• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH GURU FAVORIT TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH GURU FAVORIT TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH GURU FAVORIT TERHADAP MOTIVASI

BELAJAR SISWA

Disusun oleh:

Fariny 12.31.0072

Ummy Chairiyah 13.31.0058P

SEKOLAH TINGGI ILMU KOMUNIKASI

ALMAMATER WARTAWAN SURABAYA

(2)
(3)

1.5.12  Teknik  Analisis  Data  ...  16  

BAB II ... 18  

GAMBARAN OBJEK PENELITIAN ... 18  

2.1  Visi  dan  Misi  SMK  Islam  Al-­‐Amal  Surabaya  ...  18  

Hal  ini  berarti  bahwa  mayoritas  responden  dalam  penelitian  ini  menyatakan  setuju  bahwa   siswa  guru  favorit  menginspirasi  siswa.  Hal  tersebut  ditunjukkan  dengan  persentase  sebesar   50%  atau  sebanyak  5  responden.  ...  22   Tabel 1. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ... 17  

Tabel 2. Motivasi Belajar Terhadap Guru Favorit ... 21  

Tabel 3. Guru Favorit Menginspirasi ... 21  

Tabel 4. Metode Pembelajaran Yang Digunakan Guru Favorit Menyenangkan ... 22  

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam dunia pendidikan, masalah motivasi selalu menjadi hal yang menarik

perhatian. Hal ini dikarenakan motivasi dipandang sebagai salah satu faktor yang sangat

dominan dalam ikut menentukan tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan.

Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak

yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi

tercapainya suatu tujuan. Dapat dikatakan juga motivasi merupakan kondisi psikologis yang

mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat

dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan,

menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan

dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang

tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.

Dalam hal ini peranan gurulah yang membangkitkan motivasi siswa dalam proses belajar

mengajar.

1.2 Perumusan Masalah

1. Berapakah besar hubungan guru favorit terhadap motivasi belajar siswa ?

2. Berapakah besar sumbangan (kontribusi) guru favorit dengan motivasi belajar siswa ?

3. Adakah pengaruh yang signifikan antara guru favorit terhadap motivasi belajar siswa?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan, maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini yaitu:

1. Mengetahui berapa besar hubungan guru favorit terhadap motivasi belajar siswa.

2. Mengetahui berapa besar sumbangan (kontribusi) guru favorit dengan motivasi belajar

siswa.

3. Mengetahui adakah pengaruh yang signifikan antara guru favorit terhadap motivasi

belajar siswa.

(5)

1.3.2 Manfaat penelitian 1. Manfaat teoritis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran bagi

guru SMK dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) untuk meningkatkan

kemampuannya dalam memotivasi belajar siswa.

2. Manfaat Praktis a. Manfaat bagi guru

Memberikan masukan dan wawasan dalam meningkatkan motivasi dan menginspirasi

siswa.

b. Manfaat bagi siswa

Diupayakan untuk dapat meningkatkan dan mempengaruhi motivasi belajar siswa.

c. Manfaat bagi sekolah

Memberikan masukan dalam rangka mengembangkan motivasi belajar siswa melalui

guru favorit.

1.4 Landasan Teori 1.4.1 Teori Motivasi

Kata motivasi berasal dari bahasa latin yaitu movere, yang berarti bergeral (move).

Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang melakukan sesuatu, membuat mereka tetap

melakukannya, dan membantu mereka dalam menyelsaikan tugas-tugas. Hal ini berarti

bahwa konsep motivasi digunakan untuk menjelaskan keinginan berperilaku, arah perilaku

(pilihan), intensitas perilaku (usaha, berkelanjutan), dan penyelesaian atau prestasi yang

sesungguhnya (Pintrich, 2003).

Satu hal yang sangat penting pengaruhnya pada perilaku adalah motivasi, yang

didefinisikan sebagai beberapa kondisi yang memulai, menghubungkan dan memelihara

suatu perilaku dalam organisma. Tanpa motivasi, suatu organisma kemungkinan besar gagal

menunjukkan perilaku yang sudah dipelajari. Misalkan anak yang tidak lapar atau dahaga

mungkin menganggap botol berisi susu atau mangkuk berisi makanan sebagai sesuatu yang

tidak menarik atau tidak dibutuhkan. Meskipun ia telah belajar minum susu dari botol atau

makan makanan dari mangkuk, ia tidak akan menggunakannya dalam perilaku ini jika ia

(6)

Umumnya motivasi mempengaruhi penampakkan perilaku, dan bila tingkat motivasi

meningkat maka cenderung meningkat pula penampakkan perilaku. Sehingga dikatakan

bahwa motivasi sebagai fasilitas atau mempermudah penampakkan perilaku. Pada contoh di

atas, tanpa motivasi maka anak tidak akan menampakkan bagaimana ia telah belajar minum

atau makan. Dengan motivasi, anak akan memberi banyak bukti apa yang telah ia pelajari.

Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat

menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan,

baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar

individu (motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak

menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar,

bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.

