• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Kedelai di Bawah Pertanaman Kelapa Sawit Umur Empat Tahun di PTPN III Kebun Rambutan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Kajian Kedelai di Bawah Pertanaman Kelapa Sawit Umur Empat Tahun di PTPN III Kebun Rambutan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Sistematika tanaman kedelai adalah : Kingdom : Plantae, Divisio :

Spermatophyta, Subdivisio : Angiospermae, Class : Dicotyledoneae, Ordo : Rosales,

Famili : Leguminosae, Genus : Glycine, Spesies : Glycine max (L) Merrill.

Adisarwanto (2005).

Kedelai berakar tunggang. Pada tanah gembur akar kedelai dapat sampai

kedalaman 150 cm. Pada akarnya terdapat bintil-bintil akar, berupa koloni dari

bakteri Rhizobium japonikum. Bakteri rhizobium dapat mengikat nitrogen dari udara yang kemudian dapat digunakan untuk pertumbuhan kedelai. Sebaliknya Rhizobium

memerlukan makanan yang berasal dari tanaman kedelai untuk pertumbuhannya

(Suprapto, 2001).

Kedelai adalah tanaman setahun yang tumbuh tegak (tinggi 70 – 150 cm),

menyemak, berbulu halus (pubescens), dengan sistem perakaran luas. Tanaman ini

umumnya dapat beradaptasi terhadap berbagai jenis tanah, dan menyukai tanah yang

bertekstur ringan hingga sedang, dan berdrainase baik, tanaman ini peka terhadap

kondisi salin. Daunnya mejemuk beranak-daun tiga, berselang – seling

(Rubatzky and Yamaguchi, 1998).

Semua varietas kedelai mempunyai bulu pada batang, cabang, daun, dan

polong - polongnya. Lebat atau tidaknya tergantung dari varietas masing-masing.

(2)

Daun kedelai merupakan daun majemuk yang terdiri dari tiga helai anak daun

dan pada umumnya berwarna hijau muda atau hijau kekuning-kuningan. Bentuk daun

ada yang oval, juga ada yang segitiga. Warna dan bentuk daun kedelai ini tergantung

pada varietas masing-masing. Pada saat tanaman kedelai itu sudah tua, maka

daun-daunnya mulai rontok (Andrianto dan Indarto, 2004).

Warna bunga kedelai biasanya putih dan ungu. Setelah 7-10 hari bunga

pertama muncul, polong kedelai akan terbentuk untuk pertama kali. Bunga tumbuh

pada ketiak daun dan berkembang dari bawah lalu menyembul ke atas

(Purwono dan Purnamawati, 2002).

Buah kedelai berbentuk polong, setiap polong berisi 1-4 biji. Biji umumnya

berbentuk bulat atau bulat pipih sampai bulat lonjong. Ukuran biji berukuran antara

6-30 gram/100 biji. Ukuran biji diklasifikasikan menjadi 3 kelas, yaitu biji kecil (6-10

gram/100 biji), sedang (11-12 gram/100 biji) dan besar (13 gram atau lebih/100 biji).

Warna biji bervariasi, antara lain kuning, hijau, cokelat dan hitam (Fachruddin, 2000)

Seluruh biji dari kedelai matang secara bersamaan. Kemudian daun

berguguran dengan cepat dan batang mengering. Pemanenan secara serempak biasa

dilakukan untuk mengurangi kehilangan dan kerusakan hasil, yang dapat mencapai 10

– 20% (Duke, 1983).

Biji kedelai berkeping dua yang terbungkus oleh kulit biji. Embrio terletak

diantara keeping biji. Warna kulit biji bermacam – macam, ada yang kuning, hitam

atau cokelat. Pusar biji atau hilum adalah jaringan berkas biji kedelai yang menempel

(3)

Syarat Tumbuh

Iklim

Kedelai dapat tumbuh pada kondisi suhu yang beragam. Suhu udara yang

optimal dalam proses perkecambahan yaitu 30 0C. Suhu lingkungan optimal untuk

pembentukan bunga yaitu 24-25 0C (Adisarwanto, 2005).

