• Tidak ada hasil yang ditemukan

laporan praktikum farmakologi ( 1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "laporan praktikum farmakologi ( 1)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar belakang

Obat-obat yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran urine disebut diuretic. Obat-obat ini merupakan penghambat transport ion yang menurunkan reabsorpsi Na+ pada bagian-bagian nefron yang berbeda. Akibatnya, Na+ dan ion lain Cl- memasuki urine dalam jumlah banyak dibandingkan dengan keadaan normal bersama-sama air, yang mengangkut secara pasif untuk mempertahankan keseimbangan osmotic. Jadi, diuretik meningkatkan volume urine dan sering mengubah pH-nya serta komposisi ion dan didala urine dan darah.

Pemakaian diuretik sebagai terapi edema telah dimulai sejak abad ke-16 HgCl2 diperkenalkan oleh Paracelcus sebagai diuretic. 1930 Swartz menemukan bahwa sulfanilamide sebagai antimicrobial dapat juga digunakan untuk mengobati edema pada pasien payah jantung, yaitu dengan meningkatkan ekskresi dari Na+. Diuretik modern semakin berkembangsejak ditemukannya efek samping dari obat-obat anti mikroba yang mengakibatkan perubahan komposisi dan output urine. Terkecuali spironolakton, diuretic kebanyakan berkembang secara empiris tanpa mengetahui mekanisme system transport spesifik di nephron. Diuretic adalah obat yang terbanyak diresepkan di USA, cukup efektif, namun memiliki efek samping yang banyak pula.

Diuretik dapat dibagai menjadi 6 golongan yaitu : 1. Diuretik osmotic

(2)

1.3. Tujuan

(3)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN DIURETIK

Diuretik ialah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran (kehilangan) zat-zat terlarut dan air. Fungsi utama diuretic adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel kembali menjadi normal.

Fungsi utama diuretic adalah untuk memobalisasi cairan udema, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel kembali menjadi normal.

2.2 GOLONGAN DIURETIK

Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan : 1. Diuretik Osmotik

Istilah diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat diekskresi oleh ginjal. Suatu zat dapat bertindak sebagai diuretik osmotik apabila memenuhi 4 syarat:

1) difiltrasi secara bebas oleh glomerulus,

2) tidak atau hanya sedikit direabsorpsi sel tubuli ginjal, 3) secara farmakologis merupakan zat yang inert, dan

4) umumnya resisten terhadap perubahan-perubahan metabolik. Contoh golongan obat ini adalah : Manitol, Urea, Gliserin, Isosorbid.

Diuretik osmotik terutama bermanfaat pada pasien oligura akut akibat syok hipovolemik yang telah dikoreksi, reaksi transfuse atau sebab lain yang menimbulkan nekrosis tubuli, karena dalam keadaan ini obat yang kerjanya mempengaruhi fungsi tubuli tidak aktif.

Yang termasuk golongan ini adalah : 1. Manitol

(4)

Manitol digunakan misalnya untuk mencegah gagal ginjal akut atau untuk mengatasi oliguria, dosis manitol total yang diberikan untuk dewasa 50-100gr, untuk menurunkan tekanan intracranial yang meninggi, menurunkan tekanan intraokuler pada serangan akut glaucoma kongestiv atau sebelum operasi mata, digunakan manitol 1,5 – 2 g/kg BB sebagai larutan 15-20%, yang diberikan melalui infuse selama 30-60 menit.

Manitol dikontrainsikasikan pada penyakit ginjal dengan anuria, kongesti atau udem paru yang berat, dehidrasi hebat dan pendarahan intracranial kecuali bila akan dilaukan kraniotonomi. Infuse monitol harus segera dihentikan bila terdapat tanda-tanda gangguan fungsi ginjal yang progresif, payah jantung atau kongesti paru.

2. Urea

Merupakan suatu Kristal putih dengan rasa agak pahit dan mudah larut dalam air. Sediaan intravena mengandug urea sampai 30% dalam dekstrose 5% (iso-osmotik) sebab urea murni dapat menimbulkan hemolisis. Pada tindakan bedah syaraf, urea diberikan intravena dengan dosis 1-1,5g/KgBB. Sebagai diuretic, urea potensinya lebih lemah dibandingkan dengan monitol, karena 50% senyawa urea ini akan direabsorpsi oleh tubuli ginjal 3. Gliserin

Diberikan peroral sebelum suatu tindakan optalmologi dengan tujuan menurunkan tekanan intraokuler. Efek maksimal terlihat satu jam sesudah pemberian obat dan menghilang sesudah 5 jam.

