• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Audit Internal dan Pengendalian Internal Terhadap Penerapan Good Corporate Governance pada PDAM Tirtanadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Audit Internal dan Pengendalian Internal Terhadap Penerapan Good Corporate Governance pada PDAM Tirtanadi Medan"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH AUDIT INTERNAL DAN PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

PADA PDAM TIRTANADI MEDAN

OLEH

Ella Zefriani Lisna Nst 110503038

PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI DAPERTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Audit

Internal dan Pengendalian Internal Terhadap Penerapan Good Corporate Governance Pada PDAM Tirtanadi Medan” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi untuk Program S-1 Reguler Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya, dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan,

Yang Membuat Pernyataan,

(3)

ABSTRAK

PENGARUH AUDIT INTERNAL DAN PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

PADA PDAM TIRTANADI MEDAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari audit internal dan pengendalian internal terhadap penerapan good corporate governance pada PDAM Tirtanadi Medan. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda dengan jumlah sampel sebanyak 30 responden. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner berjumlah 31 pernyataan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan audit internal dan pengendalian internal berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerapan good corporate governance. Secara parsial, pengendalian internal berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerapan good corporate governance, sedangkan audit internal berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap penerapan good corporate governance.

(4)

ABSTRACT

EFFECTS OF INTERNAL AUDIT AND INTERNAL CONTROL TO GOOD CORPORATE GOVERNANCE

IN PDAM TIRTANADI MEDAN

This reserach aim is to understand and analyse the effects of internal audit and internal control to good corporate governance in PDAM Tirtanadi Medan. This research is analysed using multiple regression analysis with number of samples of 30 people. Primary data collection are taken using questionnaires. Research shows that simultaneously internal audit and internal control are affecting positively and significantly to good corporate governance. Partially, internal audit is affecting positively but insignificantly to good corporate governance, while internal control is affecting positively and significantly to good corporate governance.

(5)

KATA PENGANTAR Bismillahirahmannirrahim

Syukur alhamdulilah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-NYA, sehingga peniliti dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Pengaruh Audt Internal dan

Pengendalian Internal Terhadap Penerapan Good Corporate Governance Pada PDAM Tirtanadi Medan”. Tak lupa salawat berangkaikan salam peneliti haturkan kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.

Penyusunan skripsi ini sebagai tugas akhir peneliti dimungkinkan berkat bantuan berbagai pihak. Maka sudah pada tempatnya maka peneliti menyampaikan penghargaan dan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya pada mereka yang banyak membantu dan mendukung peneliti dalam menulis skripsi ini.

Pertama sekali peneliti mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada orang tua yakni Ayahanda H. Ahmad Huzein Nst SE dan Ibunda Hj. Nur Liana Nst SH yang selalu ada sejak lahir untuk membimbing, memberikan semangat, cinta dan kasih sayang serta doa yang tak pernah putus untuk menjadikan kami anak yang terbaik. Untuk adik-adik saya Puja Lestari Lisna Nst, Alda Halimah Lisna Nst dan Muhammad Arril Nst, terimakasih atas kebaikan dan ketulusan dalam memotivasi untuk membantu peneliti menggapai gelar sarjana.

(6)

berupa materi, pikiran, maupun dorongan semangat dan motivasi. Oleh karena iu melalui kata pengantar ini penulis menyampaikan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr.Azhar Maksum, Mec, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Syamsul Bahri TRB, MM, Ak selaku dosen pembimbing.

3. Bapak Drs. Rustam, Msi, Ak dan bapak Rasdianto, SE, Msi, Ak juga para Dosen Akuntansi Fakultas Ekonomi.

4. Teman-teman kuliah seperjuangan saya Nova, Fauzya, Dea, Dwi, Dian, Sheila, Inggit, Masyruf dan teman-teman undangan 2011 yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang tidak pernah bosan untuk selalu memberikan semangat dan bantuan dalam menyelesaikan penelitian ini.

5. Teman-teman tersayang saya Nikmah, Amel, Icha, Dedek, Sepri, Albi, Rika, Meila, dll yang selalu ada untuk membantu dan memotivasi peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.

6. Semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini yang tidak disebutkan satu – persatu terimakasih atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan.

Medan, Juni 2015 Peneliti

(7)
(8)

2.5 Kerangka Konseptual ... 40

(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Perbedaan Auditor Internal dan Auditor Eksternal ... 15

2.2 Penelitian Terdahulu... 39

3.1 Jadwal Penelitian ... 42

4.1 Karakteristik Responden ... 51

4.2 Distribusi Jawaban Responden variabel Audit Internal ... 53

4.3 Distribusi Jawaban Responden Variabel Pengendalian Internal 55 4.4 Distribusi Jawaban Responden Variabel Good Corporate Governance ... 58

4.5 Uji Validitas Audit Internal ... 61

4.6 Uji Validitas Pengendalian Internal... 61

4.7 Uji Validitas GCG ... 62

4.8 Uji Reliabilitas ... 62

4.9 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 65

4.10 Uji Glejser ... 67

4.11 Uji Multikolinearitas ... 68

4.12 Hasil Uji Analisis Regresi Berganda ... 69

4.13 Hasil Uji Parsial ... 70

4.14 Hasil Uji Simultan ... 73

4.15 Hasil Uji Koefisien Determinan ... 74

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 41

4.1 Grafik Histogram Uji Normalitas ... 63

4.2 Grafik Normal P-P Plot Uji Normalitas ... 64

4.3 Grafik ScatterPlot Uji Heteroskedastisitas ... 66

Lamp 1 Kuesioner ... 81

Lamp 2 Data Penelitian... 85

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

(12)

ABSTRAK

PENGARUH AUDIT INTERNAL DAN PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

PADA PDAM TIRTANADI MEDAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari audit internal dan pengendalian internal terhadap penerapan good corporate governance pada PDAM Tirtanadi Medan. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda dengan jumlah sampel sebanyak 30 responden. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner berjumlah 31 pernyataan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan audit internal dan pengendalian internal berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerapan good corporate governance. Secara parsial, pengendalian internal berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerapan good corporate governance, sedangkan audit internal berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap penerapan good corporate governance.

(13)

ABSTRACT

EFFECTS OF INTERNAL AUDIT AND INTERNAL CONTROL TO GOOD CORPORATE GOVERNANCE

IN PDAM TIRTANADI MEDAN

This reserach aim is to understand and analyse the effects of internal audit and internal control to good corporate governance in PDAM Tirtanadi Medan. This research is analysed using multiple regression analysis with number of samples of 30 people. Primary data collection are taken using questionnaires. Research shows that simultaneously internal audit and internal control are affecting positively and significantly to good corporate governance. Partially, internal audit is affecting positively but insignificantly to good corporate governance, while internal control is affecting positively and significantly to good corporate governance.

(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan secara umum didirikan tentunya memiliki tujuan untuk memperoleh laba. Laba yang diperoleh berasal dari pemanfaatan sumber daya yang ada pada perusahaan secara maksimal sehingga laba diharapakan diperoleh juga secara maksimal. Keberhasilan perusahaan dapat dilihat dari tingkat pencapaian tujuan perusahaan. Kemampuan perusahaan dalam menciptakan laba tersebut juga menentukan kelangsungan hidup perusahaan. Dengan cara pandang yang demikian maka menuntut perusahaan untuk selalu melakukan inova si-inovasi terbaru untuk menghadapi persaingan usaha dunia terkini.

Setiap perusahaan baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil umumnya memiliki organisasi. Pada perusahaan yang organisasinya masih kecil dengan jumlah karyawan yang masih sedikit dan kegiatan operasional yang cenderung masih terbatas, pimpinan masih dapat mengawasi jalannya perusahaan secara langsung. Berbeda dengan perusahaan besar dimana pemimpin perusahaan sudah tidak bisa mengawasi kegiatan operasional secara langsung dikarenakan adanya keterbatasan pengawasan, untuk itu diperlukan adanya pengendalian internal yang dapat menjadi alat bantu akibat keterbatasan pengawasan tersebut.

