• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identification Cercaria of Trematode and Snail as Intermediate Host on Water Swamp Ecosystem in Three Districts in South Kalimantan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Identification Cercaria of Trematode and Snail as Intermediate Host on Water Swamp Ecosystem in Three Districts in South Kalimantan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Areas with swamp aquatic ecosystem types which covers three districts in South Kalimantan holds the potential transmission of trematode worms into humans. Swamp waters inundated most of the year are very good conditions for the development of the snail population that have become an intermediate host of trematodes. Humans can be infected by trematodes if swallowing infective forms contained in the water or aquatic plants. This study aimed to identify the presence of trematode worms in the cercaria form and type of snails become intermediate host around the settlements. The study was an explorative study with cross-sectional design that conducted in June 2015. Snail sampling conducted in Sungai Papuyu, Sungai Buluh and Pihanin Raya village by hand collecting methods. Methods to find serkaria on snail was done by crushing techniques. The results of sampling over three villages showed there were six genus snail namely, Pomacea, Bellamya, Indoplanorbis, Lymnaea, Gyraulus and Melanoides. There were two types of cercariae namely : Gymnocephalus cercariae and Ocelifera cercariae was found in snail Pomacea, Bellamyâ and Gyraulus in Sungai Papuyu Village and Pihanin Raya Village, whereas in Sungai Buluh Village not found infected snail. In conclusion, this study proves the peoples and livestock in Sungai Papuyu Village and Pihanin Raya Village in South Kalimantan potentially infected with trematodes. Further research need to be done in the form of worm disease examination to villagers that potentially infected with trematodes to confirm these current research findings.

A B S T R A C T / A B S T R A K INFO ARTIKEL

Wilayah dengan tipe ekosistem perairan rawa yang mencakup tiga kabupaten di Kalimantan Selatan menyimpan potensi penularan cacing trematoda pada manusia. Perairan rawa yang tergenang hampir sepanjang tahun merupakan kondisi yang sangat baik bagi perkembangan populasi keong yang dapat menjadi hospes perantara trematoda. Manusia dapat terinfeksi trematoda jika menelan bentuk infektif yang terdapat di air maupun tanaman air. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi keberadaan cacing trematoda dalam bentuk serkaria serta mengidentifikasi jenis keong yang menjadi hospes perantara di sekitar pemukiman penduduk. Penelitian merupakan studi eksploratif dengan desain potong lintang yang dilaksanankan pada tahun 2015. Sampling keong dilakukan di Desa Sungai Papuyu, Sungai Buluh dan Pihanin Raya dengan metode hand collecting. Serkaria pada keong dideteksi dengan teknik crushing. Hasil sampling di ketiga desa didapatkan enam genus keong yaitu

Pomacea, Bellamya, Indoplanorbis, Lymnaea, Gyraulus dan Melanoides. Di Desa Sungai Papuyu ditemukan Gymnocephalus cercariae dan Ocelifera cercariae pada keong

Pomacea dan Bellamya, di Desa Pihanin Raya ditemukan Gymnocephalus cercariae pada keong Gyraulus, sedangkan di Desa Sungai Buluh tidak ditemukan keong yang positif serkaria. Penelitian ini membuktikan bahwa penduduk dan ternak di daerah perairan rawa Desa Sungai Papuyu, dan Desa Pihanin Raya di Kalimantan Selatan berpotensi terinfeksi cacing trematoda. Perlu dilakukan penelitian lanjutan berupa pemeriksaan kecacingan pada penduduk desa yang berpotensi terinfeksi cacing trematoda untuk konfirmasi temuan tersebut.

© 2017 Jurnal Vektor Penyakit. All rights reserved Kata kunci:

serkaria, keong,

Kalimantan Selatan Article History: Received: 7 Feb. 2017 Revised: 29 Maret 2017 Accepted: 10 April 2017

*Alamat Korespondensi : email : budihaira@gmail.com Keywords:

cercariae, snail,

South Kalimantan

Identifikasi Serkaria Trematoda dan Keong Hospes Perantara

pada Ekosistem Perairan Rawa Tiga Kabupaten

di Kalimantan Selatan

Budi Hairani * dan Deni Fakhrizal

*Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu, Badan Litbang Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI

Identification Cercaria of Trematode and Snail as Intermediate

Host on Water Swamp Ecosystem in Three Districts

(2)

PENDAHULUAN

Wilayah Kalimantan Selatan sebagian terdiri dari perairan rawa yang tergenang hampir sepanjang tahun. Wilayah ekosistem rawa ini cukup luas sehingga meliputi tiga kabupaten yang saling berbatasan yaitu Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Selain sebagai sumber mata pencaharian masyarakat (mencari ikan, peternakan, dan lain-lain), ekosistem rawa ini juga menyimpan potensi yang dapat merugikan dari segi kesehatan manusia dan veteriner, yaitu sebagai media penularan kecacingan trematoda pada manusia maupun hewan ternak.

