ABSTRAK
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD KANISIUS GAYAM I
DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL
Diani Tri Ambarwati
Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian dilatarbelakangi oleh rendahnya keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Gayam I Tahun Ajaran 2014/2015. Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mendeskripsikan upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa menggunakan media audio-visual; (2) untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa; (3) untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Kanisius Gayam I berjumlah 38 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan teknik non tes. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik kuantitatif dan teknik kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa telah dilakukan dengan cara menayangkan video mengenai jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia. (2) Penggunaan media audio-visual dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan rata-rata jumlah turus siswa dari 4,2 (kurang aktif) menjadi 6,3 (aktif) pada akhir siklus. (3) Penggunaan media audio-visual dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata kelas dari kondisi awal 60,10 menjadi 72,60 dan peningkatan prosentase pencapaian KKM dari kondisi awal 36,84% menjadi 76,31% pada akhir siklus.
ABSTRACT
IMPROVING ACTIVE PARTICIPANT AND LEARNING
ACHIEVEMENT IN SOCIAL SCIENCES FOR GRADE V STUDENTS OF SD KANISIUS GAYAM I USING AUDIO-VISUAL MEDIA
Diani Tri Ambarwati Sanata Dharma University
2016
The background of this research was the low participation and learning achievement of grade V students of SD Kanisius Gayam I academic year 2014/2015. The purposes of this research are: (1) to describe the efforts in improving students’ active participation and learning achievement using audio -visual media; (2) to increase the students’ active participation in learning; (3) to increase students’ learning achievement.
This was a Classroom Action Research (CAR). The subject of this research was grade V students of SD Kanisius Gayam I that were consisted of 38 students. Data gathering techniques employed were test and non test technique. Data analysis techniques applied were quantitative and qualitative technique.
The result showed that: (1) the efforts in improving students’ active participation and learning achievement were done by presenting a video about business and economics types in Indonesia; (2) The use of audio visual media can increase the students’ active participation. It can be seen from the increase in the average tally number from 4,2 (less active) to 6,3 (active) at the end of the cycle; (3) The use of audio-visual media can increase the students’ learning achievements. It can be seen from the increase in the average score of the class from 60,10% in the initial stage became 72,60% and the increase of the minimum completeness criteria from 36,84% in the initial stage to 76,31% in the end of the cycle.
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD KANISIUS GAYAM I DENGAN
MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Diani Tri Ambarwati
NIM: 091134149
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD KANISIUS GAYAM I DENGAN
MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Diani Tri Ambarwati
NIM: 091134149
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Karya yang sederhana ini dipersembahkan kepada:
Tuhan Yesus Kristus yang berkarya begitu luar biasa dalam hidup peneliti.
Kepada orang tua peneliti yang luar biasa, “Bapak Yohanes Suhendra dan Ibu
Niken Purwaningsih”. Terima kasih untuk segala kasih sayang, support, pengajaran, kesabaran, dan doa yang tiada putus-putusnya bagi peneliti.
Kakak peneliti, “Maria Ika Dewi Natalia” dan “Hayuning Dwi Wulansari”.
Terimakasih untuk segala bimbingan, nasihat, dukungan, dorongan, doa, dan telah
menjadi saudara yang teramat spesial bagi peneliti.
Dosen Pembimbingku “Drs. YB. Adimassana, M.A.”
Terimakasih telah berjerih payah membimbing hingga terselesaikannya skripsi ini.
Teman-teman PGSD FKIP Sanata Dharma angkatan tahun 2009 rekan
seperjuangan yang tidak akan terlupakan.
v MOTTO
“I can do all things through Christ which strengtheneth me”
“Segala perkara dapat kutanggung didalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku”
(Filipi 4:13)
“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu
akan ditambahkan kepadamu”
(Matius 6:33) “For nothing is impossible with God”
“Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil”
(Lukas 1:37) “Duc in altum ...”
“Bertolaklah ke tempat yang dalam ... ”
(Lukas 5:4) “Life without limits”
“Hidup tanpa batas”
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 9 September 2016
Peneliti
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma:
Nama : Diani Tri Ambarwati
Nomor Mahasiswa : 091134149
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan karya ilmiah saya yang
berjudul : PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPS
SISWA KELAS V SD KANISIUS GAYAM I DENGAN M ENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikan di internet atau media lain
untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun
memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
peneliti.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 9 September 2016
Yang menyatakan,
viii ABSTRAK
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD KANISIUS GAYAM I
DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL
Diani Tri Ambarwati
Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian dilatarbelakangi oleh rendahnya keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Gayam I Tahun Ajaran 2014/2015. Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mendeskripsikan upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa menggunakan media audio-visual; (2) untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa; (3) untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Kanisius Gayam I berjumlah 38 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan teknik non tes. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik kuantitatif dan teknik kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa telah dilakukan dengan cara menayangkan video mengenai jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia. (2) Penggunaan media audio-visual dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan rata-rata jumlah turus siswa dari 4,2 (kurang aktif) menjadi 6,3 (aktif) pada akhir siklus. (3) Penggunaan media audio-visual dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata kelas dari kondisi awal 60,10 menjadi 72,60 dan peningkatan prosentase pencapaian KKM dari kondisi awal 36,84% menjadi 76,31% pada akhir siklus.
ix ABSTRACT
IMPROVING ACTIVE PARTICIPANT AND LEARNING
ACHIEVEMENT IN SOCIAL SCIENCES FOR GRADE V STUDENTS OF SD KANISIUS GAYAM I USING AUDIO-VISUAL MEDIA
Diani Tri Ambarwati Sanata Dharma University
2016
The background of this research was the low participation and learning achievement of grade V students of SD Kanisius Gayam I academic year 2014/2015. The purposes of this research are: (1) to describe the efforts in improving students’ active participation and learning achievement using audio -visual media;(2) to increase the students’ active participation in learning; (3) to increase students’ learning achievement.
This was a Classroom Action Research (CAR). The subject of this research was grade V students of SD Kanisius Gayam I that were consisted of 38 students. Data gathering techniques employed were test and non test technique. Data analysis techniques applied were quantitative and qualitative technique.
The result showed that: (1) the efforts in improving students’ active participation and learning achievement were done by presenting a video about business and economics types in Indonesia; (2) The use of audio visual media can increase the students’ active participation. It can be seen from the increase in the average tally number from 4,2 (less active) to 6,3 (active) at the end of the cycle; (3) The use of audio-visual media can increase the students’ learning achievements. It can be seen from the increase in the average score of the class from 60,10% in the initial stage became 72,60% and the increase of the minimum completeness criteria from 36,84% in the initial stage to 76,31% in the end of the cycle.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus karena peneliti dapat
menyelesaikan penelitian ini yang berjudul “PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD KANISIUS GAYAM I DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL”. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma.
Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan karena kebaikan, dukungan, dan
keterlibatan dari berbagai pihak. Peneliti menyampaikan rasa terimakasih yang tak
terhingga kepada semua pihak yang membantu secara langsung ataupun tidak
langsung. Pada kesempatan ini peneliti dengan tulus hati ingin menyampaikan rasa
terimakasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Christiyanti Aprinastuti S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S, M. Pd. selaku Wakil Ketua Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
4. Drs, YB. Adimassana M.A. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan saran, kritik, dorongan, semangat, motivasi, tenaga, dan
pikiran untuk membimbing dan mengarahkan peneliti dalam menyelesaikan
xi
5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah
mendidik, membagi ilmu pengetahuan dan pengalaman yang sangat
bermanfaat sekali bagi peneliti.
