• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan hasil belajar IPS siswa kelas V pada kompetensi dasar perjuangan mempertahankan kemerdekaan melalui media audio visual di MI Jauharotul Huda Cakung Jakarta Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan hasil belajar IPS siswa kelas V pada kompetensi dasar perjuangan mempertahankan kemerdekaan melalui media audio visual di MI Jauharotul Huda Cakung Jakarta Timur"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

MI Jauharotul Huda Cakung Jakarta Timur

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Akademik Program Kualifikasi SI Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) dan Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

Neneng Suryani

NIM 1811018300019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Neneng Suryani, NIM 1811018300019. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Peningkatan Hasil Belajar IPS Pada Kompetensi Dasar Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Melalui Media Audio Visual di MI Jauharotul Huda Cakung Jakarta Timur

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan media audio visual pada mata pelajaran IPS kelas V materi tentang perjuangan mempertahankan kemerdekaan . Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Yang terdiri dari dua siklus. Siklus pertama terdiri dari tiga pertemuan sedangakan siklus kedua terdiri dari dua pertemuan dengan tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrument observasi yang dilakukan sebelum penelitian dan disetiap pertemuan PTK, test berupa pre test yang di berikan pada siswa sebelum PTK dan post test yang dilakukan di setiap akhir siklus, serta dokumentasi yang diambil setiap pertemuan saat PTK.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar IPS dengan media audio visual pada siswa kelas V di MI.Jauharotul Huda Cakung Jakarta Timur, hal ini terlihat dari hasil belajar yang meningkat yaitu dari hasil rata-rata post test siklus I 64,67 dengan prosentase ketercapaian KKM 54,8% meningkat pada siklus II dengan hasil rata-rata post test 72,74 dengan prosentase ketercapaian KKM sebesar 74,2.

(6)

ii

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan Inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar IPS Pada Kompetensi Dasar Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Melalui Media Audio Visual di MI Jauharotul Huda Cakung Jakarta Timur”. Sholwat serta salam senantiasa kita curahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang selalu menjadi suru tauladan bagi umat manusia.

Tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang penulis alami dalam menyusun penelitian ini, namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun penelitian ini, baik bantuan dalam bentuk moril maupun materil. Semoga semua bantuan dan kebaikan yang telah diberikan mendapatkan pahala dan keridhaan Allah SWT, khususnya kepada:

1. Dr. Nurlena MA., Dekan Fakultas Ilmu tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Fauzan MA., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah dan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan hingga terselesaikan skripsi ini.

3. Dindin Ridwaniddin M,Pd., Ketua pengelola program dual mode system yang selalu dengan gigih memperjuangkan segala kebaikan untuk kita semua.

4. Dosen – dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya dosen-dosen di jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan selama mengikuti perkuliahan.

(7)

iii

bahan acuan dan referensi penyusunan skripsi.

7. Ibu kepala MI Jauharotul Huda, M.Salminah yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

8. Guru dan karyawan MI.Jauharotul Huda yang telah banyak membantu dalam proses penelitian.

9. Yayasan Gugah Nurani Indonesia yang telah memberikan bantuan perpustakaan sehingga penulis dapat mencari bahan referensi.

10. Siswa-siswi kelas V MI. Jauharotul Huda tahun ajaran 2013/2014 yang menjadi subjek penelitian.

11. Sahabat seperjuangan kelas B3 PGMI dual mode system angkatan tahun 2011, yang senantiasa saling mensuport dan memberikan motivasi.

12. Suami dan anak-anak tercinta yang selalu mendukung dan mendoakan

13. Terima kasih pula penulis haturkan kepada pihak yang tidak tersebutkan namun telah memberikan kontribusi yang berharga untuk penulis, semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian.

Penulis berharap dengan segala kekurangan yang ada semoga bermanfaat bagi diri sendiri, teman-teman seperjuangan serta calon guru yang berkenan membaca dan mempelajari skripsi ini.

Jakarta, 21 September 2014

(8)

iv

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Fokus Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah Penelitian ... 6

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian ... 6

BAB II. KAJIAN TEORiTIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Acuan Teori dan Fokus yang Diteliti ... 7

1. Hakikat Hasil Belajar ... 7

2. Hakikat Pendidikan IPS ... 11

3. Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan ... 13

4. Media Pembelajaran ... 19

5. Media Audio Visual ... 24

6. Kerangka Berpikir ... 34

B. Penelitian yang Relavan ... 35

C. Hipotesa Tindakan ... 37

BAB III. METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

B. Metode dan Desain Penelitian ... 38

C. Subjek Penelitian ... 40

(9)

v

G. Data dan Sumber Data ... 42

H. Instrumen Pengumpulan data ... 43

I. Teknik Pengumpulan Data ... 47

J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan ... 47

K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis ... 48

BAB IV. DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 50

B. Analisis Data ... 55

C. Pembahasan ... 61

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 65

(10)

vi

Tabel 1.1. Daftar nilai rapor semester 1 tahun 2013/2014 kelas V MI Jauharotul

Huda... 4

Tabel 3.1. Kisi-kisi observasi untuk guru ... 43

Tabel 3.2. Lembar observasi guru ... 44

Tabel 3.3. Kisi-kisi observasi aktivitas siswa ... 45

Tabel 3.4. Lembar observasi siswa ... 46

Tabel 3.5. Skala Penilaian Jumlah Skor ... 46

Tabel 4.1. Data perolehan nilai test pada siklus I ... 55

Tabel 4.2. Hasil tes pada siklus II ... 56

Tabel 4.3. Hasil observasi kegiatan guru pada siklus I ... 58

Tabel 4.4. Hasil observasi kegiatan siswa pada siklus I ... 58

Tabel 4.5. Hasil observasi kegiatan guru pada siklus II ... 59

(11)
[image:11.595.106.526.151.555.2]

vii

Gambar 3.1. Bagan penelitian tindakan kelas ... 39

Gambar 4.1. Diagram hasil tes siswa ... 62

Gambar 4.2. Diagram lingkaran hasil post tes siklus I ... 63

(12)

viii Lampiran 1. RPP

Lampiran 2. Surat izin penelitian

Lampiran 3. Surat keterangan penelitian Lampiran 4. Foto dokumentasi

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki peran penting dalam mewujudkan manusia Indonesia seutuh, yaitu manusia yang utuh baik dari sisi penguasaan ilmu pengetahuan dan moralitas. Melalui program pendidikan 9 tahun diharapkan tidak ada lagi anak Indonesia yang tidak bersekolah minimal sampa jenjang SMP/MTS. “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermasyarakat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis”.1

Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang penting bagi perkembangan peradaban manusia dalam suatu bangsa.Bangsa yang mempunyai peradaban maju adalah bangsa yang mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas.Oleh karena itu, agar bangsa Indonesia memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, tentunya harus dilakukan suatu usaha untuk meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan.

Dalam PP 32/2013 tentang Standar Nasional pendidikan, bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, setia memberikan ruang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Peningkatan mutu atau kualias pendidikan berkaitan erat dengan siswa, guru, sistem pendidikan, metode, strategi, media pembelajaran yang digunakan, serta motivasi dan dukungan orang tua dan lingkungan.Lembaga pendidikan merupakan wadah para siswa mengerti ilmu pengetahuan,

1

Abd Rozak, Fauzan, Ali Nurdin. Kompilasi Undang-Undang dan Peraturan Bidang Pendidikan (Jakarta : UIN FITK Press 2010), cet 1 halm 6

(14)

mengembangkan potensi serta bakat.Salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan siswa adalah motivasi belajar. Kurangnya motivasi belajar siswa terutama pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mengakibatkan rendahnya nilai mata pelajaran IPS tingkat Madrasah Ibtidaiyah, banyak siswa yang menganggap remeh mata pelajaran tersebut, karena tidak termasuk mata pelajaran yang harus diikuti dalam ujian nasional.

