• Tidak ada hasil yang ditemukan

PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOLOGI I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOLOGI I"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOLOGI I

EDISI 1

Tim Penyusun :

Heru Sasongko S.Farm., M.Sc., Apt

Penyusun :

Heru Sasongko, S.Farm.,M.Sc.Apt Wisnu Kundarto, S.Farm.,M.Biomed.,Apt

LABORATORIUM FARMAKOLOGI PROGRAM STUDI D3 FARMASI

SEKOLAH VOKASI SURAKARTA

2021

(2)

2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya penyusunan buku petunjuk praktikum Farmakologi I edisi 1. Penyusunan buku petunjuk ini dimaksudkan untuk membantu membekali mahasiswa dengan keterampilan dalam hal bekerja dengan hewan uji, terutama mencit dan tikus.

Adapun hal yang ditekankan dalam praktikum ini adalah mahasiswa mampu menghitung dosis konversi, memegang mencit dan tikus secara benar, memberikan obat kepada mencit dan tikus lewat berbagai cara pemberian secara benar, mampu memahami konsep berbagai mekanisme obat ataupun uji farmakologi suatu bahan alam (dalam hal ini adalah analgesik, antiinflamasi, serta sedatif), serta mampu mengambil sampel darah hewan uji (dalam hal ini tikus). Mahasiswa juga diperkenalkan lewat video terkait cara melakukan pengambilan organ hewan (dalam hal ini tikus) melalui pembedahan kemudian mempraktekkannya. Secara keseluruhan diharapkan mahasiswa dapat lebih terampil seandainya bekerja di instansi yang terkait uji farmakologi.

Demikian semoga petunjuk praktikum ini dibuat, semoga dapat membantu kelancaran praktikum. Berbagai masukan dan saran yang membangun senantiasa kami tunggu untuk penyusunan edisi berikutnya yang lebih baik.

Tim Penyusun

(3)

3

TATA TERTIB PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

1. Praktikan diusahakan sudah datang 10 menit sebelum acara praktikum dimulai demi kelancaran praktikum. Bagi yang terlambat hadir saat pretest dimulai harap lapor kepada dosen jaga/asisten. Tidak ada tambahan waktu bagi yang terlambat mengikuti pretes, serta tidak ada pretes susulan (kecuali sakit/ijin).

2. Tidak ada inhal praktikum. Bagi yang berhalangan hadir, wajib memberikan keterangan tertulis dengan alasan dan bukti yang jelas. Mahasiswa tersebut berhak untuk ikut pretes susulan. Nilai keaktifan praktikum dan laporan akan diganti dengan pemberian tugas, sehingga segera menghubungi Koordinator Praktikum.

3. Praktikan membuat laporan sementara sesuai form yang telah disediakan. Laporan sementara berisi judul acara praktikum, tujuan, alat bahan, serta cara kerja secara sistematis (dibuat bagan). Laporan sementara yang sudah dikoreksi asisten wajib dilampirkan di laporan resmi.

4. Ada 3 hal yang perlu diperhatikan selama percobaan : a. Kebersihan

- Selama bekerja praktikan menggunakan jas lab yang bersih, sarung tangan dan masker.

- Setelah bekerja bersihkan alat, wadah hewan, kertas-kertas atau benda lain yang sudah terkontaminasi kotoran hewan.

- Sampah biologis seperti kotoran hewan, sampel darah, dilap dengan tisu dan dibuang setelah dibungkus plastik. Jika ada hewan mati, dilaporkan ke asisten.

b. Ketepatan

- Ketepatan menimbang berat hewan - Ketepatan dalam menentukan dosis obat

- Ketepatan dalam mengukur volume obat/bahan uji dalam spuit injeksi - Ketepatan cara pemberian obat sesuai rute pemberian

c. Setiap perubahan yang terjadi harus segera dicatat

5. Sebelum praktikum akan diadakan pretes untuk masing-masing percobaan.

6. Praktikan tidak boleh meninggalkan laboratorium di luar kegiatan praktikum, selama praktikum berlangsung kecuali atas izin dosen jaga.

