BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Air
2.1.1. Pengertian Air
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang
banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus
dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk
hidup yang lain.
Air menutupi sekitar 70% permukaan bumi,dengan jumlah sekitar 1.368 juta
km3. Air terdapat dalam berbagai bentuk, Misalnya uap air es, cairan, dan salju. Air tawar terutama terdapat di sungai, danau, air, tanah (ground water), dan gunung es
(glacier). (Effendi. 2003).
Suatu perairan merupakan suatu ekosistem yang kompleks sekaligus
merupakan habitat dari berbagai jenis makhluk hidup, baik yang berukuran besar
seperti ikan dan berbagai jenis makhluk hidup berukuran kecil seperti mikroba yang
hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop. Perairan alami mempunyai sifat yang
dinamis dan aliran energi yang kontinyu selama sistem didalamnya tidak mengalami
ganguan ataupun hambatan, antara lain dalam bentuk pencemaran (Nugroho. 2006).
2.1.2. Sumber-sumber Air 1.Air laut
Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl
dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini maka air laut tak memenuhi syarat
2.Air atmosfer, air meteriologik (air hujan )
Dalam keadaan murni, sangat bersih, karena dengan adanya pengotoran udara
oleh debu maupun asap industri maka air ini menjadi tercemar dan hal ini juga
dapat meyebabkan air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap
benda-benda yang terbuat dari besi yaitu menyebabkan korosi dan
menyebabkan air menjadi lunak dan boros pemakaian sabun.
3.Air permukaan
Adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air
permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya
oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri, dan lain-lain.
Air permukaan terdiri dari air sungai, air rawa, atau danau.
4.Air tanah
Air tanah ini adalah air yang bersumber dari dalam tanah. Biasanya manusia
menggunakan sumber air ini sebagai sumber air untuk sumur yang digunakan
untuk kehidupan sehari-hari, misalnya mandi, mencuci, irigasi, bahkan juga
digunakan sebagai sumber atau air untuk industri.
Air tanah terbagi atas :
1. air tanah dangkal
2. air tanah dalam
3. mata air (Sutrisno, C.T. 1996).
2.1.3. Kegunaan Air Bagi Tubuh Manusia
Tubuh manusia sebagian terdiri dari air, kira-kira 60-70%. Kegunaan air bagi
tubuh manusia antara lain untuk proses pencernaan, metabolisme, mengangkut zat-zat
sampai tubuh kekeringan. Apabila tubuh kehilangan banyak air ,maka akan
mengakibatkan kematian. Sebagai contoh penderita penyakit kolera.
Untuk menjaga kebersihan tubuh, diperlukan juga air. Mandi dua kali sehari
dengan menggunakan air yang bersih, diharapkan orang akan bebas dari penyakit
seperti kudis, dermatitis dan penyakit lainnya. (Sutrisno, C. T. 1996)
2.1.4. Parameter Uji Kualitas Air
Untuk mengetahui apakah perairan tercemar atau tidak dapat diperlukan
serangkaian tahap pengujian untuk menentukan tingkat pencemaran tersebut.
Beberapa parameter uji yang umumnya harus diketahui, yaitu:
a) Nilai Keasaman (pH) dan alkalinitas
Umumnya air yang normal memiliki pH sekitar netral, berkisar antara 6 - 8.
Air limbah ataupun air yang tercemar memiliki pH cenderung basa, tergantung
dari jenis limbah dan komponen pencemarannya.
b) BOD / COD
BOD (Biologycal Oxygen Demand) menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang
dibutuhkan dalam air untuk menguraikan atau mengoksidasi bahan-bahan
pencemar di dalam air. Nilai BOD tidak menunjukkan jumlah bahan organik
yang sebenarnya, tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan pencemar tersebut.
