BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Menurut Hurlock (1968), dewasa ditujukan pada usia 21 tahun untuk awal masa
dewasa dan sering dihitung sejak 7 atau 8 tahun setelah seseorang mencapai kematangan
seksual, atau sejak masa pubertas. Dewasa juga berarti bergantinya sikap seseorang yang
tadinya masih remaja atau kekanak-kanakan, dan menjadi setingkat lebih dewasa dalam
mempertimbangkan segala keputusan. Dalam artian lain seorang yang telah dewasa berarti
sudah akil baligh dan mempunyai tanggung jawab.
Pendidikan orang dewasa dapat diartikan sebagai keseluruhan proses pendidikan yang
diorganisasikan, mengenai apapun bentuk isi, tingkatan status dan metode apa yang digunakan
dalam proses pendidikan tersebut, baik formal maupun nonformal, baik dalam rangka
kelanjutan pendidikan di sekolah maupun sebagai pengganti pendidikan di sekolah, di tempat
kursus, pelatihan kerja maupun di perguruan tinggi, yang membuat orang dewasa maupun
mengembangkan kemampuan, keterampilan, memperkaya khasanah pengetahuan,
meningkatkan kualifikasi keteknisannya atau keprofesionalannya dalam upaya mewujudkan
kemampuan ganda yakni di suatu sisi mampu mengembangkan pribadi secara utuh dan dapat
mewujudkan keikutsertaannya dalam perkembangan sosial budaya, ekonomi, dan teknologi
secara bebas, seimbang dan berkesinambungan.
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang menjadikan manusia menjadi
lebih berguna. Tugas, tanggung jawab, dan panggilan pertama bagi semua manusia adalah
belajar menjadi seseorang yang bertanggung jawab hanya menjadi dirinya sendiri.Manusia
butuh akan belajar dan dalam hidupnya manusia harus belajar sepanjang hayat agar tidak
termakan oleh zaman / ketinggalan. Ketika seseorang beranjak dewasa bukan berarti orang
Namun ketika membelajarkan orang dewasa tidaklah sama seperti anak-anak pada
umumnya, perlu kajian-kajian khusus dan kesadaran dari orang tersebut bahwa belajar menjadi
sebuah kebutuhan. Terdapat beberapa proses untuk menjadi pembelajar dalam pendidikan
orang dewasa seperti belajar tanggung jawab untuk dirinya sendiri, pengenalan diri, merancang
bangunan kehidupan pribadi, mampu menjadi pemimpin sejati dan menjadi guru bangsa.
I.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud manusia pembelajar ?
2. Sebutkan ciri manusia pembelajar ?
3. Apa hubungan manusia pembelajar dengan pendidikan orang dewasa?
4. Bagaimana Proses menjadi pembelajar dalam pendidikan orang dewasa ?
I.3. Tujuan
1. Memahami maksud manusia pembelajar
2. Mengetahui ciri manusia pembelajar
3. Memahami hubungan manusia pembelajar dalam pendidikan orang dewasa
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Definisi manusia pembelajar
Manusia pembelajar adalah setiap orang yang bersedia menerima tanggung jawab untuk
melakukan dua hal penting, yaitu berusaha mengenali hakikat dirinya, potensi dan bakat-bakat
terbaiknya, dengan selalu berusaha mencari jawaban yang lebih baik tentang beberapa
pertanyaan eksistensial, dan berikutnya adalah berusaha sekuat tenaga untuk
mengaktualisasikan sefenap potensinya itu, mengekspresikan dan menyatakan dirinya
sepenuh-penuhnya, seutuh-utuhnya, dengan cara menjadi dirinya sendiri dan menolak untuk
dibanding-bandingkan dengan sesuatu yang bukan dirinya.
Manusia pembelajar juga merupakan setiap orang yang memahami hakikat hidup manusia
sebagai kebutuhan sejati sebelum proses pengembangan dirinya. Dengan mengetahui hakikat
tersebut maka mereka menjadi lebih tahu serta memiliki objektifitas dalam mengembangkan
potensi yang mereka miliki. Potensi yang ada haruslah ditingkatkan secara seimbang, sehingga
tidak tumpang tindih satu sama lain.
Mahasiswa sebagai makhluk dewasa sudah barang tentu haruslah menjadi manusia
pembelajar. Salah satu hal yang mendasari hal ini agar para mahasiswa tidak sekedar mengejar
prestasi akademik semata, tetapi harus mengejar kesadaran diri akan pentingnya peran mereka
dimasyarakat nanti. Peran tersebut akan mempengaruhi keberlangsungan bangsa ini.