Dosis untuk orang dewasa yaitu 1-1,5g/KgBB dalam larutan 50 atau 75%. Gliserin ini cepat dimetabolisme, sehingga efek diuresisnya relative kecil. 4. Isosorbid

Diberikan secara oral untuk indikasi yang sama dengan gliserin. Efeknya juga sama, hanaya isosorbid menimbulkan diuresis yang lebih besar daripada fliserin, tanpa menimbulkan hiperglikemia. Dosis berkisar antara 1-3g/KgBB, dan dapat diberikan 2-4 kali sehari

2. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase

(5)

Yang termasuk kedalam golongan ini adalah asetazolamid. Mekanisme Kerja :

Asetazolamid menghambat karbonik anhidrase yang terletak didalam sel dan membrane tubulus proksimal. Karbonik anhidrase mengkatalisis reaksi CO2 dan H2O menjadi H+ dan HCO3 (bikarbonat). Penurunan kemampuan untuk menukar NA+ untuk H+ dengan adanya asetazolamid menyebabkan diuresis ringan. Selain itu, HCO3 dipertahankan dalam lumen yang ditandai dengan penigkatan PH urine. Hilangnya HCO3 menyebabkan asidosis metabolism hiperkloremik dan penurunan kemampuan diuresis setelah beberapa hari pengobatan.

Penggunaan dalam Terapi

a. Pengobatan Glaukoma: penggunaan klinik asetazolamid yang paling umum adalah untuk menurukan kenaikan tekanan dalam bola mata glukoma sudut terbuka. Aetazolamid menurunkan produksi aqueous humor, ungkin dengan menghambat karbonik anhidrase pada corvus siliaris mata. Obat ini berguna untuk pengobatan kronis glaucoma tetapi tidak digunakan untuk serangan akut.

b. Epilepsi : asetazolamid kadang-kadang digunakan pada pengobatan epilepsy baik yang grand mal maupun petit mal. Obat ini mengurangi berat dan tingkat serangan kejang. Asetazolamid sering digunakan secara kronis bersam-sama dengan obat antiepilepsi untuk meningkatkan kerja obat-obat.

Asedosis metabolic ( ringan), penurunan kalium, pembentukan batu ginjal, mengantuk, dan parestasia mungkin akan terjadi.

3. Diuretik Golongan tiazid

(6)

lebih besar daripada asotazolamid, da obat-obat ini bekerja di ginjal dengan mekanisme yang berbeda-beda. Semua tiazid mempengaruhi tubulus distal, dan semuanya memiliki efek diuretic maksimum yang sama, berbeda hanya dalam potensi, dinyatakan dalam per milligram basa.

Adapun yang termasuk kedalam golongan tiazid diantaranya : A. Klorotiazid

Klorotiazid merupakan golongan tiazid modern pertama yang aktif peroral dan mampu mempengaruhi edema berat yang disebabkan oleh sirosis hati dan gagal jantung kongestif dengan efek samping yang minimum. Sifat-sifatnya memiliki kelompok tiazid walaupun derifat yang lebih baru seperti hidroklotiazid atau klortalidon yang sekarang lebih sering digunakan.

Penggunanan dalam terapi :

a. Hipertensi : Secara klinis, tiazid telah lama digunakan sebagai obat pertama dalam pengobatan hipertensi karena tidak mahal, mudah diberikan, dan ditoleransi dengan baik oleh tubuh. Obat-obat ini efektif menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolic untuk jangka waktu yang lama pada kebanyakan pasien dengan hipertensi esensial ringan dan sedang.

b. Gagal Jantung Kongestif : tiazid dapat menjadi diuretic pilihan utama dalam penurunan volume cairan ekstraselular pada gagal jantung ringan ampai sedang.

c. Hiperklasiuria : Tiazid dapat berguna dalam mengobati hiperklasiuria idiopatik karena penghambatan ekskresi Ca++ urine. Hal ini terutama berguna untuk pasien dengan batu kalsium oksalat didalam salura kemih. d. Diabetes Insipidus : Tiazid meiliki kemampuan yang unik untuk membentuk urine yang hiperosmolar. Tiazid dapat menggantikan hormone antidiuretik untuk mengobati diabetes insipidus nefrogenik. Volume urine pada pasien seperti ini dapat turun dari 11 liter/hari menjadi sekiter 3liter/hari b ila diobati dengan obat ini.

