LAPORAN PRAKTIKUM SEDIAAN FORMULASI LAPORAN PRAKTIKUM SEDIAAN FORMULASI
EMULSI VCO 30%/60ml EMULSI VCO 30%/60ml oleh : oleh : KELOMPOK 1 KELOMPOK 1 Syarifatul
Syarifatul Imamah Imamah (105070500111001)(105070500111001) Rania
Rania Arif Arif Mahfud Mahfud (105070500111(105070500111002)002) Moch.
Moch. Rijal Rijal Hadi Hadi (105070500111(105070500111004)004) Nabila
Nabila Andjani Andjani (105070500111(105070500111006)006) Nur
Nur Lailatul Lailatul Fitria Fitria (105070500111009)(105070500111009) Alfi
Alfi LailaturrokhmLailaturrokhmah ah (105070501111(105070501111013)013) Erita
Erita Rahmani Rahmani (105070500111017)(105070500111017) Dilah
Dilah Rahmah Rahmah R. R. (1050705001110(105070500111027)27) Zwageri
Zwageri Argo Argo Pitoyo Pitoyo (105070500111(105070500111035)035) Erlina
PROGRAM
PROGRAM STUDI STUDI FARMASIFARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG MALANG 2012 2012
Laporan Praktikum Formulasi Emulsi VCO Laporan Praktikum Formulasi Emulsi VCO
1.
1. Nama SediaanNama Sediaan: Emulsi VCO: Emulsi VCO 2.
2. Tujuan Praktikum :Tujuan Praktikum :
Mahasiswa mampu membuat formula,membuat sediaan,serta melakukan evaluasi Mahasiswa mampu membuat formula,membuat sediaan,serta melakukan evaluasi sediaan emulsisediaan emulsi
Mahasiswa mampu melakukan analisa dan menarik kesimpulan Mahasiswa mampu melakukan analisa dan menarik kesimpulan mengenai fungsi dan metodemengenai fungsi dan metode pembuatan dengan berbagai macam emulgator
pembuatan dengan berbagai macam emulgator Teori singkat :
Teori singkat :
Emulsi adalah system dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan lain,dalam Emulsi adalah system dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan lain,dalam bentuk tetesan kecil. Emulsi dapat
bentuk tetesan kecil. Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang mencegahdistabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar yang akhirnya menjadi satu fase
koalesensi, yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar yang akhirnya menjadi satu fase tunggal (FI IV hal 6-7)
tunggal (FI IV hal 6-7) 3.
3. Deskripsi Bahan Aktif dan Preformulasi EksipienDeskripsi Bahan Aktif dan Preformulasi Eksipien
Propyl parabenPropyl parabensebagai pengawet(HPE Hal 596)sebagai pengawet(HPE Hal 596)
-- Pemerian: Serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna.Pemerian: Serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna. -- Nama lain (sinonim): Nipasol; Co sept PNama lain (sinonim): Nipasol; Co sept P
-- nama kimia: Propil P – nama kimia: Propil P – hidroksibenzohidroksibenzoat at (94-13-3)(94-13-3) -- struktur kimia:struktur kimia:
-- Kelarutan: Sangat sukar larut dalam air; larut dalam 3.5 Kelarutan: Sangat sukar larut dalam air; larut dalam 3.5 bagian etanol (95%) P, dalam 3bagian etanol (95%) P, dalam 3
bagian aseton P, dalam 40 bagian
bagian aseton P, dalam 40 bagian minyak lemak, mudah larut dalam larutan alkaliminyak lemak, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida
hidroksida
-- pH stabilitas: 3 – pH stabilitas: 3 – 66
-- Titik lebur: Antara 95 dan 98Titik lebur: Antara 95 dan 98
-- Stabilitas: Stabil pada pH 3Stabilitas: Stabil pada pH 3 – – 6 pada suhu kamar6 pada suhu kamar
-- Inkompatibilitas: Aktivitas pengawet berkurang dengan adanya Inkompatibilitas: Aktivitas pengawet berkurang dengan adanya surfaktan non ionic hasilsurfaktan non ionic hasil
miselasasi Mg Aluminium Silikat, Mg Trisiklat, Yellow non
miselasasi Mg Aluminium Silikat, Mg Trisiklat, Yellow non oxide dan ultramarine biruoxide dan ultramarine biru mengabsorbsi propilparabe
mengabsorbsi propilparaben sehingga efikasi n sehingga efikasi menurun(HPE hal 597)menurun(HPE hal 597)
-- Wadah dan penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik Wadah dan penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik
-- Sifat khusus yang penting untuk Sifat khusus yang penting untuk formulasi:formulasi: Data tidak dit Data tidak ditemukanemukan -- Koefisien partisi zat aktif:Koefisien partisi zat aktif: Data tidak ditemuka Data tidak ditemukann
Methyl ParabenMethyl Parabensebagai pengawet(FI IV)sebagai pengawet(FI IV)
-- Pemerian : hablur, kecil, tidak berawarna Pemerian : hablur, kecil, tidak berawarna atau serbuk hablur putih tidak berbau, atau berbauatau serbuk hablur putih tidak berbau, atau berbau
khas lemah mempunyai sedikit rasa terbakar khas lemah mempunyai sedikit rasa terbakar
-- Nama lain (sinonim) : Nama lain (sinonim) : Aseptoform M, 4-hydroxibenzoic acid methyl ester, Aseptoform M, 4-hydroxibenzoic acid methyl ester, metagin, methylmetagin, methyl
chemosept, methylis parahydroxybenz
chemosept, methylis parahydroxybenzoas, methyl p-hydroxybenzoate, nipagin M, oas, methyl p-hydroxybenzoate, nipagin M, Solbrol M,Solbrol M, Tegosep M, Uniphen P-23
Tegosep M, Uniphen P-23
-- Nama kimia : Nama kimia : methyl-4-hydroxymethyl-4-hydroxybenzoatebenzoate -- Struktur kimiaStruktur kimia
-- Rumus molekul dan bobot molekul : CRumus molekul dan bobot molekul : C88HH88OO33 ; BM=152,15; BM=152,15
-- Kelarutan : sukar larut dalam air, Kelarutan : sukar larut dalam air, dalam benzene dan dalam karbontetraklorida, mudah larutdalam benzene dan dalam karbontetraklorida, mudah larut
dalam etanol dan eter. dalam etanol dan eter.
-- pH larutan dan pH stabilitas : pH larutan dan pH stabilitas : 3,0-6,0 (HPE hal 449)3,0-6,0 (HPE hal 449) -- Titik didih atau titik leleh : jarak lebur Titik didih atau titik leleh : jarak lebur 125125
o o
dan 128 dan 12800
-- Stabilitas (terhadap pH, cahaya, lembab, logam dan panas) : Stabilitas (terhadap pH, cahaya, lembab, logam dan panas) : harus ditempatkan ditemharus ditempatkan ditempat ygpat yg
tertutup baik, sejuk dan
- Inkompatibilitas (terutama dengan bahan eksipien) : dengan zat tambahan seperti bentonit,
Mg trisilikat, talk, tragacanth, sodium alginate, minyak esensial, sorbitol dan atropine(HPE hal 443)
- Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
- Sifat khusus yang penting untuk formulasi (sifat iritasi, bentuk aktif) : data tidak ditemukan - Koefisien partisi zat aktif : data tidak ditemukan
Airsebagai pelarut(FI IV)
- Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau
- Nama lain (sinonim) : Aqua; aqua purificata; hydrogen oxide - nama kimia : air
- struktur kimia : H-O-H
- Rumus molekul dan bobot molekul : H2O ; BM = 18
- Kelarutan :
-- pH stabilitas : antara 5,0-7,0
- Titik didih atau titik leleh : TD 100o C
- Stabilitas : stabil pada semua bentuk fisik (es, cair, uap)
- Inkompatibilitas: Bereaksi dengan obat- obatan dan eksipien lain yang sesceptible untuk
hidrolisis, alkali metal dan oksidanya seperti kalsium oksida, M gO.
- Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
- Sifat khusus yang penting untuk formulasi (sifat iritasi, bentuk aktif) : data tidak ditemukan - Koefisien partisi zat aktif : data tidak ditemukan
Carboxy Metyl Cellulosium Natrium (CMC-Na)(HPE hal 120)
- Pemerian : CMC Na berbentuk butiran serbuk, tidak berbau, berwarna putih hampir putih. - Nama lain (sinonim) : Akucell; Aquasorb; Blanose; cellulose gum; CMC sodium; E466;
Finnfix; Nymcel; SCMC; sodium carboxymethylcellulose; sodium cellulose glycolate; sodium CMC; Tylose CB.
- Nama kimia : Cellulose, carboxymethyl ether, sodium salt. - Struktur kimia :
- Rumus molekul : C8H16NaO8
- Berat molekul : 265.204
- Kelarutan : Praktis tidak larut dalam aseton, etanol (95%), eter, dan toluene. Mudah tersebar
dalam air pada semua suhu, terbentuk jelas,n larutan koloid. Kelarutan air bervariasi sesuai derajat substitusi (DS)
- pH stabilitas : pada pH 7-9
- Titik didih atau titik leleh : Titik leleh 300℃dan titik didih 527.1°C at 760 mmHg - Stabilitas (terhadap pH, cahaya, lembab, logam dan panas) :
-- Inkompatibilitas (terutama dengan bahan eksipien) : CMC Na tidak kompatibel dengan
larutan asam kuat dan dengan garam terlarut dari besi dan beberapa lain logam, seperti aluminium, merkuri, dan seng. Pengendapan dapat terjadi pada pH <2, dan juga bila
dicampur dengan etanol (95%). CMC Na membentuk kompleks coacervates dengan gelatin dan pectin, dan juga membentuk kompleks dengan kolagen dan mampu mempercepat
protein.bermuatan positif tertentu
- Wadah dan penyimpanan :
-- Sifat khusus yang penting untuk formulasi : -- Koefisien partisi zat aktif :
- Butylated Hydroxytoluene (BHT) (British Pharmacopeia hal 852-853)
- Fungsi: sebagai antioksidan
- Pemerian: putih atau putih kekuningan, serbuk Kristal
- Nama lain: Butylhydroxytoluene, (Ph Eur monograph 0581)
- Nama kimia: Butylhydroxytoluene is 2,6-bis(1,1-dimethylethyl)-4-methylphenol - Struktur kimia:
- Rumus molekul dan bobot molekul: C15H24Oıı220.4ı
- Kelarutan: praktis tidak larut dalam air, sangat larut dalam aseton, dapat larut dalam alcohol
dan minyak sayur (30mg/ml)
- pH stabilitas: -- titik leleh: 71
o
C
- titik beku: 69 °C - 70 °C
- stabilitas: ≥2 tahun dalam suhu ruang
- inkompatibilitas: reaktif dengan unsur oksidasi
- wadah dan penyimpanan: simpan di tempat kering, tidak terkena sinar matahari,tertutup rapat - sifat khusus:
-- koefisien partisi:
- Virgin Coconut oil (HPE)
- pemerian : massa putih atau hampir putih bermanis-manispraktis tidak larut dalam air, bebas
larut dalam metilen klorida dan dalam terang cair (pb: 65 ° C sampai 70 ° C), sangat sedikit larut dalam alkohol.
- Nama lain : minyak kelapa - Nama kimia :
-- Struktur kimia :
-- Rumus molekul dan berat molekul :
-- Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, bebas larut dalam metilen klorida dan dalam terang
cair (pb: 65 ° C sampai 70 ° C), sangat sedikit larut dalam alkohol.
- pH : < 7
- Titik cair : 23 ° C sampai 26 ° C - Titik didih : 225° C
- Stabilitas :
-- Wadah dan Penyimpanan : Simpan dalam wadah yang dipenuhi dengan baik, terlindung dari
cahaya.
- Sifat khusus yang penting untuk formulasi (sifat iritasi, bentuk aktif) : -- Koefisien partisi zat aktif :
-4. Usulan Formula
Kelompok kami memutuskan untuk tidak memakai methyl paraben sebagai usulan formula sediaan emulsi vco kami karena methyl paraben tidak dapat larut dalam air dan VCO.
R/ Virgin coconut oil 30% CMC-Na 7,5%
BHT 0,1%
Propyl Paraben 0,02% FD&C Green q.s
Aqua bebas CO2 15% (untuk korpus emulsi)
5. Formula
R/ Virgin coconut oil 30% CMC-Na 1 %
BHT 0,1%
Methyl Paraben 0,18% Propyl Paraben 0,02% FD&C Green q.s
Aqua bebas CO2 15% (untuk korpus emulsi)
6. Perhitungan
R/ Minyak : Air : Emulgator4:2:1 Virgin Coconut oil 30% 1 botol (60 ml)= 30/100x60= 18ml Dilebihkan 2%= 18,36ml Dilebihkan 10%= 20,196ml 5 botol= 5x 20,196ml= 100,98ml Propyl Paraben 0,02% 1 botol (60 ml)= 0,02/100x60= 0,012 gram Dilebihkan 2%= 0,01224 gram Dilebihkan 10%= 0,013464 gram
5 botol= 5x 0,013464 gram= 0,06732 gram BHT 0,1% 1 botol (60 ml)= 0,1/100x60= 0,06 gram Dilebihkan 2%= 0,0612 gram Dilebihkan 10%= 0,06732 gram 5 botol= 5x 0,06732= 0,3366 gram CMC-Na 1% 1 botol (60 ml)= 1/100x60= 0,6 gram Dilebihkan 2%= 0,612 gram Dilebihkan 10%= 0,6732 gram 5 botol= 5x 5,049=3,366 gram Aqua bebas CO215% 1 botol (60 ml)= 15/100x60= 9ml Dilebihkan 2%= 9,18 ml Dilebihkan 10%= 10,098 ml 5 botol= 5x 10,098ml= 50,49 ml 7. Penimbangan
Nama Bahan volume 5 ml volume 60 ml volume 61,2mlx5 botol 61,2mlx10 botol
VCO 30% 1,683ml 20,196ml 100,98ml 201,96ml
BHT 0,1% 0,00561g 0,06732 gram 0,3366 gram 0,6732g
CMC-Na 0.42075g 5,049 gram 3,366 gram 6,732g
Propil Paraben
8. Prosedur pembuatan
- Cara Basah Botol kaca bening
dikalibrasi sebanyak 5 buah dengan volume 61,2 ml Beaker glass
dkalibrasi 306 ml Aqua
diambil sebanyak 350 ml masukkan dalam beaker glass panaskan di atas penangas air hingga suhu 800 Csegera tutup beaker glass dengan penutup terbentuk aqua bebas CO2
VCO(4)
ditimbang sebanyak 100,98 ml dalam gelas ukur CMC Na (5)
ditimbang sebanyak 3,366 gram dengan timbangan digital Aqua bebas CO2 (6)
diukur sebanyak 63,75 ml dalam gelas ukur Propylparaben (7)
ditimbang sebanyak 0,06732 gram dengan timbangan digital BHT (8)
Timbang sebanyak 0,3366 gram dengan timbangan digital gerus ad halus FD&C Green q.s (9)
