• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIKAP DAN INTERAKSI SOSIAL dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SIKAP DAN INTERAKSI SOSIAL dan "

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya manusia tidak terlepas dari aktivitas, baik yang berhubungan dengan fisik maupun psikis, berusaha untuk menambah pengetahuan serta timbul kecenderungan untuk bertindak. Kecenderungan bertindak tersebut dapat memengaruhi tingkah laku dari seluruh proses psikologi seperti belajar, minat, pemahaman, dan lain sebagainya yang pada akhirnya akan menimbulkan sikap. Kata sikap tersebut sering sekali kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari karena ia menjadi bagian dari kalimat atau ulasan yang kita pahami secara keseluruhan.

Dalam kehidupannya manusia senantiasa melakukan hubungan dan pengaruh timbal balik dengan manusia yang lain dalam rangka memenuhi kebutuhan dan mempertahankan kehidupannya yang dapat diaplikasikan dengan sikap dan perilaku. Bahkan manusia akan memiliki arti jika ada manusia lain di tempat ia tinggal dan berinteraksi. Interaksi sosial akan berlangsung apabila seorang individu melakukan tindakan dan dari tindakan tersebut menimbulkan reaksi individu yang lain. Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik yang saling memengaruhi, baik mempengaruhi perasaan, pikiran, dan tindakan. Pelakunya lebih dari satu, baik antar individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok. Terjadinya interaksi sosial didasari oleh beberapa faktor, yakni meliputi imitasi, sugesti, identifikasi, simpati dan empati.

(2)

bergerak mendekatinya dan bersikap baik terhadapnya. Hal ini, dapat memengaruhi komunikasi dan interaksi sosial karena atraksi interpersonal dapat berpengaruh pada keefektifan komunikasi dan penafsiran pesan oleh komunikan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :

1. Apa pengertian dari sikap? 2. Apa pengertian interaksi sosial?

3. Bagaimana atraksi interpersonal dan pengaruhnya?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Mengetahui pengertian sikap

2. Mengetahui pengertian interaksi sosial

(3)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek (Soekidjo N, 2003). Newcomb dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah merupakan “pre-disposisi” tindakan atau perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka.

Jalaluddin Rakhmat (1992 : 39) mengemukakan lima pengertian sikap, yaitu:

a. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan atau situasi, atau kelompok.

b. Sikap mempunyai daya penolong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu; menentukan apa yang disukai, diharapkan, dan diinginkan,mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang harus dihindari.

(4)

d. Sikap mengandung aspek evaluatif: artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan.

e. Sikap timbul dari pengalaman: tidak dibawa sejak lahir, tetapi merupakan hasil belajar. Karena itu sikap dapat diperteguh atau diubah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.

1. Ciri-Ciri Sikap

Sikap memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Sikap Tidak Dibawa Sejak Lahir

Berarti manusia dilahirkan tidak membawa sikap tertentu pada suatu objek. Oleh karenanya maka sikap terbentuk selama perkembangan individu yang bersangkutan. Karena terbentuk selama perkembangan maka sikap dapat berubah, dapat dibentuk dan dipelajari. Namun kecenderungannya sikap bersifat tetap.

b. Sikap Selalu Berhubungan Dengan Objek

Sikap terbentuk karena hubungan dengan objek-objek tertentu, melalui persepsi terhadap objek tersebut.

c. Sikap Dapat Tertuju Pada Satu Objek dan Sekumpulan Objek

Bila seseorang memiliki sikap negatif pada satu orang maka ia akan menunjukkan sikap yang negatif pada kelompok orang tersebut.

d. Sikap Itu Dapat Berlangsung Lama atau Sebentar

Jika sikap sudah menjadi nilai dalam kehidupan seseorang maka akan berlangsung lama bertahan, tetapi jika sikap belum mendalam dalam diri seseorang maka sikap relaatif dapat berubah.

e. Sikap Mengandung Perasaan atau Motivasi

Sikap terhaadap sesuaatu akan diikuti oleh perasaan tertentu baik positif maupun negatif. Sikap juga mengandung motivasi atau daya dorong untuk berperilaku.