7. Praktikan akan dibagi menjadi kelompok-kelompok dan setiap kelompok bertanggung jawab atas hewan uji, peralatan yang dipakai dan percobaan yang dilakukan saat praktikum.

8. Laporan praktikum harus diserahkan sebelum praktikum berikutnya, sebagai syarat mengikuti praktikum.

9. Jika ada plagiat identik dari laporan praktikum antar kelompok, maka tidak akan dinilai.

10. Sebelum memulai praktikum, cek kembali alat-alat yang dibutuhkan. Peminjaman dan pengembalian alat alat laboratorium sesuai aturan Laboratorium. Setiap gangguan atau kerusakan alat harus dilaporkan secepatnya.

11. Hal-hal yang belum diatur di tata tertib ini akan diatur dikemudian hari oleh Koordinator Praktikum.

(4)

4 PENDAHULUAN

PEDOMAN BEKERJA DENGAN HEWAN UJI

1. Setiap praktikan yang bekerja di laboratorium dengan hewan uji wajib memperlakukan hewan uji dengan kasih sayang.

2. Perlakuan terhadap hewan uji (tikus dan mencit)

Peganglah tikus/mencit pada ekornya, tetapi hati-hati jangan sampai membalikkan badannya dan menggigit anda. Untuk mempermudah, maka tikus/mencit dapat diletakkan di wadah berkawat, sehingga kaki kaki mencit/tikus tidak mengganggu.

Dengan tangan kiri jepitlah tengkuk tikus/mencit diantara jari telunjuk dan jari tengah (bisa juga dengan jari telunjuk dan ibu jari). Pindahkan ekor tikus dari tangan kanan ke kelingking jari kiri. Adakalanya diperlukan kaos tangan dari kulit atau karet yang tebal untuk melindungi tangan dari gigitan, tetapi bagi yang sudah terbiasa lebih baik kontak langsung dengan hewan uji agar mudah mengontrol gerakan hewan uji. Untuk lebih jelasnya, silakan melihat gambar berikut:

3. Penggunaan kembali hewan uji yang telah dipakai

Bila memungkinkan diperbolehkan menggunakan satu hewan uji lebih dari sekali.

Akan tetapi perlu diperhatikan periode obat berada di dalam tubuh hewan uji, kemungkinan akan mempengaruhi data pada percobaan berikutnya. Hal ini terutama pada pemberian induktor dan inhibitor enzim. Hewan uji boleh digunakan lagi untuk percobaan berikutnya setelah selang 14 hari.

4. Hewan uji biasanya memberikan hasil dengan deviasi yang lebih besar dibandingkan dengan percobaan in vitro karena adanya variasi biologis. Maka untuk menjaga supaya variasi tersebut minimal, hewan uji memiliki spesies dan strain yang sama, usia sama, jenis kelamin sama, dan dipelihara dengan kondisi yang sama pula.

5. Pemberian makan hewan uji

Hewan uji harus diberi makan sesuai dengan makanan yang standar untuknya dan diberi minum dengan cukup.

6. Untuk mengurangi variasi biologi, hewan uji dipuasakan semalam sebelum percobaan. Pada periode ini hewan uji diperbolehkan minum.

7. Pemusnahan hewan uji

Cara terbaik untuk membunuh hewan uji, dalam hal ini tikus dan mencit adalah dengan inhalasi menggunakan kloroform, karbondioksida, nitrogen dan lain-lain di dalam wadah tertutup untuk semua hewan uji. Hewan uji disembelih kemudian dimasukan ke dalam kantong plastik dan diabukan.

