PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI
PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN
MELALUI METODE
TIME TOKEN
PADA SISWA KELAS V
MI MA’A
RIF KANIGORO DESA KANIGORO
KEC. NGABLAK KAB. MAGELANG
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
MILA SETIYANINGSIH
(115-13-090)
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI
PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN
MELALUI METODE
TIME TOKEN
PADA SISWA KELAS V
MI MA’A
RIF KANIGORO DESA KANIGORO
KEC. NGABLAK KAB. MAGELANG
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
MILA SETIYANINGSIH
(115-13-090)
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
MOTTO
“Sing penting yakin, teliti lan istiqomah“ ( K.H. Nasrul Arif )
Jadilah seperti gula, walaupun pada akhirnya harus larut dan tidak
nampak tapi meninggalkan rasa manis untuk orang lain.
PERSEMBAHAN
Untuk Ayahanda ( Suhir Tanto) dan Ibunda tercinta ( Widarti ) yang
telah memberikan kasih sayang dan do’a sertamemberikandukungan
KATA PENGANTAR
الله الرحمن الرحيممسب
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang
Maha Rahman dan Rahim yang dengan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya skripsi
dengan judul Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Perjuangan Mempertahankan
Kemerdekaan Melalui Metode Time Token pada Siswa Kelas V MI Ma‟arif
Kanigoro Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2016/2017
bisa selesai.
Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepangkuan baginda Nabi
Muhammad SAW semoga beliau senantiasa dirahmati Allah.
Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa dukungan, motivasi, dan
bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini selesai. Oleh karena itu penulis
sampaikan terimakasih kepada:
1. Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Salatiga beserta Dosen PGMI dan stafnya, khususnya Ibu Peni Susapti,
M.Si selaku Ketua Jurusan PGMI.
3. Dr. Budiyono Saputro, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik yang
senantiasa membimbing dan memotivasi serta mengarahkan dari awal
4. Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd selaku pembimbing yang telah membimbing,
memberi motivasi dan meluangkan waktunya dalam penulisan skripsi ini.
5. Bapak A.Rafiq, S.Pd.I, selaku Kepala Madrasah yang telah mengizinkan
penulis untuk melakukan penelitian di MI Ma‟arif Kanigoro Kecamatan
Ngablak Kabupaten Magelang.
6. Segenap guru MI Ma‟arif Kanigoro yang telah membantu penulis
melaksanakan penelitian dan siswa siswi kelas V MI Ma‟arif Kanigoro
Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang yang sudah berkenan menjadi
subjek penelitian dan mengikuti jalannya penelitian dengan sungguh-sungguh.
7. Bapak Suhir Tanto dan Ibu widarti tercinta yang senantiasa mendidik dan
memberikan dukungan moral dan spiritual serta adikku tersayang Akhmad
Taufik,semoga menjadi anak yang sholeh.
8. Keluarga besar Pondok Pesantren Nurul Asna Pulutan Salatiga khususnya KH.
Drs. Nasafi, M.Pd.I, dan Ibu Nyai Hj.Asfiyah yang mendidik dan
membimbing penulis menjadi pribadi yang baik.
9. Teman-Teman PGMI angkatan 2013 yang telah berjuang bersama – sama
menempuh pendidikan di IAIN Salatiga, khususnya sahabat sinyalku ( Amel,
Dewi dan Rahma ).
Semoga penelitian ini dapat memberi manfaat kepada para pembaca dan
khususnya bagi penulis. Aamiin.
Salatiga, 10 Agustus 2017
Abstrak
Setiyaningsih, Mila. 2017. Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Melalui Metode Time Token pada Siswa Kelas V MI Ma’arif Kanigoro Kec. Ngablak Kab. Magelang Tahun Pelajaran 2016 / 2017. SKRIPSI. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd.
Kata Kunci: Time Token, Hasil Belajar, Perjuangan Mempertahankan
Kemerdekaan
Proses pembelajaran kelas V di MI Ma‟arif Kanigoro Ngablak
Kabupaten Magelang pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) masih menggunakan metode lama yaitu guru menerangkan dan murid mendengarkan saja. Sehingga para siswa akan menjadikan mata pelajaran IPS adalah mata pelajaran yang tidak menarik dan membosankan. Untuk itu guru harus segera memperbaiki proses pembelajarannya dengan menggunakan metode time token.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas dengan langkah perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi yang dilaksanakan dengan melalui tiga siklus yaitu siklus I, siklus II, dan siklus III. Model pembelajaran dengan menggunakan metode time token. Metode ini merupakan struktur yang dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial. Selain itu, juga untuk menghindari siswa yang mendominasi pembicaraan atau siswa diam sama sekali. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi, tes, dan dokumentasi.
DAFTAR ISI
Sampul ... i
Lembar Berlogo ... ii
Judul ... iii
Persetujuan Pembibimbing ... iv
Pengesahan Kelulusan ... v
Pernyataan Keaslian Tulisan ... vi
Motto dan Persembahan ... vii
Kata Pengantar ... viii
Abstrak ... x
Daftar Isi ... xi
Daftar Gambar... xiv
Daftar Tabel ... xv
Daftar Lampiran ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Hipotesis Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 7
F. Definisi Operasional ... 9
G. Metode Penelitian ... 10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Hasil Belajar ... 18
B. Ilmu Pengetahuan Sosial ... 25
C. Usaha Mempertahankan Kemerdekaan ... 28
D. Metode Time Token ... 43
E. Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) ... 45
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Subjek Penelitian ... 49
B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 51
1. Prasiklus ... 51
2. Siklus I ... 53
3. Siklus II ... 57
4. Siklus III ... 61
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian ... 65
1. Standar Pencapaian KKM ... 65
2. Deskripsi Pra Siklus ... 65
3. Deskripsi Siklus I ... 67
4. Deskripsi Siklus II ... 72
5. Deskripsi Siklus III ... 79
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 87
B. Saran ... 88
Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 SK dan KD Kelas V Semester II
Tabel 3.1 Data Subjek Penelitian
Tabel 3.2 Nilai Pra Siklus
Tabel 4.1 Nilai Pra Siklus
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Siswa Siklus I
Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Guru Siklus I
Tabel 4.4 Hasil Tes Formatif Pada Siswa Siklus I
Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Siswa Siklus II
Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Guru Siklus II
Tabel 4.7 Hasil Tes Formatif Pada Siswa Siklus II
Tabel 4.8 Hasil Pengamatan Siswa Siklus III
Tabel 4.9 Hasil Pengamatan Guru Siklus III
Tabel 4.10 Hasil Tes Formatif Pada Siswa Siklus III
Tabel 4.11 Rekapitulasi Perbandingan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I,
Siklus II, dan Siklus III
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus III
Lampiran 4 Soal-soal Tes Time Token Siklus I
Lampiran 5 Soal-soal Tes Time Token Siklus II
Lampiran 6 Soal-soal Tes Time Token Siklus III
Lampiran 7 Lembar Pengamatan Siswa Siklus I
Lampiran 8 Lembar Pengamatan Siswa Siklus II
Lampiran 9 Lembar Pengamatan Siswa Siklus III
Lampiran 10 Lembar Pengamatan Guru Siklus I
Lampiran 11 Lembar Pengamatan Guru Siklus II
Lampiran 12 Lembar Pengamatan Guru Siklus III
Lampiran 13 Foto Kegiatan
Lampiran 14 Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 15 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 16 SK KKM
Lampiran 17 Nilai SKK Mahasiswa
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut UU No 2 tahun 2003 tentang system pendidikan Nasional,
pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negaranya.
