ABSTRAK
PENGARUH DISIPLIN BELAJAR, MOTIVASI BERPRESTASI DAN SIKAP SISWA PADA GURU TERHADAP HASIL BELAJAR
EKONOMI SISWA KELAS X SEMESTER GANJIL SMA NEGERI 1 PAGELARAN
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh
Citra Damayanti Dj
Hasil belajar adalah keberhasilan yang telah dicapai siswa dalam suatu kegiatan pembelajaran yang diberikan oleh guru berupa nilai atau angka. Penilaian hasil belajar ini untuk mengukur perubahan prilaku pada peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Perbuatan dan hasil belajar adalah suatu kegiatan yang saling berhubungan. Artinya, siswa tidak akan menghasilkan hasil belajar yang baik jika tidak disertai dengan perbuatan belajarnya. Jadi, hasil belajar siswa tercermin dari perbuatan belajarnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh disiplin belajar, motivasi berprestasi dan sikap siswa pada guru terhadap hasil belajar Ekonomi siswa Kelas X Semester Ganjil SMA Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran 2011/2012.
Berdasarkan analisis data diperoleh hasil sebagai berikut.
1. Ada pengaruh yang positif dan signifikan disiplin belajar terhadap hasil belajar Ekonomi siswa kelas X Semester Ganjil SMA Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran 2011/2012 yang ditunjukkan oleh hasil uji regresi linier sederhana diperoleh r²= 0,273 pada taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan analisis data diperoleh t hitung = 7,301 sedangkan ttabel = 1,960, ini berarti thitung > ttabel.
2. Ada pengaruh yang positif dan signifikan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar Ekonomi siswa kelas X Semester Ganjil SMA Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran 2011/2012 yang ditunjukkan oleh hasil uji regresi linier sederhana diperoleh r²= 0,361 pada taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan analisis data diperoleh t hitung = 8,964 sedangkan ttabel = 1,960, ini berarti thitung > ttabel.
3. Ada pengaruh yang positif dan signifikan sikap siswa pada guru terhadap hasil belajar Ekonomi siswa Kelas X Semester Ganjil SMA Negeri 1
Pagelaran Tahun Pelajaran 2011/2012 yang ditunjukkan oleh hasil uji regresi linier sederhana diperoleh r²= 0,146 pada taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan analisis data diperoleh t hitung = 4,922 sedangkan ttabel = 1,960, ini berarti thitung > ttabel.
4. Ada pengaruh yang positif dan signifikan disiplin belajar, motivasi berprestasi dan sikap siswa pada guru terhadap hasil belajar Ekonomi siswa Kelas X Semester Ganjil SMA Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran 2011/2012 yang ditunjukkan oleh hasil uji regresi linier multiple diperoleh R²= 0,438, pada taraf signifikansi 0,05 dengan Fhitung = 36,40 sedangkan Ftabel = 2,86, ini berarti Fhitung >Ftabel.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu komponen penting dalam pembangunan suatu bangsa, Karena melalui pendidikan inilah dapat dihasilkan generasi-generasi yang
cerdas dan terampil sebagai salah satu modal menuju perubahan ke arah yang lebih baik, terlebih memasuki era persaingan global saat ini. Pendidikan yang baik dapat membantu manusia unutk mencapai kesejahteraan hidup, mengembangkan
potensi dirinya, mewujudkan kehidupan lebih baik dan berpartisipasi secara lebih aktif dalam pembangunan
Era global menuntut sumber daya manusia yang berkualitas agar mampu bersaing secara fair dengan bangsa-bangsa lain dan bekerja sama dengan mereka. Disini,
pendidikan dituntut untuk menghasilkan output yang dibutuhkan oleh pangsa pasar tenaga kerja. Salah satu upaya yang harus dilakukan dalam menghadapi era
persaingan bebas adalah dengan cara meningkatkan kualitas pendidikan yang ada. Karena kualitas pendidikan merupakan suatu syarat mutlak untuk mempercepat terwujudnya masyarakat yang demokratis, masyarakat yang berdisiplin,
masyarakat yang bersatu, penuh toleransi dan pengertian serta dapat bekerja sama. Dalam hal ini fungsi sekolah sangatlah penting untuk menciptakan sumber daya
2 terarah pada tujuan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku di dalam diri manusia. Bila telah selesai suatu
usaha belajar tetapi tidak terjadi perubahan pada diri individu yang belajar, maka tidak dapat dikatakan bahwa pada diri individu tersebut telah terjadi proses belajar.
Hasil belajar adalah keberhasilan yang telah dicapai siswa dalam suatu kegiatan
pembelajaran yang diberikan oleh guru berupa nilai atau angka. Penilaian hasil belajar ini untuk mengukur perubahan prilaku pada peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Perbuatan dan hasil belajar adalah suatu kegiatan yang saling
berhubungan. Artinya, siswa tidak akan menghasilkan hasil belajar yang baik jika tidak disertai dengan perbuatan belajarnya. Jadi, hasil belajar siswa tercermin dari
perbuatan belajarnya.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru bidang studi Ekonomi di SMA Negeri 1 Pagelaran kelas X mengenai hasil belajar Ekonomi siswa pada
3 Tabel 1. Hasil Ulangan Harian Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X SMA
Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran 2011/2012
No. Kelas Interval Nilai Jumlah Siswa
< 70 > 70
1. X1 22 13 35
2. X2 20 15 35
3. X3 26 7 33
4. X4 25 11 36
5. X5 22 12 34
6. X6 19 12 31
7. X7 20 14 34
Jumlah Siswa 154 84 238
Persentase 64,70% 35,30% 100%
Sumber: Guru mata pelajaran Ekonomi SMA Negeri 1 Pagelaran
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui jumlah siswa yang memperoleh nilai
hasil ulangan harian pada mata pelajaran Ekonomi yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu sebesar 70 sebanyak 84 siswa dari 238 siswa atau sebanyak 35,30% artinya hanya sebesar 35,30% siswa yang dapat mencapai
daya serap materi. Sedangkan sebanyak 149 siswa dari 238 siswa atau sebanyak 64,70% yang belum mencapai daya serap materi. Kenyataan tersebut dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar Ekonomi kelas X SMA Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran 2011/2012 masih rendah.
Sementara menurut Djamarah dan Zain (2006:121) untuk mengukur tingkat
ketuntasan belajar sebagai berikut.
1. Istimewa/maksimal apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa 100%.
2. Baik sekali/optimal apabila sebagian besar dapat dikuasai siswa yaitu 76% - 99%.
3. Baik/minimal apabila bahan pelajaran yang dikuasai siswa sebesar 60% - 76%.
4. Kurang apabila bahan pelajaran yang dikuasai siswa sebesar < 60%.
Banyak faktor yang berkaitan dengan pencapaian hasil belajar siswa, baik faktor
4 Disiplin belajar merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan. Karena keberhasilan siswa juga dapat dipengaruhi oleh disiplin belajar dan merupakan
modal dasar untuk mencapai harapan sukses. Dalam hal ini penting bagi siswa untuk dapat mentaati ketertiban atau prosedur yang telah dicanangkan oleh sekolah itu sendiri jika ingin berhasil dengan baik.
Disiplin merupakan kunci untuk memperoleh hasil yang baik termasuk prestasi
belajar yang baik. Siswa yang mempunyai disiplin belajar yang tinggi berarti siswa mempunyai kunci keberhasilan dalam belajar. Seorang siswa dapat
dikatakan disiplin belajarnya tinggi apabila siswa itu tunduk pada peraturan yang
berlaku, sedangkan motivasi berprestasi merupakan dorongan untuk melakukan aktivitas dengan hasil yang optimal. Besarnya motivasi berprestasi seseorang
tentunya akan membedakan pencapaian prestasi belajar.
Disiplin belajar yang baik, akan dapat mendorong siswa meraih prestasi yang tinggi pula. Namun kenyataan, tingkat disiplin belajar siswa di sekolah antara
siswa yang satu dengan yang lain berbeda. Dikarenakan adanya pengaruh lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah yang berbeda pula.
Hal ini dapat dilihat pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Pagelaran. Banyak dari mereka yang masih kurang disiplin. Berikut disajikan data ketidakdisiplinan siswa
5 Tabel 2. Data Ketidakdisiplinan Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Pagelaran
Tahun Pelajaran 2011/2012
No Kasus Banyaknya Siswa Kelas X yang Melanggar Jumlah Ket.
