LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II
ANSIOLITIK / SEDATIVE - HIPNOTIKA
Disusun oleh:
Nama : Imam R. (11.0231) Kurnia Ayu S (11.0228) Lutgardis Niken P (11.0166) Rachmia S (11.0232)
Weni Pirta Sari(11.0217) Tgl. Praktikum : 8 Mei 2013
Dosen Pembimbing : Paulina Maya O, S.Farm., apt
AKADEMI FARMASI THERESIANA
SEMARANG
PENGARUH PERBEDAAN KONSENTRASI
PEMBERIAN OBAT ANSIOLITIK / SEDATIVE
(DIAZEPAM) PADA HEWAN UJI MENCIT PUTIH
JANTAN
A. TUJUAN
a. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh pemberian tablet diazepam pada hewan uji (mencit putih jantan)
b. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi (dosis) diazepam terhadap efek sedatif pada hewan uji (mencit putih jantan)
B. DASAR TEORI
Hipnotik sedatif merupakan golongan obat depresan susunan saraf pusat (SSP), mulai yang ringan yaitu menyebabkan tenang atau kantuk, menidurkan , hingga yang berat (kecuali benzodiazepine) yaitu hilangnya kesadaran, koma dan mati bergantung kepada dosis. Pada dosis terapi obat sedasi menekan aktifitas, menurunkan respons terhadap rangsangan dan menenangkan. Obat hipnotik menyebabkan kantuk dan mempermudah tidur serta mempertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiologis (H. Sarjono, Santoso dan Hadi R D., 1995).
Hipnotika atau obat tidur adalah zat-zat yang dalam dosis terapi diperuntukkan meningkatkan keinginan faali untuk tidur dan mempermudah atau menyebabkan tidur. Umumnya, obat ini diberikan pada malam hari. Bila zat-zat ini diberikan pada siang hari dalam dosis yang lebih rendah untuk tujuan menenangkan,maka dinamakan sedatif (Tjay,2002).
dari ringan yaitu menyebabkan tenang atau kantuk, menidurkan, hingga berat yaitu kehilangan kesadaran, keadaan anestesi, koma dan mati (Tjay, 2002).
Pada penilaian kualitatif dari obat tidur, perlu diperhatikan faktor-faktor kinetik berikut:
a) lama kerjanya obat dan berapa lama tinggal di dalam tubuh b) pengaruhnya pada kegiatan esok hari
c) kecepatan mulai bekerjanya d) bahaya timbulnya ketergantungan e) efek “rebound” insomnia
f) pengaruhnya terhadap kualitas tidur g) interaksi dengan otot-otot lain
h) toksisitas, terutama pada dosis berlebihan (Tjay,2002)
Disamping khasiat ansiolitik, relaksasi otot, dan hipnotiknya, senyawa benzodiazepin ini juga berdaya antikonvulsif. Efek samping adalah lazim bagi kelompok benzodiazepin, yakni mengantuk, termenung-menung, pusing, kelemahan otot (Tjay, 2002).
Pada efek sedatif penderita akan menjadi lebih tenang karena kepekaan kortek serebri berkurang. Dissamping itu kewaspadaan terhadap lingkungan, aktivitas motorik dan reaksi spontan menurun. Kondisi tersebut secara klinis gejalanya menunjukkan kelesuan dan rasa kantuk. Yang termasuk golongan obat sedatif-hipnotik adalah etanol, barbiturat, benzodiazepam (flurazepam, lorazepam, temazepam, triazolam; barbiturat, diazepam), methaquanolon (Syamsudin, 2011).
Efek samping umum hipnotika mirip dengan efek samping morfin, yaitu: a) depresi pernafasan, terutama pada dosis tinggi. Sifat ini paling ringan pada flurazepam dan zat-zat benzodiazepin lainnya, demikian pula pada kloralhidrat dan paraldehida;
d) "hang over”, yaitu efek sisa pada keesokan harinya berupa mual, perasaan ringan di kepala dan termangu.
Hal ini disebabkan karena banyak hipnotika bekerja panjang (plasma-t½-nya panjang), termasuk juga zat-zat benzodiazepin dan barbiturat yang disebut short-acting. Kebanyakan obat tidur bersifat lipofil, mudah melarut dan berkumulasi di jaringan lemak (Tjay, 2002).
DIAZEPAM
Pemerian : Serbuk hablur, hampir putih sampai kuning, praktis tidak berbau. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam kloroform, larut
dalam etanol.
Dosis sedasi : 5-30 mg (Anonim, 1979)
Mencit (Mus Musculus) merupakan salah satu hewan coba yang sering digunakan. Mencit memiliki sifat mudah marah, penakut,mudah bersembunyi dan berkumpul, aktif pada malam hari, mudah terganggu oleh manusia Pengambilan mencit dari kandang dapat dilakukan dengan cara mengambil ekornya kemudian mencit ditaruh dikawat kasa dan ekornya ditarik. Cubit bagian belakang kepala dan jepit ekornya dengan jari kelingking dan jari manis (Syamsudin, 2011).