Dalam dunia pendidikan sendiri pendidikan dikategorikan menjadi
dua, pendidikan formal dan pendidikan non formal. Pendidikan formal
diselenggarakan oleh lembaga resmi yang dinaungi oleh pemerintah dan
memiliki kurikulum tertentu yang tentunya disetiap jenjangnya
berbeda-beda sesuai dengan tingkat jenjang pendidikan. Pendidikan non formal
adalah pendidikan yang diselenggarakan oleh lembaga non pemerintah
atau swasta yang kurikulumnya tidak menentu.
Di Indonesia sendiri pendidikan formal amat sangat diminati karena
sudah jelas kurikulum pembelajarannya. Apalagi sekarang ini kurikulum
di Indonesia lebih mengedepankan afektif (sikap), psikomotorik
Pendidikan IPS merupakan disiplin ilmu yang didalamnya terkait
dengan ilmu pendidikan dan IPS itu sendiri. Pendidikan adalah suatu
proses sadar dan terencana dari setiap individu maupun kelompok untuk
membentuk pribadi yang baik dan mengembangkan potensi yang ada
dalam upaya mewujudkan cita-cita dan tujuan yang diharapkan. Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang
diujikan di Ujian Sekolah pada setiap akhir tahun pelajaran yang juga ikut
menentukan predikat kelulusan setiap siswa SD. Diharapkan dari
pembelajaran IPS tersebut siswa mampu meningkatkan kepekaan
masalah-masalah sosial disekitarnya sehingga penguasaan terhadap materi
pelajaran IPS perlu mendapat perhatian khusus.
Dari hasil observasi yang peneliti lakukan di Mi Ma‟arif Kanigoro
yang terletak di Desa Kanigoro Kecamatan Ngablak kabupaten Magelang.
Madrasah ini termasuk Madrasah yang banyak diminati oleh Masyarakat
Kanigoro karena dibandingkan dengan menyekolahkan putra putri mereka
di Sekolah Dasar yang letaknya bersebelahan dengan MI Ma‟arif
Kanigoro. Meskipun MI Ma‟arif Kanigoro mendapat kepercayaan dari
masyarakat setempat, namun dalam proses belajar mengajar guru masih
menggunakan metode yang seringkali digunakan yaitu hanya metode
ceramah dan tanya jawab saja. Terlihat dari nilai ulangan harian siswa
kelas V masih ada beberapa yng belum mencapai KKM yang telah
ditentukan oleh Madrasah yaitu 60. Rendahnya nilai siswa disebabkan
pelajaran IPS karena mata pelajaran IPS seringkali dituntut untuk banyak
hafalan, didalam kelas antusiasme terhadap mata pelajaran IPS kurang,
pembelajaran yang monoton menyebabkan siswa cepat bosan dan malah
asik sendiri dengan teman sebangkunya sehingga tidak memperhatikan
guru yang sedang mengajar.
Permasalahannya kondisi siswa dipembelajaran Perjuangan
Mempertahankan Kemerdekaan seringkali didominasi oleh kegiatan
menulis, membaca dan mendengarkan guru. Semua itu adalah aktivitas
yang dilakukan oleh otak kiri saja. Sehingga siswa cenderung cepat bosan
untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dan kurang memiliki inisiatif aktif
dalam kegitan pembelajaran.
Problem lainnya yang sering nampak pada sebuah momen
pembelajaran ketika guru memanggil siswa untuk maju tampil di depan
teman – temannya pemandangan yang terjadi adalah sebagian siswa yang
selalu sulit untuk memberanikan diri tampil di depan kelas. Hal lain lagi
yang sering terlihat para siswa kurang terkondisi dalam keadaan bahwa
tiap individu memiliki peluang yang sama untuk dilibatkan secara aktif,
seharusnya tidak siswa yang pandai saja yang aktif di kelas.
Oleh karena itu peneliti mengusulkan penggunaan metode
pembelajaran yang memungkinkan semua siswa aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Model pembelajaran yang didominasi oleh guru melalui
metode ceramah seperti biasa hanya akan medapatkan siswa dalam kondisi
pemusatan perhatian tidak optimal termasuk juga aktifitas siswa yang
kurang maksimal dalam pembelajaran.
Salah satu metode pembelajaran IPS yang dapat diterapkan adalah
metode time token. Dengan model pembelajaran time token peserta didik
akan melakukan diskusi kelompok yang akan dipimpin oleh Guru. Dimana
masing-masing anggota kelompok diskusi mendapatkan kesempatan untuk
memberikan pendapat mereka dan mendengarkan pandangan serta
pemikiran anggota lain. Setiap kelompok diskusi akan diberikan kupon
berbicara sesuai jumlah anggota dengan waktu yang telah ditentukan.
Model pembelajaran ini mengajak siswa untuk cenderung lebih aktif dan
bertujuan agar siswa mempunyai jiwa kemandirian dalam belajar serta
menumbuhkan keberanian siswa.
Untuk memahami persoalan di atas, maka perlu diadakan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar IPS
Materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Melalui Metode Time
Token Pada Siswa Kelas V MI Ma‟arif Kanigoro Desa Kanigoro Kec.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah melalui metode time token dapat meningkatkan hasil belajar
IPS materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan pada siswa
kelas V MI Ma‟arif Kanigoro Ngablak Magelang Tahun Pelajaran
2016/2017?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah melalui metode time token dapat
meningkatkan hasil belajar IPS materi perjuangan mempertahankan
kemerdekaan pada siswa kelas V MI Ma‟arif Kanigoro Ngablak
Magelang Tahun Pelajaran 2016/2017.
D. Hipotesis dan Indikator Keberhasilan
1. Hipotesis Tindakan
Hipotesis Tindakan adalah jawaban sementara terhadap masalah
yang dihadapi, sebagai alternatif tindakan yang dipandang paling tepat
untuk memecahkan masalah yang telah dipilih untuk diteliti melalui
PTK (Mulyasa, 2011:3). Hipotesis dalam penelitian ini adalah
materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan pada siswa kelas V
MI Ma‟arif Kanigoro Ngablak Magelang Tahun Pelajaran 2016/2017.
2. Indikator Keberhasilan
Penerapan metode time token dapat dikatakan berhasil jika
indikator keberhasilan dapat dicapai sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
Adapun indikator ketuntasan siswa adalah sebagai berikut:
a. Secara Individu
Mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran IPS
materi perjuangan memepertahankan kemerdekaan pada siswa
kelas V minimal 6,0.
b. Secara Klasikal
Siklus akan berhenti apabila 85% dari total siswa dalam satu kelas
mendapatkan nilai minimal 6,0.
E. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkaan nantinya akan memberikan manfaat
bagi semua kalangan pendidik di lembaga sekolah pada umumnya.
Adapun manfaat yang diharapkan sebagai berikut:
1. Manfaat secara teoritis
Penggunaan metode yang tepat dan bervariasi akan membuat
para peserta didik lebih senang dalam mengikuti pelajaran. Sehingga
diajarkan dapat diterima dan hasil belajar peserta juga dapat
menuntaskan criteria minimal.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi Guru
1) Membantu mengatasi permasalahan pembelajaran yang
dihadapi oleh guru dan menambah wawasan serta keterampilan
pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan mutu
pembelajaran.
2)
Adanya inovasi penerapan metode Time Token yangdiharapkan dapat dipakai untuk kelas-kelas lainnya di Mi
Ma‟arif Kanigoro Ngablak Magelang.
b. Manfaat bagi Siswa
1) Menumbuhkan minat siswa untuk berperan aktif sebagai
pelaku pembelajaran dengan sukarela, riang dan gembira.
2) Proses pembelajaran IPS tidak monoton hanya mendengarkan
ceramah guru.
3) Mempermudah siswa dalam menangkap ilmu yang diajarkan.
4) Meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial.
1) Menciptakan kondisi dan suasana pembelajaran yang
menyenangkan.`
2) Dapat meningkatkan mutu pendidikan.