6. Bapak/Ibu karyawan yang bertugas di Kesekretariatan PGSD yang telah
berperan untuk mendukung demi terselesaikannya skripsi ini.
7. Elisabeth Listriyani, SPd. selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Gayam I
yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.
8. Guru kelas dan jajaran guru SD Kanisius Gayam I yang telah telah
memberikan masukan, bantuan, semangat dan dukungan sehingga
penelitian dapat berjalan dengan lancar.
9. Siswa-siswi SD Kanisius Gayam I khususnya kelas V. Terimakasih atas
patisipasi dan kerjasama yang baik dan saling mendukung selama penelitian
berlangsung.
10.Ayah dan Ibu peneliti tercinta Yohanes Suhendra dan Niken Purwaningsih
atas doa, kasih sayang, perhatian, pengorbanan, dukungan material maupun
finansial, dan kesabaran yang telah diberikan selama ini. Semoga dengan
selesainya skripsi ini menjadi hadiah kecil pertama yang membanggakan
yang bisa penulis berikan.
11.Kakak-kakak peneliti tersayang Maria Ika Dewi Natalia dan Hayuning Dwi
Wulansari, terimakasih atas doa, semangat, dan dukungan material maupun
xii
12.Sahabat-sahabat kepompong yang sangat peneliti sayangi. Terimakasih atas
doa, semangat, dan bantuan, sehingga terselesaikannya skripsi ini.
13.Yose Tambunan yang telah mendorong dan menyemangati peneliti untuk
menyelesaikan skripsi ini.
14.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
mendukung peneliti, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Peneliti menyadari skripsi ini masih memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna.
Oleh karena itu demi kesempurnaan skripsi ini, peneliti sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun demi kebaikan di masa mendatang. Akhir kata, semoga
skripsi ini dapat berdaya guna dan memberikan manfaat bagi setiap pembaca.
xiii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii
HALAMAN PENGESAHAN ...iii
HALAMAN PERSEMBAHAN...iv
HALAMAN MOTTO ...v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...vii
ABSTRAK ...viii
ABSTRACT ...ix
KATA PENGANTAR ...x
DAFTAR ISI ...xiii
DAFTAR TABEL ...xvii
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN...xix
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ...1
1.2 Batasan Masalah ...11
1.3 Rumusan Masalah ...11
1.4 Tujuan Penelitian ...12
xiv
1.6 Batasan Pengertian ...13
BAB II. LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka ...14
2.1.1 Teori-Teori yang Mendukung ...14
2.1.1.1Media Pembelajaran ...14
2.1.1.1.1 Pengertian Media Pembelajaran ...14
2.1.1.1.2 Pemilihan Media Pembelajaran ...15
2.1.1.1.3 Media Audio Visual ...19
2.1.1.2Keaktifan Belajar ...20
2.1.1.2.1 Pengertian Keaktifan Belajar ...20
2.1.1.2.2 Macam-macam Keaktifan Belajar ...21
2.1.1.2.3 Indikator Keaktifan Belajar ...21
2.1.1.3Prestasi Belajar ...24
2.1.1.3.1 Pengertian Belajar ...24
2.1.1.3.2 Pengertian Prestasi Belajar ...25
2.1.1.3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ...25
2.1.1.4Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ...27
2.1.1.5Penelitian yang Relevan ...28
2.2 Kerangka Berpikir ...34
2.3 Hipotesis Tindakan ...35
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ...37
3.2 Setting Penelitian ...40
3.2.1 Tempat Penelitian ...40
xv
3.4.2 Pelaksanaan Tindakan ...43
3.4.3 Observasi ...43
3.6 Instrumen Penelitian ...46
3.6.1 Tes ...48
3.6.2 Non Tes ...50
3.6.2.1Lembar Observasi Keaktifan ...50
3.6.2.2Rubrik Penilaian Kognitif Produk ...51
3.6.2.3Rubrik Penilaian Afektif ...52
3.6.2.4Rubrik Penilaian Psikomotor ...53
3.7 Teknik Pengujian Instrumen ...53
3.7.1 Validitas ...53
3.7.2 Reliabilitas ...56
3.7.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ...58
3.7.3.1Hasil Uji Validitas Isi ...58
3.9 Indikator Keberhasilan ...74
xvi
4.1.1 Proses PTK ...77
4.1.1.1Perencanaan ...78
4.1.1.2Pelaksanaan ...79
4.1.1.3Pengamatan ...81
4.1.1.4Refleksi ...84
4.1.2 Hasil Proses PTK ...84
4.1.2.1Keaktifan ...84
4.1.2.2Prestasi Belajar ...91
4.2 Pembahasan ...95
4.2.1 Keaktifan Siswa ...95
4.2.2 Prestasi Belajar ...98
BAB V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan ...106
5.2 Keterbatasan ...107
5.3 Saran ...108
DAFTAR REFERENSI ...111
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel III.1 Variabel dan Instrumen Penelitian ...46
Tabel III.2 Kisi-Kisi Soal Evaluasi ...48
Tabel III.3 Koefisien Korelasi Reliabilitas ...57
Tabel III.4 Hasil Validitas Silabus ...60
Tabel III.5 Hasil Validasi RPP ...61
Tabel III.6 Hasil Perhitungan Validitas Empiris Dengan Menggunakan SPSS16 ...66
Tabel III.7 Indikator dan Nomor Soal Tes Sebelum dan Sesudah Validitas ...68
Tabel III.8 Kriteria Reliabilitas ...70
Tabel III.9 Uji Reliabilitas ...71
Tabel III.10 Indikator Keberhasilan Keaktifan dan Prestasi Belajar ...75
Tabel IV.1 Hasil Observasi Keaktifan Pertemuan Pertama ...85
Tabel IV.2 Hasil Observasi Keaktifan Pertemuan Kedua ...87
Tabel IV.3 Hasil Observasi Keaktifan Pertemuan Ketiga ...88
Tabel IV.4 Hasil Observasi Keaktifan Dalam Tiga Kali Pertemuan ...87
Tabel IV.5 Hasil Prestasi Belajar Siswa ...92
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar II.1 Kerucut Pengalaman Dale ...16
Gambar II.2 Diagram Antar Hubungan Penelitian yang Relevan...32
Gambar III.1 Siklus PTK Menurut Kemmis & MC Taggart ...38
Gambar IV.1 Grafik Hasil Peningkatan Keaktifan ...91
Gambar IV.2 Grafik Hasil Peningkatan Siswa Yang Lulus KKM ...94
Gambar IV.3 Grafik Peningkatan Nilai Rata-Rata Siswa ...95
Gambar IV.4 Hasil Merangkum Siswa ...97
Gambar IV.5 Hasil Merangkum Siswa ...99
Gambar IV.6 Hasil Merangkum Siswa ...100
Gambar IV.7 Hasil Menyusun Ranking Berlian ...101
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat Penelitian ...113
Lampiran 2. Data Awal ...115
Lampiran 3. Perangkat Pembelajaran ...119
Lampiran 4. Instrumen Validasi Desain Pembelajaran ...171
Lampiran 5. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ...173
Lampiran 6. Data Validitas Soal...179
Lampiran 7. Data Reliabilitas ...187
Lampiran 8. Hasil Pengamatan Keaktifan ...188
Lampiran 9. Hasil Prestasi Belajar Siswa ...198
Lampiran 10. Hasil Kognitif & Kognitif Produk Siswa ...220
Lampiran 11. Foto-Foto Penelitian...233
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab I ini dijelaskan tentang latar belakang masalah, batasan masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Akhir dalam bab ini
terdapat pula penjelasan tentang batasan pengertian untuk menghindari kesalahan
penafsiran dalam penelitian.