Kedelai sangat cocok ditanam di lahan terbuka, yang terdapat di daerah

berhawa panas. Di Indonesia, tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik pada

ketinggian dataran rendah sampai ketinggian 1.200 mdpl. Suhu optimal untuk

pertumbuhan kedelai adalah antara 25-30 0C. Curah hujan berkisar antara 150-200

mm/bulan, dengan lama penyinaran matahari 12 jam/hari, dan kelembaban rata-rata

(RH) 65% (Fachruddin, 2000).

Banyak kultivar yang dapat tumbuh pada iklim yang relatif cukup dingin

dengan temperature antara 13 - 18°C, walaupun demikian hanya beberapa kultivar

yang bisa ditanam pada ketinggian 1200 – 1400 m dpl. Hal ini karena suhu

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi polinasi. Biji akan membentuk pada

suhu tanah minimal sekitar 10°C (Tindall, 1983).

Tanaman kedelai sangat peka terhadap perubahan panjang hari atau lama

penyinaran sinar matahari karena kedelai termasuk tanaman hari pendek. Artinya,

tanaman kedelai tidak akan berbunga bila panjang hari melebihi batas kritis, yaitu 15

jam per hari. Oleh karena itu, bila varietas yang berproduksi tinggi dari daerah

subtropik dengan panjang hari 14 – 16 jam ditanam di daerah tropik dengan rata-rata

(4)

hari setelah tanam. Selain itu, batang tanaman pun menjadi lebih pendek dengan

ukuran buku subur juga lebih pendek (Irwan, 2006).

Tanah

Tanaman kedelai sebenarnya dapat tumbuh di semua jenis tanah, namun

demikian, untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan produktivitas yang optimal,

kedelai harus ditanam pada jenis tanah berstruktur lempung berpasir atau liat

berpasir. Hal ini tidak hanya terkait dengan ketersediaan air untuk mendukung

pertumbuhan, tetapi juga terkait dengan faktor lingkungan tumbuh yang lain (Irwan,

2006). Pada tanah podsolik merah kuning dan tanah yang banyak mengandung pasir

kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali jika tanah diberi tambahan pupuk

organik dalam jumlah cukup (Purwono dan Purnamawati, 2002).

Pada dasarnya kedelai menghendaki kondisi tanah yang tidak terlalu basah,

tetapi air yang cukup tersedia. Kedelai tidak menuntut struktur tanah yang khusus

sebagai suatu persyaratan tumbuh, bahkan pada kondisi lahan yang kurang subur dan

agak asam pun kedelai dapat tumbuh dengan baik, asal tidak tergenang air yang akan

menyebabkan busuknya akar. Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah,

tanah – tanah yang cocok yaitu alluvial, regosol, grumosol, latosol, dan andosol.

Tanah yang baru pertama kali ditanami kedelai sebaiknya perlu diberi bakteri

rhizobium (Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi, 2010).

Kedelai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dengan drainase dan aerasi

(5)

6,0-6,8. Apabila pH diatas 7,0 tanaman kedelai akan mengalami klorosis. Sementara

pada pH 5,0 kedelai mengalami keracunan Al, Fe, dan Mn. Untuk menaikkan pH,

dilakukan pengapuran misalnya dengan kalsit (CaCO3), dolomite (CaMg (CO3)2),

atau kapur bakar (Fachruddin, 2000).

Intercropping

Menurut Nielsen (2011), intercropping merupakan sebuah pola tanam dengan

menggunakan dua atau lebih varietas tanaman pada lahan yang sama dengan kriteria

setiap tanaman mempunyai ruang yang cukup untuk memaksimalkan sinar matahari,

air, dan unsur hara serta meminimalisir kompetisi diantara tanaman tersebut dengan

cara mengatur jarak tanamnya.

Pertanaman tumpangsari adalah pertanaman campuran beberapa jenis tanaman

dalam satu areal yang sama pada waktu yang bersamaan (Darmijati, 1992).

