• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID DAN LIQUID

N/A
N/A
Reza Pratama Saputra

Academic year: 2023

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID DAN LIQUID"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID DAN LIQUID

Judul:

EMULSI

DISUSUN OLEH :

NURLITA JULIANTI (0220006)

PONNY NUR BONITA (0220007)

REZA PRATAMA S (0220009)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BOGOR HUSADA 2023

(2)
(3)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Jika minyak yang merupakan fase terdispersi dan larutan air merupakan fase pembawa sistem ini disebut emulsi minyak dalam air. Sebaliknya, jika air atau larutan air yang merupakan fase terdispersi dan minyak atau bahan seperti minyak merupakan fase pembawa, sistem ini disebut emulsi air dalam minyak. Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengelmusi yang mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah. Bahan pengelmusi (surfaktan) menstabilkan dengan cara menempati antar permukaan antara tetesan dan fase eksternal, dan dengan membuat batas fisik di sekeliling partikel yang akan berkoalesensi. Surfaktan juga mengurangi tegangan antar permukaan antara fase, sehingga meningkatkan proses emulsifikasi selama pencampuran. (Intan 2018)

Konsistensi emulsi sangat beragam, mulai dari cairan yang mudah dituang hingga krim setengah padat. Umumnya krim minyak dalam air dibuat pada suhu tinggi, berbentuk cair pada suhu ini, kemudian didinginkan pada suhu kamar, dan menjadi padat akibat terjadinya solidifikasi fase internal. (Intan 2018)

Semua emulsi memerlukan bahan antimikroba karena fase air mempermudah pertumbuhan mikroorganisme. Adanya pengawet sangat penting dalam emulsi minyak dalam air karena kontaminasi fase eksternal mudah terjadi.

Karena jamur dan ragi lebih sering ditemukan daripada bakteri, lebih diperlukan yang bersifat fungistatik dan bakteriostatik. Bakteri ternyata dapat menguraikan bahan pengelmusi non ionic dan anionic, gliserin, dan sejumlah bahan penstabil alam seperti tragakan dan gom guar. (Intan 2018)

Emulsi adalah system 2 fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam ca iran yang lain dalam bentuk tetesan kecil. Emulsi dapat distabilkan dengan penam bahan bahan pengelmusi yang mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah. (Far makope Indonesia edisi V).

Oleum Iecoris Aselli 30% emulsi cair digunakan untuk sediaan oral.

Bahan dalam emulsi ini adalah Oleum Iecoris Aselli. Minyak ikan adalah minyak

(4)

lemak yang diperoleh dari hati segar Gadus morhua Linne. Dan spesies Gadus lainnya, dimurnikan dengan penyaringan pada suhu 00C. Potensi vitamin A tidak kurang dari 600 UI per g, potensi vitamin D tidak kurang dari 80 UI per g. (FI edisi III hal. 457).

Emulsi oleum iecoris aselli adalah termasuk dalam emulsi spuria (emulsi buatan) yakni emulsi dengan minyak lemak. Pembuatan emulsi minyak lemak biasanya dengan emulgator gom arab (P.G.A) dengan konsentrasi pemakaian sebanyak 10-20% dari total volume emulsi yang akan dibuat. Obat ini akan dibuat dalam bentuk sediaan emulsi dikarenakan bahan aktif yang digunakan (levertran/minyak ikan) praktis tidak larut dalam air. Sehingga untuk memperoleh suatu sediaan yang dapat terdispersi pada fase pendispersi nya diperlukan suatu zat pengemulsi yang biasa disebut dengan emulsifyng agent.

Zat-zat yang terkandung dalam oleum iecoris aselli adalah: Vitamin A dan D, Gliserida trimalmitat dan tristearat, kolesterol, gliserida dan asam-asam jenuh, yang disebut asam morrhuat, berupa campuran berbagai asam : asam yakoleat, asam terapiat, asam aselat, asam gadinat, yodium, basa-basa aselin dan morrhuin.

