BAB 2
LANDASAN TEORI
1. Pendidikan
1.1 Defenisi Pendidikan
Pendidikan diartikan sebagai kegiatan seseorang dalam membimbing dan
memimpin anak menuju ke pertumbuhan dan perkembangan secara optimal
agar dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab (Indrayanto, 2011).
Pendidikan yaitu usaha sadar, terencana, sistematis, berlangsung
terus-menerus, dan menuju kedewasaan (Hartoto, 2009).
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dinyatakan sangat penting
oleh pemerintah, hal tersebut tercantum dalam UUD 1945 pasal 31 dan
berhak untuk diikuti oleh setiap warga negara sesuai ketentuan yang berlaku
pada suatu negara sebagai penerus bangsa.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
merupakan usaha yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan terencana
dalam meningkatkan potensi diri peserta didik dalam segala aspeknya menuju
terbentuknya kepribadian dan akhlak mulia dengan menggunakan media dan
metode pembelajaran yang tepat guna melaksanakan tugas hidupnya sehingga
1.2 Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan adalah menambah ilmu pengetahuan baik ilmu alam
maupun ilmu sosial, mengembangkan bakat yang dimiliki, serta dengan
adanya pendidikan maka dapat mewujudkan cita-cita. Sedangkan menurut
negara, pendidikan dapat memajukan kehidupan bangsa karena salah satu
pengaruh terhadap perkembangan suatu negara yaitu melalui pendidikan.
Tujuan pendidikan mempunyai dua fungsi yaitu memberikan arah kepada
segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh
segenap kegiatan pendidikan. Tujuan pendidikan menduduki posisi penting
diantara komponen-komponen pendidikan lainya. Tujuan pendidikan bersifat
normatif, yaitu mengandung unsur-unsur norma bersifat memaksa, tetapi
tidak bertentangan dengan hakikat perkembangan peserta didik serta dapat
diterima oleh masyarakat sebagai nilai hidup yang baik. Sehubungan dengan
fungsi tujuan yang demikian penting itu, maka menjadi keharusan bagi
pendidik untuk memahaminya. Kurangnya pemahaman pendidik terhadap
tujuan pendidikan dapat mengakibatkan kesalahan didalam melaksanakan
pendidikan (Hamalik, 2008).
1.3 Klasifikasi Pendidikan
Klasifikasi pendidikan terbagi menjadi dua yaitu pendidikan formal dan
informal. Pendidikan formal yaitu pendidikan menurut peraturan pemerintah
(SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi).
pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah,
sampai pendidikan tinggi. Jalur formal merupakan lembaga pendidikan yang
terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi
dengan jenis pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, advokasi dan
keagamaan.
Pendidikan informal yaitu pendidikan yang diikuti sebagai tambahan
dalam meningkatkan ilmu pengetahuan misalnya dari suatu lembaga atau
kursus dan pendidikan dalam keluarga (Hidayat, 2002).
1.4 Pendidikan di bidang kesehatan
Pendidikan tinggi dapat berbentuk akademik, politeknik, sekolah tinggi,
Institut atau Universitas. Akademi kesehatan dikatagorikan sebagai
pendidikan tinggi yang bertujuan menghasilkan tenaga kesehatan, diarahkan
untuk mendukung upaya pencapaian derajat kesehatan masyarakat secara
optimal. Tujuan tersebut adalah menyediakan tenaga kesehatan yang terampil
dan bermutu sehingga mampu mengemban tugas untuk memenuhi kebutuhan
program dan pelayanan kesehatan seluruh masyarakat (Majid, 2004). Sejalan
dengan meningkatnya kesejahteraan dan pendidikan masyarakat, tuntutan
masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas semakin meningkat.
Hal ini mengakibatkan institusi pendidikan tenaga kesehatan, dihadapkan
pada tantangan untuk menghasilkan sumber daya tenaga kesehatan yang
Pendidikan di bidang kesehatan merupakan jenjang pendidikan setelah
menengah atas yang mecakup kegiatan akademis yang mengutamakan ilmu
pengetahuan dan keterampilan di bidang kesehatan. Pendidikan tersebut
termasuk pendidikan eksakta dan beberapa pendidikan di bidang kesehatan
adalah:
1.4.1 Pendidikan Kedokteran
Pendidikan profesi kesehatan yang merupakan suat
yang mempelajari tentang dan cara-cara
penyembuhannya. Ilmu ini meliputi pengetahuan tentang sistem
tubuh manusia dan penyakit serta pengobatannya, dan penerapan
dari pengetahuan tersebut.