C. ALAT DAN BAHAN
ALAT : a. Rotaroad
b. Timbangan analitik digital “KERN PCB” c. Bekerglass “PYREX”
d. Labu takar 50 ML “PYREX” e. Aquarium mencit + sekat aquarium f. Stopwatch “KENKO”
g. Spuit oral “THERUMO”
BAHAN : a. Diazepam (Valisanbe 5mg/tablet) b. Aquabidest
c. CMC Na
D. CARA KERJA
1. PEMBUATAN SUSPENSI DIAZEPAM
Tablet valisanbe yang mengandung 5 mg diazepam digerus halus
CMC Na ditimbang lalu dikembangkan dalam air panas
Setelah mengembang campur serbuk valisanbe dengan CMC Na, aduk sampai homogen
Setelah homogen, ditambah aquabidest sampai 50mL pada labu takar
2. PEMBUATAN SUSPENSI UNTUK KONTROL NEGATIF CMC Na ditimbang lalu dikembangkan dalam air panas
Tambahkan aquabidest sampai tanda 25mL
3. PROSEDUR PRAKTIKUM
Mencit diadaptasikan selama 5 menit di rotaroad
Tiap kelompok mencit diberi obat dengan: a. kelompok 1 merupakan kontrol negatif (CMC)
b. kelompok 2 diberi diazepam konsentrasi 10mg secara p.o c. kelompok 3 diberi diazepam konsentrasi 20mg secara p.o d. kelompok 4 diberi diazepam konsentrasi 30mg secara p.o e. kelompok 4 diberi diazepam konsentrasi 40mg secara p.o
Letakkan mencit di rotaroad pada menit ke-15, 30, dan 45 selama 2 menit
4. RUTE PEMBERIAN SECARA ORAL Volume maksimal : 1 ml
Pegang tikus pada tengkuknya, jarum oral yang telah diisi dimasukkan ke mulut mencit melalui langit-langit masuk esofagus
Dorong larutan obat ke dalam esofagus
E. HASIL DAN PENGOLAHAN DATA
1. Pembuatan Larutan Stok (Suspensi Diazepam) Disediakaan valisanbe tablet (diazepam 5 mg) Valisanbe = 0,35mgmg/ml
/ml x 50 ml x 1 tablet = 3 tablet
CMC Na = 0,5% x 50 ml = 0,25 gram Aqua panas = (10-20) x 0,25 = 2,5-5,0 ml Aquabidest = ad 50 ml
2. Pembuatan Suspensi Untuk Kontrol Negatif CMC Na = 0,5% x 25 ml = 0,125 gram
Aqua panas = (10-20) x 0,125 gram = 1,25-2,5 ml Aquabidest = ad 25 ml
3.Perhitungan Dosis
Dosis diazepam yang tertera pada literatur 5-30 mg / 50 kg BB dan dosis maksimal 40 mg (Anonim 1979)
Mencit ke 1 Konsentrasi 10 mg
70 kg manusia = 70 kg / 50 kg x 10 mg = 14 mg 20 g mencit = f konversi x 70 kg manusia
D x BB = V x C
0,0364mg
20gr x 27,2g = V x 0,3 mg/ml
V = 0,17 ml
Mencit ke 2 Konsentrasi 20 mg
70 kg manusia = 70 kg / 50 kg x 20 mg = 28 mg 20 g mencit = f konversi x 70 kg manusia
= 0,0026 x 28 mg = 0,0728 mg
D x BB = V x C
0,0728mg
20gr x 27,7g = V x 0,3 mg/ml
V = 0,34 ml
Mencit ke 3 Konsentrasi 30 mg
70 kg manusia = 70 kg / 50 kg x 30 mg = 42 mg 20 g mencit = f konversi x 70 kg manusia
= 0,0026 x 42 mg = 0,1092 mg
D x BB = V x C
0,1092mg
20gr x 26,7g = V x 0,3 mg/ml
V = 0,49 ml
Mencit ke 4 Konsentrasi 40 mg
70 kg manusia = 70 kg / 50 kg x 40 mg = 56 mg 20 g mencit = f konversi x 70 kg manusia
D x BB = V x C
0,1456mg
20gr x 26,6g = V x 0,3 mg/ml
V = 0,65 ml
Mencit ke 5
Sebagai kontrol negatif , volume pemberian 0,5ml
6 1 6
Jumlah kuadrat frekuensi mencit jatuh = (Σ x10mg)²
= (130,67 + 1872,67 + 620,17 + 1536+60,17) –3203,33 = 4219,68 – 3203,33
=1016,35
Jumlah kuadrat galat
= jumlah kuadrat total – jumlah kuadrat frekuensi mencit jatuh = 1656,67 -- 1016,35
= 640,23
Tabel Anova Onset
Sumber variasi JK DK Kuadrat rata2
JK/DK Perlakuan 1016,35 5-1=4 1016,35
4 =254,0875
Galat 640,32 30-5=25 25,6128
Total 1656,67 29 57,127
F. Hitung = kuadrat ratakuadrat rata²frekuensi mencit jatuh²galat = 254,087525,6128 = 9,92
Pemberian dosis diazepam yang berbeda akan memberikan efek sedatif yang berbeda pula pada tiap mencit
5. GRAFIK
10mg 20mg 30mg 40mg k(-)
F. PEMBAHASAN
Hipnotik sedatif merupakan golongan obat depresan susunan saraf pusat (SSP) yang realtif tidak selektif, mulai dari yang ringan yaitu menyebabkan tenang atau kantuk, menidurkan, hingga yang berat (kecuali benzodiazepin) yaitu hilangnya kesadaran, keadaan anestesi, koma dan mati, bergantung pada dosis. Pada dosis terapi obat sedatif menekan aktivitas, menurunkan respons terhadap perangsangan emosi dan menenangkan. Obat hipnotik menyebabkan kantuk dan mempermudah tidur serta mempertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiologis.