COD (Chemical Oxigen Demand) merupakan uji yang lebih cepat daripada uji
BOD, yaitu suatu uji berdasarkan reaksi kimia tertentu untuk dapat
menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan (misalnya
kalium dikhromat) untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat di
c) Suhu
Kenaikan suhu air tersebut akan mengakibatkan menurunnya oksigen terlarut
didalam air, meningkatnya kecepatan reaksi kimia, terganggunya kehidupan
ikan dan hewan air lainnya. Naiknya suhu air yang relatif tinggi seringkali
ditandai dengan munculnya ikan-ikan dan hewan air lainnya kepermukaan air
pada suhu normal, lama kelamaan dapat menyebabkan kematian pada ikan dan
hewan lainnya.
d) Warna, rasa dan bau
Air yang normal tampak jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau.
Air yang tidak jernih seringkali merupakan petunjuk awal terjadinya polusi di
suatu perairan. Rasa air seringkali dihubungkan dengan bau air. Bau air dapat
disebabkan oleh bahan-bahan kimia terlarut, ganggang, plankton, tumbuhan air
dan hewan air, baik yang masih hidup maupun yang mati.
e) Jumlah padatan
Padatan yang dapat mencemari air, berdasarkan ukuran partikel dan sifat-sifat
lainnya dapat dikelompokkan menjadi padatan terendap, padatan tersuspensi
dan padatan yang terlarut. Padatan yang mengendap terdiri dari
partikel-partikel yang berukuran relatif besar dan berat sehingga dapat mengendap
dengan sendirinya. Padatan tersebut terbenuk biasanya merupakan akibat erosi.
Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak
terlarut dan tidak dapat mengendap langsung. Padatan tersuspensi berukuran
lebih kecil dan lebih ringan daripada padatan terendap. Padatan terlarut terdiri
dari senyawa-senyawa anorgaik dan organik yang larut dalam air seperti gula
dan garam-garam mineral hasil buangan industri kimia.
Air merupakan habitat berjenis-jenis mikroba, seperti alga, protozoa, dan
bakteri. Dari sekian banyak jenis mikroba yang bersifat patogen atau
merugikan manusia, ada beberapa jenis mikroba yang sangat tidak dikehendaki
kehadirannya karena mikroba tersebut berasal dari kotoran manusia dan hewan
berdarah panas lainnya. Mikroba tersebut dapat berperan sebagai bioindikator
kualitas perairan.
g) Kandungan minyak dan lemak
Meskipun minyak mengandung senyawa volatil yang mudah menguap, namun
masih ada sisa minyak yang tidak dapat menguap. Karena minyak tidak dapat
larut dalam air, maka sisa minyak akan tetap mengapung di air, kecuali minyak
tersebut terdampar ke pantai atau tanah di sekeliling sungai. Minyak yang
menutupi permukaan air akan menghalangi penetrasi sinar matahari kedalam
air. Selain itu, lapisan minyak juga dapat mengurangi konsentrasi oksigen
terlarutdalam air karena fiksasi oksigen bebas menjadi terhambat. Akibatnya,
terjadi ketidakseimbanganrantai makanan di dalam air.
h) Kandungan bahan radio aktif
Meskipun jarang terjadi, namun pada perairan yang dekat dengan industri
peleburan dan pengolahan logam sering kali ditemukan bahan-bahan radio
aktif seperti thorium-230 dan radium-226. Komponen-komponen tersebutdapat
terlarut dalam air hujan dan masuk ke sumber-sumber air yang ada. Komponen
radioaktif dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui berbagai cara. Semua
radio aktif menimbulkan efek dan dampak negatif bagi kesehatan manusia,
diantaranya dapat menyebabkan gangguan pada fungsi saraf, gangguan dalam
pembelahan sel yang menyebabkan kanker serta ganguan dalam pembentukan
i) Kandungan logam berat
Logam berat (heavy metals) atau logam toksik (toxic metals) adalah
terminologi yang umumnya digunakan untuk menjelaskan sekelompok
elemen-elemen logam yang kebanyakan tergolong berbahaya bila masuk
kedalam tubuh makhluk hidup. Logam berat yang terdapat baik didalam
lingkungan maupun di dalam tubuh manusia dalam konsentrasi yang sangat
rendah disebut juga dengan trace metals. Trace metals seperti Kadmium (Cd), Timbal (Pb), dan Merkuri (Hg) yang mempunyai berat jenis sedikitnya 5 kali
lebih besar daripaad air. Logam-logam berat yang sering dijumpai dalam
lingkungan perairan yang tercemar limbah industri adalah merkuri (Hg), nikel
(Ni), kromium (Cr), kadmium (Cd), arsen (As), dan timbal (Pb). Logam-logam
tersebut dapat mengumpul didalam jangka waktu lama sebagai racun yang
terakumulasi. Selanjutnya menurut sifat toksisitasinya unsur-unsur dapat
dikelompokkan kedalam 3 golongan, yaitu :
I. Unsur-unsur yang tidak bersifat toksik, yaitu : Na, k, Mg, Ca,
H, N, O, C, P , Fe, Cl, Br, F, Li, Rb, Sr, Al dan Si
II. Sangat toksik dan mudah dijumpai yaitu: Be, Co, Ni, Cu, Zn,
Sn, As, Cd, Pt, Au, Ti, Pb, Jb, dan Bi
III. Sangat toksik tetapi tidak larut dan sukar dijumpai, yaitu : Ti,
Ht, Zr, W, Nb, Ta, Re, Ga, La, Os, Rh, Ir, Ru, dan Br.