3) Membantu sekolah tersebut berkembang dikarenakan adanya
guru-guru yang kreatif, inovatif, dan profesional.
d. Manfaat bagi Peneliti
1) Mempersiapkan diri menjadi guru yang professional dalam
menghadapi situasi apapun dalam pembelajaran.
2) Memberikan wawasan baru kepada peneliti tentang cara yang
efektif dalam menerapkan metode Time Token.
F. Definisi Operasional
Untuk memberikan gambaran sekaligus memperjelas pengertian dan
pemahaman serta agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap judul di atas
maka dijelaskan di bawah ini :
1. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri
siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor
sebagai hasil dari kegiatan belajar (Susanto, 2013: 5).
2. Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu Pengetahuan Sosial adalah sebuah mata pelajaran integrasi dari
sosial lainnya yang diberikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah (Sapriyadi, 2014:7). Ilmu sosial dasar dapat diartikan
pengetahuan yang menelaah masalah-masalah sosial, khususnya
masalah-masalah yang diwujudkan oleh masyarakat Indonesia dengan
menggunakan pengertian-pengertian (fakta,konsep,teori) yang bersal
dari berbagai bidang keahlian dalam lapangan ilmu-ilmu social
(FIP-UPI, 2007:274).
3. Metode Time Token
Pembelajaran ini merupakan struktur yang dapat digunakan untuk
mengajarkan keterampilan sosial. Selain itu, juga untuk menghindari
siswa yang mendominasi pembicaraan atau siswa diam sama sekali
(Aqib, 2013:33). . Guru memberi kupon berbicara dengan waktu ± 30
detik per kupon pada tiap siswa. Sebelum berbicara, siswa
menyerahkan kupon terlebih dahulu pada guru. Satu kupon adalah
untuk satu kali kesempatan berbicara. Siswa dapat tampil lagi setelah
bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah habis kuponnya tak
boleh berbicara lagi. Sedangkan siswa yang masih memegang kupon
harus berbicara sampai kuponnya habis (Miftahul, 2014:240).
G. Metodologi Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu pencermatan
terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama
(Arikunto, 2007:3).
Penelitian Tindakan Kelas adalah salah satu upaya guru dalam
bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan
meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. Alasan peneliti
menggunakan jenis penelitian tindakan kelas adalah untuk mengubah
tindakan guru dalam melakukan proses belajar mengajar di kelas
dengan menggunakan metode time token sehingga hasil belajar siswa
meningkat.
2. Subjek Penelitian
a. Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas V MI Ma‟arif
Kanigoro Ngablak Magelang Tahun Pelajaran 2016/2017 yang
berjumlah 15 siswa, yang terdiri dari laki-laki 3 siswa, perempuan
12 siswa dan guru yang mengampu mata pelajaran IPS.
b. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di MI Ma‟arif Kanigoro yang
terletak di desa Kanigoro kecamatan Ngablak kabupaten
Magelang. MI Ma‟arif Kanigoro memiliki letak yang sangat
strategis yaitu berada di pinggir jalan yang membelah desa
desa Kanigoro. Disamping itu MI Ma‟arif Kanigoro merupakan
salah satu sekolah swasta yang mendapat apresiasi dari warga
setempat dikarenakan proses belajar mengajar yang dilakukan
sudah terbilang cukup baik dari sekolah dasar lainnya yang ada
didaerah tersebut, sehingga para orang tua menyekolahkan
anak-anak mereka di sana.
c. Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama ± 3 bulan yang dimulai dari
akhir bulan Maret- Mei 2017 semester 2 tahun ajaran 2016/2017
dengan alasan bertepatan dengan materi yang akan diajarkan.
3. Langkah-langkah Penelitian
Penelitian tindakan kelas terdiri dari 4 tahapan, yaitu 1. Perencanaan,
2. Pelaksanaan, 3. Pengamatan, 4. Refleksi. Adapun gambar tahapan
Gambar 1.1. Bagan Rancangan Pelaksanaan PTK (Suharsimi, 2007:16).
a. Perencanaan
Merupakan bagian awal yang harus dilakukan peneliti
sebelum seluruh rangkaian kegiatan dilakukan. Kegiatan
yang dilakukan adalah :
1) Mengumpulkan data dengan cara observasi dan
wawancara. Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan
guru kelas mengenai masalah-masalah yang ada pada
mata pelajaran IPS.
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
3) Menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan.
4) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati siswa. Perencanaan
Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan
Pengamatan
Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan
Pengamatan
?
5) Menyiapkan lembar observasi kegiatan yang akan
dilakukan guru dalam pembelajaran.
6) Menyusun soal evaluasi untuk siswa.
b. Pelaksanaan
Merupakan perencanaan yang telah dibuat yang berupa
penerapan pembelajaran sesuai dengan skenario
pembelajaran yang telah tertulis dalam RPP dan tahap
perencanaan.
c. Pengamatan atau observasi
Pengamatan dalam penelitian tindakan kelas ini akan
mengamati bagaimana siswa dalam proses pembelajaran. Hal
yang akan diamati berupa keaktifan dan inisiatif siswa dalam
pembelajaran. Guru yang melakukan pembelajaran dan
bagaimana dayaserap siswa dalam menerima materi yang
diajarkan.
d. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali
apa yang sudah dilakukan. Meliputi :
1) Mencatat hasil pengamatan dan proses pembelajaran
2) Melakukan evaluasi terhadap hasil pengamatan
3) Melakukan evaluasi terhadapa hasil pembelajaran.
Memperbaiki kelemahan yang terdapat pada siklus I yang
4. Instrumen Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini peneliti menggunakan instrumen
sebagai berikut :
a. Lembar Observasi
Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui guru
dan siswa dalam kegiatan pembelajaran di MI Ma‟arif Kanigoro
Ngablak Kabupaten Magelang tahun ajaran 2016/2017.
b. Lembar Evaluasi
Lembar evaluasi digunakan untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa terhadap materi Ilmu Pengetahuan Sosial yang
diajarkan dengan menggunakan metode Time Token. Lembar
evaluasi yang digunakan berupa pertanyaan-pertanyaan yang
berhubungan dengan materi yang telah diajarkan.
5. Teknik Pengumpulan Data
Sumber data adalah dari subjek penelitian itu sendiri, yakni
peserta didik Kelas V MI Ma‟arif Kanigoro Ngablak Magelang, hasil
refleksi dari peneliti dan dari hasil tes. Dalam pengumpulan data
penelitian ini menggunakan metode:
a. Tes
Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada
b. Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya
barang – barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode
dokumentasi, peneliti menyelidiki benda – benda tertulis seperti
buku – buku,catatan harian siswa dan lain sebagainya. Melalui
metode ini peneliti mengumpulkan data mengenai daftar sasaran
penelitian, yaitu daftar nama peserta didik kelas V MI Ma‟arif
Kanigoro Ngablak Magelang. Peneliti juga mengumpulkan
berbagai bahan kajian yang dapat digunakan sebagai dasar
pelaksanaan penelitian ini, yakni berupa gambar-gambar saat
proses pembelajaran.
c. Observasi
Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara
mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara
sistematis (Suharsimi, 2015:45)
Observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas
siswa saat proses belajar mengajar menggunakan metode time
token.
6. Analisi Data
Sesuai dengan rancangan penelitian yang digunakan maka
analisis data dilakukan dalam setiap siklusnya berdasarkan hasil
observasi yang tercatat dalam setiap siklusnya. Nilai KKM mata
nilai yang diperoleh siswa 60 atau lebih maka bisa dikatakan tuntas
belajar. Sebaliknya jika nilai yang diperoleh siswa kurang dari 60
maka siswa diakatakan belum tuntas belajar.
Rumus dan kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Mencari nilai rata-rata kelas
Nilai rata-rata siswa dapat dihitung dengan rumus:
̅ ∑ ∑
Keterangan:
̅ = Nilai rata-rata..
