UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
SKRIPSI
PENGARUH PERANAN AUDIT INTERNAL TERHADAP PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA PT. PERKEBUNAN
NUSANTARA III (Persero) MEDAN
OLEH :
NAMA : GITA GUMILANG
NIM : 050503150
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: “Pengaruh Peranan Audit
Internal Terhadap Penerapan Good Corporate Governance (GCG) Pada PT
Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan” adalah benar hasil karya saya sendiri dan
judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa
lain dalam konteks penulisan skripsi Program Reguler S-1 Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi
yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, dan benar adanya. Apabila dikemudian
hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh
Universitas Sumatera Utara.
Medan, 5 November 2009
Yang membuat pernyataan,
Gita Gumilang
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT, Tuhan semesta alam yang menggenggam
jantung ini dan membiarkannya tetap berdetak, mengalirkan nyawa dalam darah
sehingga satu demi satu ibadah ini dapat penulis laksanakan. Syukur Alhamdulillah
penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, serta senantiasa memberikan kesehatan, kemampuan, dan kekuatan
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini
bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada
Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi. Adapun judul
skripsi ini adalah “Pengaruh Peranan Audit Internal Terhadap Penerapan Good
Corporate Governance Pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan”.
Skripsi ini didedikasikan sepenuhnya kepada kedua orangtuaku Papa (H.Sugiono
Asmar,SP,QIA) dan Mama (Hj. Suriana), tak cukup hanya sekedar ‘terima kasih’
untuk membasuh keringat dan tetesan air mata yang mengalir selama membesarkan
ananda. Namun percayalah dalam setiap hembusan nafas ini adalah doa memohon
surga jadi balasan termanis bagi jasa pahlawanku Papa dan Mama tersayang. Terima
kasih Papa dan mama untuk semua kasih sayang, doa yang tak pernah putus,
pengorbanan, serta dukungan yang sangat besar untuk ananda. Semoga ananda dapat
Duha Susantri,SE, Nurul Huda,ST dan Ibnu Ikhsan atas semua doa dan semangat
yang telah mewarnai hari-hari penulis. Penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, baik dari segi isi maupun penyajiannya.
Hal ini disebabkan keterbatasan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis
masih dan akan terus belajar untuk meningkatkan kemampuan dan memperbaiki diri
lebih baik lagi dimasa yang akan datang. Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak
mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak berupa dukungan moriil,
materil, spiritual, maupun administrasi. Selanjutnya, penulis juga ingin
menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan,
yaitu:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, MSi, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail,MM,
Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Nurzaimah, MM, Ak selaku Dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi
4. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, MSi, Ak dan Bapak Iskandar Muda, SE, MSi,
Ak selaku Dosen Pembanding I dan Pembanding II yang telah banyak membantu
penulis melalui saran dan kritik yang diberikan demi kesempurnaan skripsi ini.
5. Seluruh Pegawai di Bagian SPI Kantor Pusat PTPN III (Persero) Medan terutama
kepada Bapak Kuller Siregar SE, ST, QIA terima kasih atas kerja sama dan
bantuannya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Sebagai manusia yang penuh kekurangan, penulis menyadari bahwa skripsi ini
masih jauh dari sempurna baik isi maupun bahasanya, karena kesempurnaan hanyalah
milik Allah SWT. Semua berakhir dalam harapan semoga skripsi ini bermanfaat bagi
semua pihak.
Medan, 5 November 2009 Yang membuat pernyataan
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah peranan audit internal berpengaruh terhadap penerapan Good Corporate Governance (GCG). Penelitian ini dilakukan di PTPN III (Persero) Medan. Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan penelitian assosiatif kausal, dengan jumlah sampel 34 responden dari seluruh pegawai SPI. Jenis data yang dipakai adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan mengirimkan kuesioner langsung kepada responden dan mengutipnya setelah jangka waktu satu minggu.
Model analisis data yang digunakan adalah regresi linier sederhana, dengan pengujian kualitas data yang digunakan adalah uji validitas dan uji reliabilitas. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji heterokedastisitas. Pengujian hipotesis yang digunakan adalah uji signifikan parsial (uji-t) dan koefisien determinasi (R2). Descriptive Statistics juga digunakan untuk membantu menganalisis data dengan mendeskripsikan data yang terkumpul.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peranan audit internal berpengaruh signifikan positif terhadap penerapan GCG. Hasil analisa regresi secara keseluruhan menunjukkan R square sebesar 0,148 yang berarti bahwa korelasi/hubungan antara peranan audit internal dengan penerapan GCG tidak mempunyai hubungan yang kuat sebesar 14,8%.
ABSTRACT
The purpose of this research is to know the impact of the role of internal audit toward the implementation of Good Corporate Governance (GCG). This research was done in PTPN III (Persero) Medan. The kind of the minithesis is a causal assosiative research, with 34 sample of respondent from the employee in Internal Audit Departement. Kinds of data in use are primary and secondary. The primary data are taken from direct questionnaire to respondent and pick them after one week.
Analysis model that being used was simple linier regression, with data quality was tested by using validity test and reliability test. Classic assumption tests that being used in research were normality test and heterocedastisity test. Hypothesis test that being used were parsial test (t-test) and coefficient determination (R2) in this research. Descriptive Statistics is also used to help analyzing data by describing the collected data.
The result of this research showed that the role of internal audit has a positive significant impact to the implementation of GCG. The result of Simple Linear Regression statistic analysis simultaneously is that R square = 0,148 that means correlation betwen the role of internal audit with the implementation of GCG does not have the strong effect grow up 14,8%.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... v
ABSTRACT ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis... 7
1. Audit Internal ... 7
b. Audit Internal yang Efektif ... 9
c. Tujuan Audit Internal... 10
d. Fungsi dan Ruang Lingkup Audit Internal ... 12
e. Kedudukan dan Peran Audit Internal ... 14
f. Wewenang dan Tangung Jawab Audit Internal ... 21
g. Laporan Audit Internal ... 23
2. Good Corporate Governance (GCG) ... 25
a. Pengertian GCG... 25
b. Prinsip-prinsip dan Manfaat GCG ... 28
B. Kaitan Audit Internal dengan GCG ... 32
C. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 34
D. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ... 34
1. Kerangka Konseptual ... 34
2. Hipotesis Penelitian... 36
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 37
B. Jenis Data dan Sumber Data ... 37
C. Teknik Penentuan Sampel ... 37
D. Teknik Pengumpulan Data ... 38
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 38
G. Model Analisis Data ... 42
H. Uji Asumsi Klasik... 43
I. Pengujian Hipotesis ... 44
J. Jadwal dan Lokasi Penelitian ... 45
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian ... 46
