• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi Penerapan Teknologi Pertanian Semi Organik Pada Komoditi Padi Sawah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Karakteristik sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi Penerapan Teknologi Pertanian Semi Organik Pada Komoditi Padi Sawah"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Pertanian organik

Pertanian organik meliputi dua definisi, yaitu pertanian organik dalam

definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian

sempit, pertanian organik adalah pertanian yang tidak menggunakan pupuk kimia

ataupun pestisida kimia, yang digunakan adalah pupuk organik, mineral dan

material alami. Sedangkan pertanian organik dalam arti luas adalah usahatani

yang menggunakan pupuk kimia pada tingkat minimum, dan dikombinasikan

dengan penggunaan pupuk organik dan bahan-bahan alami (Hong, 1994).

Pertanian organik merupakan suatu sistem pertanian yang didesain dan

dikelola sedemikian rupa sehingga mampu menciptakan produktivitas yang

berkelanjutan. Prinsip pertanian organik yaitu tidak menggunakan atau membatasi

penggunaan pupuk anorganik serta harus mampu menyediakan hara bagi tanaman

dan mengendalikan serangan hama dengan cara lain diluar cara konvensional

yang bisa dilakukan (Eliyas, 2008).

Tujuan utama dari pertanian organik ialah memperbaiki dan menyuburkan

kondisi lahan serta menjaga keseimbangan ekosistem. Sumber daya lahan dan

kesuburannya dipertahankan dan ditingkatkan melalui aktivitas biologi dari lahan

itu sendiri, yaitu dengan memanfaatkan residu hasil panen, kotoran ternak, dan

pupuk hijau. Produk pertanian dikatakan organik jika produk tersebut berasal dari

sistem pertanian organik yang menerapkan praktik manajemen yang berupaya

untuk memelihara ekosistem melalui beberapa cara, seperti pendaurulangan residu

(2)

kompos, kotoran ternak sebagai pupuk kandang dan lain sebagainya.

(Sriyanto, 2010).

Prinsip-Prinsip dasar pertanian organik

1. Prinsip kesehatan

Pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah,

hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan dan tak terpisahkan. Prinsip

ini menunjukkan bahwa kesehatan tiap individu dan komunitas tidak dapat

dipisahkan dari kesehatan ekosistem; tanah yang sehat akan menghasilkan

tanaman sehat yang dapat mendukung kesehatan manusia dan hewan.

2. Prinsip Ekologi

Prinsip ekologi meletakkan pertanian organik dalam sistem ekologi

kehidupan. Prinsip ini menyatakan bahwa produksi didasarkan pada proses

daur ulang ekologis.

3. Prinsip keadilan

Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin

keadilan terkait lingkungan dan kesempatan hidup bersama. Keadilan

dicirikan dengan kesetaraan, saling menghormati, berkeadilan dan

pengelolaan dunia secara bersama, baik antar manusia dan dalam

hubungannya dengan makhluk hidup yang lain. Prinsip ini menekankan

bahwa mereka yang terlibat dalam pertanian organik harus membangun

hubungan yang manusiawi untuk memastikan adanya keadilan bagi semua

pihak disegala tingkatan; seperti petani, pekerja, pemroses, penyalur,

(3)

4. Prinsip Perlindungan

Pertanian organik merupakan suatu sistem yang hidup dan dinamis yang

menjawab tuntutan dan kondisi yang bersifat internal dan eksternal. Para

pelaku pertanian organik didorong meningkatkan efisiensi dan produktivitas,

tetapi tidak boleh membahayakan kesehatan dan kesejahteraannya

(IFOAM, 2012).

Pertanian konvensional

Pertanian konvensional merupakan sistem pertanian yang menggunakan

bahan-bahan kimia untuk meningkatkan produksi tanpa memperhatikan

kelestarian lingkungan.

Adapun dampak dari sistem pertanian konvensional di dalam ekosistem

pertanian menurut Kuswandi (2012) adalah sebagai berikut:

− Meningkatnya degradasi lahan (fisik kimia dan biologis),

− Meningkatnya residu penyakit dan gangguan serta resistensi hama penyakit

dan gulma

− Berkurangnya keanekaragaman hayati

− Gangguan kesehatan masyarakat sebagai akibat dari pencemaran lingkungan.

