LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR
“
“
Kofisien Kekentalan Zat Cair
Kofisien Kekentalan Zat Cair
””Disusun
Disusun Oleh Oleh : : 1. 1. Pungky Pungky Umi Umi Sa`diyah Sa`diyah 0661 0661 12 12 070070 2.
2. Vina Vina Ramdiani Ramdiani 0661 0661 12 12 072072 3.
3. Upit Upit Novitasari Novitasari 0661 0661 12 12 073073 Tanggal Praktikum
Tanggal Praktikum : “8 November 2012”: “8 November 2012” Asisten
Asisten Dosen Dosen : : 1. 1. Trirakhma, Trirakhma, M.SiM.Si
2. Rissa Ratimanjani, S.Si 2. Rissa Ratimanjani, S.Si 3. Noorlela Marcheta 3. Noorlela Marcheta
Laboraturium Fisika
Laboraturium Fisika
Program Studi Farmasi
Program Studi Farmasi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pakuan
Universitas Pakuan
Kata Pengantar
Kata Pengantar
Assalamualaikum Wr. Wb Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur atas kehadirat Allah swt, dimana dengan rahmat dan Puji syukur atas kehadirat Allah swt, dimana dengan rahmat dan pertolongan-Nya,
pertolongan-Nya, kami kami dapat dapat menyelesaikan menyelesaikan laporan laporan praktikum praktikum ini. ini. ShalawatShalawat serta salam tak lupa kami curahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad serta salam tak lupa kami curahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad saw, beserta keluarganya, para sahabatnya dan pengikutnya hingga akhir zaman. saw, beserta keluarganya, para sahabatnya dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Dengan adanya laporan praktikum ini kami telah melaksanakan praktikum Dengan adanya laporan praktikum ini kami telah melaksanakan praktikum fisika dasar tentang
fisika dasar tentang ““
Tak lupa kami ingin mengucapkan terima kasih kepada : Tak lupa kami ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Trirakhma, M.Si, selaku dosen
1. Trirakhma, M.Si, selaku dosen pembimbingpembimbing
2. Rissa Ratimanjani, S.Si, selaku asisten pembimbing dalam praktikum 2. Rissa Ratimanjani, S.Si, selaku asisten pembimbing dalam praktikum 3. Noorlela Marcheta, selaku asiste
3. Noorlela Marcheta, selaku asisten pembimbing dala praktikumn pembimbing dala praktikum
yang telah memberikan bimbingan selama berlangsungnya praktikum dan selama yang telah memberikan bimbingan selama berlangsungnya praktikum dan selama penyusunan laporn
penyusunan laporn ini, hingga laporan ini dapat diselesaikan dengan baik.ini, hingga laporan ini dapat diselesaikan dengan baik.
Kami menyadari dalam penyusunan laporan ini masih banyak terdapat Kami menyadari dalam penyusunan laporan ini masih banyak terdapat kekurngan dari kami selaku penyusun. Untuk itu kami menghatapkan kritik dan kekurngan dari kami selaku penyusun. Untuk itu kami menghatapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.
saran yang membangun dari para pembaca. Wassalamualaikum Wr. Wb
Wassalamualaikum Wr. Wb
Bogor, November 2012 Bogor, November 2012
Daftar Isi
Kata Pengantar ... i
Daftar Isi... ii
BAB I Pendahuluan... 1
I.1. Tujuan Percobaan ... 1
I.2. Dasar Teori ... 1
I.2.1. Fluida ... 1
I.2.2. Viskositas ... 2
I.2.3. Hukum Stokes ... 2
BAB II Alat dan Bahan ... 6
II.1. Alat dan Bahan ... 6
II.1.1. Alat ... 6
II.1.2. Bahan ... 7
BAB III Metode Percobaan ... 8
BAB IV Data Pengamatan dan Perhitungan ... 9
BAB V Pembahasan ... 15
Daftar Pustaka ... 17 Lampiran
1.1. Tugas Akhir 1.2. Data Pengamatan
BAB I
Pendahuluan
I.1. Tujuan Percobaan
1. Menghitung gerak benda dalam fluida 2. Menghitung kekentalan zat cair
I.2. Dasar Teori
I.2.1. Fluida
Fluida adalah zat yang berubah bentuk secara terus menerus bila terkena tegangan geser suatu fluida adalah suatu zat yang mengembang hingga memenuhi bejana. Fluida selalu mengalir bila dikenai bekas pengubah zat cair, fluida diartikan dengan mempunyai volume tertentu tapi bentuk tertentu itu mengalir menyesuaikan dengan bentuk wadah. Zat cair mempunyai volume tertentu (Streeter, 1996).