1. Gambaran Umum PTPN III (Persero) Medan ... 46
a. Sejarah Singkat Berdirinya Perusahaan ... 46
b. Aktivitas Perusahaan ... 47
c. Struktur Organisasi Perusahaan ... 48
2. Departemen Audit Internal Perusahaan ... 50
a. Gambaran Umum SPI ... 50
b. Landasan Pembentukan SPI ... 50
c. Visi dan Misi SPI PTPN III (Persero) Medan ... 52
d. Fungsi dan Ruang Lingkup SPI ... 52
e. Kedudukan dan Peran SPI ... 56
f. Wewenang dan Tanggung Jawab SPI ... 57
g. Laporan Hasil Audit ... 58
B. Analisis Hasil Penelitian ... 61
1. Pengujian Validitas Variabel ... 61
3. Statistik Deskriptif ... 67
4. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 68
a. Uji Normalitas ... 69
b. Uji Heterokedastisitas ... 71
5. Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana ... 72
6. Hasil Pengujian Hipotesis ... 74
a. Uji Signifikan Parsial (Uji t) ... 74
b. Koefisien determinasi (R2) ... 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 77
B. Keterbatasan Penelitian ... 78
C. Saran ... 78
DAFTAR PUSTAKA ... 79
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ……… 34
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 45
Tabel 4.1 Validitas Peranan Audit Internal (Pengujian I) ... 62
Tabel 4.2 Validitas Peranan Audit Internal (Pengujian II) ... 63
Tabel 4.3 Validitas Penerapan GCG (Pengujian I) ... 63
Tabel 4.4 Validitas Penerapan GCG (Pengujian II) ... 65
Tabel 4.5 Reliability Statistic Peranan Audit Internal ... 66
Tabel 4.6 Reliability Statistic Penerapan GCG ... 67
Tabel 4.7 Statistic Descriptive ... 68
Tabel 4.8 One Sample Kolmogorov Smirnov Test ... 71
Tabel 4.9 Variables Entered/Removed ... 73
Tabel 4.10 Regresi Linier Sederhana ... 73
Tabel 4.11 Hasil Uji-T Hitung ... 75
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Departemen Audit Internal Berada di Bawah
Direktur Keuangan ... 17
Gambar 2.2 Departemen Audit Internal Berada di Bawah Direktur Utama ... 18
Gambar 2.3 Departemen Audit Internal Berada di Bawah Dewan Komisaris ... 19
Gambar 2.4 Kerangka Konseptual Penelitian ... 36
Gambar 4.1 Grafik Histogram ... 69
Gambar 4.2 Grafik P-P Plots ... 70
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran i Struktur Organisasi PTPN III (Persero) Medan ... 81
Lampiran ii Struktur Organisasi SPI ... 82
Lampiran iii Kuesioner Peranan SPI ... 83
Lampiran iv Kuesioner Penerapan GCG ... 85
Lampiran v Tabulasi Hasil Kuesioner Peranan SPI ... 88
Lampiran vi Tabulasi Hasil Kuesioner Penerapan GCG ... 89
Lampiran vii Reliability Peranan Audit Internal ... 91
Lampiran viii Reliability Penerapan GCG ... 95
Lampiran ix Regression ... 103
Lampiran x Histogram ... 105
Lampiran xi Normal P-P Plots of Regression Standardized residual ... 106
Lampiran xii One Sample Kolmogorov Smirnov Test ... 107
Lampiran xiii Scatterplot... 108
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap perusahaan secara umum didirikan tentunya memiliki tujuan untuk
memperoleh laba. Laba yang diperoleh berasal dari pemanfaatan sumber daya yang
ada di perusahaan secara maksimal sehingga laba yang diharapkan untuk diperoleh
juga maksimal. Keberhasilan perusahaan dapat dilihat dari tingkat pencapaian tujuan
perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan akan selalu mengusahakan agar jumlah laba
yang diperoleh terus meningkat dari tahun-ketahun merupakan salah satu tolak ukur
keberhasilan sebuah perusahaan. Kemampuan perusahaan dalam menciptakan laba
tersebut juga menentukan kelangsungan hidup perusahaan. Dengan cara pandang
yang demikian maka menuntut perusahaan untuk selalu melakukan inovasi-inovasi
terbaru untuk menghadapi persaingan dunia usaha terkini.
Dunia usaha yang semakin berkembang dengan pesatnya pada setiap perusahaan
baik yang bergerak dibidang jasa, perdagangan maupun manufaktur selalu
berhadapan dengan masalah pengelolaan perusahaan dan pengawasan harta
bendanya. Agar perusahaan dapat bertahan dan berkembang dengan baik diperlukan
upaya penyelamatan dan penyempurnaan yang meliputi produktivitas, efisiensi, serta
efektifitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan semakin berkembangnya
kompleks sehingga semakin sulit untuk mengawasi seluruh kegiatan dan operasi
perusahaan, dimana semakin besar kemungkinan untuk terjadinya
penyimpangan-penyimpangan, pemborosan, serta kecurangan. Masalah-masalah internal yang
muncul dalam organisasi sebagian merupakan tanda bahwa fungsi di dalam lembaga
tidak dilaksanakan secara taat dan konsisten, dampaknya tata kelola perusahaan tidak
dilaksanakan secara sehat. Mengatasi hal ini, salah satu fungsi yang harus
diberdayakan secara konsisten adalah fungsi pengawasan yang dapat memicu
terlaksananya pengendalian risiko manajemen, sistem pengendalian, dan penataan
manajemen yang sehat untuk mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup
usaha.
Dalam pelaksanaan pengendalian dapat dilakukan secara langsung oleh anggota
perusahaan dan dapat pula dilakukan oleh suatu departemen audit internal. Pihak
manajemen dapat membentuk suatu departemen audit intern yang diberi wewenang
untuk melakukan pengawasan dan penilaian terhadap pengendalian intern
perusahaan. Struktur pengendalian intern dimaksudkan untuk melindungi harta milik
perusahaan, menilai kecermatan dan keandalan data akuntansi, meningkatkan
efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijaksanaan manajemen yang telah di
gariskan. Audit internal modern menyediakan jasa-jasa yang mencakup pemeriksaan
dan penilaian kontrol, kinerja, resiko, dan tata kelola (governance) perusahaan publik
Audit internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu
pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan
efektivitas pengelolaan resiko, pengendalian dan proses governance. Peran audit
internal akan semakin dapat diandalkan dalam mengembangkan dan menjaga
efektivitas sistem pengendalian internal, pengelolaan resiko dan Good Corporate
Governance guna menopang terwujudnya suatu perusahaan yang sehat. Suatu
mekanisme dalam sistem pengendalian internal merupakan salah satu sarana utama
untuk dapat memastikan bahwa pengelolaan perusahaan telah dilaksanakan sesuai
dengan prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Perubahan yang terjadi pada
lingkungan bisnis dan era globalisasi menuntut dikembangkannya suatu sistem dan
paradigma baru dalam pengelolaan bisnis dan industri. Good Corporate Governance
(GCG) atau yang lebih umum dikenal dengan tata kelola perusahaan yang baik
muncul sebagai satu pilihan yang bukan saja menjadi formalitas, namun suatu sistem
nilai dan best practices yang sangat fundamental bagi peningkatan nilai perusahaan.
Secara teoritis, praktek GCG dapat meningkatkan nilai (value) perusahaan
dengan meningkatkan kinerja keuangan, mengurangi resiko yang mungkin dilakukan
oleh dewan dengan keputusan-keputusan yang menguntungkan diri sendiri, dan
umumnya corporate governance dapat meningkatkan kepercayaan investor.
Corporate governance akhir-akhir ini menjadi perhatian publik, terutama karena
umum. Corporate Governance merupakan suatu sistem bagaimana suatu organisasi
dikelola dan dikendalikan.
Bank, BUMN, dan perusahaan publik yang terdaftar di bursa saham, sebagai
tulang punggung perekonomian nasional diharapkan menjadi teladan dalam
menerapkan corporate governance yang efektif. Penerapan corporate governance
yang efektif pada Bank, BUMN, dan perusahaan publik memberikan gambaran
kondisi perekonomian, serta menghindari terjadinya krisis dan kegagalan serupa di
masa depan. Beberapa bentuk implementasi GCG antara lain adalah sistem
pengendalian internal (internal control system), pengelolaan resiko, dan etika bisnis
yang dituangkan dalam pedoman perilaku perusahaan.
