• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelayanan Antenatal - Pengaruh Faktor Predisposisi, Pendukung dan Pendorong Pada Ibu Hamil Peserta Jampersal Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Antenatal K4 Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelayanan Antenatal - Pengaruh Faktor Predisposisi, Pendukung dan Pendorong Pada Ibu Hamil Peserta Jampersal Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Antenatal K4 Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelayanan Antenatal

Pelayanan antenatal merupakan perawatan atau asuhan yang diberikan kepada ibu hamil sebelum kelahiran, yang berguna untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu hamil maupun bayinya dengan jalan menegakkan kepercayaan dengan ibu, mendetaksi komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan kesehatan (Depkes RI, 2009).

Menurut Manuaba (2002) pelayanan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalisasikan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan memberikan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.

2.2 Tujuan Pelayanan Antenatal

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin.

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi. c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi

selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan. d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun bayi

(2)

e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian Air Susu Ibu (ASI) ekslusif.

f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kehadiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal. (Saifudin,2006).

2.3 Kunjungan Ibu Hamil

Menurut Depkes RI (2005), kunjungan ibu hamil adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan. Istilah kunjungan di sini dapat diartikan ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan atau sebaliknya petugas kesehatan yang mengunjungi ibu hamil di rumahnya atau posyandu. Kunjungan ibu hamil secara berkala yang dibagi 2, yaitu

1. Kunjungan baru ibu hamil (K1)

Kunjungan K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan pada trimester I, dimana usia kehamilan 1-12 minggu.

2. Kunjungan ibu hamil yang keempat (K4)

Kunjungan K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat, untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar pada trimester III, dimana usia kehamilan >24 minggu.

(3)

2.4 Standar Pelayanan Antenatal

Unsur penting dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi adalah memberikan pelayanan dan pemeliharaan kesehatan sewaktu hamil secara memadai dan sesuai standar pelayanan kebidanan. Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi (Depkes RI, 2009).

Secara operasional, standar pelayanan tersebut yaitu : 1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

2. Ukur tekanan darah

3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)

4. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ) 5. Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid (TT)

6. Pemberian tablet Fe minimal 90 tablet selama masa kehamilan 7. Test laboratorium (rutin dan khusus)

8. Tatalaksana kasus

(4)

2.5 Teori Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan yang disediakan baik dalam bentuk rawat jalan, rawat inap, kunjungan rumah atau bentuk kegiatan lain dari pemanfaatan pelayanan kesehatan tersebut (Saifudin, 2006).

2.5.1 Faktor Predisposisi

a. Pendidikan

Menurut UU No 20 Tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

Penelitian Situmeang (2010) menyatakan bahwa pendidikan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal oleh ibu hamil.

b. Paritas

Menurut Soetjiningsih (1995) mempunyai anak lebih dari 4 orang akan menambah risiko terhadap ibu dan bayinya.

c. Jarak kelahiran

(5)

d. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu. Dan ini terjadi setelah seorang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Penginderaan melalui panca indera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, dan rasa raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Rogers (1974) yang dikutip Notoatmodjo (2003) sebelum orang mengadopsi perilaku baru, dalam diri orang terjadi proses berurutan yakni :

a. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

b. Interest dimana orang mulai tertarik pada stimulus.

c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). d. Trial dimana seseorang telah mencoba berprilaku baru.

Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yakni :

a. Tahu (know)

(6)

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

(7)

dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

e. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus dan objek.Sikap yang positif terhadap sesuatu objek, tidak selalu terwujud dalam tindakan nyata, hal ini disebabkan oleh :

a. Sikap untuk terwujudnya di dalam suatu tindakan bergantung pada situasi pada saat itu. b. Sikap akan diikuti atau tidak oleh suatu tindakan mengacu pula pada pengalaman orang

lain.

c. Sikap akan diikuti atau tidak oleh suatu tindakan berdasarkan banyak sedikitnya pengalaman seseorang

(8)

2.5.2 Faktor Pendukung

Menurut Green (1980) dalam (Notoatmodjo,2003), bahwa salah satu determinan perilaku sebagai faktor utama yang memengaruhi perilaku masyarakat enabling factor (faktor pendukung). Faktor pendukung adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Faktor ini mencakup ketersediaan sumber daya, sarana,prasarana, dan kemudahan mengakses.

