini peneliti membagi kategori dimana tahap adaptasi sebagai

pengetahuan awal dan proses pengenalan awal cuci tangan di SDIT Al Qalam Kota Kendari.

Pada penelitian ini, intervensi yang diberikan berupa penyuluhan tentang cuci tangan pakai sabun melalui tahap adaptasi, inovasi, mandiri didalamnya membahas penyuluhan tentang cuci tangan pakai sabun, lagu cuci tangan, permainan dan praktek langsung cuci tangan pada responden. Penyuluhan kesehatan merupakan sarana memberikan informasi yang sangat efektik untuk meningkatkan aspek kesehatan baik dalam hal pengetahuan, sikap, dan perilaku anak usia sekolah untuk mencuci tangan. Peneliti melakukan penelitian selama 5 hari dalam waktu penelitian 14 hari. Intervensi dilakukan di ruang kelas dan di tempat cuci tangan SDIT Al QAlam Kota Kendari.

(6)

perubahan pengetahuan responden juga terjadi karena responden tertarik pada stimulus yang diberikan. Bentuk ketertarikan responden pada tahap adaptasi ini adalah responden mengikuti semua arahan dan mengikuti setiap materi yang diberikan. Penyuluhan, permainan, dan demonstrasi dengan media lagu melibatkan indra penglihatan dan pendengaran responden sehingga memudahkan terjadinya Peningkatan pengetahuan cuci tangan pada siswa di SDIT Al Qalam Kota Kendari.

Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Setyaningrum, Rofi’I, and Setyanti (2015) mengenai tingkat pengetahuan dan sikap tentang cuci tangan pakai sabun pada siswa SDN Batuah I dan Batuah III Pagatan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan sikap tentang CTPS pada siswa SDN Batuah I dan SDN Batuah III Pagatan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan desain cross-sectional. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN Batuah I dan Batuah III Pagatan sebanyak 60 orang. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tingkat pengetahuan responden tentang CTPS paling banyak pada kategori baik yaitu sebanyak 86,67% di SDN Batuah I dan 76.67% di SDN Batuah III, sikap responden tentang CTPS paling banyak pada kategori baik yaitu sebanyak 83.33% di SDN Batuah I dan di SDN Batuah III.

Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Wilanda (2014) mengenai pengaruh penyuluhan kesehatan mencuci tangan terhadap pengetahuan, sikap dan kemampuan mencuci tangan pada anak usia sekolah dasar di SDN 1 Meteseh. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan mencuci tangan terhadap pengetahuan, sikap dan kemampuan mencuci tangan pada anak usia sekolah dasar di SDN 1 Meteseh. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan desain Pre test-Post test with Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 4 dan kelas 5 SDN Meteseh Semarang dan pengambilan sampel dilakukan dengan metode Simple Random Sampling yaitu berjumlah 117 orang. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis statistik Paired t-test dan independen t-test serta wilcoxon dan mann whitney. Hasil analisis statistik diperoleh ada perbedaan yang signifikan pengetahuan, sikap, dan perilaku anak sebelum dan setelah diberikan penyuluhan kesehatan mencuci tangan dengan p 0,000; 0,000; 0,001. Ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan tentang, sikap dan perilaku mencuci tangan anak usia sekolah pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi dengan p 0,007;

0,029; 0,011. Berdasarkan hasil analisis statistik tersebut maka diharapkan dapat memberikan informasi bagi para siswa tentang pentingnya melakukan cuci tangan, sehingga siswa dapat melakukan praktik mencuci tangan dengan benar.

Sikap Responden Sebelum dan Sesudah Tahap Inovasi

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek

.

Inovasi merupakan sesuatu ide, produk, informasi teknologi, kelembagaan, perilaku, nilai-nilai, dan praktek-praktek baru yang belum banyak diketahui, diterima, dan digunakan/diterapkan/ dilaksanakan oleh sebagian besar warga masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu, yang dapat digunakan atau mendorong terjadinya perubahan-perubahan di segala aspek kehidupan masyarakat demi selalu terwujudnya perbaikan-perbaikaan mutu hidup setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang ber-sangkutan12.