Sedangkan dampak yang terjadi di luar ekosistem adalah:

− Meningkatnya gangguan kesehatan masyarakat konsumen karena pencemaran

bahan-bahan pangan yang diproduksi di dalam ekosistem pertanian.

− Terjadi ketidakadilan ekonomi karena adanya praktek monopoli dalam

penyediaan saran produksi pertanian.

(4)

Pertanian Semi Organik

Pertanian semi organik merupakan suatu langkah awal untuk kembali ke

sistem pertanian organik, hal ini karena perubahan yang ekstrim dari pola

pertanian modern yang mengandalkan pupuk kimia menjadi pola pertanian

organik yang mengandalkan pupuk biomasa akan berakibat langsung terhadap

penurunan hasil produksi yang cukup drastis yang semua itu harus ditanggung

langsung oleh pelaku usaha tersebut. Selain itu penghapusan pestisida sebagai

pengendali hama dan penyakit yang sulit dihilangkan karena tingginya

ketergantungan mayoritas pelaku usaha terhadap pestisida (Sutanto, 2002a).

Pada tahap awal penerapan pertanian organik masih perlu dilengkapi

pupuk kimia atau pupuk mineral, terutama pada tanah yang miskin hara. Pupuk

kimia masih sangat diperlukan supaya takaran pupuk organik tidak terlalu banyak

yang nantinya akan menyulitkan pada pengelolaannya. Sejalan dengan proses

pembangunan kesuburan tanah menggunakan pupuk organik, secara berangsur

kebutuhan pupuk kimia yang berkadar tinggi dapat dikurangi

(Suyono dan Hermawan, 2006).

Von Uexkull (1984) dalam Sutanto (2002b), memberikan istilah

membangun kesuburan tanah. Strategi pertanian organik adalah memindahkan

hara secepatnya dari sisa tanaman, kompos dan pupuk kandang menjadi biomassa

tanah yang selanjutnya setelah mengalami proses mineralisasi akan menjadi hara

dalam larutan tanah. Unsur hara didaur ulang melalui satu atau lebih tahapan

bentuk senyawa organik sebelum diserap tanaman. Hal ini berbeda dengan

(5)

dalam bentuk larutan sehingga segera diserap dengan takaran dan waktu

pemberian yang sesuai dengan kebutuhan tanaman.

Output yang dihasilkan dari kegiatan pertanian yang mengarah pada

pertanian organik dipercaya memiliki kualitas yang lebih baik dari sisi kesehatan

dibandingkan pertanian anorganik. Sedangkan pada tanaman, menurut Djuarnani,

dkk, (2005), pupuk organik memiliki beberapa keunggulan dibandingkan pupuk

anorganik diantaranya adalah mengandung unsur hara makro dan mikro yang

lengkap walaupun jumlahnya sedikit, dapat memperbaiki struktur tanah, beberapa

tanaman yang menggunakan kompos lebih tahan terhadap serangan penyakit, dan

menurunkan aktivitas mikroorganisme tanah yang merugikan.

Komponen Teknologi Budidaya Padi Semi Organik

Menurut Yusuf (2010) Beberapa komponen teknologi budidaya padi semi

organik yang diterapkan didaerah penelitian adalah pada tahapan budidaya

sebagai berikut:

1. Penggunaan varietas unggul

2. Teknik penyemaian

3. Penggunaan bahan organik

4. Pengolahan tanah

5. Teknik penanaman dan populasi bibit

6. Irigasi berselang

7. Pemupukan dasar

8. Pemupukan susulan

9. Pengendalian gulma

(6)

11. Pengendalian penyakit

12. Panen

Komponen Biaya Produksi Usahatani Semi Organik

Adapun komponen biaya produksi pada usahatani padi semi organik ialah

tidak jauh berbeda dengan budidaya padi konvensional, perbedaan hanya terletak

pada biaya sarana produksi pupuk. Adapun komponen biaya produksi pada

budidaya padi semi organik didaerah penelitian adalah sebagai berikut :

1. Biaya Sarana Produksi

Biaya sarana produksi yaitu seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani

untuk memperoleh sarana produksi. Kebanyakan metode baru yang

meningkatkan produksi pertanian memerlukan penggunaan bahan dan alat

produksi khusus oleh petani seperti bibit, pupuk, pestisida dan juga alat mesin

pertanian. Pembangunan pertanian menghendaki semuanya tersedia secara

lokal atau di dekat perdesaan dan jumlah yang cukup banyak untuk

memenuhi keperluan tiap petani yang mau menggunakannya (Hanafie, 2010).