Banyak siswa yang merasa kesulitan dalam memahami mata pelajaran IPS dikarenakan banyaknya cabang-cabang ilmu yang harus dipelajari.Sebagaimana diketahui IPS termasuk geografi, ekonomi, sejarah dan hubungan kemasyarakatan baik lokal maupun international.Banyaknya hafalan makin membuat siswa bosan dan kurang termotivasi dalam belajar.Padahal kita tahu bahwa manusia sebagai makhluk sosial, dengan mempelajari ilmu pengetahuan sosial diharapkan siswa/i dapat menjadi manusia yang mempunyai jiwa sosial yang tinggi dan dapat menjadi warga negara yang baik, berguna bagi bangsa dan negara.

Menurut Morgan dalam buku introduction to psycology mengemukakan balajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan dan pengalaman.2

Keberhasilan suatu proses pembelajaran dapat diamati dari dua sisi yaitu tingkat pemahaman dan penguasaan materi yang diberikan oleh guru. Pemahaman seorang siswa berhubungan dengan daya serap seorang siswa dalam pembelajaran. Daya serap siswa adalah kemampuan atau kekuatan untuk melakukan sesuatu untuk bertindak dalam menyerap pelajaran oleh setiap siswa. Adanya perbedaan daya serap dalam memahami pelajaran menjadi kendala dalam proses pembelajaran di kelas. Siswa satu dan lainnya mempunyai daya serap yang berbeda-beda meskipun mempunyai tingkatan umur yang sama di kelas, yang pada akhirnya mengakibatkan hasil belajar yang kurang memuaskan.

Strategi mengajar merupakan suatu kiat dalam pembelajaran.Pemilihan strategi pembelajaran sangatlah penting. Artinya, “bagaimana guru dapat memilih kegiatan pembelajaran yang paling efektif dan efisien untuk

2

(15)

menciptakan pangalaman belajar yang baik, yaitu yang dapat memberikan fasilias kepada peserta didik mencapai tujuan pembelajaran”.3

Metode guru mengajar yang monoton, dengan metode konvensional seperti ceramah, tidak menyentuh ranah dimensi seorang siswa. Artinya, seorang guru masih mendominasi dan menjadi “teacher centered”, dimana seorang siswa hanya duduk diam mendengarkan penjelasan guru tanpa aktif penggali pengetahuan dan pengalaman bermakna dalam proses pembelajaran. Hal ini menjadikan siswa pasif, proses pembelajaran tidak menyenangkan, sehingga dapat dipastikan siswa hanya menyerap sedikit penjelasan gurunya dan akan cepat lupa.Metode mengajar yang tepat sangat berperan dalam membantu siswa untuk memahami materi yang disampaikan.Siswa untuk memahami materi yang disampaikan. Bahkan siswa akan semakin bersemangat dan merasa senang untuk belajar bla disajikan metode yang menarik. Metode yang tepat tidak menjamin keberhasilan belajar siswa tanpa diikuti dengan penguasaan media pembelajaran yang menarik, misalnya pada pembelajaran sejarah.Bila siswa diaktifkan dengan berdiskusi siswa banyak mengalami kesulitan, karena mereka sulit membayangkan masa atau zaman yang mereka tidak pernah alami langsung.Maka dari itu perlu digunakan media pembelajaran yang menarik baik media gambar (visual), suara (audio) ataupun media audio visual.

Seperti halnya proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS siswa kelas V MI Jauharotul Huda pada materi kompetensi perjuangan mempertahankan kemerdekaan, siswa memiliki minat yang kurang serta motivasi yan rendah. Hal ini sebabkan, karena monotonnya proses belajar mengajar dan tidak digunakannya media pembelajaran. Rendahnya minat dan motivasi siswa mengakibatkan rendahnya hasil belajar pada mata pelajaran IPS, terutama yang berkaitan dengan sejarah, hal ini dibuktikan dengan rendahnya nilai rata-rata mata pelajaran IPS dibandingkan pelajaran lain.

3

(16)
[image:16.595.103.524.107.584.2]

Tabel I.1

Daftar nilai rapor semester I tahun 2013/2014 Kelas V MI Jauharotul Huda

No Mata Pelajaran Nilai Rata-Rata

1 Al-Quran hadist 75

2 Aqidah akhlak 79

3 Fiqih 75

4 Sejarah kebudayaan islam 70

5 Pendidikan kewarganegaraan 72

6 Bahasa arab 70

7 Bahasa Indonesia 72

8 Matematika 62

9 Ilmu pengetahuan alam 72

10 Ilmu pengetahun sosial 63

11 Seni budaya dan keterampilan 75

12 Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan 75 13 Pendidikan lingkungan budaya Jakarta 76

14 Bahasa inggris 69

15 Tahfidzul quran 78

Salah satu cara untuk membangkitkan aktifitas pembelajaran IPS adalah dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat, sehingga siswa menjadi termotivasi dalam belajar. Penggunaan media atau alat bantu disadari oleh banyak praktisi pendidikan sangat membantu aktifitas proses pembelajaran yang baik di dalam maupun diluar kelas, terutama membantu peningkatan prestasi siswa. Media pembelajaran juga dapat membantu keterbatasan guru dalam bercerita terutama pada materi sejarah.

(17)

Surabaya), Bandung lautan api dan pertempuran Ambarawa. Dalam film inipun siswa dapat mengenal tokoh-tokoh pejuang dalam peristiwa tersebut, tidak hanya mengenal namanya dari cerita guru.

Penggunaan media audio visual berupa film perjuangan diharapkan hasil pembelajaran lebih bermakna dan dapat menyentuh ranah kognitif, afektif dan psikomotor.Diharapkan siswa menjadi lebih mencintai tanah airnya. Indonesia karena para pejuang sudah susah payah merebut dan mempertahankannya dari cengkraman penjajah. Siswa juga lebih mengenal dan menghargai serta meneladani sifat-sifat tokoh pejuang Indonesia.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis akan melakukan penelitian dengan berjudul “Peningkatan Hasil Belajar IPS Pada Kompetensi Dasar Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Melalui Media Audio Visual di MI jauharotul Huda Cakung Jakarta Timur”.

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Dari uraian latar belakang masalah tersebut, ada beberapa masalah yang berhubungan dengan proses mengajar, yaitu :

1. Rendahnya nilai mata pelajaran IPS di kelas V MI Jauharotul Huda yaitu di bawah KKM (68).

2. Metode yang digunakan berpusat pada guru 3. Kurangnya penggunaan media pembelajaran

4. Kurangnya minat dan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS di kelas V MI Jauharotul Huda

C. Pembatasan Fokus Penelitian

(18)

D. Perumusan Masalah Penelitian

Dengan melihat latar belakang penelitian di atas penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

“Apakah penggunaan media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar pada kelas V pada kompetensi dasar perjuangan mempertahankan kemerdekaan di MI Jauharotul Huda?”

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian

1. Tujuan

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPS kelas V pada kompetensi dasar perjuangan mempertahankan kemerdekaan di MI Jauharotul Huda.

2. Kegunaan Hasil Penelitian

Pembelajaran dengan menggunakan media audio visual dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

a. Manfaat praktis 1) Bagi guru

- Meningkatkan kemampuan guru dalam membuat suasana kelas yang menyenangkan serta menarik perhatian siswa. Pembelajaran menjadi menyenangkan dan tidak membosankan untuk para siswa.