j) Fosfat
Kandungan fosfat yang tinggi akan menyebabkkan suburnya alga dan
organisme lainnya apa yang dikenal dengan eutrofikasi. Fosfat banyak banyak
penggunaan phosphat terdapat pada ketel uap untuk mencegah kesadahan.
(Nugroho. 2006)
2.2. Klorin 2.2.1. Desinfeksi
Kegunaan desinfeksi pada air adalah untuk mereduksi konsentrasi bakteri
secara umum dan menghilangkan bakteri patogen. Penghilangan bakteri patogen
tersebut terutama harus benar-benar dilakukan untuk air yang akan diminum untuk
mencegah timbulnya penyakit. Program desinfeksi ini telah digunakan secara luas
sejak awal tahun 1900 untuk menangani air yang akan digunakan secara luas.
Mikroba dalam hal ini berarti bakteri patogen pada umumnya dapat tahan
selama beberapa hari pada permukaan air yang tergantung juga dari kondisi
lingkungannya. Beberapa faktor yang mempengaruhi ketahanan tersebut antara lain
pH, suhu, gizi yang tersedia, kompetisinya dengan mikroba lain, kemampuan
membentuk spora dan ketahanannya terhadap senyawa penghambat. Sedangkan
kemampuannya untuk menyebabkan penyakit antara lain ditentukan oleh konsentrasi,
virulensi dan resistensi.
Penggunaan desinfeksi dapat mengatasi mikroba patogen yang spesifik.
Bakteri koliform sebagai bakteri indikator sanitasi adalah salah satu mikroba yang
dapat digunakan untuk mengukur efisiensi desinfeksi.
Metode desinfeksi telah dikenal secara luas. Desinfeksi dapat dilakukan antara
lain dengan berbagai metode dan bahan kimia seperti klorin. Berdasarkan perhitungan
ekonomis, efisiensi, dan kemudahan penggunaannya maka penggunaan klorin
merupakan metode yang paling umum digunakan. Kebutuhan klorin (chlorine demand) untuk proses desinfeksi tersebut tergantung pada beberapa faktor. Klorin
organik. Faktor yang mempengaruhi efisiensi desinfeksi atau kebutuhan akan klorin
dipengaruhi oleh antara lain jumlah dan jenis atau bentuk klorin yang digunakan,
waktu kontak, suhu dan jenis serta konsentrasi mikroba. Klorin akan bereaksi dengan
berbagai jenis komponen yang ada pada air dan komponen-komponen tersebut akan
berkompetisi dalam penggunaan klorin sebagai bahan untuk desinfeksi. Sehingga pada
air yang relatif kotor, sebagian dasar akan bereaksi dengan komponen yang ada dan
hanya sebagian kecil saja yang bertindak sebagai desinfektan (Betty. 1993).