Dalam fluida ternyata gaya yang dibutuhkan (F), sebaliknya dengan luas fluida yang bersentuhan dengan setiap lempeng (A), dan dengan laju (V) untuk luas penampang keping A adalah F.ZAV (Ghozian, 2008).
Salah satu sifat fluida adalah kental (viscous) di mana zat cair memiliki koefisien kekentalan yang berbeda-beda, misalnya kekentalan minyak goreng berbeda dengan kekentalan oli.
I.1.2. Viskositas
Viskositas atau kekentalan suatu cairan adalah salah satu sifat cairan yang menentukan besarnya perlawanan terhadap gaya geser. Viskositas terjadi terutama karena adanya interaksi antara molekul-molekul caiarn (Erizal, 2010).
Viskositas merupakan ukuran gesekan dibagian dalam suatu fluida. Fluida sebenarnya terdiri atas beberapa lapisan, karena adanya viskositas diperlukan gaya untuk meluncurkan suatu lapisan fluida lainnya (Linda, 2008).
I.1.3. Hukum Stokes
Viskositas (kekentalan) berasal dari perkataan Viscous (Soedojo, 1986). Suatu bahan apabila dipanaskan sebelum menjadi cair terlebih dulu menjadi viscous yaitu menjadi lunak dan dapat mengalir pelan-pelan.
Viskositas dapat dianggap sebagai gerakan di bagian dalam (internal) suatu fluida (Sears & Zemansky, 1982).
Jika sebuah benda berbentuk bola dijatuhkan ke dalam fluida kental, misalnya kelereng dijatuhkan ke dalam kolam renang yang airnya cukup dalam, nampak mula-mula kelereng bergerak dipercepat. Tetapi beberapa saat setelah menempuh jarak cukup jauh, nampak kelereng bergerak dengan kecepatan konstan (bergerak lurus beraturan). Ini berarti bahwa di samping gaya berat dan gaya apung zat cair masih ada gaya lain yang bekerja pada kelereng tersebut. Gaya ketiga ini adalah gaya gesekan yang
disebabkan oleh kekentalan fluida.
Khusus untuk benda berbentuk bola, gaya gesekan fluida secara empiris dirumuskan sebagai Persamaan (1) (Sears, 1984).
Fs = 6πηrv ………...(1) Keterangan : η = koefisien kekentalan
r = jari-jari bola kelereng
v = kecepatan relatif bola terhadap fluida.
Persamaan (1) pertama kali dijabarkan oleh Sir George Stokes tahun 1845, sehingga disebut Hukum Stokes.
Dalam pemakaian eksperimen harus diperhitungkan beberapa syarat antara lain:
1. Ruang tempat fluida jauh lebih luas dibanding ukuran bola. 2. Tidak terjadi aliran turbulen dalam fluida.
3. Kecepatan v tidak terlalu besar sehingga aliran fluida masih bersifat laminer.
Sebuah bola padat memiliki rapat massa ρ b dan
berjari-jari r dijatuhkan tanpa kecepatan awal ke dalam fluida kental memiliki rapat massa ρf , di mana ρ b > ρf .
Telah diketahui bahwa bola mula-mula mendapat percepatan gravitasi, namun beberapa saat setelah bergerak cukup jauh bola akan bergerak dengan kecepatan konstan. Kecepatan yang tetap ini disebut kecepatan akhir vT atau kecepatan terminal yaitu pada saat gaya berat bola
sama dengan gaya apung ditambah gaya gesekan fluida. Gambar 1 menunjukkan sistem gaya yang bekerja pada bola kelereng yakni FA = gaya Archimedes, FS =
gaya Stokes, dan W = mg = gaya berat kelereng.
Gaya yang Bekerja Pada Saat Bola Dengan Kecepatan Tetap
Jika saat kecepatan terminal telah tercapai, pada Gambar 1 berlaku prinsip Newton tentang GLB (gerak lurus beraturan), yaitu Persamaan (2). FA + FS = W……… ...…..….(2)
Jika ρ b menyatakan rapat massa bola, ρf menyatakan rapat massa
fluida, dan Vb menyatakan volume bola, serta g gravitasi bumi, maka berlaku Persamaan (3) dan (4).
W = ρ b.V b.g ………...…(3)
FA= ρf .V b.g ………(4)
Rapat massa bola ρb dan rapat massa fluida ρf dapat diukur dengan menggunakan Persamaan (5) dan (6).
……… (5)
( )- ………. .(6)
dengan mgu menyatakan massa gelas ukur, mf massa fluida, Vf volume
fluida.
Dengan mensubstitusikan Persamaan (3) dan (4) ke dalam Persamaan (2) maka diperoleh Persamaan (7).
