• Tidak ada hasil yang ditemukan

25851212 Hubungan Konvensasi Dengn Kepuasan Kerj Dan Prestasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "25851212 Hubungan Konvensasi Dengn Kepuasan Kerj Dan Prestasi"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN IMBALAN DAN PRESTASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sumber daya manusia (SDM) mempunyai peran utama dalam setiap kegiatan organisasi. Walaupun didukung dengan sarana dan prasarana serta sumber dana yang cukup, tetapi tanpa dukungan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas maka kegiatan organisasi tidak akan terselesaikan dengan baik.

Kepuasan kerja adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi prestasi kerja seorang pegawai. Pegawai yang puas dan senang pekerjaannya, akan selalu berupaya untuk bekerja dengan baik sehingga kuantitas dan kualitas kerjanya akan tinggi.

Selanjutnya, Gibson, et.al. (1993) menyatakan bahwa (1) kepuasan kerja adalah fungsi dari banyaknya imbalan yang diterima, dan berapa banyak menurut perasaan pegawai yang harus diterima, (2) perasaan individu tentang kepuasaan dipengaruhi oleh perbandingan apa yang terjadi pada diri orang lain, (3) tingkat kepuasan dipengaruhi oleh rasa puas pegawai dengan imbalan intrinsik dan ekstrinsik, dimana imbalan instrinsik merupakan imbalan yang dinilai dari dalam dan berkenaan dengan pelaksanaan berprestasi. Sedangkan imbalan ekstrinsik berasal dari pekerjaan itu sendiri Dari pendapat tersebut diketahui bahwa imbalan atau kompensasi dapat mempengaruhi kepuasan kerja pegawai. Perusahaan akan memberikan kompensasi kepada para pegawai sebagai balas jasa perusahaan terhadap pengorbanan waktu, tenaga dan pikiran yang diberikan oleh pegawai untuk perusahaan.

(2)

Namun idealnya balas jasa tersebut diberikan secara sebanding dan setimpal. Sedangkan menurut Hasibuan (2007), kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima oleh pegawai sebagai balas jasa untuk kerja mereka. Pemberian kompensasi sangat penting baik bagi pegawai itu sendiri sebagai individu, karena besarnya kompensasi sebagai pencerminan atau ukuran nilai dari pegawai itu sendiri.

Dari penjelasan di atas maka, penulis akan mencoba menghubungkan antara konpensasi terhadap kepuasan kerja dan prestasi kerja. Kemudian selanjutnya penulis akan mencoba untuk menyelesaikan suatu kasus dalam perusahaan tertentu. Dari penjelasan di atas, maka tersusunlah makalah ini yang kami beri judul “Hubungan Antara Kepuasan Kerja Terhadap Konpensasi Dan Prestasi Kerja.”

B. Tujuan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara konpensasi terhadap kepuasan kerja dan prestasi kerja di dalam sebuah perusahaan.

2. Untuk mengetahui bagaimana imbalan yang baik bagi karyawan agar prestasi kerja dapat menjadi lebih baik.

3. Agar mahasiswa sebagai calon tenaga penyuluh lapangan mengerti bagaimana mengatasi permasalahan sebuah perusahaan, sehingga bisa di aflikasikan di lapangan nantinya.

C. Rumusan masalah

Adapun yang menjadi permasalahan dalam makalah ini adalah :

1. Sejauh mana hubungan antara pemberian imbalan dengan kepusan kerja pada karyawan?

2. Sejauh mana imbalan dapat mempengaruhi prestasi kerja karyawan? 3. Mengapa imbalan dapat mempengaruhi kepuasan kerja dan prestasi kerja.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Sumber Daya manusia

(3)

atau perusahaan dengan orang-orang yang tepat untuk ditempatkan pada posisi dan jabatan yang tepat pada saat organisasi memerlukannya. Departemen sumber daya manusia memiliki peran, fungsi, tugas dan tanggung jawab : 1. Melakukan persiapan dan seleksi tenaga kerja / Preparation and selection

a. Persiapan

Dalam proses persiapan dilakukan perencanaan kebutuhan akan sumber daya manusia dengan menentukan berbagai pekerjaan yang mungkin timbul. Yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan perkiraan / forecast akan pekerjaan yang lowong, jumlahnya, waktu, dan lain sebagainya.