(5)

5

CARA PEMBERIAN OBAT KEPADA HEWAN UJI

a. Alat suntik (khusus selain per oral)

1. Tabung dan jarum suntik harus sangat bersih untuk tikus dan mencit.

2. Untuk pemberian obat, pastikan tidak ada udara di dalam tabung. Sehingga untuk memastikan, maka pengambilan cairan dapat dilebihkan dan nanti dibuang sisanya di wadah

b. Pemberian larutan uji

Setiap hewan uji mempunyai batas volume maksimum yang boleh diberikan, seperti terlihat pada Tabel I di bawah ini. Sehingga, disarankan menggunakan setengah volume maksimum.

Tabel I. Volume maksimum larutan yang bisa diberikan hewan uji

Hewan Uji Volume maksimum (ml)

Cara pemberian

Iv Im Ip sc po

Mencit (20-30 g) 0,5 0,05 1,0 0,5-1,0 1,0

Tikus (100 g) 1,0 0,1 2,0-5,0 2,0-5,0 5,0

Hamster (50 g) - 0,1 1,0-5,0 2,5 2,5

Marmot (250g) - 0,25 2,0-5,0 5,0 10,0

Merpati (300g) 2,0 0,5 2,0 2,0 10,0

Kelinci (2,5 kg) 5,0-10,0 0,5 10,0-20,0 5,0-10,0 20,0 Kucing (3 kg) 5,0-10,0 1,0 10,0-20,0 5,0-10,0 50,0 Anjing (5 kg) 10,0-20,0 5,0 20,0-50,0 5,0-10,0 100,0 c. Rute pemberian

Rute pemberian ini pada praktikum, difokuskan pada pemberian obat dengan hewan uji tikus dan mencit saja.

1. Pemberian per oral

Pemberian obat-obat baik dalam bentuk suspensi, larutan, emulsi dilakukan dengan jarum suntik berujung bola (sonde). Tikus/mencit yang sudah dipegang secara benar (leher dan perut dipegang tanpa menyakiti hewan uji, dan ekor diselipkan di antara jari manis dan kelingking), selanjutnya diposisikan lurus. Masukkan ujung sonde dengan pelan, dan rasakan sampai posisi sonde sudah masuk ke dalam kerongkongan (ditandai dengan tidak ditahannya sonde oleh lidah hewan uji). Setelah itu, suntikkan larutan uji segera.

Jika cara pemberian Anda benar, maka hewan uji akan tetap hidup.

2. Pemberian secara sub kutan

Peganglah hewan uji secara benar dan usahakan tengkuk terlihat jelas. Suntikkan larutan uji ke dalam lapisan tengkuk hewan uji. Jika kesulitan, dapat dibantu orang lain.

3. Pemberian secara intra peritoneal

Peganglah hewan uji secara benar. Telentangkan sehingga terlihat area perut.

Masukkan jarum ke bawah lapisan perut (hati hati agar tidak terkena usus). Jika sudah

(6)

6

berada di bawah area perut, maka praktikan dapat merasakan pergerakan jarum dalam rongga perut, sehingga larutan uji dapat segera disuntikkan.

4. Pemberian secara intra muscular

Peganglah hewan uji secara benar. Suntikkan larutan uji ke dalam otot paha.

KONVERSI DOSIS ANTAR JENIS SUBYEK UJI

Dosis yang diberikan pada subyek uji dalam uji farmakologi harus mempertimbangkan dosis efektif pada manusia. Tabel faktor konversi dosis antar spesies dapat dilihat pada Tabel II. Perhitungan dosis harus melihat berat badan hewan uji yang digunakan untuk disesuaikan. Perkalian dengan faktor konversi digunakan jika menggunakan subyek uji berbeda.