Berdasarkan keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-117/M-MBU/2002
tanggal 31 Juli 2002 tentang penerapan praktek Good Corporate Governance (GCG)
pada BUMN, seluruh BUMN diwajibkan untuk menerapkan GCG secara konsisten
dan menjadikan GCG sebagai landasan operasionalnya. BUMN sebagai salah satu
ujung tombak roda perekonomian negara, memang dituntut mengambil langkah
komprehensif terhadap aset-asetnya agar dapat menghasilkan profit berbentuk
pemasukan kas sehingga memiliki nilai tambah (value added). PT Perkebunan
Nusantara III (Persero) Medan merupakan salah satu perusahaan BUMN yang
wilayah kerjanya menyebar di Propinsi Sumatera Utara dan memiliki banyak pihak
yang berkepentingan terhadap perusahaan yang dikenal sebagai stakeholders
Medan menyadari pentingnya pengendalian internal (internal control) yang efektif
guna membantu perusahaan dalam peningkatan kinerja, mencegah kecurangan dan
penyajian laporan keuangan yang dapat diandalkan, serta mendorong keberhasilan
penerapan GCG.
Pentingnya pengendalian internal dan adanya Satuan Pengawasan Internal (SPI)
diatur dalam SK Menteri BUMN Nomor kep-117/M-MBU/2002. Pada Pasal 11
dinyatakan bahwa “direksi harus menetapkan suatu Sistem Pengendalian Internal
yang efektif untuk mengamankan investasi dan aset BUMN” dan UU BUMN Nomor
19 Tahun 2003 tanggal 19 Juni 2003 juga telah mewajibkan BUMN untuk
membentuk unit pengendalian internal. Keberadaan fungsi SPI dalam PT Perkebunan
Nusantara III (Persero) Medan menjamin efektivitas pengendalian internal dan
merupakan mitra strategis dalam penyempurnaan kegiatan pengelolaan perusahaan
serta mendorong proses governance. Oleh karena itu diperlukan keseimbangan dalam
rangka pemenuhan kepentingan menerapkan prinsip-prinsip GCG. Satuan
Pengawasan Intern sebagai departemen audit internal perusahaan memiliki peranan
penting dalam mewujudkan penerapan praktek GCG.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Peranan Audit Internal terhadap Penerapan Good Corporate
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka
yang menjadi perumusan masalah pada penelitian ini adalah: apakah peranan audit
internal berpengaruh terhadap penerapan GCG pada PT Perkebunan Nusantara III
(Persero) Medan?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh peranan audit
internal terhadap penerapan GCG pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero)
Medan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan
memperdalam pengetahuan penulis tentang pengaruh peranan audit internal
terhadap penerapan GCG.
2. Bagi PTPN III (Persero) Medan, sebagai bahan masukan berupa saran dalam
peningkatan kualitas peranan audit internal sejalan dengan penerapan GCG.
3. Bagi pembaca dan pihak lain, dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Audit Internal
a. Pengertian Audit Internal
Audit internal merupakan pengawasan manajerial yang fungsinya mengukur dan
mengevaluasi sistem pengendalian dengan tujuan membantu semua anggota
manajemen dalam mengelola secara efektif pertanggungjawabannya dengan cara
menyediakan analisis, penilaian, rekomendasi, dan komentar-komentar yang
berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang ditelaah. Ikatan Auditor Internal
(Institute of Internal Auditors – IIA) dikutip oleh Messier (2005: 514),
mendefinisikan audit internal sebagai berikut :
Audit intern adalah aktivitas independen, keyakinan obyektif, dan konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Audit intern ini membantu organisasi mencapai tujuannya dengan melakukan pendekatan sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen resiko, pengendalian, dan proses tata kelola.
Definisi ini mengandung pengertian bahwa audit intern merupakan suatu
aktivitas yang dilakukan untuk membantu manajemen dalam penyediaan informasi,
dengan tujuan akhir yaitu menambah nilai perusahaan. Pelaksanaan audit intern
manapun dan tidak terlibat dalam pelaksanaan kegiatan yang diaudit. Hasil audit yang
diperoleh dari pelaksanaan audit internal secara independen dan obyektif tersebut
akan dapat diandalkan oleh para pengguna informasi.
Kegiatan penilaian ini bersifat independen bukanlah dalam arti absolut yang
berarti bebas dari semua ketergantungan, tetapi mengandung pengertian bahwa
internal auditor bebas dari pengaruh atau kekuasaan pihak yang diperiksanya
sehingga diharapakan akan dapat memberikan penilaian yang objektif. Definisi
tersebut juga tidak hanya mencakup peranan dan tujuan auditor internal, tetapi juga
menyatakan lingkup yang luas dari audit internal modern yang lebih menekankan
pada penambahan nilai dan semua hal yang berkaitan dengan resiko, tata kelola, dan
pengendalian. Dan Mulyadi (2002:29) menyatakan bahwa:
Auditor intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.
Dari definisi tersebut dapat dilihat beberapa lingkup tugas auditor internal
dalam perusahaan yang bertujuan untuk menilai efisiensi dan efektifitas kegiatan
usaha dan juga pengendalian internal yang telah dijalankan. Selanjutnya Agoes
(2004: 221) memberikan pendapatnya mengenai audit internal sebagai berikut :
ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku. Peraturan pemerintah misalnya peraturan dibidang perpajakan, pasar modal, lingkungan hidup, perbankan, perindustrian, investasi dll. Ketentuan dari ikatan profesi misalnya standar akuntansi keuangan.
Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan terhadap
laporan keuangan dan catatan akuntansi bertujuan untuk mengetahui apakah
pembukuan dan laporan keuangan tersebut telah menunjukan gambaran aktivitas
yang sebenarnya dan untuk mengetahui apakah setiap bagian atau unit benar-benar
telah melaksanakan kebijakan rencana dan prosedur yang telah ditetapkan oleh
manajemen puncak.
Perusahaan perkebunan memiliki kedudukan yang penting dalam perekonomian
dan pembangunan, maka fungsi audit internal menjadi semakin penting. Secara
umum dapat dikatakan bahwa fungsi audit intern bagi manajemen perusahaan adalah
untuk menjamin pelaksanaan operasional yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan
yang berlaku.
Di dalam perusahaan, audit intern yang merupakan fungsi staf, tidak memiliki
wewenang untuk langsung memberi perintah kepada pegawai, juga tidak dibenarkan
untuk melakukan tugas-tugas operasional dalam perusahaan yang sifatnya di luar
kegiatan pemeriksaan.
b. Audit Internal yang efektif
Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari kegiatan usaha suatu
Berikut ini adalah beberapa hal yang harus diperhatikan agar suatu perusahaan dapat
memiliki departemen audit internal yang efektif dalam membantu manajemen dengan
memberikan analisa, penilaian, dan saran mengenai kegiatan yang diperiksanya,
Sawyers (2005:52).
1) Departemen audit internal harus mempunyai kedudukan independen dalam organisasi perusahaan, yaitu tidak terlibat dalam kegiatan operasional yang diperiksanya.
2) Departemen audit internal harus mempunyai uraian tugas tertulis yang jelas sehingga dapat mengetahui tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya. Departemen audit internal harus pula memiliki internal audit manual yang berguna untuk:
a) mencegah terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan tugas,
b) menentukan standar untuk mengukur dan meningkatkan performance, c) memberi keyakinan bahwa hasil akhir departemen audit internal telah
sesuai dengan requirement kepala audit internal.
3) Departemen audit internal harus memiliki dukungan yang kuat dari top
management. Dukungan yang kuat dari top management tersebut dapat
berupa:
a) penempatan departemen audit internal dalam posisi yang independen, b) penempatan staf audit dengan gaji yang rationable,
c) penyediaan waktu yang cukup dari top management untuk membaca, mendengarkan dan mempelajari laporan-laporan yang dibuat oleh departemen audit internal dan tanggapan yang cepat dan tegas terhadap saran-saran perbaikan yang diajukan.
4) Departemen audit internal harus memiliki sumber daya yang profesional, berkemampuan, dapat bersikap objektif dan mempunyai integritas serta loyalitas yang tinggi.
5) Departemen audit internal harus bersifat koperatif dengan akuntan publik. 6) Harus diadakannya rotasi dan kewajiban mengambil cuti bagi pegawai
departemen audit internal.