2.2.2. Manfaat Klorin Sebagai Desinfektan
Klorinasi merupakan desinfeksi yang paling umum digunakan.klorin yang
digunakan dapat berupa bubuk , cairan atau tablet. Bubuk klorin biasanya berisi
kalsium hipoklorit, sedangkan cairan klorin berisi natrium hipoklorit. Disenfeksi yang
menggunakan gas klorin disebut sebagai klorinasi. Sasaran klorinasi terhadap air
adalah penghancuran bakteri melalui germisidal dari klorin terhadap bakteri.
Bermacam-macam zat kimia seperti ozon (O3), klor (Cl2), klordioksida (CLO2), dan proses fisik seperti penyinaran sinar ultraviolet, pemanasan dan lain-lain, digunakan
sebagai disenfeksi air. Klor adalah zat kimia yang sering dipakai karena harganya
murah dan masih mempunyai daya disenfeksi sampai beberapa jam setelah
pembubuhannya yaitu yang disebut sebagai residu klorin.
Klor berasal dari gas klor Cl2, NaOCl, Ca(OCL2) (kaporit), atau larutan HOCL (asam hipoklorit). Breakpointchlorination (khlorinasi titik retak ) adalah jumlah klor
yang dibutuhkan sehingga :
i. semua zat yang dapat dioksidasi teroksidasi
iii. masih ada residu klor aktif terlarut yang konsentrasinya dianggap
perlu untuk pembasmi kuman-kuman (Alaerts, G. 1984)
Klorin sering digunakan sebagai disinfektan untuk menghilangkan
mikroorganisme yang tidak dibutuhkan, terutama bagi air yang diperuntukkan bagi
kepentingan domestik. Beberapa alasan yang menyebabkan klorin sering digunakan
sebagai disinfektan adalah sebagai berikut:
1. Dapat dikemas dalam bentuk gas, larutan, dan bubuk.
2. Relatif murah
3. Memiliki daya larut yang tinggi serta dapat larut pada kadar yang tinggi
(7000mg/l).
4. Residu klorin dalam bentuk larutan tidak berbahaya bagi manusia, jika terdapat
dalam kadar yang tidak berlebihan.
5. Bersifat sangat toksik bagi mikroorganisme,dengan cara menghambat aktivitas
metabolisme mikroorganisme tersebut.
Klorin adalah gas klor yang berupa molekul klor (CL2) atau kalsium hipoklorit [Ca(OCL2)]. Penambahan klor secara kurang tepat akan menibulkan bau dan rasa pahit. Klor berperan sebagai oksidator, seperti persamaan reaksi:
H2S + 4 Cl2 + 4 H2O → H2SO4 + 8 HCL
Jika kebutuhan klorin untuk mengoksidasi beberapa senyawa kimia perairan telah
terpenuh, klorin yang ditambahkan akan berperan sebagai disinfektan. Gas klor
bereaksi dengan air menurut persamaan :
− Jika perairan tidak terdapat amoniak :
CL2 + H2O → HCL + HOCL
− Jika diperairan terdapat amonia:
NH4+ + HClO → NH2Cl + H2O + H+ Monokloramin
NH2Cl + HClO→ NHCl2 + H2O Dikloroamin
NHCl2 + HClO→ NCl3 + H2O Nitrogen triklorida
Reaksi kesetimbangan sangat dipengaruhi oleh pH.Pada pH 2, klor berada
dalam bentuk klorin (Cl2), pH 2-7, klor kebanyakan terdapat dalam bentuk HOCl, sedangkan pada pH 7,4 klor tidak hanya terdapat dalam bentuk HOCl tetapi juga
dalam bentuk ion OCL- .Pada kadar klor kurang dari 1000 mg/l, semua klor berada dalam bentuk ion klorida (Cl-) dan hipoklorit (HOCl),atau terdisosiasi menjadi H+ dan OCl-. (Effendi. 2003).