(5)

Katz (Luthans, 1955) menjelaskan empat fungsi sikap, keempat fungsi sikap itu adalah fungsi penyesuaian diri, fungsi pertahanan diri, fungsi ekspresi nilai, dan fungsi pengetahuan.

a. Fungsi Instrumental atau Fungsi Penyesuaian atau Fungsi Manfaat; fungsi sikap ini dikaitkan dengan alasan praktis atau manfaat, dan menggambarkan keadaan keinginan. bahwa untuk mencapai suatu tujuan, diperlukan suatu sarana yang disebut sikap. apabia objek sikap dapat membantu individu mencapai tujuan, individu akan bersikap positif terhadap objek tersebut atau sebaiknya. Sebagai contoh, seseorang cenderung menyukai partai politik yang mampu memenuhi dan mewakili aspirasi-aspirasinya. Di Negara Inggris dan Australia, seorang pengangguran akan cenderung memilih partai buruh yang kemungkinan besar dapat membuka lapangan pekerjaan baru atau memberi tunjangan lebih besar.

b. Fungsi Pertahanan Diri/Ego; sikap ini diambil individu dalam rangka melindungi diri dari kecemasan atau ancaman harga dirinya. Sebagai contoh fungsi ini adalah perilaku proyeksi. Proyeksi adalah atribusi ciri-ciri yang tidak diakui oleh diri seorang dalam dirinya kepada orang lain. Melalui proyeksi, ia seakan-akan tidak akan memiliki ciri-ciri itu. c. Fungsi Ekspresi Nilai; sikap ini mengekspresikan nilai yang ada dalam

diri individu. Sistem nilai yang terdapat pada diri individu dapat dilihat dari sikap yang diambilnya bersangkutan terhadap nilai tertentu. Contoh : Fithra mungkin memiliki citra diri sebagai seorang “Konsevative” yang hal itu akan mempengaruhi sikapnya tentang perubahan sosial. d. Fungsi Pengetahuan; sikap ini membantu individu memahami dunia

(6)

yang baru, yaitu sebagai manager tingkat menengah sebuah perusahaan level menengah.

3. Komponen Sikap

Saifudin (1995) mengemukakan pendapat Kothandapani (1974) tentang struktur sikap dan pendapat Mann (1969) tentang isi tiap komponen sikap. Kothandapan (1974) mengungkapkan bahwa struktur sikap terdiri dari komponen kognitif (kepercayaan, komponen internasional (perasaan), dan komponen tingkah laku (tindakan). Sementara itu, Mann (1969) menyebutkan bahwa isi dari komponen kognitif adalah persepsi, kepercayaan, dan stereotipe (sesuatu yang sudah terpolakan pada individu). Komponen kognitif sering disamakan dengan opini (pandangan), terutama yang menyangkut isu atau masalah yang kontroversial. Selanjutnya, komponen afektif berisi perasaan individu terhadap objek dan menyangkut masalah emosi. Terakhir, isi dari komponen perilaku adalah kecenderungan bertindak.

Saifudin (1995) juga menyatakan bahwa sikap memiliki tiga komponen yang membentuk struktur sikap. Ketiga komponen tersebut saling mendukung dan menunjang, yaitu komponen kognitif, afektif, dan konatif. Berikut akan dijelaskan secara ringkas mengenai ketiga komponen tersebut.

a. Komponen Kognitif

Komponen kognitif dapat disebut juga dengan komponen persepsual, yang berisi kepercayaan individu. Kepercayaan tersebut berhubungan dengan hal-hal bagaimana individu memersepsikan objek sikap dengan apa yang dilihat dan diketahui (pengetahuan), pandangan, keyakinan, pikiran, pengalaman pribadi, kebutuhan emosional, dan informasi dari orang lain. Misalnya, individu mengetahui bahwa kesehatan itu sangat berharga karena ia menyadari bahwa apabila sakit, dirinya akan merasakan betapa nikmatnya itu sehat.