7) Pemberian sanksi yang tegas kepada pegawai yang melakukan kecurangan dan memberikan penghargaan kepada mereka yang berprestasi.
8) Menetapkan kebijakan yang tegas mengenai pemberian-pemberian dari luar. 9) Mengadakan program pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan
c. Tujuan Audit Internal
Direksi harus menyusun dan melaksanakan sistem pengendalian internal
perusahaan yang handal dalam rangka menjaga kekayaan dan kinerja perusahaan
serta memenuhi peraturan perundang-undangan. Satuan kerja atau fungsi pengawasan
internal bertugas membantu direksi dalam memastikan pencapaian tujuan dan
kelangsungan usaha dengan:
1) Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program perusahaan,
2) Memberikan saran dalam upaya memperbaiki efektivitas proses
pengendalian risiko,
3) Melakukan evaluasi kepatuhan perusahaan terhadap peraturan perusahaan,
pelaksanaan GCG dan perundang-undangan,
4) Memfasilitasi kelancaran pelaksanaan audit oleh audit eksternal.
Tujuan audit internal adalah untuk membantu anggota organisasi untuk
melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Untuk mencapai tujuan ini, staf
audit internal diharapkan dapat memenuhinya dengan analisis, penilaian,
rekomendasi, konsultasi dan informasi tentang kegiatan yang ditelaah. Untuk
mencapai tujuan tersebut, auditor internal harus melakukan kegiatan-kegiatan sebagai
berikut:
a) menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya penerapan dari sistem
mengembangkan pengendalian yang efektif dengan biaya yang tidak terlalu
mahal,
b) memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan prosedur-prosedur
yang telah ditetapkan oleh manajemen,
c) memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan dan
dilindungi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian,
kecurangan dan penyalahgunaan,
d) memastikan bahwa pengolahan data yang dikembangkan dalam organisasi
dapat dipercaya,
e) menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang
diberikan oleh manajemen,
f) menyarankan perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka
meningkatkan efisiensi dan efektivitas.
d. Fungsi dan Ruang Lingkup Audit Internal
Fungsi audit internal merupakan kegiatan yang bebas, yang terdapat dalam
organisasi, yang dilakukan dengan cara memeriksa akuntansi, keuangan, dan kegiatan
lain, untuk memberikan jasa bagi manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab
mereka dengan cara menyajikan analisis, penilaian, rekomendasi dan
komentar-komentar penting terhadap kegiatan manajemen. Untuk mencapai tujuan tersebut,
a. Pemeriksaan dan penilaian terhadap efektifitas struktur pengendalian internal dan
mendorong penggunaan struktur pengendalian internal yang efektif dengan biaya
yang minimum.
b. Menentukan sampai seberapa jauh pelaksanaan kebijakan manajemen puncak
dipatuhi.
c. Menentukan sampai seberapa jauh kekayaan perusahaan dipertanggungjawabkan.
d. Menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian dalam
perusahaan.
e. Memberikan rekomendasi perbaikan kegiatan-kegiatan perusahaan.
Audit internal yang modern tidak lagi terbatas fungsinya dalam bidang
pemeriksaan keuangan tetapi sudah meluas kebidang lainnya seperti audit
manajemen, audit lingkungan hidup, audit kepatuhan dan sudah mencakup konsultasi
yang didesain untuk menambah nilai dan meningkatkan kegiatan operasi suatu
organisasi.
Fungsi audit internal menjadi semakin penting sejalan dengan semakin
kompleksnya operasional perusahaan. Manajemen tidak mungkin dapat mengawasi
seluruh kegiatan operasional perusahaan, karena itu manajemen sangat terbantu oleh
fungsi audit intern untuk menjaga efisiensi dan efektivitas kegiatan.
Menurut Guy (2002:410) “ruang lingkup audit internal meliputi pemeriksaan dan
kualitas kinerja dalam melaksanakan tanggung jawab yang dibebankan”. Berikut ini
adalah ruang lingkup audit internal yang meliputi tugas-tugasnya :
a) Menelaah reliabilitas dan integritas informasi keuangan dan operasi serta
perangkat yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur,
mengklasifikasi serta melaporkan informasi semacam itu.
b) Menelaah sistem yang ditetapkan untuk memastikan ketaatan terhadap
kebijakan, perencanaan, prosedur, hukum dan peraturan yang dapat
memiliki pengaruh signifikan terhadap operasi dan laporan serta
menentukan apakah organisasi telah mematuhinya.
c) Menelaah perangkat perlindungan aktiva dan secara tepat memverifikasi
keberadaan aktiva tersebut.
d) Menilai keekonomisan dan efisiensi sumber daya yang dipergunakan.
e) Menelaah informasi atau program untuk memastikan apakah hasilnya
konsisten dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, serta apakah
operasi atau program itu telah dilaksanakan sesuai dengan yang
direncanakan.
Ruang lingkup penugasan Fungsi Audit Internal yang terdapat dalam Standard
Profesi Audit Internal yang dikeluarkan oleh Konsorsium Organisasi Profesi Audit
Internal (2004:20) yaitu “ fungsi audit internal melakukan evaluasi dan memberikan
kontribusi terhadap peningkatan proses pengelolaan risiko, pengendalian, dan
Maksud dari pernyataan tersebut ialah audit internal membantu organisasi
dengan cara mengidentifikasi dan mengevaluasi resiko signifikan dan memberikan
kontribusi terhadap peningkatan pengelolaan resiko dan sistem pengendalian intern.
Berdasarkan hasil penilaian resiko tersebut, fungsi audit internal mengevaluasi
kecukupan dan efektifitas sistem pengendalian internal, yang mencakup governance,
kegiatan operasi, dan sistem informasi organisasi.
e. Kedudukan dan Peran Audit Internal
Hal yang harus diperhatikan dalam suatu perusahaan agar dapat memiliki
departemen audit internal yang efektif adalah departemen audit internal tersebut harus
memiliki kedudukan audit internal yang independen dalam organisasi perusahaan.
Independensi audit internal antara lain tergantung pada:
1) Kedudukan departemen audit internal tersebut dalam organisasi perusahaan,
maksudnya kepada siapa departemen tersebut bertanggung jawab,
2) Apakah departemen audit internal dilibatkan dalam kegiatan operasional.
Jika ingin independen, departemen audit internal tidak boleh terlibat dalam
kegiatan operasional perusahaan. Misalnya tidak boleh ikut serta dalam
kegiatan penjualan dan pemasaran, penyusunan sistem akuntansi, proses
pencatatan transaksi, dan penyusunan laporan keuangan perusahaan.
Kedudukan departemen audit internal dalam perusahaan akan menentukan tingkat
departemen audit internal dalam suatu perusahaan mempunyai pengaruh terhadap
luasnya kegiatan serta tingkat independensinya dalam menjalankan tugasnya sebagai
pemeriksa. Jadi, status organisasi dari departemen audit internal harus ditegaskan untuk
dapat menyelesaikan tanggung jawab audit.
Departemen audit internal akan efektif seperti yang diinginkan manajemen, jika
departemen audit internal tersebut bebas dari aktivitas-aktivitas yang diauditnya. Hal
ini akan tercapai jika departemen audit internal mempunyai kedudukan yang
memungkinkan baginya untuk mengembangkan sikap independensi terhadap
bagian-bagian yang harus diperiksa. Untuk mencapai keadaan tersebut, maka departemen audit
internal harus memperoleh dukungan dari pihak manajemen dan dewan komisaris.
Terdapat tiga alternatif kedudukan departemen audit internal dalam perusahaan,
yaitu:
1) departemen audit internal berada di bawah Direktur Keuangan,
2) departemen audit internal berada di bawah Direktur Utama,
3) departemen audit internal merupakan staf dari Dewan Komisiaris.