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7
1. Terlambat
masuk sekolah 5 6 10 6 5 3 4 39 Jumlah Siswa
Kelas X 238 siswa 2. Tidak masuk
sekolah a. Sakit b. Ijin c. Alpha 5 6 2 6 4 5 8 3 10 4 6 5 5 6 3 4 4 7 8 4 5 40 33 37 3. Tidak
mengikuti Upacara
3 3 8 2 2 3 4 25
4. Membolos 1 2 6 3 3 4 2 21
Sumber Data : Dokumen BK dan TU SMA Negeri 1 Pagelaran
Faktor kedua yang diduga mempengaruhi hasil belajar adalah motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi seseorang tercermin melalui ketekunan yang
tidak mudah patah untuk mencapai kesuksesan meskipun dihadang banyak kesulitan. Individu akan mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan
mempresepsikan bahwa keberhasilan adalah merupakan akibat dari kemauan dan usaha. Sedangkan individu yang memiliki motivasi berprestasi rendah akan mempresepsikan bahwa kegagalan adalah akibat dari kurangnya kemampuan dan
tidak melihat usaha sebagai penentuan keberhasilan. Di bawah ini adalah data motivasi berprestasi siswa yang didapat melalui penelitian pendahuluan angket
6 Tabel 3. Motivasi Berprestasi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Pagelaran
Tahun Pelajaran 2011/2012
Kelas Tinggi Kriteria Sedang Rendah Jumlah Siswa X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 8 5 7 8 4 3 5 17 18 11 16 18 18 16 10 12 15 12 12 10 13 35 35 33 36 34 31 34
Jumlah 40 114 84 238
Persentase
(%) 16,81 47,9 35,29 100
Sumber : Pengolahan hasil angket awal peneliti
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa motivasi berprestasi siswa kelas X SMA Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran 2011/2012 dari 238 siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi sebanyak 40 siswa atau sebanyak 16,81%.
Dan yang memiliki motivasi berprestasi sedang sebanyak 114 siswa atau
sebanyak 47,9%. Sedangkan yang mempunyai motivasi berprestasi rendah yaitu
sebanyak 84 siswa atau sebanyak 35,29%.
Guru memegang peranan penting terhadap hasil belajar siswa. Proses belajar mengajar menuntut seorang guru yang berkompetensi, sehingga dapat
menumbuhkan kemauan siswa untuk belajar. Adanya proses belajar mengajar
yang berjalan dengan baik, maka siswa akan tumbuh dengan baik dan akan lebih memupuk sikap yang positif. Siswa yang mempunyai sikap positif akan
menampakkan sikap yang senang terhadap guru. Sikap senang siswa tersebut terwujud dengan tingkah lakunya yaitu siswa menyenangi pelajaran yang diberikan guru, siswa mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, dan siswa
7 dapat berhasil dalam menguasai pelajaran yang diajarkan. Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan di SMA Negeri 1 Pagelaran, didapat data sikap siswa
kelas X terhadap guru Ekonomi yaitu sebagai berikut.
Tabel 4. Sikap Siswa Kelas X Terhadap Guru Ekonomi SMA Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran 2011/2012
Kelas Positif Kriteria Netral Negatif Jumlah Siswa X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 10 8 7 10 8 6 10 12 12 10 12 11 15 14 13 15 16 14 15 10 10 35 35 33 36 34 31 34
Jumlah 59 86 93 238
Persentase
(%) 24,8 36,13 39,07 100
Sumber : Pengolahan hasil angket awal peneliti
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sikap siswa kelas X terhadap guru Ekonomi di SMA Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran 2011/2012 dari 238
siswa yang memiliki sikap positif terhadap guru sebanyak 59 siswa atau sebanyak 24,8%. Dan yang memiliki sikap netral terhadap guru sebanyak 86 siswa atau sebanyak 36,13%. Sedangkan yang mempunyai sikap negatif terhadap guru
sebanyak 93 siswa atau sebanyak 39,07%.
Adanya sikap positif terhadap guru yang memberikan pelajaran dan sikap yang menunjukkan rasa senang, mendorong siswa berusaha mencapai hasil yang
memuaskan dan prestasi yang baik. Sebaliknya bagi siswa yang tidak memiliki sikap senang terhadap guru, maka siswa tersebut tidak akan menyenangi pelajaran dan tugas yang diberikan guru tidak akan dia kerjakan. Adanya sikap yang kurang
8 dipahami dan dikuasai secara baik oleh siswa. Dengan demikian sikap merupakan faktor pendorong untuk dapat mencapai hasil yang baik melalui proses belajar
mengajar. Hasil yang baik itu adalah prestasi belajar.
Berdasarkan latar belakang di atas, untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh disiplin belajar, motivasi berprestasi dan sikap siswa terhadap guru terhadap hasil belajar siswa, maka akan dicari jawabannya melalui penelitian dengan judul
“Pengaruh Disiplin Belajar, Motivasi Berprestasi dan Sikap Siswa Pada
Guru Ekonomi Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas X Semester
Ganjil SMA Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran 2011/2012.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan identifikasi masalah sebagai berikut.
1. Kurangnya disiplin belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 Pagelaran tahun pelajaran 2011/2012.
2. Rendahnya motivasi berprestasi siswa kelas X SMA Negeri 1 Pagelaran
tahun pelajaran 2011/2012.
3. Kurangnya guru Ekonomi yang menerapkan model-model pembelajaran di
SMA Negeri 1 Pagelaran tahun pelajaran 2011/2012.
4. Partisipasi aktif siswa masih rendah dalam proses pembelajaran. 5. Masih rendahnya hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 Pagelaran
9 C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini hanya membatasi masalah tentang ada tidaknya pengaruh disiplin belajar (X1 ), motivasi berprestasi (X2), dan sikap siswa pada guru ekonomi (X3)
terhadap hasil belajar (Y) pada mata pelajaran ekonomi siswa kelas X Semester Ganjil SMA Negeri 1 Pagelaran tahun pelajaran 2011/2012.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada pembatasan masalah, maka rumusan masalah dijabarkan dalam
bentuk pertanyaan sebagai berikut.
1. Apakah ada pengaruh disiplin belajar terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas X Semester Ganjil SMA Negeri 1 Pagelaran tahun pelajaran
2011/2012?
2. Apakah ada pengaruh motivasi berprestasi terhadap hasil belajar ekonomi
siswa kelas X Semester Ganjil SMA Negeri 1 Pagelaran tahun pelajaran 2011/2012?
3. Apakah ada pengaruh sikap siswa pada guru ekonomi terhadap hasil
belajar ekonomi siswa kelas X Semester Ganjil SMA Negeri 1 Pagelaran tahun pelajaran 2011/2012?
10 E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah.
1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh disiplin belajar terhadap hasil
belajar ekonomi siswa kelas X Semester Ganjil SMA Negeri 1 Pagelaran tahun pelajaran 2011/2012?
2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh motivasi berprestasi terhadap
hasil belajar ekonomi siswa kelas X Semester Ganjil SMA Negeri 1 Pagelaran tahun pelajaran 2011/2012?
3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh sikap siswa pada guru ekonomi
terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas X Semester Ganjil SMA Negeri 1 Pagelaran tahun pelajaran 2011/2012?
4. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh disiplin belajar, motivasi berprestasi dan sikap siswa pada guru ekonomi terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas X Semester Ganjil SMA Negeri 1 Pagelaran tahun
pelajaran 2011/2012?
F. Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah.
1. Bagi siswa, dapat digunakan sebagai bahan masukan, dalam usaha meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Ekonomi dengan memberikan informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, sehingga siswa dapat memperbaiki metode belajarnya dan berusaha untuk
11 2. Bagi guru, dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk meminimalisir
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar khususnya pada mata pelajaran Ekonomi, terutama yang disebabkan oleh faktor sekolah, yaitu guru, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Bagi pihak sekolah, dapat digunakan sebagai bahan masukan agar dapat meminimalisir faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar khususnya pada mata pelajaran Ekonomi, yaitu dengan cara pihak sekolah mengambil
kebijakan yang dapat mendukung terciptanya proses belajar yang efektif. 4. Bagi penulis, dapat mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan
dalam menulis karya ilmiah.
5. Bagi berbagai pihak, dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam melakukan penelitian lebih lanjut yang relevan.
G. Ruang Lingkup Penelitian
Agar tidak terlalu melebar maka penulis memberi batasan ruang lingkup penelitiannya adalah sebagai berikut.
1. Ruang Lingkup Objek Penelitian
Ruang lingkup objek penelitian ini adalah disiplin belajar (X1), motivasi berprestasi (X2), sikap siswa pada guru ekonomi (X3), dan hasil belajar
(Y).
2. Ruang Lingkup Subjek Penelitian
Ruang lingkup subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1
12
3. Ruang Lingkup Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah di SMA Negeri 1 Pagelaran. 4. Ruang Lingkup Waktu
Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini adalah pada tahun pelajaran
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Disiplin Belajar
Disiplin merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan
prestasi siswa. Disiplin berasal dari bahasa Yunani, Disclipus yang berarti murid
pengikut guru. Dengan disiplin ini diharapkan siswa bersedian untuk mengikuti
peraturan tertentu. Menurut Djamarah (2008:120) mengemukakan pendapat
disiplin adalah suatu tata tertib yang dapat mengatur tatanan kehidupan pribadi
atau kelompok.