Cacing trematoda pada umumnya memerlukan media air dalam siklus hidupnya. Telur cacing akan menetas di air dan berkembang menjadi mirasidium, kemudian menginfeksi hospes perantara pertama, lalu berkembang menjadi serkaria. Serkaria akan keluar dari tubuh hospes dan berenang di air untuk mencari tempat menempel (hospes perantara kedua) dan berkembang menjadi bentuk infektif (metaserkaria). Keong air tawar merupakan hewan yang berperan sebagai hospes perantara pertama, dan tanaman air sebagai hospes perantara kedua. Manusia maupun hewan ternak dapat terinfeksi dengan memakan tanaman air atau m e m i n u m a i r y a n g m e n g a n d u n g metaserkaria.¹

Wilayah yang tergenang hampir sepanjang tahun merupakan kondisi ideal bagi perkembangan keong sehingga populasinya selalu ditemukan hampir di semua lokasi di perairan rawa, termasuk wilayah pemukiman penduduk. Hampir seluruh penduduk mendirikan rumah-rumah di atas perairan rawa sehingga sebagian besar aktifitas sehari-hari berhubungan dengan perairan rawa, antara lain mandi, mencuci, memandikan ternak, sumber air minum, dan lain-lain. Adanya perilaku ini semakin memperbesar risiko penularan kecacingan trematoda pada manusia.

Salah satu aspek pencegahan penularan penyakit yang terpenting adalah dengan mengetahui sejak dini keberadaan agen penyakit di suatu wilayah. Hasil penelitian

terdahulu yang dilakukan di Desa Sungai Papuyu Kabupaten HST telah ditemukan serkaria trematoda pada keong Lymnea dan

,

Indoplanorbis.² ³ Diperkirakan jumlah luas

ekosistem rawa di Kabupaten HSU, HST dan HSS mecapai lebih dari 10.000 Ha.⁴ Wilayah Desa Sungai Papuyu hanya mewakili sebagian kecil dari desa di kabupaten lain yang memiliki tipe ekosistem yang sama, selain itu masih terdapat kemungkinan perbedaan jenis keong yang menjadi hospes perantara dari cacing trematoda. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian eksploratif mengenai keberadaan cacing trematoda dalam bentuk serkaria serta keong yang menjadi hospes perantaranya dengan wilayah sampling yang lebih mewakili desa dengan tipe ekosistem yang sama di tiga kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan.

BAHAN DAN METODE

Penelitian berupa studi eksploratif dengan disain potong lintang dilakukan di lapangan dan laboratorium. Pengumpulan data di lapangan dilakukan pada bulan Juni tahun 2015 di tiga desa yaitu Desa Sungai Papuyu, Desa Sungai Buluh dan Desa Pihanin Raya yang masing-masing mewakili wilayah perairan rawa Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Koleksi keong menggunakan metode hand collecting dengan panduan garis transek⁵ di badan air di sekitar lingkungan rumah penduduk. Keong yang ditemukan dimasukkan ke dalam kantong plastik masing-masing yang dibedakan menurut jenisnya dan titik pengambilan.

Metode untuk menemukan serkaria pada

,

keong menggunakan teknik crushing⁶⁷ yang dilakukan di laboratorium Parasitologi Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu. Tahapan metode ini yaitu dengan meletakkan keong pada cawan petri, kemudian cangkang keong dibuka/dihancurkan secara perlahan dengan penggerus, tubuh keong yang sudah hancur ditetesi dengan aquades lalu diperiksa dengan mikroskop disekting untuk mengetahui keberadaan serkaria.

(3)

jenis keong dan serkaria yang ditemukan dilakukan oleh peneliti dan teknisi laboratorium yang sudah menguasai teknik identifikasi keong dan serkaria dengan mengacu pada pedoman identifikasi serta

8–13

rujukan/pustaka yang ada.