b. Komponen Afektif (Komponen Emosional)

(7)

tersebut. Misalnya, individu senang (sikap positif) terhadap profesi keperawatan, berarti ia melukiskan perasaannya terhadap keperawatan; masyarakat umumnya tidak senang (sikap negatif) terhadap tindakan kekerasan, perjudian, pelacuran, dan kejahatan.

c. Komponen Konatif

Komponen konatif disebut juga komponen perilaku, yaitu komponen sikap yang berkaitan dengan predisposisi atau kecenderungan bertindak terhadap objek sikap yang dihadapinya. Misalnya, individu mengetahui bahwa profesi keperawatan adalah profesi yang mulia sehingga banyak lulusan SMA yang masuk Akademi Keperawatan; remaja putri lulusan SMA banyak memilih untuk melanjutkan sekolah ke Akademi Kebidanan karena lulusan Akademi Kebidanan menjanjikan pekerjaan yang jelas.

Allport (1954) sebagaimana dijelaskan oleh Notoatmojo (1993) mengungkapkan bahwa struktur sikap terdiri tiga komponen pokok, yaitu komponen kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek ; komponen yang meliputi kehidupan emosional atau evaluasi individu terhadap suatu objek sikap ; dan komponen predisposisi atau kesiapan/ kecenderungan individu untuk bertindak (tend to behave). Ketiganya membuat total attitude. Dalam hal ini, yang menjadi determinan sikap adalah pengetahuan, berpikir, keyakinan dan emosi.

4. Tingkatan Sikap

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, seperti :

a. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah.

(8)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan sesuatu dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. c. Menghargai (Valuting)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan/mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap.

d. Bertanggung jawab (Responsile)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

5. Bentuk-Bentuk Sikap a. Sikap Positif

Sikap positif adalah perwujudan nyata dari suasana jiwa terutama memperhatikan hal-hal yang positif. Ini adalah suasana jiwa yang lebih mengutamakan kegiatan kreatif daripada kegiatan yang menjemukan, kegembiraan dari pada kesedihan, harapan dari pada keputusasaan. Bila sesuatu terjadi sehingga membelokkan fokus mental seseorang ke arah negatif, mereka yang positif mengetahui bahwa guna memulihkan dirinya, penyesuaian harus dilakukan, karena sikap hanya dapat dipertahankan dengan kesadaran.

Cerminan sikap positif :

1) Merupakan sesuatu yang indah dan membawa seseorang untuk selalu dikenang, dihargai, dan dihormati

2) Mengatakan bahwa seseorang yang memiliki kepercayaan diri, bahwa ia patut dikenal dan diketahui

3) Mengatakannya tidak hanya melalui ekspresi wajah, tetapi juga melalui bagaimana cara ia berbicara, berjumpa orang lain, dan cara menghadapi masalah.

b. Sikap Negatif

Sikap negatif harus dihindari, karena hal ini mengarahkan seseorang pada kesulitan diri dan kegagalan.

Cerminan sikap negatif :

(9)

2) Merupakan sesuatu yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain

3) Sesuatu yang mengatakan ketidak ramahan, tidak menyenangkan, dan tidak memiliki kepercayaan diri

4) Banyak hal yang menarik dalam membicarakan sikap.

6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sikap :

a. Faktor intern: yaitu manusia itu sendiri. b. Faktor ekstern: yaitu faktor manusia.