1.4.2 Pendidikan Kedokteran Gigi
Kedokteran gigi adalah ilmu mengenai pencegahan dan perawatan
penyakit atau kelainan pada
atau dengan pembedahan.
1.4.3 Pendidikan Kebidanan
Kebidanan adalah bagian integral dari sistim kesehatan dan
berkaitan dengan segala sesuatu yang menyangkut pendidikan,
praktek dan kode etik bidan dimana dalam memberikan
pelayanannya mengyakini bahwa kehamilan dan persalinan adalah
suatu proses fisiologi normal dan bukan merupakan penyakit
1.4.4 Pendidikan Keperawatan
Merupakan bagian dari pendidikan kesehatan sebagaimana halnya
pendidikan kedokteran. Pendidikan keperawatan merupakan
pendidikan profesi dimana polanya harus dikembangkan sesuai
dengan kaidah ilmu dan profesi yang dilandaskan oleh akademik
dan keprofesian, hal ini sesuai dengan kurikulum pendidikan
keperawatan, pendidikan keperawatan berkembang sejalan dengan
pendidikan kedokteran (Alimul, 2002)
1.4.5 Pendidikan Farmasi
Merupakan suatu profesi di bidang kesehatan yang meliputi
kegiatan-kegiatan di bidang penemuan, pengembangan, produksi,
pengolahan, peracikan, dan distribusi obat.
1.4.6 Pendidikan Ilmu Gizi
Ilmu gizi didefinisikan sebagai suatu cabang ilmu yang
mempelajari hubungan antara makanan yang dimakan dengan
kesehatan tubuh yangdiakibatkannya serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
1.4.7 Pendidikan Kesehatan Masyarakat
Merupakan ilmu dan seni mencega
hidup, meningkatkan kesehatan fisik dan mental, dan efisiensi
melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk meningkatkan
sanitasi lingkungan, kontrol
pelayanan medis dan perawatan, unt
penyakit dan pengembangan aspek sosial, yang akan mendukung
agar setiap orang di masyarakat mempunyai standar kehidupan
yang kuat untuk menjaga kesehatannya.
1.4.8 Pendidikan Psikologi
Merupakan ilmu yang mempelajari tentang jiwa/mental. Psikologi
tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya
yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan
ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan
proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan
sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan
2. Minat
2.1 Defenisi minat
Minat diartikan sebagai kehendak, keinginan atau kesukaan
(Kamisa,1997). Minat dapat menyebabkan seseorang giat melakukan sesuatu
yang telah menarik minatnya. (Gunarso,1995).
Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk
melakukan apa yang mereka inginkan saat mereka bebas memilih (Hurlock,
1995). Secara bahasa minat berarti kecenderungan hati yang tinggi terhadap
sesuatu (KBBI).
Minat akan memperkuat motif seseorang, sebagai suatu tenaga psikis
yang akan mendorong individu untuk melakukan suatu kegiatan dalam
mencapai suatu tujuan. Sesuai dengan yang dikemukakan Hurlock (dikutip
dari Muhajir, 2007) bahwa semakin sering minat diekspresikan dalam
kegiatan maka semakin kuatlah keinginan untuk mencapai objek tersebut.
Dari berbagai pengertian tentang minat tersebut, dapat disimpulkan
bahwa minat adalah suatu kondisi yang menimbulkan suatu keinginan atau
ketertarikan terhadap sesuatu yang memberikan kepuasan, tanpa ada paksaan
dan biasanya dipengaruhi oleh berbagai faktor.
2.2 Kriteria Minat
Menurut Nursalam (2003), minat seseorang dapat digolongkan menjadi :
2.2.1 Rendah
2.2.2 Sedang
Jika seseorang menginginkan obyek minat akan tetapi tidak dalam
waktu segera.
2.2.3 Tinggi
Jika seseorang sangat menginginkan obyek minat dalam waktu
segera.
2.3 Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Minat
2.3.1 Kemauan
Kemauan adalah suatu kegiatan yang menyebabkan seorang
manusia sanggup melakukan berbagai tindakan yang perlu untuk
mencapai tujuan tertentu. Merupakan hal yang penting karena
dengan adanya kemauan merupakan salah satu faktor penggerak
seseorang untuk mau melakukan sesuatu seperti dalam hal memilih
pendidikan.
2.3.2 Ketertarikan
Ketertarikan adalah perasaan senang, terpikat, menaruh minat
kepada sesuatu. Pada saat ada ketertarikan timbul dalam diri
seseorang maka ada daya juang dalam mencapai atau meraih yang
ingin dicapai. Dengan adanya ketertarikan dari remaja untuk
melanjutkan pendidikan maka siswa tersebut mempunyai minat
2.3.3 Lingkungan Keluarga
Berkaitan dengan pendidikan di lingkungan keluarga, bahwa
keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama.