Mahasiswa sudah dipandang sebagai manusia yang mempunyai keilmuan yang banyak dan
bersifat objektif, dan lingkungan pun mengharapkan mereka membawa angin segar perubahan
didalamnya, menjaga nilai-nilai positif, dan lainnya.
Maka manusia pembelajar merupakan manusia yang penuh dengan semangat, mempunyai
kesadaran diri, mengerti tujuan hidup mereka, dan sadar akan peran mereka dimasyarakat
II.2. Ciri-ciri manusia pembelajar
Seperti yang telah diuraikan penulis diatas, manusia pembelajar harus telah melewati
beberapa proses seperti pendewasaan, pemberdayaan, dan pemerdekaan diri. Pencapaian
menjadi pembelajar dipengaruhi oleh konsep diri sendiri. Konsep ini dibangun sebagai tahap
awal dalam proses menjadi diri sendiri.
Menjadi pembelajar berarti siap untuk menerima tugas dan panggilan untuk menerima
tanggung jawab yang akan membentuknya menjadi diri sendiri. Untuk menerima hal tersebut,
haruslah memahami betul beberapa hal:
a. Pengetahuan atau pengenalan diri, manusia yang hebat adalah manusia yang mengenali
dirinya sendiri. Bagaimana menyakinkan diri sendiri bahwa kita adalah mentor terbaik
untuk diri kita sendiri. Menerima berbagai macam tanggung jawab merupakan,
dengannya kita akan belajar untuk tidak menyalahkan orang lain, tetapi lebih
mengintrospeksi diri terlebih dahulu. Mempelajari hal yang kita sukai. Dan, mengerti
akan hakikat suatu hal.
b. Kemauan kuat untuk menjadi diri sendiri, merupakan suatu usaha untuk mau
merasakan tanggung jawab dan resiko yang besar.
c. Ketekunan atau persistensi, merupakan usaha terus menerus tanpa mengenal lelah.
Usaha yang dapat mengalahkan seorang yang cerdas sekalipun. Dan merupakan suatu
harga mati untuk sukses.
d. Merancang kehidupan pribadi, perlunya memilih arah kehidupannya, mendefinisikan
realitas pribadinya, merumuskan visi pribadinya, mengenal misi berdasarkan nilai-nilai
pribadinya. Belajar untuk menolak rasa rendah diri dan kesombongan, membangun
kepercayaan diri.
e. Berani menyatakan perbedaan,belajar mengatasi kecenderungan diri untuk bersikap
reaktif dengan melempar tanggung jawab dan suka mencari kambing hitam, berani
mengakui kesalahan dan kekhilafan, berani bertindak sesuai hati nuraninya,
f. Mengatasi ketidakmampuan belajar, pembelajar harus memegang teguh tiga prinsip :
1. Bertanggung jawab terhadap apa yang telah diberikan oleh Tuhan , 2. Belajar
mengatasi dirinya sendiri dan mengeluarkan seluruh potensinya, 3. Menyadari bahwa
jika dirinya tidak mampu mengatasi belajar, maka harapan manusia sekitar/lingkungan
akan hilang, mereka pun akan kecewa.
g. Menjadi manusiawi, Peter Senge mengatakan bahwa melalui pembelajaran kita
menciptakan kembali diri kita. Melalui pembelajaran kita dapat melakukan sesuatu yang
tidak pernah dapat kita lakukan sebelumnya. Melalui pembelajaran kita merasakan
kembali dunia dan hubungan kita dengan dunia tersebut.
h. Menolak rasa rendah diri/kesombongan
i. Membangun kepercayaan diri
Richard ST. John,dalam bukunya 8 sifat sukses untuk sukses, mengatakan setidaknya perlu
delapan sifat untuk menjadi orang hebat/pembelajar :
a. Mempunyai tujuan/passion,
b. Bekerja keras,
c. Fokus,
d. Mempunyai motivasi,
e. Mengembangkan ide,
f. Mengembangkan diri,
g. Melayani sesama, dan
II.3. Hubungan antara manusia pembelajar dengan pendidikan orang dewasa
Sebagaimana yang diketahui, untuk menjadi pembelajar haruslah mempunyai suatu
pengorbanan yang tidak sedikit, dan itu muncul dari diri dahulu. Pembelajar merupakan orang
yang sudah mengetahui hakikat dan keutamaan dirinya. Setiap individu yang berumur lebih dari
14 tahun sudah dapat dikatakan dewasa, tetapi tidak semuanya adalah pembelajar.