2. Tenaga Kerja

Curahan tenaga kerja sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni:

− Faktor alam yang meliputi curah hujan, iklim, kesuburan, jenis tanah dan

topografi.

− Faktor jenis lahan yang meliputi sawah, tegal, dan pekarangan, serta (3)

luas, letak, dan penyebarannya.

Faktor-faktor tersebut menyebabkan adanya perbedaan kesibukan tenaga

(7)

Tenaga Kerja

− Tenaga kerja dalam keluarga (family labour) yaitu seluruh tenaga kerja

yang terdapat dalam keluarga, baik manusia, ternak, maupun tenaga mesin. merupakan penduduk usia 15 tahun ke atas yang sedang

bekerja, yang memiliki pekerjaan namun sementara tidak bekerja, seseorang

yang tidak memiliki pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan dikategorikan

bekerja. Sumber tenaga kerja dalam usahatani dibedakan atas :

− Tenaga Kerja luar keluarga (hired labour)

3. Pajak Bumi dan Bangunan

Pajak Bumi dan Bangunan merupakan suatu iuran kas Negara terhadap

bumi dan bangunan yang berada di atasnya. Dasar hukumnya dijelaskan

dalam UU No.12 tahun 1985 yang telah diubah dengan UU No.12 tahun

1994. Azas dari penarikan pajak ini adalah memberikan kemudahan dan

kesederhanaan, kepastian hukum, mudah dimengerti dan adil, serta

menghindari pajak berganda. Tarif pajak ditentukan sebesar 0,5% dari nilai

objek pajak. Dasar pengenaan pajak adalah NJOP (Nilai Jual Obyek Pajak),

dasar penghitungan pajak, dan Peraturan Pemerintah (Mardiasmo, 2008).

4. Iuran Irigasi

P3A (Perkumpulan Petani Pengguna Air) merupakan organisasi sosial dari

petani, yang tidak berinduk pada golongan/partai politik, merupakan

organisasi yang bergerak dalam bidang pertanian, khususnya dalam bidang

pengolahan air pengairan untuk kepentingan melangsungkan usahatani

bersama. Dalam organisasi P3A ini dikenal adanya iuran P3A atau disebut

(8)

dari petani pemakai air (P3A) atas jasa pelayanan yang diberikan oleh

pemerintah daerah (Widhiantini, 2000).

5. Penyusutan Peralatan Usahatani

Punyusutan peralatan merupakan penurunan nilai inventaris yang

disebabkan oleh pemakaian selama satu tahun pembukuan. Penyusutan

merupakan nilai yang harus dibayar oleh petani dikarenakan berkurangnya

nilai dari barang yang dimiliki oleh petani tersebut. Dapat dikatakan bahwa

nilai penyusutan tersebut merupakan nilai pembelian dikurangi nilai residu

yang hasil pengurangan tersebut dibagi dengan umur ekonomis (Soekartawi,

dkk., 1984).

Penyusutan peralatan dapat dihitung dengan rumus :

Penyusutan Peralatan =

Ekonomis

Nilai awal : Harga beli peralatan usahatani

Nilai akhir : Harga peralatan usahatani saat ini setelah dipakai

Umur ekonomis : Umur tahan pakai peralatan usahatani.

Penerimaan Usahatani

Penerimaan usahatani didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani

dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Jangka

waktu pembukuan umumnya satu tahun dan mencakup semua produk yang dijual,

dikonsumsi rumah tangga petani, digunakan dalam usahatani untuk bibit atau

makanan ternak, digunakan untuk pembayaran, disimpan atau digudangkan

(9)

Tujuan akhir dari pengelolaan usahatani adalah memperoleh penerimaan.