Ambil larutkan dalam air pada tabung reaksi
Pembuatan korpus emulsi cara basah
11. Sebagian/ setengah bagian dari (6) dituangkan ke dalam mortar (5) disebarkan dalam mortar yang telah diisi setengah bagian dari (6) sebelumnya aduk terus secara cepat ad terbasahi sempurna
12. Tambahkan (4) sedikit demi sedikit ke (10) aduk terus secara cepat ad homogen
Aqua bebas CO2
13. Tambahkan (8) sedikit demi sedikit ke (11) aduk terus secara cepat ad homogen
14. Tambahkan sisa bagian (6) sedikit demi sedikit ke (12) aduk terus secara cepat ad homogen 15. Tambahkan (7) sedikit demi sedikit ke (13) aduk terus secara cepat ad homogen
16. Tambahkan (9) sedikit demi sedikit q.s ke (14) aduk terus secara cepat ad homogen
17. (15) dituang ke dalam beaker glass (2) ditambahkan (3) ad 306 ml aduk terus secara cepat ad larut ad homogen dengan gelas pengaduk
18. (16) dituang perlahan ke masing-masing botol (1) ad batas kalibrasi
19. (17) ditutup dengan tutup botol diberi etiket dimasukkan ke dalam kotak kemasan diberi brosur
20. Dilakukan evaluasi akhir sediaan VCO
Hasil
-Cara Kering
Botol kaca bening
dikalibrasi sebanyak 5 buah dengan volume 61,2 ml Beaker glass
dkalibrasi 306 ml Aqua
diambil sebanyak 350 ml masukkan dalam beaker glass panaskan di atas penangas air hingga suhu 800 Csegera tutup beaker glass dengan penutup terbentuk aqua bebas CO2
VCO(4)
ditimbang sebanyak 100,98 ml dalam gelas ukur CMC Na (5)
ditimbang sebanyak 3,366 gram dengan timbangan digital Aqua bebas CO2 (6)
diukur sebanyak 63,75 ml dalam gelas ukur Propylparaben (7)
BHT (8)
Timbang sebanyak 0,3366 gram dengan timbangan digital gerus ad halus FD&C Green q.s (9)
Ambil larutkan dalam air pada tabung reaksi
Pembuatan korpus emulsi
Masukkan (4), (5), (6) ke dalam beaker glass aduk dengan kecepatan tertinggi dengan menggunakan Tambahkan air sedikit demi sedikit, dan tambahkan (7), (8) aduk ad homogen.
Tambahkan sisa air ad 306 ml.
Tambahkan FD&C Green qs aduk ad homogen. Masukkan dalam kemasan, beri etiket, lakukan evaluasi Evaluasi
Hasil
9. Uji mutu Farmasetik Sediaan Akhir evalusi organoleptik
- meliputi warna, bau, dan rasa
evaluasi kejernihan
- alat : tabung reaksi alas datar 15 mm – 25 mm, tidak bewarna, transparan dari
kaca netral
- prosedur : 1. Masukkan dalam 2 tabung masing – masing sample
2. bandingkan selama 5 menit dengan latar belakang hitam tegak lurus ke arah tabung
3. sediaan di nyatakan jernih jika kejenihan sample sama dengan pembanding
penetapan bobot jenis
- alat : piknometer bersih, kering, dan terkalibrasi
- prosedur : 1. Ukur bobot piknometer kosong dan pikno + air pada suhu 25
o
C 2. ukur bobot pikno + sample
3. BJ sample : bobot pikno + sample - bobot pikno
Bobot pikno + air - bobot pikno penetapan PH
- alat : potensiometri ( PH meter ) terkalibrasi
- prosedur : pengukuran dilakukan pada suhu 25oC + 2oC, kecuali di nyatakan lain pada
masing – masing monografi uji volume terpindahkan
- alat : gelas ukur terkalibrasi - prosedur : 1. Pilih 10 wadah
2. kocok isi 10 wadah satu per satu
3. tuang isi perlahan – lahan ke dalam gelas ukur 4. diamkan selama 30 menit
5. ukur volume tiap wadah
6. volume rata – rata 10 wadah tidak kurang dari 100% 7. tidak 1 pun volume wadah yg < 95% dari etiket Pengujian tipe emulsi
A. metode daya hantar listrik
prosedur : emulsi yang di buat di masukkan ke dalam gelas piala, kemudian di hubungkan dengan rangkaian arus listrik, jika lampu menyalam maka emulsi adalah tipe minyak dalam air, jika lampu tidak menyala maka emulsi tersebut tipe air dalam minyak
B. metode pengenceran alat : gelas piala
prosedur : emulsi yang telah di buat di masukkan ke dalam gelas piala, kemudian di encerkan dengan air, jika emulsi dapat di encerkan maka tipe emulsi adalah minyak dalam air sebaliknya jika tidak dapat di encerkan maka tipe emulsi adalah air dalam minyak
evaluasi pengukuran viskositas dan sifat aliran
- prinsip : penetapan waktu yang di butuhkan oleh sejumlah volume tertentu sample
untuk mengalir melalui kapiler
- tujuan : mengukur viskositas dan sifat alir dari sediaan emulsi - metoda : menggunakan viskometer terkalibrasi
- penafsiran hasil : sediaan di ketahui viskositasnya dan sifat alirannya
evaluasi tinggi sedimentasi
- prinsip : penetapan tinggi sedimentasi emulsi VCO 30% - tujuan : mengetahui kestabilan emulsi dalam bentuk sedimen
- metode : 1. Sediaan di masukkan ke dalam tabung yang berskala
2. volume yang di isikan merupakan volume awal (Vo)
3. setelah beberapa waktu / hari di amati vol sedimen yang terbentuk (Vu)
4. hitung volume sedimentasi F = Vu /V0
- penafsiran hasil : - F = 1 flocculation equilibrum ( merupakan sediaan yang baik ) - F > 1 terjadi flocculation yang sangat longgar sehingga vol sediaan
lebih besar dari volume awal
- formula suspensi lebih baik jika di hasilkan kurva garis yang lurus atau sedikit curam
kemampuan redispersi
- prinsip : penetapan kemampuan redispersi sediaan emulsi VCO 30 %
- tujuan : mengetahui waktu yang di butuhkan sediaan suspensi untuk redispersi
sedimen yang terbentuk
- metode : sediaan yang sudah membentuk sedimen di kocok dengan tangan. Titik
akhirnya adalah jika pada dasar tabung tidak lagi terdapat endapan
- penafsiran hasil : kemampuan redispersi baik bila suspensi telah terdispersi