Kedudukan seorang auditor internal juga tidak memiliki wewenang langsung
terhadap tingkatan manajemen dalam organisasi perusahaan, kecuali pihak yang
memang berada di bawahnya dalam departemen audit internal itu sendiri. Kedudukan
departemen audit internal di dalam organisasi perusahaan dapat dilihat pada
Gambar 2.1
Departemen Audit Internal berada di bawah Direktur Keuangan Sumber: Agoes, Sukrisno. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor
Akuntan Publik. (2004: 243)
Dewan Komisiaris
Dir. Utama
Dir. Keu
Departemen Audit Internal
Bagian Keuangan
Bagian Akuntansi
Gambar 2.2
Departemen Audit Internal berada di bawah Direktur Utama Sumber: Agoes, Sukrisno. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor
Akuntan Publik. (2004: 244)
RUPS
Departemen Audit Internal Dewan
Komisiaris
Dir. Keuangan
Bagian Anggaran Bagian
Keuangan Bagian
Akuntansi
[image:32.612.114.508.102.603.2]Gambar 2.3
Departemen Audit Internal berada di bawah Dewan Komisiaris Sumber: Agoes, Sukrisno. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor
Akuntan Publik. (2004:245)
RUPS
Departemen Audit Internal Dewan
Komisiaris
Dir. Utama
Dir. Keuangan
Bagian Anggaran Bagian Keuangan
Departemen audit internal yang independen tidak diperbolehkan untuk terlibat
dalam kegiatan operasional perusahaan apalagi dalam kegiatan yang diperiksanya.
Sulit bagi seorang auditor untuk memberikan penilaian yang objektif dan independen
apabila ternyata departemen tersebut terlibat dalam kegiatan yang diperiksanya.
Sebagai penilai independen tentang kecukupan pengendalian perusahaan,
departemen audit internal hanya menempatkan diri sebagai narasumber dalam
pembuatan konsep pengendalian perusahaan. Pihak yang bertanggung jawab penuh
dalam perancangan dan implementasi pengendalian adalah manajemen dan direksi.
Dengan demikian, penilaian departemen audit internal terhadap pengendalian tetap
independen dan objektif, tanpa terlibat langsung dalam perencanaan pengendalian.
Dalam perkembangannya, peran yang dijalankan auditor internal dapat
digolongkan dalam tiga jenis, yaitu sebagai watchdog, konsultan, dan katalis.
1) Watchdog
Watchdog adalah peran tertua dari auditor internal yang mencakup
pekerjaan menginspeksi, observasi, menghitung, cek dan ricek. Adapun
tujuannya adalah memastikan ketaatan terhadap hukum, peraturan dan
kebijakan organisasi. Proses audit yang dilakukan adalah audit kepatuhan.
Fokus pemeriksaannya adalah adanya variasi atau penyimpangan dalam
sistem pengendalian internal. Audit kepatuhan mengidentifikasi
pengendalian internal. Oleh karena sifat pekerjaannya, peran watchdog
biasanya akan menghasilkan rekomendasi yang mempunyai dampak jangka
pendek.
2) Konsultan
Melalui peran ini, manajemen akan melihat bahwa selain sebagai watchdog,
auditor internal dapat memberikan manfaat lain berupa saran dalam
pengelolaan sumber daya organisasi yang dapat membantu tugas para
manajer. Peran konsultan membawa auditor internal untuk selalu
meningkatkan pengetahuan baik tentang profesi auditor maupun aspek
bisnis, sehingga dapat membantu manajemen dalam memecahkan masalah.
3) Katalis
Katalis adalah suatu zat yang berfungsi untuk mempercepat reaksi namun
tidak ikut bereaksi. Peran auditor internal sebagai katalisator yaitu
memberikan jasa kepada manajemen melalui saran-saran konstruktif dan
dapat diaplikasikan bagi kemajuan perusahaan namun tidak ikut dalam
aktivitas operasional perusahaan.
f. Wewenang dan Tanggung Jawab Departemen Audit Internal
Wewenang dan tanggung jawab departemen audit internal dalam perusahaan
tergantung pada status dan kedudukannya dalam struktur organisasinya. Wewenang
kepada auditor internal tersebut untuk berurusan dengan kekayaan dan karyawan
perusahaan yang relevan dengan pokok masalah yang dihadapi. Tanggung jawab
auditor internal adalah:
1) Memberikan informasi dan nasihat kepada manajemen dan menjalankan
tanggung jawab ini dengan cara yang konsisten dengan kode etik auditor
internal,
2) Mengkoordinasikan kegiatan dengan orang lain agar berhasil mencapai
sasaran audit dan sasaran perusahaan,
Pada umumnya, auditor internal lebih berfungsi sebagai staf. Oleh karena itu,
auditor internal tidak dapat memerintahkan secara langsung untuk menjalankan
tindakan perbaikan karena hal tersebut bukanlah wewenang. Auditor internal hanya
berkewajiban menyampaikan hasil pemeriksaan dan penilaiannya kepada manajemen.
Untuk menjaga objektivitas, sebaiknya auditor internal tidak terlibat secara
langsung dalam proses pencatatan dan penyajian data keuangan serta tidak terlibat
secara langsung maupun tidak langsung dalam suatu aktivitas operasional yang dapat
mempengaruhi keobjektivitasannya jika dilakukan pemeriksaan. Auditor internal
harus bebas membahas dan menilai kebijakan, rencana dan prosedur tetapi tidak
berarti dapat mengambil alih tanggung jawab bagian lain yang ditugaskan.
Kedudukan departemen audit internal menggambarkan bagian-bagian mana saja
sampai dimana wewenang auditor internal. Setiap pejabat harus melaporkan
aktivitasnya ke pejabat yang lebih tinggi. Dengan cara ini, tanggung jawab bertahap
dapat dilaksanakan dan diikuti dengan baik dan benar.
g. Laporan Audit Internal
Hasil akhir dari pelaksanaan audit internal dituangkan dalam suatu bentuk
laporan tertulis melalui proses penyusunan yang baik. Laporan hasil audit internal
merupakan suatu alat penting untuk menyampaikan pertanggungjawaban hasil kerja
kepada manajemen, yaitu sebagai media informasi untuk menilai sejauh mana
tugas-tugas yang dibebankan dapat dilaksanakan. Adapun isi atau materi laporan audit
internal menurut Boynton (2003:494) adalah:
1) suatu laporan tertulis yang ditandatangani harus dikeluarkan setelah pemeriksaan selesai,
2) auditor internal harus membahas kesimpulan dan rekomendasi pada tingkatan manajemen yang tepat sebelum mengeluarkan laporan tertulis yang final,
3) laporan haruslah objektif, jelas, ringkas, konstruktif dan tepat waktu,
4) laporan harus menyatakan tujuan, ruang lingkup dan hasil audit juga pendapat auditor,
5) laporan harus mencakup rekomendasi untuk perbaikan yang potensial dan mengakui kinerja serta tindakan korektif yang memuaskan,
6) pandangan auditee tentang kesimpulan dan rekomendasi audit dapat disertakan dalam laporan audit,
7) direktur audit internal atau designee harus me-review dan menyetujui laporan audit final sebelum diterbitkan serta harus memutuskan kepada siapa laporan itu akan dibagikan.
Laporan dari bagian audit internal merupakan suatu alat komunikasi yang
yang dibuat dan juga saran atau rekomendasi kepada pemimpin perusahaan. Tujuan
laporan audit internal adalah sebagai berikut:
1) laporan auditor merupakan kesimpulan hasil pemeriksaan,
2) menyajikan temuan-temuan dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan,
3) sebagai dasar untuk kemudian diambil tindakan oleh manajemen terhadap
penyimpangan yang terjadi.