Farmakokinetik :

Obat-obatan ini efektif peroral. Kebanyakan tiazid, memerlukan waktu 1-3 minggu untuk mencapai penurunan tekanan darah yang stabil, dan obat ini menunjukan waktu paruh biologis yang panjang (40 jam). Seua tiazid disekresi oleh system sekresi asam organic gijal.

(7)

Kehilangan kalium, Hiperurisemia, Pengurangan volume, hiperkalsemia, hiperglikemia, hipersensitifitas.

B. Hidroklorotiazid

Hidroklorotiazid adalah direvat tiazd yang telah terbukti lebih popular dibandingkan obat induk. Hal ini karena kemampuannya untuk menghambat karbonik anhidrase kurang dibandingkan klorotiazid. Obat ini juga lebih kuat, sehinga dosis yang diperlukan kurang dibandingkan klorotiazid. Selain itu, efektivitas sama dengan obat induknya.

C. Klortalidon

Klortalidon adalah merupakan suatu derivat tiazid yang bersifat seperti hidroklorotiazid. Memiliki ,asa kerja yang panjang dank arena itu sering digunakan untuk mengobati hipertensi. Diberikan sekali sehari untuk indikasi ini.

D. Analog Tiazid

1) Metolazon : lebih kuat dari tiazid dan tidak seperti tiazid, obat ini menyebabkan Na+ pada gagal ginjal lanjut.

(8)

Yang termasuk diuretic hemat kalium, dintaranya : A. Spironolakton

Spirinolakton merupakan antagonis aldosteron yang bersaing dengan aldosteron untuk mencapai reseptor sitoplasma intraselullar.

Digunakan dalam terapi :

a. Diuretik : meskipun spirinolakton memiliki efektifitas yang rendah dalam memobilisasi Na+ dari tubuh dibandingkan dengan obat-obat lain, namun obat ini memiliki sifat yang berguna dalam menyebabkan retensi K+.

b. Hiperaldosteronisme sekunder : merupakan satu-satunya diuretic hemat kalium yang digunakan tunggal secara rutin untuk menimbulkan efek negative bersih keseimbangan garam. Obat ini terutama efektif dalam keadaan klinik yang disertai

Hiperkalemia, mual, alergi, dan kebingungan mental. B. Triamteren dan amilorid

Merupakan penghambat saluran transport Na+ menyebabkan penurunan pertukaran Na+ - K+, obat-obatan ini memiliki efek diuretic hemat kalium sama dengan spironolakton. Namun, kemampuan obat ini untuk menghambat tempat pertukaran K+ -Na+ di tubulus renalis rektus tidak tergantung pada kehadiran aldosteron jadi obat ini memiliki aktifitas diuretic walaupun pada individu pada penyakit adison.

Efek Samping

Kejang pada kaki dan kemungkinan meningkatkan nitrogen darah serta asam urat dan retensi K+.

5. Diuretik Kuat

(9)

epitel tebal ansa henle bagian asenden, karena itu kelompok ini disebut juga sebagai loop diuretics, Yang termasuk golongan ini adalah bumetanid, furosemid, torsemid dan asam etakrina.Penggunaan terapi

Merupakan obat pilihan utama untuk menurunkan edema paru-paru akut pada gagal jantung kongestiv karena cara kerja cepat, maka obat ini berguna untuk situasi darurat seperti edema paru-paru akut yang memerlukan diuresis yang cepat.

Farmakokinetik :

Diberikan peroral atau parenteral, masa kerja relative singkat 1-4 jam.

Efek samping

Ototoksisitas,hiperurisemia,hipopolemia akut, kekurangan kalium.