sempurna dengan pengocokan tangan maksimum 30 detik stabilitas emulsi
- prinsip : penetapan stabilitas sediaan emulsi - tujuan : mengetahui stabilitas sediaan emulsi
- metode : sediaan yang sudah membentuk sedimen di kocok dengan tangan, dilihat
- penafsiran hasil : stabilitas emulsi baik bila emulsi tidak pecah dan tidak terjadi
ketidaksatbilan emulsi
10. Tabel Data Pengamatan
11. a. Tabel Data Pengamatan
Proses Pembuatan Sediaan dengan Pembuatan Korpus Emulsi Cara Basah
No Perlakuan Pengamatan
1 Kalibrasi botol kaca bening sebanyak 5 buah dengan volume 61,2 ml
Semua botol telah terkalibrasi dengan volume 61,2 ml
2 Kalibrasi beaker glass 306 ml Beaker glass telah terkalibrasi dengan volume 306 ml
3 Ambil aqua sebanyak 350 ml masukkan dalam beaker glass panaskan di atas penangas air hingga suhu 800 C segera tutup beaker glass dengan penutup terbentuk aqua bebas CO2
Didapatkan aqua bebas CO2 sebanyak 500 ml
4 Timbang VCO sebanyak 100,98 ml dalam gelas ukur
Parafin cair sebanyak 100,98 ml Cairan kental berwarna bening 5 Timbang CMC Na sebanyak 3,366
gram dengan timbangan digital
PGA sebanyak 3,366 gram Serbuk hablur putih
6 Ukur Aqua bebas CO2 (2) sebanyak
63,75 ml dalam gelas ukur
Aqua bebas CO2(2) sebanyak 63,75 ml
dalam gelas ukur 7 Timbang propylparaben sebanyak
0,06732 gram dengan timbangan digital
Propylparaben banyak 0,06732 gram Serbuk berwarna putih
8 Timbang BHT sebanyak 0,3366 gram dengan timbangan digital gerus ad halus
BHT sebanyak 0,3366 gram dengan timbangan digital
Serbuk berwarna putih 9 Ambil FD&C Green q.s larutkan
dalam air pada tabung reaksi
Cairan FD&C Green berwarna hijau
10 Sebagian/ setengah bagian dari (6) dituangkan ke dalam mortar (5) disebarkan dalam mortar yang telah diisi setengah bagian dari (6) sebelumnya aduk terus secara cepat ad terbasahi sempurna
CMC Na dan air tercampur dengan merata terbentuk cairan kental berwarna putih
11 Tambahkan (4) sedikit demi sedikit ke (10) aduk terus secara cepat ad homogen
VCO terlarut pada campuran no 10 sampai homogen
Terbentuk larutan berwarna putih dan homogen
12 Tambahkan (8) sedikit demi sedikit ke (11) aduk terus secara cepat ad homogen
BHT terlarut homogen pada larutan no 11 Terbentuk larutan berwarna putih dan homogen
13 Tambahkan sisa bagian (6) sedikit demi sedikit ke (12) aduk terus secara cepat ad homogen
Terbentuk larutan berwarna putih dan homogen
14 Tambahkan (7) sedikit demi sedikit ke (13) aduk terus secara cepat ad homogen
Propylparaben terlarut pada no 13 Terbentuk larutan berwarna putih dan homogen
15 Tambahkan (9) sedikit demi sedikit q.s ke (14) aduk terus secara cepat ad homogen
Larutan berwarna hijau setelah dilakukan penambahan FD&C Green
16 (15) dituang ke dalam beaker glass (2) ditambahkan (3) ad 306 ml aduk terus secara cepat ad larut ad homogen dengan gelas pengaduk
Larutan berwarna hijau muda dengan volume 306 ml dan homogen
17 (16) dituang perlahan ke masing-masing botol (1) ad batas kalibrasi
Larutan 16 terbagi merata pada 5 botol dengan volume masing-masing 100 ml 18 (17) ditutup dengan tutup botol
diberi etiket dimasukkan ke dalam kotak kemasan diberi brosur
Botol telah berisi emulsi dan telah beretiket
Dan sudah berada di dalam kemasan
19 Dilakukan evaluasi akhir sediaan VCO Hasil evaluasi pada “Tabel Hasil Evaluasi”
Proses Pembuatan Sediaan dengan Pembuatan Korpus Emulsi Cara Kering
No Perlakuan Pengamatan
1 Kalibrasi botol kaca bening sebanyak 5 buah dengan volume 61,2 ml
Didapatkan botol dengan penanda volume 61,2 ml
2 Kalibrasi beaker glass 306 ml Didapatkan beaker glass dengan penanda volume 306 ml
3 Ambil aqua sebanyak 350 ml masukkan dalam beaker glass panaskan di atas penangas air hingga suhu 800 C segera tutup beaker glass dengan penutup
Didapat air dengan suhu 800 C dan terbentuk aqua bebas CO2
4 Timbang VCO sebanyak 100,98 ml dalam gelas ukur
VCO dengan volume 100,98 ml, berupa cairan kental berwarna agak keruh
5 Timbang CMC Na sebanyak 3,366 gram dengan timbangan digital
CMC Na dengan massa 3,366 gram, berupa serbuk berwarna putih
6 Ukur Aqua bebas CO2 (2) sebanyak
63,75 ml dalam gelas ukur
Aqua bebas CO2 dengan volume 63,75 ml
(air panas) 7 Timbang Propylparaben sebanyak
0,06732 gram dengan timbangan digital
8 Timbang BHT sebanyak 0,3366 gram dengan timbangan digital gerus ad halus dilarutkan dalam air
BHT dengan massa 0,3366 gram, BHT agak susah larut dalam air (sudah dilakukan dengan pengadukan maksimal)
9 Ambil FD&C Green q.s larutkan dalam air pada tabung reaksi
FD&C Green berwarna hijau, ketika dilarutkan ke air dan berbau khas
10 Masukkan (4), (5), (6) ke dalam beaker glass aduk dengan kecepatan tertinggi dengan menggunakan stirrer sampai terbentuk massa kental
Didapatkan larutan kental, berwarna putih
11 Tambahkan air sedikit demi sedikit, dan tambahkan (7), (8) aduk ad homogen.
Terbentuk larutan kental yang semakin lama membentuk massa yang lebih kental.
Dengan pengadukan yang intens, sambil menghancurkan bentuk massa kentalnya didapatkan larutan emulsi kental berwarna putih seperti susu
12 Tambahkan sisa air ad 306 ml. Penambahan air sangat membantu dalam penghancuran massa kentalnya sehingga terbentuk suatu emulsi yang kekentalannya cukup dan bagus
13 Tambahkan FD&C Green qs aduk ad homogen.
Dengan penambahan FD&C Green, emulsi terlihat sempurna sebagai emollient.