Untuk mencapai hal tersebut, maka laporan yang disampaikan haruslah memiliki
unsur-unsur objektif, clear (jelas), ringkas, konstruktif dan tepat waktu.
1) Objektif
Laporan yang disusun harus mengungkapkan fakta dengan teliti berdasarkan
data yang dapat diuji kebenarannya. Menyampaikan dengan jelas tentang
pokok pemeriksaan yang telah dilakukan sehingga dapat diyakini
kebenarannya.
2) Clear (jelas)
Laporan disusun dengan menggunakan bahasa yang jelas, tidak
menimbulkan kesalahpahaman bagi penggunanya. Menerangkan dengan
jelas dan lengkap agar dapat dimengerti oleh pihak-pihak yang
menggunakannya.
3) Ringkas
Struktur laporan yang baik melaporkan dengan ringkas pelaksanaan
dari hal-hal yang tidak relevan, material seperti gagasan, temuan, kalimat
dan sebagainya yang tidak menunjang tema pokok laporan, namun tetap
menjaga kualitas informasi yang disampaikan melalui laporan tersebut
sehingga dapat memenuhi kebutuhan pemakainya.
4) Konstruktif
Laporan yang bersifat membangun adalah laporan yang sedapat mungkin
memaparkan rekomendasi tindakan perbaikan yang dapat dilakukan untuk
mengupayakan peningkatan operasi.
5) Tepat waktu
Laporan audit hanya dapat bermanfaat dengan maksimal bila laporan
tersebut disajikan pada saat dibutuhkan. Sehingga auditor harus mampu
menyajikan laporan dengan tepat waktu.
Sebelum disampaikan pada pengguna laporan, peninjauan kembali atas laporan
(review) perlu dilakukan. Review adalah tindakan bijak yang dapat dilakukan audit
internal. Hal ini bertujuan untuk lebih memastikan kebenaran dan kelengkapannya.
Laporan audit akan efektif bila terdapat pelaksanaan tindak lanjut agar proses audit
yang berjalan benar-benar memberikan manfaat bagi perusahaan. Untuk itu,
departemen audit internal bertugas untuk memantau pelaksanaan tindak lanjut,
menganalisis kecukupan tindak lanjut disertai identifikasi hambatan pelaksanaannya
2. Good Corporate Governance (GCG)
a. Pengertian Good Corporate Governance (GCG)
Good corporate Governance (GCG) merupakan paradigma tentang pengelolaan
perusahaan yang menekankan pada kesejahteraan hubungan antara pemegang saham,
Dewan Komisaris, Dewan Direksi, manajemen senior, auditor internal dan auditor
eksternal agar pengelolaan perusahaan lebih profesional, transparan, dan efisien.
Corporate governance telah menjadi pokok perhatian yang sangat penting di
Indonesia karena perusahaan-perusahaan yang menerapkan GCG secara utuh dan
berkelanjutan diyakini akan memiliki nilai lebih dibandingkan dengan perusahaan
yang tidak atau belum menerapkan GCG, sehingga akan membantu
perusahaan-perusahaan tersebut menjadi lebih kompetitif secara global. Forum for Corporate
Governace in Indonesia (FCGI) dalam tjager dkk (2003: 25) mendefinisikan
corporate governance sebagai berikut :
Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan. Tujuan Corporate governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Dan menurut Pratolo (2007:8), “GCG adalah suatu sistem yang ada pada suatu
organisasi yang memiliki tujuan untuk mencapai kinerja organisasi semaksimal
Kemudian Wahyudi Prakarsa dari Universitas Indonesia dalam Tjager (2003:27)
mendefenisikan corporate governance sebagai berikut :
Mekanisme administratif yang mengatur hubungan-hubungan antara manajemen perusahaan, komisaris, direksi, pemegang saham, dan kelompok-kelompok kegiatan (stakeholders) yang lain. Hubungan-hubungan ini dimanifestasikan dalam bentuk berbagai aturan permainan dan sistem insentif sebagai framework yang diperlukan untuk menentukan tujuan-tujuan perusahaan serta pemantauan kinerja yang menghasilkan.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa corporate
governance pada intinya adalah mengenai suatu sistem, proses, dan seperangkat
peraturan yang mengatur hubungan antar berbagai pihak yang berkepentingan
(stakeholders) terutama dalam arti sempit hubungan antar pemegang saham, dewan
komisaris, dan dewan direksi demi tercapainya tujuan organisasi. Corporate
governance dimaksudkan untuk mengatur hubungan-hubungan ini dan mencegah
terjadinya kesalahan-kesalahan signifikan dalam strategi korporasi dan untuk
memastikan bahwa kesalahan-kesalahan signifikan dalam strategi korporasi dan
memastikan bahwa kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki dengan segera.
Pihak-pihak yang terkait dengan penerapan corporate governance meliputi
organ-organ internal perusahaan dan pihak-pihak eksternal perusahan. Dapat disebut
ini : pemegang saham, komisaris dengan komite-nya seperti komite/dewan audit,
direksi, auditor internal, para stakeholder seperti pemerintah, konsumen, kreditor,
pemasok, karyawan, masyarakat lingkungannya dan masyarakat luas yang menjadi
aspek pokok dalam penerapan GCG yaitu keseimbangan internal dan keseimbangan
eksternal.
Keseimbangan internal maksudnya GCG menata hubungan antar organ-organ
dalam perusahaan seperti Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Komisaris dan
Direksi, yang mencakup hal-hal yang berkaitan dengan struktur kelembagaan dan
mekanisme operasional ketiga organ tersebut dengan perangkat-perangkatnya.
Keseimbangan eksternal, berkaitan dengan tanggung jawab perusahaan sebagai
entitas bisnis dalam masyarakat kepada seluruh stakeholders, yang mencakup hal-hal
yang terkait dengan pengaturan hubungan antar mereka.
Interaksi antara mereka dimanifestasikan dalam berbagai bentuk aturan
permainan dan sistem insentif sebagai kerangka kerja yang diperlukan untuk tujuan
perusahaan dan cara-cara pencapaiannya secara pemantauan kinerja yang dihasilkan.
Berbagai aturan permainan dimaksud dapat berupa prinsip-prinsip yang harus
diperhatikan dalam pengelolaan perusahaan dan etika korporasi/etika usaha/etika
bisnis. Dengan memenuhi berbagai prinsip GCG dan etika berusaha, diharapkan
semua pihak akan memperoleh keuntungan, manfaat dan kesejahteraan dari
perusahaan.
b. Prinsip-prinsip dan Manfaat Good Corporate Governance
Prinsip-prinsip Good Corporate Governance merupakan suatu kaidah, norma
sehat. Berikut ini adalah prinsip-prinsip GCG yang dimaksudkan dalam Keputusan
Menteri BUMN Nomor: Kep-117/M-MBU/2002 tentang penerapan praktek Good
Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah :
1) Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan
keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan
relevan mengenai perusahaan.
2) Kemandirian, yaitu suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara
profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak
manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
3) Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban
organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.
4) Pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan
terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip
korporasi yang sehat.
5) Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi
hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Terdapat enam hal tujuan dari penerapan GCG pada BUMN.
1) Memaksimalkan nilai BUMN dengan cara meningkatkan prinsip
agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional
maupun internasional.
2) Mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, transparan dan efisien,
serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian organ.
3) Mendorong agar organ dalam membuat keputusan dan menjalankan
tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggung
jawab sosial BUMN terhadap stakeholder maupun kelestarian lingkungan di
sekitar BUMN.
4) Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional.
5) Meningkatkan iklim investasi nasional.
6) Mensukseskan program privatisasi.
Adapun keuntungan yang diperoleh dengan menerapkan Good Corporate
Governance pada perusahaan adalah:
1) Menurunkan resiko
Dengan menerapkan GCG akan dapat meminimalkan praktek-praktek KKN
yang terjadi di perusahaan. Praktek-praktek yang tidak sehat tersebut jika
dibiarkan akan menyebabkan resiko-resiko kerugian perusahaan bahkan
kebangkrutan.