A. Persyaratan Pokok Pelayanan Kesehatan

Menurut Azwar (1998) suatu pelayanan kesehatan harus memiliki berbagai persyaratan pokok. Hal ini dimaksudkan adalah persyaratan pokok tersebut dapat memberi pengaruh kepada konsumen dalam menentukan pilihannya terhadap penggunaan pelayanan kesehatan.

a. Tersedia dan berkesinambungan

Syarat pokok pertama pelayanan yang baik adalah pelayanan kesehatan tersebut harus tersedia di masyarakat (acceptable) serta berkesinambungan (sustainable). Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya dalam masyarakat ada pada setiap saat dibutuhkan.

b. Dapat diterima dan wajar

Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah yang dapat diterima (acceptable) oleh masyarakat serta bersifat wajar (appropriate). Artinya pelayanan

(9)

kepercayaan masyarakat, serta bersifat tidak wajar, bukanlah suatu pelayanan kesehatan yang baik.

c. Mudah dicapai

Syarat pokok ketiga adalah mudah dicapai (accessible) oleh masyarakat. Pengertian ketercapaian disini terutama dari sudut lokasi. Dengan demikian untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik maka pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting. Jangkauan fasilitas membantu untuk menentukan permintaan yang efektif. Bila fasilitas ini mudah dijangkau dengan menggunakan alat transportasi yang tersedia maka fasilitas ini akan banyak dipergunakan. Tingkat penggunaan di masa lalu dan kecenderungan merupakan indikator terbaik untuk perubahan jangka panjang dan pendek dari permintaan pada masa yang akan datang.

d. Terjangkau

Syarat pokok keempat pelayanan kesehatan yang baik adalah terjangkau (affordable) oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan yang dimaksud disini terutama

dari sudut biaya. Untuk dapat mewujudkan harus dapat diupayakan biaya pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat. Pelayanan kesehatan yang mahal yang hanya mungkin dinikmati oleh sebagian masyarakat saja, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.

e. Bermutu

(10)

yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan dan di pihak lain tata cara penyelenggaraan sesuai kode etik serta standar yang telah ditetapkan.

Faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan menurut Anderson yang dikutip Manullang (2007) yaitu : (1) Mudahnya menggunakan pelayanan kesehatan yang tersedia, (2) Adanya faktor-faktor yang menjamin terhadap pelayanan kesehatan yang ada, (3) Adanya kebutuhan pelayanan kesehatan.

Menurut Manullang (2007) yang mengutip Department of Health Education and Welfare, USA (1997), ada beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan yaitu :

1. Faktor regional misalnya : Jakarta, Jawa tengah

2. Faktor dari sistem pelayanan kesehatan yang bersangkutan yaitu : a). Tipe dari organisasi misalnya : rumah sakit, puskesmas, dll. b). Kelengkapan program kesehatan, c) tersedianya tenaga dan fasilitas medis, d) teraturnya pelayanan, e) hubungan antara dokter/tenaga kesehatan dengan pasien, f)adanya asuransi kesehatan

3. Faktor adanya fasilitas kesehatan lainnya

4. Faktor-faktor dari konsumen yang menggunakan pelayanan kesehatan yaitu :

a. Faktor sosio demografis yang meliputi umur, jenis kelamin, status perkawinan, besar family, kebangsaan, dan suku bangsa serta agama.

(11)

c. Faktor ekonomis, meliputi status sosio ekonomis (pendidikan,pekerjaan dan pendapatan)

d. Dapat digunakannya pelayanan kesehatan yang meliputi jarak antara rumah pasien dengan tempat pelayanan kesehatan.

e. Variabel yang menyangkut kebutuhan (need) yang meliputi morbidity, gejala penyakit, status terbatasnya keaktifan yang kronis,dll.

2.5.3 Faktor Pendorong

Faktor-faktor pendorong terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dalam perilaku masyarakat. Untuk berperilaku sehat, masyarakat bukan hanya perlu pengetahuan, sikap positif, dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, lebih-lebih para petugas kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

Petugas kesehatan adalah seseorang yang bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga dan masyarakat (Azwar, 1996). Petugas kesehatan berdasarkan pekerjaannya adalah tenaga medis, dan tenaga paramedis seperti tenaga keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga penunjang medis dan lain sebagainya (Muninjaya, 2004).