14 Masukkan dalam kemasan, beri etiket, lakukan evaluasi
VCO dengan warna hijau muda, telah terbentuk jadi lengkap dengan etiketnya 15 Evaluasi Hasil lengkap ada di hasil evaluasi
12. Hasil Evaluasi No Waktu Pengamatan Jenis Evaluasi yang Dilakukan Hasil Evaluasi
1 Evaluasi ke-1 Kamis,
19 April 2012
Organoleptik Rasa:manis Bau:kelapa
Warna:hijau muda
Rasa:manis Bau:kelapa
Warna:hijau muda
Kejernihan Jernih tidak timbul endapan/butiran
Jernih tidak timbul endapan/butiran
Bobot Jenis Pikno kosong=15,720 g Pikno+air=40,785 g Pikno+sampel= 40,26 g Sehingga, BJ sediaan= 1,02 Pikno kosong=15,720 g Pikno+air=40,785 g Pikno+sampel= 40,28 g Sehingga, BJ sediaan= 1,021 pH 7 8
Tipe emulsi Tipe emulsi o/w Tipe emulsi o/w Tinggi
Sedimentasi
Volume awal= 16 ml Volume awal= 12 ml
Volume terpindahkan Botol 1=51 ml Botol 2=52 ml Botol 3=51 ml Botol 4=51 ml Botol 5=52 ml Jumlah=257 ml Rata-rata volume terpindahkan botol = 51,4 ml Botol 1=56 ml Botol 2=54 ml Botol 3=55 ml Botol 4=56 ml Botol 5=55 ml Jumlah=276 ml Rata-rata volume terpindahkan botol = 55,2 ml
Waktu redispersi 10 detik 8 detik Stabilitas Emulsi Stabil Stabil 2 Evaluasi ke-2 Kamis, 26 April 2012
Organoleptik Rasa:hambar Bau:kelapa
Warna:hijau muda
Rasa:hambar Bau:kelapa
Warna:hijau muda
Kejernihan timbul
endapan/butiran. Fase minyak dan air terpisah
timbul
endapan/butiran. Fase minyak dan air terpisah
pH 7 6
Tipe emulsi Tipe emulsi o/w Tipe emulsi o/w Tinggi Sedimentasi F=Vu:Vo =4:16 =0,25 F=Vu:Vo =1,5:12 =0,125 Waktu redispersi 8 detik 10 detik Stabilitas Emulsi Stabil Stabil 3 Evaluasi ke-3 Jumat, 4 Mei 2012
Organoleptik Rasa:hambar Bau:tidak enak Warna:hijau
Rasa:hambar Bau: sangattidak enak
Kejernihan timbul
endapan/butiran. Fase minyak dan air terpisah
timbul
endapan/butiran. Fase minyak dan air terpisah
pH 6 6
Tipe emulsi Tipe emulsi o/w Tipe emulsi o/w Tinggi Sedimentasi F=Vu:Vo F=7:16=0,4375 F=Vu:Vo F=5:12=0,4166 Waktu redispersi 10 detik 8 detik Stabilitas Emulsi Stabil Stabil 13. Pembahasan 13.1. Analisa Prosedur
Pembahasan Pembuatan Sediaan dengan Pembuatan Korpus Emulsi Cara Basah
Analisa Prosedur selama Proses Pembuatan Sediaan
Setelah menyelesaikan praktikum formulasi sediaan emulsi, praktikan dapat membahas rangkaian analisa proses sediaan emulsi yang dibuat dengan metode pembuatan korpus emulsi cara basah. Pertama semua alat-alat yang digunakan dicuci terlebih dahulu agar tidak ada pengotor yang dapat mempengaruhi hasil sediaan. Kemudian botol-botol yang telah disiapkam dicuci dan dikalibrasi dengan volume 61,2 ml tiap botolnya. Juga kalibrasi beaker glass dengan volume 306 ml untuk memudahkan penambahan air pada akhir pembuatan. Tidak lupa untuk membuat air yang bebas CO2 agar air yang digunakan sudah bebas bakteri karena sebelumnya digunakan air yang langsung diambil dari kran.
Kedua dilakukan pengambilan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat sediaan. VCO 100,98 ml diambil dengan memakai gelas ukur karena sediaannya berupa cairan dan
aquades bebas CO2 diukur dengan gelas ukur sebanyak 67,5. CMC Na ditimbang 25,245 mg, Propylparaben ditimbang 0,06732 g, dan BHT ditimbang 0,3366 g. Bahan-bahan tersebut ditimbang memakai alat timbangan digital agar hasil yang didapatkan persis seperti yang diinginkan. Untuk FD&C blue karena yang dibutuhkan hanya q.s dapat diambil dengan pipet tetes sampai rasa yang diinginkan sudah sesuai.
Ketiga dilakukan proses pembuatan sediaan. Yang dilakukan pertama adalah menuang air bebas CO2 sebanyak 67,5 ml ke dalam mortar kemudian ditambahkan CMC Na secara merata di permukaan mortar, saat penambahan CMC Na harus dilakukan pengadukan dengan cepat hingga korpus emulsi terbentuk. Dilakukan pengadukan cepat agar CMC Na tidak menjadi keras dan lengket. Ditambahkan VCO sedikit demi sedikit sampai habis dan diaduk cepat. Setelah pengadukan selesai dan telah homogen ditambahkan BHT yang dilarutkan terlebih dahulu dengan aqua bebas CO2 qs. Setelah ditimbang ke dalam mortar yang berisi CMC Na dan air. Saat penambahan pun harus dilakukan pengadukan dengan cepat sampai homogen mencegah terjadinya penggumpalan. Kemudian sisa aqua dan methylparaben dimasukkan ke dalam mortar dan diaduk cepat sampai homogen. Setelah sediaan siap dipindahkan ke dalam beaker glass yang telah dikalibrasi dengan volume 306 ml. Tambahkan FD&C blue secukupnya dan diaduk hingga homogen. Kemudian ditambahkan air sampai batas kalibrasi untuk mendapatkan sediaan untuk 5 botol. Sediaan diaduk sampai homogen dan setelah homogen sediaan dimasukkan ke dalam botol yang telah dikalibrasi dengan volume 306 ml dan hasilnya tepat 61,2 ml tiap botol. Jika semua sudah berada di dalam botol, maka botol diberi etiket, dimasukkan kemasan dan diberi brosur. Terakhir dilakukan evaluasi sediaan akhir untuk mengetahui bagaimana sediaan telah selesai dibuat.
Pembahasan Proses Pembuatan Sediaan dengan Pembuatan Korpus Emulsi Cara Kering
Analisa Prosedur selama Proses Pembuatan Sediaan
Setelah menyelesaikan praktikum formulasi sediaan emulsi, praktikan dapat membahas rangkaian analisa proses sediaan emulsi yang dibuat dengan metode pembuatan korpus emulsi cara kering. Setelah menyelesaikan praktikum formulasi sediaan emulsi, praktikan dapat membahas rangkaian analisa proses sediaan emulsi yang dibuat dengan metode pembuatan korpus emulsi cara kering. Terdapat 4 tahap yaitu, tahap preparasi dan kalibrasi,
tahap penimbangan dan pengukuran, tahap pencampuran dan tahap pengemasan dan evaluasi. Pada tahap pertama dilakukan kalibrasi botol 61,2 ml terhadap setiap botol, dalam praktikum ini botol yang digunakan adalah 5 botol, hal ini dilakukan agar emulsi yang di dapat dalam botol bervolume tepat yaitu 61,2 ml. kemudian dilakukan kalibrasi pada beaker glass 1000 ml, dikalibrasi dengan volume 306 ml, dilakukan untuk mengukur secara langsung emulsi yang diperlukan untuk 5 botol, dilebihkan 10 ml tujuannya agar volume tiap botol dapat dicapai meskipun ada sejumlah emulsi yang tertinggal pada masa pembuatan. Selanjutnya dan masih dalam tahap preparasi yaitu membuat Aqua bebas CO 2 ,pembuatan air
ini dapat dilakukan dengan mendidihkan aqua sebanyak 500 ml dalam beaker glass di atas penangas air hingga suhu 800 C, aqua bebas CO2digunakan sebagai pelarut, mengapa harus
bebas CO2, agar larutan bebas bakteri dan mikroba.