2) Meningkatkan nilai saham
Diterapkannya GCG merupakan indikator perusahaan telah dikelola dengan
investor/publik terhadap perusahaan dengan meningkatnya kepercayaan
akan menjadikan nilai sahamnya banyak diminati di bursa, sehingga akan
berdampak positif pada kenaikan nilai saham.
3) Menjamin kepatuhan
Setiap peraturan yang menyentuh atau terkait dengan struktur dan operasi
perusahaan ditujukan untuk mengatur aktivitas dan hubungan yang saling
menguntungkan antar pihak yang terkait. Keseimbangan dengan seluruh
stakeholders mengarahkan perusahaan pada kepatuhan terhadap
aturan-aturan yang ditetapkan.
4) Memiliki daya tahan
Dengan menerapkan GCG perusahaan akan lebih memiliki daya tahan
terhadap pengaruh buruk kondisi dunia usaha dan perilaku dunia usaha
sekitarnya.
5) Memacu kinerja
Melalui mekanisme supervisi kinerja manajemen dan mempertegas
pertanggungjawaban komisaris dan direksi kepada pemegang saham dan
stakeholders lainnya akan memacu jajaran komisaris dan direksi
meningkatkan kinerja perusahaan.
6) Meningkatkan akuntabilitas publik
GCG mengharuskan perusahaan untuk memperhatikan seluruh stakeholders
dan tentunya ini diwujudkan dalam bentuk pengungkapan informasi atas
lainnya, sehingga hal ini mendorong perusahaan untuk melaksanakan
akuntabilitas publik.
7) Membantu penerimaan negara
Dengan transparasi dan dipatuhinya peraturan perpajakan akan berdampak
pada penerimaan negara yang meningkat. Khususnya bagi BUMN/BUMD
dengan kinerja yang prima akan meningkatkan laba operasi dan nilai saham
yang tinggi sehingga akan meningkatkan bagian laba pemerintah.
Jika setiap perusahaan semakin banyak menerapkan GCG maka semakin cepat
pemulihan ekonomi yang akan dapat dirasakan seluruh masyarakat secara nasional.
Seperti misalnya pergerakan dan pertumbuhan ekonomi akan meningkat dengan baik,
kesempatan kerja semakin besar, kemampuan bersaing lebih tinggi baik lokal maupun
internasional.
B. Kaitan Audit Internal dengan Good Corporate Governance
Salah satu maksud implementasi GCG sesuai dengan pedoman GCG yang
dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance yaitu untuk
memaksimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan cara meningkatkan
prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan adil agar
perusahaan memiliki daya saing yang kuat baik secara nasional maupun internasional
serta dengan demikian mendukung kondisi investasi.
Salah satu elemen yang cukup signifikan dalam proses implementasi GCG
Dengan demikian eksistensi departemen audit internal itu sendiri merupakan salah
satu wujud implementasi dari GCG. Selain itu audit internal berperan sangat strategis
dalam membantu manajemen dalam upaya mewujudkan GCG ke dalam
praktek-praktek bisnis manajemen. Definisi pemeriksaan internal menurut Sawyer dkk
(2005:10) adalah :
Sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah :
1. Informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan ; 2. Risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi; 3. Peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa
diterima telah diikuti ;
4. Kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi ;
5. Sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis
6. Tujuan organisasi telah dicapai secara efektif – semua dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif.
Sesuai dengan definisi diatas, pengawasan internal menurut pedoman GCG
adalah suatu proses yang bertujuan untuk mencapai kepastian berkenaan dengan :
1. Kebenaran informasi keuangan
2. Efektifitas dan efisiensi proses pengelolaan perusahaan, dan
3. Kepatuhan dan peraturan perundang-undangan yang terkait.
Dalam kaitannya dengan implementasi GCG, audit internal mempunyai peranan
yang sangat besar untuk mendorong terwujudnya pengelolaan bisnis perusahaan yang
bersih dan transparan. Dari pemahaman tentang fungsi pengawasan intern, dapat
sistem yang ada untuk mengetahui tingkat kesesuaiannya dengan peraturan-peraturan
eksternal, kebijakan dan prosedur internal yang ditetapkan termasuk prinsip-prinsip
C. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
No. Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
1 Suryo Pratolo (2007) GCG& Kinerja BUMN di Indonesia : Aspek Audit Manajemen & Pengendalian Internal sebagai Variabel Eksogen serta tinjauannya pada jenis perusahaan. Audit Manajemen (X1), Pengendalian Internal (X2), Penerapan prinsip-prinsip GCG (Y), Kinerja perusahaan ( Z )
Audit Manajemen & Pengendalian Intern saling mendukung dalam rangka mempengaruhi penerapan prinsip-prinsip GCG & kinerja perusahaan.
2 Evelyn Yusrina Sitompul
( 2008 )
Pengaruh
Peranan Biro Satuan
D. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 1. Kerangka Konseptual
GCG adalah suatu sistem yang ada pada suatu organisasi yang memiliki tujuan
untuk mencapai kinerja organisasi semaksimal mungkin dengan cara-cara yang tidak
merugikan stakeholders organisasi tersebut. Penerapan Corporate Governance pada
perusahaan akan memberikan keuntungan sebagai berikut:
1. Menurunkan resiko
2. Meningkatkan nilai saham
3. Menjamin kepatuhan
4. Memiliki daya tahan
5. Memacu kinerja
6. Meningkatkan akuntabilitas publik
7. Membantu penerimaan negara
Visi SPI seperti yang tertuang dalam Internal Audit Charter PT Perkebunan
Nusantara III (Persero) Medan adalah menjadi pilar peningkatan kinerja dan
penerapan GCG. Oleh karena itu, melalui peranan SPI sebagai auditor internal dalam
organisasi perusahaan, maka diharapkan pula GCG dapat dilaksanakan secara
optimal.
Pengendalian internal dalam perusahaan umumnya dilakukan oleh seluruh aspek
sumberdaya manusia tanpa terkecuali, namun audit internal yang menjadi pemantau
atas pelaksanaan pengendalian internal yang ada. Menurut Pratolo (2007),
pelaksanaan GCG. Kondisi penerapan GCG yang belum optimal pada BUMN di
Indonesia secara dominan dipengaruhi juga oleh kondisi pengendalian internal
BUMN yang belum optimal. Hal ini juga mengindikasikan bahwa, buruknya
pengendalian internal juga sebagai dampak buruknya peranan audit internal.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis merumuskan kerangka konseptual sebagai
berikut:
Gambar 2.4
Kerangka Konseptual Penelitian
2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban ataupun dugaan sementara terhadap suatu
masalah yang dihadapi, yang masih akan diuji kebenarannya lebih lanjut melalui
analisa data yang relevan dengan masalah yang terjadi. Hipotesis penelitian ini adalah
peranan audit internal berpengaruh terhadap penerapan GCG pada PT Perkebunan
Nusantara III (Persero) Medan.
Peranan Audit Internal (X)
[image:51.612.118.508.251.439.2]BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah assosiatif kausal, dimana terjadi hubungan sebab akibat
diantara dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen. Desain kausal
berguna untuk mengukur hubungan-hubungan antar variabel riset atau berguna untuk
menganalisis bagaimana satu variabel mempengaruhi variabel lain (Umar,2003:30).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh peranan audit internal sebagai
variabel independen terhadap penerapan GCG sebagai variabel dependen.
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden atau
narasumber. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil
kuesioner yang telah diisi oleh seluruh pegawai bagian SPI.
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan berupa sejarah
singkat berdirinya perusahaan, dan struktur organisasi perusahaan.