- Mendorong guru untuk mempersiapkan media yang menarik sesuai dengan materi pelajaran dan mengkombinasikannya dengan metode dan strategi yang variatif

2) Bagi sekolah

Dapat memberikan masukan dan alternatif kegiatan belajar dalam upaya penggunaan media pembelajaran sehingga menghasilkan ketuntasan hasil belajar siswa meningkat

3) Bagi siswa

(19)

7

BAB II

KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI

TINDAKAN

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti

1. Hakikat Hasil Belajar

a) Pengertian Hasil Belajar

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Oemar Hamalik bahwa “hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan, dan sebagainya.1

Menurut pendapat Kripsin dan Feldhusen evaluasi adalah satu-satunya cara untuk menentukan ketepatan pembelajaran dan keberhasilan. Dengan demikian dapat dikatakan indikator pembelajaran efektif dapat diketahui dari hasil belajar siswa yang baik.2

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.3

Supriyono (2011:5) mengungkapkan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Gagne (dalam Supriyono, 2011:5-6) menjelaskan hasil belajar berupa :

a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengalaman dalam bahasa baik lisan maupun tulisan.

1

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta:Bumi Aksara, 2008), hlm.155 cet.ke-7

2

Hamzah B. Uno & Mohammad Nurdin. Belajar dengan Pendekatan PAIKEM. (Jakarta: Bina Aksara,2011)

3

(20)

b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.

c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitif.

d. Keterampilan motorik yaitu melakukan serangkaian gerak jasmani.

e. Sikap yaitu kemampuan menerima atau menoleh objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

Teori perkembangan kognitif piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan dan menginterpretasikan objek dan kejadian – kejadian di sekitarnya, piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif didalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas, anak tidak pasif menerima informasi.4

Bloom menyampaikan tiga taksonomi yang disebut ranah belajar yaitu kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor.

a. Ranah kognitif

Meliputi : C1 mengingat, C2 memahami, C3 mengaplikasi, C4 menganalisa, C5 mengevaluasi dan C6 mencipta.

b. Ranah afektif

Meliputi : A1 menerima, A2 merespon, A3 menghargai, A4 mengorganisasikan, A5 karakteristik menurut nilai.

c. Ranah psikomotor

Meliputi : P1 meniru, P2 manipulasi, P3 presisi, P4 artikulasi, P5 naturalisasi.

Dari beberapa pendapat para ahli, penulis mengambil kesimpulan mengenai hasil belajar. Hasil belajar adalah suatu tujuan dalam pembelajaran dimana di dalamnya terdapat beberapa aspek yang terkandung atau dinilai didalamnya. Aspek-aspek tersebut adalah aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga aspek ini sifatnya komprehensif dan tidak secara pragmentis atau terpisah.

4

(21)

b) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Dalam proses komunikasi selalu melibatkan tiga komponen pokok yaitu komponen pengirim pesan (guru), komponen penerima pesan (siswa), dan komponen pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran.5 Oleh karena itu perlu adanya hubungan yang komunikatif dan interaktif dari pengirim pesan dengan penerima pesan, sebagai pemberi pesan seorang guru harus memilih strategi pembelajaran yang tepat agar pesan, dalam hal ini materi atau tujuan pembelajaran dapat diterima dengan baik oleh siswa sebagai penerima pesan tanpa menimbulkan sesalahpahaman.

Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar sebagai hasil interaksi dengan dunia fisik dan lingkungannya. Hasil belajar seseorang tergantung kepada apa yang telah diketahui pembelajar konsep – konsep, tujuan dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari.6

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, adapun faktor-faktor itu digolongkan sebagai berikut:

- Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam anak itu sendiri, seperti kesehatan, rasa aman, kemampuan, minat dan sebagainya. Faktor internal disebut juga faktor pada organism (siswa). Muhibbin Syah menyebutkan bahwa “yang termasuk faktor internal adalah aspek fisiologis dan psikologis. Aspek fisiologis mencakup kondisi tubuh siswa termasuk organ tubuh dan kondisi alat indera. Sedangkan aspek psiologis banyak sekali macamnya tetapi yang esensial antara lain kecerdasan (intelegensi), sikap, bakat, minat dan motivasi siswa”.7

5

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011), hlm.162

6

Suyono, Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hlm.127.

7

(22)

- Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri sianak, seperti keadaan rumah, udara yang panas, lingkungan dan sebagainya. Faktor eksternal terdiri dari faktor keluarga, masyarakat dan sekolah. Selama hidup anak didik tidak biasa menghindarkan diri dari lingkungan alami dan lingkungan sosial budaya. Interaksi dari kedua lingkungan yang berbeda ini selalu terjadi dalam mengisi kehidupan anak didik. Lingkungan hidup adalah lingkungan tempat tinggal anak didik, hidup dan berusaha di dalamnya seperti lingkungan sekolah. Sedangkan lingkungan sosial budaya, sebagai anggota masyarakat, anak didik tidak biasa melepaskan diri dari ikatan sosial. Sistem sosial yang terbentuk mengikat perilaku anak didik untuk tunduk pada norma sosial, susila dan hukum yang berlaku dalam masyarakat. Seperti dalam lingkungan sekolah maka anak didik berada dalam system sosial di sekolah.8

- Faktor pendekatan belajar (approach to learning)

Faktor pendekatan merupakan jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan model yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pembelajaran”.9Pemilihan metode dan media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan sifat materi yang menjadi objek pembelajaran. Untuk memilih model pembelajaran tidak boleh sembarangan, banyak faktor yang mempengaruhinya dan perlu pertimbangan.

Tidak semua strategi dan metode dapat diterapkan pada mata pelajaran tertentu, seorang guru harus pandai memilih dan menentukan strategi dan metode apa yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan penggunaan media pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran akan sangat berarti dan dapat meningkatkan minat, motivasi belajar siswa. Media pembelajaran juga dapat membantu guru dari keterbatasan bercerita. Dengan meningkatnya minat dan motivasi diharapkan akan meningkatkan hasil belajar siswa secara maksimal.

8

Saiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 143

9

(23)

Hubungan antara satu factor dengan faktor yang lainnya sangat erat kaitannya dan bersifat saling mendukung. Dalam faktor internal terdapat factor psikologis dan fisiologis siswa yang didukung faktor eksternal dan pendekatan belajar.Oleh karena itu lingkungan yang merupakan bagian dari faktor eksternal dan metode belajar yang merupakan bagian dari pendekatan belajar perlu diperhatikan dengan seksama dalam penerapannya. Hal ini dimaksudkan agar hasil belajar yang akan dicapai dapat diperoleh dengan maksimal.

2. Hakikat Pendidikan IPS

a) Pengertian Pendidikan IPS

Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah atau nama program studi di perguruan tinggi yang identic dengan istilah, “social Studies” dalam kurikulum di negara lain, khususnya negara – negara Barat seperti Australia dan Amerika Serikat. Nama IPS yang lebih dikenal social studies di negara lain itu merupakan istilah hasil kesepakatan dari para ahli atau pakar kita di Indonesia.10

Pendidikan IPS adalah “penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.”11

Pendidikan IPS adalah “seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.”12

Ilmu pengetahuan social merupakan sarana yang sangat bermanfaat dalam membentuk diri supaya memiliki keterampilan-keterampilan sosial (social skill) yang memadai. Tanpa keterampilan sosial, manusia akan gagal dalam kehidupan sosialnya.

10

Sapriya dkk., Konsep Dasar IPS, ( Bandung: UPI PRESS, 2006 ), hlm. 3

11

Sapriya, Pendidikan IPS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 9

12

(24)

Dari beberapa pendapat tentang pengertian IPS di atas dapat dikemukakan bahwa IPS adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang kehidupan sosial didukung dan berdasarkan pada bahan kajian geografis, ekonomi, sosiologi, antropologi, tata Negara dan sejarah, namun IPS bukan merupakan penjumlahan, himpunan atau penumpukan, bahan-bahan ilmu sosial.

b) Hasil Belajar dalam Pendidikan IPS

Melaui proses pembelajaran, diharapkan adapeningkatan kompetensi yang dimiliki oleh peserta didik, yang dapat dilihat salah satunya adalah melalui penilaian hasil belajar. Mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 65 tahun 2013, ”penilaian dilakukan secara konsisten,sistematik, dan terprogram dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuktertulis atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karyaberupa tugas, proyek dan atau produk, portofolio, dan penilaian diri. Penilaianhasil pembelajaran menggunakan Standar Penilaian Pendidikan dan PanduanPenilaian Kelompok Mata Pelajaran.”Dalam melakukan penilaian terhadap hasilbelajar dilakukan sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan, denganmenggunakan tes atau nontes.