Tabel II. Konversi perhitungan dosis antar jenis subyek uji (Laurence dan Bacharach, 1964) Mencit

20 g

Tikus 200 g

Marmut 400 g

Kelinci 1,5 kg

Kera 4 kg

Anjing 12 kg

Manusia 70 kg Mencit

20 g

1,0 7,0 12,25 27,8 64,1 124,2 387,9

Tikus 200 g

0,14 1,0 1,74 3,9 9,2 17,8 56,0

Marmut 400 g

0,08 0,57 1,0 2,25 5,2 10,2 31,5

Kelinci 1,5 kg

0,04 0,25 0,44 1,0 2,4 4,5 14,2

Kera 4 kg

0,016 0,11, 0,19 0,42 1,0 1,9 6,1

Anjing 12 kg

0,008 0,06 0,10 0,22 0,52 1,0 3,1

Manusia 70 kg

0,0026 0,018 0,031 0,07 0,16 0,32 1,0

Pembuatan Laporan Resmi Praktikum Farmakologi

Laporan Resmi Praktikum Farmakologi dibuat per kelompok diketik dengan huruf Times New Roman, ukuran huruf 12, spasi 1,5. Format Laporan Resmi :

I. Tujuan Percobaan

II. Dasar Teori (maksimal 3 halaman). Jika ada gambar dan tabel diberi sitasi sumber III. Cara percobaan, berisi alat bahan serta diagram alir langkah kerja

IV. Hasil Percobaan, dapat berupa tabel dan dokumentasi foto

V. Pembahasan : analisa data kelas, kesesuaian dengan teori dan penjelasan hasil VI. Jawaban Pertanyaan

VII. Kesimpulan

VIII. Daftar Pustaka (sinkron dengan yang diacu). Penulisan daftar pustaka mengacu di penulisan ilmiah .

(7)

7 Contoh Cover Laporan Resmi

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI I JUDUL PRAKTIKUM

Dosen Penanggung jawab :……….

Asisten : 1……….

2……….

Disusun Oleh : Kelompok …

No. Nama NIM

Laboratorium Farmakologi Program Studi D3 Farmasi

Sekolah Vokasi Universitas Sebelas Maret

Surakarta 2021

(8)

8

ACARA I

PENGENALAN RUTE PEMBERIAN OBAT

I. Tujuan:

Mahasiswa mengenal beberapa rute pemberian obat dan mampu mempraktekkan cara pemberiannya.

II. Konsep Singkat:

Sebelum memberikan efek, obat mengalami banyak proses di dalam tubuh.

Setelah mengalami disintegrasi dan disolusi dari bentuk sediaan, obat dalam rute oral akan mengalami absorbsi. Salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan absorpsi adalah rute pemberian. Obat dapat diberikan melalui jalur intravaskuler maupun ekstravaskuler. Masing-masing cara pemberian memiliki keuntungan dan manfaat tertentu. Suatu senyawa obat mungkin efektif jika diberikan dengan cara tertentu namun kurang efektif dengan cara lain. Perbedaan ini akan berefek pada kecepatan absorpsi dan berpengaruh pada efektivitas obat.

III. Cara Percobaan:

A. Alat : Spuit injeksi 1 ml, jarum sonde 5 ml, sarung tangan Bahan : garam fisiologis NaCl 0,9%

Hewan uji : tikus (Rattus norvegicus) dan mencit (Mus musculus L) B. Langkah Kerja

1. Masing-masing kelompok mendapatkan 3 mencit dan 2 tikus

2. Mencit dan tikus diberikan garam fisiologis NaCl 0,9% dengan cara pemberian sebagai berikut:

a. Mencit: per oral, sub kutan, intra peritoneal b. Tikus: per oral dan intramuskuler

Perhatikan volume pemberian hewan uji ! IV. Pertanyaan:

1. Jelaskan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi absorpsi obat?

2. Perbedaan rute pemberian mempengaruhi onset atau durasi? Jelaskan

3. Bandingkan keuntungan dan kelemahan masing-masing cara pemberian obat!

(9)

9

MATERI II

UJI DAYA ANALGETIKA I. Tujuan:

Mahasiswa mengenal dan mempraktekkan pengujian daya analgetika suatu bahan alam dengan menggunakan metode rangsang kimia

II. Konsep Singkat:

Analgetik adalah obat yang dipergunakan untuk mengurangi rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Nyeri merupakan mekanisme perlindungan tubuh terhadap kerusakan jaringan dengan pembebasan mediator nyeri seperti prostaglandin, histamin, bradikinin, serotonin, dan asetilkolin. Analgesik secara umum bekerja dengan menaikkan ambang rasa nyeri.