Motivasi mempunyai fungsi yang penting dalam belajar, karena motivasi akan

menentukan intensitas usaha belajar yang dilakukan siswa. Hawley (Yusuf 1993 : 14)

menyatakan bahwa para siswa yang memiliki motivasi tinggi, belajarnya lebih baik

dibandingkan dengan siswa yang motivasi belajarnya rendah. Sardiman (1988 : 84)

mengemukakan ada tiga fungsi motivasi, yaitu :

1. Mendorong manusia untuk berbuat. Motivasi dalam hal ini merupakan motor

penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan ;

2. Menuntun arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai, dengan

demikian motivasi dapat memberi arah, dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai

dengan rumusan tujuannya ;

3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus

dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan

perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Teori-teori motivasi mencakup berbagai pandangan dan pendekatan. Diantaranya ada

yang mendasarkan pada pandangan behaviorisme yang mengatakan bahwa manipulasi

perilaku dapat dilakukan melalui teknk modifikasi perilaku yang berintikan pada pemberian

penguatan positif dan penguatan negatif. Juga terdapat teori kognitif yang dalam masalah

motivasi mendasarkan pada penciptaan situasi ketidakseimbangan dalam diri subjek. Dalam

uraian berikut ini akan dikemukakan salah satu pendekatan yang mendasarkan pada teori

(7)

Asumsi dalam pendekatan dengan teori kebutuhan adalah :

1. Semua perilaku tentu mempunyai sebab, untuk memahami perilaku siswa perlu lebih

dahulu memahami sebabnya.

2. Untuk memberikan motivasi yang berhasil dalam belajar haruslah berawal dari

pemenuhan kebutuhan dasar para siswa.

1.4.2 Definisi Belajar

Belajar adalah proses dimana suatu aktivitas berasal atau berubah melalui reaksi pada

situasi yang ditemui, asalkan ciri perubahan aktivitasnya tidak dapat dijelaskan sebagai

kecenderungan respon dasar, kematangan atau proses tubuh organisma yang bersifat

sementara (seperti karena pengaruh obat, kelelahan, dan lain sebagainya).

Definisi tersebut di atas jelaslah kurang memuaskan karena banyak istilah yang tidak

terdefinisikan, tetapi perlu diperhatikan pada masalah menyangkut segala definisi belajar.

Definisi belajar itu sendiri harus dibedakan menjadi (Hilgard, 1956):

1. Jenis-jenis perubahan perilaku dan antasedennya yang dimasukkan dalam kategori

belajar, dan

2. Jenis perubahan perilaku dan antasedennya, yang tidak dikategorikan sebagai belajar.

Nana Sudjana (1991) menyatakan bahwa pada umumnya para ahli psikologi

menerima pendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang relatif permanen dalam suatu

kecenderungan perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau praktik atau latihan. Belajar tidak

dapat diterangkan sebagai perubahan perilaku atas dasar kecenderungan respon bawaan,

kematangan, atau sifat-sifat temporer organisma seperti kelelahan, pengaruh obat,

ketidaksadaran, dan lain-lain. Apabila seseorang belajar maka setidak-tidaknya untuk waktu

tertentu berubah dalam kesediaannya memperlakukan lingkungannya. Belajar adalah proses

yang aktif, suatu fungsi dari keseluruhan lingkungan di sekitarnya. Sedangkan Wittig (1991)

memberi batasan bahwa belajar adalah beberapa perubahan yang relatif permanen di dalam

perilaku organisma sebagai hasil pengalaman.

L. Crow dan A. Crow (1989) memberikan batasan belajar adalah sebagai berikut :

“perubahan dalam respon atau tingkah laku (seperti inovasi, eliminasi atau modifikasi respon,

yang mengandung setaraf dengan ketepatan), yang sebagian atau seluruhnya disebabkan oleh

pengalaman, “pengalaman” yang seupa itu terutaman yang sadar, namun kadang-kadang

(8)

belajar gerak maupun reaksinya terhadap perangsang-perangsang yang teratur ataupun yang

amat halus; termasuk juga perubahan-perubahan tingkah laku dalam suasana emosional,

namun yang lebih lazim ialah perubahan yang berhubungan dengan bertambahnya

pengetahuan simbolik atau keterampilan gerak; tidak termasuk adanya perubahan-perubahan

fisiologis seperti kelelahan, atau halangan atau tidak berfungsinya indera untuk sementara

setelah berlangsungnya perangsang-perangsang yang terus menerus.

Sumadi Suryabrata (1993) menyatakan bahwa ada beberapa hal pokok berkenaan

dengan belajar, yaitu:

1. Bahwa belajr itu membawa perubahan (dalam arti behavioral change, aktual maupun

potensial).

2. Bahwa perubahan itu pda pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru.

3. Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja).

Wittig (1981) menjelaskan bahwa dalam studi tentang belajar nampak beberapa tahap

yang muncul pada saat belajar. Awalnya, organisma harus mengasimilasikan atau mengerti

materi-materi yang dipelajarinya. Tahap ini telah dinamai acquistion atau kemahiran. Sekali

diperoleh, kemudian materi belajar dimasukkan dalam ingatan individu. Tahap ini sering

dinamai tahap storage atau penyimpanan. Tahap ketiga disebut retrieval atau pencarian

informasi belajar yang telah disimpan di dalam memori untuk dikeluarkan atau dipergunakan.