Efek farmakologi: Sebagai sumber vitamin A, vitamin D, asam lemak tak jenuh yang merupakan faktor-faktor makanan dasar dan tidak terjadi dalam kandungan vitamin A dan vitamin D. Sari minyak ikan atas salepnya sangat mendukung untuk mempercepat penyembuhan luka bakar, koreng, menekan salut dan luka pada permukaan, tetapi observasi yang terkontrol telah menghentikan nilai penguatan yang tegas. Dan asam lemak omega-3 berkhasiat untuk penurunan kadar kolesterol dalam darah. (Intan 2018)

1.2. Tujuan

1. Mahasiswa dapat melakukan formulasi sediaan emulsi 2. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi sediaan emulsi

(5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar teori

Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak tercampur, biasanya air dan minyak, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain. Dispersi ini tidak stabil, butir-butir ini bergabung (koalesen) dan membentuk dua lapisan air dan minyak yang terpisah.

(Anief, 2006)

Emulsi adalah sediaan yang mengandung dua zat cair yang tidak tercampur, biasanya air dan minyak, cairan yang satu terdispersi menjadi butir- butir kecil dalam cairan yang lain. Dalam pembuatan emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor yang penting untuk diperhatikan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Surfaktan seringkali digunakan dalam pembuatan suatu emulsi. Mekanisme kerjanya adalah menurunkan tegangan antarmuka permukaan air dan minyak serta membentuk lapisan film pada permukaan globul-globul fase terdispersinya. Zat pengemulsi adalah PGA, Tragacanth, gelatin, sapo, senyawa Ammonium kwartener, cholesterol, surfaktan seperti tween dan span (Ansel, 1989).

Ketidakstabilan dalam emulsi farmasi dapat digolongkan sebagai berikut : a. Flokulasi dan Creaming

Creaming merupakan pemisahan dari emulsi menjadi beberapa lapisan cairan, dimana masing-masing lapisan mengandung fase dispers yang berbeda.

b. Koalesen dan pecahnya emulsi (cracking atau breaking)

Creaming adalah proses yang bersifat dapat kembali, berbeda dengan proses cracking ( pecahnya emulsi) yang bersifat tidak dapat kembali.

Pada creaming, flokul fase dispers mudah didispersi kembalidan terjadi campuran homogen bila digojok perlahan. Sedang pada cracking, penggojokan sederhana akan gagal untuk mengemulsi kembali butir-butir tetesan dalam bentuk emulsi yang stabil.

(6)

c. Inversi, adalah peristiwa berubahnya sekonyong-konyong tipe emulsi M/A ke tipe A/M atau sebaliknya. (Anief, 2006)

Macam-macam emulsi a. Oral

Umumnya emulsi tipe o/w, karena rasa dan bau minyak yang tidak enak dapat tertutupi, minyak bila dalam jumlah kecil dan terbagi dalam tetesan- tetesan kecil lebih mudah dicerna.

b. Topikal

Umumnya emulsi tipe o/w atau w/o tergantung banyak faktor misalnya sifat zatnya atau jenis efek terapi yang dikehendaki. Sediaan yang penggunaannya di kulit dengan tujuan menghasilkan efek lokal.

c. Injeksi

Sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan secara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.Contoh : Vit. A diserap cepat melalui jaringan, bila diinjeksi dalam bentuk emulsi.

Tipe-tipe emulsi

a. Tipe emulsi o/w atau m/a : emulsi yang terdiri atas butiran minyak yang tersebar atau terdispersi ke dalam air. Minyak sebagai fase internal, air sebagai fase eksternal.

b. Tipe emulsi w/o atau m/a : emulsi yang terdiri atas butiran air yang tersebar atau terdispersi ke dalam minyak. Air sebagai fase internal, minyak sebagai fase eksternal.

(7)

Komponen emulsi

Komponen dasar yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat di dalam emulsi, terdiri atas :

a. Fase dispersi : zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil di dalam zat cair lainnya.

b. Fase pendispersi : zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar ( bahan pendukung ) emulsi tersebut.

c. Emulgator : bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi. Contoh emulgator :

1. Gom Arab : Cara Pembuatan air 1,5 kali bobot GOM 2. Tragacanth : Cara Pembuatan air 20 kali bobot tragacanth 3. Agar-agar : Cara Pembuatan 1-2% agar-agar yang digunakan 4. Condrus : Cara Pembuatan 1-2% condrus yang digunakan 5. CMC-Na : Cara Pembuatan 1-2% cmc-na yang dihunakan Metode Pembuatan Emulsi

Menurut (Ansel, Howard. 2005) 1. Metode GOM kering 4:2:1

a) GOM dicampur minyak sampai homogeny b) Setelah homogen ditambahkan 2 bagian air,

campur sampai homogeny 2. Metode GOM basah

a) GOM dicampur dengan air

sebagian

b) Ditambahkan minyak secara

perlahan, sisa air ditambahkan lagi 3. Metode botol

(8)

GOM dimasukkan ke dalam botol + air, dikocok Sedikit demi sedikit minyak ditambahkan sambil terus dikocok.