III. Cara Percobaan:

A. Alat dan bahan : spuit injeksi (0,1-1 ml), sonde oral, alat-alat gelas, blender, jus buah nanas (Ananas comosus L) segar dengan konsentrasi 22,5%, asam asetat 100 mg/kgBB dilarutkan dalam NaCl 0,9%, parasetamol sirup 91 mg/kgBB, mencit jantan berat 20-30 gram, usia 2-3 bulan

B. Cara Kerja

1. Masing-masing kelompok mendapatkan 5 ekor mencit 2. Mencit I diberikan akuades per oral (sebagai kontrol negatif)

Mencit II diberikan parasetamol per oral (sebagai kontrol positif)

Mencit III, IV, dan V diberikan dosis berturut-turut jus buah nanas sebesar 3,75 g/kgBB, 5,25% dan 7,5 g/kgBB secara per oral

(catatan: volume pemberian setengah volume maksimum pada tabel volume pemberian)

3. Semua mencit diinjeksikan larutan asam asetat secara intraperitoneal. Injeksi ini diberikan 5 menit setelah pemberian per oral sebelumnya.

4. Beberapa menit kemudian mencit akan menggeliat. Geliat adalah keadaan hewan uji merenggangkan kaki belakangnya hingga batas maksimal/lurus dan perut bagian bawah menyentuh alas tempat perlakuan.

5. Catat kumulatif geliat yang timbul setiap selang waktu 5 menit selama 90 menit. Hitung % daya analgetik dengan rumus :

% daya analgetik = 100-(P/K x 100)

Keterangan :

P = jumlah kumulatif geliat mencit yang diberi perlakuan K = jumlah kumulatif geliat mencit kontrol negatif IV. Pertanyaan:

Adakah pengaruh dosis terhadap jumlah geliat mencit? Bagaimana mekanisme terjadinya rasa nyeri dari tempat stimulus rangsang sampai ke pusat saraf?

Bagaimana mekanisme kerja dari analgesik??

(10)

10

MATERI III

UJI ANTIINFLAMASI I. Tujuan:

Mahasiswa mengenal dan mampu mempraktekkan pengujian daya antiinflamasi suatu bahan alam pada hewan uji dengan induksi radang buatan.

II. Konsep Singkat:

Inflamasi merupakan respon tubuh dalam menanggapi adanya luka di jaringan.

Inflamasi merupakan gabungan proses yang kompleks, ditandai dengan bengkak, kemerahan, nyeri dan panas. Selama proses ini banyak mediator kimia yang dilepaskan antara lain histamine, bradikinin, prostaglandin, leukotrien. Obat Antiinflamasi Non Steroid bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase (COX).

III. Cara Percobaan:

A. Alat : Pletismograph, spuit injeksi 1ml, sonde oral, spidol

Bahan : putih telur, jus buah nanas (Ananas comosus L) segar konsentrasi 22,5%, natrium diklofenak 100 mg/kgBB dilarutkan dalam CMC 1%

Hewan uji: tikus jantan berat 200-250 gram B. Cara Kerja

1. Tiap kelompok mendapatkan 5 tikus

2. Tikus diberi tanda dengan spidol di atas lutut.

3. Tikus I diberikan akuades per oral (sebagai kontrol negatif)

Tikus II diberikan natrium diklofenak per oral (sebagai kontrol positif)

Tikus III, IV, dan V diberikan dosis jus buah nanas berturut turut sebesar 3,75 g/kgBB, 5,25% g/kgBB dan 7,5 g/kgBB

4. Selang 30 menit kemudian, semua tikus diinjeksikan putih telur 0,5 ml subplantar pada telapak kaki kiri dengan arah jarum searah jari kaki tikus.