1.1 Latar Belakang Masalah
Kegiatan belajar adalah latihan-latihan yang dilakukan sendiri oleh tiap
orang dengan tujuan ia memperoleh kemampuan baru (pengetahuan, pemahaman,
pemecahan masalah, ketrampilan, sikap, pola, tingkah laku), menurut Tanlain,
2010:5 dalam Strategi Belajar dan Mengajar. Dalam program pendidikan sekolah
kegiatan belajar berlangsung dalam situasi yang diatur oleh guru, yaitu mengenai
waktu, tempat, bahan ajar, metode kerja, dan penilaian hasil. Di sini guru bertindak
sebagai fasilitator sedangkan siswa sendirilah yang aktif membangun
pengetahuannya sehingga potensi diri yang mereka miliki menjadi berkembang dan
pengetahuan yang mereka peroleh menjadi bermakna. Dalam hal ini, guru memiliki
peranan penting untuk mengendalikan jalannya proses pembelajaran. Seperti yang
dijelaskan oleh Mulyasa (2007:95), yaitu bahwa “menjadi guru yang kreatif,
profesional dan menyenangkan dituntut untuk memiliki kemampuan
mengembangkan pendekatan dan memilih metode pembelajaran yang efektif. Hal
ini penting terutama untuk menciptakan pembelajaran yang kondusif dan
Pembelajaran dapat dikatakan kondusif jika suasana dan iklim belajar yang
tercipta adalah bahwa siswa benar-benar berperan aktif dalam belajar. Menurut Uno
(2011:77) “strategi pembelajaran yang aktif dalam proses pembelajaran adalah
siswa diharapkan aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran untuk berpikir,
berinteraksi, berbuat untuk mencoba, menemukan konsep baru atau menghasilkan
suatu karya. Sebaliknya, anak tidak diharapkan pasif menerima layaknya gelas
kosong yang menunggu diisi.” Dari hal ini dapat diartikan bahwa siswa bukanlah
gelas kosong yang pasif yang hanya menerima kucuran ceramah sang guru tentang
pengetahuan atau informasi, tetapi harus diterapkan komunikasi interpersonal dan
keterlibatan kelompok dengan siswa lain. Didukung oleh pendapat Huda (2012:4)
bahwa: “dengan berinteraksi satu sama lain, siswa akan menerima feedback atas
semua aktivitas yang mereka lakukan, mereka akan belajar bagaimana berperilaku
dengan baik, dan mereka akan memahami apa yang harus dilakukan dalam kerja
kelompok.”
Dalam strategi pembelajaran PAILKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif,
Lingkungan, Kreatif, Efektif dan Menarik), konsep pembelajaran aktif bukanlah
tujuan dari pembelajaran, tetapi merupakan salah satu strategi yang digunakan
untuk mengoptimalkan proses pembelajaran. Aktif dalam strategi ini adalah
memosisikan guru sebagai orang yang menciptakan suasana belajar yang kondusif
atau sebagai fasilitator dalam belajar, sementara siswa sebagai peserta belajar yang
harus aktif (Uno & Mohamad 2012:10). Dari teori tersebut terlihat bahwa situasi
dan iklim belajar yang kondusif nampak jika guru mampu mengkondisikan suasana
proses pembelajaran. Pemahaman guru terhadap situasi dan kondisi siswa serta
lingkungan belajar diperlukan untuk menerapkan strategi pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan siswa.
Namun, suasana dan iklim belajar yang kondusif dalam kegiatan
pembelajaran belum nampak pada proses pembelajaran mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) di SD Kanisius Gayam I. Berdasarkan hasil observasi
yang dilakukan sebanyak dua kali, peneliti mengamati proses pembelajaran di kelas
pada mata pelajaran IPS dan diperoleh sejumlah data tentang permasalahan yang
timbul selama pembelajaran. Observasi yang pertama dilakukan pada tanggal 2
Oktober 2015. Saat pengamatan tersebut kegiatan pembelajaran yang terjadi di
kelas terlihat bahwa guru menjelaskan materi ajar dengan menggunakan strategi
pembelajaran secara tradisional. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut guru dan
siswa melakukan kegiatan tanya jawab, lalu siswa mencatat informasi yang ditulis
guru di papan tulis dan mendengarkan penjelasan guru. Guru dan siswa terlihat
menggunakan buku paket anjuran yayasan kanisius sebagai sumber belajar di kelas.
Selama observasi peneliti tidak menjumpai adanya penggunaan model
pembelajaran inovatif serta media pendukung pembelajaran seperti gambar, video,
ataupun alat peraga lainnya saat proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas belajar
mengajar tersebut terlihat jelas bahwa guru memberikan pengetahuan secara
terus-menerus pada jam pertemuan tersebut kepada siswa tanpa adanya interaksi aktif
antara guru dan siswa.
Jumlah siswa kelas V SD Kanisius Gayam I seluruhnya adalah 38 siswa,
terlihat 10 siswa dari 38 siswa sering melakukan tanya jawab kepada guru dan
lainnnya hanya diam dan tidak ada yang berusaha bertanya kepada guru/teman.
Hanya ada 9 orang siswa dari 38 siswa yang sering mengemukakan pendapat untuk
mengoreksi jawaban guru yang salah pada papan tulis ketika kegiatan mencatat
hasil diskusi. Saat guru memberi tugas untuk membaca dalam hati terdapat 18 dari
38 siswa yang melaksankan tugas tersebut, sedangkan sisanya sibuk dengan
aktivitas yang lain seperti menggambar, bercerita dengan teman lain, bermain karet,
dan menjaili teman dengan menggelitiki secara sembunyi. Ketika tanya jawab
berlangsung, guru memberikan sebuah pertanyaan mengenai materi kenampakan
alam dan buatan pada seorang siswa namun siswa tersebut diam kurang lebih
selama 15 detik, lalu guru menyuruh siswa tersebut untuk mencari jawabannya
pada buku dengan halaman sekian kemudian siswa membacakan tanpa guru
memberi umpan balik sesudahnya. Guru tidak mencoba memancing siswa untuk
mencari jawabannya secara mandiri. Hal ataupun masalah yang seharusnya dapat
diselesaikan secara mandiri oleh anak tersebut atau bahkan dapat menjadi
pembahasan asyik dalam kelas akan tetapi menjadi berlalu begitu saja. Hal-hal
serupa terjadi berulang kali, guru memberi pertanyaan kepada siswa dan setelah dua
hingga empat siswa menjawab guru menyahut dengan melontarkan jawabannya
sendiri tanpa menanggapi jawaban siswa lain. Pada bagian ini terlihat bahwa guru
seringkali melontarkan pertanyaan sekaligus dijawab sendiri serta perhatian guru
terlihat kurang menyeluruh.
