• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

UJI ANTIDEPRESAN METODE RODA PUTAR CELUP

(WATER WHEEL)

Kelompok 2

Miftahkhul Khusna 201010410311108

Oggy Malikul Mulki 201010410311109

Fadillah Titisari 201010410311128

Laily Ami Sulistiorini 201010410311129

Oktavia Diyah 201010410311130

Dedy Prayogo 201010410311131

Dian Artha 201010410311132

Hervita Meiveni 201010410311133

Agus Nuurul Muzakkiy 201010410311134

Karyna Alvia 201010410311135

Ika Aries Sandi 201010410311136

Rizky Amalia 201010410311137

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2012

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya atas rahmat dan petunjuk-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini kami buat berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang membantu menyelesaikan makalah ini terutama para dosen yang telah membimbing kami pada saat praktikum.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masaih kurang dari sempurna, oleh karena itu kami mohon saran dan kritik yang bersifat membangun demi sempurnanya makalah ini.

Malang, Mei 2012

(3)

PENDAHULUAN

Obat-obat depresan atau anti depresan memiliki efek mempengaruhi otak dan sulit untuk didefinisikan serta diukur dan kuantitas kerjanya. Gangguan depresi menyebabkan perubahan perilaku, penurunan energy, perubahan nafsu makan, gangguan makn, ganguan tidur dan perubahan bobot badan. Pada gejala yang ekstrim antara lain mania atau elasi (ransangan kuat). Depresi merupakan gangguan neurobiologi pada otak dengan gejala atau fenomena yang kompleks serta etiologi yang hingga sekarang masih belumjelas. Penyebab depresi pada umumnya adalah faktor tekanan psikologi (stressor psikososial) yang berat yang menyebabkan rasa putus asa dan tidak lagi mampu untuk mengatasinya. Stressor dapat berupa penyakit gangguan fisik seperti stroke, pada kondisi kecemasn atau ketakutan yang luar biasa maka hewan secara normal akan memberikan respon berupa:

- perilaku yang defensif

- reflek otonomik berupa gigitan - stamina meningkat dan waspada - terjadi sekresi kortikosteroid - emoso negatif

Golongan obat yang sering digunakan untuk mengatasi gangguan kecemasan adalah obat antidepresan dan antipsikotik, seperti SSRI, anti depresan trisiklik, inhibitor MAO, preparat lithium atau obat-obat antikonvulsi serta terapi keang listrik atau neuro elektrik syok. Obat antidepresan terdiri dari

- Antidepresi golongan trisiklik. Golongan obat ini termasik obat-obat antidepresan lama dengan efikasi yang sudah terbukti, bersifat sedatif dan menimbulkan efek samping otonomik, sehingga penggunaanya terbatas. Trisiklik adalah obat yang paling berbahaya pada overdosis karena efek kardiotoksisitasnya, konvulsi sering terjadi.

- Inhibitor MAO. Efek samping yang paling sering terjadi adalah hipotensi postural (lebih sering terjadi pada pemberian fenelzin dari pada tranilsipromin), dimana dapat meminimalkan dengan [emberian dosis terbagi dalam sehari. Efek antikolonergik juga sering terjadi, namun lebih ringan dibandingkan antidepresan trisiklik.

- Antidepresi generasi baru seperi fluoxetine yang merupakan inhibitor ambilan serotonin selektif

(4)

DASAR TEORI

Tujuan Instruksional Khusus:

 Mengetahui gejala depresi pada mencit dalam air

 Mengamati respon immobilitas atau aktivitas motorik mencit terhadap obat-obat antidepresan pada alat water wheel

Antidepresan adalah obat-obat yang mampu memperbaiki suasana jiwa (mood) dengan menghilangkan atau meringankan gejala keadaan murung, yang tidak disebabkan oleh kesulitan sosial ekonomi, obat-obatan atau penyakit. Antidepresiva tidak bekerja terhadap orang sehat dan efek baiknya tidak bertambah dengan meningkatkan dosisnya lewat nilai optimal.

Depresi adalah gangguan jiwa yang paling umum didunia dan menurut taksiran terdapat 340 juta penderitanya. Prevalensinya antara wanita adalah rata-rata 25%, pria 10%, dan remaja 5%.

Patofisiologi Penyaki Depresi

- Hipotesis amina biogenik. Depresi dapat disebabkan oleh penurunan jumlah neurotransmiter norepinefrin (NE), serotonin (5-HT), dan dopamin (DA) dalam otak.

- Perubahan post-sinaptik pada sensitivitas reseptor. Perubahan reseptor NE dan 5-HT2 dapat berpengaruh pada awal munculnya (onset) depresi.