Kebutuhan klorin untuk air yang relatif jernih dan pada air yang mengandung
suspensi padatan tidak terlampau tinggi biasanya relatif keci. Klorin akan bereaksi
dengan berbagai jenis komponen yang ada pada air dan komponen-komponen tersebut
akan berkompetisi dalam penggunaan klorin sebagai bahan utama desinfeksi.Sehingga
pada air yang relatif kotor, sebagian dasar akan bereaksi dengan komponen yang ada
dan hanya sebagian kecil saja yang bertindak sebagai desinfektan. Residu klorin juga
merupakan hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan klorin karena
kemampuannya sebagai agen penginaktivasi enzim mikroba setelah zat tersebut
masuk kedalam sel mikroba. (Betty, 1993)
2.2.3. Dampak Negatif Klorin Bagi Kesehatan Tubuh
proses penghilangan kuman penyakit air ledeng, air bersih atau air minum yang
digunakan oleh masyarakat. Proses khlorinasi sangat efektif untuk menghilangkan
kuman penyakit terutama dalam pengguanaan air ledeng. Tetapi dibalik
keefektifannya klorin juga dapat berbahaya bagi kesehatan. Orang yang meminum air
yang mengandung klorin memiliki kemungkinan lebih besar untuk terkena kanker
kandung kemih ,dubur ataupun usus besar. Sedangkan bagi wanita hamil dapat
menyebabkan melahirkan bayi yang cacat dengan kelainan otak atau saraf tulang
belakang ,berat bayi lahir rendah, kelahiran premature atau bahkan dapat mengalami
keguguran kandungan. Selain itu pada hasil studi efek klorin pada binatang ditemukan
pula kemungkinan kerusakan ginjal dan hati.
2.3. pH
2.3.1. Derajat Keasaman (pH)
pH adalah merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas
keadaan asam atau basa sesuatu larutan. Ia merupakan juga satu cara untuk
menyatakan konsentrasi ion H+ .Dalam penyediaan air, pH merupakan satu faktor yang harus dipertimbangkan mengingat bahwa derajat keasaman dari air akan sangat
mempengaruhi aktivitas pengolahan yang akan dilakukan, misalnya dalam melakukan
koagulasi kimiawi, desinfeksi, pelunakan air (water softening) dan dalam pencegahan korosi.Yang sangat penting untuk diketahui yakni bahwa konsentrasi OH- suatu larutan tak akan dapat diturunkan sampai nol, bagaimanapun asamnya larutan, dan
Air yang belum terpolusi biasanya berada pada skala pH 6,0 – 8,0. Sebagai
contoh, air hujan mempunyai sekitar pH 5,6, air laut pH 8,1 dan pH air dibawah pH
5,0 dinyatakan sebagai air terpolusi. Besar pH dapat diukur dengan pH meter. Air
murni dapat memiliki pH 7,5 akan tetapi apabila air telah memiliki pH 7,5 bukan
berarti air murni karena dapat saja terjadi proses buffer yaitu kehadiran senyawa kimia
seperti fosfat dan karbonat yang menjadikan air menjadi larutan buffer. (Situmorang,
M. 2007)
2.3.2. pH Meter
Pengukuran pH dapat dilakukan menggunakan pH meter. Karena meter
mengukur potensial dari sel elektrokimia, maka harus distandarisasi supaya
pembacaan menunjukkan angka pH yang tepat. Standarisasi dilakukan dengan
menggunakan satu atau dua jenis larutan buffer yang diketahui pH nya. Untuk
mengkalibrasi pH meter supaya akurat, dibutuhkan dua jenis larutan buffer. Buffer
pertama biasanya pH 7,0 dipergunakan untuk menunjukkan titik isotermal 0,0 V pada
pH 7,0. Buffer kedua ( yang dekat terhadap skala pH sampel yang akan dianalisis)
dipergunakan sebagai pengatur slop untuk mengeset slop mengikuti persamaan Nersnt
59,1 mV per unit pH pada 25o C. (Situmorang, M. 2007)
2.4. Spektrofotometri
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan
panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya
mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau
diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang.
Kelebihan spektrofotometer dibandingkan fotometer adalah panjang
gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat
pengurai seperti prisma, grating ataupun celah optis.
Pada fotometer filter, tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang
benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm.
Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi
dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu
spekotrofotometer tersusun dari sumber-sumber spektrum tampak yang kontinyu,
monokromator, sel pengabsorpsi, untuk larutan sampel atau blanko ataupun
pembanding.