Sedangkan menurut Hunter, disiplin adalah yang dibentuk atas dasar pembiasaan
belajar dengan penggunaan waktu yang teratur dan positif, menghindari
penguasaan diri yang negatif, serta mencatat dan merencanakan kebiasaan belajar
dalam kurun waktu yang ditentukan (Astuti: 2009)
Sedangkan menurut Benny Murdani (2000: 235) dalam Sunairah (2009) disiplin
adalah suatu sikap mental yang menggambarkan kesesuaian antara tingkah laku
dan perbuatan atau ucapan dengan kaidah-kaidah yang berlaku dengan dilandasi
keikhlasan dan tanggung jawab.
Disiplin yang dikehendaki tidak hanya muncul karena kesadaran, tetapi juga
14
seseorang dengan sadar bahwa hanya dengan disiplinlah akan didapatkan
kesuksesan. Sedangkan disiplin karena paksaan biasanya dilakukan karena takut
dikenakan sanksi hukum akibat pelanggaran peraturan.
Berdasarkan pengertian diatas, disiplin belajar di sekolah mengandung pengertian
ketaatan siswa dalam melaksanakan aktivitas belajar yang dilakukan di sekolah
dalam upaya memperoleh pengetahuan, kecakapan dan dan keterampilan untuk
tercapainya tujuan belajar yaitu prestasi belajar yang baik. Dengan demikian siswa
dapat dikatakan disiplin apabila siswa tersebut mematuhi peraturan-peraturan dan
melaksanakan disiplin di sekolah guna tercapainya hasil yang baik.
Walgito (2008: 12) mengemukakan disiplin belajar adalah ketaatan dan kepatuhan
dalam melaksanakan aktivitas belajar sesuai aturannya untuk mencapai tujuan
yang diharapkannya, keterikatan antara disiplin belajar dengan hasil belajar sangat
erat sehingga semakin berdisiplin dalam belajar semakin baik hasil yang dicapai.
Menurut Djamarah (2008: 18) Orang yang berhasil dalam belajar dan berkarya
disebabkan mereka selalu menempatkan disiplin di atas semua tindakan dan
perbuatan. Semua jadwal belajar yang telah disusun, mereka taati dengan baik.
Mereka melaksanakannya dengan penuh semangat.
Sikap disiplin untuk melaksanakan pedoman-pedoman yang baik dalam usaha
belajar, barulah seorang siswa mungkin mempunyai kecakapan mengenai cara
belajar belajar yang baik. Sikap bermalas-malasan, keinginan untuk mencari yang
gampang-gampang saja, keengganan bersusah payah, memusatkan pikiran,
15
menghinggapi kebanyakan siswa, gangguan itu hanya bisa diatasi kalau seorang
siswa memiliki disiplin.
Berdasarkan pendapat diatas bahwa siswa memiliki pedoman-pedoman yang baik
dalam usaha belajarnya, gangguan-gangguan yang menghinggapi kebanyakan
siswa dapat diatasi dengan jalan menanamkan disiplin dalam diri anak. Disiplin
merupakan sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri seseorang terhadap
bentuk-bentuk aturan. Peraturan yang dimaksud dapat ditetapkan oleh orang yang
bersangkutan maupun yang berasal dari luar. Di sekolah peraturan dan tatatertib
merupakan dua hal yang sangat penting untuk melancarkan kegiatan
pembelajaran. Peraturan merupakan patokan atau standar untuk hal-hal yang
sifatnya umum, sedangkan tata tertib merupakan patokan atau standar untuk
hal-hal yang sifatnya tertentu. Disiplin sangat diperlukan dalam belajar. Disiplin dapat
melahirkan semangat menghargai waktu, bukan menyia-nyiakan waktu berlalu
dalam kehampaan.
Durkheim (1990:93-95) menyatakan bahwa ada dua unsur semangat disiplin
yaitu:
1. Keinginan akan adanya keteraturan. Sebab kewajiban dalam keadaan yang
sama akan selalu sama dan karena kondisi-kondisi pokok kehidupan banyak
yang telah pasti dan berlalu bagi setiap orang.
2. Semangat disiplin mengandung keinginan untuk tidak berlebih-lebihan dan
16
Menurut Tu’u (2004: 37) disiplin berperan penting dalam membentuk individu
yang berciri keunggulan yaitu:
1. Dengan disiplin yang muncul karena kesadaran diri, siswa berhasil dalam belajarnya dan sebaliknya siswa yang seringkali melanggar ketentuan sekolah pada umumnya terlambat optimalisasi potensi dan prestasinya. 2. Tanpa disiplin yang baik suasana sekolah dan juga kelas menjadi kurang
kondusif bagi kegiatan pembelajaran dan secara positif disiplin member dukungan lingkungan yang tenang dan tertib bagi proses pembelajaran. 3. Disiplin merupakan jalan bagi siswa untuk sukses dalam belajar dan kelak
ketika bekerja dan kesadaran pentingnya norma, aturan, kepatuhan dan ketaatan merupakan prasyarat kesuksesan seseorang.
Uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa disiplin terjadi bukan hanya
bersumber dari intern atau dari dalam diri siswa melainkan juga bersumber dari
ekstern atau dari luar diri siswa. Seorang siswa yang memiliki disiplin tinggi akan
mencetak prestasi belajar yang tinggi pula. Hal ini terjadi karena siswa tersebut
belajar dan melaksanakan peraturan sekolah dengan baik.
2. Motivasi Berprestasi
Sepanjang masa kehidupan, yaitu sejak masa kanak-kanak hingga masa dewasa
seseorang selalu memiliki harapan atau cita-cita. Antara individu yang satu
dengan yang lainnya belum tentu mempunyai harapan atau cita-cita yang sama.
Misalnya waktu kecil seseorang menginginkan menjadi seorang guru, tapi setelah
dewasa menginginkan mejadi seorang yang sukses dan kaya. Salah satu faktor
yang berperan dalam mewujudkan cita-cita adalah motif berprestasi atau motivasi
17
Konsep motivasi berprestasi pertama kali dipopulerkan oleh McClelland. Dalam
konsepsinya mengenai motivasi ia mengemukakan bahwa motivation; the three
need theory:
1. Need for achievement, are that: personal responsibility, feedback and
moderate risk.
2. Need for power, are that influence and competitive.
3. Need for affiliation, are: acceptance, friendship and cooperative.(M. Basri,
2004: 27)
Membahas mengenai motivasi berprestasi perlu terlebih dahulu dipahami tentang
motivasi itu sendiri. Motivasi berbeda dengan minat. Motivasi adalah dorongan
yang tumbuh dari dalam diri dan juga dari luar karena adanya kesadaran akan
pentingnya sesuatu, karena adanya dorongan bakat apabila ada kesesuaian dengan
bidang yang dipelajari, atau karena adanya dorongan dari lingkungan seperti dari
orang tua, guru, teman dan anggota masyarakat (Dalyono, 2005: 57) untuk
mencapai tujuan tertentu. Dorongan ini hidup pada diri seseorang dan setiap hari
mengusik serta mengarahkan orang itu untuk melakukan sesuatu sesuai dengan
apa yang terkandung dalam dorongan itu sendiri (Prayitno dan Erman Amati,
2004: 155). Oleh karena itu, motivasi dapat kita saksikan keberadaannya
(Suryabrata, 2007: 70).
Motivasi didefinisikan sebagai perubahan energi dalam diri seseorang yang
ditandai dengan muculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap
adanya tujuan (Mc Donald dalam Sardiman, 2007: 73). Adapun Gates dalam
Djaali (2008: 101) mendefinisikan motivasi sebagai suatu kondisi fisiologis dan
18
cara tertentu. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam usaha suatu tujuan
sehingga semakin besar motivasinya, akan semakin besar pula kesuksesan
belajarnya. Suatu tingkah laku yang didasarkan pada motif tertentu tidaklah
bersifat acak, melainkan mengandung isi atau tema sesuai dengan motif yang
mendasarinya (Prayitno dan Amati, 2004: 155). Sehingga seorang yang besar
motivasinya akan giat berusaha, tampak gigih tidak mau menyerah, giat membaca
buku-buku untuk meraih cita-citanya (Dalyono, 2005: 235-236).