HASIL

Secara keseluruhan hasil koleksi keong dari tiga desa didapatkan enam genus keong yaitu : Pomacea, Bellamya, Melanoides,

Lymnea, Gyraulus dan Indoplanorbis. Keong

Pomacea, Bellamya, Lymnea dan Gyraulus

ditemukan pada tiga desa, keong Melanoides

hanya ditemukan di Desa Sungai Papuyu sedangkan Indoplanorbis ditemukan di Desa Sungai Buluh dan Pihanin Raya. Keong yang positif mengandung serkaria adalah Pomacea,

Bellamya dan Gyraulus. Jenis serkaria yang

ditemukan berupa serkaria ekor tunggal dan serkaria ekor bercabang. Hasil survei keong selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.

a. b. c.

d. e. f.

Tabel 1. Hasil Survei Keong di Desa Sungai Papuyu, Sungai Buluh dan Pihanin Raya Bulan Juni Tahun 2015

No Lokasi Survei Keong Jumlah

(ekor) Serkaria

1 Desa

Sungai Papuyu

(Kabupaten Hulu Sungai Utara)

Pomacea 89 (8¹ ,8± ) serkaria ekor tunggal Bellamya 7¹ (7² ,³ ± ) serkaria ekor bercabang Melanoides ¹ (¹ ,8± ) Negatif

Lymnaea 7 (7,6± ) Negatif

Gyraulus 7 (7,6± ) Negatif

2 Desa

Sungai Buluh

(Kabupaten Hulu Sungai Tengah)

Pomacea 58 (9,² ± ) Negatif Bellamya ² ⁰ (79,² ± ) Negatif Lymnaea 5⁰ (⁰ ,¹ ± ) Negatif Indoplanorbis ³ 6 (38,3%) Negatif Gyraulus 76 (57,7± ) Negatif 3 Desa

Pihanin Raya

(Kabupaten Hulu Sungai Selatan)

Pomacea ⁰ (58,7± ) Negatif Bellamya 6 (8,² ± ) Negatif Indoplanorbis 56 (6² ,⁰ ± ) Negatif Lymnaea 57 (75,4± ) Negatif Gyraulus ³ (65,8± ) serkaria ekor tunggal

Gambar 1. Keong yang Ditemukan di Desa Sungai Papuyu, Sungai Buluh dan Pihanin Raya :

(4)

Morfologi keong air tawar yang ditemukan dari tiga desa dapat dilihat pada Gambar 1. Berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopis, serkaria jenis ekor tunggal ditemukan pada keong Pomacea dan Gyraulus, sedangkan serkaria jenis ekor bercabang ditemukan pada keong Bellamya. Identifikasi morfologi serkaria ekor tunggal merupakan

Gymnocephalus cercariae, sedangkan serkaria

ekor bercabang merupakan Ocelifera

cercariae. Morfologi dari serkaria dapat

dilihat pada Gambar 2.

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan ada tiga jenis keong yang mengandung serkaria yaitu

Pomacea, Bellamya dan Gyraulus, yang

menandakan bahwa keong tersebut merupakan hospes perantara trematoda, hal ini diperkuat dengan beberapa hasil penelitian di wilayah berbeda yang menunjukkan bahwa ketiga jenis keong tersebut merupakan hospes perantara trematoda. Diantara beberapa penelitian tersebut menyatakan bahwa Pomacea

merupakan hospes perantara cacing trematoda Stromylotrematidae; Bellamya dan

Gyraulus merupakan hospes perantara dari

a. b.

d. c.

Gambar 2. Jenis serkaria yang ditemukan pada

keong: (a,b) Gymnocephalus cercariae, (c,d) Ocelifera cercariae

Walaupun pada penelitian ini hanya tiga genus keong yang positif terdapat serkaria, namun pada dasarnya semua jenis keong

(Pomacea, Bellamya, Melanoides, Lymnea,

Gyraulus dan Indoplanorbis) yang ditemukan

di tiga desa tersebut dapat berperan sebagai hospes perantara trematoda maupun jenis cacing lainnya, hal ini berdasarkan hasil temuan penelitian terdahulu di beberapa wilayah/negara yang berbeda. Keong

Bellamya merupakan hospes dari cacing

Echinostome lindoensis di daerah Danau

14

Lindu, Sulawesi Tengah. Keong Pomacea

merupakan hospes perantara dari cacing Nematoda Angiostrongylus cantonensis di

19,20

Taiwan dan Hawaii, Keong Lymnaea (famili

Lymnaeidae), Gyraulus dan Indoplanorrbis

(famili Planorbidae) diketahui merupakan hospes perantara dari cacing Schistosoma dan cacing parasit intestinal di Rwanda dan

17,18

India. Pada penelitian ini ditemukan keong

Gyraulus yang positif mengandung serkaria.