Proses pendidikan di lingkungan keluarga dapat mempengaruhi
kepribadian anak sebagai anak didik di dalam anggota keluarga.
Orang tua merupakan pendidik pertama dan sebagai tumpuan
dalam bimbingan kasih sayang yang utama. Maka orang tualah
yang banyak memberikan pengaruh dan warna kepribadian
terhadap seorang anak. Orang tua berperan aktif dalam
mengarahkan minat anaknya salah satunya melanjutkan pendidikan
yang nantinya anak diharapkan memperoleh pekerjaan yang sesuai
di bidangnya dan menjamin masa depannya. Dengan demikian
mengingat pentingnya pendidikan di lingkungan keluarga, maka
pengaruh di lingkungan keluarga terhadap anak dapat
mempengaruhi apa yang diminati oleh anak.
2.3.4 Lingkungan Sekolah
Proses pendidikan terhadap siswa di sekolah menjadi tanggung
jawab guru. Pendidikan di sekolah berperan membantu orang tua di
lingkungan keluarga dalam melakukan pembinaan kepada peserta
didik yang dibawa dari keluarganya. Jadi pada dasarnya yang
berpengaruh terhadap perkembangan siswa yaitu proses pendidikan
di sekolah yang digunakan sebagai bekal untuk diterapkan dalam
pendidikan juga dapat memberikan motivasi dan dorongan kepada
siswa dalam menumbuhkan minatnya untuk menlanjutkan
pendidikan. Kondisi sekolah juga dapat mempengaruhi minat siswa
dalam memilih sekolah, seperti hubungan kerjasama yang dibina
dengan salah satu atau beberapa perguruan tinggi.
2.3.5 Teman
Pengaruh dari teman bergaul lebih cepat masuk dalam jiwanya.
Sesuai dengan perkembangannya, siswa senang membuat
kelompok bergaul dengan kelompok yang disenangi. Bila teman
pergaulannya memiliki minat melanjukan studi, maka minat
temannya akan mempengaruhi dirinya untuk melanjutkan studi.
(Suprapto, 2007).
2.4 Pentingnya Minat
Minat merupakan faktor psikologis yang mempengaruhi tindakan
seseorang. Pada semua usia, minat memainkan peran penting dalam kehidupan
seseorang dan mempunyai dampak yang besar atas perilaku dan sikap.
Seseorang biasa menjadi malas, enggan mengerjakan sesuatu ketika ia tidak
berminat terhadap kegiatan tersebut. Pentingnya keberadaan minat pada diri
manusia adalah karena minat merupakan sumber motivasi yang kuat, ia
menjadi faktor pendorong untuk melakukan sesuatu. Minat pada dasarnya
adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di
luar diri. Minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang
yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri (Djaali, 2008). Minat menambah
kegembiraan pada setiap kegiatan yang ditekuni seseorang sehingga akan jauh
lebih menyenangkan. Dalam minat terkandung beberapa unsur-unsur sebagai
berikut adanya sesuatu yang memberi stimulus, adanya kesediaan jiwa yang
menerima stimulus, berlangsungnya dalam waktu yang cukup lama.
2.5Macam Minat pada Remaja
Dalam masa remaja, minat yang dibawa dari masa kanak-kanak
cenderung berkurang dan diganti oleh minat yang lebih matang dan juga
karena tanggung jawab yang lebih besar yang harus dipikul oleh remaja yang
lebih tua.
Beberapa minat yang terpenting pada remaja menurut Hurlock (2000)
antara lain :
2.5.1 Minat Rekreasi
Selama masa remaja, remaja cenderung menghentikan aktivitas
rekreasi yang menuntut banyak pengorbanan tenaga dan berhenti
dari perkembangan kesukaan akan rekreasi yang di dalamnya ia
bertindak sebagai pengamat yang pasti. Pada awal masa remaja,
aktivitas permainan dari tahun ke tahun sebelumnya beralih dan
2.5.2 Minat sosial
Minat yang bersifat sosial bergantung pada kesempatan yang
diperoleh remaja untuk mengembangkan minat tersebut dan pada
kepopulerannya dalam kelompok.
2.5.3 Minat-minat pribadi
Minat pada diri sendiri merupakan minat yang terkuat di kalangan
remaja karena mereka sadar bahwa dukungan sosial sangat besar
dipengaruhi oleh penampilan diri dan mengetahui bahwa kelompok
sosial menilai dirinya berdasarkan benda-benda yang dimiliki,
kemadirian, sekolah, keanggotaan sosial dan banyaknya uang yang
dibelanjakan.