“Jika siswa pasif saja, dalam arti kata hanya mendengarkan tanpa ada gairah
komunikasi itu bersifat tatap muka, tetap saja berlangsung komunikasi satu arah”
(Munadi 2010:10). Dari pendapat ahli tersebut terlihat bahwa kualitas kemampuan
guru menciptakan komunikasi dua arah dengan siswa kelas V di SD Kanisius
Gayam I kurang nampak, padahal terdapat siswa yang terlihat aktif menanggapi
pernyataan guru dalam pembelajaran. Selanjutnya, siswa yang terlihat pasif pada
proses pembelajaran justru terlihat bersemangat ketika mereka bermain dengan
mainannya sendiri ataupun mengobrol dengan teman sebangkunya ketika ditinggal
oleh guru. Selain itu, dalam observasi pertama terlihat bahwa perhatian guru kurang
merata ke seluruh siswa karena guru terpaku di depan kelas saat proses
pembelajaran dan terlihat pula guru bertanya kepada siswa namun tidak mendapat
umpan balik (feed back) dari siswa tersebut.
Peneliti melakukan observasi lanjutan pada tanggal 3 Oktober 2015. Seperti
yang terjadi pada observasi pertama, guru menjelaskan materi secara lisan selama
proses pembelajaran, guru terpaku menjelaskan di depan kelas kemudian
menuliskan materi pelajaran di papan tulis dan perhatian guru cenderung tidak
merata kepada seluruh siswa dalam kelas. Selain itu, sebanyak 13 siswa dari 38
siswa sering melakukan tanya jawab kepada guru dan atau siswa lain, sedangkan
sisanya terlihat diam dan ada pula yang mengobrol dengan teman sebangkunya.
Tidak ada kegiatan berdiskusi dalam pembelajaran kali ini, siswa melakukan tanya
jawab dengan guru lalu mencatat kemudian dilanjutkan dengan pemberian
pekerjaan rumah. Pada pembelajaran ini terlihat bahwa keterlibatan siswa terhadap
aktivitas pembelajaran sangat kurang serta minimnya interaksi antara siswa dengan
Hasil kedua observasi tersebut menunjukkan bahwa rata-rata jumlah siswa
yang aktif dalam kegiatan tanya jawab kepada guru dan atau teman sebanyak 3,71.
Sedangkan siswa yang mengemukakan pendapat dalam berdiskusi sebanyak 3,47,
dan jumlah siswa yang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru sebanyak 5,58.
Data yang diperoleh dari kedua observasi menunjukkan beberapa kesamaan
diantaranya adalah dalam hal interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan
siswa yang cenderung mengacu pada strategi pembelajaran tradisional dan tidak
terlihat adanya model pembelajaran yang inovatif, menyenangkan maupun menarik
pada kegiatan belajar mengajar sehingga siswa terlihat pasif dan suasana kelas
terlihat sangat sunyi.
Penelitian berlanjut dengan pengumpulan informasi dari kegiatan
wawancara (interview) dengan guru atau wali kelas V pada tanggal 3 Oktober
2015“Apakah ibu memanfaatkan media atau alat peraga pada kegiatan belajar
mengajar?”, kemudian guru menjawab, “Wah, jarang mbak. Saya tidak punya banyak waktu untuk membuat alat peraga atau media. Saya terlalu sibuk mengurusi administrasi sekolah yang sangat banyak dan sangat melelahkan. Belum lagi sekarang saya diminta yayasan untuk membuat buku, saya stress mbak. Ya sudah, sekarang seperti biasa saya menjelaskan materi dan anak-anak mencatat dan terkadang anak diajak untuk berdiskusi dalam kelompok”. Berdasarkan informasi
dari guru tersebut memperkuat adanya masalah dalam pembelajaran IPS pada siswa
kelas V. Kurangnya menggunakan media pembelajaran inovatif menyebabkan
siswa kelas V mengalami kesulitan dalam memahami materi IPS. Informasi yang
media sehingga hal yang dilakukan guru adalah penyampaian materi secara
tradisional (teacher centered). Beberapa masalah yang nampak ini memberi
pengaruh pada kualitas pembelajaran yang relatif belum efektif sehingga ditakutkan
akan menurunkan tingkat keaktifan belajar siswa.
Data selanjutnya yang diperoleh peneliti adalah hasil dokumentasi tentang
nilai-nilai ulangan harian IPS kelas V SD Kanisius Gayam I menunjukkan prestasi
belajar siswa yang rendah. Hal ini dapat diketahui berdasarkan nilai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran IPS kelas V adalah 67,
sedangkan data menunjukkan 16 (42,10%) dari 38 siswa lulus KKM pada ulangan
harian 1 semester 1 tahun ajaran 2014/2015. Data selanjutnya yang diperoleh
peneliti adalah 12 dari 38 siswa (31,58%) lulus KKM pada Ujian Tengah Semester
(UTS) tahun ajaran 2014/2015. Beberapa dokumentasi pada mata pelajaran IPS
tersebut menunjukkan rata-rata tingkat pemahaman siswa yang dapat dikatakan
rendah karena persentase siswa yang lulus KKM adalah 36,84%.
Berdasarkan data-data di atas terlihat bahwa proses pembelajaran IPS pada
siswa kelas V SD Kanisius Gayam I masih bersifat teacher centered serta
pengetahuan dan pemahaman guru tentang pembelajaran inovatif masih terbatas.
Hal ini menyebabkan guru cenderung melakukan ceramah selama proses
pembelajaran, tidak ada penggunaan media pembelajaran yang inovatif,
pembelajaran yang dilakukan pasif antara guru dengan siswa maupun siswa dengan
siswa dan terkesan monoton, guru tidak memberdayakan keterlibatan siswa secara
maksimal, guru tidak mampu mengembangkan pemahaman siswa terhadap materi
menarik daripada gurunya, dan tingkat ketercapaian hasil belajar siswa yang
rendah.
Sejumlah materi pembelajaran akan terasa abstrak jika diberikan begitu saja
kepada siswa tanpa adanya perantara atau alat penyampai materi tersebut. Menurut
Munadi (2010:7-8), “ media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu
yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana
sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat
melakukan proses belajar secara efektif dan efisien”. Jika ditinjau dari konsep
pendidikan tersebut, maka penggunaan media pembelajaran akan efektif dan efisien
selama mampu memberikan dampak positif bagi perkembangan kognitif, afektif
maupun psikomotorik siswa. Beberapa permasalahan dalam pembelajaran IPS yang
terdapat pada siswa kelas V SD Kanisius Gayam I menunjukkan bahwa dibutuhkan
kemampuan menciptakan media pembelajaran yang menarik untuk menumbuhkan
suasana pembelajaran yang kondusif sehingga terjadi interaksi yang baik antara
guru, siswa dan materi ajar. Jika guru mampu menggunakan media-media
pembelajaran yang inovatif ke dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) IPS, maka
siswa dapat memperoleh pengalaman belajar yang menyenangkan dan berperan
aktif dalam pembelajaran. Keaktifan siswa akan meningkat diikuti dengan
peningkatan pemahaman terhadap materi ajar sehingga diharapkan prestasi belajar
mereka juga meningkat.
