• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Farmakologi dan Toksil (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Praktikum Farmakologi dan Toksil (2)"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dalam tubuh manusia terdapat pengaturan tersendiri yang

dapat digunakan untuk mencegah terbentuknya suatu penyakit. Dan hormon-hormon yang dihasilkan oleh tubuh yang memiliki kerja seperti yang disebutkan sebelumnya. Salah satu hormone yang memilki fungsi

dalam pengaturan metabolisme dan peredaran glukosa dalam tubuh adalah hormone insulin.

Hormon ini terbentuk pada kelenjar pankreas oleh sel-sel β yang mensekresikan insulin tersebut. Hormone insulin digunakan untuk mengikat glukosa dalam darah sehingga tidak terjadi penumpukkan

glukosa dalam darah dan menyebabkan glukosa tersebut diekskresikan lewat urine tanpa digunakan. Hal ini dapat menyebabkan tubuh menjadi

letih, cepat haus, lapar dan sering berkemih. Ini merupakan gejala penyakit diabetes mellitus.

Pada percobaan kali ini kita menggunakan hewan coba mencit

untuk uji antidiabetes. Praktikum ini dilakukan, agar kita lebih mengetahui keefektifan dari obat-obat antidiabetes. Selain itu, sebagai

mahasiswa farmasi kita harus mengetahui obat antidiabetes yang ideal dan tidak memiliki efek samping yang merugikan pengguna obat tersebut. Parameter utama dari antidiabetes adalah kadar glukosa

(2)

B. Maksud Percobaan

Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan

memahami efek dari obat diabetes melitus terhadap hewan coba mencit (Mus musculus).

C. Tujuan Percobaan

Untuk menentukan tingkat efektifitas pemberian obat diabetes mellitus yaitu metformin, glibenklamid, dan Na-CMC 1% (kontrol negatif)

pada hewan coba mencit (Mus musculus) yang terlebih dahulu diinduksi dengan larutan glukosa 5%.

D. Prinsip percobaan

Penentuan penurunan kadar glukosa darah dan tingkat efektifitas pemberian obat antidiabetes yakni metformin, glibenklamid, dan

Na-CMC 1% (kontrol negatif) pada hewan mencit (Mus musculus) yang telah diinduksi dengan larutan glukosa 5 % berdasarkan onset dan

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori

Diabetes melitus adalah suatu keadaan yang timbul karena defisiensi

insulin relativ maupun absolute. Hiperglikemia timbul karena penyerapan glukosa ke dalam sel terhambat serta metabolismenya terganggu. Dalam keadaan normal, kira-kira 50% glukosa yang dimakan mengalami

metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 5% diubah menjadi glikogen dan kira-kira 30-40% diubah menjadi lemak. Pada Diabetes Melitus

semua proses tersebut terganggu, glukosa tidak dapat masuk kedalam sel, sehingga energi terutama diperoleh dari metabolisme protein dan lemak (Ganiswarna, dkk, 1995).

Diabetes Mellitus adalah peningkatan kadar glukosa darah atau hiperglikemia (glukosa puasa ≥ 126 mg/dL atau postprandial ≥ 200 mg/dL

atau glukosa sewaktu ≥ 200 mg/dL. Bila DM tidak segera diatasi akan terjadi gangguan metabolisme lemak dan protein, dan resiko timbulnya gangguan mikrovaskular atau makrovaskular meningkat (Gunawan, 2012)

Diabetes mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas

(4)

Diabetes militus, penyakit gula atau kencing manis adalah suatu gangguan menahun kronis yang khususnya metabolisme karbohidrat dalm

tubuh, dan juga pada metabolisme lemak dan protein (Lat. Diabetes =

penerusan, mellitus = manis madu) (Mycek, 2001).

Diabetes terdapat 4 tipe, yaitu :

1. Diabetes melitus tergantung insulin (IDDM ; tipe I) disebabkan oleh defisiensi absolut yang biasanya terjadi sebelum usia 15 tahun dan

mengakibatkan penurunan berat badan, hiperglikomin, hetoksidosis, asteroksis, kerusakan retina dan gagal ginjal. Karena sel batu pada

langerhans rusak maka pasien membutuhkan injeksi insulin.