2.5.4 Minat pada pendidikan
Pada umumnya remaja suka mengeluh tentang sekolah dan tentang
larangan-larangan, pekerjaan rumah, kursus-kursus wajib, makan di
kantin, dan cara pengolahan sekolah. Besarnya minat remaja
terhadap pendidikan sangat dipengaruhi oleh minat mereka pada
pekerjaan.
2.5.5 Minat pada pekerjaan
Anak sekolah menengah atas mulai memikirkan masa depan
mereka secara bersungguh-sungguh. Anak laki-laki biasanya lebih
bersungguh-sungguh dalam hal pekerjaan dibandingkan dengan
anak perempuan yang kebanyakan memandang pekerjaan sebagai
2.5.6 Minat pada agama
Bertentangan dengan pandangan popular, remja masa kini menaruh
minat pada agama dan menganggap bahwa agama berperan penting
dalam kehidupan. Minat pada agama antara lain tampak dengan
membahas masalah agama, mengikuti pelajaran-pelajaran agama di
sekolah dan perguruan tinggi, mengunjungi gereja dan mengikuti
berbagai upacara agama.
2.5.7 Minat seks dan perilaku seks
Dorongan untuk menguasai tugas perkembangan yang penting
dalam pembentukkan hubungan-hubungan baru dan yang lebih
matang dengan lawan jenis datang dari tekanan-tekanan sosial
tetapi terutama dari minat remaja terhadap seks dan
keingintahuannya tentang seks.
2.5.8 Minat belajar
Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang.
Minat besar sekali pengaruhnya terhadap kegiatan seseorang, sebab
dengan minat ia akan melakukan sesuatu yang diminatinya.
Sedangkan belajar adalah suatu tingkah laku imdividu dari hasil
pengalaman dan latihan. Minat belajar adalah suatu keinginan atau
kemauan yang disertai perhatian dan keaktifan menimbulkan rasa
senang dalam perubahan tingkah laku, baik berupa pengetahuan,
2.5.9 Minat untuk melanjutkan studi
Purwanto (1998) menyatakan bahwa minat mengarahkan perbuatan
kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu.
Minat dapat menjadi sumber motivasi yang mendorong orang
untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya.
Adanya keinginan yang besar tersebut dengan sendirinya akan
mendorong seseorang untuk lebih memusatkan perhatiannya
terhadap sesuatu yang dimaksud. Individu yang berminat untuk
melanjutkan studi ke perguruan tinggi tentunya akan lebih
bergairah dan lebih memusatkan perhatiannya terhadap berbagai
informasi yang berhubungan dengan perguruan tinggi.
Penerapan proses belajar dipengaruhi banyak faktor antara
lain faktor psikologis (Depkes, 2003). Faktor psikologis dapat
mempengaruhi keputusan mahasiswa untuk tetap melanjutkan
pendidikan meliputi, motivasi, minat, dan sikap, lingkungan sosial
dan lingkungan non sosial. Lingkungan sosial meliputi orang tua
dan keluarga, dosen/tenaga pengajar, sedangkan lingkungan non
sosial meliputi metode pembelajaran, sarana dan fasilitas (Haryani,
3. Motivasi
3.1 Defenisi motivasi
Motivasi adalah semua hal verbal, fisik, atau psikologis yang membuat
seseorang melakukan sesuatu sebagai respons (Nancy, 2001).
Menurut Sarwono (2000), motivasi menunjuk pada proses gerakan,
termasuk situasi yang mendorong yang timbul dalam diri individu, tingkah
laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir daripada
gerakan atau perbuatan. Sedangkan menurut Nursalam (2002)
mendefenisikan motivasi sebagai karakteristik psikologi manusia yang
memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang.
Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan
sesuatu yang mendorong untuk berbuat dan beraksi yang bersifat dinamis dan
merupakan suatu proses yang dapat menampilkan perilaku untuk mencapai
tujuan dalam memuaskan kebutuhan-kebutuhan dirinya, sehingga
mendapatkan tujuan yang dikehendaki dan dapat selaras dengan waktu yang
ada.
3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
Menurut Stoner & Freeman (1995, dalam Suarli 2009), berdasarkan
bentuknya motivasi terdiri dari :
a. Faktor Internal
Faktor yang berasal dari dalam diri individu, terdiri atas:
1. Hasrat individu sendiri; seseorang termotivasi atau tidak untuk
persepsi dan keinginan yang kuat dari dalam diri. Persepsi seseorang
tentang dirinya sendiri akan mendorong dan mengarahka
seseorang untuk bertindak.