∑ = Jumlah nilai total yang diperoleh siswa
∑ = Banyaknya individu
Dikatakan tuntas belajar jika peserta didik memperoleh nilai
lebih dari atau sama dengan KKM yang ada yaitu ≥ 60.
b. Mencari presentase ketuntasan belajar
Menurut Daryanto (2011:192), menghitung presentase ketuntasan
belajar dapat menggunakan rumus :
∑ ∑
Indikator keberhasilan ketuntasan belajar klasikal ditentukan jika
85% dari jumlah peserta didik dikelas tersebut mendapatkan nilai
minimal 60.
H. Sistematika Penulisan
Dalam rangka untuk mempermudah dalam pembahasan penelitian
ini, penulis menulis dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan, meliputi : latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian , hipotesis tindakan, manfaat
penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan
sistematika penulisan skripsi.
BAB II Kajian pustaka berisi tentang pengertian peningkatan hasil
belajar IPS materi perjuangan mempertahankan
kemerdekaan melalui metode Time Token.
BAB III Pelaksanaan Penelitian yang berisi tentang gambaran umum
MI Ma‟arif Kanigoro Kecamatan Ngablak Kabupaten
Magelang.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan tentang deskripsi per
siklus yang meliputi data hasil pengamatan (observasi) dan
wawancara, refleksi keberhasilan dan kegagalan.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Islam sebagai agama rahmah li al-‘alamin sangat mewajibkan umatnya untuk selalu belajar. Bahkan, Allah mengawali menurunkan
Al-Qur‟an sebagai pedoman hidup manusia dengan ayat yang
memerintahkan rosul-Nya, Muhammad SAW., untuk membaca dan
membaca (iqra‟). Beberapa ayat pertama surat Al „Alaq yang
diwahyukan kepada Rasulullah :
ۡۡأَزۡقٱ
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan
perantara kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya (QS Al „Alaq [96]: 1-5).
Sejak turunnya wahyu yang pertama kepada Muhammad Saw.,
Islam telah menekankan perintah untuk belajar. Ayat pertama juga
menjadi bukti bahwa Al Qur‟an memandang penting belajar agar
manusia dapat memahami seluruh kejadian yang ada di sekitarnya,
sehingga meningkakan rasa syukur dan mengakui akan kebesaran
Belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan,
keterampilan, dan sikap. Belajar mulai dalam masa kecil ketika bayi
memperoleh sejumlah kecil keterampilan yang sederhana, seperti
memegang botol dan mengenali ibunya. Selama masa kanak-kanak
dan masa remaja, diperoleh sejumlah sikap, nilai, dan keterampilan
hubungan sosial, demikian pula diperoleh kecakapan dalam berbagai
mata ajaran di sekolah, ( Margaret, 1994:1).
Menurut ( Slameto, 1991:2) Belajar merupakan suatu proses
usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Sedangkan menurut Gagne belajar merupakan kegiatan yang
kompleks. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan,
sikap dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah arti dari
stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan proses kognitif yang
dilakukan oleh pebelajar. Dengan demikian, belajar merupakan
seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan,
melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru ( Dimyati,
2006 : 10 )
Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman
belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar, menilai proses dan hasil
belajar, kesemuanya termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru.
baik secara material-substansial, struktural-fungsional, maupun secara
behavior (Syaiful, 1997:11).
Berdasarkan uraian tentang konsep belajar diatas dapat dipahami
tentang makna hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu
interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak
mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa,
hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses
belajar ( Dimyati : 2006 : 3).
Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif,
afektif, dan psikimotorik. Domain kognitif adalah knowledge
(pengetahuan,ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan,
meringkas,contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan,
menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan,
membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif
adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons),
valuing (nilai), organization (organisasi), characterization
(karakterisasi). Domain psikimotorik meliputi initiatory, pre-routine,
dan rountinized. Psikimotor juga mencakup keterampilan poduktif,
teknik, fisik, sosial, manajeril, dan intelektual (Agus, 2011:6).
Secara sederhana yang dimaksud dengan hasil belajar siswa
adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan
belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari
perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau
kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak
yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai
tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan instruksional (Ahmad, 2013:4).
Untuk memperoleh hasil belajar, dilakukan evaluasi atau
penilaian yang merupakan tindak lanjut atau cara untuk mengukur
tingkat penguasaan siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja
diukur dati tingkat penguasaan ilmu pengetahuan tetapi juga sikap dan
keterampilan. Dengan demikian penilaian hasil belajar siswa
mencakup segala hal yang dipelajari di sekolah, baik itu menyangkut
pengetahuan, sikap dan keterampilan (Asep, 2012: 15).
2. Klasifikasi Hasil Belajar
Menurut pendapat Gagne bahwa segala sesuatu yang dipelajari
oleh manusia dapat dibagi menjadi 5 kategori, yang disebut “The
Domains Of Learning” yaitu :
a. Keterampilan Motoris (Motor Skill)
Dalam hal ini perlu koordinasi dari berbagai gerakan badan,
misalnya melempar bola, main tenis, mengemudi mobil dan
sebagainya.
b. Informasi Verbal
Orang dapat menjelaskan sesuatu dengan berbicara, menulis,
menggambar; dalam hal ini dapat dimengerti bahwa untuk
c. Kemampuan Intelektual
Manusiai mengadakan interaaksi dengan dunia luar dengan
menggunakan simbol-simbol. Kemampuan belajar cara inilah yang
disebut “kemampuan intelektual”, misalnya membedakan huruf
“m” dan “n”, menyebut tanaman yang sejenis.
d. Strategi Kognitif
Ini merupakan organisasi ketrampilan yang internal (internal
organized skill) yang perlu untuk belajar mengingat dan berpikir.
Kemampuan ini berbeda dengan kemampuan intelektual,
karenaditujukan ke dunia luar, dan tidak dapat dipelajari hanya
dengan berbuat satu kali serta memerlukan perbaikan-perbaikan
dan terus – menerus.
e. Sikap
Kemampuan ini tidak dapat dipelajari dengan
ulangan-ulangan, tidak tergantung atau dipengaruhi oleh hubungan verbal
seperti domain yang lain. Sikap ini penting dalam proses belajar;
tanpa kemampuan ini belajar tak akan berhasil dengan baik
(Slameto, 1991:15).
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Proses belajar melibatkan berbagai faktor yang sangat
kompleks. Oleh sebab itu, masing-masing faktor perlu diperhatikan
agar proses belajar dapat berhasil sesuai dengan tujuan yang telah
eksternal dan internal. Masing-masing faktor tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut :
a. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat di luar
diri individu. Dalam proses belajar disekolah, faktor eksternal
berarti faktor-faktor yang berada di luar diri siswa. Faktor-faktor
eksternal terdiri dari faktor nonsosial dan faktor sosial.
1) Faktor Nonsosial
Faktor nonsosial adalah faktor-faktor di luar individu yang
berupa kondisi fisik yang ada di lingkungan belajar. Kondisi
fisik berupa cuaca, alat, gedung, dan sejenisnya.
2) Faktor Sosial
Faktor sosial adalah faktor-faktor di luar individu yang
berupa manusia. Faktor eksternal yang bersifat sosial, bisa
dipilah menjadi faktor yang berasal dari keluarga,
lingkungansekolah dan lingkongan masyarakat (termasuk
teman pergaulan anak). Misalnya, kehadiran orang dalam
belajar, kedekatan hubungan antara anak dengan orang lain,
keharmonisan atau pertengkaran dalam keluarga, hubungan
b. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri
individu yang sedang belajar. Faktor internal terdiri dari faktor
fisologis dan faktor psikologis.