1.4.3 Pengertian Motivasi Belajar

Menurut Santrock, motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan

kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki motivasi adalah perilaku yang penuh

energi, terarah, dan bertahan lama (Santrock, 2007). Dalam kegiatan belajr, maka motivasi

dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan

kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah

pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu tercapai

(Sardiman, 2000).

Sejalan dengan pernyataan Santrock di atas, Brophy (2004) menyatakan bahwa

motivasi belajar lebih mengutamakan respon kognitif, yaitu kecenderungan siswa untuk

mencapai aktivitas akademis yang bermakna dan bermanfaat serta mencoba untuk

mendapatkan keuntungan dari aktivitas tersebut. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan

(9)

dan menggunakan strategi-strategi belajar tertentu yang mendukung. Selain itu, siswa juga

memiliki keterlibatan yang intens dalam aktivitas belajar tersebut, rasa ingin tahu yang tinggi,

mencari bahan-bahan yang berkaitan untuk memahami suatu toppik, dan menyelesaikan

tugas yang diberikan.

Siswa yang memiliki motivasi belajar akan bergantung pada apakah aktivitas tersebut

memiliki isi yang menarik atau proses yang menyenangkan. Intinya, motivasi belajar

melibatkan tujuan-tujuan belajar dan strategi yang berkaitan dalam mencapai tujuan belajar

tersebut (Brophy, 2004).

1.4.4 Aspek-aspek Motivasi Belajar

Terdapat dua aspek dalam teori motivasi belajar yang dikemukakan oleh Santrock

(2007), yaitu:

1. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik, yaitu melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang

lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif

eksternal seperti imbalan dan hukuman. Misalnya, murid belajar keras dalam

menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai yang baik. Terdapat dua kegunaan dari

hadiah, yaitu sebagai insentif agar mau mengerjakan tugas, dimana tujuannya adalah

mengontrol perilaku siswa, dan mengandung informasi tentang penguasaan keahlian.

2. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik yaitu motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu

itu sendiri (tujuan itu sendiri). Misalnya, murid belajar menghadapi ujian karena dia

senang pada mata pelajaran yang diujikan itu. Murid termotivasi untuk belajar saat

mereka diberi pilihan, senang menghadapi tantangan yang sesuai dengan kemampuan

mereka, dan mendapat imbalan yang mengandung nilai informasional tetapi bukan

dipakai untuk kontrol, misalnya guru memberikan pujian kepada siswa. Terdapat dua

jenis motivasi intrinsik, yaitu:

• Motivasi intrinsik berdasarkan determinasi diri dan pilihan personal. Dalam

pandangan ini, murid ingin percaya bahwa mereka melakukan sesuatu karena

kemauan sendiri, bukan karena kesuksesan atau imbalan eksternal. Minat intrinsik

siswa akan meningkat jika mereka mempunyai pilihan dan peluang untuk

(10)

• Motivasi intrinsik berdasarkan pengalaman optimal. Pengalaman optimal

kebanyakan terjadi ketika orang merasa mampu dan berkonsentrasi penuh saat

melakukan suatu aktivitas serta terlibat dalam tantangan yang mereka anggap tidak

terlalu sulit tetapi juga tidak terlalu mudah.

1.4.5 Definisi Guru

Menurut Zakiah Darajat (1992:39), guru adalah pendidik profesional, karena secara

implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab

pendidikan yang terpikul di pundak para orang tua. Para orang tua tatkala menyerahkan

anaknya ke sekolah, berarti telah melimpahkan pendidikan anaknya kepada guru. Hal ini

mengisyaratkan bahwa mereka tidak mungkin menyerahkan anaknya kepada sembarang

guru, karena tidak sembarang orang bisa menjadi guru.

Menurut Poerwadarminta (1996:335), guru adalah orang yang kerjanya mengajar.

Dilihat dari pengertian di atas, mengajar merupakan tugas pokok seorang guru dalam

mendidik muridnya.

1.4.6 Peran Guru Dalam Belajar Mengajar

Dalam rangka mengupayakan agar motivasi belajar siswa tinggi, seorang guru

menurut Winkel (1991) hendaknya selalu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Seorang guru hendaknya mampu mengoptimalisasikan penerapan prinsip belajar,

pada prinsipnya harus memandang bahwa dengan kehadiran siswa di kelas merupakan

suatu motivasi belajar yang datang dari siswa.

2. Guru hendaknya mampu mengoptimalisasikan unsur-unsur dinamis dalam

pembelajaran, karena dalam proses belajar, seorang siswa terkadang dapat terhambat

oleh adanya berbagai permasalahan. Hal ini dapat disebabkan oleh karena kelelahan

jasmani ataupun mental siswa. Untuk itu upaya yang dapat dilakukan seorang guru

(Dimyati, 1994 : 95) adalah dengan cara :

a. memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan belajar yang

di alaminya ;

b. meminta kesempatan kepada orang tua siswa agar memberikan kesempatan kepada

siswa untuk beraktualisasi diri dalam belajar ;

(11)

d. menggunakan waktu secara tertib, penguat dan suasana gembira terpusat pada

perilaku belajar ;

e. merangsang siswa dengan penguat memberi rasa percaya diri bahwa ia dapat

mengatasi segala hambatan dan pasti berhasil.

f. Guru mengoptimalisasikan pemanfataan pengalaman dan kemampuan siswa.