Pendidikan orang dewasa adalah sebuah proses yang peranan sosial utamanya adalah
membentuk karakteristik status orang dewasa yang menjalankan aktivitas pembelajaran utuh
dan sistematis yang bertujuan memberikan perubahan dalam hal ilmu pengetahuan, tingkah
laku, nilai atau kemampuan.
Perubahan itu dapat dilihat dari mampu tidaknya orang dewasa berinteraksi maupun
mampu menciptakan suatu organisasi. Hal yang dilihat disini adalah bagaimana ia dapat
memimpin. Memimpin dalam lingkup individu maupun sistem sosial yang besar.
Menurut William, kepemimpinan merupakan seni mempengaruhi orang lain untuk
melakukan suatu pekerjaan secara maksimum dan menyelesaikan tugas untuk tujuan tertentu.
Lain lagi dengan pendapat Max De Pree, kepemimpinan merupakan suatu instrument musik
yang keluar langsung dari hati, bukan jabatan tetapi suatu pekerjaan.
Dalam pendidikan orang dewasa inilah, harus ditumbuhkembangkan jiwa siap dipimpin dan
siap untuk memimpin. Pewujudannya diawali dengan beberapa hal :
a. Kejujuran, jujur untuk diri sendiri maupun orang lain
b. Berkomitmen, menyatakan siap menjalankan dan menanggung resiko yang ada
c. Berpelilaku konsisten,
d. Menjadi visionaris, mempunyai cita-cita dan tujuan hidup. Untuk menjadi visionaris,
berarti harus mampu dan rela membagikan visi-misi-strategi pribadinya kepada publik.
Hubungan lainnya adalah pembelajar harus menelaah dan siap untuk menjadi guru bangsa.
Sebagai mana Teilhard de Chardin katakan “The greatest force for human advancement of the human species is a great hope held in common “ yang mempunyai arti kekuatan terbesar bagi
Sudah barang tentu, pembelajar harus mampu memposisikan dirinya sebagai orang yang
dapat melakukan suatu perubahan. Dan hal ini berkaitan erat dengan guru bangsa.
Sebagaimana yang diketahui, guru merupakan orang-orang yang melakukan pekerjaan dan
menerima tugas dan tanggung jawab tertentu yang terutama berkaitan dengan kepentingan
suatu masyarakat bangsa dan universal. Lingkup guru pun meluas, tidak hanya disekolah saja,
tetapi ada yang meliputi suatu bangsa disebut guru bangsa, yang meliputi dan dijadikan contoh
oleh bangsa lain disebut guru bangsa-bangsa, dan tingkatan tertinggi adalah guru umat manusia
atau orang-orang yang mengingatkan umat manusia di mana pun , kapan pun, dan dari latar
belakang yang bagaimanapun, akan kehidupan yang akan datang.
Disitulah terlihat bahwa sebuah pendidikan orang dewasa harus mampu membangun
kriteria seorang pembelajar yang ideal. Sebuah pendidikan orang dewasa tidak hanya mampu
membangun rasa bersosialisasi yang tinggi saja, tetapi mampu membangun rasa untuk berbagi
dan mengajak orang sekitar untuk menjadi satu visi dan misi. Dengan beberapa hal tersebut,
maka organisasi belajar akan tercipta karena pemberdayaan terjadi tidak hanya mereka yang
sudah mempunyai kemampuan tetapi juga masyarakat secara umumnya pun tergugah untuk
II.4. Proses menjadi manusia pembelajar
Seperti yang telah disinggung di pembahasan yang pertama, pendapat Richard ST. John
menyatakan setidaknya ada delapan sifat/proses yang harus dilalui untuk mengubah diri
menjadi seorang yang hebat. Dari penentuan minat/passion, hingga penekunan suatu bidang.
Untuk menjadi seorang pembelajar, seseorang haruslah keluar dari kebiasaan mereka. Memang
terkesan dipaksa tetapi hal tersebutlah yang akan menjadikannya terbiasa.
Adapun proses yang disinggung oleh Richard tersebut dan terkait dengan bagaimana
seorang menjadi pembelajar adalah sebagai berikut :
1. Penentuan passion, atau dalam pengertian lain adalah menentuan tujuan atau visi yang
kita suka. Dengannya kita akan bergerak menjadi seorang visionaris, dan pasti tidak akan
terbang tertiup angin yang berhembus.
2. Bekerja, dalam hal ini seorang yang ingin menjadi pembelajar harus memaksimalkan
potensi yang ia punya. Walaupun tidak sempurna pada awalnya, tetapi dengan
pemaksimalan tersebut akan tercipta hasil yang sempurna.