Kemudian adalah tahap penimbangan dan pengukuran. Penimbangan dilakukan pada bahan CMC Na sebanyak 3,366 gram, propylparaben 0,06732 gram, BHT sebanyak 0,3366 gram, penimbangan dilakukan pada timbangan digital sehinga didapatkan jumlah massa bahan yang tepat, sebelum timbangan digunakan,timbangan di lap, agar tidak ada kotoran yang mempengaruhi penimbangan, kemudian pada timmbangan di taruh perkamen sebagai wadah bahan, selanjutnya timbangan di re-zero, agar penimbangan tepat dan cepat tidak perlu di kurangkan lagi antara massa perkamen dan massa total, setelah di dapat diganti dengan penimbangan bahan lain dengan prosedur yang sama. Khusus untuk BHT yang bentuk bahannya adalah berbentuk bongkahan kasar, maka BHT perlu di gerus kemudian dilarutkan dalam aqua bebas CO2. BHT agak sukar larut dalam air, sehingga diperlukan pengadukan yang ekstra maksimal. Pada fase pengukuran, pengukuran dilakukan pada VCO sebanyak 100,98 ml dan Aqua bebas CO2 sebanyak 63,75 ml, pengukuran dilakukan dengan
menggunakan gelas ukur dan dilihat miniskus bawahnya pada index gelas ukur. Kemudian tinggal satu lagi bahan yang tidak perlu diukur dan ditimbang yaitu pewarna FD&C blue, diambil secukupnya dan dilarutkan dalam air.
Kemudian masuk ke dalam tahap pencampuran. Pencampuran pertama adalah melarutkan bahan aktif, emulgator dan air (VCO sebanyak 100,98 ml, CMC Na sebanyak 3,366 gram, Aqua bebas CO2sebanyak 63,75 ml) ke dalam beaker glass, kemudian diaduk menggunakan
stirrer dengan kecepatan tetinggi, hal ini agar di dapat suatu emulsi yang campur dengan sempurna. Di sela-sela masa tersebut di tambahkan sedikit-demi sedikit air agar pelarutannya
semakin sempurna, kemudian ditambahkan antimikroba dan antioksidannya (Propylparaben sebanyak 0,06732 gram dan BHT sebanyak 0,3366 gram), tetap dalam keadaan pengadukan dengan stirrer, setelah itu tambahkan air ad 306 ml, dengan menyesuaikan pada label tanda kalibrasi di awal. Terakhir diberi pewarna FD&C Blue sampai berubah warna menjadi biru. Dan kemudian di masukkan ke dalam masing-masing botol yang sudah di kalibrasi di awal. Tahap selanjutnya adalah pengemasan dan evaluasi, yaitu dengan menempelkan etiket pada 5 botol dan memasukkannya dalam wadah. Kemudian 4 botol yang lain digunakan untuk evaluasi, prosedur evaluasi dan analisa hasil evaluasi akan dijelaskan di bagian selanjutnya.
13.2. Analisa Hasil
Analisa Hasil Cara Kering
Setelah menyelesaikan praktikum formulasi sediaan emulsi, praktikan dapat membahas hasil dari sediaan emulsi yang dibuat dengan metode pembuatan korpus emulsi cara kering. Tipe emulsi yang telah dibuat dari praktikum ini adalah emulsi tipe O/W menggunakan zat aktif virgin coconut oil yang merupakan golongan minyak. Pada praktikum formulasi sediaan solid ini, praktikan memutuskan untuk membuat sediaan sediaan oral, walaupun virgin coconut oil sebenarnya dapat juga dijadikan sediaan topikal. Alasan pembuatan emulsi virgin coconut oil dengan tipe O/W sebagai sediaan oral karena kandungan asam laurat yang ada pada virgin coconut oil ini mudah dioksidasi serta dapat menarik molekul berat untuk turut dibakar menjadi tenaga. Mekanisme ini memungkinkan tubuh untuk membersihkan pembuluh darah dari plakplak, turut membakar kolesterol dan lemak-lemak tubuh yang berlebihan. Dengan pemakaian rutin jangka panjang akan menurunkan tekanan darah tinggi, menurunkan kolesterol, mengurangi stroke dan seranganjantung. Dan juga bisa untuk sediaan topikal karena sediaan tersebut adalah karena sediaan merupakan salah satu kosmetik yang digunakan sebagai emollient kulit dimana penggunaannya tidak membutuhkan waktu lama untuk melekat pada kulit, selain itu untuk memberikan kenyamanan kepada konsumen dan juga bisa untuk menghilangkan jerawat karena efek antibakteri dari virgin coconut oil, karena
sediaan yang berbasis minyak jika dipakai pada kulit akan timbul rasa tidak nyaman oleh karena itu dipilih tipe emulsi O/W .
Dari hasil uji organoleptik hari pertama tersebut didapatkan sediaan mempunyai rasa manis, bau kelapa dan berwarna hijau. Bau kelapa didapatkan dari virgin coconut oil tersebut, sedangkan warna hijau didapatkan dari FD&C green. Lalu dari segi rasa atau tekstur di tangan, jika dioleskan ke kulit sediaan mempunyai rasa dingin dan encer. Pada evaluasi minggu ke-2, emulsi tersebut memisah menjadi 3 bagian menjadi 3 komponen cair, pada lapisan paling atas berwarna putih bening, lapisan tengah putih dan lapisan bawah hijau bening. Pada lapisan tengah terdapat buih berwarna putih yang menandakan adanya creaming karena fase terdispersi yang lebih kecil dibanding fase pendispersi. Sedangkan adanya pemisahan pada lapisan ke-3 yaitu putih bening dengan lapisan ke-1 mengindikasikan bahwa emulsi tersebut mengalami demulsifikasi. Selama proses creaming tidak terjadi pemecahan emulsi, tetapi bila terus berlanjut akan terjadi penggabungan partikel-partikel menjadi lebih besar yang akan mengawali terjadinya demulsifikasi. Hal ini berhubungan dengan hokum Stokes yang menyatakan bahwa laju pemisahan berbanding lurus dengan jari-jari partikel dan perbedaan densitas antara kedua fasa, namun berbanding terbalik dengan viskositas larutan. Penyebab terjadinya demulsifikasi ini, bisa disebabkan oleh karena pengaruh eksternal seperti suhu maupun cahaya ataupun karena proses pengadukan yang kurang sempurna dan kesalahan praktikan dalam menimbang bahan-bahan yang digunakan atau karena ketidaktepatan komposisi dari sediaan. Kemungkinan karena botol yang digunakan adalah botol bening sehingga cahaya yang masuk ke sediaan cukup banyak. Demulsifikasi ini termasuk ke tahap flokulasi karena ketika dilakukan pengocokan bisa terdispersi secara sempurna. Selanjutnya jika ditinjau dari segi rasa, pada minggu kedua waktu pengamatan rasa manis emulsi tersebut sudah hilang bau kelapa masih, hal ini bisa dikarenakan memang sejak awal rasa manis hanya didapat dari virgin coconut oil saja tanpa adanya tambahan zat pemanis sehingga rasa manis cepat hilang.