Sehubungan dengan kebutuhan hidup manusia yang mendasari timbulnya
motivasi, Abraham Maslow mengemukakan teorinya mengenai kebutuhan
manusia dari peringkat terbawah sampai yang tertinggi. Kebutuhan-kebutuhan itu
terdiri dari kebutuhan fisiologis (seperti makan, minum), kebutuhan akan rasa
aman tenteram, kebutuhan untuk dicintai dan disayangi, kebutuhan untuk
dihargai, kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri dan kebutuhan untuk
berprestasi merupakan kebutuhan manusia pada peringkat yang tertinggi (Siagian,
2002: 103).
Menurut Mc Clelland dalam Eka Dewi Fajariyanti (2008), “Berprestasi adalah penampilan yang dipersepsi sesuai dengan standar-standar keunggulan. Penampilan tersebut menimbulkan afek-afek, baik positif, negatif, maupun netral. Sehingga motif berprestasi mengacu pada afek yang berkaitan dengan evaluasi penampilan”
(http://deethemeaningoflife.blogspot.com/2011/12/05/motivasi -berprestasi-dalam-sang-pemimpi.html).
Menurut McClelland dalam Ifdil Motivasi (2010), “Berprestasi didefinisikan
sebagai kecenderungan seseorang dalam mengarahkan dan mempertahankan
tingkah laku untuk mencapai suatu standar prestasi”.
(http//konselingindonesia.com/index2.php?
19
Sedangkan Heckhausen dalam Djaali (2008: 103) mendefinisikan motivasi
berprestasi sebagai suatu dorongan yang terdapat dalam diri siswa yang selalu
berusaha atau berjuang untuk meningkatkan atau memelihara kemampuannya
setinggi mungkin dalam semua aktivitas dengan menggunakan standar
keunggulan.
Selanjutnya menurut Heckhausen dalam Djaali (2008: 103-104) standar keunggulan tersebut terbagi atas tiga komponen, yaitu standar keunggulan tugas, standar keunggulan diri dan standar keunggulan siswa lain. Standar keunggulan tugas adalah standar yang berhubungan dengan pencapaian tugas sebaik-baiknya. Standar keunggulan diri adalah standar yang berhubungan dengan pencapaian prestasi yang pernah dicapai selama ini. Adapun standar keunggulan siswa lain adalah standar keunggulan yang berhubungan dengan pencapaian prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pencapaian prestasi yang dicapai siswa lain. Standar ini lebih ditujukan kepada keinginan siswa untuk menjadi juara pertama dalam setiap kompetisi.
Slameto (2003: 26) menemukan bahwa motivasi berprestasi terdiri dari tiga
komponen, yaitu.
1. Dorongan kognitif
Dorongan kognitif timbul di dalam proses interaksi antar siswa dengan tugas/masalah. Termasuk dalam dorongan kognitif adalah kebutuhan untuk mengetahui, untuk mengerti dan untuk memecahkan masalah.
2. Harga diri
Ada siswa tertentu yang melakukan tugas-tugas bukan terutama untuk memperoleh pengetahuan atau kecakapan, melainkan untuk memperoleh status dan harga diri.
3. Kebutuhan berafiliasi
Kebutuhan berafiliasi sukar dipisahkan dari harga diri. Siswa senang bila orang lain menunjukkan pembenaran terhadap dirinya. Oleh karena itu, ia giat belajar dan melakukan tugas-tugas dengan baik agar memperoleh pembenaran tersebut.
Selanjutnya McClelland yang dikutip oleh Marwisni Hasan dalam Ifdil (2010) mengemukakan karakteristik lain dari orang lain dari orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi adalah mempunyai tanggung jawab pribadi, menetapkan nilai yang akan dicapai, berusaha bekerja kreatif, berusaha mencapai cita-cita, memiliki tugas yang moderat, melakukan kegiatan sebaik-baiknya dan mengadakan antisipasi. Berikut penjabarannya. a. Mempunyai tanggung jawab pribadi.
20
bertanggung jawab terhadap pekerjaan akan puas dengan hasil pekerjaan karena merupakan hasil usahanya sendiri
b. Menetapkan nilai yang akan dicapai atau menetapkan standar unggulan Siswa menetapkan nilai yang akan dicapai. Nilai itu lebih tinggi dari nilai sendiri (internal) atau lebih tinggi dengan nilai yang dicapai oleh orang lain (eksternal). Untuk mencapai nilai yang sesuai dengan standar keunggulan, siswa harus menguasai secara tuntas materi pelajaran. c. Berusaha bekerja kreatif
Siswa yang bermotivasi tinggi, gigih dan giat mencari cara yang kreatif untuk menyelesaikan tugas sekolahnya. Siswa mempergunakan beberapa cara belajar yang diciptakannya sendiri, sehingga siswa lebih menguasai materi pelajaran dan akhirnya memperoleh prestasi yang tinggi.
d. Berusaha mencapai cita-cita
Siswa yang mempunyai cita-cita akan berusaha sebaik-baiknya dalam belajar atau mempunyai motivasi yang tinggi dalam belajar. Siswa akan rajin mengerjakan tugas, belajar dengan keras, tekun dan ulet dan tidak mundur waktu belajar. Siswa akan mengerjakan tugas sampai selesai dan bila mengalami kesulitan ia akan membaca kembali bahan bacaan yang telah diterangkan guru, mengulangi mengerjakan tugas yang belum selesai.
e. Memiliki tugas yang moderat
Memiliki tugas yang moderat yaitu memiliki tugas yang tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Bila siswa mendapatkan tugas yang sangat sukar, ia mengerjakan tugas tersebut dengan membagi tugas menjadi beberapa bagian, tiap bagian lebih mudah menyelesaikannya.
f. Melakukan kegiatan sebaik-baiknya
Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi akan melakukan semua kegiatan belajar sebaik mungkin dan tidak ada kegiatan lupa di kerjakan. Siswa membuat kegiatan belajar dari mentaati jadwal tersebut. Siswa selalu mengikuti kegiatan belajar dan mengerjakan soal-soal latihan walaupun tidak disuruh guru serta memperbaiki tugas yang salah. Siswa juga akan melakukan kegiatan belajar jika ia mempunyai buku pelajaran dan perlengkapan belajar yang dibutuhkan dan melakukan kegiatan belajar sendiri atau bersama secara berkelompok.
g. Mengadakan antisipasi
Mengadakan antisipasi maksudnya melakukan kegiatan untuk
menghindari kegagalan atau kesulitan yang mungkin terjadi. Antisipasi dapat dilakukan siswa dengan menyiapkan semua keperluan atau peralatan sebelum pergi ke sekolah. Siswa dating ke sekolah lebih cepat dari jadwal belajar atau jadwal ujian, mencari soal atau jawaban untuk latihan. Siswa menyokong persiapan belajar yang perlu dan membaca materi pelajaran yang akan di berikan guru pada hari berikutnya.
21
Akhirnya motivasi berprestasi dalam penelitian ini dapat didefinisikan sebagai
daya pendorong yang terdapat dalam diri siswa untuk mengarahkan dan
mempertahankan tingkah laku menuju evaluasi penampilan dengan indikasi:
mempunyai tanggung jawab pribadi (responsibility), menetapkan nilai yang akan
dicapai atau menetapkan standar unggulan, berusaha bekerja kreatif, berusaha
menggapai cita-cita, memiliki tugas yang moderat (moderate risk), melakukan
kegiatan sebaik-baiknya, memilih umpan balik (feedback) langsung dan
mengadakan antisipasi.
Individu akan mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan mempresepsikan
bahwa keberhasilan adalah merupakan akibat dari kemauan dan usaha. Sedangkan
individu yang memiliki motivasi berprestasi rendah akan mempresepsikan bahwa
kegagalan adalah sebagai akibat kurangnya kemampuan dan tidak melihat usaha
sebagai penentu keberhasilan. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa motivasi
berprestasi dalam penelitian ini adalah keinginan atau dorongan yang kuat untuk
mencapai keberhasilan dalam belajar.
3. Sikap Siswa Terhadap Guru Ekonomi
Sikap pada dasarnya adalah merupakan bagian dari tingkah laku manusia, sebagai
gejala atau kepribadian yang memancar keluar. Namun karena sikap ini
merupakan sesuatu yang paling menonjol dan sangat dibutuhkan dalam pergaulan,
maka diperolehnya informasi mengenai sikap seseorang adalah penting sekali.
Sikap dapat memberikan arah kepada tingkah laku atau perbuatan seseorang
22
merupakan masalah yang penting dan menarik dalam bidang psikologi, khususnya
psikologi sosial, sehingga banyak penelitian di bidang psikologi sosial yang
mengambil sikap sebagai objek penelitian utama.