2.6 Tipe- tipe Kategori Penggunaan Pelayanan Kesehatan

Notoatmodjo (2007) menjelaskan tipe-tipe kategori pelayanan kesehatan sebagai berikut :

(12)

Dalam model ini tipe variabel-variabel yang dipakai adalah umur, seks, status perkawinan, dan besarnya keluarga. Variabel- variabel ini digunakan sebagai ukuran mutlak atau indikator fisiologis yang berbeda (umur, seks) dan siklus hidup (status perkawinan, besarnya keluarga) dengan asumsi bahwa perbedaan derajat kesehatan, derajat kesakitan, dan penggunaan pelayanan kesehatan sedikit banyak akan berhubungan dengan variabel di atas.

Karakteristik demografi juga mencerminkan atau berhubungan dengan karakteristik sosial (perbedaan sosial dri jenis kelamin mempengaruhi berbagai tipe dan ciri-ciri sosial).

b. Model-model struktur sosial

Di dalam model ini tipe variabel yang dipakai adalah pendidikan, pekerjaan dan kebangsaan. Variabel-variabel ini mencerminkan keadaan sosial dari individu atau keluarga di dalam masyarakat. Mereka mengingatkan akan berbagai gaya kehidupan yang diperlihatkan oleh individu-individu dan keluarga dari kedudukan sosial tertentu.

(13)

c. Model-model sosial psikologis

Dalam model ini tipe variabel yang dipakai adalah ukuran dari sikap dan keyakinan individu. Variabel-variabel sosiopsikologis pada umumnya terdiri dari 4 kategori :

1. Pengertian kerentanan terhadap penyakit 2. Pengertian keseluruhan dari penyakit

3. Keuntungan yang diharapkan dari pengambilan tindakan dalam menghadapi penyakit

4. Kesiapan tindakan individu.

Masalah utama dengan model ini adalah menganggap suatu mata rantai penyebab langsung antara sikap dan perilaku yang belum dapat dijelaskan.

d. Model sumber keluarga

(14)

e. Model sumberdaya masyarakat

Pada model ini tipe model yang digunakan adalah penyediaan pelayanan kesehatan dan sumber-sumber di dalam masyarakat. Model sumber daya masyarakat selanjutnya adalah suplai ekonomis yang berfokus pada ketersediaan sumber-sumber kesehatan pada masyarakat setempat. Dengan demikian model ini memindahkan pelayanan dari tingkat individu atau keluarga ke tingkat masyarakat.

f. Model-model organisme

Dalam model ini variabel yang dipakai adalah pencerminan perbedaan bentuk-bentuk sistem pelayanan kesehatan. Biasanya variabel yang digunakan adalah :

1. Gaya (style) praktik pengobatan (sendiri, rekanan, atau grup)

2. Sifat (nature) dari pelayanan tersebut (membayar langsung atau tidak) 3. Letak dari pelayanan (tempat pribadi, rumah sakit atau klinik)

4. Petugas kesehatan yang pertama kali kontak dengan pasien (dokter, perawat, asisten dokter).

g. Model sistem kesehatan

(15)

Dengan demikian apabila dilakukan analisis terhadap penyediaan dan penggunaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat maka harus diperhitugkan juga faktor-faktor yang terlibat di dalamnya. Dalam melakukan penelitian perilaku sehubungan dengan penggunaan/pencarian fasilitas-fasilitas kesehatan, semua variabel dari berbagai model tersebut dihubungkan dengan perilaku mereka terhadap fasilitas, dan juga dilihat variabel mana yang paling dominan pengaruhnya.

h. Model kepercayaan kesehatan

Model kepercayaan adalah suatu bentuk penjabaran dari model sosio-psikologis seperti disebutkan di atas. Munculnya model ini didasarkan pada kenyataan bahwa problem-problem kesehatan ditandai oleh kegagalan-kegagalan orang atau masyarakat untuk menerima usaha-usaha pencegahan dan penyembuhan penyakit yang diselenggarakan oleh provider.

i. Model sistem kesehatan

Anderson (1974) membuat model sistem kesehatan yang berupa model kepercayaan kesehatan. Di dalam model Anderson ini terdapat 3 kategori utama dalam pelayanan kesehatan, yakni : karakteristik predisposisi, karakteristik pendukung, karakteristik kebutuhan.