Perilaku belajar yang ditunjukkan siswa merupakan suatu rangkaian perilaku yang

ditunjukkan pada kesehariannya. Untuk itu, maka pengalaman yang diberikan oleh

guru terhadap siswa dalam meningkatkan motivasi belajar menurut Dimyati dan

Mudjiono (1994) adalah dengan cara :

o Siswa ditugasi membaca bahan belajar sebelumnya, tiap membaca hal-hal

penting dari bahan tersebut dicatat.

o Guru memecahkan hal yang sukar bagi siswa dengan cara memecahkannya.

o Guru mengajarkan cara memecahkan dan mendidik keberanian kepada siswa

dalam mengatasi kesukaran.

o Guru mengajak serta siswa mengalami dan mengatasi kesukaran.

o Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mampu memecahkan masalah

dan mungkin akan membantu rekannya yang mengalami kesulitan.

o Guru memberi penguatan kepada siswa yang berhasil mengatasi kesulitan

belajarnya sendiri.

o Guru menghargai pengalaman dan kemampuan siswa agar belajar secara

mandiri.

1.5 Metodologi Penelitian

1.5.1 Metode dan Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam peneliatian “Pengaruh Guru Favorit Terhadap Motivasi

Belajar Siswa” adalah metode kuisioner dan jenis penelitian yang digunakan adalah

kuantitatif.

1.5.2 Populasi

Populasi yang diambil dalam penelitian “Penelitian Guru Favorit Motivasi Belajar” yaitu

siswa SMK Islam Al-Amal Surabaya.

1.5.3 Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan yaitu purposive sampling. Teknik ini dipilih berdasarkan

(12)

karakteristik atau kriteria yang dikehendaki dalam pengambilan sampel. Sesuai dengan

namanya, sampel diambil dengan maksud dan tujuan yang diinginkan peneliti karena peneliti

menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki atau mengetahui informasi

yang diperlukan bagi penelitian yang dibuat. Dalam penelitian ini, peneliti membutuhkan 10

siswa SMK Islam Al-Amal kelas XII.

1.5.4 Sampel

Berdasarkan teknik sampling di atas maka diambil sampel 10 siswa kelas XII SMK Islam

Al-Amal Surabaya.

1.5.5 Instrument Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa kuisoner yang terbuka dan

tertutup. Adapun skala pengukuran yang akan digunakan dalam kuisioner yaitu skala likert

dan skala guttman.

1.5.6 Variabel Penelitian dan Konsep Penelitian 1.5.6.1 Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

a. Variabel terikat (dependen) atau sering disebut variabel output merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.

b. Variabel bebas (independen) yaitu variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).

Berdasarkan variabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa yang menjadi variabel terikat

adalah motivasi belajar siswa (X) dan yang menjadi variabel bebas yaitu pengaruh guru

favorit (Y).

1.5.6.2 Operasional Konsep

a. Definisi Konsep X (motivasi belajar siswa)

Menurut Abraham Maslow (1943-1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya

semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan

yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima

tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai

dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks; yang

(13)

peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat

berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting.

• Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, haus dan sebagainya)

• Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindungi jauh dari bahaya)

• Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima,

memiliki)

• Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi dan mendapatkan dukungan

serta pengakuan)

• Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif : mengetahui, memahami dan

menjelajahi; kebutuhan estetik : keserasian, keteraturan dan keindahan; kebutuhan

aktualisasi diri : mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya)

Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut akan

mendominasi seseorang dan motif-motif yang lebih tinggi akan menjadi kurang

signifikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energy untuk menekuni minat

estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah dapat dipenuhi dengan mudah.

Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam masyarakat yang

anggotanya masih harus bersusah payah mencari makan, perlindungan dan rasa aman.

Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk

berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu

disebutnya factor higiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik).

Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk

didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan

sebagainya (faktor ekstrinsik), sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang

untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement,

pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik). Aktualisasi  diri  

Penghargaan   Sosial   Keamanan  

(14)

b. Definisi Konsep Y (pengaruh guru favorit)

Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran adalah variabel

guru. Guru mempunyai pengaruh yang cukup dominan terhadap kualitas

pembelajaran, karena gurulah yang bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran

di kelas, bahkan sebagai penyelenggara pendidikan di sekolah. Menurut Dedi Supriadi

(1999: 178), di antara berbagai masukan (input) yang menentukan mutu pendidikan

(yang ditunjukkan oleh prestasi belajar siswa) sepertiganya ditentukan oleh guru.