Sikap yang dapat diartikan sebagai kecenderungan perilaku seseorang tatkala ia
mempelajari hal-hal yang bersifat akademik. Pendapat ini dipertegas oleh
Thurstone dalam Walgito (2003: 126) yang menyatakan bahwa,”Sikap adalah
salah satu tingkatan afeksi baik yang bersifat positif maupun negatif dalam
hubungannya dengan objek-objek psikologis. Afeksi yang positif yaitu afeksi
senang, sedangkan afeksi negatif adalah afeksi yang tidak menyenangkan. Dengan
demikian objek dapat menimbulkan berbagai macam sikap, dapat menimbulkan
berbagai macam tingkatan afeksi pada seseorang.”
Mengetahui sikap seseorang akan diperoleh gambaran kemungkinan, bagaimana
respon atau tindakan yang akan diambil oleh orang tersebut terhadap suatu
masalah atau keadaan yang dihadapkan padanya. Munculnya sikap seorang siswa
diiringi minatnya terhadap suatu objek. Kemudian diyakini bahwa objek yang
menarik minat siswa tersebut misalnya terhadap proses pembelajaran di kelas
akan menjadi dasar motivasi sehingga akan menentukan sikap siswa itu untuk
belajar.
Menurut pendapat Allport dalam Sunairah (2009), “Sikap adalah kesiapan mental
dan neutral, yang diorganisasi melalui pengalaman dan menyebabkan pengaruh
direktif atau dinamis terhadap respon individu dalam menanggapi semua objek
dan situasi terkait. Dalam Azwar (Rokeach, 1967), menyatakan bahwa, sikap
23
objek atau situasi yang mendasari seseorang untuk merespon dalam suatu cara
yang lebih disukai.”
Dikemukakan oleh Walgito (2003: 127) yang menyatakan, sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara yang tertentu yang akan dipilihnya. Penelitian mengenai sikap pada umumnya akan membantu pula meletakkan dasar-dasar teori tentang sikap, disamping ada nilai segi praktisnya. Dengan pengukuran sikap, orang akan dapat
mengetahui perbedaan sikap seseorang dengan orang lain, ataupun antara satu kelompok dengan kelompok lain.
Sikap siswa yang positif terhadap guru disamakan dengan minat terhadap guru itu
sendiri, sedangkan minat akan memperlancar jalannya pelajaran siswa yang
malas, tidak mau belajar dan gagal dalam belajar, disebabkan karena tidak adanya
minat.
Menurut Walgito (2003: 127), sikap mengandung tiga konponen: kognitif (perseptual), afektif (emosional), konatif (perilaku atau action component). Komponen kognitif yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan bagaimana orang mempersepsi objek sikap. Komponen afektif yaitu yang berhubungan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Komponen konatif yaitu komponen yang berkaitan dengan kecenderungan untuk berperilaku terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku sesorang terhadap objek sikap.
Sikap mempunyai sikap positif terhadap suatu objek yang bernilai dalam
pandangannya, dan ia akan bersikap negatif terhadap objek yang dianggapnya
tidak bernilai atau juga merugikan. Sikap ini kemudian mendasari dan mendorong
kea rah sejumlah perbuatan yang satu sama lainnya berhubungan. Hal ini dapat
menjadi objek sikap dapat bermacam-macam. Sekalipun demikian, orang hanya
24
Dikemukakan oleh. Gerungan (2005) bahwa, “Pembentukan perubahan
sikap-sikap yang bekerja di dalam diri kita, pada waktu itu minat perhatian kita terhadap
objek-objek tertentu. Dalam faktor ekstern sikap dapat dibentuk dan diubah dalam
interaksi kelompok, dimana terdapat hubungan timbale balik yang langsung antara
manusia karena komunikasi, dimana terdapat pengaruh (hubungan) langsung dari
satu pihak saja.”
Sikap siswa merupakan gambaran kesiapan siswa untuk menerima atau menolak
suatu obyek yang menjadi perhatiannya. Sikap siswa dalam menanggapi
rangsangan yang berasal dari obyek tersebut. Disintegrasi yang terjadi dalam
kegiatan yang terjadi dalam suatu kelas, perpecahan kelas untuk bersaing dalam
kegiatan yang tidak teruji, terjadinya kelompok yang pro dan kontra terhadap
seorang guru akan dapat menimbulkan keresahan yang akibatnya dapat merugikan
kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan guru.
Sikap siswa pada guru akan mempengaruhi proses belajar mengajar, karena itu
sikap siswa pada guru akan memberikan dam pak terhadap baik atau tidaknya
hasil pendidikan sebagaimana dikemukakan Nurkancana dan Sumartana (1979:
130) dalam Sunairah (2009) bahwa, “Sikap yang positif terhadap guru, sekolah,
teman-teman dan sebagainya merupakan dorongan yang besar bagi anak-anak
untuk mengadakan hubungan yang baik dan berprestasi”.
Banyak para ahli yang mengutarakan pendapat tentang pengertian sikap.
Masing-masing ahli akan memberikan pendapat yang berbeda, namun tidak bertentangan
satu sama lain. Sikap masing-masing anak bebeda sesuai dengan pengalaman
25
Dikemukakan oleh Rusefendi (1996: 131) dalam Sunairah (2009) yang mengatakan, “Seseorang anak yang mengikuti pelajaran dengan sunguh-sungguh, menyelesaikan tugas dengan baik, berpartisipasi aktif dalam diskusi, mengerjakan tugas-tugas rumah sampai tuntas dan selesai tepat pada
waktunya, dalam merespon secara baik terhadap tantangan yang dating dari pelajaran yang diberikan guru. Itulah tingkah laku seorang anak yang bersikap positif terhadap guru”.
Dikemukakan oleh Djaali (2008: 115) bahwa, “sikap siswa terhadap guru sangat
penting karena didasarkan atas peranan guru sebagai leader dalam proses belajar
mengajar. Gaya yang diterapkan guru dalam kelas berpengaruh terhadap proses
dan hasil belajar siswa”. Pendapat ini dipertegas oleh Nasution dalam Djaali
(2008: 116) menyatakan bahwa hubungan tidak baik dengan guru dapat
menghalangi prestasi belajar yang tinggi. Sikap belajar bukan saja sikap yang
ditunjukkan kepada guru, melainkan juga kepada tujuan yang akan dicapai, materi
pelajaran, tugas dan lain-lain.
Dalam interaksi belajar mengajar guru akan senantiasa diobservasi, dilihat,
didengar, ditiru semua perilakunya oleh para siswa karena di sekolah guru
merupakan pribadi kunci, panutan utama bagi anak didik. Guru mempunyai hak
otoritas untuk membimbing dan mengarahkan siswa agar menjadi manusia yang
memiliki ilmu pengetahuan dimasa depan. Seperti yang dikemukakan oleh
Sardiman AM (2004: 28), bahwa pembentukan sikap mental dan perilaku anak
didik, tidak akan terlepas dari soal penanaman nilai-nilai, transfer of values. Oleh
karena itu, guru bukan hanya sekedar “pengajar”, tetapi betul-betul sebagai
26
Adapun faktor-faktor yang melekat pada guru yang berpengaruh kepada siswa
adalah:
1. Keperibadian
Termasuk di dalamnya tingkah laku, wibawa, karakter dan lain-lain yang akan berpengaruh terhadap proses interaksi.
2. Penguasaan bahan
Sukses tidak hanya proses interaksi dengan baik akan dipengaruhi juga oleh seorang guru dalam menguasai bahan yang akan diberikan.
3. Penguasaan kelas
Banyak yang terjadi keributan kelas, penuh ketegangan itu semua antara lain karena guru tidak menguasai kelas.
4. Cara guru berbicara
Ada guru yang berbicara gugup, terlalu cepat, terlalu lemah atau diulang-ulang. Dalam interaksi edukatif, diusahakan berbicara yang mudah dipahami oleh siswa.
5. Cara menciptakan suasana kelas
Suasana kelas yang baik dan nyaman harus diciptakan oleh guru agar tercipta interaksi edukatif yang baik.
6. Memperhatikan prinsip individualitas
Ini harus disadari karena siswa memiliki perbedaan kemampuan dan kecakapan, sehingga guru harus independen dan tidak pilih kasih (Suryosobroto, 2000: 163-164).
Faktor-faktor di atas dapat mempengaruhi sikap siswa terhadap guru. Pada
dasarnya guru diharapkan dapat menciptakan kondisi-kondisi yang
memungkinkan siswa dapat belajar dengan efektif dan dapat mengembangkan
kemampuan dalam belajar, terutama dalam pelajaran ekonomi. Dalam proses
belajar mengajar sangat diperlukan interaksi antara guru dan siswa dijalin dengan
akrab, hal ini dimaksudkan agar proses belajar mengajar berjalan dengan lancar.
Apabila hal tersebut dapat berjalan dengan baik, maka akan terbentuk sikap positif
untuk menyenangi guru. Namun apabila hal tersebut tidak berjalan dengan baik,
27
Tingkah laku positif siswa terhadap guru dapat digambarkan oleh Ahmadi (2000:
165), “apabila individu memiliki sikap yang positif terhadap suatu objek, ia akan
siap membantu, memperhatikan, berbuat sesuatu yang menguntungkan obyek itu.