Pada minggu ke-3 rasa sudah tidak enak dan adanya bau tidak enak pada emulsi. Hal ini terjadi mungkin karena adanya inkompatibel methylparaben dan virgin coconut oil (HPE hal 466). Sehingga methylparaben tidak bekerja maksimal. Terlihat juga emulsi tersebut memisah menjadi 3 bagian menjadi 3 komponen cair, pada lapisan paling atas berwarna putih bening, lapisan tengah putih dan lapisan bawah hijau bening. Hal ini mengindikasikan bahwa emulsi tersebut mengalami demulsifikasi sama seperti minggu ke-2.
Bobot jenis yang didapat adalah 0,98 g/L. Dapat dilihat bahwa berat jenisnya lebih kecil dari air sebagai pendispersinya (BJ air = 1 g/L). Hal ini dapat menunjukkan kemampuan emulsi untuk mempertahankan stabilitasnya, karena BJ fase terdispersi lebih kecil dari fase pendispersi sehingga menyebabkan emulsi memisah dan membentuk creaming dengan posisi fase terdispersi diatas karena BJ fase terdispersi lebih kecil dari fase pendispersi. Jika fase terdispersi kurang rapat dibandingkan dengan fase kontinyu, kecepatan sedimentasi menjadi negatif, yakni, dihasilkannya creaming yang mengarah ke atas (Martin dkk, 1990).
Hasil pengujian waktu redispersi menunjukkan emulsi dapat teredispersi setelah dikocok rata – rata selama 10 detik. Hal ini menunjukkan emulsi sudah baik karena emulsi yang baik
teredispersi setelah dikocok dalam waktu kurang dari 30 detik.
Hasil pengujian pH menunjukkan angka 7 pada minggu ke-1 dan ke-2. pH merupakan komponen yang sangat penting bagi sediaan topikal, karena pH yang tidak sesuai dengan pH kulit akan menimbulkan iritasi. Oleh karena itu dalam sediaan ini dibutuhkan pendapar untuk mendapar pH sediaan agar tidak terlalu asam dan mengiritasi kulit. Berdasarkan Conditioning Agents for Hair and Skin karya Randy Schueller,pH normal kulit sedikit asam yakni berkisar antara 4-6. Tujuan dari pH yang sedikit asam ini adalah sebagai lini pertama dalam pertahanan tubuh terhadap bakteri. Sediaan krim ini memiliki pH 5 yang artinya berada dalam rentang normal pH kulit, sehingga sediaan ini tidak iritatif terhadap kulit, dan sangat layak digunakan (Schueller, 1999). Sementara pH yang dihasilkan tidak sesuai dengan rentang pH untuk sediaan topical. Sehingga, diperlukan dapar fosfat untuk menurunkan pH tersebut dan juga buffer pH untuk mencegah pH tersebut tetap sesuai dengan rentang kulit yaitu 6.
Pada minggu ke-3 pH turun menjadi 6. pH emulsi turun karena adanya kontaminasi mikroba dari alat-alat praktikum yang kurang bersih ataupun dari proses pengadukan. Kontaminasi emulsi oleh mikroorganisme dapat mempengaruhi sifat fisikokimia sediaan, seperti perubahan warna dan bau, perubahan pH.
Hasil uji penentuan tipe emulsi adalah bahwa tipe emulsinya adalah O/W. Hal tersebut berdasarkan hasil pengujian minggu pertama hingga minggu keempat pengujian, hasilnya menunjukkan emulsi tersebut adalah O/W dimana pada pengujian menggunakan metode zat warna metilen blue dihasilkan warna yang merata, menunjukkan tipe emulsinya minyak dalam air.
Hasil uji tinggi sedimentasi sediaan emulsi pada evaluasi kedua dan evaluasi ketiga adalah : F2=0,25 dan F3=0,4375. Suatu emulsi yang baik akan menunjukan nilai F=1 karena menunjukkan flocculation equilibrium, yaitu tidak mengalami flokulasi. Pada sediaan emulsi ini, nilai F<1, yang artinya emulsi tersebut tidak terjadi flokulasi.dan ketika digambar dengan kurva dihasilkan garis yang lurus, maka dapat dikatakan sediaan emulsi tersebut cukup baik. Uji volume terpindahkan pada sediaan ini berturut-turut adalah botol 1=51 ml, botol 2=52 ml, botol 3=51 ml, botol 4=51 ml, botol 5=52 ml, sehingga jumlah volume =205,7 ml dan rata-rata volume terpindahkan botol =51,4 ml, dapat dikatakan bahwa sediaan ini tidak lolos uji volume terpindahkan, karena volume rata-rata sediaan kurang dari 100% dan volume kurang dari 95% dari etiket. Hal ini dikarenakan banyak sediaan yang menempel pada botol dan tidak bisa mengalir semua sehingga tidak didapatkan volume 100%.
Analisa Hasil Cara Basah
Setelah menyelesaikan praktikum formulasi sediaan emulsi, praktikan dapat membahas hasil dari sediaan emulsi yang dibuat dengan metode pembuatan korpus emulsi cara basah. Tipe emulsi yang telah dibuat dari praktikum ini adalah emulsi tipe O/W menggunakan zat aktif virgin coconut oil yang merupakan golongan minyak. Pada praktikum formulasi sediaan solid ini, praktikan memutuskan untuk membuat sediaan sediaan oral, walaupun virgin coconut oil sebenarnya dapat juga dijadikan sediaan topikal. Alasan pembuatan emulsi virgin coconut oil dengan tipe O/W sebagai sediaan oral karena kandungan asam laurat yang ada pada virgin coconut oil ini mudah dioksidasi serta dapat menarik molekul berat untuk turut dibakar menjadi tenaga. Mekanisme ini memungkinkan tubuh untuk membersihkan pembuluh darah dari plakplak, turut membakar kolesterol dan lemak-lemak tubuh yang berlebihan. Dengan pemakaian rutin jangka panjang akan menurunkan tekanan darah tinggi, menurunkan kolesterol, mengurangi stroke dan seranganjantung. Dan juga bisa untuk sediaan topikal karena sediaan tersebut adalah karena sediaan merupakan salah satu kosmetik yang digunakan sebagai emollient kulit dimana penggunaannya tidak membutuhkan waktu lama untuk melekat pada kulit, selain itu untuk memberikan kenyamanan kepada konsumen dan juga bisa untuk menghilangkan jerawat karena efek antibakteri dari virgin coconut oil, karena
sediaan yang berbasis minyak jika dipakai pada kulit akan timbul rasa tidak nyaman oleh karena itu dipilih tipe emulsi O/W .