C. Teknik Penetuan Sampel
Menurut Sugiyono (2006:89) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
penelitian ini adalah seluruh pegawai bagian SPI PT Perkebunan Nusantara III
(Persero) Medan yang berjumlah 34 responden. Sampel penelitian ini adalah seluruh
populasi penelitian. Menurut Erlina (2007:72), jika peneliti menggunakan seluruh
elemen populasi menjadi data penelitian, maka disebut sensus, jika sebagian saja
disebut sampel. Dengan demikian metode pengambilan sampel yang digunakan
adalah sensus. Maka itu, data kuantitatif yang diperoleh melalui pendistribusian
kuesioner terhadap seluruh pegawai yang ada pada bagian SPI PT Perkebunan
Nusantara III (Persero) Medan. Hasil kuesioner tersebutlah yang dijadikan sebagai
acuan untuk diolah dengan menggunakan alat bantu soft ware statistic SPSS Versi 16.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data primer yang berupa kuesioner, ada beberapa langkah
yang dilakukan penulis, yaitu:
1. memberikan kuesioner kepada seluruh responden
2. responden meminta waktu satu minggu untuk mempelajari dan mengisi
kuesioner tersebut,
3. kuesioner yang dikembalikan sebanyak 34 kuesioner.
Data sekunder yang berupa sejarah perusahaan dan struktur organisasi
perusahaan yang didapatkan langsung dari perusahaan.
E. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Ada dua variabel dalam penelitian ini yaitu variabel independen dan variabel
dependen.
Audit internal (SPI) adalah satu bagian dalam perusahaan yang berfungsi
sebagai aparat pengawasan internal PT Perkebunan Nusantara III (Persero)
Medan yang bertugas melakukan pengendalian dan konsultasi secara
objektif dan independen terhadap aktivitas/operasi perusahaan untuk
memberi nilai tambah dan meningkatkan operasi perusahaan serta
membantu organisasi dalam mengefektifkan manajemen resiko. Kuesioner
yang digunakan pada penelitian untuk variabel X diadaptasi dari kuesioner
yang dipublikasi oleh PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Kuesioner
ini dibentuk dan disesuaikan dengan PT Perkebunan Nusantara III (Persero)
Medan, mengingat bahwa segmen kedua perusahaan ini berbeda. Variabel
ini diperoleh dari hasil kuesioner dan diukur dengan skala likert yaitu
pengukuran sikap dengan menyatakan setuju atau tidak setuju, dimana poin
1 (sangat tidak setuju), poin 2 ( tidak setuju), poin 3 (netral), poin 4 (setuju),
dan poin 5 (sangat setuju).
2. Variabel Terikat (Dependent Variable) yaitu penerapan GCG
Sederhananya GCG diartikan sebagai suatu sistem yang berfungsi untuk
mengarahkan dan mengendalikan organisasi. GCG merupakan variabel
dependen dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini setiap responden
diminta untuk menunjukkan apakah mereka setuju dengan pernyataan yang
terdapat dalam kuesioner mengenai elemen-elemen GCG.
Terdapat lima elemen GCG yaitu transparansi, kemandirian, akuntabilitas,
a. Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan
informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan.
b. Kemandirian, yaitu suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/ tekanan dari
pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
c. Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana
secara efektif.
d. Pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
e. Kewajaran, yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak
stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Kuesioner untuk elemen-elemen GCG tersebut disusun oleh penulis sendiri
sesuai dengan Buku Pedoman Umum GCG Indonesia 2006 yang dikeluarkan
oleh Komite Nasional Kebijakan Governance. Dalam kuesioner penerapan
GCG, seluruh elemen GCG digabung untuk memudahkan analisis statistik. Hal
ini dikarenakan penulis tidak menggunakan sub variabel dependen dan
kesalahpahaman, maka penulis akan mengelompokkan pernyataan-pernyataan
yang ada dengan elemen-elemen GCG yang ada. Berikut ini adalah
pengelompokkannya.
1) Pernyataan 1-6 mencakup elemen transparansi
2) Pernyataan 7-11 mencakup elemen kemandirian
3) Pernyataan 12-16 mencakup elemen akuntabilitas
4) Pernyataan 17-21 mencakup elemen pertanggungjawaban
5) Pernyataan 21-26 mencakup elemen kewajaran
Variabel dependen ini diperoleh dari hasil kuesioner dan diukur dengan
skala likert yaitu pengukuran sikap dengan menyatakan setuju atau tidak setuju,
dimana poin 1 (sangat tidak setuju), poin 2 (tidak setuju), poin 3 (netral), poin 4
(setuju), dan poin 5 (sangat setuju).
F. Pengujian Kualitas Data
1. Uji Validitas
Validitas menunjukkan seberapa nyata suatu pengujian mengukur apa yang
seharusnya diukur. Validitas berhubungan dengan ketepatan alat ukur untuk
melakukan tugasnya dalam mencapai sasarannya. Validitas berhubungan
dengan tujuan dari pengukuran. Pengukuran dikatakan valid jika mengukur
tujuannya dengan nyata dan benar. Berikut ini adalah kriteria pengujian
validitas :
b. Jika rhitung negatif atau rhitung < rtabel, maka butir pertanyaan tersebut tidak
valid.
c. Rhitung dapat dilihat pada kolom corrected item total correlation.
2. Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas digunakan untuk melihat reliabilitas masing-masing
instrumen yang digunakan dengan koefisien cronbach alpha. Menurut Nunnally
(1967) dalam Ghozali (2005:42) dinyatakan bahwa “suatu konstruk atau
variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai cronbach alpha lebih dari
0,6”.
G. Model Analisis Data
Model statistik yang digunakan adalah regresi linier sederhana. Model ini
mengestimasi besarnya koefisien-koefisien yang dihasilkan dari persamaan yang
bersifat linier, yang melibatkan satu variabel bebas sebagai alat prediksi besarnya
nilai variabel terikat, Rochaety,dkk. (2007:131). Sesuai dengan hipotesis yang diuji
dalam penelitian ini, maka persamaan regresi linier sederhana adalah sebagai berikut:
Y = a + bX + e
Keterangan:
Y = Variabel dependen yakni penerapan GCG a = Konstanta
b = Koefisien Regresi
1. Statistik Deskriptif
Statistik ini digunakan untuk menganalisis data dengan cara menggambarkan
data yang terkumpul namun bukan membuat kesimpulan yang bersifat generalisasi,
Sugiyono (2004:142).
H. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Jika asumsi ini
dilanggar atau tidak dipenuhi maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah
sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal
atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Penelitian ini menggunakan
analisis grafik dan analisis statistik untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data
mengikuti atau mendekati distribusi normal. Uji normalitas dengan menggunakan uji
grafik dilakukan dengan dua cara yaitu melalui grafik histogram dan normal PP Plot,
sedangkan dengan uji statistik digunakan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S).
2. Uji Heteroskedastisitas
Tujuan dari pengujian heterokedastisitas ini adalah untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke
pengamatan lainnya tetap, maka disebut homokedastisitas. Dan jika varians berbeda,
maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi
tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot di sekitar nilai residual dan variabel
dependen suatu penelitian. Jika terdapat pola tertentu maka telah terjadi gejala
heteroskedastisitas.
I. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan regresi linier sederhana. Analisis
regresi linier sederhana adalah apabila terdapat hubungan kausal (sebab akibat) antara
satu variabel bebas (independen) dengan satu variabel terikat (dependen)”. Pada
penelitian ini hanya digunakan uji signifikansi parsial (Uji-t).
1. Uji Signifikan Parsial (Uji-t)
Menurut Ghozali (2005:56), “uji-t digunakan untuk menentukan apakah dua
sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda”. Uji ini
menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial terhadap
variabel dependen. Uji hipotesis ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi
thitung dengan ketentuan:
Jika signifikansi thitung