FS = V bg (ρ b - ρf ) ………..(7)
Dengan mensubstitusikan Persamaan (1) ke dalam Persamaan (7) diperoleh Persamaan (8).
(- )
Jarak d yang ditempuh bola setelah bergerak dengan kecepatan terminal dalam waktu tempuhnya t maka Persamaan (8) menjadi Persamaan (9).
(- )
(- )
(- ) Atau t = k d………...(9) Dengan nilai
(- ) ………...(10)atau dalam grafik hubungan (d-t), nilai k merupakan kemiringan grafik (slope). Dengan mengukur kecepatan akhir bola yang radius dan rapat massa telah diketahui, maka viskositas fluida dapat ditentukan. Untuk memperoleh nilai viskositas fluida, Persamaan (10) diubah dalam bentuk Persamaan (11).
(- ) ………..(11)
Satuan viskositas fluida dalam sistem cgs adalah dyne det cm-2, yang biasa disebut dengan istilah poise di mana 1 poise sama dengan 1 dyne det cm-2. Viskositas dipengaruhi oleh perubahan suhu. Apabila suhu naik maka viskositas menjadi turun atau sebaliknya.
BAB II
Alat dan Bahan
II.1. Alat dan Bahan
II.1.1. Alat
Jangka sorong dan mistar Mikrometer skrup Neraca Teknis
Aerometer
Sendok Saringan untuk benang mengambil bola-bola dar dasar tabung
II.1.2. Bahan
BAB III
Metode Percobaan
1. Suhu ruangan diukur sebelum percobaan. 2. Diukur rapat massa jenis dengan aerometer. 3. Diukur suhu zat cair dengan termometer.
4. Massa tiap-tiap bola ditimbang dengan neraca teknis.
5. Benang pertama diatur 5 cm dari permukaan fluida dan benang ke dua jaraknya 10 cm dari benang pertama.
6. Sendok saringan dimasukkan sampai dasar tabung dan tunggu beberapa saat sampai zat cair diam.
7. Waktu yang diperlukan bola daribenang 1 ke benang 2 dihitung menggunakan stopwatch.
8. Hasil percobaan dicatat dalam tabel pengamatan.
9. Langkah 5-8 dilakukan kembali untuk jarak 15 cm dan 20 cm. 10. Suhu ruangan setelah percobaan dicatat.
BAB IV
Data Pengamatan dan Perhitungan
Keadaan ruangan P (cm)Hg T (oC) C (%)
Sebelum percobaan 755(mm)Hg=75,5(cm)Hg 27oC 66%
Sesudah percobaan 757=75,5 cm (Hg) 28oC 63%
fluida = 0,881 gr/cm3 T fluida = 3,05oC gravitasi = 980 cm/s2 No Bola m (gr) D (cm) r (cm) V b (cm )
b(gr/cm3) 1 Kecil 0,16 0,528 0,264 0,076 2,105 2 Sedang 0,25 0,568 0,284 0,092 2,717 3 Besar 0,7 1,002 0,501 0,523 1,338 1). Bola Kecil No S (cm) t (s) v (cm/s)
1 10 4,23 2,364 7,893 4,9 2,040 9,146 2 15 5,99 2,504 7,452 6,12 2,451 7,613 3 20 7,98 2,506 7,446 7,84 2,551 7,314 x 7,8112). Bola Sedang No S (cm) t (s) v (cm/s) η 1 10 2,90 3,448 9,277 2,75 3,636 8,797 2 15 4,20 3,571 8,957 4,32 3,472 9,213 3 20 5,39 3,711 8,727 5,38 3,717 8,713 X 8,947 3). Bola Besar No S (cm) t (s) v (cm/s)
1 10 2,26 4,424 5,646 2,72 3,676 6,795 2 15 3,54 4,237 5,895 3,47 4,323 5,778 3 20 4,52 4,425 5,645 4,54 4,405 5,671 X 5,905Volume = 1) Bola kecil = : 0,076 cm3 2) Bola sedang = : 0,092 cm3 3) Bola Besar = : 0,523 cm3 1) Bola kecil : 2,105 cm 3 2) Bola sedang : 2,717 cm 3 3) Bola Besar : 1,338 cm 3
Bola Kecil 10 cm : I : : 2,364 cm/s II : : 2,040 cm/s 15 cm : I : : 2,504 cm/s II : : 2,451 cm/s 20 cm : I : : 2,506 cm/s II : : 2,551 cm/s ( ) 10 cm : I : () : 7,893 N.s/m2 II : () : 9,146 N.s/m2 15 cm : I : () : 7,345 N.s/m2 II : () () : 7,45 N.s/m2 20 cm : I : () () () : 7,446 N.s/m2 II : () () () : 7,314 N.s/m2 X : : 7,811 N.s/m2
Bola Sedang 10 cm : I : : 3,448 cm/s II : : 3,636 cm/s 15 cm : I : : 3,571 cm/s II : : 3,472 cm/s 20 cm : I : : 3,711 cm/s II : : 3,717 cm/s ( ) 10 cm : I : () () () : 9,277 N.s/m2 II : () () () : 8,797 N.s/m2 15 cm : I : () () () : 8,957 N.s/m2 II : () () () : 7,451 N.s/m2 20 cm : I : () () () : 8,727 N.s/m2 II : () () () : 8,713 N.s/m2 x : : 8,947 N.s/m2