Gyraulus dianggap sebagai hospes perantara

pertama dari Fasciolopsis buski di Kalimantan

14

Selatan. Keong Melanoides (famili Thiaridae) m e r u p a k a n h o s p e s p e ra n t a ra d a r i

Paragonimiasis dan cacing parasit pencernaan

21

di Afrika Selatan.

Serkaria ekor tunggal diidentifikasi

12

sebagai Gymnocephalus cercariae dengan ciri-ciri morfologi sebagai berikut: Panjang tubuh +180,7 μm, lebar tubuh +92,5 μm; panjang ekor +371,8 μm, lebar ekor +37,4 μm. Pada tubuh terdapat penghisap oral dengan ukuran: panjang +39,3 μm, lebar +35,5 μm; pengisap ventral dengan ukuran: panjang +50,3 μm, lebar +49,5 μm. Perbandingan ukuran badan/ekor : 0.49 : 1. Gymnocephalus

cercariae diduga merupakan bentuk

representatif dari cacing Clonorchis sinensis,

Opisthorchis viverrini, O. felineus (famili

Opisthorhiidae) dan Metagonimus yokogawai

(famili Heterophydae).⁸ Serkaria ekor bercabang diidentifikasi sebagai Ocelifera

12

cercariae dengan ciri-ciri morfologi sebagai

(5)

ukuran badan/ekor: 0.37 : 1, ukuran ekor/cabang ekor: 0,52 : 1. Ocelifera cercariae

diduga merupakan bentuk representatif dari cacing Schistosoma (S. haematobium, S.

22

mansoni, S. japonicum).

Jenis trematoda yang telah diketahui keberadaanya di daerah perairan rawa Kalimantan Selatan adalah Fasciolopsis buski

dan Fasciola gigantica. Penularan kedua jenis

cacing ini terjadi di Kabupaten HSU. Infeksi F.

buski terjadi pada manusia, sedangkan infeksi

23,24

F. gigantica terjadi pada kerbau rawa. Jika

m e r u j u k p a d a h a s i l p e n e l i t i a n i n i , kemungkinan masih ada trematoda jenis lain yang berpotensi menginfeksi manusia maupun hewan ternak.

Kebanyakan keong hasil sampling ditemukan menempel pada tanaman air, hal ini memperkuat dugaan keterkaitan keong sebagai hospes perantara pertama cacing trematoda dengan tanaman air yang ada

25

didekatnya sebagai hospes perantara kedua. Serkaria yang berkembang di tubuh keong akan keluar dan segera berenang mencari tanaman air yang ada disekitarnya sebagai tempat perkembangan berikutnya menjadi

26

bentuk infektif (metaserkaria). Infeksi trematoda dapat terjadi karena menelan tanaman air, ikan maupun air yang t e r k o n t a m i n a s i b e n t u k i n f e k t i f

22

(metaserkaria).

Perilaku manusia sangat erat kaitannya dengan risiko penularan cacing trematoda. Hasil survei perilaku di pemukiman rawa pada tahun 2012 menunjukkan dari total 294 orang yang diwawancarai masih banyak yang buang air besar (BAB) di jamban air rawa (99,3%), penduduk yang memakan tanaman air mentah (0,3%), sumber air bersih sebagian besar dari air rawa (50,7%) tetapi hanya 75,5% yang dimasak sampai mendidih, selain itu penduduk yang pernah minum obat cacing (jenis obat cacing tidak diketahui secara

25

spesifik) hanya 6,1%.