Teori difusi inovasi yang dikembangkan oleh Everett M. Rogers. Dalam teori ini, model two step flow berkembang menjadi model multi step flow. Kajian proses sosial ini adalah bagaimana inovasi, ide-ide baru, practice (pengalaman) dan lainnya diketahui dan disebarkan secara menyeluruh dalam suatu sistem sosial. Sedangkan model two step flow hanya menjelaskan mengenai bagaimana orang-orang menerima dan berbagi informasi dengan yang lainnya13.

(7)

hubungan untuk perubahan, dimana adopter mampu berdiri/berubah sendiri14.

Pada tahap inovasi peneliti memperkenalkan permainan dan peragaan sebagai cara untuk menjelaskan cuci tangan pakai sabun secara efektif. Permainan dan peragaan bertujuan untuk mengajak responden memahami dan menerima materi yang diberikan. Proses keputusan inovasi merupakan proses mental yang tidak terlepas dari pengetahuan, persuasi, keputusan, implementasi dan konfirmasi.

Adopsi inovasi merupakan topik penting dalam pemasaran kesehatan. Adopsi berperan penting dalam keberhasilan edukasi kesehatan dan promosi kesehatan karena kelanjutan inovasi terutama ditentukan dari penerimaan responden terhadap produk baru tersebut. Tahap inovasi diterima dengan baik selama intervensi diberikan. Hal ini dapat mendorong anak untuk melakukan cuci tangan pakai sabun. Sehingga ini dapat menumbuhkan kebiasaan yang baik dalam kehidupan sehari-hari di sekolah maupun di mana saja.

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 7, terlihat bahwa pada tahap inovasi dimana pada tahap ini materi berupa lagu cuci tangan, permainan dan praktek langsung cuci tangan pakai sabun yang benar yang diberikan berdampak positif pada peningkatan sikap responden terhadap perilaku cuci tangan. Hal ini terbukti bahwa sebelum diberikan intervensi diperoleh data sebanyak 25 responden memiliki sikap yang berkategori negatif. Setelah diberikan intervensi di tahap inovasi, yang memiliki sikap kategori negatif sebelum diberikan intervensi dan berubah menjadi kategori positif setelah diberikan intervensi sebanyak 7 responden.

Peningkatan sikap yang terjadi pada responden kemungkinan disebabkan oleh pengetahuan yang diperoleh mampu memunculkan pemahaman dan keyakinan sehingga responden menerima, merespon, menghargai dan bertanggung jawab terhadap perilaku cuci tangan tersebut. Perubahan sikap responden setelah dilakukan intervensi dikarenakan tahap ini peneliti memberikan pendekatan yang lebih fleksibel terhadap kreativitas anak serta mengembangkan imajinasi anak tentang pentingnya perilaku hidup sehat dengan mencuci tangan pakai sabun berupa lagu cuci tangan, permainan dan praktek langsung cuci tangan yang mudah dimengerti dan menyenangkan tidak hanya menambah pengetahuan tapi juga berpengaruh pada sikap responden dan akan termotivasi untuk melakukan

sikap cuci tangan yang positif. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh demonstrasi cuci tangan sambil bernyanyi lagu cuci tangan bersih intervensi pada tahap inovasi terhadap sikap responden tentang perilaku cuci tangan di SDIT Al Qalam Kota kendari.

Menurut Allport15, menjelaskan bahwa

sikap mempunyai tiga komponen pokok yaitu: 1. Kepercayaan, ide dan konsep terhadap suatu

objek

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

3. Kecenderungan untuk bertindak

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Begitu pula pada perubahan sikap responden pada penelitian ini, dikarenakan adanya pengetahuan yang cukup tentang perilaku cuci tangan, kemudian responden percaya terhadap intervensi yang diberikan peneliti di tahap inovasi yang akhirnya mendorong emosional responden sehingga meningkatkan kecenderungan untuk melakukan sikap cuci tangan yang positif.

Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Iota Helena Arifin Hasan (2016) tentang Pengaruh Metode Demonstrasi dengan Media Lagu Terhadap Perilaku Cuci Tangan di TK Islam As Adiyah Kota Kendari, didapatkan hasil penelitian bahwa ada bahwa ada pengaruh metode demonstrasi dengan media lagu terhadap perilaku cuci tangan di TK Islam As Adiyah Kota Kendari Tahun 2016.