(15)

untuk menilai keefektifan kinerja sehingga menjadi titik kelemahan dalam perusahaan.

Keterbatasan komunikasi antara manajemen puncak dan operasi yang sedang berjalan tersebut tidak dapat menutup kemungkinan bahwa akan terjadinya praktik-praktik yang dapat membahayakan perusahaan seperti praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Hal tersebut akan sulit untuk dideteksi, karna akan diketahui apabila adanya kebetulan atau suatu hal yang disengaja. Praktik ini juga akan menjadi ancaman berbahaya untuk perusahaan, karna tindakan tersebut memiliki efek terhadap resiko kerugian keuangan yang berakibatkan perusahaan itu dapat mengalami kebangkrutan.

Faktor yang dapat mencegah terjadinya praktik-praktik yang dapat membahayakan perusahaan yaitu penerapan Good Corporate Governance pada perusahaan. Istilah Good Corporate Governance tersebut muncul disaat adanya skandal international, seperti dalam kasus Enron dan WorldCom, dengan demikian Good Corporate Governance tersebut bukan merupakan pola baru atau merupakan sebuah inovasi, tapi merupakan suatu pertanggungjawaban kepada publik mengenai perkembangan yang ada.

Berdasarkan SK Mentri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Nomor KEP-117/M-MBU/2002 Pasal 2 tentang penerapan Good Corporate Governance (GCG) pada BUMN/BUMD, dinyatakan bahawa “BUMN/BUMD diwajibkan

(16)

aset-asetnya agar dapat menghasilkan profit berbentuk pemasukan kas sehingga memiliki nilai tambah. Bank, BUMN, BUMD, dan perusahaan publik yang terdaftar di bursa saham, sebagai tulang punggung perekonomian nasional diharapkan menjadi teladan dalam menerapkan Corporate Governance yang efektif.

(17)

mendeteksi terjadinya kesalahan dalam tubuh perusahaan. Hal ini mengindikasikan perusahaan-perusahaan tersebut tidak dijalankan dengan prinsip tata kelola yang baik (Good Corporate Governance). Pengendalian internal yang memadai harus dapat menyediakan informasi yang dipercaya, kepatuhan terhadap kebijakan, prosedur, hukum dan peraturan, pengamanan aset, pemanfaatan sumber daya secara ekonomis dan efisien, pencapaian tujuan yang ditetapkan (Gusnardi, 2006:11).

Baik buruknya Good Corporate Governance BUMN/BUMD di Indonesia memiliki keterkaitan dengan pelaksanaan pengendalian internal pada BUMN. Dengan berfungsinya pengendalian internal dan audit internal serta terwujudnya tranparansi, akuntabilitas, reponsibilitas, independensi dan kewajaran maka terwujudlah prinsip Good Corporate Governance yang semakin baik dalam suatu perusahaan. Dengan demikian bahwa keberadaan audit internal dan pengendalian internal sangat penting dalam menciptakan Good Corporate Governance.

(18)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah audit internal berpengaruh terhadap penerapan Good Corporate Governance?

2. Apakah pengendalian internal berpengaruh terhadap penerapan Good Corporate Governance?

3. Apakah audit internal dan pengendalian internal berpengaruh terhadap penerapan Good Corporate Governance?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh audit internal terhadap penerapan Good Corporate Governance.

2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh pengendalian internal terhadap penerapan Good Corporate Governance.

3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh audit Internal dan pengendalian Internal terhadap penerapan Good Corporate Governance.

1.4. Manfaat Penelitian 1. Mahasiswa

(19)

b. Menambah pengetahuan untuk peneliti yang berkaitan dengan pengaruh audit internal dan pengendalian internal terhadap penerapan Good Corporate Governance.

c. Sebagai bahan refrensi untuk penelitian selanjutnya. 2. Perusahaan

a. Mendorong perusahaan terutama personil audit internal dan pengendalian internal untuk mengenali dan peka terhadap permasalahan yang terjadi.

b. Meningkatkan kehandalan dan ketepatan perusahaan dalam mengendalikan pengendalian internal.

c. Dapat menjadikan masukan sejauh mana pengaruh audit internal dan pengendalian internal dapat menunjang penerapan Good Corporate Governance.

3. Teoritis

a. Hasil penelitian ini memberikan wacana bagi perkembangan studi akuntansi yang berkaitan dengan audit internal dan pengendalian internal terhadap penerapan Good Corporate Governance.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori

2.1.1. Audit Internal

2.1.1.1. Definisi Audit Internal

American Accounting Association mendefinisikannya sebagai “proses sistematis untuk secara objektif memperoleh dan mengevaluasi

asersi mengenai tindakan dan kejadian-kejadian ekonomis untuk meyakinkan derajat kesesuaian antara asersi ini dengan kriteria yang ditetapkan dan mengomunikasikannya ke pengguna yang berkepentingan” (Sawyer et al,2005:8).

Definisi ini ditujukan untuk menggambarkan proses yang dilakukan di semua jenis audit; tetapi istilah “tindakan dan kejadian ekonomi” mengarah pada aspek keuangan akuntansi.

Definisi audit internal menurut Standarts for the Professional Practice of Internal Auditing “Audit internal adalah fungsi penilaian independen yang dibentuk dalam perusahaan untuk memeriksa dan mengevaluasi aktivitas-aktivitasnya sebagai jasa yang diberikan kepada perusahaan” (Sawyer et al,2005:9).

(21)

Selanjutnya, pengertian audit internal adalah agen yang paling “pas” untuk mewujudkan Internal Control, Risk Management dan Good Corporate Governance yang pastinya akan memberi nilai tambah bagi sumber daya manusia dan perusahaan (Valery G. Kumaat,2010:35).

Sebuah resolusi yang menciptakan sebuah kerangka praktik profesional (Profesional Practices Framework) yang baru juga dipertimbangkan oleh dewan IIA. Dewan Standar Audit Internal (Internal Auditing Standarts Board-IIASB) IIA telah mengembangkan semua perubahan yang direkomendasikan terhadap standar.

(22)

Definisi ini tidak hanya mencakup peranan dan tujuan auditor internal, tetapi juga mengakomodasikan kesempatan dan tanggung jawab. Definisi tersebut juga memadukan persyaratan-persyaratan signifikan yang ada di Standar dan menangkap lingkup yang luas dari auditor internal modern yang lebih menekankan pada penambahan nilai dan semua hal yang berkaitan dengan resiko, tata kelola dan kontrol.

2.1.1.2. Misi dan Peran Audit Internal

Auditor Internal memberikan informasi yang diperlukan manajer dalam menjalankan tanggung jawab mereka secara efektif. Auditor internal bertindak sebagai penilai independen untuk menelaah operasional perusahaan dengan mengukur dan mengevaluasi kecukupan kontrol serta efisiensi dan efektivitas kinerja perusahaan. Auditor internal memiliki peranan yang penting dalam semua hal yang berkaitan dengan pengelolaan perusahaan dan risiko-risiko terkait dalam menjalankan usaha.

Independensi merupakan kata kunci paling penting untuk menilai peran Audit Internal. Banyak pihak mengartikan independensi ke dalam 2 pengertian:

1. Independensi = mengambil sikap netral,tidak memihak, dan bebas dari pengaruh.

2. Independensi = keberpihakan pada kepentingan yang lebih besar/bernilai.

(23)

kepentingan manfaat bisnis atau kepentingan orang banyak, atau antara kebijakan internal dan regulasi pemerintah, mau tidak mau harus terjadi keberpihakan. Tetapi persepsi setiap orang terhadap kebenaran ternyata bisa tidak sama. Selain itu, kepentingan yang dianggap lebih besar biasanya juga dipengaruhi oleh adu otoritas di antara mereka yang memperjuangkan kepentingan itu.