2. Kebutuhan; manusia dimotivasi oleh kebutuhan untuk menjadikan
dirinya sendiri yang berfungsi secara penuh, sehingga mampu meraih
potensinya secara total. Kebutuhan akan mendorong dan mengarahkan
seseorang untuk mencari atau menghindari, mengarahkan dan
memberi respon terhadap tekanan yang dialaminya
3. Harapan; adanya harapan-harapan akan masa depan. Harapan ini
merupakan informasi objektif dari lingkungan yang mempengaruhi
sikap dan perasaan subjektif seseorang. Harapan merupakan tujuan
dari perilaku.
b. Faktor Eksternal;
Faktor yang berasal dari luar diri individu, terdiri atas:
1. Situasi lingkungan pada umumnya; setiap individu terdorong untuk
berhubungan dengan rasa mampunya dalam melakukan interaksi
secara efektif dengan lingkungannya;
2. Sistem penghargaan yang diterima; imbalan yang berupa karakteristik
atau kualitas dari objek pemuas yang dibutuhkan oleh seseorang yang
dapat mempengaruhi motivasi atau dapat mengubah arah tingkah laku
dari satu objek ke objek lain yang mempunyai nilai imbalan yang
lebih besar. Sistem penghargaan atau pemberian imbalan dapat
perilaku dipandang sebagai tujuan, sehingga ketika tujuan tercapai
maka akan timbul imbalan atau penghargaan.
3.3 Teori motivasi
3.3.1 Teori motivasi Abraham Maslow (Swansburg, 2001)
Abraham Maslow mengemukakan bahwa pada dasarnya semua
manusia memiliki kebutuhan pokok. Maslow menunjukkannya
dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai
dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu
dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari
kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih
kompleks; yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar
terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus
terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya
menjadi penentu tindakan yang penting.
a. Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)
b. Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari
bahaya)
c. Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan
orang lain, diterima, memiliki).
d. Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan
mendapatkan dukungan serta pengakuan).
e. Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui,
keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri:
mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya).
3.3.2 Teori motivasi Dua Faktor Herzberg (Swansburg, 2001)
Menurut Herzberg, ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang
untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari
ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktor ekstrinsik dan
faktor motivator (faktor intrinsik). Faktor ekstrinsik memotivasi
seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya
adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan
sebagainya, sedangkan faktor intrinsik memotivasi seseorang untuk
berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah
pengakuan dan kemajuan tingkat kehidupan.
3.3.3 Teori motivasi Harapan Vromm
Teori ini menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan
sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil
dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi
rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen,
yaitu :
a. Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas
b. Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika
berhasil dalam melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk
c. Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan posistif,
netral, atau negatif. Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan
sesuatu yang melebihi harapan. Motivasi rendah jika usahanya
menghasilkan kurang dari yang diharapkan.
3.3.4 Teori Motivasi Prestasi Mc Clelland (Swansburg, 2001)
Mc Clelland menyatakan bahwa ada tiga hal penting yang menjadi
kebutuhan manusia, yaitu:
a.Kebutuhan akan prestasi (Need for achievement)
b.Kebutuhan akan afiliasi (Need for affiliation)
c.Kebutuhan akan kekuatan (Need for Power)
3.3.5 Teori penguatan (reinforcement theory)
B.F Skinner mengungkapkan bagaimana konsekuensi perilaku di
mada lampau mempengaruhi tindakan di masa depan dalam suatu
proses belajar. Teori ini menyangkut ingatan orang mengenai
pengalaman stimulus, respons, dan konsekuensi. Penguatan adalah
sesuatu yang meningkatkan kekuatan respons dan cenderung
menyebabkan pengulangan perilaku yang didahului oleh
3.4 Jenis-jenis Motivasi
Motivasi dilihat dari dasar pembentukan :
3.4.1 Motivasi Bawaan
Motivasi jenis ini ada sebagai insting manusia sebagai makhluk
hidup, motivasi untuk berumah tangga, motivasi untuk memenuhi
kebutuhan sandang, pangan dan papan. Motivasi untuk terhindar
dari serangan penyakit. Motivasi ini akan terus berkembang
sebagai konsekuensi logis manusia.
3.4.2 Motivasi yang Dipelajari
Motivasi ini akan ada dan berkembang karena adanya
keingintahuan seseorang dalam proses pembelajarannya.
3.4.3 Motivasi Kognitif
Motivasi kognitif bermakna bahwa motivasi akan muncul karena
adanya desakan proses pikir, sehingga motivasi ini sangat
individualistik.