1. Sumber
Sumber yang biasa digunakan pada spektroskopi absorpsi adalah lampu
wolfram. Arus cahaya tergantung pada tegangan lampu, I = K Vn, I = arus listrik, V = tegangan , n = eksponen (3-4 pada lampu wolfram), variasi tegangan masih dapat
diterima 0,2% pada suatu sumber DC, misalkan baterai. Lampu hidrogen atau lampu
deutrium yang digunakan untuk sumber pada daerah UV.
Kebaikan lampu wolfram adalah energi radiasi yang dibebaskan tidak
bervariasi pada berbagai panjang gelombang. Untuk memperoleh tegangan yang stabil
dapat digunakan transformator.
2. Monokromator
Digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis. Alatnya
dapat berupa prisma ataupun grating. Untuk mengarahkan sinar monokromatis yang
maka prisma atau gratingnya yang dirotasikan untuk mendapatkan λ yang diinginkan.
Ada dua tipe prisma seperti yang ditunjukkan dibawah ini yaitu susunan cornus dan
susunan littrow. Secara umum tipe cornus menggunakan sudut 60º, sedangkan tipe
littrow menggunakan prisma dimana pada sisinya tegak lurus dengan arah sinar yang
berlapis aluminium serta mempunyai sudut optik 30º.
3. Sel Absorpsi
Pada pengukuran didaerah tampak kuvet kaca corex dapat digunakan, tetapi
untuk pengukuran pada daerah UV kita harus menggunakan sel kuarsa karena gelas
tidak tembus cahaya pada daerah ini. Umumnya tebal kuvet adalah 10 mm, tetapi
yang lebih kecil ataupun lebih besar dapat digunakan. sel yang biasa yang digunakan
berbentuk persegi, tetapi bentuk silinder juga dapat digunakan. Kita harus
menggunakan kuvet yang bertutup untuk pelarut organik. Sel yang baik adalah kuarsa
atau gelas hasil leburan serta seragam keseluruhannya.
4. Detektor
Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada
berbagai panjang gelombang. Pada spektrofotometer, tabung pengganda elektron yang
digunakan prinsip kerjanya telah diuraikan. (Khopkar. 2002)
Hukum lambert beer
Bila cahaya jatuh pada suatu medium homogen, sebagain dari sinar masuk
dipantulkan, sebagai diserap dalam medium itu dan sisanya diteruskan. Lambert
sering kali dianggap berjasa dalam menyelidikan serapan cahaya sebagai fungsi
ketebalan medium, meskipun sebenarnya ia hanya memperluas konsep yang pada
mulannya dikembangkan oleh bouguer. Beer kemudian menerapkan eksperimen
Yang berlainan dan menerbitkan hasilnya tepat seperti bernart. Kedua hukum
yang terpisah yang mengatur absorbsi iu biasanya dikenal sebagai hukum lambert dan
hukum beer.
Dimana kedua hukum ini dikenal dengan persamaan :
𝑙𝑜𝑔 𝑝𝑜
𝑝 =𝑓(𝑐) =𝑘𝑏𝑐
log𝑝𝑜
𝑝 =𝑓(𝑏) =𝑘𝑏𝑐
Dimana lambang Po dan p seperti digunakan disini direkombinasikan
masing-masing untuk daya tradisi masuk dan diteruskan istilah lo (Po/P) disebut absorbansi
dan diberi lambang A. Istilah lain yang digunakan secara sinonim dengan absorbansi
dengan mungkin dijumpai adalah ekstinsi, kerapan optik dan absorbansi. Lambang b
yaitu panjang medium pejerap yang dinyatakan dalam (cm). Lambang C biasanya
dinyatakan dalam konsentarsi zat pelarut yang menyerap dinyatakan dalam gram per
liter atau mol per liter. Dalam hukum lambeert beer penggunaan persamaan diatas
tergantung pada konsentrasi yang digunakan. Bila konsentrasi dalam gram per liter
tetapan itu disebut dengan absorpsivitas dengan lambing a ini ditulis dengan
persamaan :
A = abc
Apabila konsentrasi dinyatakan dalam mol/ liter tetapan itu adalah absbsitivitas molar,
dengan lambang e, yang ditulis dengan :
A = ebc