Keberpihakan audit internal pada kebenaran ditinjau dari:

1. Adanya bukti serta data material yang otentik, relevan, dan cukup. 2. Adanya praktek bisnis yang menunjang tinggi etika/moral serta

memperhatikan risiko terukur.

3. Adanya kapasitas tanggung jawab dan wewenang seseorang yang terukur dalam organisasi bisnis.

4. Adanya administrasi dan pengendalian yang memadai serta konsisten.

Tiga peran yang ideal bagi audit internal:

1. Peran Analisis/Penelaah Data Berbasis Risiko Bisnis

Kontribusi audit internal di sini setidaknya dalam beberapa aspek startegis, seperti :

a. Melakukan sosialisasi terhadap prinsip-prinsip Risk Management dan mendeteksi berbagai Critical Risk Point yang secara potensial tersimpan di tengah bisnis korporasi.

(24)

c. Mengembangkan perspektif pengawasan berbasis Risiko (Risk-based Internal Auditing) dengan memasukkan aspek pengukuran risiko pada setiap Audit Object.

d. Bila belum ada dan dirasa penting, merintis pembentukan unit kerja tersendiri yang berfokus pada penajaman Risk Management (keuangan dan operasi) perusahaan.

2. Peran Akselerator/Pendorong Terwujudnya Pengawasan Melekat (Built-in Control Accelerator/Sinergizer)

Penetapan pengawasan melekat (built-in control) korporasi yang kuat tidak mungkin hanya mengandalkan internal audit semata. Karena organisasi bisnis itu sendiri bersifat organic (teridiri atas unit-unit kerja yang mandiri sekaligus saling menunjang), maka idealnya jaringan pengendalian internal harus ditetapkan melalui pengembangan integrated system (aplikasi komputer,SOP,dsb) untuk mengendalikan hubungan kerja antarunit. Namun, membangun sebuah sistem pengendalian perusahaan yang kuat, pada hakikatnya sama saja membangun sebuah budaya pada setiap lini bisnis. Dengan memiliki akses ke semua unit kerja, audit internal dapat mempercepat terwujudnya budaya tersebut dengan cara:

(25)

b. Menguji kecukupan Critical Control Point pada setiap sistem yang ada (aplikasi komputer,internal policy,dll) baik sebelum diluncurkan maupun dalam bentuk evaluasi efektifitas sistem. c. Mengamati komitmen unit kerja/fungsi tugas terkait dalam

menjalankan administrasi dan pengendalian sesuai dengan sistem yang berlaku, melalui uji kepatuhan (compliance test). d. Melakukan sinergi peran pengawasan dengan unit kerja lain

(seperti Accounting,Finance,dll) melalui penugasan audit atau fungsi pengawasan bersama (joint controlling).

3. Peran Penyelaras/Perekat Strategi Bisnis (Business Strategy /Integrator)

Audit internal harus mampu menjadi alat senior management sebagai penyelaras dan perekat organisasi, hal ini dapat menunjang:

a. Audit internal dapat memperkaya perspektif bisnis setiap pemimpin unit kerja (yang bisa berorientasi profit, target, achievement) dengan keberanian sebagai measured-risk taker, karena instink bisnis dan kapabilitas staretegic mereka dilengkapi dengan kecakapan membaca data serta naluri antisipatif risk management, sebagai buah misi yang diusung audit internal secara konsisten.

(26)

dan managerial), karena para auditor dapat mendorong pemahaman secara tuntas atas business process dan kecakapan di bidang organisasi, administrasi dan pengendalian, sebagai dampak dari upaya pemantapan built-in control yang diemban oleh audit internal.

c. Audit internal dapat menjadi penerjemah yang efektif atas setiap arahan senior management ke seluruh staf di setiap unit kerja, karena setiap berintekrasi dengan para auditee (termasuk di level paling bawah) mampu menawarkan value added bagi peningkatan efektivitas/efisiensi dan pencapaian kerja dengan high competence perspective, knowledge, dan skill di bidang Risk Management serta Controlling.

(27)

internal dan audit eksternal modern. Audit eksternal memiliki fokus yang sempit, sementara audit internal memiliki ruang lingkup yang komprehensif.

Auditor eksternal tidak terlalu memerhatikan kecurangan atau pemborosan yang tidak memiliki dampak yang signifikan, atau tidak material, terhadap laporan keuangan. Di lain pihak, auditor internal sangat memerhatikan pemborosan dan kecurangan, dari mana pun sumbernya dan sekecil apapun jumlahnya. Perhatian ini bukanlah berasal dari pentingnya memeriksa setiap penyimpangan yang kecil, namun lebih disebabkan oleh pemahaman bahwa penyimpangan-penyimpangan kecil bisa menjadi besar sehingga dapat menggoyahkan pilar-pilar perusahaan.

Perbedaan utama antara auditor internal dan auditor eksternal disarikan pada tabel berikut ini. Posisi dan fokus perhatian dari auditor internal modern dibandingkan dengan auditor eksternal yang berorientasi pada aspek keuangan:

Tabel 2.1

Perbedaan auditor internal dan auditor eksternal Auditor Internal

Merupakan karyawan

perusahaan, atau bisa saja merupakan entitas independen. Melayani kebutuhan organisasi, meskipun fungsinya harus dikelola oleh perusahaan.

Fokus pada kejadian-kejadian di

masa depan dengan

mengevaluasi kontrol yang dirancang untuk meyakinkan

Auditor Eksternal

Merupakan orang yang independen di luar perusahaan.

Melayani pihak ketiga yang memerlukan informasi keuangan yang dapat diandalkan.

Fokus pada ketetapan dan

kemudahan pemahaman dari

(28)

pencapaian tujuan organisasi. Langsung berkaitan dengan pencegahan kecurangan dalam segala bentuknya atau perluasan dalam setiap aktivitas yang di telaah.

Independen terhadap aktivitas yang diaudit, tetapi siap sedia untuk menanggapi kebutuhan dan keinginan dari semua tingkatan manajemen.

Menelaah aktivitas secara-menerus.

Sekali-sekali memerhatikan pencegahan dan pendeteksian kecurangan secara umum, namun akan memberikan perhatian lebih bila kecurangan tersebut akan memengaruhi laporan keuangan secara material.

Independen terhadap manajemen dan dewan direksi baik dalam kenyataan maupun secara mental.

Menelaah catatan-catatan yang mendukung laporan keuangan secara periodik yang biasanya sekali setahun.

Auditor internal dan auditor eksternal haruslah berkoordinasi. Teknik-teknik yang digunakan dalam audit keuangan, baik yang dilakukan auditor eksternal maupun internal bisa jadi serupa; namun tujuan dan hasil yang diharapkan bisa berbeda. Mereka mencerminkan dua profesi yang berlainan yang harus saling menghargai satu sama lain dan memnafaatkan kelebihan masing-masing.