(25)

Untuk meningkatkan hasil belajar IPS, dalam proses pembelajaran harusmenggunakan metode dan media yang menarik sehingga peserta didik termotivasi untuk belajar. Diperlukan metode dan media pembelajaran interaktif yang dilakukan dengan baik, guru lebih banyak memberikan peran kepada peserta didik sebagai subjek belajar, dan guru mengutamakan proses daripada hasil. Guru merancang proses belajarmengajar yang melibatkan peserta didik secara integratif dan komprehensif pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga tercapai hasil belajar yang sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang sudah ditentukan. Agar hasil belajar IPS meningkat diperlukan situasi, cara dan strategi pembelajaran yang tepat untuk melibatkan peserta didik secara aktif baik pikiran, pendengaran, penglihatan, dan psikomotor dalam proses belajar mengajar.

3. Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan

Pertempuran-pertempuran mempertahankan kemerdekaan

Setelah Jepang menyerah, sekutu masuk Indonesia untuk mengambil alih kekuasaaan. Pasukan sekutu diboncengi Belanda. Belanda ingin menguasai Indonesia lagi. Rakyat Indonesia tidak senang Belanda kembali ke bumi pertiwi. Terjadilah pertempuran-pertempuran. Pertempuran terjadi di Surabaya, Ambarawa, Bandung, Palembang, Bali, Medan dan kota-kota lainnya. Mari kita pelajari beberapa pertempuran lain.

a. Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya

Tentara sekutu mendarat pertama kali di Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1945. Komandan pasukan sekutu yang mendarat di Surabaya adalah Brigjen A.W.S Mallaby. Tentara sekutu bertugas melucuti tentara Jepang dan membebaskan interniran (tawanan perang).

(26)

penjara Kallsosok. Mereka berhasil membebaskan Kolonel Huiyer. Kolonel Huiyer ialah seorang perwira angkatan laut Belanda yang ditawan Jepang.

Pada tanggal 28 Oktober 1945, pos-pos sekutu di seluruh kota Surabaya diserang oleh rakyat Indonesia. Dalam berbagai serangan itu, pasukan sekutu terjepit. Pada tanggal 29 Oktober 1945,para pemuda dapat menguasai tempat-tempat yang telah dikuasai sekutu. Komandan sekutu menghubungi Presiden Sukarno untuk menyelamatkan pasukan Inggris dari bahaya kehancuran. Presiden Sukarno bersama Moh Hatta, Amir Syarifudin, dan jendral D.C Hawthon tiba di Surabaya untuk menenangkan keadaan. Akhirnya, pada tanggal 30 Oktober 1945 dicapai kesepakatan untuk menghentikan tembak menembak.

Namun, pada sore harinya terjadi pertempuran di gedung Bank International, tepatnya di Jembatan Merah. Dalam peristiwa itu, Brigjen Mallaby tewas. Menanggapi peristiwa ini, pada tanggal 9 november 1945, pimpinan sekutu Surabaya mengeluarkan ultimatum. Isi ultimatum itu adalah “semua pemimpin dan orang-orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan meletakan senjatanya di tempat-tempat yang telah ditentukan, kemudian menyerahkan diri dengan menggangkat tangan. Batas waktu ultimatum tersebut adalah pukul 06.00 tanggal 10 november 1945, jika sampai batas waktunya tidak menyerahkan senjata, maka Surabaya akan diserang dari darat, laut dan udara.

Batas waktu itu tidak diindahkan rakyat Surabaya.Oleh karena itu, pecahlah pertempuran Surabaya pada tanggal 10 november 1945. Tentara sekutu berjumlah kira-kira 10 sampai 15 ribu orang. Mereka terdiri dari pasukan darat, laut dan udara. Pasukan sekutu ini merupakan gabungan dari tentara Gurkha, Inggris dan Belanda.

(27)

b. Pertempuran Ambarawa

“Pertempuran Ambarawa” diawali oleh mendaratnya tentara sekutu di bawah pimpinan Brigadir Jendral di Semarang. Tentara sekutu mendarat di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945. Tujuan kedatangan mereka adalah untuk mengurus tawanan perang dan tentara Jepang di Jawa Tengah.

Kedatangan sekutu semula disambut baik oleh rakya Semarang. Bahkan, Gubernur Jawa Tengah menawarkan bantuan bahan makanan dan keperluan-keperluan lainnya. Pihak sekutupun berjanji untuk tidak menganggu kedaulatan Republik Indonesia.

Bentrokan bersenjata mulai timbul di Magelang. Bentrokan itu mulai meluas menjadi pertempuran antara pasukan sekutu dengan pejuang Indonesia. Penyebabnya adalah tentara sekutu diboncengi NICA. NICA adalah singkatan dari Netherlands Indies Civil Administration, yaitu pemerintah peralihan Belanda. NICA hendak membebaskan tawanan perang Belanda di Magelang dan Ambarawa.

Setelah diadakan perundingan antara Presiden Sukarno dengan Brigadir Jendral Bethel, tentara sekutu kemudian meninggalkan Magelang menuju Ambarawa pada tanggal 21 November 1945. Para pejuang Indonesia yang dipimpin Letnan Kolonel M. Sarbini mengejar pasukan sekutu yang mundur ke Ambarawa. Di Desa Jambu, pasukan sekutu dihadang pejuang angkatan muda yang dipimpin oleh Sastrodiharjo. Di desa Ngipik, pasukan sekutu diserang pejuang Indonesia yang dipimpin oleh Suryosampeno.

Pada saat mundur, pasukan sekutu mencoba menduduki dua desa di sekitar Ambarawa. Dalam pertempuran untuk membebaskan kedua desa tersebut. Letnan Kolonel Isdiman gugur. Letnan Kolonel Isdiman adalah Komandan Resimen Banyumas.

(28)

dari Yogyakarta, Surakarta, Salatiga, Purwokerto, Magelang, Semarang dan lain-lain.

Pada tanggal 12 Desember 1945 pasukan Indonesia melancarkan serangan serentak ke Ambarawa. Pada tanggal 15 Desember 1945 pasukan sekutu berhasil dipukul mundur ke Semarang. Dalam pertempuran di Ambarawa ini banyak pejuang yang gugur.

c. Bandung Lautan Api

Pada bulan Oktober 1945, tentara sekutu memasuki Kota Bandung. Ketika itu para pejuang Bandung sedang melaksanakan pemindahan kekuasaan dan merebut senjata dan peralatan dari tentara Jepang. Tentara NICA membonceng tentara sekutu itu. NICA berkeinginan mengembalikan kekuasaan Belanda di Indonesia. Para pejuang yang tergabung dalam TKR, lascar-laskar dan badan-badan pejuang mengadakan perlawanan terhadap tentara sekutu dan Belanda.

Pada tanggal 21 November 1945, tentara sekutu mengeluarkan ultimatum (peringatan) pertama agar kota Bandung bagian utara dikosongkan oleh pihak Indonesia selambat-lambatnya tanggal 29 November 1945. Para pejuang kita harus menyerahkan senjata yang dirampas dari tentara Jepang. Alasannya untuk menjaga keamanan. Apabila tidak diindahkan, tentara sekutu akan menyerang habis-habisan.

(29)

Demi keselamatan rakyat dan pertimbangan politik, pemerintah republic Indonesia pusat memerintahkan TRI dan para pejuang lainnya mundur dan mengosongkan Bandung selatan. Tokoh-tokoh pejuang, seperti Aruji Kartawinata, Suryadarma dan Kolonel Abdul Harris Nasution yang menjadi panglima TRI waktu itu segara bermusyawarah. Mereka sepaka untuk mematuhi perintah dari pemerintah dari pemerintah pusat. Namun, mereka tidak mau menyerahkan kota bandung bagian selatan itu secara utuh kepada musuh.