Ada dua faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan persiapan, yaitu faktor internal seperti jumlah kebutuhan karyawan baru, struktur organisasi, departemen yang ada, dan lain-lain. Faktor eksternal seperti hukum ketenagakerjaan, kondisi pasa tenaga kerja, dan lain sebagainya.

b. Rekrutmen tenaga kerja / Recruitment

Rekrutmen adalah suatu proses untuk mencari calon atau kandidat pegawai, karyawan, buruh, manajer, atau tenaga kerja baru untuk menuhi kebutuhan sdm oraganisasi atau perusahaan. Dalam tahapan ini diperluka analisis jabatan yang ada untuk membuat deskripsi pekerjaan / job description dan juga spesifikasi pekerjaan / job specification.

c. Seleksi tenaga kerja / Selection

(4)

melihat daftar riwayat hidup / cv / curriculum vittae milik pelamar. Kemudian dari cv pelamar dilakukan penyortiran antara pelamar yang akan dipanggil dengan yang gagal memenuhi standar suatu pekerjaan. Lalu berikutnya adalah memanggil kandidat terpilih untuk dilakukan ujian test tertulis, wawancara kerja / interview dan proses seleksi lainnya.

2. Pengembangan dan evaluasi karyawan / Development and evaluation

Tenaga kerja yang bekerja pada organisasi atau perusahaan harus menguasai pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya. Untuk itu diperlukan suatu pembekalan agar tenaga kerja yang ada dapat lebih menguasai dan ahli di bidangnya masing-masing serta meningkatkan kinerja yang ada. Dengan begitu proses pengembangan dan evaluasi karyawan menjadi sangat penting mulai dari karyawan pada tingkat rendah maupun yang tinggi.

3. Memberikan kompensasi dan proteksi pada pegawai / Compensation and protection

Kompensasi adalah imbalan atas kontribusi kerja pegawai secara teratur dari organisasi atau perusahaan. Komjpensasi yang tepat sangat penting dan disesuaikan dengan kondisi pasar tenaga kerja yang ada pada lingkungan eksternal. Kompensasi yang tidak sesuai dengan kondisi yang ada dapat menyebabkan masalah ketenaga kerjaan di kemudian hari atau pun dapat menimbulkan kerugian pada organisasi atau perusahaan.

B. Imbalan atau konpensasi

(5)

yang baik adalah system yang mampu menjamin kepuasan para anggota sehingga memungkinkan organisasi memperoleh, memelihara dan memperkerjakan sejumlah orang yang dengan berbagai sikap dan prilaku positif, bekerja dengan produktif bagi kepentingan organisasi.

Hal-hal yang di perhatikan :

- Hal yang bersifat internal : kemampuan organisasi membayar upah kerja - Hal yang bersifat external : peraturan perundangan, persaingan di paar

kerja, langka/ tidknya tenaga kerja yang di butuhkan, kendala perekonomian

- Pemanfaatan teknologi

Probleamtik pembagian kompensasi imablan dan perlindungan kerja a. Dari segi pekerja

1. Kepuasan kerja

2. Harkat daan martabat manusia sbg pekerja

3. Pemenuhan untuk mempertahankan taraf hidup ang wajar 4. Perlindungan kerja

b. Dari segi organisasi

1. Tingkat pengetahuan, kemampuan dan keterampilan ang mendukung pencapaian tujuan organisasi

2. Kemampuan mempertahankan eksistensi organisasi 3. Perkembangan organisasi secara kuantitatif dan kualitatif 4. System imblan ang memuaskan

5. Upah minimum regional 6. UU yang berlaku

Macam-macam imblan

1. Uang kontan : gaji, upah, tunjangan, bonus 2. Material :

3. Pasilitas ; kesehatan, antar jemput, perumahan, kendaraan

(6)

2. Harus mempunyai daya tarik yang kuat mempertahankan tenaga kerja yang sudah ada

3. Harus mengandung prinsip keadilan 4. Harus menghargai prilku posiitf 5. Penganendalian pembiayaan

6. harus mengupayakan kepatuhan terhadap peratutan perundangan-undangan

7. harus menciptakan system penggajian dan pengupahan yang berdaya guna dan berhasil guna