2.1.1.4.Teknik-Teknik Audit Internal 1. Penentuan resiko

(29)

di industri dan sektor-sektor lain. Auditor internal harus memiliki pemahaman mengenai proses penentua resiko dan sarana yang digunakan untuk melakukannya. Auditor internal harus memasukkan hasil penentuan resiko ke dalam program audit untuk memastikan bahwa kontrol-kontrol yang dibutuhkan memang diterapkan untuk mengurangi resiko. Resiko audit terdiri atas:

a. Risiko Bawaan (inharent risk) adalah kerentanan suatu asersi atas terjadinya salah saji yang material, dengan mengasumsikan bahwa tidak ada kebijakan atau prosedur struktur kontrol internal terkait yang ditetapkan.

b. Risiko Kontrol (control risk) adalah risiko bahwa salah saji material yang bisa terjadi pada suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur, kebijakan, atau prosedur kontrol internal suatu entitas. Beberapa risiko kontrol akan tetap ada karena adanya keterbatasan yang melekat pada struktur kontrol internal. c. Risiko Deteksi (detection risk) adalah risiki bahwa auditor

(30)

2. Survei Pendahuluan

Survei pendahuluan dapat menjadi senjata terbaik bagi auditor untuk memperoleh pemahaman, informasi, dan perspektif yang dibutuhkan untuk mendukung kesuksesan audit. Survei pendahuluan yang baik akan menghasilkan program audit yg tepat, dan program audit yang tepat akan menunjang keberhasilan audit. Jadi, keberhasilan atau kegagalan audit bisa jadi sangat tergantung pada survei. Jika survei pendahuluan direncanakan dan dilaksanakan dengan baik, maka survei tersebut akan menjadi lebih dari sekedar cara untuk mendapatkan pemahaman yang efektif; melainkan juga menjadi penentu keberhasilan audit. Audit internal sebaiknya melakukan survei dalam tujuh langkah dasar, yaitu:

a. Melakukan Studi Awal

Studi awal yang dilakukan auditor mencakup penelaahan atas kertas kerja tahun sebelumnya, temuan-temuan audit, bagan organisasi, dan dokumen-dokumen lain yang akan membantu untuk lebih memahami subjek audit.

b. Pendokumentasian

(31)

saat pendokumentasian. Auditor juga membuat kuesioner yang akan digunakan dalam wawancara dan diskusi dengan manajer klien dan yang lainnya.

c. Bertemu Klien

Pertemuan auditor internal dengan klien meberi peluang bagu auditor untuk menjelaskan tujuan dan pendekatan audit yang akan dilakukan.

d. Mengumpulkan Bahan Bukti

Survei pendahuluan akan berlangsung dengan lancar dan sistematis jika auditor internal memiliki pandangan yang jelas mengenai apa yang ingin dicapai. Dalam kebanyakan audit, informasi penting dapat diklasifikasikan ke dalam empat fungsi dasar manajemen: perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan kontrol.

e. Mengamati

Pengamatan terus dilakukan selama survei pendahuluan. f. Membuat Bagan Alir

(32)

merupakan sarana untuk menganalisis operasi yang kompleks-analisis yang tidak selalu bisa dicapai dengan narasi yang rinci. g. Pelaporan

Kebanyakan auditor internal merasa perlu menerbitkan laporan audit walaupun hanya survei yang dilakukan.

3. Program Audit

Program audit internal merupakan pedoman bagi auditor dan merupakan satu kesatuan dengan supervisi audit dalam pengambilan langkah-langkah audit tertentu. Langkah-langkah audit dirancang untuk mengumpulkan bahan bukti audit dan untuk memungkinkan auditor internal mengemukakan pendapat mengenai efisiensi, keekonomisan, dan efektifitas aktivitas yang akan diperiksa. Program tersebut berisi arahan-arahan pemeriksaan dan evaluasi informasi yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan-tujuan audit dalam ruang lingkup penugasan audit.

4. Pekerjaan Lapangan

(33)

pengambilan keputusan oleh manajemen. Tujuan pekerjaan lapangan adalah untuk membantu pemberian keyakinan dengan melaksanakan prosedur-prosedur audit yang ada di program audit, sesuai tujuan audit yang ingin dicapai.

5. Temuan Audit

Selama pelaksanaan pekerjaan mereka, auditor internal mengidentifikasi kondisi-kondisi yang membutuhkan tindakan perbaikan. Penyimpangan-penyimpangan dari norma-norma atau kriteria yang dapat diterima disebut temuan audit (audit fundings).

6. Kertas kerja

Kertas kerja (working paper) mendokumentasikan audit. Kertas kerja berisi catatan informasi yang diperoleh dan analisis yang dilakukan selama proses audit. Kertas kerja disiapkan sejak saat auditor pertama kali memulai penugasannya hingga mereka menelaah tindakan perbaikan dan mengakhiri proyek audit. Kertas kerja berisi dokumentasi atas langkah-langkah berikut ini dalam proses audit:

a. Rencana audit, termasuk program audit.

b. Pemeriksaan dan evaluasi kecukupan dan efektivitas sistem kontrol internal

(34)

d. Penelaahan kertas kerja oleh penyelia. e. Laporan audit.

f. Tindak lanju dari tindakan perbaikan.

Auditor internal harus menyiapkan kertas kerja yang akurat, jelas, terorganisasi, dan profesional, dengan

mempertimbangkan hal-hal berikut ini: a. Pendokumentasian, termasuk kertas kerja b. Ringkasan, termasuk catatan temuan audit c. Pemberian indeks dan referensi silang d. Kertas kerja pro forma

e. Penelaahan kertas kerja oleh penyelia f. Kepemilikan dan kontrol atas kertas kerja g. Kriteria kertas kerja yang ideal

h. Penulisan kertas kerja sejalan dengan kemajuan audit penyimpanan kertas kerja

2.1.1.5. Peran Auditor Internal yang Mengacu Pada Kriteria GCG

(35)

a. Membantu direksi dan dewan komisaris menyusun dan mengimplementasikan kriteria Good Corporate Governance di perusahaan apabila pengembangan Good Corporate Governance dilakukan sendiri, atau turut bekerja sama sebagai counterpart apabila pengembangan Good Corporate Governance diserahkan pada pihak ketiga (outsourching). Sehubungan dengan hal tersebut, Auditor Internal berperan penting untuk memberikan limited assurance atas kesesuaian kriteria Good Corporate Governance yang disusun sendiri dengan kriteria Good Corporate Governance Indonesia dan internasional.

(36)

c. Membantu direksi dan dewan komisaris mematuhi dan mengawasi penerapan atas seluruh ketentuan yang berlaku dan Auditor Internal harus memastikan bahwa seluruh elemen perusahaan dan dalam setiap aktivitas perusahaan, mereka telah mengikuti ketentuan secara konsisten.

d. Membantu direksi menyusun dan mengimplementasikan Struktur Pengendalian Internal yang handal dan memadai. Auditor Internal dalam konteks ini harus memastikan bahwa struktur tersebut telah tersedia dengan memadai dan telah berfungsi serta telah diikuti oleh setiap elemen perusahaan.

e. Menstimulasi direksi dan dewan komisaris untuk mengembangkan dan mengimplementasikan sistem audit yang baik, khususnya pembentukan komite audit yang ideal, piagam Audit Internal, pedoman Audit Internal serta serta menumbuhkan efektivitas penggunaan dan pemanfaatan hasil kerja auditor independen terhadap evaluasi praktik Good Corporate Governance.

(37)

termasuk sistem akuntansi juga dapat membantu menyediakan data dan menyusun laporan-laporan yang dibutuhkan tepat pada waktunya.

2.2. Pengendalian Internal

2.2.1. Definisi Pengendalian Internal

Struktur pengendalian internal yang digunakan dalam suatu entitas merupakan faktor yang menentukan laporan keuangan yang dihasilkan oleh entitas. Oleh karena itu, sebelum auditor melaksanakan audit secara mendalam atas informasi yang tercantum dalam laporan keuangan, standar pekerjaan lapangan kedua mengharuskan auditor memahami Struktur pengendalian internal yang berlaku dalam entitas.

a. Definisi Struktur Pengendalian Internal

Laporan COSO mendefinisikan pengendalian internal adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh aturan direksi, manajemen, dan personalia lainnya yang disusun untuk memberi jaminan yang berhubungan dengan pencapaian tujuan berikut ini:

1. Dapat dipercayainya laporan keuangan.

2. Kesesuaian dengan undang-undang yang ditetapkan dan aturan.

3. Efektivitas dan efisiensi operasi (kegiatan) (Bambang Hartadi, 1999:81).

(38)

a. Pengendalian internal adalah suatu proses. Artinya menjadi alat mencapai tujuan yang terdiri dari rangkaian tindakan dan menyatu dalam infrastruktur lembaga/perusahaan.

b. Pengendalian internal dipengaruhi orang. Hal ini tak hanya menyangkut pedoman kebijakan dan formulir, tetapi orang-orang pada setiap level organisasi, termasuk dewan direksi, manajemen dan lainnya.

c. Pengendalian internal dapat diharapkan memberi jaminan yang beralasan (rationale), bukan jaminan mutlak (absolute), karena ada batasan-batasan yang melekat pada sistem pengendalian internal dan perlunya cost dan benefitnya adanya pengendalian.

d. Pengendalian menjadikan penggerak pencapaiannya tujuan dalam (overlapping) laporan keuangan, kesesuaian, dan operasi.