Jika melihat kembali konsep pembelajaran efektif pada strategi pembelajaran
PAILKEM, maka media pembelajaran merupakan sarana yang efektif untuk
penggunaan media pembelajaran untuk mata pelajaran IPS pada kelas V SD
Kanisius Gayam I berdasarkan masalah yang terjadi dalam pembelajaran
diantaranya adalah media audio dan visual. Berdasarkan objek kajian (materi ajar)
IPS yang mengangkat mengenal jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di
Indonesia, peneliti memilih menggunakan media audio-visual untuk mengatasi
permasalahan belajar IPS. Berkaitan dengan objek kajian dan tujuan pembelajaran
IPS, Arsyad (2007:2) menjelaskan bahwa “media sebagai alat komunikasi guna
lebih mengefektifkan proses belajar mengajar”. Lebih lanjut Sudjana & Rivai
(dalam Arsyad, 2007:24) menjelaskan “manfaat penerapan media pada
pembelajaran yaitu bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat
lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan
pembelajaran”. Diteguhkan oleh Usman (2003 : 20-31) bahwa “dalam menciptakan
kondisi belajar mengajar yang efektif sedikitnya ada lima jenis variabel yang
menentukan keberhasilan siswa yakni : (1) melibatkan siswa secara aktif; (2)
menarik minat dan perhatian siswa; (3) membangkitkan motivasi siswa; (4) prinsip
individualisme; (5) alat peraga atau media dalam pembelajaran”. Selain memenuhi
lima variabel diatas, guru juga diharapkan mampu menerapkan strategi
pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan proses pembelajaran IPS. Usman
(2003:47) juga berpendapat bahwa “manfaat media diantaranya adalah menarik
minat peserta didik, membuat pelajaran lebih menetap dan tidak mudah dilupakan,
dan memberi pelajaran yang nyata. Penggunaan media pembelajaran diharapkan
mempunyai pengaruh yang baik untuk meningkatkan proses kegiatan
disampaikan dapat diperjelas. Keabstrakan bahan pelajaran dapat dikonkretkan,
dan apa yang belum jelas tentang materi yang disampaikan oleh pendidik dapat
diperjelas oleh media”.
Pemilihan media audio-visual oleh peneliti diperkuat oleh pendapat Ahmad
(2000:12) mengenai “keunggulan media audio-visual adalah (a) memberikan dasar
pengalaman konkret bagi pemikiran dengan pengertian-pengertian abstrak; (b)
mempertinggi perhatian anak; (c) memberikan realitas sehingga mendorong adanya
self activity; (d) memberikan hasil yang permanen; (e) memperbanyak perbendaharaan bahasa anak yang benar-benar dipahami”. Selain dilihat dari
manfaat media audio-visual, peneliti menggunakan media audio-visual juga
dikarenakan guru belum menggunakan media audio-visual dalam pembelajaran.
Dari beberapa penelitian yang dilakukan oleh penelitian Rinata (2011) dan Risana
(2010) membuktikan bahwa penggunaan media audio-visual dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa pada pembelajaran. Penelitian oleh Anisa (2010)
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar pada Mata Pelajaran IPS.
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Figaritis (2011) membuktikan bahwa
terjadi peningkatan prestasi belajar dengan menggunakan media visual. Keempat
penelitian tersebut dapat dijadikan landasan yang relatif kuat bagi peneliti untuk
melakukan penelitian dengan menggunakan media audio-visual dalam mengupayakan peningkatan keaktifan dan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS
kelas V SD Kanisius Gayam I.
Berdasarkan semua data yang telah didapatkan oleh peneliti maka peneliti
Kanisius Gayam I dalam mata pelajaran IPS untuk meningkatkan prestasi belajar
dan keaktifan siswa. Dengan demikian, peneliti memperoleh judul penelitian
“Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas V SD Kanisius
Gayam I dengan Menggunakan Media Audio-Visual”. 1.2 Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada mata pelajaran IPS kelas V semester I dengan
kompetensi dasar mengenal jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia
dalam penggunaan media audio-visual untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi
belajar siswa.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas, maka peneliti
merumuskan masalah yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1.3.1 Bagaimana upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas
V SD Kanisius Gayam I pada mata pelajaran IPS menggunakan media
audio-visual?
1.3.2 Apakah penggunaan media audio-visual dapat meningkatkan keaktifan
belajar siswa kelas V SD Kanisius Gayam I pada mata pelajaran IPS?
1.3.3 Apakah penggunaan media audio-visual dapat meningkatkan prestasi
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan peneliti melakukan penelitian ini sebagai berikut:
1.4.1 Untuk mendeskripsikan upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar
siswa kelas V SD Kanisius Gayam I pada mata pelajaran IPS menggunakan
media audio-visual.
1.4.2 Untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas V SD Kanisius Gayam I
pada mata pelajaran IPS menggunakan media audio-visual.
1.4.3 Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Gayam I
pada mata pelajaran IPS menggunakan media audio-visual.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang peneliti harapkan bagi beberapa pihak dari melakukan
penelitian ini sebagai berikut:
1.5.1 Bagi peneliti, merupakan pengalaman berharga dalam menggunakan media
audio-visual dalam pembelajaran IPS, sehingga diharapkan dapat menerapkannya untuk materi pokok lain yang sesuai.
1.5.2 Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru
pembelajaran inovatif dengan menggunakan media audio-visual untuk
materi pokok yang lain, mata pelajaran yang lain dan jenjang pendidikan
yang lain.
1.5.3 Bagi siswa, proses penelitian ini diharapkan dapat menciptakan pengalaman
belajar yang bermakna setelah melakukan pembelajaran menggunakan
media audio-visual sehingga meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar
1.5.4 Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi
tentang perubahan positif pembelajaran dengan menggunakan media
audio-visual di Sekolah Dasar, sehingga mampu meningkatkan mutu para pendidik, peserta didik, serta sekolah.
1.6 Batasan Pengertian
Agar tidak menimbulkan kesalah pahaman dalam mengartikan istilah yang
keliru, maka peneliti memberikan batasan-batasan pengertian mengenai hal
penting dalam penelitian seperti di bawah ini:
1.6.1 Media audio visual
Media audio-visual adalah media yang digunakan untuk menyampaikan
pesan ataupun materi ajar yang berupa gambar dan suara yang dipadukan
menjadi satu.
1.6.2 Keaktifan belajar
Keaktifan belajar adalah segala sesuatu yang dilakukan siswa baik secara
fisik maupun non fisik untuk diri sendiri dan harus muncul dari dalam diri
sendiri untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal.
1.6.3 Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan atau kemampuan belajar yang
meliputi aspek kognitif (berpikir), afektif (merasa) dan psikomotorik (berbuat)
yang ditunjukkan dengan nilai atau tes atau angka nilai sesuai dengan bobot
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam bab II pada skripsi ini berisi tentang penjelasan kajian pustaka.
Berikut ini penjelasan tiap sub bab dalam bab II.
2.1 Kajian Pustaka
Kajian pustaka yaitu meliputi teori-teori yang mendukung dan penelitian
yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan yang mendasari
pelaksanaan penelitian.
2.1.1 Teori-Teori Yang Mendukung
Dalam skripsi ini peneliti menuliskan teori-teori yang mendukung
berdasarkan penelitian. Yaitu mengenai media pembelajaran, keaktifan, dan
prestasi belajar.