Factor yang dapat menjadi acuan adil dan layak dalam pemberian konvensasi a. latar belaknag pendidikan dan pengalaman

b. jumlah tanggungan karyawan ybs

c. beban tugas dan tanggung jawab tang di pikul d. tingkat dan biaya hidup

e. tingkat konvensasi yang belalku di perusahaan lain

C. Teori-Teori Tentang Kepuasan dan Ketidakpuasan Kerja 1. Teori Perbandingan Intrapersonal (Discrepancy Theory)

Kepuasan atau ketidakpuasan yang dirasakan oleh individu merupakan hasil dari perbandingan atau kesenjangan yang dilakukan oleh diri sendiri terhadap berbagai macam hal yang sudah diperolehnya dari pekerjaan dan yang menjadi harapannya. Kepuasan akan dirasakan oleh individu tersebut bila perbedaan atau kesenjangan antara standar pribadi individu dengan apa yang diperoleh dari pekerjaan kecil, sebaliknya ketidakpuasan akan dirasakan oleh individu bila perbedaan atau kesenjangan antara standar pribadi individu dengan apa yang diperoleh dari pekerjaan besar.

2. Teori Keadilan (Equity Theory)

(7)

atau inequity atas suatu situasi diperoleh seseorang dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain yang sekelas, sekantor, maupunditempat lain.

3. Teori Dua – Faktor (Two Factor Theory)

Prinsip dari teori ini adalah bahwa kepuasan dan ketidakpuasan kerja merupakan dua hal yang berbeda. Menurut teori ini, karakteristik pekerjaan dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yang satu dinamakan Dissatisfier atau hygiene factors dan yang lain dinamakan satisfier atau motivators.

Satisfier atau motivators adalah faktor-faktor atau situasi yang dibuktikannya sebagai sumber kepuasan kerja yang terdiri dari prestasi, pengakuan, wewenang, tanggungjawab dan promosi. Dikatakan tidak adanya kondisi-kondisi ini bukan berarti membuktikan kondisi sangat tidak puas, tetapi kalau ada, akan membentuk motivasi kuat yang menghasilkan prestasi kerja yang baik. Oleh sebab itu faktor ini disebut sebagai pemuas.

Hygiene factors adalah faktor-faktor yang terbukti menjadi sumber kepuasan, terdiri dari gaji, insentif, pengawasan, hubungan pribadi, kondisi kerja dan status. Keberadaan kondisi-kondisi ini tidak selalu menimbulkan kepuasan bagi karyawan, tetapi ketidakberadaannnya dapat menyebabkan ketidakpuasan bagi karyawan.

4. Teori Penyesuaian Kerja (Theory of Work Adjustment)

(8)

kerja. Dari lain pihak, lingkungan kerja menyediakan pendorong atau penghargaan tertentu seperti gaji, status, hubungan pribadi, dan lain-lain dalam hubungannya dengan kebutuhan individu. Jika individu memenuhi persyaratan kerja, maka karyawan akan dianggap sebagai pekerja-pekerja yang memuaskan dan diperkenankan untuk tetap bekerja di dalam badan usaha. Di lain pihak, jika kebutuhan kerja memenuhi kebutuhan individu atau memenuhi kebutuhan kerja, pekerja dianggap sebagai pekerja-pekerja yang puas.

D. Prestasi kerja

Istilah prestasi kerja mengandung berbagai pengertian. Prabowo (2005) mengemukakan bahwa prestasi lebih merupakan tingkat keberhasilan yang dicapai seseorang untuk mengetahui sejauh mana seseorang mencapai prestasi yang diukur atau dinilai. Suryabrata (1984) menyatakan bahwa prestasi adalah juga suatu hasil yang dicapai seseorang setelah ia melakukan suatu kegiatan. Dalam dunia kerja, prestasi kerja disebut sebagai work performance (Prabowo, 2005). Definisi prestasi kerja menurut Lawler (dalam As’ad, 1991) adalah suatu hasil yang dicapai oleh karyawan dalam mengerjakan tugas atau pekerjaannya secara efisien dan efektif. Lawler & Porter (dalam As’ad, 1991) menyatakan bahwa prestasi kerja adalah kesuksesan kerja yang diperoleh seseorang dari perbuatan atau hasil yang bersangkutan. Dalam lingkup yang lebih luas, Jewell & Siegall (1990) menyatakan bahwa prestasi merupakan hasil sejauh mana anggota organisasi telah melakukan pekerjaan dalam rangka memuaskan organisasinya.