Sebaliknya bila ia memiliki sikap negatif terhadap suatu obyek, maka ia akan
mengecam, mencela, menyerang bahkan membinasakan obyek itu”. Bila dalam
interaksi siswa dan guru, siswa mempunyai perilaku seperti di atas, hal itu berarti
siswa memiliki sikap positif terhadap guru. Namun bila siswa berperilaku buruk
terhadap guru, berarti guru tidak berhasil dalam melakukan mengajar, kemampuan
berkomunikasi, bersifat otoriter, tidak bijaksana, pilih kasih terhadap siswa
sehingga siswa tidak memiliki kesan yang baik terhadap guru yang menyebabkan
perilaku buruk siswa dalam belajar.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sikap siswa terhadap
guru adalah gambaran pribadi seorang siswa dalam berinteraksi serta bertindak
terhadap guru. Siswa yang memiliki sikap positif terhadap guru akan berpengaruh
bertambahnya motivasi berusaha dan motivasi belajar yang baik. Sebaliknya sikap
negatif terhadap guru akan berpengaruh terhadap berkurangnya motivasi belajar
dan minat berusaha.
4. Hasil belajar
Belajar menurut Whittaker dalam Djamarah (2008: 12) adalah sebagai proses
dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
Menurut Morgan dalam Dalyono (2005: 211), belajar terjadi apabila suatu situasi
28
sehingga perbuatannya (performancenya) berubah dari waktu sebelum ia
mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.
Menurut Sardiman (2004: 21) belajar akan membawa suatu perubahan pada
individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan
penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan,
sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Menurut Djamarah
(2008: 13) belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi
dengan lingkungan yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.
Berdasarkan pendapat diatas, belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku
dalam diri individu yang dilakukan dengan suatu usaha-usaha untuk memperoleh
pengalaman dalam hidupnya. Sedangkan menurut Dalyono (2005: 51-54)
mengemukakan prinsip-prinsip belajar sebagai berikut.
a. Kematangan jasmani dan rohani
Salah satu prinsip utama belajar adalah harus mencapai kematangan jasmani dan rohani sesuai dengan tingkatan yang dipelajarinya.
Kematangan jasmani yaitu telah sampai pada batas minimal umur serta kondisi fisiknya telah cukup kuat untuk melakukan kegiatan belajar. Sedangkan kematangan rohani artinya telah memiliki kemampuan secara psikologis untuk melakukan kegiatan belajar.
b. Memiki kesiapan
Setiap orang yang hendak belajar harus memiliki kesiapan yakni dengan kemampuan yang cukup baik fisik, mental maupun perlengkapan belajar. Kesiapan fisik berarti memiliki tenaga cukup dan kesehatan yang baik, sementara kesiapan mental, memiliki minat dan motivasi yang cukup untuk melakukan kegiatan belajar.
c. Memahami tujuan
29
d. Memiliki kesungguhan
Orang yang belajar harus memiliki kesungguhan untuk
melaksanakannya. Belajar tanpa kesungguhan akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan. Sebaliknya, belajar dengan sungguh-sungguh serta tekun akan memperoleh hasil yang maksimal dan penggunaan waktu yang lebih efektif.
e. Ulangan dan latihan
Prinsip yang tidak kalah pentingnya adalah ulangan dan latihan. Sesuatu yang dipelajari perlu diulang agar meresap dalam otak, sehingga dikuasai sepenuhnya dan sukar dilupakan. Mengulang pelajaran adalah satu cara untuk membantu berfungsinya ikatan.
Saat belajar siswa perlu memperhatikan prinsip-prinsip dalam belajar.
Prinsip-prinsip ini perlu dilaksanakan oleh siswa dalam belajar. Siswa perlu menyadari
pentingnya prinsip belajar itu. Karena dengan memperhatikan prinsip-prinsip
belajar tersebut dengan baik maka hasil yang akan dicapai dapat baik.
Menurut Mulyasa (2008: 208-209) penilaian hasil belajar tingkat kelas adalah
penilaian yang dilakukan oleh guru atau pendidik secara langsung. Penilaian hasil
belajar pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan untuk mengukur perubahan
prilaku yang telah terjadi pada diri peserta didik.
Pada umumnya hasil belajar akan memberikan pengaruh dalam dua bentuk : (1)
peserta didik akan mempunyai perspektif terhadap kekuatan dan kelemahannya
atas perilaku yang diinginkan, (2) mereka mendapatkan bahwa perilaku yang
diinginkan itu telah meningkat baik setahap atau dua tahap sehingga timbul lagi
kesenjangan antara penampilan perilaku yang sekarang dengan yang diinginkan.
Penilaian hasil bertujuan untuk mengetahui hasil belajar atau pembentukan
kompetensi peserta didik. Standar nasional pendidikan mengungkapkan bahwa
30
memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk penialaian harian,
penilaian tengah semester, penilaian akhir semester, dan penilaian kenaikan kelas.
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi hasil belajar dan tindak
mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil
belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan puncak proses belajar yang
merupakan bukti dari usaha yang telah dilakukan. Menurut Hamalik (2002: 155)
hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa,
yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan pengetahuan, sikap dan
keterampilan (Hamalik, 2002: 155).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, hasil belajar adalah keberhasilan yang
telah dicapai siswa dalam suatu kegiatan pembelajaran yang diberikan oleh guru
berupa nilai atau angka. Penilaian hasil belajar ini untuk mengukur perubahan
prilaku pada peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Perbuatan belajar dan
hasil belajar merupakan suatu kegiatan yang saling berhubungan. Artinya, siswa
tidak akan menghasilkan hasil belajar yang baik jika tidak disertai dengan
perbuatan belajarnya. Jadi, hasil belajar siswa tercermin dari perbuatan belajarnya.
Akan tetapi, untuk mencapai hasil belajar yang baik siswa harus berusaha
mengatasi faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Hasil belajar peserta didik dapat diklasifikasikan ke dalam tiga ranah, yaitu: (1)
domain kognitif (pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan
kecerdasan logika – matematika), (2) domain afektif (sikap dan nilai atau yang
mencakup kecerdasan antarpribadi dan kecerdasan intrapribadi, dengan kata lain
31
mencakup kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spasial dan kecerdasan
musikal), (Sudrajat, 2008: 5).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil
yang dicapai siswa dalam proses belajar yang menggambarkan keterampilan dan
pengetahuan yang diperoleh siswa. Saat belajar, hasil belajar yang diperoleh siswa
tidak selamanya baik. Terkadang siswa memperoleh hasil belajar yang kurang
memuaskan. Hasil belajar ini merupakan cerminan saat siswa belajar. Siswa yang
belajar dengan sungguh-sungguh tentu akan memperoleh hasil belajar yang baik.
Sedangkan siswa yang bermalas-malasan dalam belajarnya akan memperoleh
hasil belajar yang kurang memuaskan dibandingkan dengan siswa yang belajar
dengan sungguh-sungguh.
Belajar yang efektif sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisi yang ada.
Menurut Hamalik (2004: 32-33), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah:
1. Faktor kegiatan, pengulangan, dan ulangan 2. Belajar memerlukan latihan
3. Belajar akan lebih berhasil jika siswa merasa berhasil dan mendapatkan kepuasannya. Belajar hendaknya dilakukan dalam suasana yang
menyenangkan.
4. Siswa yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam belajarnya.
5. Faktor asosiasi besar manfaatnya dalam belajar, karena semua pengalaman belajar antara yang lama dengan yang baru, secara berurutan diasosiasikan, sehingga menjadi satu kesatuan pengalaman.
6. Pengalaman masa lampau dan pengertian-pengertian yang telah dimiliki oleh siswa, besar peranannya dalam proses belajar.
7. Faktor kesiapan belajar. 8. Faktor minat dan usaha. 9. Faktor-faktor fisiologis. 10.Faktor intelegensi.
Saat belajar, hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang
32
eksternal. Slameto (2010: 54-57) menyatakan faktor yang mempengaruhi hasil
belajar secara garis besar dibagi dalam dua faktor yaitu faktor intern dan faktor
ekstern.
1. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor Intern meliputi:
a. Faktor jasmaniah
Faktor jasmaniah yang mempengaruhi hasil belajar siswa terdiri dari: 1) Faktor kesehatan
2) Faktor cacat tubuh
b. Faktor psikologis
Ada tujuh faktor yang termasuk ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar siswa, yaitu intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.
c. Faktor kelelahan
Faktor kelelahan ada dua, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani dapat terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh.
Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan mengahasilkan sesuatu hilang.