Rakyat diungsikan ke luar kota Bandung. Pasukan TRI dari para pejuang lainnya dengan berat hati meninggalkan Bandung Selatan. Sebelum dtinggalkan, Bandung Selatan dibumihanguskan oleh para pejuang. Bumi hangus adalah memusnahkan dengan pembakaran semua barang, bangunan, gedung yang mungkin akan dipakai oleh musuh. Pertempuran terus berlanjut. Para anggota TKR dan pemuda kita menggunakan taktik perang gerilya. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 23 Maret 1946 dan terkenal dengan sebutan Bandung Lautan Api dalam peristwa tersebut, gugur seorang pejuang Mohammad Toha.

d. Perjanjian Linggajati

Perjanjian tentara Inggris menyadari, sengketa Indonesia dengan Belanda tidak mungkin diselesaikan melalui peperangan, Inggris berusaha mempertemukan kedua belah pihak di meje perundingan. Melalui meja perundingan diharapkan konflik bisa diatasi.

Pada tanggal 10 November 1946 diadakan perundingan antara Indonesia dan Belanda. Perundingan ini dilaksanakan di Linggajati. Linggajati terletak di sebelah selatan Cirebon. Dalam perundingan itu delegasi Indonesia dipimpin oleh Perdana Menteri Sutan Syahrir. Sementara delegasi Belanda dipimpin oleh Van Mook.

(30)

1947. Hasil Perjanjian Linggajati sangat merugikan Indonesia karena wilayah Indonesia menjadi sempit

Berikut ini isi perjanjian Linggajati.

1. Belanda hanya mengakui kekuasaan Republik Indonesia atas Jawa, Madura, dan Sumatera.

2. Republik Indonesia dan Belanda akan bersama-sama membentuk Negara Indonesia Serikat yang terdiri atas :

a. Negara Republik Indonesia b. Negara Indonesia Timur c. Negara Kalimantan

3. Negara Indonesia Serikat dan Belanda akan merupakan suatu uni

(kesatuan) yang dinamaikan Uni Indonesia Belanda dan diketuai oleh Ratu Belanda

e. Perjanjian Renville

Pada tanggal 1 Agustus 1947, Dewan Keamanan PBB memerintahkan agar pihak Indonesia dan Belanda menghentikan tembak-menembak. Akhirnya pada tanggal 4 Agustus 1947, Belanda mengumumkan gencaran senjata. Gencatan senjata adalah penghentian tembak-menembak di antara pihak-pihak yang berperang.

PBB membantu penyelesaian sengketa antara Indonesia dan Belanda dengan membentuk Komisi Tiga Negara (KTN) yang terdiri atas :

1. Autralia, dipilih oleh Indonesia 2. Belgia, dipilih oleh Belanda

3. Amerika Serikat, dipilih oleh Autralia dan Belanda

Komisi Tiga Negara (KTN) memprakarsai perundingan antara Indonesia dan Belanda. Perundingan dilakukan di atas kapal Renville, yaitu kapal Angkatan Laut Amerika Serikat. Oleh karena itu, hasil perundingan ini dinamakan Perjanjia Renville.

Dalam perundingan itu Negara Indonesia, Belanda, dan masing-masing anggota KTN diwakili oleh sebuah delegasi.

(31)

2. Delegasi Belanda dipimpin oleh R. Abdul Kadir Wijoyoatmojo 3. Delegasi Autralia dipimpin oleh Richard C Kirby

4. Delegasi Belgia dipimpin oleh Paul Van Zeeland

5. Delegasi Amerika Serikat dipimpin oleh Frank Porter Graham

Hasil perjanjian Renville sangat merugikan Indonesia. Wilayah kekuasaan Republik Indonesia menjadi sangat sempit.

4. Media Pembelajaran

a) Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin “Medium” yang secara

harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Modeo adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.13 Tetapi secara lebih khusus, pengertian media dalam proses pembelajaran diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Media juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa, sehingga dapat terdorong terlibat dalam proses pembelajaran.

Menurut Heinic dkk media merupakan alat saluran komunikasi. Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harfiah berarti perantara yaitu perantara sumber pesan dengan penerima pesan.14

Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dari pembawa pesan kepada penerima pesan.

Sedangkan Briggs berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar, contohnya buku, film, kaset.15 Namun sayangnya hanya

13

Arief S. Sadiman dkk., Media Pendidikan, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 6.

14

Asep Herry Hernawan dkk., Media pembelajaran Sekolah Dasar, (Bandung: UPI PRESS.

15

(32)

sebgian kecil guru yang menyiapkan media pembelajarn sebelum memulai pembelajarn dalam bentuk yang menarik, mereka lebih cenderung hanya menyjikan bahan ajar berupa buku paket yang siswa sudah miliki.

Asosiasi Pendidikan Nasional ( National Education Association/NEA ) berpendapat bahwa media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca.16Dengan adanya media yang mengembangkan alat pendengaran dan penglihatan serta melakukan langsung sendiri, maka siswa akan lebih mudah untuk memahami dan mengingat materi pembelajaran.

Media merupakan bahan pengjaran, bahan pengajaran adalah seperangkat materi materi keilmuan yang terdiri atas fakta, konsep, prinsip, generalisasi suatu ilmu pengethuan yang bersumber dari kurikulum dan dapat menunjang tercapainya tujuan pengajaran.17Dengan adanya media pengjaran tersebut dapat menyederhanakan sebuah konsep serta mungkin dapat disajikan dalam bentuk yang lebih realistis dan dapat diterima dan dibayangkan oleh daya fikir siswa.

Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa media merupakan alat bantu atau bahan yang dapat digunakan dalam pembelajaran.Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, guru (komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa (komunikan), dan tujuan pembelajaran. Jadi, Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar.

16Ibid

., hlm. 7

17

(33)

b) Ciri-ciri media pembelajaran

Hamalik mengemukakan bahwa “ciri-ciri umum dari media pendidikan adalah sebagai berikut: Media pendidikan identik artinya dengan pengertian keperagaan yang berasal dari kata raga, artinya suatu benda yang dapat diraba, dilihat, didengar, dan yang dapat diamati melalui panca indera kita”.18

Ciri-ciri media dapat dilihat menurut kemampuannya membangkitkan rangsangan pada indera penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan pengecapan. Maka ciri-ciri umum media pembelajaran adalah bahwa media itu dapat diraba, dilihat, didengar, dan diamati melalui panca indera.

Di samping itu, Arsyad menyatakan bahwa ciri-ciri umum media pembelajaran ialah :

(1) Media pembelajaran memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware ( perangkat keras), yaitu suatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan pancaindera.

(2) Media pembelajaran memiliki pengertian non fisik yang dikenal sebagai software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang disampaikan kepada siswa.

(3) Penekanan media pembelajaran terdapat pada visual dan audio. (4) Media pembelajaran merupakan alat bantu pada proses

belajar-mengajar baik di dalam maupun di luar kelas.

(5) Media pembelajaran digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

(6) Media pembelajaran dapat digunakan secara massa (misalnya: radio, televisi), kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya: film, slide,video, OHP), atau perorangan (misalnya : modul, komputer, radio tape/ kaset, video recorder).19

18

Alim Sumarno, Hakikat televisi dalam media pendidikan. http://alim-sumarno.blog.elearning.unesa.ac.id

19

(34)

Sedangkan Gerlach dan Ely (1971) dalam Arsyad mengemukakan tiga ciri media pembelajaran, yaitu:

(1) Ciri Fiksatif

Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Suatu peristiwa atau objek dapat diurut dan disusun kembali dengan media seperti fotografi, video tape, audio tape, dan film. Dengan ciri fiksatif ini, media memungkinkan suatu rekaman kejadian atau objek yang terjadi pada satu waktu tertentu ditransportasikan tanpa mengenal waktu.