Stabilitas Emulsi

a. Jika didiamkan tidak membentuk agregat.

b. Jika memisah antara minyak dan air jika dikocok akan membentuk emulsi lagi.

c. Jika terbentuka gregat, jika dikocok akan homogen kembali.

(9)

Penggunaan Sediaan

Sediaan Oleum Iecoris yang akan dibuat adalah emulsi peroral. Emulsi adalah system dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan lain dalam bentuk tetesan kecil.

2.2. Preformulasi

1. Oleum lecoris Aselli/ Minyak Ikan

a. Warna : Kuning pucat

b. Rasa : khas, agak manis

c. Bau : khas, tidak tengik

d. Pemerian : Cairan

e. Kelarutan : Sukar larut dalam etanol (95%) P, mudah larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam eter minyak tanah P.

f. Bobot jenis : 0,917 g/ml sampai 0,924 g/ml g. pH larutan : < 1,2

h. Khasiat dan penggunaan : Sumber vitamin A dan vitamin D (Anonim, 1979) 2. Glycerolum/ Gliserin

a. Warna : Jernih, Tidak berwarna Oleum iecoris Aselli 100 g

Glycerolum 10 g

Gummi Arabicum 30 g Oleum Cinnamomi gtt IV

Aquadest ad 100 ml

(10)

b. Rasa : Manis diikuti rasa hangat

c. Bau : Tidak berbau

d. Pemerian : Cairan seperti sirup, higroskopik e. Kelarutan : Dapat campur dengan air, dan dengan

etanol (95%) P, praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam minyak lemak.

f. Bobot jenis : 1,255 g/ml sampai 1,260 g/ml, sesuai dengan kadar 98,0% sampai 100,0%

C3H8O3 g. Khasiat : Zat tambahan

(Anonim, 1979) 3. Gummi Arabicum/ Gom Arab

a. Warna : Putih sampai putih kekuningan b. Rasa : Tawar seperti lendir

c. Bau : Tidak berbau

d. Pemerian : Serbuk

e. Kelarutan :Mudah larut dalam air, menghasilkan Larutan yang kental dan tembus cahaya.

Praktis tidak larut dalam etanol (95%) P.

f. Khasiat : Zat pengemulsi

(Anonim, 1979) 4. Oleum Cinnamomi/ Minyak Kayu Manis

a. Warna : Kuning

b. Rasa : Rasa khas

c. Bau : Bau khas

d. Pemerian : Cairan, suling segar.

e. Kelarutan : Dalam etanol Larutkan 1 ml dalam 8 ml

(11)

etanol (70%) P, opalesensi yang terjadi tidak lebih kuat dari opalesensi larutan yang dibuat dengan menambahkan 0,5 ml perak nitrat 1 N ke dalam campuran 0,5 ml natrium klorida 0,02 N dan 50 ml air.

f. Khasiat : Zat tambahan, karminativum

(Anonim, 1979) 5. Aqua destilata/ Air Suling

a. Warna : Tidak berwarna

b. Bau : Tidak berbau

c. Pemerian : Cairan jernih

d. Kegunaan : Zat tambahan atau pelarut

2.3. Nomer registrasi

Nomor Registrasi atau nomor pendaftaran obat jadi adalah nomor identitas yang dikeluarkan oleh Badan POM setelah proses pendaftaran obat jadi disetujui.

Nomor registrasi ini wajib dicantumkan pada kemasan, baik pada kemasan primer maupun kemasan sekunder. Tujuannya adalah untuk membedakan antara obat yang telah teregistrasi dengan yang belum teregistrasi, sehingga konsumen dapat terhindar dari penggunaan obat palsu, tidak memenuhi syarat kualitas dan keamanan, serta obat yang belum memiliki izin edar di Indonesia. Penulisan nomor registrasi ini diatur oleh Badan POM. No registrasi sediaan emulsi ini adalah DBL2212378932A1

(12)

BAB III METODOLOGI 3.1 ALAT

a. Mortir dan stamper b. Gelas ukur

c. Beaker glass d. Pipet

e. Timbangan analitik f. Cawan porselin g. Batang pengaduk h. Alat evalusi sediaan