Penerimaan usahatani diperoleh dengan mengalikan total produksi dengan harga

jual petani atau dituliskan sebagai berikut:

TR = Y . Py

Dimana:

TR = Total penerimaan

Y = Produksi yang diperoleh dari usahatani

Py = Harga produksi

Pendapatan Usahatani

Selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total

usahatani disebut pendapatan bersih usahatani. Pendapatan bersih usahatani

mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor

produksi kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang

diinvestasikan ke dalam usahatani, oleh karena itu pendapatan bersih merupakan

ukuran keuntungan usahatani yang dapat digunakan untuk membandingkan

beberapa penampilan usahatani. Petani dalam memperoleh pendapatan bersih

yang tinggi maka petani harus mengupayakan penerimaan yang tinggi dan biaya

produksi yang rendah, menggunakan teknologi yang baik, mengupayakan harga

input yang rendah, dan mengatur skala produksi yang efisien. Pendapatan bersih

diperoleh dengan mengurangi keseluruhan penerimaan dengan total biaya, dengan

rumus:

Pd = TR – TC

Dimana:

(10)

TR = Total penerimaan

TC = Total biaya

Total pendapatan merupakan seluruh sumber pendapatan yang diperoleh

dari hasil usahatani padi sawah semi organik, usahatani diluar padi semi organik

dan usaha diluar usahatani (Soekartawi, dkk.,1984).

Karakteristik Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Tingkat Adopsi

Sesuai dengan pernyataan Soekartawi (1988), menyatakan bahwa faktor –

faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi terhadap suatu inovasi pertanian dapat

dipengaruhi oleh:

a. Umur petani

Semakin muda umur petani biasanya memiliki semangat ingin tahu

terhadap apa yang belum diketahui. Dengan demikian petani akan lebih cepat

melakukan adopsi inovasi.

b. Tingkat pendidikan petani

Pendidikan merupakan sarana belajar, dimana selanjutnya akan

menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju penggunaan

praktek pertanian yang lebih modern. Petani yang berpendidikan tinggi akan

lebih cepat dalam melaksanakan adopsi.

c. Lama berusahatani

Petani yang sudah lebih lama bertani akan lebih mudah menerapkan

inovasi dari pada petani pemula. Hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih

(11)

d. Tingkat Kosmopolitan

Tingkat kosmopolitan petani dapat diketahui dengan mengetahui frekuensi

petani keluar dari desanya ke desa lain atau ke kota, frekuensi mengikuti

penyuluhan, frekuensi petani bertemu dengan tokoh inovator, koran yang

dibaca, siaran TV yang ditonton, dan siaran radio yang didengar.

e. Tingkat Partisipasi

Partisipasi memungkinkan perubahan-perubahan yang lebih besar dalam

cara berfikir petani. Perubahan dalam pemikiran dan tindakan akan lebih

sedikit terjadi dan perubahan-perubahan ini tidak akan bertahan lama jika

petani menuruti saran-saran dari penyuluh pertanian.

f. Jumlah tanggungan

Petani dengan jumlah tanggungan yang semakin tinggi akan semakin

lamban dalam mengadopsi inovasi karena jumlah tanggungan yang besar

mengharuskan petani untuk memikirkan pemenuhan kebutuhan hidup

keluarganya. Petani yang memiliki jumlah tanggungan yang besar harus

mampu mengambil keputusan yang tepat agar tidak mengalami resiko yang

fatal bila kelak inovasi yang diadopsi mengalami kegagalan.

g. Luas lahan

Petani yang memiliki lahan yang luas akan lebih mudah menerapkan

inovasi dari pada petani berlahan sempit. Hal ini dikarenakan keefisienan

penggunaan sarana produksi.

h. Total pendapatan

Pendapatan usahatani yang tinggi seringkali ada hubungannya dengan

(12)

perubahan dalam difusi inovasi yang cepat sesuai kondisi pertanian yang

dimiliki oleh petani, hal ini yang menyebabkan pendapatan petani yang lebih

tinggi. Sebaliknya banyak kenyataan petani yang berpenghasilan rendah

adalah lambat dalam melakukan difusi inovasi.