5. Ukur volume kaki baik yang udem maupun tidak, mulai menit ke-0 dan selang tiap 15 menit selama 120 menit

C. Cara pengumpulan data

Hitung persen daya antiinflamasi obat dengan rumus :

% daya antiinflamasi = ((U-D)/U) x 100 %

Keterangan :

U: harga rata rata volume udem kaki karena putih telur (kaki kiri) – rata rata volume kaki normal

D: harga rata rata volume udem kaki kelompok perlakuan (kaki kiri) – rata rata volume kaki normal

IV. Pertanyaan:

Adakah pengaruh dosis terhadap volume udem kaki? Bagaimanakah mekanisme terjadinya inflamasi? Bagaimana mekanisme kerja obat antiinflamasi non steroid dan steroid?

(11)

11 MATERI IV UJI EFEK SEDATIF I. Tujuan

Mahasiswa mengenal dan mempraktekkan uji efek sedatif suatu bahan alam dengan menggunakan metode rotarod

II. Konsep Singkat:

Obat sedatif-hipnotik memiliki efek farmakologi yang mirip dengan anestesi umum. Kedua jenis obat tersebut memiliki mekanisme yang sama dalam menekan susunan saraf pusat. Obat sedatif-hipnotik jika diberikan pada dosis yang lebih besar akan berefek anestesi.

Efek sedatif mempengaruhi kemampuan koordinasi motorik hewan uji. Besar kecilnya pengaruh terhadap koordinasi hewan uji menggambarkan besar kecilnya efek sedatif. Efek sedatif dapat diamati dengan eksperimen pada hewan uji menggunakan parameter daya cengkeram pada rotarod, reflex kornea, diameter pupil mata, serta reflex balik badan.

III. Cara Percobaan:

A. Alat : sonde oral, alat alat gelas, rotarod

B. Bahan : Fenobarbital 6 mg/kg BB , ekstrak kangkung darat (Ipomea reptans Poir) Hewan uji: mencit jantan berat 20-30 gram

C. Cara Kerja:

1. Tiap kelompok mendapatkan 5 ekor mencit

2. Mencit I diberikan CMC 1% per oral (sebagai kontrol negatif) Mencit II diberikan fenobarbital per oral (sebagai kontrol positif)

Mencit III, IV, dan V diberikan ekstrak kangkung darat per oral masing masing sebesar 2 mg/gBB, 4 mg/gBB, dan 8 mg/gBB

3. Letakkan mencit pada rotarod selang 45 menit sejak pemberian per oral (khusus untuk mencit kontrol negatif dan mencit perlakuan). Khusus untuk mencit kontrol positif, diletakkan ke rotarod selang 60 menit.

4. Catat waktu yang diperlukan mencit untuk mempertahankan posisi di rotarod.

D. Cara pengumpulan data

Adaptasikan dulu mencit pada rotarod. Setelah hewan uji mendapatkan perlakuan, amati dengan cermat dan catat waktu bertahan. Hitung onset dan durasi waktu bertahan antar kelompok

IV. Pertanyaan:

1. Mengapa mencit perlu diadaptasikan sebelum percobaan?

2. Bagaimana pengaruh dosis ekstrak kangkung darat terhadap waktu bertahan mencit di rotarod?

3. Bagaimana mekanisme fenobarbital dapat menyebabkan efek sedasi?

(12)

12 MATERI V UJI ANTIPIRETIK I. Tujuan:

Untuk menganalisis efek antipiretik dari parasetamol dan ibuprofen pada hewan uji mencit.