1) Faktor fisiologis
Faktor fisologis adalah kondisi fisik yang terdapat dalam diri
individu. Faktor fisiologis terdiri dari :
a) Keadaan Tonus jasmani pada umumnya
Keadaan tonus jasmani secara umum yang ada dalam
diri individu sangat mempengaruhi hasil belajar. Keadaan
tonusjasmani secara jasmani ini, misalnya tingkat kesehatan
dan kebugaran fisik individu. Apabila badan individu dalam
keadaan bugar dan sehat maka akan mendukung hasil
belajar. Sebaliknya jika badan individu dalam keadaan
kurang bugar dan kurang sehat akan menghambat hasil
belajar.
b) Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu
Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu adalah
keadaan fungsi jasmani tertentu, terutama yang terkait
dengan fungsi panca indra yang ada dalam diri individu.
Panca indra merupakan pintu gerbang masuknya
pengetahuan dalam diriindividu.
Faktor psikiologis adalah faktor psikis yang ada dalam
diri individu. Faktor-faktor psikis tersebut antar lain tingkat
kecerdasan, motivasi, minat, bakat, sikap, kepribadian,
kematangan dan lain sebagainya (Lilik, 2009:23).
B. Ilmu Pengetahuan Sosial
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
Dalam dunia pengajaran, ilmu-ilmu sosial telah mengalami
perkembangan sehingga timbullah paham studi sosial (social studies),
atau di Indonesia disebut Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ). Social
studies atau Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) adalah ilmu-ilmu sosial
yang disederhanakan untuk tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran
di sekolah dasar dan menengah ( Abu, 1991:2).
Ilmu sosial dasar dapat diartikan pengetahuan yang menelaah
masalah-masalah sosial, khususnya masalah-masalah yang diwujudkan
oleh masyarakat Indonesia dengan menggunakan
pengertian-pengertian (fakta,konsep,teori) yang bersal dari berbagai bidang
keahlian dalam lapangan ilmu-ilmu sosial. Pendidikan IPS adalah
penyerdehanaan dari disiplin ilmu-ilmu sosial yang diorganisir,
disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk mencapai tujuan
pendidikan (FIP-UPI, 2007:274).
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari
sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu
Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial
yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek cabang
ilmu-ilmu sosial. IPS atau studi sosial merupakan bagian dari
kurikulum sekolah yang diturunkan dari materi cabang-cabang ilmu
sosial (yulia, 2016:7).
Masih banyak definisi tentang IPS (Social Study) yang telah
disampaikan para ahli. Namun, pada umumnya definisi-definisi
tersebut menunjukkan pengertian bahwa IPS sebagai program
pendidikan atau bidang studi dalam kurikulum sekolah yang
mempelajari kehidupan manusia dalam masyarakat serta hubungan
atau interaksi antara manusia dengan lingkungannya (fisik dan sosial).
Isi atau materi IPS diambil dan dipilih dari bagian-bagian
pengetahuan/konsep dari ilmu-ilmu sosial disesuaikan tingkat
pertumbuhan dan usia siswa (Yulia,2016:7).
Proses pembelajaran ilmu pengetahuan sosial berarti proses
belajar-membelajarkan segala aspek, fenomena, perkembangan dan
permasalahan kehidupan sosial manuisa di masyarakat. Oleh karena itu
masyarakat menjadi sumber utama dalam pembelajaran ilmu
pengetahuan sosial (Rasimin, 2012:47).
Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk
mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk
lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (Etin, 2007:15).
2. Tujuan Pembelajaran IPS di SD/MI
Mata pelajaran IPS di SD/Mi bertujuan agar peserta didik mempunyai
kemampuan sebagai berikut :
a. Memberikan kepada siswa pengetahuan tentang pengalaman
manusia dalam kehidupan bermasyarakat pada masa lalu. Sekarang
dan masa yang akan datang.
b. Menolong siswa untuk mengembangkan keterampilan (skill) untuk
mencari dan mengolah informasi.
c. Menolong siswa untuk mengembangkan nilai/sikap demokrasi
dalam kehidupan bermasyarakat.
d. Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk mengambil
bagian/berperan serta dalam bermasyarakat.
3. Ruang Lingkup Pembelajaran IPS di SD/MI
Ruang Lingkup bahan kajian IPS untuk SD/MI meliputi aspek-aspek
berikut :
a. Manusia, tempat dan lingkungan.
b. Waktu, keberlanjutan dan perubahan.
c. Sistem sosial dan budaya.
4. SK dan KD IPS Kelas V semester 2
SK dan KD Kelas V Semester 2 dapat dilihat dalam table 2.1 sebagai
berikut :
Tabel 2.1 SK dan KD Kelas V, Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankaan
kemerdekaan Indonesia
2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang
2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia
2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan
2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan
C. Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
1. Pertempuran - Pertempuran Mempertahankan Kemerdekaan
a. Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya
Pertempuran yang terjadi di Surabaya berawaldari pendaratan
pasukan sekutu pada tanggal 25 oktober 1945 yang dipimpin oleh
Jendral A.W.S Mallaby yang diterima dengan tangan terbuka oleh
pihak pemerintah dan rakyat Indonesia. Sebenarnya kedatangan
mereka bertujuan untuk melucuti senjata tentara Jepang dan
menyelamatkan tentara sekutu yang ditawan,tetapi mereka malah
melakukan penyerangan sambil menduduki tempat-tempat penting.
Pertempuran terus berlangsung selama beberapa hari sampai
akhirnya tercapai kesepakatan berdasarkan perundingan tanggal 30
oktober 1945 dimana pihak sekutu mengakui ekstensi RI dan
kedua belah pihak akan berusaha mencari cara untuk menghindari
bentrokan senjata tersebut. Meskipun telah tercapai kesepakatan
pihak Inggris ternyata masih melakukan penyerangan. Mereka
bahkan masih tetap mempertahankangedung International. Pada
pertempuran itulah, Jendral Mallaby dinyatakan tewas. Pihak
Inggris sangat marah dan berniat akan membalas kematian perwira
tertingginya.
Untuk mengantisipasi tindakan balas dendam tentara Inggris
tersebut pihak Indonesia bersatu menyusun kekuatan diantaranya
TKK, Tentara Pelajar, dan BPRI yang dipimpin oleh Bung Tomo.
Tanggal 9 November 1945 pimpinan sekutu mengeluarkan
ultimatum yangisinya menuntut pihak Indonesia segeraa menyerah
terhadap Inggris. Batas ultimatum tersebut adalah tanggal 10
November 1945 pukul 06.00 pagi.
Tepatnya tanggal 10 November 1945, pihakIndonesia
menyerukan penolakan ultimatum tersebut melalui Siaran Radio
Pemberontak. Karena ultimatum ditolak mentah-mentah oleh
Indonesia maka mereka harus terus melakukan penyerangan,
pertempuran berlangsung selama 3 minggu dan pertempuran di
Perang Dunia II. Akhirnya untuk memperingati semangat
kepahlawanan rakyat Surabaya, pemerintah menetapkan tanggal 10
November 1945 sebagai Hari Pahlawan dan saat ini Surabaya
dikenal sebagai Kota Pahlawan.
b. Pertempuran Ambarawa
Pertempuran Ambarawa diawali mendaratnya tentara Sekutu
di bawah pimpinan Brigadir Jenderal Bethel di Semarang. Tentara
Sekutu mendarat di Semarang pada tanggal 20 oktober 1945.
Tujuan kedatangan mereka adalah untuk mengurus tawanan perang
dan tentara Jepang di Jawa Tengah.
Kedatangan sekutu semula disambut baik oleh rakyat
Semarang. Bahkan, Gubernur Jawa Tengah menawarkan bantuan
bahan makanan dan keperluaan-keperluaan lainnya. Pihak sekutu
pun berjanji untuk tidak mengganggu Kedaulatan Republik
Indonesia.