2.1.1.1 Media Pembelajaran
2.1.1.1.1 Pengertian Media Pembelajaran
Anitah (2009:5) mengungkapkan bahwa “segala sesuatu yang
membawakan pesan untuk suatu tujuan pembelajaran dapat dikatakan sebagai
media pembelajaran”. Didukung oleh Danim (1995:7) bahwa media pembelajaran
adalah alat perantara untuk menyalurkan pesan ataupun materi pembelajaran yang
digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran. Lalu Gagne (dalam Dimyati &
Mudjiono, 2006:14) mengemukakan bahwa media adalah “berbagai jenis
komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar”.
informasi yang membawa pesan-pesan atau mengandung maksud-maksud
pengajaran, maka media tersebut disebut media pembelajaran”. Jadi, dari para ahli
tersebut peneliti merangkum pengertian media pembelajaran menjadi segala
sesuatu yang mampu menyampaikan isi pesan berupa materi ajar dari pengirim
pesan kepada penerima pesan untuk suatu tujuan pembelajaran.
2.1.1.1.2 Pemilihan Media Pembelajaran
Menurut Yamin (2009:186) penggunaan dan pemilihan media harus
mempertimbangkan empat hal, meliputi 1) tujuan/indikator yang hendak dicapai;
2) kesesuaian media dengan materi yang dibahas; 3) tersedia sarana dan prasarana
penunjang, dan 4) karakteristik siswa. Lebih lanjut, menurut Kustandi (2011:86)
pemilihan media pembelajaran harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yang
mengacu pada tiga ranah kognitif, tepat untuk mendukung isi pembelajaran yang
sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi, praktis dan luwes dalam berbagai
kondisi, serta guru harus terampil dalam menggunakannya agar siswa tidak
kebingungan dalam menerima materi pembelajaran yang disajikan menggunakan
media.
Pada beberapa penelitian yang sudah dilakukan oleh banyak peneliti, para
peneliti menggunakan kerucut pengalaman Dale sebagai landasan teoriya. “Dale
mengklasifikasikan pengalaman dalam usaha memanfaatkan media dalam proses
pembelajaran dari yang paling konkret ke yang paling abstrak. Tingkat pengalaman
dalam kerucut tersebut berdasarkan seberapa banyak indera yang terlibat di
dalamnya” (Munadi, 2010:18). Lalu Arsyad (2007:9-11) mengatakan bahwa
sangat menonjol perbedaannya. Dale memperkirakan bahwa pemerolehan hasil
belajar melalui indera pandang berkisar 75%, melalui indera dengar sekitar 13%
dan melalui indera lainnya sekitar 12%”. Kerucut Pengalaman Dale dapat dilihat
pada gambar II.1.
Gambar II.1 Kerucut Pengalaman Dale
Pastore (dalam Munadi, 2010:19) menjelaskan lebih rinci kerucut
pengalaman Dale berkaitan dengan gambar II.1 di atas bahwa pengalaman belajar
siswa semakin ke atas semakin abstrak. Sekitar 90% diperoleh dari pengalaman
langsung dan benda tiruan/pengamatan, 70% diperoleh dari dramatisasi dan
karyawisata, 50% diperoleh dari televisi dan gambar hidup pameran, 30% gambar
diam, rekaman radio dan lambang visual dan 30% diperoleh dari lambang kata.
Berkaitan dengan pendapat tersebut, Rohani (2004:163) merangkumkan bahwa
siswa dapat belajar dengan: 1) mengalami secara langsung, dengan melakukannya
karyawisata), 2) mengamati orang lain melakukannya (pada tahap pengalaman
televisi sampai pengalaman gambar diam dan rekaman radio), dan 3) membaca
(pada tahap pengalaman lambang visual dan lambang kata). Lebih lanjut, Rohani
(2004:163) menjelaskan bahwa:
“pengalaman yang konkret perlu untuk setiap tingkat di atasnya. Setiap ide atau
teori betapa pun abstraknya berasal dari alam konkret. Sebaliknya terlampau
banyak pengalaman langsung, mungkin dapat menghambat ketercapaian
pengertian yang lebih abstrak. Karena itu, kedua-duanya (yang konkret dan
yang abstrak) harus berjalan. Tidak selalu yang abstrak itu lebih sulit dari yang
konkret. Malah kadang yang konkret bisa mengacaukan dari yang abstrak.
Peta/bagan sering lebih mudah daripada mengamati realitas sendiri. Makin
tinggi ke arah puncak kerucut makin abstrak, tetapi tidak selalu tambah/lebih
sulit”.
Peneliti dapat merangkum dari pendapat ahli tersebut bahwa siswa dapat
memperoleh pengalaman barunya dengan mudah jika pengalaman belajarnya
dilakukan oleh pengalamannya sendiri. Dan akan terjadi bila dengan proses
mengamati secara langsung contoh-contoh media yang digunakan oleh guru. Hasil
penelitian yang dilakukan Dale menunjukkan bahwa 75% pengetahuan seseorang
diperoleh melalui indera penglihatan, melalui indera dengar sekitar 13% dan
melalui indera lainnya sekitar 12%.
Peneliti menggunakan media audio visual berdasarkan tingkatan
pengalaman pada tahap pengalaman gambar hidup pameran dan televisi dengan
operasional konkret. Hal tersebut mengakibatkan dibutuhkannya media maupun
pengalaman belajar yang nyata (konkret). Gambar hidup pameran yang digunakan
berupa penyajian video presentasi dari kumpulan foto yang sesuai dengan isi materi
ajar, sedangkan televisi yang digunakan berupa rekaman aktivitas konkret yang
sesuai dengan isi materi ajar. Berkaitan dengan pendapat Rohani kedua jenis media
tersebut menunjukkan persamaan jenis tahapan pengalaman belajar yang diterima
siswa, yakni sama-sama mengamati orang yang sedang melakukan. Pada dua
pengalaman tersebut terdapat perbedaan pula, siswa memperoleh pengalaman yang
konkret pada pengalaman televisi tetapi dalam pengalaman gambar pameran hidup
siswa memperoleh pengalaman yang abstrak.
Peneliti menggunakan dua jenis media tersebut dikarenakan melihat tahap
perkembangan kognitif siswa kelas V yang mampu melakukan pengklasifikasian
maupun menghubungkan data-data berupa gambar ke dalam kondisi konkret. Hal
ini dilakukan dengan mengaitkan hal-hal dan atau benda-benda nyata berbentuk
gambar dalam sebuah video peresentasi (abstrak), serta mengelompokkan suatu hal
dari proses pengamatan video (konkret) pada pembelajaran. Selain itu peneliti juga
melakukan diskusi dengan guru mata pelajaran yang bersangkutan untuk memilih
media pembelajaran tersebut. Peneliti memilih menggunakan media audio visual
ini didukung dengan teori Dale yang dijelaskan oleh Arsyad (2007:10-11) bahwa:
“kerucut pengalaman Edgar Dale menunjukkan bahwa pengalaman langsung
akan memberikan kesan paling utuh dan paling bermakna mengenai informasi
pendengaran, perasaan, penciuman dan peraba. Hal ini dikenal dengan learning
by doing.”
Terlihat jelas dari beberapa teori tersebut bahwa perkembangan kognitif
siswa akan menciptakan pengetahuan baru yang diperoleh melalui pengalaman
belajar sesuai tahap kognitifnya. Pengalaman belajar siswa pada tahap operasional
konkret akan menjadi lebih baik ketika disertai dengan media audio-visual dalam
proses pembelajarannya, khususnya IPS dalam penelitian ini. Siswa akan lebih
mudah memaknai materi pelajaran yang disampaikan guru dengan bantuan media
audio visual. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan yang lebih luas
dengan adanya pengalaman langsung yang melibatkan indera penglihatan dan
pendengaran untuk melakukan kegiatan siswa dalam menyusun media audio visual.