(9)

1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Kerja

Zeitz (dalam Baron & Byrne, 1994) mengatakan bahwa prestasi kerja dipengaruhi oleh dua hal utama, yaitu faktor organisasional (perusahaan) dan faktor personal. Faktor organisasional meliputi sistem imbal jasa, kualitas pengawasan, beban kerja, nilai dan minat, serta kondisi fisik dari lingkungan kerja. Diantara berbagai faktor organisasional tersebut, faktor yang paling penting adalah faktor sistem imbal jasa, dimana faktor tersebut akan diberikan dalam bentuk gaji, bonus, ataupun promosi. Selain itu, faktor organisasional kedua yang juga penting adalah kualitas pengawasan (supervision quality), dimana seorang bawahan dapat memperoleh kepuasan kerja jika atasannya lebih kompeten dibandingkan dirinya.

Sementara faktor personal meliputi ciri sifat kepribadian (personality trait), senioritas, masa kerja, kemampuan ataupun keterampilan yang berkaitan dengan bidang pekerjaan dan kepuasan hidup. Untuk faktor personal, faktor yang juga penting dalam mempengaruhi prestasi kerja adalah faktor status dan masa kerja. Pada umumnya, orang yang telah memiliki status pekerjaan yang lebih tinggi biasanya telah menunjukkan prestasi kerja yang baik. Status pekerjaan tersebut dapat memberikannya kesempatan untuk memperoleh masa kerja yang lebih baik, sehingga kesempatannya untuk semakin menunjukkan prestasi kerja juga semakin besar.

(10)

keterlibatan kerja, keterlibatan ego, citra diri, kepribadian, norma, nilai, persepsi atas ekspektasi peran, dan rasa keadilan. Sedangkan kesempatan meliputi alat, material, pasokan, kondisi kerja, tindakan rekan kerja, perilaku pimpinan, mentorisme, kebijakan, peraturan, prosedur organisasi, informasi, waktu, serta gaji.

2. Konsekuensi dari Prestasi Kerja

Hal utama yang dituntut oleh perusahaan dari karyawannya adalah prestasi kerja mereka yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Prestasi kerja karyawan akan membawa dampak bagi karyawan yang bersangkutan maupun perusahaan tempat ia bekerja. Prestasi kerja yang tinggi akan meningkatkan produktivitas perusahaan, menurunkan tingkat keluar masuk karyawan (turn over), serta memantapkan manajemen perusahaan. Sebaliknya, prestasi kerja karyawan yang rendah dapat menurunkan tingkat kualitas dan produktivitas kerja, meningkatkan tingkat keluar masuk karyawan, yang pada akhirnya akan berdampak pada penurunan pendapatan perusahaan.

Bagi karyawan, tingkat prestasi kerja yang tinggi dapat memberikan keuntungan tersendiri, seperti meningkatkan gaji, memperluas kesempatan untuk dipromosikan, menurunnya kemungkinan untuk didemosikan, serta membuat ia semakin ahli dan berpengalaman dalam bidang pekerjaannya. Sebaliknya, tingkat prestasi kerja karyawan yang rendah menunjukkan bahwa karyawan tersebut sebenarnya tidak kompeten dalam pekerjaannya, akibatnya ia sukar untuk dipromosikan ke jenjang pekerjaan yang tingkatannya lebih tinggi, memperbesar kemungkinan untuk didemosikan, dan pada akhirnya dapat juga menyebabkan karyawan tersebut mengalami pemutusan hubungan kerja.

(11)

Menurut Griffin dan Ebert (1996) salah satu cara mengevaluasi adalah membandingkan kinerja agen yang satu dengan agen yang lain. Kelemahan dari cara ini adalah ketika tidak ada variasi penjualan diantara agen. Manajer hanya memperhatikan seberapa besar kontribusi yang diberikan agen terhadap perusahaan. Evaluasi cara yang kedua adalah membandingkan performansi agen saat ini dengan performansi agen sebelumnya.