Kontak senjata mulai terjadi di Magelang. Bentrokan itu
mulai meluas menjadi pertempuran antara pasukan Sekutu dengan
pejuangIndonesia. Penyebabnya adalah tentara Sekutu diboncengi
NICA. NICA adalah singkatan dari Netherlands Indies Civil
Administration, yaitu pemerintah peralihan Belanda. NICA hendak
membebaskan tawanan perang Belanda di Magelang dan
Setelah diadakan perundingan antara Presiden Soekarno
dengan Brigadir Jenderal Bathel, tentara sekutu kemudian
meninggalkan Magelang menuju Ambarawa pada tanggal 21
November 1945. Para pejuang Indonesia yang dipimpin Letnan
Kolonel M.Sarbini mengejar pasukan Sekutu yang mundur ke
Ambarawa. Di desa Jambu, pasukan Sekutu dihadang pejuang
Angkatan Muda yang dipimpin oleh Sastrodiharjo. Di desa Ngipik,
pasukan Sekutu diserang pejuang Indonesia yang dipimpin oleh
Suryosumpeno.
Pada saat mundur, pasukan Sekutu mencoba menduduki dua
desa di sekitar Ambarawa. Dalam pertempuran untuk
membebaskan kedua desa tersebut, Letnan Kolonel Isdiman gugur.
Letnan Kolonel Isdiman adalah Komandan Resimen Banyumas.
Dengan gugurnya Letnan Kolonel Isdiman, Kolonel
sudirman turun langsung ke medan pertempuran Ambarawa.
Kolonel Sudirman adalah Panglima Divisi Banyumas. Pasukan
Indonesia mengepung kota Ambarawa dari berbagai jurusan pada
saat yangsama. Pasukan Indonesia mendapatkan bantuan dari
Yogyakarta, Surakarta, Salatiga, Purwekerto, Magelang, Semarang
dan lain-lain.
Pada tanggal 12 Desember 1945 pasukan Indonesia
Desember 1945 pasukan Sekutu berhasil mundur ke Semarang.
Dalam pertempuran ini banyak pejuang yang gugur.
Untuk memperingati hari bersejarah itu, maka setiap tanggal
15 Desember diperingati sebagai Hari Infanteri. Selain itu, di
Ambarawa juga didirikan sebuah monumen yang diberi nama
Palagan Ambarawa.
c. Pertempuran Medan Area
Sulitnya komunikasi, transportasi, serta sensor yang ketat
dari pihak Jepang, mengakibatkan berita proklamasi kemerdekaan
Indonesia baru sampai di Medan pada tanggal 27 Agustus 1945.
Berita tersebut dibawa oleh Mr. Teuku M. Hasan yang diangkat
menjadi gubernur di Sumatra. Setelah menerima berita proklamasi,
para pemuda yang dipimpin olehAchmad Taher, bekas perwira
tentara sukarela (giyugun), membentuk barisan pemuda Indonesia
pada tanggal 13 september 1945. Tindakan pertama yang
dilakukan adalah mengambil alih gedung-gedung pemerintah pada
tanggal 4 oktober 1945 dan merebut senjata dari tangan Jepang.
Pasukan Sekutu yang diboncengi oleh serdadu Belanda (NICA)
dipimpin oleh Brigjen T.E.D. Kelly mendarat di Medan pada
tanggal 9 oktober 1945. Untuk menghadapi segala kemungkinan,
para pemuda segera membentuk TKR (Tentara Keamanan Rakyat)
Pada tanggal 13 oktober 1945 terjadi pertempuran pertama
antara pemuda dan pasukan Belanda yang dikenal dengan
pertempuran Medan Area. Pertempuran menjalar ke seluruh
Medan. Pada tanggal 18 oktober 1945 tentara Sekutu di Medan
mengeluarkan maklumat yang melarang rakyat membawa senjata
dan semua senjata harus diserahkan kepada tentara Sekutu. Pada
tanggal 10 Desember 1945 tentara Sekutu melancarkan serangan
besar-besaran dengan pesawat tempur dan kapal perang. Rakyat
Indonesia menghadapinya dengan gigih. Akibatnya, jatuh korban
cukup banyak di kedua belah pihak. Walaupun dengan kekuatan
yang terbatas namun semangat juang bangsa Indonesia tidak
pernah berkurang dalam mempertahankan Kemerdekaan.
d. Pertempuran Bandung Lautan Api
Kota Bandung dibumihanguskan oleh pejuang Indonesia
pada tanggal 23 Maret 1946 setelah pihak Indonesia mengeluarkan
perintah untuk menggosongkan kota. Pada awalnya Sekutu
menuntut agar senjata hasil rampasan dari Jepang diserahkan
kepada Sekutu. Pada tanggal 21 November 1945, tentara Sekutu
mengeluarkan ultimatum pertama agar Kota Bandung bagian utara,
selambat-lambatnya pada tanggal 29 November, dikosongkan oleh
pihak Indonesia. Ultimatum tidak diindahkan oleh pejuang
Indonesia. Sejak saat itu sering terjadi kontak senjata antara
selatan adalah rel kereta api yang melintas di Kota Bandung.
Namun, sebelum meninggalkan Bandung, pejuang Indonesia
melakukan serangan serentak ke arah pos-pos Sekutu dan
membumihanguskan Kota Bandung bagian selatan. Peristiwa ini
disebut “Bandung Lautan Api”. Selain di Bandung, pertempuran
juga terjadi di Sukabumi, Jawa Barat. Walaupun para pejuang
Indonesia mundur dari Kota Bandung namun itu semua dilakukan
untuk kepentingan dan strategi yang lebih besar. Perjuangan
dilanjutkan di tempat lain. Perjuangan tidak boleh berhenti.
Peristiwa “Bandung Lautan Api” oleh seniman Ismail
Amrzuki diabadikan dalam lagu perjuangan yang terkenal dengan
ljudul “Halo-Halo Bandung” dan “Bandung Selatan”.
2. Agresi Militer Belanda terhadap Indonesia
a. Perjanjian Linggarjati
Pimpinan tentara inggri menyadari, sengketa Indonesia
dengan belanda tidak mungkin diselesaikan melalui peperangan.
Inggris berusaha mempertemukan kedua belah pihak di meja
perundingan. Melaluui meja perundingan diharapkan konflik bisa
diatasi.
Pada tanggal 10 november 1946 diadakan perundingan antara
Indonesia dengan Belanda. Perundingan ini dilaksanakandi
perundingan itu delegasi Indonesia dipimpin oleh perdana menteri
Sutan Syahrir. Sementara delegasi Belanda oleh Van Mook.
Pada tanggal 15 November 1946, hasil perundingan
diumumkan dan disetujui oleh kedua belah pihak. Secara resmi,
naskah hasil perundingan ditandatangani oleh pemerintah
Indonesia dan Belanda pada tanggal 25 Maret 1947. Hasil
perjanjian Linggarjati sangat merugikan Indonesia karena wilayah
Indonesia menjadi sempit. Isi perjanjian Linggarjati adalah sebagai
berikut :
1) Belanda hanya mengakui kekuasaan RI atas Jawa, Madura dan
Sumatra.
2) Republik Indonesia dan Belanda akan bersama-sama
membentuk Negara Indonesia Serikat yangterdiri atas ;
- Negara Republik Indonesia,
- Negara Indonesia Timur dan,
- Negara Kalimantan.
3) Negara Indonesia Serikat dan belanda akan merupakan suatu
uni (kesatuan) yang dinamakan uni Indonesia-Belanda dan
diketahui olehratu Belanda.
b. Agresi Militer belanda I
Meskipun sudah ada perjanjian Linggarjati, Belanda tetap
Belanda menyerang wilayah Republik Indonesia. Tindakan ini
melanggar Perjanjian Linggarjati. Belanda berhasil merebut Jawa
Barat, jawa Tengah, dan Jawa Timur. Akibatnya wilayah
kekuasaan RI semakin kecil.