2. Faktor ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern terdiri dari:
a. Faktor Keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa car orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga, serta latar belakang kebudayaannya.
b. Faktor Sekolah
33
c. Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh ini terjadi karena keberadaan siswa yang dalam masyarakat. Faktor masyarakat yang mempengaruhi hasil belajar siswa meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam proses belajar,
hasil belajar yang dicapai dipengaruhi beberapa faktor yang digolongkan pada
faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang berasal dari
dalam diri siswa. Sedangkan faktor ekstern merupakan faktor yang berada di luar
diri siswa. Faktor intern memiliki pengaruh yang besar bagi tercapainya hasil
belajar siswa.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Agus Mulyanto (2011) Pengaruh Disiplin dan Motivasi Belajar Siswa
Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas XI IPS Semester Genap di
SMA Negeri 1 Kalirejo Tahun Pelajaran 2009/2010 menyatakan bahwa ada
pengaruh disiplin belajar terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas XI SMA
Negeri 1 Kalirejo Tahun Pelajaran 2009/2010 yang dibuktikan dari hasil
perhitungan uji t yang menunjukkan t hitung > t tabel atau 7,080 > 1,989.
2. Triani Ratnawuri (2007) yang berjudul “Hubungan antara Konsep Diri dan
Motivasi Berprestasi Belajar Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi
Angkatan 2005-2006 Jurusan Pendidikan IPS FKIP Universitas Lampung
tahun ajaran 2006/2007”, menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif
antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar dengan r=0,697 dimana t
34
3. Sri Astuti (2002) yang berjudul “Hubungan antara Sikap Siswa terhadap Guru
PPKN dengan prestasi Belajar PPKN siswa kelas II SMUN 1 Bukit
Kemuning Lampung Utara tahun ajaran 200/2001”, menyatakan bahwa
terdapat hubungan yang positif antara sikap siswa terhadap guru dengan
prestasi belajar dengan perhitungan x² hitung ≥ tabel yaitu x² hitung = 12,59 ≥
x² tabel = 9,49.
C. Kerangka Pikir
Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran dapat diartikan sebagai usaha
memberikan hasil yang diharapkan siswa setelah proses belajar mengajar. Tujuan
tersebut dapat dikatakan tercapai apabila siswa dapat memahami dan mampu
menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru yang diindikasi mempunyai
perolehan angka nilai kuantitatif tinggi. Tinggi rendahnya hasil belajar yang
dicapai menentukan tinggi rendahnya mutu pelajaran. Banyak faktor yang
mempengaruhi keberhasilan siswa dalam usaha pencapaian tujuan pembelajaran,
diantaranya disiplin belajar, motivasi berprestasi dan sikap siswa terhadap guru.
Disiplin belajar merupakan faktor penentu dalam keberhasilan mencapai tujuan
pengajaran dan hasil belajar yang baik. Siswa yang mempunyai disiplin belajar
yang tinggi berarti siswa tersebut mempunyai kunci keberhasilan dalam belajar.
Seorang siswa dapat dikatakan disiplin belajarnya tinggi apabila siswa itu tunduk
pada peraturan-peraturan yang berlaku.
Selain disiplin belajar, motivasi berprestasi juga merupakan salah satu faktor yang
35
tinggi adalah mempunyai tanggung jawab pribadi, menetapkan nilai yang akan
dicapai, berusaha bekerja kreatif, berusaha mencapai cita-cita, memiliki tugas
yang moderat, melakukan kegiatan sebaik-baiknya dan mengadakan antisipasi.
Tingginya motivasi berprestasi seseorang tentu akan membedakan pencapaian
hasil belajar. Semakin tinggi motivasi berprestasi seseorang maka makin optimal
pula hasil belajar yang akan dicapainya.
Sikap siswa terhadap guru adalah gambaran pribadi seorang siswa dalam
berinteraksi dan bertindak terhadap guru. Siswa yang memiliki sikap yang positif
terhadap guru akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang akan dicapainya.
Sebaliknya sikap negatif terhadap guru akan berpengaruh terhadap pencapaian
hasil belajar. Sikap yang positif terhadap guru akan memberikan dorongan yang
besar bagi siswa untuk meningkatkan prestasi belajar. Hubungan tidak baik
dengan guru akan mengahalangi hasil belajar yang tinggi.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa variabel Hasil Belajar
dipengaruhi oleh berbagai variabel penyebab, diantaranya Disiplin Belajar (X1) ,
Motivasi Berprestasi (X2), dan Sikap Siswa Terhadap Guru (X3). Dengan
36
[image:38.595.114.492.98.256.2]
Gambar 1. Model teoritis pengaruh variabel X1, X2 dan X3 terhadap Y (Sugiyono, 2010: 44)
D. Hipotesis
Hipotesis yang dijukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ada pengaruh disiplin belajar terhadap hasil belajar Ekonomi siswa kelas
X Semester Ganjil SMA Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran 2011/2012/
2. Ada pengaruh motivasi berprestasi terhadap hasil belajar siswa kelas X
Semester Ganjil SMA Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran 2011/2012.
3. Ada pengaruh sikap siswa terhadap guru terhadap hasil belajar Ekonomi
siswa kelas X Semester Ganjil SMA Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran
2011/2012.
4. Ada pengaruh disiplin belajar, motivasi berprestasi dan sikap siswa
terhadap guru terhadap hasil belajar Ekonomi siswa kelas X Semester
Ganjil SMA Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran 2011/2012. Disiplin Belajar (X1)
Motivasi Berprestasi (X2)
Sikap Siswa Terhadap Guru (X3)
III. METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penggunaan metode penelitian dalam suatu penelitian sangatlah penting.
Penggunaan metode ini untuk menentukan data penelitian, menguji kebenaran,
menemukan dan mengembangkan suatu pengetahuan, serta mengkaji kebenaran
suatu pengetahuan sehingga memperoleh hasil yang diharapkan. Metode
penelitian merupakan metode kerja yang dilakukan dalam penelitian termasuk
alat-alat yang digunakan untuk mengukur dan mengumpulkan data dilapangan
pada saat melakukan penelitian.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif verifikatif dengan
pendekatan ex post facto dan survey. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
bertujuan untuk menggambarkan atau melukiskan keadaan objek atau subjek
penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Sedangkan
verifikatif menunjukkan pengaruh antara variabel bebas (X) terhadap variabel
terikat (Y).
Pendekatan ex post facto adalah salah satu pendekatan yang digunakan untuk
mengumpulkan data dengan cara mengambil data secara langsung di area
38
sebelum dilaksanakannya penelitian lebih lanjut. Sedangkan yang dimaksud
dengan pendekatan survey adalah pendekatan yang digunakan untuk mendapatkan
data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan
perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner,
test, wawancara terstruktur, dan sebagainya (Sugiyono, 2010 : 12).
Secara khusus penelitian ini hanya mendeskripsikan pengaruh disiplin belajar,
motivasi berprestasi dan sikap siswa pada guru ekonomi terhadap hasil belajar
ekonomi Siswa Kelas X Semester Ganjil SMA Negeri 1 Pagelaran Tahun
Pelajaran 2011/2012.
B. Populasi dan Sampel
Bagian ini akan mengemukakan secara lebih rinci tentang populasi dan sampel
dalam penelitian ini. Pada pembahasan sampel akan dibagi tentang teknik
penentuan besarnya sampel dan teknik pengambilan sampel tersebut. Adapun
penjelasannya lebih rinci akan dijelaskan berikut ini.
1. Populasi
Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2010:
297).
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Pagelaran tahun
39
Tabel 5. Data Jumlah Siswa Kelas X di SMA Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran 2011/2012
No Kelas Jumlah Siswa
(Populasi) Laki-laki Perempuan
1 X1 35 12 23
2 X2 35 12 23
3 X3 33 18 15
4 X4 36 15 21
5 X5 34 13 21
6 X6 31 10 21
7 X7 34 11 23
Jumlah 238 91 147
Sumber : Guru Mata Pelajaran Ekonomi SMA Negeri 1 Pagelaran Tahun Ajaran 2011/2012
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini jumlah
populasi yang akan diteliti sebanyak 238 siswa.