Terdapat beberapa definisi dari sumber lain diantaranya adalah:

AICPA (American Institute of Certified Accounts) memberikan definisi seperti berikut:

(39)

Pengertian di atas tidak hanya mencakup kegiatan akuntansi dan keuangan tetapi meluas ke segala aspek kegiatan perusahaan.

Menurut Arens (2008:376) dalam penelitian Morita Indah Lestari (2013) pengendalian internal adalah proses dipengaruhi oleh dewan direksi, manajemen dan personel lain dalam perusahaan, yang dirancang untuk memberikan jaminan yang masuk akal sehubungan dengan pencapaian tujuan dalam kategori sebagai berikut: (1) efektivitas dan efisiensi operasi, (2) untuk memberikan jaminan bahwa sasaran hasil pengendalian manajemen akan terpenuhi.

2.2.2. Tujuan Pengendalian Internal

Seperti telah disebutkan di atas, tujuan pengendalian internal adalah untuk memberikan keyakinan memadai dalam pencapaian tiga golongan tujuan;

1. Keandalan informasi.

2. Kepatuhan terhadap hukum yang berlaku. 3. Efektivitas dan efisiensi operasi.

2.2.3. Keterbatasan Struktur Pengendalian Internal Suatu Entitas

(40)

internal. Hal ini mencakup kenyataan bahwa pertimbangan manusia dalam pengambilan keputusan dapat salah dan bahwa pengendalian internal dapat rusak karena kegagalan yang bersifat manusiawi tersebut, seperti kekeliruan atau kesalahan yang sifatnya sederhana. Disamping itu pengendalian internal dapat tidak efektif karena adanya kolusi di antara dua orang atau lebih atau manajemen mengesampingkan pengendalian internal. Faktor lain yang membatasi pengendalian internal adalah biaya pengendalian internal entitas tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian tersebut.

2.2.4. Sifat-Sifat Pengendalian Internal

Ada lima sifat sistem pengendalian internal yang dapat dipercaya: 1. Kualitas karyawan sesuai dengan tanggung jawabnya.

2. Rencana organisasi yang memberi pemisahan tanggung jawab fungsi secara layak.

3. Sistem pemberian wewenang, tujuan dan teknik, dan pengawasan yang wajar untuk mengadakan pengendalian atas aktiva, utang, penghasilan dan biaya.

4. Pengendalian terhadap penggunaan aktiva dan dokumen serta formulir yang penting.

5. Perbandingan catatan-catatan aktiva dan utang dengan senyatanya ada dan mengadakan tindakan koreksi bila ada perbedaan.

(41)

1. Lingkungan Pengendalian Internal

Lingkungan pengendalian mempengaruhi organisasi dalam kesadaran pengendalian orang-orangnya, merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian internal, menetapkan disiplin dan struktur. Perilaku manajemen akan mempengaruhi efektivitas pengendalian.

Berikut ini adalah sub komponen lingkungan pengendalian: a. Integritas dan Nilai-nilai Etis.

b. Komitmen dan Kompetensi.

c. Partisipasi komite audit dan dewan direksi. d. Falsafah manajamen dan gaya operasi. e. Struktur organisasi.

f. Metode pemberian wewenang dan tanggung jawab. 2. Pertimbangan Resiko

Pertimbangan resiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah identifikasi, analisis, risiko atas manajemen atas penyiapan laporan keuangan, yang disajikan secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum.

3. Kegiatan Pengendalian

Kegiatan pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang

membantu memastikan bahwa arahan manajemen

(42)

tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi resiko dalam pencapaian tujuan entitas, sudah dilaksanakan.

Umumnya aktivitas pengendalian yang mungkin relevan dengan audit dapat digolongkan sebagai kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan hal-hal berikut ini:

1. Review terhadap kinerja 2. Pengelohan informasi 3. Pengendalian fisik 4. Pemisahan tugas 4. Informasi dan Komunikasi

Sistem informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan, yang meliputi sistem akuntansi, terdiri dari metode dan catatan yang dibangun untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi entitas (baik peristiwa maupun kondisi) dan untuk memelihara akuntabilitas bagi aktiva, utang, dan ekuitas yang bersangkutan.

5. Pemantauan

(43)

terus-menerus, evaluasi secara terpisah, atau dengan berbagai kombinasi dari keduanya.

2.3. Penerapan Good Corporate Governance 2.3.1. Definisi Good Corporate Governance

Dr. Waseem “mohammad yahya “ Al haddad (2011)

mendefinisikan Good Corporate Governance sebagai berikut:

“Corporate Governance is basically concerned with ways in which

all parties interested in the well-being of the firm (the stakeholders) attempt to ensure that managers and other insiders are always taking appropriate measures or adopt mechanisms that safeguard the interests of the stakeholders. Such measures are necessitated because of the separation of ownership from management, an increasingly vital feature of the modern corporations”

Pengertian dari definisi tersebut adalah Corporate Governance pada dasarnya berkaitan dengan cara di mana semua pihak yang berkepentingan di perusahaan (stakeholder) mencoba untuk memastikan bahwa para manajer dan orang lain yang didalamnya selalu mengambil langkah-langkah yang tepat atau mengadopsi mekanisme yang aman para pemangku kepentingan.

(44)

“Corporate Governance merupakan seperangkat tata hubungan

diantara manajemen perseroan, direksi, komisaris, pemegang saham dan para pemangku kepentingan lainnya”.

Selanjutnya OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) mendefinisikan Corporate Governance sebagai berikut:

“Corpoarte Governance is the system by which business

corporation are directed and controlled. The corporate governance structure specific the distribution of the right and reponsibilities among different participants in the corporation, such as the board, managers, shareholders and other stakeholders”.

Corporate Governance merupakan suatu sistem untuk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Struktur Corporate Governance menetapkan distribusi hak dan kewajiban di antara berbagai pihak yang terlibat dalam suatu korporasi seperti dewan direksi, para manajer, para pemegang saham, dan pemangku kepentingan lainnya (Ismail Solihin, 2008:115)

(45)

2.3.2. Alasan-Alasan yang Mendorong Pentingnya Good Corporate Governance

Menurut Becht et al. (2002) sekurang-kurangnya terdapat enam alasan yang mendorong muncul Good Corporate Governance sebagai topik yang menarik perhatian dunia dan mendorong munculnya desakan implementasi Good Corporate Governance di seluruh dunia.

1. Munculnya gelombang privatisasi di seluruh dunia

Privitasi menjadi fenomena yang sangat penting dan terjadi di negara-negara Amerika Latin, Eropa Barat, Asia, dan sebagian besar negara-negara bekas Uni Soviet. Tidak bisa dihindari, aktivitas privatisasi ini telah memunculkan persoalan mengenai bagaimana perusahaan-perusahaan yang baru diprivatisasi tersebut dimiliki dan dikendalikan. Fenomena ini juga menimbulkan sebjek penelitian baru mengenai bagaimana seharusnya peran pemerintah sebagai salah satu pemegang saham di dalam perusahaan yang baru diprivatisasi di mana sebelumnya perusahaan yang diprivatisasi tersebut merupakan badan usaha yang dimiliki pemerintah.

2. Reformasi dana pensiun

(46)

Jepang) telah mengakibatkan semakin besarnya dana yang disalurkan lewat organisasi dan pensiunn. Hal ini mengakibatkan meningkatnya investasi yang dilakukan oleh investor kelembagaan.