2.1.1.1.3 Media audio visual
Nugraha ( 2005:7) berpendapat bahwa, “ada berbagai jenis media antara lain
media audio, media visual, media audio visual, dan multimedia”. Media audio
visual merupakan gabungan dari media yang mampu menampilkan suara dan
gambar. Contohnya seperti televisi, gambar bersuara, dan film. Lebih dalam,
menurut Rinanto (1982) audio visual adalah suatu media yang terdiri dari media
visual yang disinkronkan dengan media audio, yang sangat memungkinkan
terjalinnya komunikasi dua arah antara guru dan anak didik di dalam proses belajar
mengajar. Jadi media audio visual merupakan media untuk menyampaikan pesan
ataupun materi ajar yang berupa gambar dan suara yang dipadukan menjadi satu.
mengenai jenis-jenis ekonomi dan berbagai macam kegiatan ekonomi yang ada di
Indonesia, meliputi kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi.
2.1.1.2 Keaktifan Belajar
2.1.1.2.1 Pengertian Keaktifan Belajar
Mulyono (2001 : 26 ) mengatakan bahwa keaktifan adalah kegiatan atau
aktivitas atau segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan- kegiatan yang terjadi
baik fisik maupun non fisik. Belajar aktif sangat diperlukan oleh siswa untuk
mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Ketika siswa pasif dan hanya menerima
informasi dari guru saja, akan cenderung cepat melupakan materi yang telah
diberikan oleh guru. Dikokohkan oleh Dimyati & Mudjiono (2006:44), “Belajar
adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri. John
Dewey 1916 (dalam Davies, 1973:31) misalnya mengemukakan, bahwa belajar
adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka
inisiatif harus datang dari siswa sendiri. Guru sekedar pembimbing dan pengarah”.
Selanjutnya Dimyati & Mudjiono (2006:44-45), mengatakan bahwa “menurut teori
kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah
informasi yang kita terima, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan
transformasi seperti dikatakan Gage & Berliner (Dalam Dimyati & Mudjiono,
2006: 45). Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif dan mampu
merencanakan sesuatu”.
Berdasarkan data yang diperoleh dari para ahli tersebut menunjukkan bahwa
maupun non fisik untuk diri sendiri dan harus muncul dari dalam diri sendiri untuk
mendapatkan hasil belajar yang maksimal.
2.1.1.2.2 Macam-Macam Keaktifan Belajar
Menurut Dimyati & Mudjiono (2006:45) “dalam setiap proses belajar, siswa
selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya. Mulai
dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai kegiatan psikis yang susah diamati.
Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih
keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Contoh kegiatan psikis misalnya menggunakan
khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi,
membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan dan
kegiatan psikis yang lain”. Dua macam keaktifan tersebut menunjukkan bahwa
keaktifan itu beranekaragam, meliputi banyak aspek pembelajaran dan dari
aspek-aspek tersebut dapat saling terkait sehingga melibatkan siswa dalam proses belajar
secara maksimal. Sehingga pada penelitian yang dilakukan, peneliti menilai
keaktifan belajar siswa secara langsung melalui proses pembelajaran. Penilaian
keaktifan belajar siswa dilihat pada aktivitas siswa secara fisik dari kegiatan siswa
dalam pengerjaan tugas, sedangkan aktivitas secara psikis terlihat dari kemampuan
siswa dalam mencapai prestasi belajar.
2.1.1.2.3 Indikator Keaktifan Belajar
Menurut Dimyati & Mudjiono (2006:45) indikator keaktifan mencakup di
antaranya: mencatat atau sekedar mendengarkan pemberitahuan, memperhatikan
hal-hal yang dijelaskan guru, mencatat tugas yang diberikan dan mengerjakan tugas
terlibat dalam menyimpulkan pembelajaran. Sedangkan menurut Hariyanto
(2011:239-240) peran guru dan siswa dalam pembelajaran PAKEM tentang
indikator keaktifan siswa meliputi kesiapan diri untuk menghadapi pembelajaran,
mengemukakan gagasan dan melakukan penilaian. Kesiapan diri untuk
menghadapi pembelajaran terletak pada tata tertib di kelas dan mencatat hal-hal
penting yang dijelaskan guru. Mengemukakan gagasan dapat dikatakan suatu
kegiatan aktif ketika siswa mampu mempertanyakan kembali gagasan,
mengemukakan gagasan secara spontan dan menyanggah gagasan.
Ditambahkan oleh Sudjana (2010:61) bahwa keaktifan para siswa dalam
mengikuti proses belajar mengajar dapat dilihat dari beberapa hal yaitu: dalam
kegiatan belajar mengajar siswa seharusnya turut serta dalam melaksanakan tugas
belajarnya dan terlibat dalam pemecahan masalah, siswa juga harus mampu
bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan
yang dihadapinya. Selain itu siswa juga dituntut untuk berusaha mencari berbagai
informasi yang diperlukan untuk pemecahan persoalan yang sedang dihadapinya.
Dalam kegiatan belajar siswa mampu melaksanakan diskusi kelompok sesuai
dengan petunjuk guru, kemudian menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang
diperolehnya selama diskusi kelompok, siswa juga dituntut untuk melatih diri
dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis, dan mendapat kesempatan
menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan
tugas atau persoalan yang dihadapinya.
Berdasarkan pendapat tiga ahli tersebut peneliti merangkum tiga indikator
pembelajaran berdasarkan macam atau jenis aktivitas belajar, yaitu meliputi: (1)
Bertanya jawab kepada guru dan atau teman tentang materi pembelajaran IPS saat proses pembelajaran. Hal ini ditandai dengan melihat indikator lain yang meliputi: melibatkan diri dalam proses tanya jawab dimana siswa mampu
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Selain itu, siswa mampu bertanya
kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang
dihadapinya; (2) Mengemukakan pendapat dalam diskusi kelompok. Hal ini
dapat ditandai dengan melihat indikator lain yang meliputi: berdiskusi dalam
kelompok dan mengemukakan pendapat dalam diskusi kelompok. Mengemukakan
pendapat dapat dikatakan suatu kegiatan aktif ketika siswa mampu
mempertanyakan kembali pendapat, mengemukakan pendapat secara spontan dan
menyanggah pendapat, melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk
guru; (3) Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Hal ini dapat ditandai
dengan melihat indikator lain yang meliputi: Dalam proses belajar siswa turut serta
dalam melaksanakan tugas belajarnya dan berusaha mencari berbagai informasi
yang diperlukan untuk pemecahan persoalan yang sedang dihadapinya.
Beberapa indikator tidak peneliti gunakan dalam lembar observasi keaktifan
karena tidak mampu menunjukkan suatu kegiatan aktif ketika dilihat secara
langsung. Beberapa indikator tersebut meliputi: mencatat atau sekedar
mendengarkan pemberitahuan, memperhatikan hal-hal yang dijelaskan guru,
mencatat tugas yang diberikan dan mengerjakan tugas rumah, kesempatan
menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan
yang diperolehnya, terlibat dalam pemecahan masalah, dan melatih diri dalam
memecahkan soal atau masalah yang sejenis.