3. Fokus, inilah hal yang terkadang tidak dimiliki seseorang. Fokus mempunyai arti bahwa
seseorang tidak mengalihkan perhatian pada hal lain dan hanya terpaku pada satu hal
saja. Proses ini diawali dengan berpikir secara luas kemudian mengambil satu hal dan
berfokus didalamnya. Berlatih untuk berkonsentrasi dan menyinggkirkan gangguan yang
dapat mengurangi tingkat konsentrasi tersebut.
4. Membangun motivasi, untuk membangun motivasi tidaklah mudah, motivasi berasal
dari dalam diri, bagaimanapun kerasnya dorongan dari luar, jika internalnya tidak
terpacu maka tidak akan ada motivasi yang muncul. Jika hal tersebut terjadi, mintalah
motivasi dari seorang Ibu dan teman terpercaya, hal lain yang dapat dilakukan adalah
mencari tor-mentor dan mentor.
5. Ide, untuk menjadi pembelajar yang kompetitif, ia diharapkan dapat menjadi creator
diawali dengan mendengarkan sekitar. Dengan menjadi pendengar yang baik maka ide
akan muncul, tetapi jika tidak langung ditulis atau dikerjakan, ide tersebut hanyalah
sebuah gagasan kosong dan tidak bernilai.
6. Mengembangkan diri, pengembangan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
pembelajar. Didalamnya, pembelajar harus mampu memperbaiki celah-celah yang
dianggap kurang atau minus dalam dirinya, serta menggantinya dengan hasil yang lebih
baik. Pengembangan diri ini hanya berfokus pada satu hal yaitu performa terbaik. Jadi,
jika seorang yang ingin menjadi pembelajar tidak menunjukkan performa terbaiknnya
maka ia sudah gugur di awal.
7. Melayani, mengambil prinsip UNESCO tentang pilar pendidikan : learn to know, learn to
do, learn to be, and learn to live together. Dari pilar tersebut dapat disimpulkan,
pembelajar yang sesungguhnya adalah orang yang mau berbagi, tidak mementingkan
kepentingan pribadi, dan mengedepankan ego. Pembelajar yang baik, belajar tidak
karena mencari hal yang bersifat sementara, tetapi berfokus pada peningkatan diri dan
sekitarnya. Melayani, mempunyai arti juga bahwa pembelajar harus dapat
menempatkan dirinya dari sudut pandang yang berbeda.
8. Tekun dalam menjalani proses yang ada. Merupakan hal inti dalam siklus proses ini, jika
seorang hanya menjalani point 1-5 saja, maka sudah pasti tidak akan menjadi
pembelajar yang baik. Ketekunan itu didapatkan tidak dari bawaan genetika, tetapi dari
suatu proses panjang. Proses tersebut dimulai dari perencanaan jadwal kegiatan kita,
target apa yang ingin dicapai, masukan, kritikan, hingga penolakan. Hal-hal tersebut
dapat menjadikan seorang individu pembelajar yang mempunyai standar tinggi. Langkah
kecil namun dilakukan secara terus-menerus dan tekun, akan terlihat hasilnya diakhir
proses. Dengan tidak terlalu lama melihat kebelakang, maka ketekunan ini akan dapat
BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Untuk menjadi pembelajar haruslah mempunyai suatu pengorbanan yang tidak sedikit, hal
itu muncul dari internal individu terlebih dahulu. Pembelajar merupakan orang yang sudah
mengetahui hakikat dan keutamaan dirinya. Setiap individu yang berumur lebih dari 14 tahun
sudah dapat dikatakan dewasa, tetapi tidak semuanya adalah pembelajar.
Banyak cara juga ciri yang harus dilakukan jika seorang ingin menjadi pembelajar yang baik.
Inti dari menjadi pembelajar adalah belajar untuk bertanggung jawab pada dirinya dan mampu
menciptakan suatu organisasi di lingkungannya. Dengan hal tersebut maka secara tidak
langsung pembelajar sudah melengkapi dirinya dengan kebutuhan akan sifat kepemimpinan,
keahlian dibidang manajemen dan sosialisasi, juga pengatasan diri / mental yang baik.
III.2. Daftar Pustaka
1. ST. John, Richard. 8 TO BE GREAT. 2011. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta
2. Covey, Stephen R. The 7 Habits of Highly Effective People. 1997. Binarupa Aksara,
Jakarta
3. Lieberman, David J. AGAR SIAPA SAJA MELAKUKAN APA SAJA UNTUK ANDA. 2008. PT.
Ikrar Mandiriabadi, Jakarta