Menurut Griffin dan Ebert (1996) evaluasi performansi untuk menentukan prestasi yang resmi mempunyai tiga keuntungan :

1. Manajer dapat mengembangkan dan mengkomunikasikan standar yang jelas untuk menilai performansi agen asuransi.

2. Manajer dapat mengumpulkan informasi yang komprehensif mengenai setiap agen.

3. Agen tahu mereka harus duduk setiap pagi dengan manajer cabang dan menjelaskan performansi mereka ataupun kegagalannya untuk mencapai suatu goal.

4. Teknik Penilaian Prestasi Kerja

(12)

menimbang banyaknya penyimpangan perilaku (behavioral barriers), baik yang bersifat penyimpangan interpersonal maupun penyimpangan politis.

Subjek penilai dapat merupakan atasan langsung, nasabah, rekan kerja, bawahan, diri sendiri, ataupun majelis penilai. Pendapat yang serupa juga dikemukakan oleh Dessler (1988) bahwa subjek penilai adalah pejabat khusus, komite khusus, ataupun dirinya sendiri.

(13)

BAB III PERMASALAHAN A. Identifikasi Masalah

“ANALISIS HUBUNGAN KOMPENSASI DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN DPU KABUPATEN BANTUL

YOGYAKARTA”

Ada banyak faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Cara yang paling banyak diterapkan untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan adalah dengan memberikan upah dan gaji yang cukup dan layak dengan memperhatikan aspek kemanusiaan dan keadilan. Selain itu juga perlu memberikan kesempatan karyawan untuk maju sehingga dengan demikian karyawan akan mendapatkan kepuasan tersendiri dalam bekerja. Semangat kerja timbul jika karyawan mempunyai keinginan untuk maju dan berkembang.Dinas Pekerjaan Umum (DPU) adalah bagian dari lembaga pemerintah yang mempunyai bidang tugas untuk melakukan pembangunan sarana dan prasarana umum, seperti jalan, jembatan, dan sebagainya.

Dalam melakukan pekerjaannya karyawan DPU dituntut untuk melaksanakan pekerjaannya tepat waktu, karena hasil kerja mereka berkaitan dengan hajat hidup orang banyak. Dengan demikian diharapkan kegiatan operasional karyawan berjalan dengan lancar dan tepat sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.Untuk itu dibutuhkan karyawan yang dapat memiliki semangat kerja yang tinggi. Hal ini dapat terwujud apabila karyawan memiliki kepuasan kerja karyawan yang tinggi, sehingga berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.

(14)

Dari artikel di atas ada beberapa hal yang menjadi permasalahan yang berkaitan dengan kepuasan kerja, konpensasi dan prestasi kerja yaitu :

1. Dinas pekerjaan umum (DPU) merupakan intansi pemerintah, sehingga gaji dari pegawai sudah di tetapkan sesuai dengan pangkat dan golongan masing-masing, sehingga kepuasan kerja yang di capai juga berbeda-beda setiap orang, dan begitu pula dengan prestasi kerja mereka, yaitu karena seorang Pegawai Negeri Sipil hanya mengabdi kepada Negara maka rasa ingin agar DPU bisa menjadi lebih berkembang sangat sedikit. Sehingga menajadi permasalahan utama dalam organisasi ini adalah kurangnya rasa ingin mengembangkan organisasi DPU menjadi instandi pemerintah yang baik.

2. Dalam melaksanakan tugasnya, PNS di dalam Dinas Pekerjaan Umum harus bisa menyelesaikan tugasnya tepat waktu, sehingga di dalam diri pegawai harus tertanam keinginan bekerja yang tinggi. sehingga permasalahan kedua yang muncul adalah bagaimana caranya agar karyawan dapat memiliki semangat kerja yang tinggi. Karena dengan semangat yang tinggi maka karyawan memilki kepuasan kerja yang tinggi dan memberikan dampak positif bagi organisasi.

C. SOLUSI ATAU PEMECAHAN MASALAH

Adapun solusi yang dapat di berikan adalah sebagai berikut :

Pertama, Untuk menyelesaikan permasalahan yang pertama yaitu kurangnya rasa untuk mengembangkan kinerja dinas pekerjaan umum perlu kita melihat bagaimana hubungan antara kepuasan kerja, imbalan dan prestasi kerja.