6. Xantin

Xantin mempunyai efek diuresis. Efek stimulasinya pada jantung, menimbulkan dugaan bahwa diuresis sebagian disebabkan oleh peningkatannya aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus. Namun, semua derivate xantin ini berefek langsung pada tubuli ginjal yaitu menyebabkan peningkatan ekskresi Na+ dan Cl- tanpa disertai perubahan yang nyata pada pengasaman urine. Efek diuresis ini hanya edikit dipengaruhi oleh keseimbangan asam basa, tetapi mengalami potensiasi bila diberikan bersama penghambat karbonik anhidrase.

(10)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Alat dan bahan

Alat :

1. Mencit 2. Spuit injeksi 3. Beaker glass 4. Kertas koran 5. Stopwatch

Bahan : 1. Aquadest 2. Furosemid 3. HCT

3.2. Cara kerja

Bagi 5 kelompok masing-masing 3 mencit

tiap mencit diberi tanda sebagai control (+) dan kontrol (-) tiap mencit diberi perlakuan peroral aquadest 1 ml

control (+) pertama diberi perlakuan oral furosemid 0,5 ml

control (+) kedua diberi peroral HCT 0,5 ml

(11)

3.3

. Hasil percobaan

% volume kumulatif urin = volume urin yang diekskresikan x 100 % Volume air yang diberikan peroral

% volume kumulatif urin ( aquadest ) = 0 ml x 100 % = 0 % 1 ml

% volume kumulatif urin ( furosemid ) = 0,1 ml x 100 % = 10 % 1 ml

% volume kumulatif urin ( HCT ) = 0 ml x 100 % = 0 % 1 ml

NO Perlakuan volume volume ml urin tiap 15 menit KET

Aquadest perlakuan 1 2 3 4

1. AQUADEST 1 ml -- negatif

(12)

BAB IV

PEMBAHASAN

Pratikum kali ini dilakukan uji diuretik. Diuretik sendiri berfungsi sebagai obat yang dapat menambah pengeluaran pembentukan urien. Dengan kata lain adalah berfungsi membuat pruduksi urine meningkat. Hal ini dilakukan dengan maksud mencuci atau membilas ginjal dari dari zat zat berbahaya.

(13)

KESIMPULAN

(14)

DAFTAR PUSTAKA

1. http://indahjuwita2.blogspot.com/2013/06/makalah-farmakologi-duretik.html

(Ddiakses di internet tanggal 10 mei 2015)

2. Anonim, 2010. KELINCI. (diakses tanggal 10 April 2013)

3. Depkes RI. 1979. FARMAKOPE INDONESIA EDISI III. Jakarta 4. Depkes RI. 1995. FARMAKOPE INDONESIA EDISI IV. Jakarta

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Minyak adalah suatu senyawa yang bersifat non polar dan tidak larut pada pelarut polar seperti Na 2 SO 3 1%, Alkohol 70%, dan Aquades.. Minyak larut dalam senyawa non polar

1.4.1 Cara memegang Hewan Percobaan sehingga Siap untuk Diberi Sediaan Uji a.. 1.4.3 Cara Menganastesi Hewan Percobaan

Selain itu diketahui bahwa dalam mengukur dimensi tubuh sapi dapat digunakan beberapa alat, seperti tongkat ukur untuk menghitung tinggi pundak, tinggi punggung, dalam dada dan

efek obat antifertilitas dengan menggunakan obat Andalan ®, Microgynon ® ,.. dan Na CMC pada kontrasepsi hewan coba mencit

Adapun hewan coba yang di pakai pada percobaan ini adalah tikus ( Rattus novergicus ), alasan digunakannya karena hewan yang digunakan haruslah memiliki kesamaan

kolinergik pada sistem saraf parasimpatis sama efek farmakodinamiknya dengan. obat-obat golongan antagonis kolinergik

Pengukuran panjang foetus sangat penting dilakukan karena dengan diketahui panjang tubuh foetus dapat pula ditentukan umur dari foetus itu sendiri.Semakin panjang foetus yang diamati

Hal itu dapat dilihat ketika mencit pada kelompok 1 memiliki aktivitas lebih rendah dibandingakan mencit 2 pada kelompok yang sama yang diberi stimulan kafein dan