Dalam hal ini Sherif mengemukakan bahwa sikap itu dapat diubah atau dibentuk apabila:

1) Terdapat hubungan timbal balik yang langsung antara manusia. 2) Adanya komunikasi (yaitu hubungan langsung) dan satu pihak.

a) Pengaruh Orang Lain Yang Dianggap Penting

Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang dianggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak, tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi kita akan mempengaruhi pembentkan sikap kita terhadap sesuatu. Contoh : Orang tua, teman sebaya, teman dekat, guru, istri, suami dan lain-lain.

b) Pengaruh Kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Kebudayaan dapat memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya. Sebagai akibatnya, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah. c) Media Massa

(10)

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam arti individu.

e) Pengaruh Faktor Emosional

Tidak semua bentuk sikap dipengaruhi oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang, kadang-kadang sesuatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

B. Pengertian Interaksi Sosial

Secara harfiah interaksi berarti tindakan (action) yang berbalasan antar individu atau antar kelompok. Tindakan saling mempengaruhi ini seringkali dinyatakan dalam bentuk simbol-simbol atau konsep-konsep.

Jadi, pengertian interaksi sosial, yaitu hubungan timbal balik yang dinamis antara individu dan individu, antara individu dan kelompok, atau antara kelompok dengan kelompok baik dalam kerja sama, persaingan, ataupun pertikaian.

1. Interaksi Antara Individu dengan Individu

Adalah individu yang satu memberikan pengaruh, rangsangan/stimulus kepada individu lainnya dan sebaliknya, individu yang terkena pengaruh itu akan memberikan reaksi, tanggapan atau respon.

2. Interaksi Antara Individu dengan Kelompok

(11)

3. Interaksi Antar Kelompok dengan Kelompok

Bentuk interaksi antara kelompok dengan kelompok saling berhadapan dalam kepentingan, namun bisa juga ada kepentingan individu disitu dan kepentingan dalam kelompok merupakan satu kesatuan, berhubungan dengan kepentingan individu dalam kelompok lain.

Interaksi sosial melibatkan proses-proses sosial yang bermacam-macam, yang menyusun unsur-unsur dinamis dari masyarakat, yaitu proses-proses tingkah laku yang dikaitkan dengan struktur sosial.

1. Ciri-Ciri Interaksi Sosial

Sistem sosial dalam masyarakat akan membentuk suatu pola hubungan sosial yang relatif baku/tetap, apabila interaksi sosial yang terjadi berulang-ulang dalam kurun waktu relatif lama dan diantara para pelaku yang relatif sama. Pola seperti ini dapat dijumpai dalam bentuk sistem nilai dan norma. Sejarah pola yang melandasi interaksi sosial adalah tujuan yang jelas, kebutuhan yang jelas dan bermanfaat, adanya kesesuaian dan berhasil guna, adanya kesesuaian dengan kaidah sosial yang berlaku dan dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial itu memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Ada pelaku dengan jumlah lebih dari satu orang.

b. Interaksi sosial selalu menyangkut komunikasi diantara dua pihak yaitu pengirim (sender) dan penerima (receiver).

c. Interaksi sosial merupakan suatu usaha untuk menciptakan pengertian diantara pengirim dan penerima.

(12)

2. Faktor Terjadinya Interaksi Sosial

a. Faktor Internal

1) Dorongan untuk meneruskan/mengembangkan keturunan. Secara naluriah, manusia mempunyai dorongan nafsu birahi untuk saling tertarik dengan lawan jenis. Dorongan ini bersifat kodrati artinya tidak usah dipelajaripun seseorang akan mengerti sendiri dan secara sendirinya pula orang akan berpasang-pasangan untuk meneruskan keturunannya agar tidak mengalami kepunahan.

2) Dorongan untuk memenuhi kebutuhan. Dorongan ini memerlukan keberadaan orang lain yang akan saling memerlukan, saling tergantung untuk saling melengkapi kebutuhan hidup.

3) Dorongan untuk mempertahankan hidup. Dorongan ini terutama dalam menghadapi ancaman dari luar seperti ancaman dari kelompok atau suku bangsa lain, ataupun dari serangan binatang buas.