Faktor guru yang paling dominan mempengaruhi kualitas pembelajaran adalah kinerja

guru. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nana Sudjana (2002: 42) menunjukkan

bahwa 76,6% hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kinerja guru, dengan rincian:

kemampuan guru mengajar memberikan sumbangan 32,43%, penguasaan materi

pelajaran memberikan sumbangan 32,38% dan sikap guru terhadap mata pelajaran

memberikan sumbangan 8,60%. Menurut Cruickshank, kinerja guru yang mempunyai

pengaruh secara langsung terhadap proses pembelajaran adalah kinerja guru dalam

kelas atau teacher classrroom performance (Cruickshank, 1990: 5).

Menurut Kane (1986:237), kinerja bukan merupakan karakteristik seseorang,

seperti bakat atau kemampuan, tetapi merupakan perwujudan dari bakat atau

kemampuan itu sendiri. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa kinerja merupakan

perwujudan dar kemampuan dalam bentuk karya nyata. Kinerja dalam kaitannya

dengan jabatan diartikan sebagai hasil yang dicapai yang berkaitan dengan fungsi

jabatan dalam periode waktu tertentu (Kane, 1986:237). Suryadi Prawirosentono

(1999: 2) mendefinisikan kinerja sebagai hasil kerja yang dapat dicapai oleh

seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam rangka upaya

mencapai tujuan secara legal. Menurut Muhammad Arifin (2004: 9), kinerja

dipandang sebagai hasil perkalian antara kemampuan dan motivasi. Kemampuan

menunjuk pada kecakapan seseorang dalam mengerjakan tugas-tugas tertentu,

sementara motivasi menunjuk pada keingingan (desire) individu untuk menunjukkan

perilaku dan kesediaan berusaha. Orang akan mengerjakan tugas yang terbaik jika

memiliki kemauan dan keinginan untuk melaksanakan tugas itu dengan baik.

1.5.6.3 Indikator Variabel

Berdasarkan data-data diatas maka dapat dijabarkan secara rinci menjadi pertanyaan

berikut ini:

a. Apakah Anda memiliki guru favorit? Ya / Tidak

(15)

c. Saya termotivasi belajar hanya dengan guru favorit.

d. Guru favorit mempengaruhi motivasi belajar saya.

e. Saya tidak bersemangat jika bukan guru favorit yang mengajar.

f. Metode pembelajaran yang digunakan guru favorit menyenangkan.

g. Saya selalu mendapatkan nilai bagus di mata pelajaran yang diajarkan oleh guru

favorit.

h. Siapa guru favorit Anda?

i. Mengapa Anda memfavoritkan beliau?

1.5.7 Hipotesis Riset

Berdasarkan data-data diatas maka guru favorit mempunyai pengaruh terhadap

motivasi belajar siswa. Dari sini dapat disimpulkan bahwa ada hubunngan yang

signifikan antara guru favorit dengan motivasi belajar siswa.

1.5.8 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian “Pengaruh Guru Favorit Terhadap Motivasi Belajar Siswa” dilakukan di

SMK Islam Al-Amal Jl. Wonosari Lor Nor. 98 Surabaya.

1.5.9 Teknik Pengumpulan Data

Ada dua jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data diperoleh secara langsung dari objek penelitian

perorangan, untuk data primer dikumpulkan dengan cara kuisioner. Pengumpulan data

primer diperoleh dengan menggunakan kuisioner terbuka dan tertutup terhadap

responden yang diteliti dan mewakili populasi mengenai “Pengaruh Guru Favorit

Terhadap Motivasi Belajar Siswa”. Melalui kuisioner inilah akan didapatkan data

yang diperlukan dalam penelitian, dan jawaban pasti dari responden.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder

dari data yang dibutuhkan. Data sekunder ialah data penunjang penelitian yang

diperoleh dari berbagai sumber untuk membantu menyimpulkan hasil penelitian yang

penulis lakukan. Seperti studi pustaka dan hasil penelitian sejenis yang terkait dengan

(16)

1.5.10 Pengukuran

Skala pengukuran variabel dalam penelitian ini mengacu pada Skala Likert (Likert

Scale), Seluruh variabel akan menggunakan skala likert yang sudahdimodifikasi dimana

responden memilih empat jawaban yang tersedia.

Penghilangan jawaban di tengah berdasarkan tiga alasan, yaitu:

1. Kategori ragu-ragu memiliki arti ganda, bisa diartikan netral, setuju tidak, tidak setuju

tidak.

2. Tersedianya jawaban yang ditengah menimbulkan kecenderungan menjawab ke -tengah

(central tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas arah kecenderungan

jawabannya.

3. Maksud kategori jawaban SS-S-TS-STS adalah terutaman untuk melihat kecenderungan

pendapat responden kearah setuju atau kearah tidak setuju.

Alasan menggunakan angket dalam penelitian ini adalah:

1. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya.

2. Apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benarbenar dan dapat dipercaya.

3. Interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya adalah sama

dengan apa yang dimaksud oleh peneliti.