Indikator lain yang juga tidak peneliti gunakan adalah menyimpulkan
pembelajaran karena kegiatan tersebut tidak terlihat selama proses pembelajaran,
tetapi ada di akhir pembelajaran. Lebih lanjut lagi peneliti tidak menggunakan
indikator kesiapan diri untuk menghadapi pembelajaran karena kegiatan tersebut
tidak mampu menunjukkan keaktifan siswa melainkan minat siswa terhadap
pembelajaran.
2.1.1.3 Prestasi Belajar 2.1.1.3.1 Pengertian Belajar
Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih,
berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman (Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 2008:23). Selain itu menurut Hilgard (dalam Tanlain,
2006:20) belajar adalah proses di dalamnya terbentuk tingkah laku melalui praktik
atau latihan. Didukung oleh Gagne (dalam Dimyanti dan Mudjiono, 2006:10)
belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi eksternal, kondisi internal,
dan hasil belajar. Dalam belajar terjadi interaksi antara kondisi internal dan proses
kognitif siswa yang berinteraksi dengan stimulus yang berasal dari lingkungan.
Proses kognitif tersebut menghasilkan suatu hasil belajar yang merupakan
kapabilitas siswa, hasil belajar itu berupa informasi verbal, keterampilan intelek,
keterampilan motorik, sikap, dan strategi kognitif.
Atas dasar pendapat ahli tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa
melalui latihan sehingga menghasilkan suatu pengalaman yang berkomponen
kondisi eksternal, kondisi internal serta hasil belajar, dimana setiap komponen
tersebut saling berinteraksi.
2.1.1.3.2 Pengertian Prestasi Belajar
Winkel (2004:167) mengatakan bahwa, “prestasi belajar adalah suatu bukti
keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan
belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.” Menurut Nasution (1996:17)
prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berpikir,
merasa, dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga
aspek, yakni: kognitif, afektif, dan psikomotor. Lebih jelas dalam KBBI (2005:700)
prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya yang ditunjukkan dengan nilai atau
tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
Prestasi belajar berdasarkan tiga pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan atau kemampuan belajar
yang meliputi aspek kognitif (berpikir), afektif (merasa) dan psikomotorik (berbuat)
yang ditunjukkan dengan nilai atau tes atau angka nilai sesuai dengan bobot
kemampuannya.
2.1.1.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Sukmadinata (2003:162) menjelaskan faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar ada dua, yakni faktor dari dalam individu (internal) dan faktor dari
lingkungan (eksternal). Lebih dalam Sukmadinata menjelaskan faktor-faktor dalam
kondisi psikis, kemampuan intelektual, sosial, psikomotorik, serta kondisi afektif
dan kognitif dari individu; (c) Kondisi intelektual menyangkut tingkat kecerdasan,
bakat-bakat, baik bakat sekolah maupun bakat pekerjaan; (d) Kondisi sosial
menyangkut hubungan siswa dengan orang lain, baik guru, teman, orang tuanya,
maupun orang-orang lainnya. Selanjutnya mengenai faktor-faktor lingkungan yang
dijelaskan oleh Sukmadinata yaitu: (a) Keluarga meliputi keadaan rumah dan ruang
tempat belajar, sarana dan prasarana belajar yang ada, suasana dalam rumah apakah
tenang atau banyak kegaduhan, juga suasana lingkungan di sekitar rumah; (b)
Sekolah meliputi lingkungan sekolah, sarana dan prasarana belajar yang ada,
sumber-sumber belajar, dan media belajar; (c) Masyarakat dimana warganya
memiliki latar belakang pendidikan yang cukup, terdapat lembaga-lembaga
pendidikan dan sumber-sumber belajar di dalamnya akan memberikan pengaruh
yang positif terhadap semangat dan perkembangan belajar generasi muda.
Dilihat dari pendapat tokoh di atas faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar yaitu dari dalam (intern) siswa itu sendiri dan faktor yang berasal dari
pengaruh di luar siswa (ekstern). Sehubungan dengan hal tersebut agar siswa dapat
memperoleh prestasi belajar yang seoptimal munkin, maka siswa perlu
meningkatkan kecerdasan yang ada dalam dirinya. Demikian pula halnya dengan
faktor yang ada di luar diri siswa. Faktor ini dapat mendorong dan menghambat
siswa dalam proses belajar. Lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat
memberi dukungan siswa di dalam belajar. Di antara ketiga lingkungan tersebut,
sebagai linkungan kedua yang mendukung dalam mendidik siswa, setelah
lingkungan keluarga.
2.1.1.4 Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Somantri (dalam Sapriyana 2009 : 11) mengemukakan bahwa, “pendidikan
IPS adalah seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar
manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk
tujuan pendidikan”. Sedangkan dalam penjelasan UU Sikdinas pasal 37 (dalam
Supriya 2009:45) tertulis bahwa IPS dimaksud untuk mengembangkan
pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi
sosial masyarakat. Dilihat dari teori-teori di atas IPS mempelajari tentang
kehidupan manusia dengan lingkungan sekitar. Pengertian di atas tampak jelas
bahwa IPS terdiri dari himpunan pengetahuan tentang kehidupan sosial dan
berdasar pada realita kehidupan sehari-hari dalam masyarakat. IPS menghimpun
semua materi yang berhubungan secara langsung dengan masalah penyusunan dan
pengembangan pribadi manusia sebagai anggota masyarakat dari berbagai sudut
ilmu sosial dan humaniora.
Pada penelitian ini peneleti meneliti materi IPS pada Standar Kompetensi
(SK) Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional,
pada masa Hindu, Budha, dan Islam, keragaman kenampakan alam, suku bangsa,
serta kegiatan ekonomi di Indonesia. Dan pada Kompetensi Dasar (KD) 1.5 yaitu
2.1.1.5 Penelitian yang Relevan
Pada bagian ini dijelaskan beberapa penelitian yang relevan dengan
penelitian yang dapat memberi kontribusi bagi penyusunan proposal penelitian ini.
Hasil penelitian yang relevan ini bersumber dari beberapa penelitian yang
membahas tentang peningkatan keaktifan, peningkatan prestasi belajar, dan
penggunaan media pembelajaran audio-visual. Beberapa penelitian tersebut antara
lain:
Rinanta (2011) meneliti peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran Geografi kelas X di Madrasah Aliyah Muhammadiyah
Gedongtengen Yogyakarta menggunakan media audio-visual. Terjadi peningkatan
dan hasil belajar dalam penelitian tersebut. Bukti-bukti yang menunjukkan
peningkatan keaktifan dan hasil belajar geografi setelah menggunakan media audio
visual adalah sebagai berikut: (1) jumlah siswa aktif dalam proses pembelajaran
mengalami peningkatan antara lain; jumlah siswa yang memperhatikan penjelasan
melalui audio visual meningkat dari 66,7% menjadi 100% pada siklus 3, mencatat
penjelasan materi dari media audio visual 66,7% menjadi 100%, menjawab
pertanyaan dari guru secara spontan dari 33,3% menjadi 83,3%, mengajukan
pertanyaan dari 33,3% menjadi 66,7%, menanggapi respons siswa lain dari 50%
menjadi 83,3%, menjawab dengan ditunjuk dari 0% menjadi 83,3%,
memperhatikan penjelasan guru dari 83,3% menjadi 100%, melaksanakan tugas
dari 100% menjadi 100%, (2) rata-rata nilai meningkat dari 61,67 menjadi 92,5.
Jadi dapat disimpulkan bahwa penggunaan media audiovisual dalam pembelajaran