4) Dorongan untuk berkomunikasi dengan sesama. Secara naluriah, manusia memerlukan keberadaan orang lain dalam rangka saling berkomunikasi untuk mengungkapkan keinginan yang ada dalam hati masing-masing dan secara psikologis manusia akan merasa nyaman dan tentram bila hidup bersama-sama dan berkomunikasi dengan orang lain dalam satu lingkungan sosial budaya.

b. Faktor Eksternal

1) Imitasi

(13)

2) Identifikasi

Merupakan kecenderungan/keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Contoh: Seorang anak laki – laki yang begitu dekat dan akrab dengan ayahnya suka mengidentifikasikan dirinya menjadi sama dengan ayahnya.

3) Sugesti

Merupakan cara pemberian suatu pandangan/pengaruh oleh seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu sehingga seseorang tersebut mengikuti pandangan atau pengaruh yang diberikan tanpa berpikir panjang. Contoh : Seorang remaja putus sekolah akan dengan mudah ikut-ikutan terlibat kenalan remaja. Tanpa memikirkan akibatnya kelak.

4) Simpati

Perasaan tertarik yang timbul dalam diri seseorang yang membuatnya merasa seolah-olah berada dalam keadaan orang lain. Contoh: mengucapkan ulang tahun pada hari ulang tahun merupakan wujud simpati pada seseorang.

5)

Empati

Merupakan proses sosial yang hampir sama dengan simpati, hanya perbedaannya adalah bahwa empati lebih melibatkan emosi atau lebih menjiawai dalam diri seoang yang lebih daripada simpati. Contoh: apabila kita melihat seseorang yang kecelakaan kita berempati untuk ikut membantu korban kecelakaan itu.

6)

Motivasi

(14)

motivasi tersebut menuruti atau melaksanakan yang dimotivasikan kepadanya. Contoh : Pemberian tugas dari seorang guru kepada muridnya merupakan salah satu bentuk motivasi supaya mereka mau belajar dengan rajin dan penuh rasa tanggung jawab.

3. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial

Menurut Gillin dan Gillin tidak semua hubungan sosial dapat dikatakan interaksi sosial. Suatu hubungan sosial dikatakan interaksi sosial jika terdapat dua syarat yang terpenuhi. Syarat-syarat terjadinya interaksi sosial adalah adanya kontak sosial (social contact) dan komunikasi (communication).

a. Kontak Sosial (social contact)

Kontak sosial lebih menunjuk pada suatu hubungan sosial yang bersifat langsung. Sebagai contohnya, sentuhan, percakapan, maupun tatap muka. Namun, seiring dengan perkembangan zaman serta majunya teknologi saat ini telah memungkinkan terjadinya kontak sosial yang bersifat tidak langsung. Di mana pihak-pihak yang bersangkutan menggunakan media perantara untuk melakukan kontak sosial seperti email, SMS, telepon, dan lain-lain.

b. Komunikasi (communication)

Komunikasi terjadi setelah kontak sosial berlangsung. Pada umumnya komunikasi mengacu pada proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain yang dilakukan secara langsung maupun melalui alat bantu agar orang lain memberikan tanggapan atau respons tertentu.

4. Bentuk dan Sifat Interaksi Sosial

Dalam proses interaksi sosial menghasilkan 2 bentuk yaitu proses sosial asosiatif dan disosiatif.

a. Proses/interaksi Sosial Asosiatif

Adalah proses sosial yang membawa ke arah persatuan dan kerja sama. Proses ini disebut juga sebagai proses yang positif. Beberapa proses sosial yang bersifat asosiatif adalah :

(15)

Merupakan proses sosial yang timbul akibat suatu kebudayaan asing/kebudayaan lain tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan sendiri.

Merupakan bentuk yang paling utama dalam proses interaksi sosial karena interaksi sosial yang dilakukan oleh seorang/kelompok orang bertujuan untuk memenuhi kepentingan/kebutuhan bersama.

Merupakan interaksi sosial yang membawa ke arah perpecahan. Ada beberapa bentuk interaksi sosial disosiatif yaitu :

1) Konflik Sosial/Pertentangan

Dapat diartikan sebagai suatu proses antara dua orang atau lebih, maupun kelompok berusaha menyingkirkan pihak lain dengan jalan menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya.