3.4.4 Motivasi Ekspresi Diri
Motivasi individu dalam melakukan aktivitas/kegiatan bukan hanya
untuk memuaskan kebutuhannya saja tetapi ada kaitannya dengan
bagaimana individu tersebut berhasil menampilkan diri dengan
3.5 Motivasi Belajar
Berdasarkan hasil penelitian yang seksama tentang upaya yang
mendorong motivasi belajar siswa, khususnya pada sekolah yang menganut
pandangan demokrasi pendidikan dan yang mengacu pad pengembangan
self-motivation. Kenneth H. Hoover, mengemukakan prinsip-prinsip motivasi
belajar sebagai berikut :
3.5.1 Pujian lebih efektif dari pada hukuman. Hukuman bersifat
menghentikan suatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat
menghargai apa yang telah dilakukan.
3.5.2 Para siswa mempunyai kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar)
yang perlu mendapat kepuasan. Kebutuhan-kebutuhan itu berwujud
dalam bentuk yang berbeda-beda. Siswa yang dapat memenuhu
kebutuhannya secara efektif melalui kegiatan-kegiatan belajar
hanya memerlukan sedikit bantuan dalam motivasi belajar.
Motivasi yang bersumber dari dalam diri sendiri lebih efektif dari
pada motivasi yang berasal dari luar. Motivasi dari dalam memberi
kepuasan kepada individu sesuai dengan ukuran yang ada dalam
diri siswa itu sendiri.
a. Tingkah laku (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan)
perlu dilakukan penguatan (reinforcemant).
b. Motivasi mudah belajar kepada orang lain. Guru yang berminat
antusias pula, yang pada gilirannya akan mendorong motivasi
rekan-rekannya, terutama dalam kelas bersangkutan.
c. Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang
motivasi belajar. Apabila siswa telah menyadari tujuan belajar
dan pembelajaran yang hendak dicapainya. Maka perbuatan
belajar ke arah tujuan tersebut akan meningkat, karena daya
dorongnya menjadi lebih besar.
d. Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan
menimbulkan minat yang besar untuk melaksanakannya dari
pada tugas-tugas yang dipaksanakan dari luar.
e. Ganjaran yang bersalah dari luar kadang-kadang diperlukan dan
cukup efektif untuk merangsang minat belajar. Dorongan berupa
pujian, penghargaan, oleh guru terhadap keahlian siswa dalam
belajar dapat merangsang minat dan motivasi belajar yang lebih
aktif.
f. Teknik dan prosedur pembelajaran yang bervariasi adalah
efektif untuk memelihara minat siswa. Strategi pembelajaran
yang dilaksanakan secara bervariasi dapat menciptakan suasana
yang menantang dan menyenangkan bagi siswa, sehingga lebih
mendorong motivasi belajar.
g. Minat khusus yang dimiliki siswa bermanfaat dalam belajar dan
untuk mempelajari bidang studi atau dihubungkan dengan
masalah tertentu dalam bidang studi.
h. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk merangsang minat
belajar bagi siswa yang lamban, ternyata tidak bermakna bagi
siswa yang tergolong pandai, karena adanya perbedaan tingkat
kemampuan.
i. Kecemasan dan frustasi yang lemah kadang-kadang dapat
membantu siswa belajar menjadi lebih baik. Keadaan emosi
yang lemah dapat mendorong perbuatan yang lebih enegrik.
j. Kecemasan yang serius akan menyebabkan kesulitan belajar,
akan menggangu perbuatan belajar siswa, karena perhatiannya
akan terarah pada hal lain.
k. Tugas-tugas yang terlampau sulit dikerjakan dapat
menyebabkan frustasi pada siswa, bahkan dapat menyebabkan
demoralisasi dalam belajar, yakni perbuatan yang tidak wajar.
l. Masing-masing siswa memiliki kadar emosi yang berbeda satu
dengan yang lainnya. Ada siswa yang mengalami kegagalan
justru tumbuh semangatnya untuk belajar lebih rajin lagi, ada
pula siswa yang terlalu mengalami keberhasilan justru menjadi
cemas terhadap kemungkinan terjadinya kegagalan belajar.
m.Pengaruh kelompok pada umumnya lebih efektif dalam motivasi
n. Motivasi yang kuat erat hubungannya dengan kreativitas.
Dengan strategi pembelajaran tertentu, motivasi belajar dapat
ditujukan kearah kegiatan-kegiatan kreatif.
3.6 Fungsi Motivasi
Dalam proses pembelajaran dan pembentukan perilaku, motivasi
memiliki beberapa fungsi antara lain (Dermawan, 2008) :
3.6.1 Motivasi sebagai pendorong individu untuk berbuat
Dengan motivasi individu dituntut untuk melepaskan energi dalam
kegiatannya.