3.2 Bahan

a. Oleum Lecoris Aselli b. Glycerolum

c. Gummi Arabicum d. Oleum Cinnamomi e. Aqua destilata

3.3 Cara kerja

Kalibrasi botol ad 100 ml

(13)

BAB IV

HASIL Dan PEMBAHASAN 4.1 Hasil

Dalam praktikum kali ini dihasilkan obat dalam bentuk sediaan emulsi.

sediaan yang dihasilkan berbentuk cair, dan berwarna kuning. Hasil sediaan dimasukkan kedalam botol coklat lalu diberi etiket.

4.2 Perhitungan Bahan Formula usulan

Tiap 5 ml mengandung :

Minyak ikan 2,4 g

Propilenglikol 0,24 g

PGA 0,7 g

Oleum Cinnamomi gtt I

Aquadest ad 5 g

Perhitungan : a. Minyak ikan

= 100ml

5ml x 2,4 g

= 48 g b. Propilenglikol

= 10 0ml

5ml x 0,24 g

= 4,8 g c. PGA

= 100ml

5ml x 0,7 g

= 14 g d. Oleum sesami

2 tetes

e. Aquades panas untuk PGA

= 1,5 x 14

= 21 ml

f. Aquadest ad 100 - (48+4,8+14+21) = 12,2 ml

(14)

4.3 Pembahasan

Emulsi adalah suatu sistem yang secara termodinamik tidak stabil, terdiri dari paling sedikit dua fasa sebagai globul-globul dalam fasa cair yang lainnya. Sistem ini biasanya distabilkan dengan adanya emulsi.

Dalam bidang farmasi, emulsi biasanya terdiri dari minyak dan air.

Berdasarkan fase terdispersinya dikenal dua jenis emulsi, yaitu :

a. Emulsi minyak dalam air, yaitu bila fase minyak terdispersi di dalam fase air.

b. Emulsi air dalam minyak, yaitu bila fase air terdispersi di dalam fase minyak

Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan suatu emulgator merupakan faktor yang penting karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Salah satu emulgator yang banyak digunakan adalah zat aktif permukaan atau lebih dikenal dengan surfaktan. Mekanisme kerja emulgator ini adalah menurunkan tegangan antar permukaan air dan minyak serta membentuk lapisan film pada permukaan globul-globul fase terdisperisnya. Tipe emulsi dapat ditentukan dari jenis surfaktan digunakan. Secara kimia, molekul surfaktan terdiri atas gugus polar dan non polar. Apabila surfaktan dimasukkan ke dalam sistem yang dari air dan minyak, maka gugus polar akan terarah ke fasa air sedangkan gugus non polar terarah ke fasa minyak. Surfaktan yang mempunyai gugus polar lebih kuat akan cenderung membentuk emulsi

(15)

minyak dalam air, sedangkan bila gugus non polar yang lebih kuat maka akan cenderung membentuk emulsi air dalam minyak.

Pada praktikum kali ini membuat sediaan emulsi Minyak Ikan sebanyak 100 ml. Emulsi sendiri ialah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan pembawa yang membentuk butiran-butiran kecil dan distabilkan dengan zat pengemulsi/surfaktan yang cocok. Pada pembuatan emulsi minyak ikan ini, menggunakan bahan-bahan diantarany Oleum Iecoris Aselli, Glycerolum, Gummi Arabicum (PGA), Oleum, dan Aquadest.

Emulsi merupakan campuran antara air dan minyak. Seperti yang kita ketahui, air dan minyak tidak dapat dicampurkan begitu saja, sehingga perlu adanya bantuan, yaitu emulgator. Dalam suatu sediaan emulsi, emulgator berfungsi untuk menjaga kestabilan emulsi. Oleh karena itu, pemilihan emulgator yang tepat merupakan suatu hal yang sangat penting dalam pembuatan emulsi.

Pada praktikum kali ini, emulgator yang digunakan adalah Gummi Arabicum. Dalam pembuatan emulsi mnggunakan campuran surfaktan seperti tween dan span, harus dihitung HLB butuh terlebih dahulu. Ini digunakan untuk memperhitungkan apakah emulgator mampu mencampurkan fase air dan minyak atau tidak.