Penanaman dua atau lebih tanaman secara bersamaan sangat luas dilakukan pada

pertanian daerah tropis dan beriklim sedang (Snap and Pound, 2008). Pertanaman

ganda atau multiple cropping adalah intensifikasi pertanaman dalam dimensi waktu

dan ruang. Bentuknya adalah penanaman dua jenis tanaman atau lebih pada lahan

yang sama dalam kurun waktu satu tahun, dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :

pertanaman tumpangsari atau intercropping dan pertanaman berurutan atau

sequential cropping.

Keuntungan intercropping cukup banyak, seperti petani dapat menjual hasil

alternatif, menjaga kesuburan tanah, dekomposisi bahan organik lebih cepat, dan

(6)

waktu panjang seperti kerusakan akar, masuknya hama dan penyakit, dan

menurunkan kesuburan tanah (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).

Sistem tanam tumpang sari mempunyai banyak keuntungan yang tidak dimiliki

pada pola tanam monokultur. Beberapa keuntungan pada pola tanam tumpang sari

antara lain : 1) akan terjadi peningkatan efisiensi (tenaga kerja, pemanfaatan lahan

maupun penyerapan sinar matahari), 2) populasi tanaman dapat diatur sesuai yang

dikehendaki, 3) dalam satu areal diperoleh produksi lebih dari satu komoditas, 4)

tetap mempunyai peluang mendapatkan hasil manakala satu jenis tanaman yang

diusahakan gagal, dan 5) kombinasi beberapa jenis tanaman dapat menciptakan

beberapa jenis tanaman dapat menciptakan stabilitas biologis sehingga dapat

menekan serangan hama dan penyakit serta mempertahankan kelestarian sumber daya

lahan, dalam hal ini kesuburan tanah (Warsana, 2009).

Cara ini berusaha untuk memanfaatkan sebaik – baiknya lingkungan ekologis

dan mutu lahan. Konsep tersebut dianggap sebagai upaya pencegah terhadap

gagalnya keseluruhan tanaman. Berhubung tanamannya mempunyai pola

pertumbuhan dan pematangan yang berbeda, maka tanaman tersebut lebih mampu

memanfaatkan sinar matahari, kelembaban dan hara tanah daripada tanaman yang

sama, dengan laju pertumbuhan dan laju pematangan yang sama

(Suhardjo, dkk, 1986).

Secara teoritis, tidak semua jenis tanaman dapat diusahakan sebagai tanaman

sela di antara tanaman pokok. Oleh karena itu perlu pemahaman yang mendalam

tentang karakter tanaman pokok dan tanaman sela, sehingga aspek-aspek yang

(7)

merugikan yang berkaitan dengan antagonisme dan alelopati dapat ditekan seminimal

mungkin (Wardiana dan Mahmut, 2004). Kendala utama pengembangan tanaman

kedelai sebagai tanaman sela pada lahan perkebunan adalah kurangnya daya adaptasi

Referensi

Dokumen terkait

Himpunan Peraturan Gubernur Tahun 2015 1... Himpunan Peraturan Gubernur Tahun 2015

© 2011 Bali Botanic Garden, Indonesian Institute of Sciences, Baturiti, Tabanan, Bali, Indonesia – 82191 available at http://www.krbali.lipi.go.id.. Gigantochloa apus (J.A.

Pada umunya garam nitrat Pb(NO 3 ) 2 digunakan dalam pembuatan gas NO 2 karena tidak mengandung air pada saat kristalisasi, oksigen yang dihasilkan dapat dipisahkan dengan

[r]

[r]

Dan juga perancangan di perusahaan, biasanya dari kabel jaringannya sudah diberi kode namun masih banyak juga kabel jaringan dari client lain yang masih blank atau tidak diberi

Teori yang digunakan untuk menganalisis pola adaptasi yang dilakukan oleh perempuan muda pasca bercerai di Kecamatan Koba Kabupaten Bangka Tengah adalah teori

Permasalahan yang dibahas adalah mengetahui urgensi Lembaga Pembinaan Khusus Anak dalam pemidanaan terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana dan untuk mengetahui