Keong yang positif mengandung serkaria hanya ditemukan di Desa Sungai Papuyu dan Desa Pihanin Raya. Namun hal ini tidak berarti menandakan di Desa Sungai Buluh bebas dari trematoda karena penelitian ini hanya mengambil sampel di area yang terbatas, dengan area sampling yang lebih luas kemungkinan juga akan didapatkan keong

yang mengandung serkaria. Keberadaan agen penyakit (serkaria trematoda) dan hospes perantara di sekitar pemukiman penduduk, disertai dengan tingginya tingkat perilaku masyarakat yang berisiko menjadikan tingginya potensi kejadian infeksi trematoda pada manusia dan ternak.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa cacing trematoda dalam bentuk serkaria ditemukan di sekitar pemukiman penduduk ekosistem perairan rawa Desa Sungai Papuyu dan Desa Pihanin Raya Provinsi Kalimantan Selatan, terdapat cacing trematoda dalam bentuk serkaria sehingga penduduk maupun ternak di kedua desa tersebut berpotensi terinfeksi cacing trematoda. Jenis serkaria yang ditemukan adalah Gymnocephalus cercariae dan Ocelifera

cercariae. Keong yang menjadi hospes

perantara pertamanya adalah Pomacea,

Bellamya dan Gyraulus.

SARAN

Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengkonfirmasi hasil temuan pada penelitian berupa pemeriksaan kecacingan pada penduduk yang berpotensi terinfeksi cacing trematoda. Masyarakat di pemukiman perairan rawa perlu mewaspadai jika terjadi lonjakan populasi keong hospes perantara trematoda dan mengubah perilaku yang meningkatkan risiko penularan cacing. Pemerintah disarankan mengadakan pelayanan kesehatan berupa penyuluhan mengenai bahaya kecacingan trematoda, cara penularan dan pencegahannya, serta memberikan pengobatan kecacingan gratis bagi masyarakat di pemukiman perairan rawa.

UCAPAN TERIMA KASIH

(6)

DAFTAR PUSTAKA

1. Rondelaud D, Mouzet R, Vignoles P, Dreyfuss G. The production of mammalian trematode infective stages by the snail Galba truncatula. J Helminthol. 2014;88:10511.

2. Annida;Paisal. Siput air tawar sebagai hospes perantara trematoda di Desa Kalumpang Dalam dan Sungai Papuyu , Kecamatan Babirik , Kabupaten Hulu Sungai Utara. J Buski. 2014;5(2):5560.

3. Hairani B, Annida, Hidayat S, Fakhrizal D. Identifikasi Serkaria Fasciolopsis buski dengan PCR untuk Konfirmasi Hospes Perantara di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan, Indonesia . Balaba. 2016;12(1):714. 4. Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan

Selatan. Kalimantan Selatan Dalam Angka Tahun 2015. Banjarmasin; 2015.

5. Opisa S, Odiere MR, Jura WG, Karanja DM, Mwinzi PN. Malacological survey and geographical distribution of vector snails for schistosomiasis within informal settlements of Kisumu City, western Kenya. Parasit Vectors. BioMed Central Ltd; 2011;4(1):226.

6. Kulsantiwong J, Prasopdee S, Piratae S, Khampoosa P, Suwannatrai A, Duangprompo W, et al. Species-specific primers designed from RAPD products for Bithynia funiculata, the first intermediate host of liver fluke, Opisthorchis viverrini, in North Thailand. J Parasitol. 2013;99(3):4337.

7. Yakhchali M, Malekzadeh-Viayeh R, Imani-Baran A. PCR-RFLP analysis of 28 SrDNA for specification of Fasciola gigantica (Cobbold, 1855) in the infected Lymnaea auricularia (Linnaeus, 1785) snails from Northwestern Iran. Iran J Parasitol. 2014;9(3):35864.

8. (SEACMM) SAC for MM. A formal Course on Medical Malacology for South East Asian Countries. Bankok: Department of Social and Environmental Medicine, Faculty of Tropical Medicine, Mahidol University; 2012.

9. Jayawardena U a, Rajakaruna RS, Amerasinghe PH. Cercariae of trematodes in freshwater snails in three climatic zones in Sri Lanka. Ceylon J Sci. 2011;39(2):95108.

10. Frandsen F, Christensen NO. An introductory guide to the identification of cercariae from African freshwater snails with special reference to cercariae of trematode species of medical and veterinary importance. Acta Trop. 1984;41:181202.

11. Harrold MN, Guralnick R. A Field Guide to the Freshwater Mollusks of Colorado, 2nd ed. Vol. 80216, Colorado Division of Wildlife. 2010. 12. Souza M a. a., Melo AL. Caracterização de larvas

de trematódeos emergentes de moluscos

Gerais, Brasil. Iheringia Série Zool. 2012;102(1):118.