Serangan militer Belanda ini dikenal sebagai Agresi Militer
belanda I. Peristiwa tersebut menimbulkan protes dari
negara-negara tengga dan dunia internasional. Wakil-wakil dari India dan
Australia mengusulkan kepada PBB agar mengadakan sidang
untuk membicarakan msalah penyerangan belanda ke wilayah RI.
c. Penjanjian renvill (17 januari 1948)
PBB membantu menyelesaikan sengketa antara Indonesia
dan Belanda dengan membentuk komisi Tiga Negara yang terdiri
atas:
1) Australia dipilih Indonesia.
2) Belgia dipilih oleh Belanda.
3) Amerika Serikat dipilih oleh Australia dan Belanda.
Komisi Tiga Negara memprakarsai perundingan antara
Indonesia dan Belanda. Perundingan dilakukan di atas kapal renvill
yaitu Angkatan Laut Amerika Serikat. Oleh karena itu, hasil
perundingan ini dinamakan Perjanjian renville. Dalam perundingan
ittu negara Indonesia, belanda, dan masing-masing anggota KTN
1) Delegasi Indonesia dipimpin oleh Mr. Amir Syarifudin.
2) Delegasi belanda dipimpin oleh R. Abdul Kadir Wijoyoatmojo.
3) Delegasi Australia dipimpin oleh Richard C. Kirby.
4) Delegasi Belgia dipimpin oleh Paul Van Zeeland.
5) Delegasi Amerika Serikat dipimpin oleh Frank Porter Graham.
Isi perjanjian Renville adalah sebagai berikut :
1) Belanda hanya mengakui Republik Indonesia atas Jawa
Tengah, Yogyakarta, sebagian kecil Jawa Barat, dan Sumatra.
2) Tentara Republik Indonesia ditarik mundur dari daerah-daerah
yang telah diduduki Belanda.
Hasil perjanjian Renville sangat merugikan Indonesia. Wilayah
kekuasaan Republik Indonesia menjadi semakin sempit.
d. Agresi Militer Belanda II
Belanda terus berusaha menguasai kembali Indonesia. Pada
tanggal 19 Desember 1948, Belanda melancarkan serangan atas
wilayah Republik Indonesia. Penyerangan Belanda ini dikena
sebagai Agresi Militer Belanda II.
Ibu kota Republik Indonesia waktu itu, Yogyakarta diserang
Belanda. Perlu diketahui bahwa sejak 4 Januari 1946, Ibu kota
Republik Indonesia pindah dari Jakarta ke Yogyakarta. Belanda
mengerahkan angkatan udaranya, lapangan udara Maguwo tidak
Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta
ditawan dan diasingkan ke Pulau Bangka. Sebelum tertangkap,
Presiden Soekarno telah mengirimmandat lewat radio kepada
Menteri Kemakmuran, Mr. Syarifudin Prawiranegara yang berada
di Sumatra. Tujuannya ialah untuk membentuk Pemerintahan
darurat Republik Indonesia (PDRI) dengan ibu kota Bukit Tinggi.
Agresi Militer Belanda II menimbulkan reaksi dunia,
terutama negara-negara di Asia. Negara-negara di Asia seperti
India, Myanmar, Afganistan, dan lain-lain segera mengadakan
konferensi New Delhi pada bulan Desember 1949. Mereka
bersimpati kepada perjuangan rakyat Indonesia, dan mendesak
agar;
1) Pemerintah RI segera dikembalikan ke Yogyakarta.
2) Serdadu Belanda segera diatik mundur dari Indonesia.
Belanda tidak memperdulikan desakan itu. Belanda baru bersedia
berunding setelah Dewan keamanan PBB turun tangan.
3. Usaha Diplomasi dan Pengakuan Kedaulatan
Komisi PBB untuk Indonesia atau UNCI (United Nations
Commission For Indonesia) berhasil mempertemukan pihak Indonesia
dan Belanda dalam meja perundingan. Dalam
perundingan-perundingan itu, delegasi dari Indonesia berjuang secara diplomasi
antara lain, perjanjian Roem-Royen dan Konferensi Meja Bundar
(KMB).
a. Perjanjian Roem-Royen
Perjanjian Roem-Royen disetujui di Jakarta pada tanggal 7 Mei
1949. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Mr. Moh. Rum, sedangkan
pihak Belanda dipimpin oleh Dr. Van Royen. Anggota delegasi
lainnya adalah Drs. Moh. Hatta dan Sri Sultan Hamengku Buwono
IX.
Isi perjanjian Roem-royen adalah sebagai berikut :
1) Pemerintah Republik Indonesia dikembalikan ke Yogyakarta.
2) Menghentikan gerakan – gerakan militer dan membebaskan
semua tahanan politik.
3) Belanda menyetujui adanya Republik Indonesia sebagai bagian
dari Negara Indonesia Serikat.
4) Akan diselenggarakan perundingan lagi, yaitu KMB, antara
Belanda dan Indonesia setelah Pemerintah Republik Indonesia
kembali ke Yogyakarta.
b. Konferensi Meja Bundar
Sebagai tindak lanjut Perjanjian Roem-Royen, pada tanggal 23
Agustus sampai dengan 2 November 1949 diadakan konferensi
Meja Bundar (KMB) d Den Haag. Delegasi Indonesia dipimpin
oleh drs. Moh. Hatta, delegasi BFO (Bijeekomst Voor Federal
oleh Sultan Hamid II. Delegasi Belanda dipimpin oleh Mr. Van
Maarseveen. Sedangkan UNCI dipimpin oleh Chritchley.
Hasil-hasil persetujuan yang dicapai dalam KMB adalah
sebagai berikut :
1) Indonesia menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS) dan
Belanda akan menyerahkan kedaulatan kepada RIS pada akhir
bulan Desember 1949.
2) RIS dan Belanda akan tergabung dalam Uni Indonesia Belanda.
3) Irian Barat akan diserahkan setahun setelah pengakuan
kedaulatan oleh Belanda.
Kesepakatan-kesepakatan yang dihasilkan dalam KMB sangat
memuaskan rakyat Indonesia. Akhirnya kedaulatan negara
Indonesia diakui oleh pihak Belanda. Seluruh rakyat Indonesia
menyambut hasil KMB dengan suka cita.
4. Pengakuan kedaulatan
Sesuai hasil KMB, pada tanggal 27 Desember 1949 diadakan
upacara pengakuan kedaulatan dari pemerintah Belanda kepada
pemerintah RIS. Upacara pengakuan kedaulatan dilakukan di dua
tempat yaitu Den Haag dan Yogyakarta secara bersamaan. Dalam
acara penandatanaganan pengakuan kedaulatan di Den Haag, Ran
Yuliana bertindak sebagai wakil Negeri Belanda dan Drs. Moh. Hatta
sebagai wakil Indonesia. Sedangkan dalam upacara pengakuan
Mr. Lovink (wakil tertinggi pemerintah Belanda) dan pihak Indonesia
diwakili Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
Dengan pengakuan kedaulatan itu berakhirlah kekuasaan
Belanda atas Indonesia dan berdirilah Negara Republik Indonesia
Serikat. Sehari setelah pengakuan kedaulatan, ibu kota negara pindah
dari Yogyakarta ke Jakarta. Kemudian dilangsungkan upacara
penurunan bendera Belanda dan dilanjutkan dengan pengibara bendera
Indonesia.