(2) Ciri Manipulatif

Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknikpengambilan gambar time-lapse recording. Misalnya bagaimana proses larva menjadi kepompong kemudian menjadi kupu-kupu dapat dipercepat dengan teknik fotografi tersebut. Di samping dipercepat, suatu kejadian dapat pula diperlambat pada saat menayangkan kembali suatu rekaman video. Pada rekaman gambar hidup seperti pada media film, kejadian dapat diputar mundur. Kemampuan media dari ciri manipulatif memerlukan perhatian sungguh-sungguh oleh karena apabila terjadi kesalahan dalam pengaturan kembali urutan kejadian atau pemotongan bagian-bagian yang salah, maka akan terjadi pula kesalahan penafsiran yang akan membingungkan.

(3) Ciri Distributif

(35)

divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, globe, dan lain-lain.20

Dari berbagai uraian tentang ciri-ciri media pembelajaran diatas, dapat disimpulkan bahwa setiap media mempunyai karakteristik yang perlu dipahami oleh penggunanya seperti karakteristik secara fisik dan pesan yang terkandung dalam media tersebut sehingga dapat dijadikan alat bantu dalam rangka komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa.

c) Jenis Media Pembelajaran

(4) Media Visual: grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik

(5) Media Audial: radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya

(6) Projected still media: slide; over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya.

(7) Projected motion media: film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya.21

Pada hakikatnya bukan media pembelajaran itu sendiri yang menentukan hasil belajar. Ternyata keberhasilan menggunakan media pembelajaran dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar tergantung pada (1) isipesan, (2) cara menjelaskan pesan, dan (3) karakteristik penerima pesan. Dengan demikian dalam memilih dan menggunakan media, perlu diperhatikan ketiga factor tersebut. Apabila ketiga factor tersebut mampu disampaikan dalam media pembelajaran tentunya akan memberikan hasil yang maksimal.

d)Fungsi Media Pembelajaran

Hamalik mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan

20

Azhar Arsyad, Ibid, hlm.12

21

(36)

rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.22

Levie & Lentz dalam Arsyad mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu:

(1) Fungsi atensi , yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan.

(2) Fungsi afektif, media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang menyangkut sosial.

[image:36.595.104.521.149.572.2]

(3) Fungsi kognitif , media visual terlihat dari temuan –temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. (4) Fungsi kompensatoris, media pembelajaran terlihat dari hasil

penelitian bahwa media visual berfungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pembelajaran yang disajikan secara verbal.23

5. Media Audio Visual

(a) Pengertian Media Audio Visual

Media merupakan alat bantu yang sangat bermanfaat bagi para siswa dan pendidik dalam proses belajar mengajar. Pada mulanya media pembelajaran hanyalah dianggap sebagai alat untuk membantu guru dalam kegiatan mengajar (teaching aids). Alat bantu mengajar yang mula-mula digunakan adalah alat bantu visual seperti gambar, model, grafis atau benda nyata lainnya. Media visual media yang paling familiar dan sering dipakai oleh guru dalam pembelajaran. Media jenis ini berkaitan denganindera

22

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), cet. ke-13, hlm.15

23

(37)

penglihatan. Media visual dapat memperlancar pemahaman (misalnya melalui elaborasi struktur dan organisasi) dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan anatara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Agar menjadi efektif, visual sebaiknya ditempatkanpada konteks yang bermakna dan siswa harus berinteraksi dengan visual (image) itu untuk meyakinkan terjadinya proses informasi. Sekitar pertengahan abad 20 usaha pemanfaatan alat visual mulai dilengkapi dengan peralatan audio, maka lahirlah audio visual pembelajaran.

Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media yaitu baik media auditif dan media visual. Menurut Yudhi Munadi Media audiovisual adalah media yang melibatkan indera pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses.24 Sifat pesan yang dapat disalurkan melalui media dapat berupa pesan verbal dan non verbal yang terlihat layaknya media visual juga pesan verbal dan non verbal yng terdengar layaknya media audio. Pesan visual yag terdengar dan terlihat itu dapat disajikan melalui program audiovisual seperti film documenter, film drama, dan lain-lain. Semua program tersebut dapat disalurkan melalui peralatan seperti film, video dannjuga televisi dan dapat disambungkan pada alat proyeksi (projectable aids). Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik, sebab mengandung kedua jenis media baik auditif dan juga visual. Penggunaan audio visual sangat efektif dilakukan dalam hal pemanfaatan alat inderanya adalah yang terbanyak didalam setiap kelas. Artinya peserta didik dapat dan mampu mengikuti pelajaran dengan menggunakan lebih dari satu alat inderanya, yaitu indera pendengaran dan indera penglihatan.

24

(38)

(b)Karakteristik dan Manfaat Audio Visual

Media Audio Visual terbagi menjadi dua jenis, yaitu : (1) Media Audio Visual murni

[image:38.595.104.521.109.721.2]

Media ini dilengkapi dengan fungsi peralatan suara dan gambar dalam satu unit.

Contoh : Film gerak (movie) bersuara, televisi dan video (2) Media audio visual tidak murni

Media ini hanya berupa slide atau gambar. Biasanya disajikan bersamaan dengan suara dari rekaman kaset. Contoh : Slide, Opaque, OHP.

Media audio visual terutama film dapat memberikan efek yang kuat. Dilihat dari indera yang terlihat media audio visual yang sangat membantu proses pembelajaran efektif. Apa yang terpandang oleh mata dan terdengar oleh telinga, lebih cepat dan lebih mudah diingat daripada apa yang hanya dapat dibaca saja atau didengar saja. Manfaat dan karakteristik dari media audio visual (film) dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran diantaranya adalah :

(1) Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu

(2) Mampu menggambarkan peristiwa-peristiwa masa lalu secara realistis dalam waktu singkat.

(3) Film dapat membawa anak dari negara yang satu kenegara yang lain.

(4) Film dapat diulangi bila perlu untuk menambah kejelasan. (5) Pesan yang disampaikannya cepat dan mudah diingat. (6) Mengembangkan pikiran dan pendapat para peserta didik.

(7) Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran yang lebih realistik

(8) Sangat kuat mempengaruhi emosi seseorang.

(39)

(10) Semua peserta didik dapat belajar dari film, baik yang pandai maupun yang kurang pandai.

(11) Menumbuhkan minat dan motivasi belajar.

(c) Macam-macam media audiovisual

Penggunaan media dalam pembelajaran dapat membantu guru dan siswa dalam memahami materi pembelajaran. Berikut ini adalah macam-macam media audiovisual.

a) Film

Film merupakan media yang menyajikan pesan audio visual dan gerak, sehingga memberikan kesan yang impresif dan atraktif bagi penikmatnya. Media film disajikan sebagai media pengajaran untuk mengambil pesan dari alur cerita sesuai dengan tema dan subjek pelajaran yang diajarkan, sehingga anak didik akan dengan mudah memahami dan mengambil pelajaran dari film yang ditonton.