2) Persaingan (Competition)

Merupakan suatu proses sosial yang melibatkan mencapai keuntungan melalui bidang kehidupan yang pada suatu saat tertentu menjadi pusat perhatian umum, tanpa ancaman/kekerasan.

(16)

Proses interaksi sosial yang berbentuk kerjasama atau kooperatif (asosiatif) mempunyai fungsi positif antara lain: (a) proses pencapaian tujuan hidup individu atau kelompok lebih mudah terwujud (b) mendorong terwujudnya pola kehidupan individu atau kelompok secara integratif (c) setiap individu dapat meningkatkan kualitas beragam peran sosial dalam kehidupan kelompok (d) mendorong terbangunnya sikap mental positif pada setiap individu dalam proses-proses sosialnya dan (e) mendorong lahirnya beragam inovasi di berbagai bidang menuju masyarakt madani (masyarakat beradab).

Dalam batas-batas tertentu, interaksi sosial dalam bentuk persaingan atau kompetisi (dissosiatif) mempunyai fungsi positif, antara lain: (a) menyalurkan keinginan-keinginan individu atau kelompok yang bersifat kompetitif (b) sebagai media tersalurkannya keinginan, kepentingan serta nilai-nilai yang pada suatu masa menjadi pusat perhatian secara baik oleh mereka yang bersaing (c) merupakan alat untuk menempatkan individu pada status dan peran yang sesuai dengan kemampua/ keahliannya dan (d) sebagai alat menjaring para individu atau kelompok yang akhirnya menghasilkan pembagian kerja yang efektif. Demikian juga, dalam batas-batas tertentu, interaksi sosial dalam bentuk konflik (dissosiatif) mempunyai fungsi positif, yaitu: (a) dapat mendorong terjadinya perubahan pola perilaku seseorang atau kelompok ke arah yang lebih baik (b) dapat mendorong terjadinya atau terbangunnya solidaritas ingroup dalam kehidupan kelompok dan (c) dapat mendorong lahirnya karya demi karya yang lebih inovatif atau lebih maju (Wilson, E.K. 1966 Mack, R. and Pease, J. 1973).

C. Atraksi Interpersonal dan Pengaruhnya

1. Definisi Atraksi Interpersonal

(17)

tarik ini membentuk rasa suka. Rasa suka pada seseorang umumnya membuat orang yang kita sukai menjadi signifikan bagi kita.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Atraksi Interpersonal

Faktor-faktor yang mempengaruhi atraksi interpersonal dibagi menjadi dua, yaitu faktor personal dan faktor situasional. Berikut ini adalah penjelasan dari faktor-faktor tersebut, yaitu:

a. Faktor-faktor personal yang mempengaruhi interpersonal yaitu:

1) Kesamaan Karakteristik Personal

Orang-orang yang memiliki kesamaan dalam nilai-nilai, sikap, keyakinan, tingkat sosioekonomis, agama, dan ideologis memiliki kecenderungan saling menyukai. Menurut teori Cognitive consistency dari Fritz Heider dalam Jalaluddin Rakhmat (2011), manusia selalu berusaha mencapai konsistensi dalam sikap dan perilakunya. Contoh: Ketika kita sedang naik kendaraan umum dan berjumpa dengan seorang kenalan baru. Maka percakapan kita berlangsung dan dimulai dari masalah-masalah demografis (dimana anda tinggal, pekerjaan anda, dll) sampai masalah-masalah politik dan sebagainya.

2) Tekanan Emosional (Stress)

(18)

listrik yang sangat menyakitkan. Sedangkan untuk kelompok kedua dia memberitahukan bahwa mereka hanya mendapat kejutan yang ringan saja. Dari kedua kelompok tersebut Schacter menemukan bahwa kelompok pertama memiliki kecemasan sebesar 63%, sedangkan kelompok kedua memiliki tingkat kecemasan 33% . dari data tersebut Schacter menyimpulkan bahwa situasi yang membuat orang cemas akan meningkatkan kebutuhan akan kasih sayang.