Pada penelitian sebelumnya oleh Ningsih (2015) Hasil uji Wilcoxon menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dari pendidikan kesehatan mencuci tangan terhadap perilaku mencuci tangan sebelum pada anak SD Muhammadiyah Wirobrajan III. Peneliti menduga adanya pengaruh pendidikan mencuci tangan melalui teknik demonstrasi terjadi karena menurut teori pembelajaran Magnesen disebutkan bahwa anak hanya mampu memahami 10% dari apa yang mereka baca, 20% dari apa yang mereka dengar, 30% dari belajar dari apa mereka lihat, 50% dari apa yang mereka lihat dan mereka dengan, 70% dari apa yang mereka katakan sendiri, dan 90% dari apa yang mereka katakan dan lakukan sendiri. Penekanan 90% inilah yang dalam metode pendidikan modern disebut sebagai metode pedagogic karena menekankan pada praktek.

(8)

yang menyenangkan dengan menggunakan media yang disukai anak-anak. Storytelling dan permainan ular tangga merupakan salah satu metode yang inovatif untuk memberikan pendidikan kesehatan pada anak usia prasekolah, didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh pada pemberian pendidikan kesehatan menggunakan metode storytelling dan permainan ular tangga terhadap tingkat pengetahuan mencuci tangan pakai sabun di TK Al-Hidayah Ajung Kabupaten Jember.

Hasil penelitian ini sebanding dengan penelitian Iswara (2013) mengenai Studi tentang kegiatan bernyanyi pada pembelajaran “Calistung” untuk anak usia dini di TK Sekolah Alam Bandung yang menyatakan bahwa dengan metode bernyanyi dapat meningkatkan pengetahuan membaca, menulis dan berhitung tanpa merasa ada paksaan. Penelitian dari Iswara dilaksanakan enam kali selama dua minggu. Hal ini menyatakan bahwa metode bernyanyi sangat besar pengaruhnya terhadap pengetahuan anak.

Tindakan Responden Sebelum dan Sesudah Tahap Mandiri

Tahapan yang terakhir adalah tahapan mandiri yang menggambarkan tindakan responden. Praktik/tindakan merupakan domain perilaku yang ketiga setelah pengetahuan dan sikap. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan. Tindakan memiliki 3 tingkatan yaitu respon terpimpin, mekanisme dan adopsi sehingga terjadilah perubahan perilaku16.

Tabel 8 menunjukkan bahwa terdapat 21 responden (65,63%) memiliki tindakan baik sebelum maupun sesudah diberikan intervensi berupa praktik langsung cuci tangan pakai sabun. Sedangkan responden yang memiliki tindakan buruk sebelum diberikan intervensi kemudian berubah menjadi baik setelah diberikan intervensi. Perubahan tindakan responden dapat diartikan bahwa responden telah mengadopsi perilaku yang sudah diberikan selama intervensi sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus yang diberikan yaitu praktik langsung cuci tangan pakai sabun. Perubahan tindakan responden ini juga dikarenakan stimulus yang diberikan melibatkan indera penglihatan dan pendengaran responden, hal ini sesuai dengan teori pembelajaran Magnesen disebutkan bahwa anak mampu memahami 90% dari apa yang mereka katakan dan lakukan sendiri.

Adapun ditinjau dari teori serapan informasi, metode pendidikan demonstrasi dipandang efektif karena memaksimalkan fungsi panca indera di mana pada sistem pembelajaran ini setiap panca indera kita menyalurkan informasi dengan tingkat yang berbeda kepada memori otak. Mata menyalurkan 75% sampai 87% informasi yang diperoleh ke memori otak, telinga menyalurkan 13% informasi yang diperoleh ke memori otak, dan penggabungan panca indera melalui penggunaan metode demonstrasi setidaknya akan mampu meningkatkan serapan informasi memori otak sampai 25% sehingga meningkatkan serapan informasi ke memori otak

17.

Penelitian sebelumya dilakukan oleh Dewi Listyowati (2012) mengenai pengaruh promosi kesehatan terhadap pengetahuan, sikap dan praktek cuci tangan pakai sabun pada siswa kelas 5 di SDN Pengasinan IV Kota Bekasi Tahun 2012. Penelitian menggunakan penelitian kuantitatif pra eksperimental dengan rancangan one group pre test and post test. Populasi penelitian ini adalah siswa menjadi responden penelitian. Pemilihan sekolah secara purposive. Hasil pengolahan data diketahui bahwa terjadi peningkatan pengetahuan, sikap, dan praktek cuci tangan pakai sabun pada siswa kelas 5 di SDN Pengasinan IV Kota Bekasi. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi yang dilakukan terbukti dapat meningkatkan pengetahuan. Sikap, dan praktek pada siswa kelas 5 di SDN Pengasinan IV Kota Bekasi.