1. Karakteristik predisposisi (Predisposing characteristics)

(16)

a. Ciri-ciri demografi, seperti jenis kelamin dan umur

b. Struktur sosial, seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, kesukuan atau ras dan sebagainya.

c. Manfaat-manfaat kesehatan, seperti keyakinan bahwa pelayanan kesehatan dapat menolong proses penyembuhan penyakit. Selanjutnya Anderson percaya bahwa :

- Setiap individu atau orang mempunyai perbedaan karakteristik, mempunyai perbedaan tipe dan frekuensi penyakit, dan mempunyai perbedaan pola penggunaan pelayanan kesehatan

- Setiap individu mempunyai perbedaan struktur social, mempunyai perbedaan gaya hidup, dan akhirnya mempunyai perbedaan pola penggunaan pelayanan kesehatan.

- Individu percaya adanya kemanjuran dalam penggunaan pelayanan kesehatan.

2. Karakteristik pendukung (Enabling characteristics)

Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun predisposisi untuk menggunakan pelayanan kesehatan, ia tidak akan bertindak untuk menggunakannya. Penggunaan pelayanan kesehatan yang ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar.

3. Karakteristik kebutuhan (Need characteristics)

(17)

kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan, bilamana tingkat predisposisi dan pendukung tidak ada.

Lewin (1954) sebagaimana dikutip Notoatmodjo (2007) menganut konsep bahwa individu hidup pada lingkup kehidupan sosial (masyarakat). Di dalam kehidupan ini individu akan bernilai, baik positif maupun negative, di suatu daerah atau wilayah tertentu. Apabila seseorang atau keberadaannya berada pada daerah positif, maka ia berarti ditolak dari daerah negatif. Implikasinya di dalam kesehatan adalah penyakit atau sakit adalah suatu daerah negatif sedangkan sehat adalah wilayah positif.

Apabila individu bertindak untuk melawan atau mengobati penyakitnya ada empat variabel kunci yang terlibat di dalam tindakan tersebut, yaitu kerentanan yang dirasakan terhadap suatu penyakit, keseriusan yang dirasakan, manfaat yang diterima, dan rintangan yang dialami dalam tindakannya melawan penyakitnya, dan hal-hal yang memotivasi tindakan tersebut.

1). Kerentanan yang dirasakan (perceived suscepbility)

Agar seseorang bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakitnya, ia harus merasakan bahwa ia rentan (susceptible) terhadap penyakit tersebut. Dengan kata lain suatu tindakan pencegahan terhadap suatu penyakit akan timbul bila seseorang telah merasakan bahwa ia atau keluarganya rentan terhadap penyakit tersebut.

2). Keseriusan yang dirasakan (perceived seriousness)

(18)

karena itu, tindakan pencegahan polio akan lebih banyak bila dibandingkan dengan pencegahan flu.

3). Manfaat dan rintangan-rintangan yang dirasakan (perceived benafis and barriers)

Apabila individu merasa dirinya rentan untuk penyakit-penyakit yang dianggap serius, ia akan melakukan suatu tindakan tertentu. Tindakan ini akan tergantung pada manfaat yang dirasakan dan rintangan-rintangan yang ditemukan dalam mengambil tindakan tersebut. Pada umumnya manfaat dari tindakan lebih menentukan daripada rintangan-rintangan yang mungkin ditemukan dalam melakukan tindakan tersebut.

4). Isyarat atau tanda-tanda (cues)

Untuk mendapatkan tingkat penerimaan yang benar tentang kerentanan, kegawatan dan keuntungan tindakan, maka diperlukan faktor-faktor eksternal. Faktor-faktor tersebut misalnya pesan-pesan pada media massa, nasihat atau anjuran kawan-kawan atau anggota keluarga lain dari si sakit dan sebagainya.