II. Pendahuluan:

Demam didefinisikan sebagai kenaikan suhu tubuh diatas suhu tubuh normal (lebih dari 1000F atau 37,80C). Obat yang dapat digunakan untuk menurunkan demam disebut antipiretik. Antipiretik bekerja dengan menghambat pembentukan PGE2, yang mengurangi umpan balik antara neuron yang mengatur demam dan hipotalamus dengan demikian mampu menurunkan demam. Antipiretik dan analgetik bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase. Pengaturan suhu tubuh memerlukan keseimbangan yang akurat antara pembentukan dan hilangnya panas; hipotalamus mengatur set point sehingga suhu dipertahankan. Saat demam, set point ini meningkat dan NSAID mendorongnya kembali ke keadaan normal. Obat ini tidak mempengaruhi suhu tubuh jika suhu tubuh jika suhu tubuh naik oleh faktor seperti olahraga atau meningkatnya suhu lingkungan. Demam pada hewan uji dapat diinduksi dengan pemberian pepton 5% secara subkutan. Efek antipiretik diamati dengan terjadinya penurunan suhu tubuh mencit yang diinduksi dengan induktor demam setelah pemberian obat antipiretik.

III Cara percobaan:

A. Alat : Batang pengaduk, Spoit oral, Stop watch, Termometer badan, Timbangan berat badan.

Bahan : Alkohol 70%, Aqua destilata, Ragi Tape, Sirop Parasetamol dan Sirop Ibuprofen Hewan uji: Hewan yang digunakan adalah mencit jantan, galur lokal dengan berat badan 20 g- 30 g berumur antara 6 – 8 minggu.

B. Cara Kerja

1.

Setiap kelompok praktikan mendapat 3 ekor mancit yang dibagi untuk 3 perlakuan (kontrol negatif, pemberian parasetamol dan ibuprofen).

2.

Setiap hewan uji diberi tanda pada ekor untuk membedakan jenis perlakuan.

3.

Mencit setelah ditimbang, dilakukan pengukuran suhu rektal awal sebelum penyuntikan kemudian diberi larutan pepton 5% atau suspense ragi tape 1.5%, sebanyak 1,0 ml/200 g secara subkutan untuk menginduksi terjadinya demam.

4.

Semua hewan uji yang mengalami peningkatan suhu tubuh sebesar atau sama dengan 1,5 ºC dapat dikategorikan demam.

5.

Setelah didapatkan suhu demam, seluruh hewan uji diberikan bahan uji sesuai dengan kelompok yaitu kelompok I sebagai kontrol, diberikan larutan aqua dest; kelompok II sebagai kelompok parasetamol diberi sirop parasetamol; dan kelompok III sebagai kelompok ibuprofen diberi sirop ibuprofen. Semua pemberian dengan dosis 0,2 ml/20 g BB mencit 4.

(13)

13

6.

Efek antipiretik dari masing-masing perlakuan dinilai melalui pengukuran suhu rektal dari menit ke-30, 60, 90, dan 120 setelah pemberian bahan uji dengan menggunakan termometer digital

III. Pertanyaan:

1. Jelaskan fungsi larutan pepton !

2. Bagaimana mekanisme kerja antipiretik?

(14)

14 MATERI VI

PENGAMBILAN SAMPEL DARAH dan PEMBEDAHAN HEWAN UJI I. Tujuan:

Mahasiswa mengenal dan mampu mempraktekkan cara pengambilan sampel darah maupun pembedahan hewan uji

II. Pendahuluan:

Dalam uji farmakologi, kadang diperlukan pengambilan darah untuk melihat profil kadar obat maupun efektivitas obat terhadap yang diteliti. Misalnya saja pengaruh obat penurun gula darah terhadap kadar gula darah pada tikus yang dibuat hiperglikemia. Pembedahan juga kadang dilakukan terutama jika terkait toksisitas suatu senyawa uji terhadap organ hewan.

Pengambilan darah pada tikus dapat diambil melalui pembuluh vena ekor, sedangkan pada mencit pada vena mata.