Adapun alasan menggunakan skala likert dalam penelitian ini adalah karena kelebihan dan

keuntungan dalam penggunaannya, sebagai berikut:

1. Skala likert dapat dibuat dan diinterpretasikan dengan mudah.

2. Skala likert merupakan bentuk pengukuran yang sangat lazim dipakai.

Pengukuran masing-masing pertanyaan dibuat dengan menggunakan skala 1 – 4 kategori

jawaban, yang masing-masing jawaban diberi score atau bobot yaitu banyaknya score antara

1 sampai 4, dengan rincian:

1. Jawaban SS sangat setuju diberi score 4.

2. Jawaban S setuju diberi score 3.

3. Jawaban TS tidak setuju diberi score 2.

(17)

1.5.11 Uji Validitas & Reliabilitas

Pengumpulan data tidak akan mencapai tujuannya apabila alat yang digunakan untuk

mengumpilkan data penelitian tidak valid dan tidak reliabel, maka dari itu perlu dilakukan uji

validitas dan reliabilitas instrumen penelitian.

1.5.11.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan dan kesahihan

suatu instrumen (Arikunto 1998, h.168). suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai

validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.

Untuk mengetahui apakah kuesioner yang digunakan valid atau tidak, maka r yang

diperoleh (r hitung) dikonsultasikan dengan (r tabel) maka instrumen dikatakan valid, dan

apabila r hitung > r tabel, maka dikatakan tidak valid.

1.5.11.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah instrumen cukup dipercaya untuk digunakan sebagaia alat

pengumpul data karena instrumen itu sudah baik (Arikunto 1998, h.170). Instrumen yang

baik tidak akan bersifat tendensius atau mengarahkan responden untuk memilih

jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan

data yang dapat dipercaya.

Suatu instrumen pengukuran menghasilkan koefisien alpha cronbach kurang dari 0,6

dipertimbangkan kurang baik. 0,7 dapat diterima dan diatas 0,8 baik ( Eko Aria 2008, h.50).

1.5.12 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data

inferensial yang menggunakan rumus Pearson Product Moment Correlation. Analisis data

inferensial digunakan untuk mengukur tingkat eratnya hubungan antara dua variabel yaitu

variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini akan mengukur pengaruh guru

favorit terhadap motivasi belajar siswa di SMK Islam Al Amal Surabaya. Adapun

perhitungan yang digunakan untuk mengukur item pertanyaan yang terdapat pada kuesioner

(18)

Rumus Pearson Product Moment Correlation :

Keterangan :

r = Koefisien korelasi Pearson’s Product Moment

n = Jumlah individu dalam sampel

X = Skor yang diperoleh dalam setiap item

Y = Skor yang diperoleh dalam setiap item

∑ = Jumlah

Nilai koefisien korelasi digunakan sebagai pedoman untuk menentukan suatu

hipotesis dapat diterima/ditolaknya dalam suatu penelitian. analisa korelasi berguna

untuk menentukan besaran yang menyatakan bagaimana kuat hubungan suatu variabel

dengan variabel.

1. Jika nilai r > 0, artinya telah terjadi hubungan linear yang positif, yaitu semakin besar

nilai variabel x, makin besar variabel y, begitu sebaliknya.

2. Jika nilai 2 > 0, artinya telah terjadi hubungan linear positif, yaitu semakin besar nilai

variabel x, maka besar variabel y, begitu pula sebaliknya.

3. Jika nilai r=1 atau r=-1, terjadi linear sempurna, sedangkan untuk nilai r yang

mengarah ke angka 0, maka hubungan akan melemah

Tabel 1. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r Interval

Koefisien

Tingkat Hubungan 0,80 – 1,000 Sangat Kuat

0,60 – 0,799 Kuat

0,40 – 0,599 Cukup Kuat

0,20 – 0,399 Rendah

(19)

BAB II

GAMBARAN OBJEK PENELITIAN

2.1 Visi dan Misi SMK Islam Al-Amal Surabaya 2.1.1 Visi

Menumbuhkan generasi islami yang santun cerdas mandiri berteknologi serta

berakhlaqul karimah.

2.1.2 Misi

1. Membudayakan kegiatan yang islami di lingkungan sekolah

2. Membangun suasana kekeluargaan yang harmonis antar warga sekolah

3. Membangun budaya membaca dan berkompetisi dalam suasana belajar

4. Membangun jiwa yang mampu beradaptasi dengan IPTEK

5. Menciptakan sekolah yang berwawasan lingkungan

2.2Struktur Organisasi SMK Islam Al-Amal Surabaya  

(20)
(21)

BAB III ANALISIS DATA

Pada bab ini peneliti akan menguraikan data hasil penelitian yang dilakukan mengenai

hubungan antara motivasi belajar dengan guru favorit. Data yang dikumpulkan berupa data

primer dan data sekunder. Data sekunder yang dikumpulkan adalah dari media internet

mengenai motivasi belajar siswa dan pengaruh guru favorit terhadap siswa. Sedangkan yang

menjadi data primer adalah berdasarkan hasil dari teknik penarikan sempel dengan

menggunakan rumus Pearson Product Moment Correlation yaitu diperoleh sebanyak 10

responden. Data yang terkumpul dari 96 responden merupakan data mentah yang akan diolah

dan dianalisa dan diambil keputusan. Teknik analisa data yang dilakukan menggunakan tabel

tunggal, lalu pengujian hipotesa melalui uji korelasional Pearson Product Moment

Correlation.