3) Harga Diri Yang Rendah

Menurut wlster dalam Jalaluddin Rakhmat (2011), bila harga diri seseorang direndahkan, hasrat afiliasi (bergabung dengan orang lain) bertambah, dan ia makin responsif untuk menerima kasih sayang orang lain. Orang yang rendah diri cenderung mudah mencintai orang lain.

4) Isolasi Sosial

Manusia adalah makhluk sosial. Manusia mungkin tahan dengan hidup terasing untuk beberapa waktu dan bukan untuk waktu yang lama. Isolasi sosial merupakan pengalaman yang tidak enak. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa tingkat isolasi sosial sangat berpengaruh terhadap kesukaan kita pada orang lain.

b. Faktor-faktor situasional yang mempengaruhi interpersonal yaitu:

1) Daya Tarik Fisik (Physical Attractiveness)

(19)

2) Ganjaran (Reward)

Kita akan menyukai orang yang menyukai kita dan kita akan menyenangi orang yang memuji kita. Menurut teori pertukaran sosial, interaksi sosial adalah semacam transaksi dagang. Kita akan melanjutkan transaksi bila kita mendapatkan laba yang banyak. Menurut Thibault dan Kelley dalam Jalaluddin Rakhmat (2011), bila pergaulan kita sangat menyenangkan, sangat menguntungkan dari segi psikologi dan ekonomis, maka kita akan saling menyenangi.

3) Familiarity

Prinsip dari familiarity dicerminkan dalam peribahasa Indonesia, “kalau tak kenal, maka tak sayang”. Ketika kita sering berjumpa dengan seseorang dan tidak ada hal yang pentik untuk dibicarakan maka kita akan menyukainya. Robert B. Zajonc dalam Jalaluddin Rakhmat (2011) memperlihatkan foto-foto wajah dalam subjek-subjek eksperimennya. Ia menemukan makin seriang subjek-subjek melihat wajah tertentu maka ia akan menyukainnya. Dari penelitian tersebut kemudian melahirkan sebuah teori “more exposure” (terpaan saja). Hipotesis itu dipakai sebagai landasan ilmiah akan pentingnya repetisi pesan dalam mempengaruhi pendapat dan sikap.

4) Kedekatan (Proximity)

(20)

5) Kemampuan (Competence)

Kita cenderung menyenangi orang-orang yang memiliki kemampuan lebih tinggi daripada kita, atau lebih berhasil dalam kehidupannya. Aronson dalam Jalaluddin Rakhmat (2011) menemukan dalam penelitian yang dilakukannya, bahwa orang yang paling disenangi adalah orang yang memiliki kemampuan tinggi, tetapi menunjukkan beberapa kelemahan.

3. Pengaruh Atraksi Interpersonal Pada Komunikasi Interpersonal

Sulit untuk memisahkan atraksi interpersonal dengan interaksi orang lain. Kebanyakan apa yang kita katakan sebagai hal yang menarik akan terungkap hanya setelah kita melakukan kontak dengan orang lain.

Daya tarik seseorang sangat penting bagi komunikasi interpersonal. Hubungan-hubungan kita dengan orang lain sedikit banyak dipengaruhi oleh apakah kita menyukai orang lain atau tidak. Jika kita menyukai seseorang, kita akan cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengannya secara positif. Sebaliknya, apabila kita tidak menyukainya, kita akan melihatnya secara negatif.

Pentingnya daya tarik dalam komunikasi juga dilandasi oleh adanya efek timbal balik dalam ketertarikan. Kita menjadi tertarik pada seseorang yang tertarik kepada kita. Singkatnya, jika seseorang menyukai kita maka kita balik menyukainya.