Hasil penelitian ini juga ditemukan sejalan dengan hasil penelitian Cochran-Smithn dan Zeichner (2010) yang mengungkapkan bahwa pendidikan kesehatan dengan metode demonstrasi (pedagogic) adalah metode terbaik dan metode paling efektif dalam pendidikan perilaku cuci tangan dan metode observasi dipandang sebagai metode assessment terbaik karena anak langsung mempraktekkan demonstrasi yang diberikan. Adapun Cochran-Smithn dan Zeichner (2010) mengungkapkan bahwa metode demonstrasi merupakan metode aktif yang memadukan seluruh unsur pancaindera sehingga mampu direkam oleh memori otak secara otomatis sebanyak 75-85% sehingga cocok untuk dipraktekkan sebagai metode pendidikan bagi ilmu yang bersifat praktikal.

Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Cuci Tangan Pakai Sabun berdasarkan Strategi Pemberdayaan Guru

(9)

menjelaskan apa saja yang terkait cuci tangan pakai sabun. Selain itu, guru sudah mendapatkan pendampingan sehingga dapat memberikan materi pada tahap adaptasi, inovasi dan mandiri. Tahap-tahap tersebut merupakan tahap untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan responden selama penelitian berlangsung. Model pendampingan terhadap guru merupakan cara agar perilaku cuci tangan pakai sabun dapat meningkat.

Beberapa faktor untuk meningkatkan perilaku positif di sekolah. Pertama, Faktor pendorong berupa pengetahuan, sikap, tindakan, nilai dan lainnya yang dimiliki responden untuk melakukan perilaku cuci tangan pakai sabun. Kedua, Faktor pemungkin dalam hal ini fasilitas atau sarana prasarana yang ada disekolah yang dapat memberikan dukungan yang terkait program CPTS seperti sabun, air bersih dan lap pembersih. Ketiga, Faktor penguat adalah bentuk dukungan yang diberikan oleh guru, kepala sekolah maupun pihak sekolah lainnya. Sehingga guru menjadi salah satu faktor penguat dalam melakukan kebiasaan cuci tangan pakai sabun di sekolah. Hal ini sejalan dengan pernyataan Green (1980), bahwa perilaku sehat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang merupakan sumber bagi tebentuknya perilaku yang merupakan referensi dari perilaku seperti sikap dan perilaku guru maupun pihak sekolah lainnya.

SIMPULAN

1. Ada pengaruh pengetahuan cuci tangan pakai sabun sebelum dan sesudah penerapan tahap adaptasi, inovasi mandiri pada siswa kelas IV di SDIT Al Qalam Kota Kendari Tahun 2017. 2. Ada pengaruh sikap cuci tangan pakai sabun

sebelum dan sesudah penerapan tahap adaptasi, inovasi mandiri pada siswa kelas IV di SDIT Al Qalam Kota Kendari Tahun 2017. 3. Ada pengaruh tindakan cuci tangan pakai

sabun sebelum dan sesudah penerapan tahap adaptasi, inovasi mandiri pada siswa kelas IV di SDIT Al Qalam Kota Kendari Tahun 2017.

SARAN

1. Bagi Pemerintah, diharapkan menambah dan

melengkapi sarana prasarana pendukung cuci tangan di instansi pendidikan serta tempat-tempat umum.

2. Bagi tenaga pengajar, diharapkan untuk selalu

meningkatkan kedisiplinan dan memotivasi siswa untuk mencuci tangan serta

mengarahkan siswa untuk mencuci tangan pakai sabun.

3. Bagi siswa, selalu menerapkan perilaku cuci

tangan pakai sabun

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO Media Center. (2017). Diarrhoel Disease

(serial online). Tersedia dari: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/f s330/en/ (diakses 9 Oktober 2017).

2. UNICEF. (2015). Diarrhoea (serial online).

Tersedia dari:

https://www.unicef.org/health/index_92007.h tml (diakses 9 Okteber 2017).