(15)

di katakan kepuasan kerja yang tinggi. Untuk mencapai kepuasan kerja yang tinggi inilah maka imbalan atau konpensasi sangat di butuhkan. Yaitu dengan imbalan yang tinggi, maka rasa ingin bekerja juga akan lebih tinggi. Akan tetapi karena Dinas pekerjaan umum merupakan salah satu instansi pemerintah, yang memberikan gaji sesuai dengan pangkat dan golongan bukan dari hasil kerja, maka system ini perlu di rubah, yaitu hanya orang yang bekerja saja yang di berkan bonus, dan yang tidak bekerja dengan baik, maka tidak di berikan bonus. Dengan demikina, maka setiap karyawan akan bekerja sunggu-sungguh, sehingga hubungan yang terkahir yaitu dengan prestasi kerja. Dimana apabila tingkat kepuasan kerja tinggi, maka hasil atau prestasi yang di lakukan karyawan bisa menjadi berbanding lurus. Dimana di dalam teori mengatakan bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi prestasi kerja yaitu faktor organisasional (perusahaan) dan faktor personal. Faktor organisasional meliputi sistem imbal jasa, kualitas pengawasan, beban kerja, nilai dan minat, serta kondisi fisik dari lingkungan kerja. Diantara berbagai faktor organisasional tersebut, faktor yang paling penting adalah faktor sistem imbal jasa, dimana faktor tersebut akan diberikan dalam bentuk gaji, bonus, ataupun promosi. Selain itu, faktor organisasional kedua yang juga penting adalah kualitas pengawasan (supervision quality), dimana seorang bawahan dapat memperoleh kepuasan kerja jika atasannya lebih kompeten dibandingkan dirinya. Sehingga apabila system imbalannya baik maka akan mengahasilkan sebuah prestasi.

(16)

a. Latar belakang pendidikan dan pengalaman b. Jumlah tanggungan karyawan ybs

c. Beban tugas dan tanggung jawab tang di pikul d. Tingkat dan biaya hidup

e. Tingkat konvensasi yang belalku di perusahaan lain.

BAB V PENUTUPAN A. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan beberapa hal antara lain : 1. Hubungan antara kepuasan kerja dengan konpensasi dan prestasi kerja

sangat erat, yaitu konpensasi atau imbalan sangat mempengaruhi kepuasan kerja yakni berbanding lurus, sehingga begitu pula dengan prestasi kerja yang sangat di pengaruhi oleh system imbalan.

2. Solusi yang dapat di berikan dalam kedua permasalahan tersebut adalah mengubah system imbalan menjadi gaji pegawai di tentukan oleh hasil kerja yang di capai.

B. Saran

(17)

DAFTAR PUSTAKA

http://www.skripsi-tesis.com/07/05/analisis-hubungan-kompensasi-dengan-kepuasan-kerja-pada-karyawan-dpu-kabupaten-bantul-yogyakarta-pdf-doc.htm

http://psikologi.binadarma.ac.id/jurnal/jurnal_muhaimin.pdf

http://dwisuryanto.blogdetik.com/2008/07/07/hubungan-antara-kepuasan-kerja-dengan-produktivitas-kerja-karyawan/

http://id.wikipedia.org/wiki/Kepuasan_Kerja

Referensi

Dokumen terkait

Laporan akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III di Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya

Dari hasil penelitian tersebut juga terdapat 37 reponden (33.0%) memiliki jarak tempat tinggal yang jauh dari puskesmas sehingga tidak memanfaatkan pelayanan puskesmas.

Oleh karena itu tepat kiranya mengacu pada pengertian hak asasi manusia sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999

GTPI adalah jawatan luar norma bagi guru yang mengajar PI di kelas PraSekolah, kelas PPKI, Sekolah Jenis Kebangsaan Cina (SJKC) dan Sekolah Jenis Kebangsaan Tamil

Kebijakan subsidi dan sistem distribusi pupuk yang selama ini dibuat begitu amat komprehensif ternyata tidak menjamin adanya ketersediaan pupuk ditingkat petani khususnya

Pujian dan rasa syukur yang begitu besar saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Adanya kecenderungan jumlah populasi bakteri asam laktat yang lebih besar pada sosis fermentasi daging sapi kemungkinan disebabkan oleh kultur yang digunakan diisolasi dari

Kiteria keberhasilan dalam penelitian ini, yakni (1) langkah-langkah pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran menulis narasi melalui teknik koreksi teman sebaya