Orang yang memiliki daya tarik bagi orang lain akan lebih dapat mempengaruhi pendapat dan sikap seseorang. Oleh karena itu, penilaian dan penafsiran akan sesuatu juga dipengaruhi oleh sejauh mana daya tarik orang tersebut bagi kita.

(21)

Sudah diketahui bahwa pendapat dan penilaian kita tentang orang lain tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional. Kita juga makhluk emosional. Oleh karena itu, ketika kita menyenangi seseorang, kita juga melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif. Sebaliknya, jika kita membencinya, kita cenderung melihat karakteristik secara negative.

b. Efektivitas Komunikasi

(22)

BAB III KESIMPULAN

Sikap adalah kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah merupakan “pre-disposisi” tindakan atau perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka. Komponen pada sifat bisa diesut juga seperti kognitif, afektif, konatif. Selain itu sikap juga memiliki dua bentuk, yaitu sikap positif dan sikap negatif.

Interaksi sosial ialah hubungan timbal balik yang dinamis antara individu dan individu, antara individu dan kelompok, atau antara kelompok dengan kelompok baik dalam kerja sama, persaingan, ataupun pertikaian. Betuk-bentuk interaksi sosial:kerja sama, persaingan, konflik.

Atraksi interpersonal merupakan kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang. Adanya daya tarik ini membentuk rasa suka. Rasa suka pada seseorang umumnya membuat orang yang kita sukai menjadi signifikan bagi kita. Faktor-faktor yang mempengaruhi atraksi interpersonal dibagi menjadi dua, yaitu faktor personal dan faktor situasional. Faktor-faktor personal yang mempengaruhi interpersonal yaitu: (a) kesamaan karakteristik personal (b) tekanan emosional

(stress) (c) harga diri yang rendah (d) isolasi sosial. Faktor-faktor situasional yang mempengaruhi interpersonal yaitu: (a) daya tarik fisik (physical attractiveness) (b) ganjaran (reward) (c) familiarity (d) kedekatan (proximity) (e) kemampuan

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Fattah, Hanurawan. (2004). Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Bandung :Rosada

Gunawan, Singgih. (2007). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : Gunung Mulia

Kartono, Kartini dkk. (1987). Kamus Psikologi. Jakarta : Pionir Jaya

Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : Buku Kedokteran EDC

Ayu Putri. (2011). 01 November 2014. Atraksi Interpersonal Dan Hubungan Interpersonal. (online). http://ayuputri-pratiwi.blogspot.com/2011/11/atraksi-interpersonal-dan-hubungan_22.html

Lailis Nurhayati. (2011). 01 November 2014. Psikologi Sosial Tentang Sikap. (online). http://lalisnurhayatiii.blogspot.com/2013/05/psikologi-sosial-tentang-sikap.html

Referensi

Dokumen terkait

1. Setelah berhasil login ke Aplikasi SPAD, silahkan masuk ke Tab “Admin” kemudian klik pada “Semua Arsip”. Akan ditampilkan data rekapitulasi arsip untuk semua unit kerja.

- “prinsip-prinsip asas yang mengasaskan sesebuah negara, memastikan bagaimanakah sesuatu keputusan kerajaan itu akan dibuat, bagaimana kuasa akan diagih-agihkan

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat diasumsikan bahwa latar belakang pendidikan yang telah diterima oleh mahasiswa S1 UINSA (Universitas Islam Negeri

Kegiatan Usaha Penunjang telekomunikasi baik secara langsung maupun tidak langsung melalui Anak Perusa- haan, yang antara lain meliputi penyediaan, pengelolaan dan penyewaan

Dari hasil penelitian yang dilakukan terdapat indikasi peningkatan efisiensi pada semua jenis material elemen, namun nilai peningkatan efisiensi tertinggi terdapat pada

1. Lulusan dari SMA Negeri I Tukdana baru dilihat dari segi kognitif belum merupakan hasil nilai secara keseluruhan yaitu kognitif psikomotor dan efektif sesuai dengan