Tahapan penerapan inovasi

Sesuai dengan pernyataan Slamet (2003), bahwa dalam proses penerimaan

inovasi, terdapat 5 tahapan yang dilalui sebelum seseorang bersedia menerapkan

sesuatu inovasi yang diperkenalkan kepadanya. Tahapan-tahapan tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Tahap mengetahui inovasi

Pada tahap ini seseorang baru sadar terdapat sesuatu inovasi yang baru saja

mereka ketahui. Tahapan inovasi dapat diketahui dengan mendengar,

membaca atau melihat, tetapi pengertian orang tersebut belum mendalam.

b. Tahap memperhatikan

Setelah seseorang mengetahui adanya sesuatu inovasi maka proses

selanjutnya ia akan memperhatikan, dengan cara mencari kejelasan tentang

inovasi yang didengar, dibaca atau dilihat. Tahapan ini sering disebut dengan

tahapan menarik perhatian atau seseorang mulai sadar bahwa telah terdapat

teknologi baru yang mungkin dapat dicontoh dalam meningkatkan produksi

dan produktivitas usahataninya.

c. Tahap melakukan penilaian

Dari memperhatikan inovasi yang menarik dirinya, seseorang selanjutnya

akan melakukan penilaian terhadap inovasi tersebut. Jika penilaian terhadap

(13)

penerapan inovasi tersebut menguntungkan maka seseorang akan melangkah

ke tahap berikutnya.

d. Tahap mencoba

Dari penilaian terhadap inovasi yang diperkenalkan seseorang dapat

menarik kesimpulan bahwa penerapan inovasi tersebut menguntungkan

dirinya maka ia akan tertarik untuk mencoba menerapkan inovasi tersebut.

Sehingga pada akhirnya dapat mengambil keputusan terhadap inovasi yang

dicobanya, apakah inovasi dapat menguntungkan dirinya atau tidak.

e. Tahap menerapkan atau menolak inovasi

Tahapan ini yaitu tahapan dimana seseorang akan menerima atau menolak

inovasi yang diperkenalkan kepadanya. Jika hasil dari inovasi yang dicoba

dapat memberikan keuntungan maka akan diterapkan, sebaliknya jika hasil

yang diperoleh dipandang kurang memuaskan maka inovasi akan ditolak.

Kerangka pemikiran

Petani padi sawah dalam melakukan budidaya padi sawah melakukan

tahapan-tahapan seperti: pembibitan, pengolahan lahan, penanaman,

pemeliharaan, pengendalian hama dan penyakit, dan pemanenan. Penyuluh

mempunyai peranan dalam memperkenalkan inovasi pertanian semi organik

kepada para petani. Dengan bantuan penyuluh maka inovasi akan cepat diterima

oleh para petani khususnya petani padi sawah. Disamping itu media massa juga

berperan dalam mempercepat proses penyampaian program pertanian kepada

petani. Mereka dapat memperoleh informasi dari media massa melalui radio,

(14)

Dalam mengadopsi suatu program penyuluhan pertanian, petani

dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya : umur, tingkat pendidikan, lama

berusahatani, tingkat kosmopolitan, tingkat partisipasi, luas lahan, jumlah

tanggungan, dan total pendapatan petani.

Semakin muda umur, biasanya memiliki semangat ingin tahu terhadap

suatu inovasi. Dengan demikian petani akan lebih cepat melakukan adopsi

terhadap suatu inovasi.

Petani yang sudah lama bertani akan lebih mudah dalam menerapkan

inovasi dari pada petani pemula. Karena dengan pengalaman yang lebih banyak

petani dapat membuat perbandingan dalam membuat keputusan untuk

mengadopsi inovasi.

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani, biasanya akan lebih mudah

menyerap teknologi. Dengan demikian, semakin tinggi tingkat pendidikan maka

tingkat adopsi terhadap suatu inovasi semakin tinggi.

Petani yang memiliki pandangan luas dengan dunia luar dengan kelompok

sosial yang lain. Umumnya lebih mudah dalam mengadopsi suatu inovasi bila

dibandingkan dengan golongan masyarakat yang hanya berorientasi pada kondisi

lokal karena pengalaman petani yang terbatas petani sulit dalam menerima

perubahan atau mengadopsi suatu inovasi. Hal ini disebabkan petani belum

mengenal informasi yang cukup tentang inovasi tersebut.