3.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data

Peneliti menempuh beberapa tahapan penelitian dalam pengumpulan data. Tahapan

tersebut sebagai berikut:

3.1.1 Pengumpulan Data

Peneliti mengumpulkan data dari berbagai bahan bacaan, seperti buku dan situs-situs

yang mendukung. Kemudian peneliti mempelajari berbagai bahan bacaan tersebut, sehingga

diperoleh data-data yang relevan dan dapat mendukung penelitian ini.

Pada bulan Desember 2013, peneliti menyebarkan kuisioner yang didalamnya

terdapat 9 pertanyaan diantaranya 6 pertanyaan menyangkut motivasi belajar siswa dan 3

pertanyaan menyangkut pengaruh guru favorit.

3.1.2 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan setelah peneliti selesai mengumpulkan data dari 10 responden.

Adapaun tahapan pengolahan data tersebut adalah:

a. Penomoran Kuesioner

Kuesioner yang telah dikumpulkan akan diberi nomor urut sebagai pengenal (1-9).

b. Editing

Peneliti mengedit jawaban responden untuk memperjelas setiap jawaban yang

(22)

c. Tabulasi Data

Pada tahap ini data dimasukkan ke dalam tabel tunggal. Penyebaran data dalam tabel

secara rinci meliputi kategori frekuensi, presentase dan selanjutnya akan dianalisa.

3.2 Analisa Tabel Tunggal

Analisa tabel tunggal merupakan analisa yang dilakukan dengan membagi-bagian

variable penelitian kedalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Analisa

tabel tunggal yang dimaksudkan untuk melihat distribusi jawaban responden dari setiap

variable penelitian. Tabel tunggal berisikan keterangan sejumlah frekuensi dan persentase

untuk setiap kategori.

Data yang disajikan dan dibahas dalam tabel tunggal terdiri dari karakteristik

responden, motivasi siswa (X) dan pengaruh guru favorit (Y).

3.2.1 Motivasi Belajar Terhadap Guru Favorit

Tabel 2. Motivasi Belajar Terhadap Guru Favorit

No Saya termotivasi belajar hanya dengan guru favorit F %

1 Sangat Setuju 3 30

2 Setuju 7 70

3 Tidak Setuju 0 0

4 Sangat Tidak Setuju 0 0

Total 10 100

Berdasarkan tabel 2 di atas diketahui mengenai motivasi belajar terhadap guru favorit.

Sebanyak 3 siswa (30%) menjawab sangat setuju, sebanyak 7 siswa (70%) dan tidak ada

siswa yang menjawab tidak setuju atau sangat tidak setuju.

Hal ini berarti bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini menyatakan setuju

bahwa siswa termotivasi belajar hanya dengan guru favorit. Hal tersebut ditunjukkan

dengan persentase sebesar 70% atau sebanyak 7 responden.

(23)

Total 10 100 Berdasarkan tabel 3 di atas diketahui mengenai guru favorit menginspirasi siswa.

Sebanyak 5 siswa (50%) menjawab sangat setuju, sebanyak 5 siswa (50%) dan tidak ada

siswa yang menjawab tidak setuju atau sangat tidak setuju.

Hal ini berarti bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini menyatakan setuju

bahwa siswa guru favorit menginspirasi siswa. Hal tersebut ditunjukkan dengan

persentase sebesar 50% atau sebanyak 5 responden.

3.2.3 Metode Pembelajaran Yang Digunakan Guru Favorit Menyenangkan

Tabel 4. Metode Pembelajaran Yang Digunakan Guru Favorit Menyenangkan No Metode pembelajaran yang digunakan guru favorit

menyenangkan F %

siswa (60%) menjawab setuju, sebanyak 1 siswa (10%) menjawab tidak setuju dan tidak

ada yang menjawab sangat tidak setuju.

Hal ini berarti bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini menyatakan setuju

bahwa metode yang digunakan guru favorit menyenangkan. Hal tersebut ditunjukkan

dengan persentase sebesar 60% atau sebanyak 6 responden.

3.2.4 Guru Favorit Memberikan Nilai Bagus

Tabel 5. Guru Favorit Memberikan Nilai Bagus No Saya selalu mendapatkan nilai bagus dimata pelajaran

(24)

Berdasarkan tabel di atas diketahui mengenai siswa selalu mendapatkan nilai bagus

dimata pelajaran yang diajarkan guru favorit. Tidak ada siswa yang menjawab sangat

setuju, sebanyak 6 siswa (60%) menjawab setuju, sebanyak 2 siswa (20%) menjawab

tidak setuju dan 1 siswa (10%) menjawab sangat tidak setuju.

Hal ini berarti bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini menyatakan setuju

bahwa siswa selalu mendapatkan nilai bagus dimata pelajaran yang diajarkan guru

favorit. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase sebesar 60% atau sebanyak 6

responden.