2.7 Jaminan Persalinan (Jampersal)

2.7.1 Pengertian Jampersal

(19)

a.Tujuan Umum

Jaminan Persalinan mempunyai tujuan untuk menjamin akses pelayanan persalinan yang dilakukan oleh dokter atau bidan dalam rangka menurunkan AKI dan AKB.

b.Tujuan Khusus

1. Meningkatkan cakupan pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, dan pelayanan nifas ibu oleh tenaga kesehatan.

2. Meningkatkan cakupan pelayanan bayi baru lahir oleh tenaga kesehatan. 3. Meningkatkan cakupan pelayanan KB pasca persalinan.

4. Meningkatkan cakupan penanganan komplikasi ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir.

5. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang efisien, efektif, transparan, dan akuntabel.

c. Sasaran

Yang dijamin oleh Jaminan Persalinan adalah: Ibu hamil, Ibu bersalin, Ibu nifas (pasca melahirkan sampai 42 hari), Bayi baru lahir (0-28 hari).Yang dapat memperoleh pelayanan jaminan persalinan adalah seluruh ibu hamil yang belum mempunyai jaminan kesehatan.

2.7.2 Kebijakan Operasional dan Manfaat

A. Kebijakan Operasional

(20)

2. Pengelolaan kepesertaan Jaminan Persalinan merupakan perluasan kepesertaan dari program Jamkesmas yang mengikuti tata kelola kepesertaan dan manajemen Jamkesmas, namun dengan kekhususan dalam hal penetapan pesertanya.

3. Peserta program Jaminan Persalinan adalah seluruh sasaran yang belum memiliki jaminan persalinan.

4.Peserta Jaminan Persalinan dapat memanfaatkan pelayanan di seluruh jaringan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama dan tingkat lanjutan (Rumah Sakit) di

kelas III yang memiliki Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK Kabupaten/Kota.

5.Pelaksanaan pelayanan Jaminan Persalinan mengacu pada standar pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

6.Pelayanan Jaminan Persalinan diselenggarakan dengan prinsip Portabilitas, Pelayanan terstruktur berjenjang berdasarkan rujukan.

7.Untuk pelayanan paket persalinan tingkat pertama di fasilitas kesehatan pemerintah (Puskesmas dan Jaringannya) didanai berdasarkan usulan POA Puskesmas.

8.Untuk pelayanan paket persalinan tingkat pertama di fasilitas kesehatan swasta

dibayarkan dengan mekanisme klaim. Klaim persalinan didasarkan atas tempat (lokasi wilayah) pelayanan persalinan dilakukan.

B. Manfaat Jaminan Persalinan

(21)

jaringannya) dan faskes swasta yang tersedia fasilitas persalinan (Klinik/Rumah Bersalin, Dokter Praktik, Bidan Praktik) dan yang telah menandatangani Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota

(22)

2.8 Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka, maka dapat disusun kerangka konsep penelitian sebagai berikut :

Variabel Bebas Variabel Terikat

2.9 Hipotesa Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan tes dalam penelitian ini dilakukan sebelum dan sesudah program pelatihan. Tes sebelum pelaksanaan program atau tes awal ini dimaksudkan untuk mengetahui

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh dukungan manajemen puncak, manajemen proyek yang efektif, business process

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Desiyanti (2015) bahwa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kejadian pernikahan dini adalah peran orang tua dalam

Pengaruh variable kekayaan, tingkat bunga dan nilai tukar secara statistic signifikan terhadap perubahan kecenderungan konsumsi masyarakat di Indonesia dengan derajat

Pengenaan pajak atas bentuk usaha tetap yang dimiliki oleh suatu perusahaan dari Negara pihak pada. Persetujuan di Negara pihak lainnya pada Persetujuan, tidak akan dilakukan

Penggunaan t epung bul u ayam pada t er nak r umi nansi a unt uk memenuhi sel ur uh pr ot ei n supl emen pada r ansum anak domba yang sedang t umbuh dan pada per i ode

Pengunjung memasuki gate entrance site dengan membayar karcis parkir, kemudian dapat melihat kolam dan air mancur, merasakan suasana alam dengan kehadiran

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi penyalahgunaan