13. Freshwater Mollusk Conservation Society. A P r i m e r t o F r e s h w a t e r G a s t r o p o d Identification. Kathryn E. Perez SAC and CL, editor. University of Alabama. Alabama; 2004. 14. Djajasasmita M. The Medically Important

Molluscs of Indonesia. Bul Penelit Kesehat. 1989;17(2):13540.

15. Pinto HA, Patr S, Cantanhede D, Thiengo SC, Melo AL De, Fernandez MA. The Apple Snail Pomacea Maculata ( Caenogastropoda  : Ampullariidae ) As The Intermediate Host Of Stomylotrema Gratiosus ( Trematoda  : Stomylotrematidae ) In Brazil  : The First R e p o r t O f A M o l l u s c H o s t O f A Stomylotrematid Trematode. J Parasitol. 2015;101(2):1349.

16. Azzam KM, Abd EA, Hady E, Abd N El. Survey of Natural Infection with Echinostoma liei in Aquatic Snails and Wild Rodents in Egypt. 2015;25(2):42732.

17. Isabwe A, Ruberanziza E, Mupfasoni D, Ruxin J, Clerinx J, White PT. Case Study Potential for Transmission of Schistosomiasis in Kayonza District. Rwanda Med J. 2012;69(2):149. 18. Jauhari RK, Nongthombam PD. Occurrence of a

snail borne disease, cercarial dermatitis (Swimmer itch) in Doon valley (Uttarakhand), India. Iran J Public Health. 2014;43(2):1627. 19. Kim JR, Hayes KA, Yeung NW, Cowie RH.

Diverse gastropod hosts of Angiostrongylus cantonensis, the rat lungworm, Globally and with a focus on the Hawaiian Islands. PLoS

21. Appleton CC. Paragonimiasis in KwaZulu-Natal Province, South Africa. J Helminthol. 2014;88(1):1238.

22. Soedarto. Buku Ajar Parasitologi. Jakarta: CV Agung Seto; 2011.

23. Annida; Safitri, A.; Indriyati L. Penanggulangan Fasciolopsiasis melalui Pemberian Obat 2 (dua) Kali Setahun di Kabupaten Hulu Sungai utara. J Buski. 2008;1(1):49.

24. Suhardono; Estuningsih, S.E; Widjajanti, S.; Natalia, L.; Kalianda JS. Fasciolosis pada kerbau yang dipelihara pada lahan rawa di propinsi kalimantan selatan. In: Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor: Balai Peneltian Veteriner Bogor; 1999. p. 5718.

(7)

Kabupaten Hulu Sungai Utara Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2012. Tanah Bumbu; 2013.

(8)

Gambar

Tabel 1. Hasil Survei Keong di Desa Sungai Papuyu, Sungai Buluh dan Pihanin Raya                  Bulan Juni Tahun 2015
Gambar 2. Jenis serkaria yang ditemukan pada                       (c,d)                       keong: (a,b) Gymnocephalus cercariae, Ocelifera cercariae

Referensi

Dokumen terkait

Pembuatan aplikasi KTP berbasis android ini bertujuan untuk: 1) Memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam mengisi formulir KTP tanpa harus datang ke formulir

Menurut Haris Herdiansyah menyatakan bahwa observasi didefinisikan suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau

Hal ini dapat dilihat dari beberapa peralatan yang tidak lagi digunakan di Kota Padang, dimana hal tersebut selain hancur akibat gempabumi tahun 2009, ada juga

Dengan hasil penelitian sebagian besar responden menilai kualitas produk yang dimiliki Honda Jazz baik, khususnya meliputi kinerja (performance), fitur (features),

Suatu jangka waktu dimana CPU tidak bekerja walaupun ada satu atau lebih proses yang sedang berjalan, maka istilah tersebut pada manajemen memori, disebut dengan :a.

(misalnya dimulai dari 3 kolom pertama dan baris pertama) dengan menggunakan tabel random numbers, tentukan unit mana yang terpilih, sebesar sampel yang dibutuhkan, yaitu

Penambahan arang dan abu sekam dengan proporsi yang berbeda tidak dapat memperbaiki sifat fisik tanah liat, tetapi dapat meningkatkan pertumbuhan kacang hijau,