- Hipotesis deregulasi. Kegagalan regulasi homeostatik pada sistem neurotransmiter, dibandingkan peningkatan atau penurunan absolut aktivitas neurotransmiter itu sendiri.

- Diperlukan sistem serotonergik dan noradrenergik yang fungsional agar efek antidepresan dapat optimal.

- Peranan Dopamin (DA). Peningkatan neurtransmisi DA dalam nucleus accumbens kemungkinan terkait dengan mekanisme aaksi antidepresan.

(5)

Jenis gangguan depresi

Menurut Diagnostic and Statistical Manual, edisi IV dari American Psychiatric Association:

- Depresi kronis, adalah gangguan depresi yang bertahan lebih lama dari 2 tahun, setelah dipastikan tidak adanya penanganan kurang tepat atau resistensi untuk obat.

- Depresi postnatal atau depresi postpartal, disebabkan oleh turunnya kadar progesteron akibat berkurangnya absorpsi hormon oleh reseptornya.

- Depresi eksogen, disebut juga reaktiv dapat dianggap sebagai efek samping obat. - Depresi endogen, sering terjadi mendadak sontak tanpa adanya sesuatu penyebab

nyata

Mekanisme kerja Antidepresiva

Antidepresiva bekerja dengan jalan menghambat re-uptake serotonin dan noradrenalin diujung-ujung saraf otak dan dengan demikian memperpanjang masa waktu tersedianya neurotransmitter tersebut. Disamping itu antidepresiva dapat mempengaruhi reseptor postsinaptis. Akan tetapi mekanisme kerja kerjanya yang tepat belum diketahui. Misalnya penghambatan re-uptake dari 5-HT dan NA berlansung dengan pesat, sedangkan efek antidepresivnya baru nyata setelah 2-6 minggu. Menurut perkiraan masalaten ini berkaitan dengan berkurangnya jumlah dan kepekaan dari reseptor postsinaptis tertentu, yang baru terjadi sesudah beberapa minggu. Demikian disamping peningkatan kadar serotonin, diperkirakan masih terdapat mekanisme lain untuk efek antidepresifnya.

Terapi Farmakologi

- secara umum obat antidepresan memiliki efikasi yang setara jika diberikan pada dosis yang sebanding

- faktor yang mempengaruki pemilihan obat antidepresan meliputi: riwayat pasien terhadap respon obat, riwayat keluarga terhadap respon obat, subtipe depresi, riwayat medis pada saat itu, potensi terjadinya interaksi obat-obat, profil efek samping obat dan biaya obat

- antara 65% - 70% pasien dengan depresi mayor dapat membaik dengan pemberian obat.

(6)

- Depresi melankolik terlihat memberikan respons yang baik dengan pemberian obat antidepresan trisiklik, penghambat ambilan kembali serotonin secara selektif - Dilaporkan bahwa pemberian obat penghambat monoamin oksidase memberikan

respon yang baik pada pasien dengan depresi atipikal

- Pasien yang gagal memberikan respons terhadap antidepresan trisiklik, kemungkinan dapat memberikan respons yang baik terhadap SSRI, dan juga sebaliknya

- Individu yang mengalami depresi psikosis pada umumnya akan memerlikan ECT atau terapi kombinasi antara obat anti depresan dan obat antipsikotik

Obat antidepresiva

Antidepresi, golongan obat ini digunakan untuk menghilangkan atau mengurangi depresi. Disebut pula sebagai psycho-energizers. Antidepresip dibagi menjadi:

a. Thimoleptika; berkhasiat melawan melanchoia dan memperbaiki suasana jiwa b. Thimeretika; berkhasiat menghilangkan inaktivitas fisik dan mental yang

mengalami depresi tanpa memperbaiki suasana jiwa

c. Psikhostimulansia; berkhasiat menaikkan inisiatif, kewaspadaan serta prestasi fisik dan mental, menghilangkan rasa letih dan kantuk. Tetapi tidak baik sebagai antidepresip sebab suasana jiwa terjadi rasa nyaman (euforia) silih berganti dengan rasa tak nyaman (dysforia) bahkan menjadi depresi kembali. Yang termasuk golonganini ialah Amfetamin Metil Fenidat (Ritalin dari Ciba), Fenkamfamin(Reactivan dari Merck).

a. Imipramin (Tofranil)

Mekanisme kerja antidepresivum trisiklis pertama ini menghambat re-uptake dari NA dan 5-HT, juga berkhasiat antiadrenergis, antikolinergis dan antihistamin agak kuat. Zat ini memiliki efek sedatif cukup baik, tetapi pada umumnya jangan diberikan pada pasien yang mudah teransang dan agresif. Imipramin digunakan pada depresi dengan ciri-ciri vital, pada gangguan panikdan ngomppol malam pada anak-anak diatas 5 tahun.

Resorpsinya dari usus cepat dan lengkap, Presentase proteinnya 86%, plasma waktu paruhnya bervariasi antara 6-34 jam. Didalam hati zat ini didemetilisasi menjadi metabolit aktif desipramin denga t½ 12-76 jam. Eksresinya terutama melalui kemih.

(7)

berangsur-angsur sampai maksimum 300mg pada gangguan panik; 10-25 mg sehari; pada enuresis anak-anak 5-8 tahun: 20-30 mg a.n; pada nyeri kronis: 25-150 mg sehari.

b. Amitriptilin ( Tryptizol, Laroxyl, Mutabon-D)

Mekanisme kerja berdaya menghambat re-uptake dari noradrenalin dan serotonin di otak. Berkhasiat antihistamin an antikolinergis, juga sedatif kuat, maka layak diberikan pada pasien agresif. Resopsinya dari usus cepat, dengan kesetaraan biologis 40%, presentase proteinnya diatas 90%. Plasma t½ rata-rata 15 jam. Dalam hati sebagian besar zat didemetilasi menjadi metabolit aktif nortriptilin dengan daya sedatif, t½ rata-rata 36 jam. Ekskresinya berlansung terutama lewat kemih

Dosis pada depresi 3 dd 25 mg garam HCL atau 50-100 mg a.n., bila perlu dinaikkan berangsur-angsur sampai 150-300 mg I.m/ i.v 4 dd 20-30 mg. Lansia; 1dd 25 mg maks. 150 mg sehari.

c. Fluoxetin (Prozac)

Senyawa-fenoksipropilamin, menghambat re-uptake serotonin secara spesifik. Tidak atau hanya ringan bekerja sedatif. Obat ini disalahgunakan untuk keadaan murung ringan yang sebetulnya tidak perlu diobati. Disamping pada depresi hebat dengan ciri-ciri vital pada gangguan obsesi konvulsif dan pada bulimia (dengan dosis tinggi). Pada nyeri haid fluoxetin dan SSRI efektif.

Resopsinya dari usus baik, makan menurunkan kecepatannya tetapi jumlah totalnya tidak dipengaruhi. Presentase proteinnya 94%. Didalam hati zat ini diubah menjadi metabolit aktif norfluoxetin, yang terutama diekskresikan lewat kemih, plasma t½ 2-3 hari, dari norfluoxetin 7-9 hari.

Efek samping sering berupa mual, nyeri kepala dan nervositas. Lebih jarang juga gangguan tidur dan lambung usus, mulut kering, rasa tkut, tremor, hiperhidrosis, dan turunnya berat badan.

Dosis pada depresi dan OCD oral 20 mg sehari (garam HCL), bila perlu dinaikkan setiap 2 minggu sampai maks. 60 mg sehari dalam 2 dosis. Pada bulimia 1 dd 60 mg. d. Paroxetin (Seroxat)

Obat ini termasuk SSRIs dan selain antidepresivum juga efektif untuk mengobati gangguan takut sosial dan fobie sosial. Resorpsinya dari usus baik, tetapi BA-nya hanya 50% akibat FPE besar. Ppnya 95%, masa paruhnya 24 jam. Dalam hati dirobak menjadi

(8)

metabolit inaktif, ekskresi berlansung melalui urin dan tinja.Efek sampingnya pada minggu-minggu pertama mual, rasa kantuk,tremor, berkeringat, mulut kering dan sukar tidur. Tidak dianjurkan menyusiu bayi.

Dosis depresi permula 1 dd 20 mg pagi hari, berangsur dinaikkan sampai 50mg sehari, lansia 40 mg. Gangguan panik 1 dd 10 mg pagi hari, berangsur dinaikkan sampai 40-60 mg.

(9)

PROSEDUR DAN PENGAMATAN

Bahan dan Alat :

 Imipramin HCl

 Amitriptilin

 Mencit umur 2-3 bulan dengan bobot badan 25-30 g

Water wheel  Stopwatch  Timbangan  Spuit injeksi  Sonde Prosedur Kerja

1. Mula-mula mencit dipuasakan 6-8 jam

2. Masing-masing mencit diberikan bahan uji berupa amitriptilin dengan dosis yang berbeda sedangkan mencit kelompok kontrol diberikan air suling

3. Setelah ditunggu ½ jam, mencit dimasukan ke dalam alat roda putar (water wheel) yang telah berisi air dan dicatat durasi mobilitasnya dengan menggunakan stopwatch. Durasi mobilitas adalah periode waktu yang diperlukan mencit untuk melakukan aktivitas motorik.

Durasi mobilitas dapat ditentukan dengan beberapa cara sebagai berikut :

1. Pada saat mencit dimasukan ke dalam air hingga terjadi awal gerak mototrik. Hewan dianggap normal bila durasi mobilitasnya tidak lebih dari 60 detik

2. Durasi yang diperlukan hewan untuk bergerak mencapai roda putar

3. Jumlah putaran roda dalam waktu tertentu yang ditetapkan. Setelah hewan bergerak dalam air menuju roda putar, maka jumlah putaran roda umumnya dicatat pada interval waktu 15 menit,30 menit, 1 jam, dan seterusnya, hingga

(10)

diperoleh data putaran maksimum.

TABEL HASIL PENGAMATAN KELOMPOK 2

Perlakuan

Aktivitas motorik awal saat dicelupkan ke

dalam air (detik)

Durasi renang mencapai roda putar (detik)

Jumlah putaran roda (detik)

5’ 15’ 30’ 60’ 5’ 15’ 30’ 60’ 5’ 15’ 30’ 60’

Aquadest 0,5 1 1,5 1,7 3,9 3,2 2,9 2,1 6 17 13 9

Imipramin HCl 1 0,8 0,6 0,4 3,4 3,2 3,2 2,5 26 46 7 18 Amitriptilin 1 1,3 1,5 1,9 3,5 2,7 2,4 2,2 6 8 14 5

TABEL % EFEKTIVITAS BAHAN UJI

Obat Rata-rata % efektifitas (%)

5’ 15’ 30’ 60’

Imipramin HCl 131,93 135,78 37,93 65,95

Amitriptalin 0,86 43,42 2,93 27,86

GRAFIK BERDASARKAN DATA KELOMPOK a. Grafik aktivitas motorik

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8 2 5 15 30 60 AQUADEST IMIPRAMIN HCl amitriptilin

(11)

b. Grafik durasi renang 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 15 30 60 AQUADEST IMIPRAMIN HCl amitriptilin

c. Grafik Jumlah putaran roda

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 5 15 30 60 AQUADEST IMIPRAMIN HCl amitriptilin

(12)

0 20 40 60 80 100 120 140 160 5 15 30 60 IMIPRAMIN HCl amitriptilin

(13)

PEMBAHASAN

Pada paraktikum uji antidepresan metode roda putar celup (water weel) ini menggunakan 3 ekor mencit yang disuntikkan dengan bahan uji secara oral memakai sonde yaitu pada mencit 1 diberikan imipramin HCl, mencit 2 diberikan amipriptilin, mencit 3 diberikan aquadest sebagai kontrol negatifnya.

Perhitungan dosis: Mencit I : 0,0324 kg (BB) (Imipramin HCl) = (0,0324 kg ÷ 1 kg) × 20 mg = 0,648 mg (50 ml÷50 mg) ×0,648 mg = 0,648 ml Mencit II : 0,0274 kg (BB) (Amitriptilin) = (0,0274 kg ÷ 1 kg ) × 20 mg = 0,548 mg (50 ml÷50 mg) ×0,548 mg = 0,548 ml

Mencit III : 0,0375 kg (BB) (Aquadest) = 0,5 ml

Pada percobaan, mencit dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama diberikan Imipramin HCl dengan dosis 20 mg/kg BB sebanyak 0,648 ml dengan berat badan 0,0324 kg, kelompok kedua diberikan amitriptilin dengan dosis 20 mg/kg BB sebanyak 0,548 ml dengan berat badan 0,0274 kg, dan kelompok ketiga diberikan kontrol negatif yaitu aquadest dengan berat badan 0,0375 kg. Setelah disonde, mencit kontrol langsung dimasukkan ke dalam water wheel untuk memberikan efek depresi. Sedangkan kedua kelompok uji setelah 30 menit masingg-masing dimasukkan ke dalam water wheel secara bergantian untuk mengetahui efek depresi. Keadaan depresi ditunjukkan dengan diamnya mencit saat berada dalam air.

Hasil perlakuan yang diperoleh dari mencit kontrol adalah mencit tersebut aktivitas motoriknya tidak sebesar aktivitas mencit yang diberi imipramin HCl dan amitriptilin, hal ini dikarenakan mencit tersebut tidak diberikan obat antidepresan. Pada mencit pertama, menunjukkan gerak yang lebih banyak daripada mencit kontrol. Dan pada mencit kedua, menunjukkan gerak yang lebih sedikit daripada mencit 1, hal ini disebabkan karena mencit 2 sebelum diberikan antidepresan, telah digunakan sebagai

(14)

percobaan untuk melihat aktivitas motorik pada saat berada di dalam air. Sehingga mencit sudah mengalami depresi terlebih dahulu.

Adanya perbedaan dengan banyaknya gerak yang dihasilkan antara mencit pertama dan kedua karena perbedaan dosis Amitriptilin yang diberikan berbeda. Namun, pada hasil praktikum kelompok kami, tidak sesuai dengan teori dari literatur yang ada yaitu semakin besar dosis Amitriptilin yang diberikan , maka tingkat depresi makin rendah,sehingga mencit semakin aktif.

Berdasarkan data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Imiptramin HCl dengan dosis 20 mg/kg BB lebih efektif dibandingkan dengan Amitriptilin dengan dosis 20 mg/kg BB. Berdasarkan data kelas, didapatkan bahwa aktivitas motorik awal saat dicelupkan dalam air pada mencit pertama ( aquades) dari menit 30-60 menunjukkan peningkatan. Hal ini dapat dikatakan bahwa semakin lama waktu yang diberikan , semakin besar tingkat depresinya. Pada mencit kedua tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. Hal ini menunjukkan kesalahan,ini mungkin saja terjadi karena pada masing-masing kelompok pengamatannya berbeda ( ada yang mengamati saat mencit menyentuh roda putar, ada pula yang mengamati mencit masuk dalam roda putar). Pada mencit ketiga menunjukkan penurunan yang kemudian diikuti dengan kenaikan. Hal ini dapat kita lihat bahwa pada menit 30 obat sudah berefek walaupun belum maksimal dan pada menit ke 45 lebih menunjukkan efek sedangkan pada menit 60 sudah menunjukkan penurunan.

(15)

KESIMPULAN

1. Pemberian aquadest pada hewan uji tidak menimbulkan efek antidepresan karena aquadest merupakan control negative

2. Amitriptilin terbukti sebagai antidepresan karena dapat dibuktikan dengan hewan coba yang memberikan gerakan lebih banyak daripada hewan uji yang diberikan aquadest

3. Semakin besar dosis yang diberikan pada hewan uji, maka semakin besar pula efek yang akan ditimbulkan

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Moh. Anief. Penggolongan Obat. Gadjah Mada University Press. 1996.

Prof.Dr. Elin Yulinah, dkk. ISO Farmakoterapi. PT.ISFI Penerbitan: Jakarta. 2008.

Rachmawati, Hidajah, dkk. Petunjuk Pratikum Farmakologi I. Laboratorium Farmakologi UMM. Malang.2010.

Tan Hoan Tjay dan Kirana Raharjda. Obat – obat penting. Media elex komputindo: Jakarta. 2007.

Gambar

GRAFIK BERDASARKAN DATA KELOMPOK a. Grafik aktivitas motorik

Referensi

Dokumen terkait

c. Obat ini merupakan derivat triazolopiridin dengan struktur kimia yang berbeda dari antidepresi trisiklik maupun tetrasiklik. Efek samping kantuk merupakan efek samping yang

c. Obat ini merupakan derivat triazolopiridin dengan struktur kimia yang berbeda dari antidepresi trisiklik maupun tetrasiklik. Efek samping kantuk merupakan efek samping yang

Kemudian juga terjadi peningkatan lama timbulnya nyeri pada OP yang merupakan dari efek analgesia yang terkandung dalam

Na diklofenak merupakan derivat fenil asetat, yang mempunyai efek farmakologi adalah penghambat siklooksigenase yang kuat dengan efek antiinflamasi, analgetik dan

ada percobaan kali ini digunakan hewan coba berupa mencit dan obat-obat dengan efek  analgesik yang digunakan adalah larutan asetosal dan larutan a@l.

Efek Efek triple response triple response akibat pemberian histamin intradermal pada hewan coba akibat pemberian histamin intradermal pada hewan coba 2.. Efek proteksi antihistamin

 Asam etakrinat dapat menyebabkan ketulian sementara maupun menetap, dan hal ini merupakan efek samping yang serius.Ketulian sementara juga dapat

Jika terjadi efek samping yang berlebih dan berbahaya, disarankan untuk konsultasi dengan tenaga medis.elvira 2021 Pada praktikum kali ini yang kami lakukan adalah praktikum tentang