3.6.2 Motivasi sebagai penentu arah perbuatan
Motivasi akan menuntun seseorang untuk melakukan kegiatan yang
benar-benar sesuai dengan arah dan tujuan yang ingin dicapainya.
3.6.3 Motivasi sebagai proses seleksi perbuatan
Motivasi akan memberikan dasar pemikiran bagi individu untuk
memprioritaskan kegiatan mana yang harus dilakukan.
3.6.4 Motivasi sebagai pendorong pencapaian prestasi
Prestasi dijadikan motivasi utama bagi seseorang dalam melakukan
kegiatan.
3.7 Bentuk-Bentuk Motivasi
3.7.1 Memberi Angka
Angka adalah deret ukur yang bisa dijadikan motivasi belajar untuk
dapat meraihnya. Angka yang tinggi tidak bisa dijadikan patokan
dengan dengan dilaksanakannya nilai-nilai yang sesuai dengan
pencapaian angka yang tinggi tersebut.
3.7.2 Memberi Hadiah
Hadiah bisa dijadikan sebagai motivasi bagi individu untuk
melakukan suatu kegiatan. Hadiah merupakan salah satu bentuk
penguatan untuk seseorang untuk sungguh-sungguh melaksanakan
kegiatannya.
3.7.3 Menjadikan Kompetisi
Dengan adanya kompetisi peserta didik akan saling memacu diri
untuk meraih tujuan yang ingin dicapai.
3.7.4 Memberi Evaluasi
Evaluasi akan memberikan gambaran sejauh mana peserta didik
mampu menerima informasi yang telah disampaikan oleh pengajar
dan merupakan satu hal yang akan memotivasi peserta didik untuk
dapat belajar.
3.7.5 Memberikan Pujian
Pujian merupakan bentuk reinforcement bagi peserta didik yang
telah berhasil melalui suatu kegiatan pembelajaran yang diberikan
harus pada waktu dan kejadian yang tepat sehingga pujian akan
berdampak sebagai motivasi belajar bagi peserta didik.
3.7.6 Memberikan Hukuman
Hukuman adalah bentuk reinforcement negatif. Hukuman akan
Hukuman yang tepat akan membuat peserta didik menyadari akan
kesalahan yang telah diperbuat dan memperbaiki kesalahan
menjadi keberhasilan yang tertunda.
Menurut Haryani (2008) motivasi mahasiswa kuliah di suatu jurusan
tertentu berpengaruh terhadap hasil akhir dari pendidikan. Suatu tindakan
yang tidak didasari motivasi yang kuat akan dilakukan dengan tidak
sungguh-sungguh, tidak terarah dan kemungkinan besar tidak akan membawa suatu
hasil yang baik.
4. Remaja
4.1 Defenisi Remaja
Remaja atau adolesens adalah periode perkembangan selama individu
mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa antara
usia 13-20 tahun (Potter 2005).
Santrock (1993) mendefenisikan remaja sebagai periode transisi
perkembangan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang mencakup aspek
biologik, kognitif, dan perubahan sosial yang berlangsung antara 10-19 tahun.
Masa remaja terdiri dari masa remaja awal (10-14 tahun) yang ditandai
dengan berbagai perubahan tubuh yang cepat dan sering mengakibatkan
kesulitan dalam menyesuaikan diri, pada saat ini remaja mulai mencari
identitas dirii, masa remaja pertengahan (15-16 tahun) yang merupakan masa
yang ditandai dengan bentuk tubuh yang sudah menyerupai orang dewasa,
remaja akhir (17-19 tahun) yang ditandai pertumbuhan biologis sudah
melambat, tetapi masih berlangsung di tempat-tempat lain tetapi emosi,
minat, konsentrasi, dan cara berpikir mulai stabil serta kemauan untuk
menyelesaikan masalah sudah meningkat (Sarwono, 2002).
Berdasarkan pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa remaja
adalah merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa
dewasa dimulai dari usia 10-19 tahun.