III Cara percobaan:

A. Alat : pisau scaple, holder tikus Bahan : heparin

Hewan uji: tikus jantan B. Cara Kerja

a. Pengambilan sampel darah

b. Siapkan peralatan untuk pengambilan sampel darah seperti holder, pisau scaple.

c. Siapkan tabung penampung darah yang sudah ditambahkan heparin (10 unit heparin per ml darah)

d. Masukkan tikus pada holder. Kondisikan hewan agar tidak stress. Cukur bulu daerah ekor yang akan diambil darahnya agar darah tidak menempel di bulu saat keluar.

e. Ambil darah hewan uji dengan volume sesuai kebutuhan. Darah diambil dari vena lateral ekor tikus caranya dengan melukai ekor tikus menggunakan pisau silet. Usahakan sekali gores dan jangan terlalu dalam. Urut perlahan untuk memperlancar darah keluar. Goresan dimulai dari ekor bagian bawah.

f. Darah yang keluar langsung ditampung dalam tabung berisi heparin.

g. Bersihkan area kerja dari kotoran dan sisa sampel darah, jika perlu disemprot dengan alkohol.

h. Pembedahan hewan uji

1) Amati dengan seksama video mengenai pembedahan hewan uji 2) Lakukan seperti contoh di video

III. Pertanyaan:

1. Jelaskan fungsi penambahan heparin pada sampel darah!

2. Bagaimana mekanisme kerja heparin?

(15)

15

DAFTAR PUSTAKA

Domer, F.R. 1971, Anmal Experiment in Pharmacological Analysis, 1sted., Charles C.Thomas Publisher, Illinois, 275-316

Ganiswara, Rianto S, Frans D.S, Purwantyastuti, 1995, Farmakologi dan Terapi, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Holck, H.G.O., 1959, Laboratory Guide in Pharmacology, Burgess Publishing Company:MInenesotta, 1-3

Levine, RR, 1978, Phamacology: Drug Actons and Reactions, 2nd ed. Little Brown Company, Boston

Gambar

Tabel I. Volume maksimum larutan yang bisa diberikan hewan uji
Tabel II. Konversi perhitungan dosis antar jenis subyek uji (Laurence dan Bacharach, 1964)  Mencit  20 g  Tikus 200 g  Marmut 400 g  Kelinci 1,5 kg  Kera 4 kg  Anjing  12 kg  Manusia 70 kg  Mencit  20 g  1,0  7,0  12,25  27,8  64,1  124,2  387,9  Tikus  20

Referensi

Dokumen terkait

Dosis obat yang lebih besar seharusnya akan memberikan efek terapi yang lebih besar  sehingga efek lebih terlihat pada tikus II dibanding pada tikus I yang dosis obatnya setengah

Pengamatan piloereksi pada mencit dan tikus dilakukan untuk mengetahui adanya aktivitas simpatomimetik pada obat yang diberikan karena terjadi kompensasi terhadap suhu rendah

efek obat antifertilitas dengan menggunakan obat Andalan ®, Microgynon ® ,.. dan Na CMC pada kontrasepsi hewan coba mencit

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa obat diabetes mellitus yang paling efektif digunakan untuk menurunkan kadar glukosa

Activity wheel digunakan untuk menilai aktivitas motorik dengan cara menghitung banyaknya putaran yang dilakukan mencit selama berlari pada rotarod dalam kurun waktu

Dalam uji toksisitas akut, penentuan LD50 dilakukan dengan cara menghitung jumlah kematian hewan uji yang terjadi dalam 24 jam pertama sesudah pemberian dosis tunggal bahan

Sedangkan pada tikus dengan pemberian obat B pada golongan 4,5 dan 6, didapatkan hasil jumlah terjatuh tikus yang semakin menurun, yang menunjukkan bahwa tidak adanya efek obat sedatif

5 Pemberian Secara Oral 2.6 kesimpulan Berdasarkan hasil percobaan dengan memberikan lorazepam pada mencit dan tikus dengan berat badan yang berbeda, dapat disimpulkan bahwa