Dari hasil uji organoleptik hari pertama tersebut didapatkan sediaan mempunyai rasa manis, bau kelapa dan berwarna hijau. Bau kelapa didapatkan dari virgin coconut oil tersebut, sedangkan warna hijau didapatkan dari FD&C green. Lalu dari segi rasa atau tekstur di tangan, jika dioleskan ke kulit sediaan mempunyai rasa dingin dan encer. Pada evaluasi minggu ke-2, emulsi tersebut memisah menjadi 3 bagian menjadi 3 komponen cair, pada lapisan paling atas berwarna putih bening, lapisan tengah putih dan lapisan bawah hijau bening. Pada lapisan tengah terdapat buih berwarna putih yang menandakan adanya creaming karena fase terdispersi yang lebih kecil dibanding fase pendispersi. Sedangkan adanya pemisahan pada lapisan ke-3 yaitu putih bening dengan lapisan ke-1 mengindikasikan bahwa emulsi tersebut mengalami demulsifikasi. Selama proses creaming tidak terjadi pemecahan emulsi, tetapi bila terus berlanjut akan terjadi penggabungan partikel-partikel menjadi lebih besar yang akan mengawali terjadinya demulsifikasi. Hal ini berhubungan dengan hokum Stokes yang menyatakan bahwa laju pemisahan berbanding lurus dengan jari-jari partikel dan perbedaan densitas antara kedua fasa, namun berbanding terbalik dengan viskositas larutan. Penyebab terjadinya demulsifikasi ini, bisa disebabkan oleh karena pengaruh eksternal seperti suhu maupun cahaya ataupun karena proses pengadukan yang kurang sempurna dan kesalahan praktikan dalam menimbang bahan-bahan yang digunakan atau karena ketidaktepatan komposisi dari sediaan. Kemungkinan karena botol yang digunakan adalah botol bening sehingga cahaya yang masuk ke sediaan cukup banyak. Demulsifikasi ini termasuk flokulasi karena ketika dilakukan pengocokan bisa terdispersi secara sempurna. Selanjutnya jika ditinjau dari segi rasa, pada minggu kedua waktu pengamatan rasa manis emulsi tersebut sudah hilang bau kelapa masih, hal ini bisa dikarenakan memang sejak awal rasa manis hanya didapat dari virgin coconut oil saja tanpa adanya tambahan zat pemanis sehingga rasa manis cepat hilang.
Pada minggu ke-3 rasa sudah tidak enak dan adanya bau tidak enak pada emulsi. Hal ini terjadi mungkin karena adanya inkompatibel methylparaben dan virgin coconut oil (HPE hal 466). Sehingga methylparaben tidak bekerja maksimal. Terlihat juga emulsi tersebut memisah menjadi 3 bagian menjadi 3 komponen cair, pada lapisan paling atas berwarna putih
bening, lapisan tengah putih dan lapisan bawah hijau bening. Hal ini mengindikasikan bahwa emulsi tersebut mengalami demulsifikasi sama seperti minggu ke-2.
Bobot jenis yang didapat adalah 0,987 g/L. Dapat dilihat bahwa berat jenisnya lebih besar dari air sebagai pendispersinya (BJ air = 1 g/L). Hal ini dapat menunjukkan kemampuan emulsi untuk mempertahankan stabilitasnya, karena BJ fase terdispersi lebih kecil dari fase pendispersi sehingga menyebabkan emulsi memisah dan membentuk creaming dengan posisi fase terdispersi di atas karena BJ fase terdispersi lebih kecil dari fase pendispersi (Martin dkk, 1990).
Hasil pengujian waktu redispersi menunjukkan emulsi dapat teredispersi setelah dikocok rata – rata selama 8 detik. Hal ini menunjukkan emulsi sudah baik karena emulsi yang baik
teredispersi setelah dikocok dalam waktu kurang dari 30 detik.
Hasil pengujian pH pada minggu pertama menunjukkan nilai 8. pH merupakan komponen yang sangat penting bagi sediaan topikal, karena pH yang tidak sesuai dengan pH kulit akan menimbulkan iritasi. Oleh karena itu, dalam sediaan ini dibutuhkan pendapar untuk mendapar pH sediaan agar tidak terlalu asam dan mengiritasi kulit. Berdasarkan Conditioning Agents for Hair and Skin karya Randy Schueller,pH normal kulit sedikit asam yakni berkisar antara 4-6. Tujuan dari pH yang sedikit asam ini adalah sebagai lini pertama dalam pertahanan tubuh terhadap bakteri. Sediaan krim ini memiliki pH 5 yang artinya berada dalam rentang normal pH kulit, sehingga sediaan ini tidak iritatif terhadap kulit, dan sangat layak digunakan (Schueller, 1999). Sementara pH yang dihasilkan tidak sesuai dengan rentang pH untuk sediaan topical. Sehingga, diperlukan dapar fosfat untuk menurunkan pH tersebut.
Pada minggu 2 dan 3 pH turun menjadi 6. pH emulsi turun karena adanya kontaminasi mikroba dari alat-alat praktikum yang kurang bersih ataupun dari proses pengadukan. Kontaminasi emulsi oleh mikroorganisme dapat mempengaruhi sifat fisikokimia sediaan, seperti perubahan warna dan bau, perubahan pH.
Hasil uji penentuan tipe emulsi adalah bahwa tipe emulsinya adalah O/W. Hal tersebut berdasarkan hasil pengujian minggu pertama hingga minggu keempat pengujian, hasilnya menunjukkan emulsi tersebut adalah O/W dimana pada pengujian menggunakan metode zat
warna metilen blue dihasilkan warna yang merata, menunjukkan tipe emulsinya minyak dalam air.
Hasil uji tinggi sedimentasi sediaan emulsi pada evaluasi kedua dan evaluasi ketiga adalah : F2=0,125 dan F3=0,4166. Suatu emulsi yang baik akan menunjukan nilai F=1 karena menunjukkan flocculation equilibrium, yaitu tidak mengalami flokulasi. Pada sediaan emulsi ini, nilai F<1, yang artinya emulsi tersebut tidak terjadi flokulasi.dan ketika digambar dengan kurva dihasilkan garis yang lurus, maka dapat dikatakan sediaan emulsi tersebut cukup baik. Uji volume terpindahkan pada sediaan ini berturut-turut adalah botol 1=56 ml, botol 2=54 ml, botol 3=55 ml, botol 4=56 ml, botol 5=56 ml, sehingga jumlah volume =276 ml dan rata-rata volume terpindahkan botol =55,2 ml, dapat dikatakan bahwa sediaan ini tidak lolos uji volume terpindahkan, karena volume rata-rata sediaan kurang dari 100% dan volume kurang dari 95% dari etiket. Hal ini dikarenakan banyak sediaan yang menempel pada botol dan tidak bisa mengalir semua sehingga tidak didapatkan volume 100%.
14. Kesimpulan
Setelah menyelesaikan praktikum formulasi sediaan emulsi, praktikan dapat menyimpulkan dari sediaan emulsi yang dibuat dengan metode pembuatan korpus emulsi cara basah maupun kering bahwa emulsi VCO 30% dengan VCO sebagai zat aktif. Methylparaben 0,18% dan propylparaben 0,02% sebagai anti mikroba, CMC Na 1% sebagai emulgator sediaan emulsi. BHT (Butylated hydroxyl Toluen) 0,1% sebagai anti oksidan, dan FD&C Green sebagai pewarna.
Evaluasi yang dilakukan pada sediaan menunjukkan hasil baik, yang artinya sediaan belum lolos uji evaluasi, diantaranya Organoleptik, memiliki belum memiliki kestabilan karena baunya berubah. pH menurun dari minggu ke minggu, evaluasi volume sedimentasi, evaluasi ini menunjukkan hasil sediaan longgar. Hanya Waktu redispersi yang lulus, waktu redispersi yang singkat, tipe emulsi yang tetap sesuai yang diinginkan yakni o/w. Dari sediaan yang dihasilkan dan evaluasi yang dilakukan, formulasi sediaan emulsi yang dipilih kurang tepat. Ada beberapa komposisi yang perlu dirubah.