5. Berikut ini beberapa tokoh pejuang dalam mempertahankan
kemerdekaan :
a. Ir. Soekarno
Soekarno adalah proklamator kemerdekaan Indonesia
didampingi Drs. Moh. Hatta beliau membacakan teks proklamasi
kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Beliau adalah
presiden pertama Republik Indonesia.
b. Drs. Mohammad Hatta
Drs. Moh. Hatta juga dikenal sebagai Proklamator
Kemerdekaan Republik Indonesia. Beliau memimpin kabinet
diawal pembentukan negara Indonesia. Jasa Beliau dalam
perjuangan mempertahankan kemerdekaan sangatlah besar. Beliau
dikenal sebagai delegasi Indonesia yang handal. Pada tanggal 23
agustus-2 November 1949, beliau memimpin delegasi Indonesia
Hasil KMB sangat memuaskan Bangsa Indonesia. Belanda
akhirnya mengakui kedaulatan Republik Indonesia. Upacara
pengakuan kedaulatan dilakukan di dua tempat, yaitu di
Yogyakarta dan di Den Haag pada tanggal 27 Desember 1949.
c. Jenderal Sudirman
Peranan Jenderal sudirman salam perjuangan
mempertahankan kemerdekaan Indonesia sangat besar. Sebagai
Panglima TKR, Divisi V Banyumas, Sudirman memimpin
Pertempuran Ambarawa dan berhasil mengusir tentara Inggris.
Pada tanggal 18 Desember 1945, sudirman diangkat menjadi
Panglima Besar TKR dengan pangkat Jenderal. Sudirman tetap
memimpin perang gerilya meskipun beliau dalam keadaan sakit.
d. Bung Tomo
Bung Tomo dilahirkan di Surabaya. Pada zaman pergerakan
beliau bekerja di Surat Kabar Suara Umum dan menjadi redaktur
mingguan “Pembela Rakyat”. Beliau mendirikan dan memimpin
Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia. Beliau mengobarkan
semangat rakyat Surabaya dalam perang melawan pasukan Sekutu
pada tanggal 10 November 1945.
e. Sri Hamengku Buwono IX
Sri Sulta Hamengku Buwono IX berperan besar dalam
perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Sebagai
sultan Hamengku Buwono merupakan tokoh pejuang diplomatik
Indonesia. Beliau menjadi anggota delegasi Indonesia dalam
Perundingan Roem-Royen yang dilakukan di Jakarta pada tanggal
2 Mei 1949.
D. Metode Time Token
1. Pengertian Time Token
Strategi pembelajaran Time Token merupakan salah satu contoh
kecil dari penerapan pembelajaran demokratis di sekolah. Proses
pembelajaran yang demokratis adalah proses belajar yang
menempatkan siswa sebagai subjek. Sepanjang proses belajar, aktivitas
siswa menjadi titik perhatian utama. Dengan kata lain mereka selalu
dilibatkan secara aktif. Guru berperan mengajak siswa mencari solusi
bersama terhadap masalah yang ditemui (Miftahul, 2014:239).
Model ini digunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan
sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama
sekali. Guru memberi kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per
kupon pada tiap siswa. Sebelum berbicara, siswa menyerahkan kupon
terlebih dahulu pada guru. Satu kupon adalah untuk satu kali
kesempatan berbicara. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran
dengan siswa lainnya. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh
berbicara lagi. Sedangkan siswa yang masih memegang kupon harus
berbicara sampai kuponnya habis (Miftahul, 2014:240).
Adapun langkah - langkah dari pembelajaran Time Token ini adalah
sebagai berikut:
1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar.
2) Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi klasikal.
3) Guru memberi pertanyaan kepada siswa.
4) Guru memberikan sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30
detik per kupon tiap siswa.
5) Guru meminta siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu sebelum
berbicara atau memberi komentar. Satu kupon untuk satu
kesempatan berbicara. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran
dengan siswa lainnya. Siswa yang telah habis kuponnya tidak
boleh berbicara lagi. Sedangkan siswa yang masih memegang
kupon harus berbicara sampai kuponnya habis. Demikian
seterusnya (Miftahul, 2014:240)
3. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Time Token
a. Keunggulan
Strategi Time Token memiliki beberapa keunggulan, antara lain:
1) Mendorong siswa untuk meningkatkan inisiatif dan pertisipasi.
2) Menghindari dominasi siswa yang pandai berbicara sama
sekali.
3) Membantu siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran.
4) Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi.
6) Menumbuhkan kebiasaan pada siswa untukk saling
mendengarkan, berbagi, memberikan masukan, dan memiliki
sikap keterbukaan terhadap kritik.
7) Mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
8) Mengajak siswa untuk mencari solusi bersama terhadap
permasalahan yang dihadapi.
9) Tidak memerlukan banyak media pembelajaran.
b. Kelemahan
Pembelajaran Time Token memiliki beberapa kelemahan,
diantaranya:
1) Hanya dapat digunakan untuk mata pelajaran tertentu saja.
2) Tidak bisa digunakan pada kelas yang jumlah siswanya
banyak.
3) Memerlukan waktu untuk persiapan dalam proses
pemeblajaran, karena semua siswa harus berbicara satu persatu
sesuai denganjumlah kupon yang dimiliki.
4) Kecenderungan untuk sedikit menekan siswa yang pasif dan
membiarkan siswa yang aktif untuk tidak berpartisipasi lebih
banyak di kelas (Miftahul, 2014:241).
E. Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM)
1. Pengertian KKM
Kriteria ketuntasan minimum (KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar
2. KKM Individu, Nasional, dan Kelas
a. KKM Individu
Kriteria ketuntasan minimal individu adalah kriteria ketuntasan
minimal yang harus dicapai oleh siswa. KKM individu mata
pelajaran IPS adalah sebesar 60. Sehingga dalam setiap melakukan
penilaian minimal siwa mendapat nilai 60 adalah tuntas, kalau
mendapat nilai dibawah 60 maka siswa tersebut dianggap tidak
tuntas.
b. KKM Nasional
KKM Nasional adalah kriteria ketuntasan minimal belajar yang
sudah ditetapkan secara nasional. Ketuntasan belajar setiap
indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar
berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan masing-masing
indikator adalah 75% (BSNP, 2006:12).
c. KKM Kelas
KKM kelas adalah Kriteria ketuntasan minimal yang harus dicapai
dalam suatu kelas. KKM kelas di MI Ma‟arif Kanigoro adalah 85%
dari jumlah siswa. Jumlahsiswa yang menjadi subjek penelitian
berjumlah 15 siswa, 85% dari 15 siswa adalah 12,75 atau 12 siswa.
Jadi siswa yang harus tuntas dalam suatu pembelajaran harus
3. Fungsi KKM
a. Sebagai acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta
didik sesuai KD mata pelajaran yang diikuti.
b. Sebagai acuan bagi peserta didik dalam menyiapkan diri mengikuti
penilaian mata pelajaran.
c. Dapat digunakan sebagai bagian komponen dalam melakukan
evaluasi program pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah.
d. Merupakan kontrak pedagogik antara pendidik dan peserta didik
dan satuan pendidikan dengan masyarakat.
e. Merupakan target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi
tiap mata pelajaran (Depdiknas, 2009:5).
4. Penentuan KKM
Kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh satuan pendidikan
berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan
pendidikanatau beberapa satuan pendidikan yang memiliki
karakteristik yang hampir sama (Depdiknas, 2008:3).
Hal-hal yang harus diperhatikandalam penentuan kriteria ketuntasan
minimal adalah :
a. Tingkat kompleksitas, yaitu tingkat kesulitan/kerumitasn setiap
indikator, kompetensi dasar, dan standar kompetensi yang harus
dicapai oleh peserta didik.
b. Kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan
1) Saran dan prasarana pendidikan yang sesuai dengan tuntutan
kompetensi yang harus dicapai peserta didik seperti
perpustakaan, laboratorium, dan alat/bahan untuk proses
pembelajaran.
2) Ketersediaan tenaga, managemen sekolah, dan kepedulian
stakeholder sekolah.
c. Tingkat kemampuan (intake) rata-rata peserta didik di sekolah