Film animasi dua dimensi atau tiga dimensi dapat digunakan sebagai sarana informasi, pendidikan, dokumentasi maupun hiburan. Film animasi dapat ditayangkan melalui televisi, internet maupun hiburan di rumah, film animasi dapat digunakan untuk presentasi, modeling, documenter, dan lain-lain.25 Kelebihan media film adalah memberikan pesan yang dapat diterima secara lebih merata olehsiswa; sangat baik untuk menerangkan suatu proses, mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, lebih realistis, dapat diulang-ulang dan duhentikan sesuai dengan kebutuhan, dan memberikan kesan yang mendalam, yang dapat mempengaruhi sikap siswa. Selain itu media film juga memberikan hiburan tersendiri bagi anak didik sehingga mereka merasa tidak bosan saat mengikuti sesi pembelajaran tersebut, namun mereka akan mendapatkan pesan yang diajarkan dari media film ini. Sedangkan kekurangan dari media ini adalah harga produksinya cukup mahal,

25

(40)

pembuatannya memerlukan proses yang lama sehingga menyita banyak waktu dan tenaga, memerlukan penggelapan ruangan, dan pengoperasiannyapun harus dilakukan oleh orang yang khusus. Menurut Ahmad Sabri dikutip dari buku HM. Musfiqon, film dalam pendidikan dan pembelajaran di kelas berguna untuk:

a. Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa. b. Menambah daya ingat pada pelajaran.

c. Mengembangkan daya fantasi anak didik. d. Mengembangkan minat dan motivasi belajar. e. Mengatasi pembatasan dalam jarak waktu. f. Memperjelas dalam jarak waktu.

g. Memperjelas sesuatu yang masuh bersifat abstrak. h. Memberikan gambaran pengalaman yang lebih realistik.26

Film untuk konteks pembelajaran mempunyai banyak jenis yang variatif, diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Film Dokumenter Menurut Heinich dkk dalam Yudhi Munadi, film-film documenter adalah film-film yang dibuat berdasarkan fakta bukan fiksi dan bukan pula memfiksikan yang fakta.37 Point penting dalam film itu, menurutnya adalah menggambarkan permasalahan kehidupan manusia meliputi bidang ekonomi, budaya, hubungan antar manusia, etika dan lain sebagainya. Misalnya, film tentang dampak globalisasi terhadap terhadap sosial budaya di suatu daerah pedalaman, kehidupan nelayan didaerah pesisir, system pendidikan di pesantren dan lain-lain. Film documenter juga bisa menampilkan rekaman penting dari sejarah manusia.

2) Docudrama yakni film-film documenter yang membutuhkan pengadegan. Dengan demikian kisah-kisah yang ada dalam docudrama adalah kisah yang diangkat dari kisah nyata dari kehidupan nyata, bisa diambil dari sejarah. Misalnya, kisah

26Ibid

(41)

teladan para nabi dan rosul, walisongo, ulama dan tokoh terkenal, dan kisah tentang orang-orang shaleh lainnya.

3) Film drama dan semi drama keduanya melukiskan human relation. Tema-temanya bisa dari kisah nyata dan bisa juga tidak yakni dari nilai-nilai kehidupan yang kemudian diramu menjadi sebuah cerita. Misalnya tentang penyesalan orang kafir, dihukum karena pelit, indahnya hidup damai dan lain-lain.

b) Video

(42)

VCD ( Video Compact Disk). Media video ini layak kita jadikan salah satu pilihan untuk dimanfaatkan secara maksimal dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.

c) Televisi

Televisi juga merupakan media yang dapat menyampaikan pesan-pesan pembelajaran secara audiovisual dengan disertai unsure gerak. Televisi adalah system elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang.

Televisi mampu meningkatkan kemampuan belajar, bukan saja untuk anak-anak, melainkan juga untuk semua tingkatan usia. Harus diingatkan kembali bahwa televisi bagaimanapun hanya merupakan “alat atau media”. Karena itu dalam proses belajar mengajar tergantung dari baik buruknya program siaran yang di buat. Menurut Dina Indriana media televisi mempunyai beberapa jenis, yakni:

1) Televisi Terbuka

(43)

program petualangan atau Discovery Channel, atau program-program acara televisi lainnya.

2) Televisi siaran terbatas/CCTV

Televisi siaran terbatas atau CCTV adalah media audiovisual gerak yang penyampaian pesannya di distribusikan melalui kabel yang sifatnya lokal. Dengan kata lain, kamera televisi mengambil suatu objek di studio, misalnya guru sedang mengajar, kemudian hasil pengambilan gambar tadi didistribusikan melalui kabel ke pesawat televisi atau monitor yang ada di ruangan kelas.

3) Video cassette Recorder (VCR)

Proses rekaman media ini menggunakan kaset video, sedangkan penayangannya bisa dilakukan melalui televisi. Dengan demikian, VCR bisa diputar menggunakan pemutar kaset video yang tampilan visualnya memakai televisi. Karena memakai pemutar video sendiri, maka penayangan VCR di pesawat televisi bisa dilakukan secara berulang-ulang dan disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga akan mempermudah proses pengajaran dan pembelajaran. Hasilnya, anak didik akan mendapatkan penjelasan yang jauh lebih komprehensif dibandingkan televisi. Selain itu, anak didik langsung bisa merespon pesan yang disampaikan. Guru dapat menerangkan dengan menghentikan tayangan video televisi itu, kemudian melanjutkan kembali tayangan tersebut.

(d)Kelebihan dan kekurangan Media Audiovisual

Media audiovisual mempunyai manfaat dan karakteristik yang berbeda. Selain mempunyai kelebihan-kelebihan, juga mempunyai kelemahan-kelemahan. Berikut ini adalah kelebihan dan kekurangan media audiovisual.

a. Film

[image:43.595.100.523.148.560.2]
(44)

1)Memberikan pesan yang dapat diterima secara lebih merata oleh siswa.

2)Sangat baik untuk menerangkan suatu proses. 3)Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu. 4)Lebih realistis.

5)Dapat diulang-ulang dan dihentikan sesuai kebutuhan.

6)Memberikan kesan yang mendalam yang dapat mempengaruhi sikap siswa.

Menurut Dina Indriana kekurangan media film adalah: 1)Harga produksinya cukup mahal dan bahkan sangat mahal. 2)Pembuatannya memerlukan proses yang lama sehingga menyita

banyak waktu dan tenaga.

3)Memerlukan penggelapan ruangan.

4)Pengoperasiannyapun harus dilakukan oleh orang yang khusus. b. Video

Menurut Yudhi Munadi kelebihan media video banyak kemiripannya dengan media film, diantaranya adalah:

1) Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu.

2) Video dapat diulangi bila perlu untuk menambah kejelasan. 3) Pesan yang disampaikannya cepat dan mudah diingat. 4) Mengembangkan imajinasi peserta didik.

5) Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa. 6) Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran

yang lebih realistis.

7) Sangat kuat mempengaruhi emosi seseorang.

8) Sangat baik menjelaskan suatu proses dan keterampilan, mampu menunjukkan rangsangan yang sesuai dengan tujuan dan respon yang diharapkan dari siswa.

9) Semua peserta didik dapat belajar dari video, baik yang pandai maupun yang kurang pandai.

(45)

11)Dengan video penampilan siswa dapat segera dilihat kembali untuk dievaluasi.27

Menurut Yudhi Munadi kelemahan video adalah:

1) Terlalu menekankan pentingnya materi ketimbang proses pengembangan materi.

2) Masih sedikit sekali video dipasaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran di sekolah.

3) Produksi video membutuhkan waktu dan biaya yang cukup lama.

c. Televisi

Menurut HM. Musfiqon kelebihan media televisi adalah:

1) Televisi bisa menyajikan model dan contoh-contoh yang baik bagi siswa.

2) Televisi dapat membawa dunia nyata ke rumah dan ke kelas-kelas, seperti orang, tempat-tempat, dan peristiwa-peristiwa melalui penyiaran langsung atau rekaman.

3) Televisi dapat memberikan kepada siswa peluang untuk melihat dan mendengar diri sendiri.

4) Televisi dapat menyajikan program-program yang dapat dipahami oleh siswa dengan usia dan tingkatan pendidikan yang berbeda-beda.

5) Televisi dapat menyajikan visual dan suara yang amat sulit diperoleh dalam dunia nyata. Misalnya ekspresi wajah, dental operation, dan lain-lain.

6) Televisi dapat menghemat waktu guru dan siswa.

7) Televisi merupakan medium yang menarik, modern dan selalu siap diterima oleh anak-anak.

8) Televisi dapat mengikat perhatian sepenuhnya dari penonton. 9) Hampir setiap mata pelajaran dapat di TV-kan.