Petani yang memiliki lahan luas akan lebih mudah dalam menerapkan

inovasi bila dibandingkan petani yang memiliki lahan sempit. Hal ini dikarenakan

(15)

Petani yang memiliki jumlah tanggungan banyak umumnya lebih lambat

dalam menghadapi suatu inovasi dibandingkan dengan petani yang lebih sedikit

jumlah tanggungannya. Petani lebih cendrung terhadap pemenuhan kebutuhan

sehari-hari daripada memenuhi sarana produksi kebutuhan untuk usahataninya

Petani yang memiliki pendapatan yang rendah pada umumnya lebih

lambat dalam mengadopsi suatu inovasi karena petani umumnya lebih fokus pada

pemenuhan kebutuhan hidup petani bila dibandingkan dengan mengadopsi suatu

inovasi. Petani tidak mau mengambil resiko yang besar jika nantinya inovasi itu

tidak berhasil.

Program pertanian organik tidak dapat sepenuhnya diaplikasikan petani

padi sawah. Hal ini dikarenakan para petani mengalami kesulitan untuk

mengaplikasikan pertanian organik. Karena pada awalnya petani menggunakan

pupuk kimia dalam usahataninya. Penggunaan pupuk kimia sangat membantu

petani dalam kegiatan usahataninya, karena dapat mempercepat pertumbuhan

tanaman, namun tidak ramah lingkungan. Namun untuk menerapkan pertanian

organikpun para petani belum sanggup karena pertumbuhan tanaman sangat

lambat. Hal ini akan merugikan petani. Dengan demikian petani masih sampai

pada pertanian semi organik yaitu dengan menggunakan pupuk organik untuk

membantu memperbaiki srtuktur tanah disertai dengan penggunaan pupuk kimia

untuk membantu pertumbuhan tanaman.

Petani dalam mengadopsi inovasi pertanian organik tidak sama. Ada yang

cepat dan ada yang lambat. Oleh karena itu tingkat adopsi dapat dikategorikan

(16)

Keterangan: = Menyatakan hubungan

= Menyatakan pengaruh

Gambar 1. Skema Krangka Pemikiran Karakteristik Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Penerapan Teknologi Pertanian Semi Organik Pada Komoditi Padi sawah.

Hipotesis Penelitian

1. Tingkat adopsi petani terhadap inovasi pertanian semi organik adalah sedang.

2. Umur, tingkat pendidikan, lama berusahatani, tingkat kosmopolitan, tingkat

partisipasi, jumlah tanggungan, luas lahan sawah, dan total pendapatan petani

mempengaruhi tingkat adopsi petani terhadap inovasi pertanian semi organik

padi sawah di daerah penelitian.

Tahapan budidaya padi sawah:

1. Penyemaian 2. Persiapan lahan 3. Penanaman

Gambar

Gambar 1. Skema Krangka Pemikiran Karakteristik Sosial Ekonomi yang

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perluasan basis penerimaan belum ada pengembangan, tidak ada peningkatan, tidak ada penambahan objek retribusi baru dan

Perkembangan dan Kemajuan teknologi komunikasi sangat mempengaruhi gaya hidup masyarakat Kota Manado yang sangat senang dengan penampilan yang glamour agar

tangible masih sangat buruk karena jam operasional tidak sesuai dengan yang dijanjikan, karena banyak stan yang tutup sebelum pukul 16.00 WIB. Kebersihan alat

Mar’atul Afifah belum dapat secara utuh memahami teks bacaan yang diberikan dan beberapa jawaban terkait pertanyaan yang diberikan dijawab dengan tidak tepat. Pada

Harahap (2003) berpendapat bahwa berdasarkan AAOIFI terdapat beberapa aspek yang sesuai dengan nilai-nilai Islam yang seharusnya dilaporkan seperti: 1) Informasi

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 3 dapat diketahui pada upaya pencegahan HIV/ADIS menunjukkan bahwa upaya pencegahan kategori tinggi yaitu 7 responden (14%),

Klortalidon adalah merupakan suatu derivat tiazid yang bersifat seperti hidroklorotiazid. Memiliki ,asa kerja yang panjang dank arena itu sering digunakan untuk

Kebutuhan Belanja Operasional pada Satker yang sama dan/ atau Satker lain dapat dipenuhi dengan melakukan pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama