• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEMI SOLID

N/A
N/A
Reza Pratama Saputra

Academic year: 2023

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEMI SOLID"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEMI SOLID

Judul:

SALEP PAGODA

DISUSUN OLEH :

NURLITA JULIANTI (0220006)

PONNY NUR BONITA (0220007)

REZA PRATAMA S (0220009)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BOGOR HUSADA 2023

(2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

Sediaan semisolid adalah sediaan setengah padat yang dibuat untuk tujuan pengobatan topikal melalui kulit. Bentuk sediaan ini dapat bervariasi tergantung bahan pembawa (basis) yang digunakan, yaitu salep, krim, gel atau pasta (Faujiah, Husniatul dkk. 2019).

Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir (FI Edisi IV). Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok. Salep tidak boleh berbau tengik kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang mengandung obat keras atau narkotik adalah 10 %. Sediaan setengah padat ini tidak menggunakan tenaga (FI Edisi III).

Akan tetapi salep harus memiliki kualitas yang baik yaitu stabil, tidak terpengaruh oleh suhu dan kelembaban kamar, dan semua zat yang dalam salep

harus halus. Oleh karena itu pada saat pembuatan salep terkadang mangalami banyak masalah salep yang harus digerus dengan homogen, agar semua zat aktifnya dapat masuk ke pori-pori kulit dan diserap oleh kulit (Faujiah, Husniatul dkk. 2019).

Pada percobaan kali ini, praktikan akan membuat sediaan salep pagoda. D alam pembuatan sediaan bentuk salep bersumber dari bahan-bahan yang berpe ran sebagai zat aktif serta bahan-bahan yang berperan sebagai zat tambahan. B ahan obat yang berperan sebagai zat aktif dalam sediaan bentuk salep seperti v aselin album, vaselin flavum, lanolin, asam salisilat, adeps lanae

serta ichthyol. Bahan-bahan tersebut diracik dalam lumping sampai terbentuk massa salep. Salep yang diracik harus bebas dari butiran-butiran. Penyimpana n sediaan dalam bentuk salep harus pada ruang pada kondisi suhu tertentu agar komponen- komponen obat dalam pot salep tetap dapt member khasiat yang m aksimal pada pasien. Sediaan dalam bentuk salep dikemas dalam pot salep den gan ukuran yang sesuai jumlah bobot sediaan yang dibuat. Pembuatan sediaan salep dapat dilakukan dengan cepat karena tidak memerlukan bahan zat tamba han atau penolong seperti pada pembuatan sediaan dalam bentuk

(3)

pil maupun sediaan dalam bentuk tablet (Faujiah, Husniatul dkk. 2019).

Zat-zat yang dapat dilarutkan dalam dasar salep, umumnya kelarutan obatd alam minyak lemak lebih besar daripada dalam vaselin. Champora, Mentholu m,Phenolum, Thymolum dan Guayacolum lebih mudah dilarutkan dengan car adigerus dalam mortir dengan minyak lemak. Bila dasar salep mengandung va selin,maka zat-zat tersebut digerus halus dan tambahkan sebagian (+ sama ban yak)Vaselin sampai homogen, baru ditambahkan sisa vaselin dan bagian dasar salepyang lain. Champora dapat dihaluskan dengan tambahan Spiritus fortior a tau etersecukupnya sampai larut setelah itu ditambahkan dasar salep sedikit de mi sedikit,diaduk sampai spiritus fortiornya menguap. Bila zat-zat tersebut ber sama-samadalam salep, lebih mudah dicampur dan digerus dulu biar meleleh b aruditambahkan dasar salep sedikit demi sedikit (Ilmu Meracik Obat)

1.2. Tujuan

a. Mahasiswa mampu melakukan tahap preformulasi sediaan salep pagoda b. Mahasiswa mengetahui tahapan-tahapan dalam pembuatan sediaan salep

pagoda

c. Mahasiswa dapat membuat dan mengevaluasi sediaan salep untuk penggunaan obat luar

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

(4)

2.1. Dasar Teori

Salep adalah sediaan setengah padat yang ditujukan untuk pemakaian topical pada kulit atau selaput lendir. Salep tidak boleh berbau tengik kecualidinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang tidak mengandung obat kerasatau narkotika adalah 10% (Farmakope Indonesia Edisi IV, 1995)

Menurut konsistensinya, salep digolongkan atas:

a. Unguenta: salep dengan konsistensi seperti mentega, tidak mencair padasuhu biasa tetapi mudah untuk dioleskan.

b. Cream: salep yang banyak mengandung air dan mudah diserap kulit, c. Pasta: salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat.

d. Cerata: salep berlemak yang mengandung lilin dengan persentase tinggi.

e. Gel: salep yang lebih halus, cair, umumnya mengandung atau tanpalilin.

Terdiri dari campuran sederhana minyak dan lemak dengantitik lebur yang rendah.

(Mutiara, Adevia dkk. 2016).

Sedangkan menurut efek terapinya, salep epidermic (salep penutup) berfungsi hanya untuk melindungi kulit dan menghasilkan efek local karena bahanobat tidak diabsorbsi. Kadang ditambahkan antiseptic dan astringensia untuk meredakan rangsangan. Dasar salep terbaik adalah senyawa hidrokarbon (vaselin).

Salep endodermic, salep dimana bahan obat menembus kedalam tetapi tidak melalui kulit dan terabsorbsi sebagian. Dasar salep yang baik adalah minyak lemak. Salep diadermic adalah salep dimana bahan obatnya menembus kedalam melalui kulit dan mencapai efek yang diinginkan karena obat diabsorbsi seluruhnya. Kualitas salep yang baik: Stabil, lunak dan homogeny, Mudah dipakai, dasar salep cocok dan terdistribusi merata (Mutiara, Adevia dkk. 2016).

Pembagian salep berdasarkan tipe-tipenya : 1) Salep tipe suspensi:

(5)

salep yang mengandung bahan obat padat terbagi halus di mana terdispersi secara seragam ini adalah suspensi plastis. Konsistensi dari fase dispersi tidak mengalami pengendapan yang normal, namun salep yang terpapar pada basis yang panas dapat melunak.

2) Salep tipe emulsi,

salep tipe emulsi m/a atau a/m. Bahan aktif permukaan nonionik dan kationik digunakan sebagai bahan pengemulsi. Bahan pengemulsi nonionik tidak mengiritasi, toleran terhadap air sadah dan bercampur dengan bahan asam sebagai salep tipe emulsi maka mengandung banyak air. Salep ini harus mengandung pengawet untuk melindungi dari pertumbuhan mikroorganisme.

Dalam pemilihan pengawet, harus dipertimbangkan kemampuan dari pengawet berinteraksi dengan emulgator nonionik.

(Tungadi, Robert. 2020).

Salep diklasifikasikan menurut penggunaan : 1) Obat jerawat : resorsinol, sulfur.

2) Antibiotik : basitrasin, klortetrasiklin, neomisin.

3) Bahan antifungi : asam benzoat, asam salisilat, zink undecenoat.

4) Bahan antiinflamasi : betametason valerat, flusinolonasetanid, hidrokortison, hidrokortison asetat, triamsinolon asetonid.

5) Antipruritik (obat penghilang gatal-gatal) : benzokain, coal tar.

6) Antiseptik : merkuri amoniakal, ZnO.

7) Astringen : calamin, cairan hamantelis, ZnO.

8) Counter iritant : capsicum, oleoresin, iodin, metil salisilat.

9) Pengobatan ketombe : asam salisilat.

10) Keratolitik : resorsinol, asam salisilat, sulfur.

11) Parasitisida : sulfur.

12) Protektif : calamin, ZnO.

13) Pengobatan prosiasis : coal tar, kortikosteroid, dithranol, asam salisilat.

(Tungadi, Robert. 2020).

2.1.1. Basis salep

(6)

Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok,yaitu senyawa hidrokarbon, salep serap, salep yang dapat dicuci air, dan saleplarut air. Salep hidrokarbon biasanya menggunakan vaselin.

Dasar salephidrokarbon digunakan sebagai emolien, sukar dicuci, tidak mongering, dan tidaktampak berubah dalam waktu lama. Dasar salep serap dibagi dalam duakelompok, kelompok pertama terdiri atas dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam minyak (lanolin anhidras dan paraffinhidrofilik). Kelompok dua terdiri atas emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan air (Mutiara, Adevia dkk.

2016).

Banyak faktor yang termasuk dalam seleksi basis salep. Sifat alami bahan obat yang dicampurkan, kestabilannya dan aksi terapetik yang diinginkan adalah sangat penting. Sebagai contoh obat yang terhidrolisis dengan cepat lebih stabil dalam basis hidrokarbon daripada dalam basis yang mengandung air, meskipun dapat lebih efektif pada yang terakhir.

Faktor penting lainnya adalah karakteristik umum dari kulit pasien apakah kering atau berminyak, terang atau gelap, daerah kulit yang terluka apakah berambut atau tidak, jenis luka yang ada apakah kering atau basah.

Efek kimia dari pembawa pada obat dan obat pada pembawa dan aksi dari pembawa pada kulit (Tungadi, Robert. 2020).

2.1.2. Pembuatan salep

Salep disiapkan atau dibuat dengan tiga metode umum yaitu pencampuran mekanik dari bahan-bahan, peleburan, dan reaksi kimia.

Metode pertama digunakan jika basis terdiri dari lemak lembut dan minyak. Metode kedua digunakan jika lilin dan bahan-bahan yang mempunyai titik lebur lebih tinggi dicampurkan, dan metode ketiga digunakan jika ingin dibuat salep yang khusus dengan metode tertentu (Tungadi, Robert. 2020).

2.1.3. Pewadahan salep

Wadah yang paling baik untuk penyimpanan salep adalah gelas yang berwarna kuning, hijau atau opak. Wadah ini disebut tabung atau pot dan tersedia dalam kisaran ukuran yang luas dari ½-16 oz. Wadah wadah

(7)

ini disesuaikan dengan komposisi dari tutup ulir logam dan garis yang tidak reaktif, sehingga tabung dapat ditutup dengan rapat.

Ketika mengisi tabung salep, ahli Farmasi harus menjaga agar terkemas seragam khususnya untuk menghindari kantung-kantung udara.

Ketika pengisian tabung sempurna, permukaan dari salep harus dilembutkan secara hati-hati dengan spatula membentuk permukaan yang cekung. Hal ini menghasilkan penampakan yang rapi dan mencegah kontak salep dengan tepi ulir.

(Tungadi, Robert. 2020) 2.1.4. Pagoda salep

Pagoda Salep merupakan obat kulit topikal yang bisa membantu mengurangi gangguan Dermatoterapeutika, yang merupakan pengobatan penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur dan bakteri. Obat ini memiliki zat aktif dan juga bahan pembantu sebagai anti bakteri, anti jamur, keratolitik dan antipruriginosa yang mana bentuk sediaan dan cara pengaplikasiannya sangat berperan membantu proses penyembuhan.

2.2. Pre Formulasi

1. Acid salicyl (f1. Edisi III. hal 56)

Nama latin Acidum Salycylicum

Rumus kimia C7H6O3

BM 138,12

Pemerian Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih; hamper tidak berbau; rasa agak manis dan tajam

Kelarutan Larut dalam 550 bagian air dalam 4 bagian etanol(95%) P; mudah larut dalam klorofrom P dan dalam eter

R/ Acid salicyl 12%

Acid benzoicum 10%

Sulfur praecipitatum 5%

Camphora 3%

Menthol 1%

Basis cream 100%

(8)

P;larut dalam ammonium asetatPdinatrium hidrogenfosfat P, kalium sitrat P dan natrium sitrat P.

Penyimpanan Dalan wadah tertutup baik khasiat Keratolitikum, anti fungi.

2. Acid benzoicum (FI Ed III Hal : 49)

Rumus kimia C7H6O2

BM 122,12

Pemerian Hablur halus dan ringan, tidak berwarna, tidak berbau

Kelarutan Larut dalam lebih kurang 350 bagian air, dalam lebih kurang 3 bagian etanol(95%) dalam 8 bagian kloroform dan dalam 3 bagian eter Suhu lebur 121º - 124º

khasiat Antiseptikum ekstern, antijamur 3. Sulfur praecipitatum (Farmakope Indonesia Jilid IV 1995, hal 771)

Nama latin Sulfur Praecypitatum

Rumus kimia S

BM 32,06

Pemerian Serbuk amorf atau serbuk hablur renik; sangat halus; warnakuning pucat; tidak berbau dan tidak berasa.

Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; sangat mudah larut dalam karbondisulfida;

sukar larut dalam minyak zaitun;

praktis tidak larutdalam etanol.

Stabilitas Stabil, polimerisasi berbahaya tidak akan terjadi, hindari suhutingga, nyala api terbuka, pengelasan, merokok dan sumber penyalaan.

Inkompabilitas Sulfur incompatible dengan sejumlah bahan kimia namuntidak terbatas pada klorat, nitrat, karbida, halogen, fosfor danlogam berat.

(9)

Ketidak cocokan ini dapat mengakibatkankebakaran, reaksi yang tidak terkontrol, kelepasan gas beracum atau ledakan

pH pH antara 4,2– 6,2

[British Pharmacopoeia 2009 , hal 5755]

khasiat Antiskabies

4. Menthol (FI III hal 362)

Nama resmi Mentholum

Rumus kimia C10H20 O

BM 156,30

Pemerian Hablur berbentuk jarum atau prisma, tidak berwarna, bau tajam seperti minyak permen, rasa panas dan aromatik diikuti rasa dingin Kelarutan Sukar larut dalam air, sangat

mudah larut dalam etanol (95%), dalam kloroform, dan dalam eter, mudah larut dalam parafin cair dan dalam minyak atsiri

Penyimpanan Dalan wadah tertutup rapat dan tempat yang sejuk

khasiat Memperbaiki bau obat dan antiiritan

5. Camphor (FI III hal 130)

Nama resmi Camphora

Rumus kimia C10H16 O

BM 152,24

Pemerian Hablur putih atau massa hablur, tidak berwarna atau putih, bau khas, tajam, rasa pedas dan aromatik

Kelarutan Larut dalam 7000 bagian air dalam satu bagian etanol (95,5%) p, dalam 0,25 kloroform p, sangat mudah

(10)

larut dalam minyak lemak

Penyimpanan Dalan wadah tertutup rapat dan tempat yang sejuk

khasiat Antiiritan untuk menghilangkan iritasi yang disebabkan oleh bakteri 6. Vaselin flavum (FI IV hal. 823)

Nama sinonim Vaselin kuning, petrolium

Titik lebur 36-60°C

Berat jenis 0.815-0.880g/cm3

Pemerian Massa seperti lemak, amber lemah Kelarutan Tidak larut dalam air, mudah larut

dalam benzena, dalam karbon disulfida, dalam kloroform dan dalam miny terpentin;larut dalam eter, dalam heksana, dan umumnya dalam minyak lemak danminyak atsiri; praktis tidak larut dalam etanol dingin dan etanol panas dandalam etanol mutlak dingin.

Stabilitas Vaselin Kuning adalah bagian stabil darikomponen hidrokarbon alam non-reaktif, banyak masalah stabilitas terjadikarena adanya sejumlah kecil kontaminan. Vaselin dapat disterilisasimenggunakan panas.

Inkompabilitas Merupakan material inert terhadap beberapain kompatibilitas

khasiat Sebagai basis salep,emolien

2.3. No registrasi

Nomor Registrasi atau nomor pendaftaran obat jadi adalah nomor identitas yang dikeluarkan oleh Badan POM setelah proses pendaftaran obat jadi disetujui. Nomor registrasi ini wajib dicantumkan pada kemasan, baik pada kemasan primer maupun kemasan sekunder. Tujuannya adalah untuk membedakan antara obat yang telah teregistrasi dengan yang belum

(11)

teregistrasi, sehingga konsumen dapat terhindar dari penggunaan obat palsu, tidak memenuhi syarat kualitas dan keamanan, serta obat yang belum memiliki izin edar di Indonesia. Penulisan nomor registrasi ini diatur oleh Badan POM.

(12)

BAB III METODOLOGI 3.1. Alat dan Bahan

A. Alat

1. Cawan porselen 2. Mortir dan stamper 3. Gelas ukur

4. Waterbath 5. Batang pengaduk 6. Stopwatch

7. Alat Evaluasi sediaan 8. Spatel Logam

9. Penjepit kayu 10. Ekstenosmeter B. Bahan

1. Acid salicyl 2. Acid benzoicum 3. Sulfur praeciptatum 4. Camphora

5. Menthol 6. Vaselin flavum

(13)

3.2. Cara Kerja

Acidum salycicum tambahkan acidum benzoicum ditetes spiritus fortiori ad larut.

dikeringkan dengan sulfur praecipitarum

Masukkan dalam pot salep dan lakukan evaluasi

Campora dengan menthol diaduk ad homogeny, tambahkan no. a diaduk kemudian ditambahkan vaselin sediki- sedikit ad habis

(14)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil

Dalam praktikum kali ini dihasilkan obat dalam bentuk sediaan salep.

Salep yang dihasilkan berbentuk setengah padat, berwarna kuning. Hasil salep dimasukkan kedalam tube lalu diberi etiket warna biru.

4.2. Perhitungan bahan Formulasi III: dibuat 25 gr 1. Acid salicyl: 12

100 x25gr=3gram 2. Acid benzoicum: 10

100 x25gr=2,5gram 3. Sulfur pp: 5

100 x25gr=1,25gram 4. camphora: 3

100x25gr=0,75gram 5. Menthol : 1

100 x25gr=0,25gram 6. Basis : 100

100 x25gr=25gr a m

: 25gr - ( 3+2,5+1,25+0,75+0,25)=17,25 4.3. Pembahasan

Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Salep berfungsi sebagai bahan pembawa obat dalam pengobatan kulit, pelumas kulit, dan pelindung kulit. Salep digunakan untuk mengatasi penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur atau bakteri. Salep juga membantu meredakan penyakit kulit seperti gatal- gatal di telapak tangan dan kaki, serta selangkangan paha.

Basis salep merupakan komponen terbesar yang sangat menentukan kecepatan pelepasan obat. Basis salep dapat berupa hidrokarbon, serap, atau kombinasi keduanya. Salep dapat dibuat dari berbagai bahan alami seperti daun pepaya.

Pagoda Salep adalah salah satu jenis salep yang digunakan untuk mengurangi gangguan dermatoterapeutika, yaitu pengobatan penyakit kulit

(15)

yang disebabkan oleh jamur dan bakteri. Pagoda Salep memiliki zat aktif dan bahan pembantu sebagai anti bakteri, antijamur, keratolitik, dan antipruriginosa. Pagoda Salep Extra digunakan dengan cara dioleskan pada bagian yang sakit.

Pemakaian obat umumnya memiliki efek samping tertentu dan sesuai dengan masing-masing individu. Efek samping yang mungkin terjadi dalam penggunaan obat salep adalah kulit kemerahan dan kulit kering. Jika terjadi efek samping yang berlebih dan berbahaya, disarankan untuk konsultasi dengan tenaga medis.(elvira 2021)

Pada praktikum kali ini yang kami lakukan adalah praktikum tentang pembuatan salep pagoda dengan tujuan mahasiswa diharapkan dapat memahami cara memformulasi sediaan salepl dalam wadah pot salep, mengetahui faktor- faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan pembawa, memahami hubungan indikasi bahan dengan pemilihan wadah dan jalur pemberian sediaan.

Dalam melakukan praktikum hal yang pertama kali kami lakukan adalah menyiapkan alat dan bahan. Setelah itu menimbang bahan yang akan digunakan dengan timbangan analitik setelah bahan selesai ditimbang bahan tersebut di masukan kedalam lumpang di buat masa satu dengan bahan acid salycyl dan acid benzoicum. Pada lumpang kedua di campurkan camphora dan menthol sebagai masa dua dan di campurkan dengan massa satu lalu di gerus dan di tambah vaselin sedikit demi sedikit sambil di aduk ad homogen.

Di dalam formulasi ini acid salycyl berperan sebagai zat aktif yang berfungsi sebagai Keratolitikum dan anti fungi. Sedangkan acid benzoicum sebagai adjuvan yang berfungsi sebagai Antiseptikum ekstern dan antijamur, selain itu kami juga menggunakan sulfur prepasitatum yang berfungsi sebagai antikabies. Selanjutnya digunakan camphora dan menthol sebagai antiiritan yang disebabkan oleh bakteri. Dan yang terakhir vaselin sebagai basis salep.

Adapun hasil yang di dapat obat dalam bentuk sediaan salep. Salep yang dihasilkan berbentuk setengah padat, berwarna kuning. Hasil salep dimasukkan kedalam tube lalu diberi etiket warna biru.

(16)

BAB V PENUTUP 5.1. KESIMPULAN

a. Salep adalah sediaan setengah padat yang ditujukan untuk pemakaian topical pada kulit atau selaput lendir

b. Furmulasi yang digunakan pada praktikum ini adalah Acid salysil, acid benzoicum, camphora, menthol, dan vaselin

c. Pengerjaan dilakukan dengan mencampurkan massa 1 yang terdiri dari acid salycil dan acid benzoicum dengan massa 2 yang berisi camphora dan menthol lalu di tambahkan vaselin sedikit demi sedikit

d. Dalam praktikum kali ini dihasilkan obat dalam bentuk sediaan salep.

Salep yang dihasilkan berbentuk setengah padat, berwarna kuning.

5.2. Saran

a. Praktikan lebih berhati hati dalam menjalani praktikum

b. Saran yang dapat diberikan untuk laboratorium adalah agar diadakannya timbangan analitik untuk masing-masing kelompok guna memaksimalkan praktikum

(17)
(18)

DAFTAR PUSTAKA

Anief M., 1997, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Departemen Kesehatan Ri, 1979, Farmakope Indonesis Edisi III, Depkes Ri, Jakarta.

Depkes Ri, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan Ri, Jakarta.

Faujiah, Husniatul Dkk. 2019. Sediaan Salep. Universitasmuhammadiyah Malang

Mutiara, Adevia Dkk. 2016. Teknologi Farmasi Sediaan Cair Dan Semi Padat. Universitas Pakuan

Sari, Amelia., Maulidya, Amy. 2016. Formulasi Sediaan Salep Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit (Curcuma longa Linn). Poltekkes Kemenkes Aceh, ampeneurut, Aceh Besar. SEL Vol. 3 No. 1 Juli 2016: 16-23.

Tungadi, Robert. 2020. Teknologi Nano Sediaan Liquida Dan Semisolida.

Jakarta: Sagung Seto. ISBN: 978-602-271-165-0

(19)

Keterangan:

Nurlita = BAB 1 , BAB 2 Ponny = bab 3

Reza = bab 4 bab 5

Referensi

Dokumen terkait

1. Mengenal dan memahami cara pembuatan dan komposisi sediaan emulsi cair Oleum Iecoris Aselli. 2. Menentukan formulasi yang tepat untuk sediaan emulsi cair Oleum Iecoris

Langkah pertama yang kami lakukan dalam praktikum kali ini adalah mengukur suhu ruangan dan mengukur massa jenis oli dengan menggunakan aerometer serta mengukur

Metode praktikum yang digunakan kali ini adalah analisis kualitatif ekstraksi oksida logam dari lumpur dengan menentukan massa alumina pada tahap terakhir (berat konstan).. HASIL

Pada praktikum Teknologi Traktor kali ini, praktikan melakukan perhitungan nilai slip pada traktor tangan, praktikum dilakukan di lapangan merah dengan kondisi tanah yang

Pembahasan Pada hasil pengamatan dan pembuatan kali ini kita mendapati hasil yang sangat memuaskan pada praktikum pembuatan selai nanas dan juga sirop nanas yang memiliki rasa yang