Dalam pembuatan sediaan emulsi yaitu timbang semua bahan yang akan digunakan. Kemudian kalibrasi botol dan diberi tanda. Panaskan terlebih dahulu aquadest untuk melarutkan Gom arab, Gom arab dapat meningkatkan stabilitas dengan peningkatan viskositas. Jenis pengental ini juga tahan panas pada proses yang menggunakan panas namun lebih baik jika panasnya dikontrol untuk mempersingkat waktu pemanasan, mengingat Gom arab dapat terdegradasi secara perlahan-lahan dan kekurangan efisiensi emulsifikasi dan viskositas. Setelah aquadest panas masukan air panas kedalam mortir, gerus sampai homogen atau sampai terbentuk mucilage (diusahan kecepatan dalam menggerusnya konstan agar sediaan dapat

(16)

terbentuk mucilago yang sempurna). Kemudian masukan Minyak ikan sedikit demi sedikit, gerus sampai terbentuk corpus emulsi. Setelah itu tambahkan sedikit demi sedikit dliserol, gerus kembali. Dan yang terakhir penambahan Oleum cinnamomi yang berfungsi sebagai corigen saporis. Jika sediaan telah selesai, masukan kedalam botol tambahkan aquadest sampai tanda batas, kemudian diberi etiket dan dilakukan uji sediaan.

(17)

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

a. Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak tercampur, biasanya air dan minyak

f. Formulasi yang digunakan pada praktikum ini adalah Oleum Lecoris Aselli sebagai zat aktif, Glycerolum sebagai corigen saporis, Gummi Arabicum sebagai elmugator, Oleum Cinnamomi sebagai corigen odoris dan karminativum, Aqua destilata sebagai pelarut

g. Pengerjaan dilakukan dengan cara membuat mucilago terlebih dahulu lalu menambahakan zat aktif sedikit demi sedikit dan di tambahkan zat tambahan lalu dimasukan kedalam botol.

b. Dalam praktikum kali ini dihasilkan obat dalam bentuk sediaan emulsi.

sediaan yang dihasilkan berbentuk cair, dan berwarna kuning 5.2 Saran

a. Praktikan lebih berhati hati dalam menjalani praktikum terutama dalam menggunakan kompor listrik

b. Saran yang dapat diberikan untuk laboratorium adalah agar diadakannya timbangan analitik untuk masing-masing kelompok guna

memaksimalkan praktikum

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 1987. ILMU MERACIK OBAT. Yogyakarta:Gadjah Mada.

Ansel, Howard.1989.Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta : Universitas Indonesia

Departemen Kesehatan Ri, 1979, Farmakope Indonesis Edisi III, Depkes Ri, Jakarta.

Depkes Ri, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan Ri, Jakarta.

Depkes Ri, 2013, Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan Ri, Jakarta.

Intan, 2018. Makalah Semsol. Diakses

https://www.scribd.com/document/390820633/MAKALAH-SEMSOL-docx#

pada 21 juni 2023

(19)

Lampiran

Bab 1, 2, 3,4 dan 5 = reza pratama saputra

Referensi

Dokumen terkait

1. Mengetahui dan memahami cara pembuatan emulsi yang baik. 2. Mengetahui formulasi sediaan emulsi yang baik dan

 pe#$uatan suppositoria ini telah #e##enuhi syarat +ada pen%uian terakhir adalah ui aktu han&#34;ur&amp; aktu han&#34;ur dan 3 sa#pel suppositoria yan% diui #e#iliki

Spesifikasi pH sediaan yang kami rencanakan adalah 4,5-6,5 menyesuaikan dengan pH kulit manusia dan juga dengan pertimbangan tetap stabilnya bahan-bahan yang kami

EVALUASI TIPE EMULSI.. This presentation uses a free template provided by FPPT.com

Homogenitas merupakan parameter yang menunjukkan kualitas sediaan karena akan mempengaruhi efek terapi dari sediaan tersebut.Menurut Sulaiman, dan Kuswahyuning (2008)

Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang

Menthol FI III hal 362 Nama resmi Mentholum Rumus kimia C10H20 O BM 156,30 Pemerian Hablur berbentuk jarum atau prisma, tidak berwarna, bau tajam seperti minyak permen, rasa panas

Masing – masing emulsi dengan medium pendipersi yang berbeda juga mempunyai nama yang berbeda, yaitu sebagai berikut: a Emulsi gas aerosol cair Emulsi gas merupakan emulsi dengan