3. Marger dan pengembilalihan perusahaan (takeovers)

Pada dasarnya masalah Corporate Governance akan mulai mengemuka pada saat investor luar berkeinginan untuk memegang kendali dari para manajer yang saat ini tengah bercokol sebagai pengelola perusahaan. Oleh sebab itu, berbagai kegiatan pengambilalihan yang tidak bersahabat yang terjadi di Amerika dan Eropa, juga berbagai negara lainnya, telah meningkatkan perhatian terhadap penerapan Good Corporate Governance di berbagai perusahaan di dunia.

4. Deregulasi dan integrasi pasar modal

(47)

meningkatkan munculnya penerapan Good Corporate Governance di negara-negara yang menjadi target investasi asing.

5. Krisis ekonomi Asia Timur, Rusia, dan Brasil.

Krisi ekonomi di Asia Timur telah menguak tabir lemahnya perlindungan terhadap investasi yang dilakukan oleh investor asing di wilayah ini. Kerugian yang diderita para investor sebagian besar diakibatkan oleh praktik Corporate Governance yang tidak sehat sehingga gagal untuk menyelamatkan kekayaan investor. Kejadian yang sama menimpa pula para investor yang berinvestasi di Rusia dan Brasil. Semua kejadian itu turut meningkatkan kebutuhan para investor akan praktik Good Corporate Governance (Ismail Solihin 2008:117).

Kasus-kasus tersebut disebabkan oleh tidak diterapkannya Corporate Governance yang baik. Kasus-kasus tersebut semakin menguatkan tuntutan dari para investor agar perusahaan menerapkan Good Corporate Governance.

2.3.3. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance

(48)

transaparansi (transparency), akuntabilitas (accountability), responsibilitas (responsibility), indepedensi (indepedency), serta kewajaran dan keseteraan (fairness).

1. Transparansi (Transparency)

Untuk menajaga objektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur, dan pemangku kepentingan lainnya.

2. Akuntabilitas (Accountabillity)

(49)

3. Responsibilitas (Responsibility)

Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai Good Corporate Governance.

4. Independensi (Independency)

Untuk melancarkan pelaksanaan Good Corporate Governance, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. 5. Kewajaran (Fairness)

Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memerhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepeentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.

2.3.4. Tujuan Good Corporate Governance

Menurut E. John Aldridge (2005:5-6) dalam Siswanto Sutojo, Good Corporate Governance mempunyai lima macam tujuan utama, yaitu:

a. Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham.

(50)

c. Meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham.

d. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja Dewan Pengurus atau Board of Directors dan manajemen perusahaan.

e. Meningkatkan mutu hubungan Board of Directors dengan manajemen senior perusahaan.

Penerapan Good corporate Governance dilingkungan BUMN dan BUMD mempunyai tujuan sesuai KEPMEN BUMN M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2001 pada pasal 4 yaitu:

a. Memaksimalkan nilai BUMN dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan adil agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional.

b. Mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, transparan dan efisiensi, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian organ.

c. Mendorong agar organ dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggungjawab sosial BUMN terhadap stakeholders maupun kelestarian lingkungan di sekitar BUMN.

d. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional. e. Meningkatkan iklim investasi nasional.

(51)

2.4. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai audit internal dan pengendalian internal telah banyak diteliti oleh penelitian-penelitian sebelumnya. Tabel 2.2 menunjukkan hasil penelitian-penelitian terdahulu mengenai audit internal dan pengendalian internal.

Tabel 2.2 Penelitian terdahulu

NO

Penulis Dan Tahun

Judul

Penelitian Variabel Hasil Penelitian 1. Pratolo positif terhadap penerapan GCG.

(52)
(53)

2.5. Kerangka Konseptual

Kerangka pemikiran menjelaskan tentang alur berfikir dan hubungan yang menunjukkan kaitan antara variable-variabel yang ada dalam penelitian. Variabel- variabel dalam penelitian ini antara lain, penerapan Good Corporate Governance, audit internal dan pengendalian internal. Good Corporate Governance adalah pengelolaan perusahaan yang baik.

Penerapan Good Corporate Governance sangat penting diterapkan di suatu perusahaan, baik perusahaan kecil maupun besar. Sesuai dengan prinsip-prinsipnya yang transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, dan kewajaran akan sangat menunjang kemajuan perusahaan. Berdasarkan uraian diatas, hubungan antar variabel akan diperlihatkan dalam gambar kerangka pemikiran berikut:

H1

H3

H2

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Penerapan Good Corporate Governance

(Y) Audit Internal ( X1)

(54)

2.6. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, kajian teori dan hasil penelitian sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H1 : Audit internal berpengaruh positif terhadap GCG.

H2: Pengendalian internal berpengaruh positif terhadap GCG. H3: Audit internal dan pengendalian internal berpengaruh positif

(55)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kausal komparatif yaitu penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab-akibat antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penekanan pada pengujian teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan

angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik

.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan cara menyebar kuesioner ke bagian divisi keuangan PDAM Tirtanadi Medan. Jadwal penelitian dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

Kegiatan Januari Februari Maret April Mei

(56)

3.4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Dalam rangka menguji hipotesis yang telah dijelaskan dalam landasan teori sebelumnnya maka variable yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu: Variabel dependen dan variabel independen.

3.4.1. Variabel Independen

Variabel independen adalah yaitu variabel yang dapat mempengaruhi variabel lain. Dalam penelitian ini menggunakan varibel independen yaitu sebagai berikut:

a. Audit Internal

Audit internal adalah proses pemeriksaan internal atas pengendalian yang dilakukan manajamen, apakah berjalan dengan baik serta efektif, hingga unit yang menjalankan sudah sesuai dengan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan.

b. Pengendalian Internal

(57)

3.4.2. Variabel Dependen

Variabel dependen yaitu variabel yang dapat mempengaruhi variabel lain. Dalam penelitian ini menggunakan varibel dependen yaitu Good Corporate Governance.

Sederhananya Good Corporate Governance diartikan sebagai suatu sistem yang berfungsi untuk mengarahkan dan mengandalikan organisasi. Good Corporate Governance merupakan variabel dependen dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini responden diminta untuk menunjukkan apakah mereka setuju dengan pernyataan yang terdapat dalam kuesioner mengenai prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Kuesioner untuk prinsip-prinsip Good Corporate Governance tersebut dikutip dari penelitian yang terdahulu. Dalam kuesioner penerapan Good Corporate Governance, seluruh elemen Good Corporate Governance digabung untuk memudahkan analisis statistik. Variabel ini diperoleh dari hasil kuesioner dan diukur dengan skala likert yaitu pengukuran sikap dengan menyatakan setuju atau tidak setuju, dimana poin 1 (sangat tidak setuju), poin 2 (tidak setuju), poin 3 (netral), poin 4 (setuju) dan poin 5 (sangat setuju).

3.5. Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2006:89) “populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”.

(58)

menggunakan seluruh elemen populasi menjadi data penelitian, maka disebut sensus, jika sebagian saja disebut sample, dengan demikian metode pengambilan sampel yang digunakan adalah sensus. Data kuantitatif yang diperoleh dari melalui pendistribusian kuesioner terhadap seluruh pegawai yang ada pada bagian divisi keuangan PDAM Tirtanadi Medan. Hasil kuesioner tersebut yang akan dijadikan sebagai acuan untuk diolah dengan menggunakan alat bantu soft ware statistic SPSS.

3.6. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer

Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara), berupa persepsi (opini, sikap, pengalaman) secara individual atau kelompok, hasil suatu kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Adapun data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Kuisioner

Kuisioner merupakan sumber data penelitian yang diperoleh dengan cara mengajukan daftar pertanyaan langsung kepada responden, yaitu bagian Divisi Keuangan yang bekerja di PDAM Tirtanadi Medan. Observasi penelitian ini dilakukan dengan observasi pada PDAM Tirtanadi Medan berupa pengamatan langsung dan pengambilan data objek penelitian.