3. Kemenkes RI, 2010.Buku Panduan Peringatan Cuci Tangan Sedunia.Tidak Diterbitkan, Jakarta. 4. Riset Kesehatan Dasar, 2013. Riset Kesehatan Dasar, Badan Penelitian dan Pengembangan Masyarakat. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

5. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, 2016. Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara, Kendari.

6. Dinkes Kota Kendari, 2016. Data Kesehatan Kota Kendari.Kendari

7. Puskesmas Lepo-Lepo, 2015-2016. Data Kasus Diare Yang Ditanganui Di Puskesmas Lepo-Lepo, Kendari.

8. Greenlandet al.2013. The Context and Practice Of Handwashing Among New Mothers In Serang, Indonesia: A Formative Research Study.

BMC Public Health,13(830)1.

9. Mulyani, Sumantri & Nana Syaodih. 2007.

Perkembangan Peserta Didik, Universitas Terbuka, Bandung.

10. Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods).Alfabeta, Bandung.

11. Putra, D. B. (2017). Efektivitas Promosi Kesehatan Leaflet dan Brosur Pada Pasien Hipertensi. (Strata 1), Universitas Jember, Fakultas Kesehatan Masyarakat.

12. Mardikanto, Totok. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. UNS Press, Surakarta

13. Ardianto, E. (2004). Teori dan Metodologi Penelitian "Public Relations". Public Relations, 5(2).

14. Slamet, M. (2001).Perspektif Ilmu Penyuluhan Pembangunan Menyongsong Era Tinggal Landas dalam Penyuluhan Pembangunan di Indonesia. Jakarta: PT Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara Maulana, Heri D. J. 2007.

Promosi Kesehatan. EGC, Jakarta.

(10)

16. Notoatmodjo, S. 2014. Promosi Kesehatan Teori dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.

17. Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.

18. Puskesmas Lepo-Lepo, 2015-2016. Data Kasus Diare Yang Ditanganui Di Puskesmas Lepo-Lepo, Kendari.

19. Riset Kesehatan Dasar, 2013. Riset Kesehatan Dasar, Badan Penelitian dan Pengembangan Masyarakat. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

20. Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods).Alfabeta, Bandung.

21. Senianti, Yulianto & Setiadi. 2015. Psikologi Eksperimen. PT Indeks, Jakarta.

Gambar

Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Umur
Tabel 7. Hasil Uji Mc Nemar Sikap Responden Tentang Perilaku Cuci Tangan Sebelum dan Sesudah Intervensidi SDIT Al Qalam Kota Kendari Tahun 2017
Tabel 8. Hasil Mc Nemar Tindakan Responden Tentang Perilaku Cuci Tangan Sebelum dan Sesudah Intervensidi SDIT Al Qalam Kota Kendari Tahun 2017

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki peranan yang sangat penting, bertemali dengan pendapat Ghazali (2013, hlm. 168) bahwa pembelajaran bahasa adalah sebuah proses

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk berupa minuman fungsional serta untuk mengetahui pengaruh interaksi antara konsentrasi CMC dan perbandingan sari

membeli produk-produk yang sesuai dengan trend yang sedang berkembang, dimana remaja putri akan lebih mudah untuk mengeluarkan uang dalam mem- beli produk-produk fashion

Maksud dari kegiatan ini adalah memberikan pemahaman mengenai perencanaan karir yang yang matang baik dari aspek pekerjaan maupun dalam hal studi lanjutan atau (belajar),

Berangkat dari pemikiran Marx yang multiinterdisipliner, paper ini bermaksud memotret dua persoalan paling penting dari pemikiran Marx, yaitu sekitar materialisme

Pada salah satu kepuasan pelanggan tersebut antara lain data hasil produksi barang yang tepat waktu maka dibutuhkan suatu informasi yang cepat, tepat dan akurat

sekarang cara menghafalnya sama seperti sebelumnya yaitu dengan cara memegang kembali semua anggota badan yang anda gunakan u/ menghafal cirri-ciri Virus : dimulai dari

memiliki lahan yang paling luas, petani bekerja terus jika sudah terlihat sangat luas dan merasa sangat cukup untuk dikelola maka petani tersebut berhenti, demikianlah menentukan