Bola Besar 10 cm : I : : 4,424 cm/s II : : 3,676 cm/s 15 cm : I : : 4,237 cm/s II : : 4,323 cm/s 20 cm : I : : 4,425 cm/s II : : 4,405 cm/s ( ) 10 cm : I : () () : 5,646 N.s/m2 II : () () : 6,795 N.s/m2 15 cm : I : () () : 5,895 N.s/m2 II : () () : 5,778 N.s/m2 20 cm : I : () () () : 5,645 N.s/m2 II : () () () : 5,671 N.s/m2 x : : 5,905 N.s/m2
BAB V
Pembahasan
Langkah pertama yang kami lakukan dalam praktikum kali ini adalah mengukur suhu ruangan dan mengukur massa jenis oli dengan menggunakan aerometer serta mengukur suhu oli dengan menggunaka termometer. Setelah itu percobaan dilanjutkan dengan mengukur massa bola-bola yang digunakan dengan
menggunakan neraca teknis. Dari penimbanagan dengan neraca teknis didapatkan massa bola besar adalah 0,7 gram, massa bola sedang adalah 0,25 gram dan massa bola keci adalah 0,16 gram.
Selanjutnya tabung berisi oli diatur jaraknya dengan memberikan benang sebagai penanda, jarak yang pertama yaitu 5 cm dari permukaan oli (benang pertama) dan jarak ke dua disesuaikan dengan percobaan yang akan dilakukan (benang ke dua). Jarak 5 cm dari permukaan oli (benang pertama) dimaksudkan agar bila bola dimasukkan ke dalam zat cair tanpa kecepatan awal bola tersebut akan begerak ke bawah mula-mula dengan percepatan sehingga kecepatannya bertambah. Dengan bertambahnya kecepatan maka gaya gesek fluida akan membesar, sehingga suatu saat bola akan bergerak dengan kecepatan tetap. ketika bola sudah sampai pada benang pertama, bola sudah memiliki kecepatan yang konstan.
Setelah itu satu-persatu bola (kecil, sedang dan besar) dijatukan pada oli., kemudian diamati waktu yang diperlukan bola selama melintasi benang pertama sampai benang ke dua dengan menggunakan stopwatch. Setelah ketiga bola dijatuhkan maka ambil kembali bola dengan menggunakan saringan dengan perlahan-lahan untuk menghidari terjadinya turbulensi di dalam oli, yang nantinya akan mempengauhi hasil yang didapatkan.
BAB VI
Kesimpulan
Dalam koefisien kekentalan zat cair berlaku hukum stokes, hukum Archimedes (gaya apung), dan gaya berat (W).
Pada bejana harus diberikan jarak awal minimal 5 cm, agar ketika bola melintasi jarak dari benang satu ke benang dua kecepatannya menjadi konstan.
Semakin besar massa bola maka waktu yang di perlukan untuk melintasi lintasan dan koefisien kekentalan zat cair semakin kecil, sebaliknya kecepatannya semakin besar.
Pada saat mengambil sendok saringan harus perlahan-lahan untuk menghindari terjadinya turbulensi.
Dalam melakukan percobaan harus teliti dan berhati-hati agar memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Budianto, Anwar. 2008. <http://www.elib.pdii.lipi.go.id/katalogindex.phpsearch katalogdownloadDatabyId2741331978-0176_2008_157166.pdf>. Metode Penentuan Koefisien Kekentaln Zat Cair dengan Menggunakan Regresi Linear Hukum Stokes. Diakses pada 21 November 2012.
Fatkhurrohman, David. 2011. <http://www.blog.ub.ac.id/davidfatkhurrohman/files /2011/11/l/laporan-fisika-dasar_viskositas-zat-cair.pdf >. Laporan Fisika Dasar Viskositas Zat Cair 2. Diakses pada 21 November 2012.
Maulida, Rizky Hardiatul dan Rani, Erika. 2010. <http://www.ejournal.uin-malang.ac.id/index.php.NEUTRINOarticledownload1624.pdf >. Analisis Karakteristik Pengaruh Suhu dan Kontaminan Terhadap Viskositas