4.2 Karakteristik Masa Remaja
Karakteristik perkembangan normal yang terjadi pada remaja dalam
menjalankan tugas perkembangannya dalam mencapai identitas diri antara
lainmenilai diri secara objektif dan merencanakan untuk mengaktualisasikan
kemampuannya. Dengan demikian pada fase ini, seorang remaja akan :
4.2.1 Menilai rasa identitas pribadi
4.2.2 Meningkatkan minat pada lawan jenis
4.2.3 Menggabungkan perubahan seks sekunder ke dalam citra tubuh
4.2.4 Memulai perumusan tujuan okupasional
4.2.5 Memulai pemisahan diri dari otoritas keluarga
Hurlock (1994) mengemukakan berbagai ciri dari remaja, diantaranya
adalah :
a. Masa remaja adalah masa peralihan
Yaitu peralihan dari satu tahap perkembangan ke perkembangan
berikutnya secara berkesinambungan. Pada masa ini remaja bukan lagi
sangat strategis, karena memberi waktu kepada remaja untuk
membentuk gaya hidup dan menentukan pola perilaku, nilai-nilai dan
sifat-sifat yang sesuai dengan yang diinginkan.
b. Masa remaja adalah masa terjadi perubahan
Sejak awal remaja, perubahan fisik terjadi sangat pesat, perubahan
perilaku dan sikap juga berkembang. Ada 4 perubahan besar yang
terjadi pada remaja, yaitu perubahan emosi, perubahan peran dan
minat, perubahan pola perilaku dan perubahan sikap menjadi
ambivalen.
c. Masa remaja adalah masa yang banyak masalah
Masa remaja sering menjadi masalah yang sulit untuk diatasi. Hal ini
terjadi karena tidak terbiasanya remaja menyelesaikan masalahnya
sendiri tanpa meminta bantuan orang lain sehingga kadang-kadang
terjadi penyelesaian yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.
d. Masa remaja adalah masa mencari identitas
Identitas diri yang dicari adalah berupa kejelasan siapa dirinya dan apa
peran dirinya di masyarakat. Remaja tidak puas dirinya sama dengan
kebanyakan orang, dia ingin diperlihatkan dirinya sebagai individu,
sementara pada saat yang sama ia ingin mempertahankan dirinya
terhadap kelompok sebaya.
e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan kekuatan
Ada stigma dari masyarakat bahwa remaja adalah anak yang tidak
menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan mangawasi
kehidupan remaja. Dengan adanya stigma ini, akan membuat masa
peralihan remaja dewasa menjadi sulit, karena peran orang tua yang
memiliki pandangan seperti ini akan mencurigai dan menimbulkan
pertentangan antara orang tua dengan remaja serta membuat jarak di
antara keluarga.
f. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistis
Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kacamatanya
sendiri, baik dalam melihat dirinya maupun melihat orang lain,
mereka belum melihat apa adanya, tetapi menginginkan sebagaimana
yang ia harapkan.
g. Masa remaja adalah ambang masa dewasa
Dengan berlalunya usia belasan, remaja yang semakin matang
berkembang berusaha memberi kesan seseorang yang hampir dewasa.
Ia akan memusatkan dirinya pada perilaku yang dihubungkan dengan
status orang dewasa, misalnya dalam berpakaian dan bertindak.
Hurlock (1999), pada masa remaja ini ada beberapa perubahan yang
bersifat universal, yaitu meningkatkan emosi, perubahan fisik, perubahan
terhadap minat dan peran, perubahan pola perilaku, nilai-nilai dan sikap
ambivalen terhadap setiap perubahan.
Perbedaan karakteristik remaja perempuan dan laki-laki terletak pada
intelegensi wanita yang lebih cemerlang, namun pada intinya wanita itu hampir
laki-laki, kaum wanita lebih praktis, labih langsung, dan lebih meminati segi
kehidupan konkrit, kaum laki-laki disebut sebagai lebih egosentris atu lebih
self-oriented, dan kebanyakan wanita kurang berminat pada masalah-masalah
politik (Kartono, 1992).
4.3 Tugas perkembangan Remaja
Menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1999) tugas perkembangan adalah
tugas yang muncul pada saat atau sekitar periode tertentu dari kehidupan
individu, yang jika berhasil, akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa ke
arah keberhasilan dakam melaksanakan tugas berikutnya Semua
tugas-tugas perkembangan masa remaja terfokus pada bagaimana melalui sikap dan
pola perilaku kanak-kanak dan mempersiapkan sikap dan perilaku orang
dewasa. Rincian tugas-tugas pada masa remaja ini adalah sebagai berikut :
4.3.1 Mencapai relasi yang lebih matang dengan teman seusia dari kedua
jenis kelamin
4.3.2 Mencapai peran sosial feminin atau maskulin
4.3.3 Menerima fisik dan menggunakan tubuhnya secara efefktif
4.3.4 Meminta, menerima dan mencapai perilaku bertanggung jawab
secara sosial.
4.3.5 Mencapai kemandirian secara emosional dari orang tua dan orang
dewasa lainnya.
4.3.6 Mempersiapkan untuk karir ekonomi
4.3.7 Mempersiapkan untuk menikah dan berkeluarga