(59)

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Adapun data sekunder yang dipakai dalam penelitian ini adalah:

a. Riset kepustakaan

Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan, membaca buku, literatur, catatan perkuliahan, artikel, jurnal dan data dari internet.

b. Teknik dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengutip langsung data yang diperoleh dari lembaga (instansi) terkait, yang berhubungan dengan penelitian.

3.7. Pengujian Kualitas Data 3.7.1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam status daftar (konstruk) pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. Daftar pertanyaan ini pada umumnya mendukun suatu kelompok variabel tertentu. Berikut ini adalah kriteria pengujian validitas:

a. Jika rhitung positif dan rhitung > rtabel, maka butir pertanyaan tersebut valid.

b. Jika rhitung negatif atau rhitung < rtabel , maka butir pertanyaan tersebut tidak valid.

(60)

3.7.2. Uji Reliabilitas

Menurut Ade Fatma Lubis et al (2007:54), Reliabilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk-kontruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel yang disusun dalam suatu bentuk kuesioner. Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki Cronbach’s Alpha > dari 0,60.

Langkah-langkah melakukan uji reliabilitas terhadap suatu konstruk variabel sama dengan pada saat pengujian validitas masing-masing pertanyaan.

3.8. Teknik Analisis Data

Data yang siap diolah akan dilakukan pengujian statistik dengan menggunakan program SPSS versi 20.0. Untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan, maka dalam penelitian ini digunakan metode analisis data sebagai berikut:

3.8.1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif berfungsi sebagai penganalisis data dengan menggambarkan sampel data yang telah dikumpulkan. Penelitian ini menjabarkan jumlah data, rata-rata, nilai minimum dan maksimum serta standar deviasi.

3.8.2. Uji Asumsi Klasik

(61)

mengetahui ada tidak nya multikolinearitas, dan heteroskedastisitas dalam model regresi.

3.8.2.1. Uji Normalitas

Uji Normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah data dalam sebuah model regresi, variabel penggangu atau residual mempunyai distribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini normalitas menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test, bila nilai signifikan semua variabel lebih dari 0,05 maka variabel tersebut telah terdistribusi normal.

3.8.2.2. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas artinya antarvariabel independen yang terdapat dalam model regresi memiliki hubungan linear yang sempurna atau mendekati sempurna (koefisien korelasinya tinggi atau bahkan 1). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi sempurna atau mendekati sempurna diantara variable bebasnya. Konsekuensi adanya multikolinearitas adalah koefisen korelasi variable tidak tertentu dan kesalahan menjadi sangat besar atau tidak terhingga.

Ada beberapa metode uji multikolinearitas, yaitu:

1. Dengan membandingkan nilai koefisien determinasi individual (r2) dengan nilai determinasi secara serentak (R2).

2. Dengan melihat nilai tolerance atau variance inflation factor (VIF) pada model regresi.

(62)

3.8.2.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Dalam penelitian pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat pola titik-titik pada grafik regresi antara nilai prediksi variable terikat (deepnden) yaitu ZPRED (Standardized Predicted Value) dengan residualnya SRESID (Studentized Residual). Uji yang baik seharusnya tidak terjadi heteroskedastisiitas Deteksi ada tidaknya heteroskedasitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah residual (Y prediksi –Y sesungguhnya) yang telah di studentized. Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemedian menyempit), maka mengindikasi telah terjadi heteroskedasitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Pada penelitian ini akan di uji dengan melihat pola titik-titik pada grafik regresi. 3.8.3. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk menyatakan hubungan fungsional antara variabel independen dan variabel dependen. Adapun bentuk model regresi yang digunakan sebagai dasar adalah bentuk fungsi linear yakni:

(63)

dimana:

a = Konstanta

Y = Good Corporate Governance X1 = Audit Internal

X2 = Pengendalian Internal

b1.. b2.. = koefisien regresi masing-masing variabel independen e = faktor penggangu

3.8.4. Uji Hipotesis

3.8.4.1. Uji Parsial (Uji-t)

Uji t merupakan uji signifikan pengaruh setiap variabel antara variabel independen terhadap variabel dependen. Dengan demikian, melalui uji t akan diketahui bagaimana pengaruh variabel independen secara parsial terhadap GCG.

1. Jika –ttabel ≤ thitung ≤ ttabel maka H0 diterima yang artinya tidak ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.

2. Jika –ttabel > – thitung atau ttabel < thitung maka H0 ditolak yang artinya ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.

3.8.4.2. Uji Simultan (Uji F)

Uji F adalah menguji variabel independen secara bersama terhadap variabel dependen. Uji F digunakan untuk menguji hipotesis penelitian, yang ditempuh melalui dua pendekatan, yaitu: membandingkan angka F hitung dengan F tabel.

(64)

BAB IV

ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Data

4.1.1 Analisis Deskriptif

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar kuesioner. Jumlah pernyataan seluruhnya adalah 31 butir pernyataan, yakni 10 pernyataan untuk variabel Audit Internal (X1), 11 pernyataan untuk Pengendalian Internal (X2) dan 10 butir untuk variabel dependen yakni Good Corporate Governance (Y).

1. Analisis Deskriptif Responden

Berdasarkan data pada kuesioner yang telah disebar oleh peneliti kepada 30 orang sampel, telah diperoleh data mengenai gambaran umum responden sebagai berikut:

(65)

Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa pendistribusian kuesioner merata antara laki-laki dan perempuan, yakni laki-laki sebanyak 16 orang (53.3%), dan perempuan 14 orang (46.7%). Berdasarkan usia, diketahui bahwa ada 10 orang (33.3%) berusia di antara 21-30 tahun, 10 orang (33.3%) berusia 31-40 tahun, 7 orang (23.3%) berusia 41-50 tahun, dan selebihnya 3 orang (10%) berusia di atas 50 tahun. Berdasarkan masa kerja, sampel penelitian kali ini didominasi oleh responden dengan masa kerja 6-10 tahun sebanyak 16 orang (46.7%), disusul mereka yang bekerja selama 11-15 tahun sebanyak 8 orang (26.7%), kemudian 0-5 tahun sebanyak 0-5 orang (16.7%), dan di atas 10-5 tahun sebanyak 3 orang (10.0%). Terakhir berdasarkan latar belakang pendidikan, mayoritas responden berlatar belakang pendidikan Sarjana sebanyak 27 orang (90.0%), sedangkan 3 orang (10.0%) lainnya merupakan lulusan Diploma.

2. Analisis Deskriptif Variabel

(66)

a. Variabel Audit Internal (X1) Tabel 4.2

Distribusi Jawaban Responden terhadap Variabel Audit Internal (X1)

Sumber: Hasil Pengolahan Penulis (Mei 2015) Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa:

1. Pada butir pernyataan 1 dari kuesioner yang disebar dan dianalisis, diketahui bahwa 20 orang responden setuju bahwa strategi auditor internal benar-benar merupakan penjabaran dari sasaran perusahaan, kemudian 10 orang menyatakan sangat setuju.

2. Pada butir pernyataan 2 dari kuesioner yang disebar dan dianalisis, diketahui bahwa 21 orang setuju bahwa auditor internal bertanggungjawab kepada direktur utama dan memiliki hubungan kerja fungsional dengan dewan komisaris, kemudian 7 orang sangat setuju, dan 2 orang kurang setuju.

(67)

4. Pada butir pernyataan 4 dari kuesioner yang disebar dan dianalisis diketahui bahwa 23 orang setuju bahwa hubungan auditor internal dengan departemen yang diperiksa berlaku hanya pada saar dilakukan audit, bukan sebagai mitra dalam melaksanakan tugas lainnya, sedangkan 4 orang sangat setuju, 1 orang kurang setuju, dan 2 orang tidak setuju.

5. Pada butir pernyataan 5 dari kuesioner yang disebar dan dianalisis, diketahui bahwa 19 orang setuju, 11 orang sangat setuju bahwa setiap staf auditor internal mendapatkan sanksi jika pekerjaan dilaksanakan tidak sesuai dengan prosedur yang ada.