Obat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah obat yang mengandung zat aktif Diazepam dengan merk dagang Valisanbe® dengan kadar 5 mg. Obat ini tidak larut dalam air sehingga perlu dibuat suspensi terlebih dahulu. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi diazepam terhadap efektivitas sedatif pada mencit putih jantan. Praktikum dilakukan dengan memberikan suspensi diazepam tiap mencit dengan dosis (konsentrasi yang berbeda). Mencit (1) diberikan 10mg, (2) diberikan 20 mg, (3) diberikan 30 mg, (4) diberikan 40 mg, dan (5) diberikan suspensi CMC saja tampa bahan obat. Mencit 5 sebagai kontrol negatif berfungsi sebagai pengendali data, yaitu efek sedatif benar-benar dari diazepam bukan karena faktor pemberian CMC.
Semakin besar konsentrasi diazepam yang diberikan, semakin besar pula efek sedatif yang timbul sehingga frekuensi jatuh mencit juga semakin banyak. Berdasarkan data di atas, frekuensi mencit jatuh bervariatif, hal ini dapat disebabkan karena :
1. Pembuatan suspensi stock obat kurang homogen, sehingga zat diazepam tidak terdistribusi merata
2. Pengambilan suspensi obat dengan spuit, volumenya kurang tepat sehingga dosis obat yang diambil tidak sesuai dari yang ditetapkan
3. Pada saat pemberian obat secara peroral pada mencit zat obat tidak masuk semua karena jatum belum sampai pada saluran cerna, sehingga obat yang diberikan keluar lagi
4. Pemberian obat secara kasar dapat menyebabkan mencit stress, mencit yang stress frekuensi jatuhnya menjadi lebih banyak
5. Konsentrasi obat yang akan mencapai suatu target obat atau reseptor dipengaruhi oleh farmakokinetiknya yang mencakup proses absorpsi, distribusi, biotransformasi, dan ekskresi. Kemungkinan pada mencit terdapat perbedaan pada pola-pola tersebut. Saat proses absorpsi, kemungkinan terdapat obat yang tidak diabsorpsi secara sempurna. Hal ini menyebabkan konsentrasi obat yang akan didistribusi menjadi lebih sedikit. Ini ditambah pula dengan perbedaan dosis yang diberikan sehingga konsentrasi obat di dalam setiap mencitnya berbeda.
Berdasarkan data di atas telah sesuai, yaitu semakin besar konsentrasi diazepam frekuensi mencit jatuh semakin banyak. Hal ini kecuali pada konsentrasi 20 mg data yang dihasilkan menyimpang, ini disebabkan karena pada kelompok 2 memiliki data yang menyimpang. Penyimpangan ini terjadi karena mencit tersebut kemungkinan terjadi overdose, sehingga badannya lemas dan ketika diletakkan di rotaroad sering jatuh. Pada perhitungan terakhir, mencit tersebut mati.
menghasilkan efek sedatif yang lebih besar pula. Hal ini dapat diterapkan dalam terapi yaitu untuk mendapatkan efek sedatif yang maksimal dapat dilakukan dengan menambah dosis diazepam dengan tidak melampaui dosis maksimalnya.
G.KESIMPULAN
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan konsentrasi pemberian diazepam yang diberikan pada mencit akan memberikan efek sedativ yang berbeda pula,semakin tinggi konsentrasi diazepam yang diberikan maka semakin sering mencit jatuh saat di atas rotaroad.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI: Jakarta H. Sarjono, Santoso dan Hadi R D., 1995. Farmakologi dan Terapi. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Indonesia: Jakarta.
Semarang, 12 Mei 2013 Dosen Pembimbing Praktikan
( ) Imam R.
Kurnia Ayu S Lutgardis Niken P
Rachmia S