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2010: 81), Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sedangkan menurut Basrowi dan Kasinu
(2007: 260) sampel adalah sebagian populasi yang dipilih dengan teknik tertentu
untuk mewakili populasi. Untuk menentukan besarnya sampel dari populasi
digunakan rumus Cochran yang didasarkan pada jenis kelamin, yaitu
=
. . 2
1 + 1 ( . . − 1)
Keterangan:
n = Jumlah sampel minimal N = Ukuran populasi
T = Tingkat kepercayaan (digunakan 0,95 sehingga nilai t = 1,96) d = Taraf kekeliruan (digunakan 0,05)
p = Proporsi dari karakteristik tertentu (golongan) q = 1 – p
40
Berdasarkan rumus di atas besarnya sampel dalam penelitian ini adalah
p = = 0,3823; (Proporsi untuk siswa laki-laki)
q = 1 – 0,3823 = 0,6177; (Proporsi untuk siswa perempuan)
. . =1,96 x 0,3823 x 0,6177 = 0,9072
= 0,05 = 0,0025
=
0,9072 0,0025
1 + 1238 (0,90720,0025 − 1)
= 362,88 1 + 1,5205 =
362,88
2,5205 = 143,97 144
Jadi, besarnya sampel dalam penelitian adalah ini 144 siswa. Dengan
menggunakan rumus Cochran ini maka dalam menentukan besarnya sampel
mempertimbangkan atau memasukkan karakter yang terdapat pada populasi
sehingga diharapkan penentuan besarnya sampel tersebut akan dapat
mencerminkan kondisi populasi yang sebenarnya.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel adalah probabilitas sampling dengan menggunakan
proporsional random sampling yaitu pengambilan sampel dengan memperhatikan
41
Untuk menentukan besarnya sampel pada setiap kelas dilakukan dengan alokasi
proporsional agar sampel yang diambil lebih proporsional (Rahmat dalam
silvia,2009: 26) hal ini dilakukan dengan cara:
[image:43.595.115.461.282.500.2]Jumlah sampel tiap kelas = Xjumlah tiap kelas
Tabel 6. Perhitungan Jumlah Sampel Untuk Masing-Masing Kelas
C. Variabel Penelitian
Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2010: 38). Variabel yang terdapat
dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel bebas (Independent Variable).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah disiplin belajar (X1), motivasi
berprestasi (X2) dan sikap siswa pada guru (X3).
No Kelas Perhitungan Jumlah Siswa
(Sampel)
1 X1 144238 × 35 = 21,17 21
2 X2 144
238 × 35 = 21,17 21
3 X3 144
238 × 33 = 19,96 20
4 X4 144
238 × 36 = 21,78 21
5 X5 144
238 × 34 = 20,57 21
6 X6 144
238 × 31 = 18,75 19
7 X7 144
238× 34 = 20,57 21
42
2. Variabel terikat (Dependent Variable).
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar ekonomi (Y).
D. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel a. Definisi Konseptual Variabel
1. Disiplin Belajar (X1)
Menurut Walgito dalam Hesti (2008: 12) mengemukakan disiplin belajar
adalah ketaatan dan kepatuhan dalam melaksanakan aktivitas belajar
sesuai aturannya untuk mencapai tujuan yang diharapkannya, keterikatan
antara disiplin belajar dengan hasil belajar sangat erat sehingga semakin
berdisiplin dalam belajar semakin baik hasil yang dicapai.
2. Motivasi Berprestasi (X2)
Menurut Heckhausen dalam Djaali (2008: 103) motivasi berprestasi
merupakan suatu dorongan yang terdapat dalam diri siswa yang selalu
berusaha atau berjuang untuk meningkatkan atau memelihara
kemampuannya setinggi mungkin dalam semua aktivitas dengan
menggunakan standar keunggulan.
3. Sikap Siswa Terhadap Guru (X3)
Dikemukakan oleh Djaali (2008: 115) bahwa, “sikap siswa terhadap guru
sangat penting karena didasarkan atas peranan guru sebagai leader dalam
proses belajar mengajar. Gaya yang diterapkan guru dalam kelas
43
Pendapat ini dipertegas oleh Nasution dalam Djaali (2008: 116)
menyatakan bahwa hubungan tidak baik dengan guru dapat menghalangi
prestasi belajar yang tinggi. Sikap belajar bukan saja sikap yang
ditunjukkan kepada guru, melainkan juga kepada tujuan yang akan
dicapai, materi pelajaran, tugas dan lain-lain.
4. Hasil belajar Ekonomi (Y)
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi belajar dan tidak
mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi
hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan puncak proses
belajar yang merupakan bukti dari usaha yang telah dilakukan. Menurut
Hamalik (2002: 155) hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan
tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam
perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan.
b. Definisi Operasional Variabel
i. Disiplin belajar (X1)
Disiplin belajar meliputi sebagai berikut.
1. Aktivitas belajar siswa
a. Reaksi siswa ketika mendapatkan PR b. Mengulang kembali pelajaran di rumah c. Mengisi waktu luang dengan membaca
d. Belajar kelompok ketika guru tidak masuk kelas 2. Tertib dan teratur
44
c. Cara belajar
d. Tertib dalam belajar
e. Tertib di sekolah
ii. Motivasi berprestasi (X2)
Motivasi berprestasi meliputi sebagai berikut.
1. Dorongan untuk berprestasi
a. Tujuan yang ingin dicapai
b. Keyakinan diri
c. Persaingan
d. Kebanggaan
2. Usaha untuk berprestasi
a. Menerima tugas
b. Tanggung jawab
c. Kesediaan menghadapi resiko
iii. Sikap siswa pada guru (X3)
Sikap siswa terhadap guru meliputi sebagai berikut.
1. Kognitif
a. Respon siswa terhadap isi materi yang disampaikan guru
b. Keyakinan siswa untuk menerima materi yang diberikan guru
2. Afektif
a. Reaksi yang menunjukkan rasa senang belajar
45
3. Konatif
a. Pendapat siswa tentang cara guru ekonomi mengajar
b. Kesulitan yang dihadapi siswa dalam belajar ekonomi
c. Tujuan belajar ekonomi
iv. Hasil belajar Ekonomi (Y)
Besarnya angka atau nilai Ekonomi yang diperoleh siswa pada saat
ulangan harian.
Berdasarkan definisi - definisi yang dikemukan di atas maka untuk lebih jelasnya
berikut ini disajikan tabel yang menggambarkan definisi operasianal variabel
tentang variabel-variabel, indikator- indikator, dan sub indikator yang digunakan
sebagai acuan dalam penelitian ini.
Tabel7. Indikator dan Sub Indikator Variabel
Variabel Indikator Sub Indikator Skala
Disiplin Belajar (X1)
1. Aktivitas Belajar
2. Tertib dan teratur
1. Reaksi siswa ketika mendapatkan PR
2. Mengulang kembali pelajaran di rumah
3. Mengisi waktu luang dengan membaca
4. Belajar kelompok ketika guru tidak masuk kelas.
1. Perencanaan belajar
2. Pembagian waktu belajar
3. Cara belajar
4. Tertib dalam belajar
5. Tertib di sekolah
46
Variabel Indikator Sub Indikator Skala
Motivasi Berprestasi (X2)
1. Dorongan untuk berprestasi 2. Usaha untuk berprestasi
1. Tujuan yang ingin dicapai.
2. Keyakinan diri.
3. Persaingan.
4. Kebanggaan.
1. Menerima tugas.
2. Tanggung jawab.
3. Kesediaan menghadapi resiko.
Ordinal
Sikap Siswa pada Guru (X3)
1. Kognitif (perceptual) 2. Afektif (emosional) 3. Konatif (perilaku atau action component)
1. Respon siswa terhadap isi yang disampaikan oleh guru
2. Keyakinan siswa untuk menerima materi yang diberikan guru
1. Reaksi yang menunjukkan rasa senang belajar
2. Reaksi yang
menunjukkan rasa tidak senang belajar
1. Pendapat siswa tentang cara guru ekonomi mengajar
2. Kesulitan yang dihadapi siswa dalam belajar
3. Tujuan belajar ekonomi
47
Variabel Indikator Sub Indikator Skala
Hasil Belajar Ekonomi (Y)
Hasil ulangan harian mata pelajaran Ekonomi siswa kelas X di SMA Negeri 1 Pagelaran tahun pelajaran 2011/2012
Tingkat atau besarnya nilai yang diperoleh dari ulangan harian siswa kelas X di SMA Negeri 1 Pagelaran tahun pelajaran 2011/2012
Interval
E.Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai
berikut.
1. Observasi
Observasi ialah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan
pencataatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau
mengamati individu atau kelompok secara langsung (Purwanto dalam Basrowi
dan Kasinu,2007: 166). Teknik ini dilakukan pada saat melakukan penelitian
pendahuluan.
2. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data yang
menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang
diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah, dan bukan
berdasarkan perkiraan (Basrowi dan Kasinu,2007: 166). Teknik dokumentasi
digunakan untuk mengumpulkan data terkait dengan jumlah siswa dan hasil
belajar Ekonomi siswa kelas X SMA Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran
48
3. Angket
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya (Sugiyono,2010: 142). Angket digunakan untuk memperoleh
informasi mengenai disiplin belajar, aktivitas belajar, perhatian orang tua dan
hasil belajar Ekonomi siswa kelas X SMA Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran
2011/2012.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan angket close (tertutup) dimana