6. Pada butir pernyataan 6 dari kuesioner yang disebar dan dianalisis, diketahui bahwa 23 orang responden setuju, 3 responden sangat setuju, dan 3 orang kurang setuju, serta 1 orang tidak setuju bahwa bagian auditor internal memiliki pegawai berkualifikasi dalam berbagai disiplin ilmu untuk melaksanakan tanggung jawab pemeriksaan.

7. Pada butir pernyataan 7 dari kuesioner yang disebar dan dianalisis, diketahui bahwa 20 orang setuju, 9 orang sangat setuju, dan 1 orang kurang setuju bahwa dalam menentukan keandalan informasi, auditor internal harus melakukan pengawasan yang efektif termasuk penyimpangan catatan dan pelaporan.

(68)

orang kurang setuju bahwa dalam melaksanakan pekerjaannya, auditor internal harus memastikan bahwa sistem yang telah ditetapkan oleh perusahaan harus dipatuhi oleh seluruh karyawan. 9. Pada butir pernyataan 9 dari kuesioner yang disebar dan dianalisis,

diketahui bahwa 17 orang setuju, 12 orang sangat setuju, dan 1 orang kurang setuju bahwa pihak audit internal harus memperoleh informasi dasar tentang kegiatan yang akan diperiksa guna pembuatan perencanaan pemeriksaan.

10.Pada butir pernyataan 10 dari kuesioner yang disebar dan dianalisis, diketahui bahwa 11 orang setuju, 6 orang sangat setuju, 11 orang kurang setuju, dan 2 orang tidak setuju bahwa auditor internal memiliki akses yang tidak terbatas terhadap para anggota direksi.

b. Variabel Pengendalian Internal (X2) Tabel 4.3

Distribusi Jawaban Responden terhadap Variabel Pengendalian Internal (X2)

(69)

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa:

1. Pada butir pernyataan 1 dari kuesioner yang disebar dan dianalisis, diketahui bahwa 12 orang setuju, 12 orang sangat setuju, 6 orang kurang setuju bahwa auditor internal bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pengendalian internal pada perusahaan. 2. Pada butir pernyataan 2 dari kuesioner yang disebar dan dianalisis,

diketahui bahwa 17 orang setuju, 7 orang sangat setuju, 5 orang kurang setuju bahwa baik buruknya pengendalian internal pada perusahaan berada ditangan auditor internal.

3. Pada butir pernyataan 3 dari kuesioner yang disebar dan dianalisis, diketahui bahwa 20 orang setuju, dan 10 orang sangat setuju bahwa dalam setip pengambilan keputusan, perusahaan harus selalu mempertimbangkan nilai etika yang berlaku.

4. Pada butir pernyataan 4 dari kuesioner yang disebar dan dianalisis, diketahui bahwa 21 orang setuju, dan 9 orang sangat setuju bahwa kemampuan calon pegawai harus diuji terlebih dahulu agar memenuhi kriteria yang telah ditetapkan perusahaan.

(70)

6. Pada butir pernyataan 6 dari kuesioner yang disebar dan dianalisis, diketahui bahwa 21 orang setuju dan 9 orang sangat setuju bahwa pimpinan perusahaan harus selalu aktif dalam mendapatkan data dan informasi lengkap yang digunakan untuk penaksiran resiko yang mungkin terjadi.

7. Pada butir pernyataan 7 dari kuesioner yang disebar dan dianalisis diketahui bahwa 26 orang setuju dan 4 orang sangat setuju bahwa kelengkapan pendukung pemrosesan informasi sangat menunjang untuk pengambilan keputusan.

8. Pada butir pernyataan 8 dari kuesioner yang disebar dan dianalisis, diketahui bahwa 19 orang setuju dan 7 orang sangat setuju serta 4 orang kurang setuju bahwa penetapan prosedur dan kebijakan yang berlaku dalam melindungi aset dan catatan perusahaan secara fisik dan non-fisik sudah memadai.

9. Pada butir pernyataan 9 dari kuesioner yang disebar dan dianalisis, diketahui bahwa 19 orang setuju, 10 orang setuju, dan 1 orang kurang setuju bahwa PDAM Tirtanadi menyediakan informasi secara tepat waktu.

(71)

11.Pada butir pernyataan 11 dari kuesioner yang disebar dan dianalisis, diketahui bahwa 22 orang setuju, 6 orang sangat setuju, 1 orang kurang setuju, dan 1 orang tidak setuju bahwa pengendalian internal perusahaan yag telah dirancang, masih sesuai dengan kondisi saat ini yang sering terjadi perubahan.

a. Variabel Good Corporate Governance (Y) Tabel 4.4

Distribusi Jawaban Responden terhadap Variabel Good Corporate Governance (Y) No

Sumber: Hasil Pengolahan Penulis (Mei 2015) Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa:

1. Pada butir pernyataan 1 dari kuesioner yang disebar dan dianalisis, diketahui bahwa 23 orang setuju, 3 orang sangat setuju, 3 orang kurang setuju, dan 1 orang tidak setuju bahwa perusahaan selalu menerbitkan laporan keuangan dan analisa manajemennya untuk dibagikan kepada para analis.

(72)

keuangan dan analisa manajemennya melalui internet sebagai perluasan informasi.

3. Pada butir pernyataan 3 dari kuesioner yang disebar dan dianalisis, diketahui bahwa 21 orang setuju, 7 orang sangat setuju, dan 2 orang kurang setuju bahwa pelaksanaan memiliki standar profesional untuk personil.

4. Pada butir pernyataan 4 dari kuesioner yang disebar dan dianalisis, diketahui bahwa 18 orang setuju, 11 orang sangat setuju, dan 1 orang kurang setuju bahwa pelaksanaan anggaran perusahaan dilaksanakan secara konsekuen dan konsisten untuk semua anggota perusahaan.

5. Pada butir pernyataan 5 dari kuesioner yang disebar dan dianalisis, diketahui bahwa 21 orang setuju, 8 orang sangat setuju, dan 1 orang kurang setuju bahwa perusahaan mempunyai pedoman kode etik dan tingkah laku yang tertulis.

6. Pada butir pernyataan 6 dari kuesioner yang disebar dan dianalisis, diketahui bahwa 22 orang setuju dan 6 orang sangat setuju serta 2 orang kurang setuju bahwa pedoman kode etik didistribusikan kepada semua karyawan perusahaan untuk dipelajari dan dimengerti.

Gambar

Tabel 2.1 Perbedaan auditor internal dan auditor eksternal
    Tabel 2.2     Penelitian terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan deskripsi jawaban responden pada variabel trust butir pernyataan tiga dari kuesioner yang disebar dan dianalisis, terdapat 33 responden atau 46,8% menyatakan

Maka dapat ditarik kesimpulan dari hasil diatas bahwa baik secara parsial dan simultan variabel pengendalian internal dan Good Corporate Governance tidak

Penelitian ini bertujuan untuk menguji Pengaruh Audit Internal, Pengendalian Internal, dan Komite Audit Terhadap Penerapan Good Corporate Governance (Studi Empiris pada BUMN

Pada butir pernyataan “Salon Next For Men melakukan promosi dengan cara yang inovatif” dari kuisioner yang disebar dan dianalisis, terdapat 4 (11,4%) responden menyatakan setuju

[r]

Penelitian yang dilakukan oleh Pratolo (2007) membuktikan bahwa audit manajemen, dan komitmen organisasional manajer tidak berpengaruh terhadap penerapan prinsip-prinsip

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Independensi auditor internal terhadap GCG bernilai cukup baik, sehingga masih terdapat auditor yang berpihak dalam pelaksanaanya sebagai

ada pernyataan kedua kuesioner indikator tuntutan tugas dengan sub indikator beban kerja menghasilkan nilai rata-rata sebesar 3,8 yang mana dikategorikan setuju