3.3 Uji Hipotesa

Pengujian hipotesa adalah pengujian data statistik untuk mengetahui data yang diajukan

dapat diterima atau ditolak. Rumus Pearson Product Moment Correlation :

Selanjutnya untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variable X terhadap Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien diterminan sebagai berikut.

KP = r2 x 100% = 0,252 x 100% = 6,25%

Maka dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa sebesar 6,25% dan sisanya 93,75% ditentukan oleh variable lain. Pengujian selanjutnya yaitu uji signifikansi yang berfungsi peneliti ingin mencari makna hubungan variable X terhadap Y, maka korelasi PPM tersebut diuji dengan Uji Signifikansi dengan rumus:

Kaidah pengujian:

Jika thitung lebih dari sama dengan ttabel, maka tolak Ho artinya signifikan dan

thitung kurang dari sama dengan ttabel, terima Ho artinya tidak signifikan

Berdasarkan perhitungan diatas, α = 0,05 dan n = 12, uji dua pihak;

Dk = n – 2 = 10 – 2 = 8 sehingga diperoleh ttabel = 2,306

Ternyata thitung kurang dari ttabel, atau 0,731 < 2,306, maka terima Ho. Artinya tidak ada

(25)

BAB  IV  

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis, dapat disimpulkan bahwa:

1. Besar pengaruh guru favorit terhadap motivasi belajar siswa rxy sebesar 0,25 dalam

kategori sangat rendah.

2. Besar sumbangan (kontribusi) pengaruh guru favorit terhadap motivasi belajar siswa, yaitu KP = r2 x 100% = 0,252 x 100% = 6,25 %. Artinya pengaruh guru favorit terhadap motivasi belajar siswa sebesar 6,25% dan sisanya 93,75% ditentukan oleh variable lain.

3. Terbukti bahwa thitung lebih kecil dari ttabel atau 0,731 < 2,306 maka terima Ho, artinya

tidak ada hubungan yang signifikan pengaruh guru terhadap motivasi belajar siswa.

4.2 Saran

1. Siswa lebih meningkatkan motivasi dalam diri untuk giat belajar.

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Suciati. 2001. Teori Belajar dan Motivasi. Jakarta: PAU-PPAI Universitas Terbuka

Bungin, B. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Riduwa, Sunarto. 2009. Pengantar Statistika untuk Penelitian: Pendidikan, Sosial,

Komunikasi, Ekonomi dan Bisnis. Bandung: Alfabeta

http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/psikologi_belajar/bab1_pengertian_belajar.pdf

(27)

LAMPIRAN

Pertanyaan Kuisioner “Pengaruh Guru Favorit Terhadap Motivasi Belajar Siswa”. Jenis Kelamin: L / P

1. Apakah Anda memiliki guru favorit? Ya / Tidak

2. Jika Ya lanjut ke pertanyaan di bawah ini. Jika tidak, jelaskan mengapa?

...

...

Jawablah pernyataan pada tabel dibawah ini dengan menggunakan symbol checklist (√).

No. Pernyataan Sangat

Setuju Setuju

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju 3. Saya termotivasi belajar hanya dengan

guru favorit.

4. Guru favorit menginspirasi saya.

5. Metode pembelajaran yang digunakan guru favorit menyenangkan.

6.

Saya selalu mendapatkan nilai bagus di

mata pelajaran yang diajarkan oleh guru

favorit.

7. Siapa guru favorit Anda?

...

8. Mengapa Anda memfavoritkan beliau?

...

9. Jika dari angka 1-10, berapakah nilai motivasi Anda terhadap guru favorit?

Gambar

Tabel 1. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r
tabel tunggal yang dimaksudkan untuk melihat distribusi jawaban responden dari setiap
Tabel 5. Guru Favorit Memberikan Nilai Bagus

Referensi

Dokumen terkait

pengaruh lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar ekonomi. 3)Ada pengaruh yang signifikan persepsi siswa mengenai kompetensi pedagogik guru dan lingkungan sekolah

Ada pengaruh yang positif dan signifikan disiplin belajar, motivasi berprestasi dan sikap siswa pada guru terhadap hasil belajar Ekonomi siswa Kelas X Semester Ganjil SMA Negeri

Masalah dalam penelitian ini adalah apakah profesionalisme guru dan motivasi belajar siswa memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa pada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Ada tidaknya pengaruh yang signifikan variasi mengajar guru terhadap motivasi belajar siswa Kelas XI SMK Negeri 1

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) ada pengaruh positif dan signifikan kompetensi guru ekonomi terhadap motivasi belajar siswa kelas XII IPS SMA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) ada pengaruh positif dan signifikan kompetensi guru ekonomi terhadap motivasi belajar siswa kelas XII IPS SMA

Berdasarkan pada hasil penelitian yang menunjukkan adanya pengaruh yang positif dan signifikan antara kompetensi mengajar guru terhadap motivasi belajar siswa SMK

Ditemukan pula pengaruh yang signifikan dari kompetensi guru dan motivasi kerja guru rumpun PAI terhadap hasil belajar siswa kelas IX Madrasah tsanawiyah se KKM MTs Negeri 1