10)Televisi dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan gurudalam hal mengajar.

27

(46)

Menurut HM. Musfiqon kelemahan media televisi adalah: 1. Harga pesawat televisi relatif mahal.

2. Sifat komunikasinya hanya satu arah.

3. Jika akan memanfaatkan di kelas jadwal siaran dan jadwal pelajaran di sekolah seringkali sulit disesuaikan.

Program diluar kontrol guru.

4. Besarnya gambar di layar relatif kecil dibanding dengan film. 5. Televisi pada saat disiarkan akan berjalan terus dan tidak ada

kesempatan untuk memahami pesan-pesannya sesuai dengan kemampuan individual siswa.

6. Guru tidak memiliki kesempatan untuk merevisi film sebelum disiarkan.

6. Kerangka Berpikir

Peningkatan hasil pembelajaran di kelas selain menggunakan meode dan pendekatan belajar yang tepat dapat terbantu dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat. khusus untuk sejarah penggunaan media audiovisual sangat membantu dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Penggunaan media audiovisual dapat membangkitkan rangsangan siswa karena dengan mengoptimalkan semua indera sehingga pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan, sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Setelah pembahasan kajian teoritis yang telah penulis uraikan, maka penulis perlu mengemukakan kerangka berpikir untuk mendeskripsikan maksud dari penelitian ini.

1. Kurangnya

penggunaan media pembelajaran yang tepat

2. Pemahaman materi berkurang

Penelitian tindakan kelas

Media audiovisual

(47)

(e) Penelitian yang Relevan

NO Peneliti Judul Yang Membedakan

1 Wijayanti, Luci tri

Peningkatan kualitas pembelajaran IPS melalui model cooperative script

dengan media audio visual pada siswa kelas V SDN Mangkangkulon 01 kota Semarang

(f) Menggunakan model

cooperative script

(g) Media audio visual berupa film documenter pristiwa prolamasi kemerdekaan

(h) Menggunakan tiga siklus

2 Anasrullah Upaya peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS ekonomi pada materi perekonomian

Indonesia dengan

menggunakan media audio visual di SMPN 13 kota Tangerang

(i)Metode dan design penelitian menggunakan pretest dan postest group dengan kelompok

eksperimen dan

kelompok control kelompok eksperimen menggunakan

menggunakan media audio visual sedangkan kelompok control menggunakan perlakuan biasa tanpa media

(j)Teknik pengumpul data dengan menggunakan teknik anates.

(48)

3 Imas Setiowati

Pengaruh penggunaan media audio visual terhadap motivasi belajar siswa di MI Al-Bahri Kebon Nanas Jakarta Timur

(l)Teknik penelitian menggunakan teknik korelasi teknik korelasi

(m) Metode yang

digunakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif melalui penelitian lapangan (n) Tehnik analisis data

menggunakan table dengan tehnik deskriptif prosentase

P = Prosentase F = Frekuensi

N = Number of case

(banyaknya responden) 4 Suryani Pengaruh penggunaan media

audio visual terhadap motivasi belajar fiqh siswa MIN 21 Cakung Jakarta Timur

(o) Penelitian dilakukan dengan korelasi antara media dengan motivasi (p) Tehnik pengolahan

data menggunakan observasi,wawancara dan angket

5 Murti Siswanti

Peningkatan aktivitas dan prestasi belajar IPS melalui penggunaan media audio visual pada siswa kelas IV SDN 05 Metro Timur

(q) Penelitian lebih kepada aktivitas belajar (r)instrument tes diukur

[image:48.595.105.543.82.718.2]
(49)

C. Hipotesa Tindakan

(50)

38 A. Tempat dan Waktu Penelitian

A.1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Jauharotul Huda yang beralamat di Jl. Tambun Rengas RT 006/007 Cakung Timur Jakarta Timur.

A.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan tanggal 7 Mei – 28 Mei 2014.

B. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau yang lebih dikenal dengan Classroom Action Research. “Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (Action Research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran kelas.1

Model penelitian tindakan kelas ini mengandung empat komponen, yaitu :

1) Rencana (planning) pada komponen ini, guru sebagai peneliti merumuskan rencana tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran, perilaku, sikap dan prestasi belajar siswa.

2) Tindakan (action) pada komponen ini, guru melaksanakan tindakan berdasarkan rencana tindakan yang telah direncanakan, sebagai upaya perbaikan dan peningkatan atau perubahan proses pembelajaran, perilaku, sikap dan prestasi belajar siswa yang diinginkan.

3) Pengamaan (observation) pada kompenen ini, guru mengamati dampak atau hasil dari tindakan yang dilakukan atau dikenakan terhadap siswa,

1

(51)

apakah berdasarkan tindakan yang dilaksanakan itu memberikan pengaruh yang meyakinkan terhadap perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa atau tidak.

[image:51.595.105.523.74.699.2]

4) Refleksi (refletion) pada komponen ini, guru mengkaji dan mempertimbangkan secara mendalam tentang hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan itu dengan mendasarkan pada berbagai kriteria yang telah dibuat. Berdasarkan hasil reflekasi ini, guru dapat melakukan perbaikan terhadap rencana awal yang telah dibuatnya jika masih terdapat kekurangan sehingga belum memberikan dampak baik dari peningkatan yang meyakinkan.2

Gambar 3.1 Bagan penelitian tindakan kelas

2Ibid

, hlm 16

SIKLUS I Perencanaan

Pelaksanaan

Pelaksanaan

SIKLUS II Perencanaan Pengamatan

Refleksi Refleksi

Pengamatan

(52)

Penjelasan alur di atas sebagai berikut :

1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan termasuk di dalamnya instrument penelitian dan perangkat pembelajaran. 2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti

sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta pengamatan proses dengan menggunakan media audio visual.

3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampat dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.

4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.

Observasi dapat dilakukan dalam beberapa siklus, yaitu siklus I dan II, dimana masing-masing siklus dikenai perlakuan yang sama, adanya pretest

dan diakhiri dengan post test dimasing-masing putaran. Siklus ini berkelanjutan dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup.

C. Subjek Penelitian

Siswa yang akan diteliti adalah siswa kelas V (lima) yang berjumlah 32 orang, mata pelajaram IPS pada kompetensi perjuangan mempertahankan kemerdekaan.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Peneliti berperan sebagai guru mata pelajaran IPS di kelas V yang berkolaborasi dengan observer. Dalam hal ini selaku observer yaitu Ibu M.Salminah selaku Kepala Sekolah MI Jauharotul Huda. Observer sebagai

(53)

Sebagai peneliti, guru IPS membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), melakukan evaluasi, melakukan refleksi, serta melakukan tindakan-tindakan yang akan dilakukan pada siklus berikutnya bila pada siklus I hasil belaj

Gambar

Gambar 3.1. Bagan penelitian tindakan kelas ...............................................
Tabel I.1
gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan
gambar dalam satu unit.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa telah dilakukan dengan cara menayangkan video mengenai jenis-jenis

SDN Sidigede 03 materi kegiatan ekonomi.. Meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS melalui model. pembelajaran Word Square pada siswa kelas V SDN

Dengan menggunakan Strategi ini diharapkan proses belajar mengajar siswa dapat menjadi lebih aktif dan menyenangkan serta siswa lebih mudah memahami materi yang

Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Melalui Metode Time Token pada Siswa Kelas V MI Ma’arif Kanigoro Kec.. Institut Agama Islam Negeri

Pertanyaan utama yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah apakah dengan menggunakan metode make a match dan media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan media audio-visual dan metode permainan snowball throwing dapat meningkatkan hasil belajar dan pencapaian

Stray dapat meningkatkan disiplin dan prestasi belajar IPS materi menghargai perjuangan para tokoh dalam memepertahankan kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas V

Penelitian ini membahas tentang penerapan strategi Inside Outside Circle untuk meningkatkan sikap percaya diri dan prestasi belajar siswa mata pelajaran IPS materi