2. Diabetes melitus tidak tergantung insulin (NIDDM ; tipe II)

disebabkan oleh penurunan pelepasan insulin atau kelainan respon jaringan terhadap insulin yang menyebabkan hiperglikemia, tetapi tidak

hetoksidosis.

3. Berbagai sebab spesifik yang lain yang menyebabkan kadar glukosa darah meningkat, seperti penyakit nonpancreatic dan akibat terapi obat

4. Disebut juga Gestational diabetes (GDM), tidak normalnya kadar

glukosa darah di masa-masa awal kehamilan dimana plasenta dan hormon-2 plasenta menimbulkan resistensi insulin yang nyata pada trimester terakhir.

(5)

a. Poluria (banyak berkemih) b. Polidipsia ( banyak minum)

c. Polifagia (banyak makan)

Disamping naiknya kadar gula darah,diabetes bercirikan adanya gula

dalam kemih (glycosuria) dan banyak berkemih karena glukosa yang di ekskresikan mengikat banyak air. Akibatnya timbul rasa sangat haus, kehilangan energy, turunnya berat badan serta rasa letih. Tubuh mulai

membakar lemak untuk memenuhi kebutuhan energinya, yang disertai pembentukan zat-zat perombakan antara lain aseton, asam

hirdroksibutirat dan diasetat, yang membuat darah menjadi asam. Keadaan ini, yang disebut ketoacidosis dan terutama timbul pada tipe 1, amat berbahaya karena akhirnya dapa menyebabkan pingsan. Napas

penderita yang sudah menjadi sangat kurus sering kali juga berbau aseton (Tan Hoan,2010)

Penyebabnya adalah kekurangan hormon insulin, yang berfungsi memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi dan mensintesa lemak. Akibatnya ialah glukosa bertumpuk didalam darah (hiperglikemia) dan

akhirnya dieksresikan lewat kemih tanpa digunakan (glycosuria). Karena itu produksi kemih sangat meningkat dan pasien harus kencing, merasa

amat haus, berat badan menurun dan berasa lelah (Mycek, 2001). Kriteria Penderita Diabetes Melitus (Handoko, 2003) :

a. Seseorang dikatakan menderita penyakit diabetes mellitus bila hasil

(6)

vena) atau pada pemeriksaan kadar glukosa darah 2 jam setelah minum larutan glukosa 75 gram hasilnya ≥ 200 mg/dl.

b. Seseorang dikatakan terganggu terhadap toleransi glukosa bila hasil pemeriksaan kadar glukosa dara puasanya 110-125 mg/dl (plasma

vena) atau pada kadar glukosa darah 2 jam setelah minum larutan glukosa 75 gram hasilnya antara 140-199 mg/dl.

c. Seseorang dikatakan normal (tidak mengidap DM) jika hasil

pemeriksaan kadar glukosa darah puasanya ≤ 110 mg/dl (plsma vena) atau pada pemeriksaan kadar glukosa darah 1 jam setelah

minum larutan glukosa ‹ 180 mg/dl dan hasil pemeriksaan kadar kadar glukosa darah 2 jam setelah minum larutan glukosa ‹140 mg/dl.

Insulin merupakan hormon polipeptida yang tediri dari dua rantai peptida yang dihubungkan dengan ikatan-ikatan disulfida (Harvey, 2013)

Insulin adalah hormon yang disekresi oleh sel β pulau langerhands dalam pankreas (atas). Insulin terikat pada rseptor spesifik (tengah) dalam membran sel dan memulai sejumlah aksi (kanan, bawah, berarsir)

termasuk peningkatan ambilan glukosa oleh otot, hati, dan jaringan adiposa. (Neal, 2006)

(7)

Pada otot dan jaringan adiposa, insulin memudahkan penyerapan berbagai zat melalui membran, termasuk glukosa dan monosakarida lain,

serta asam amino, ion K, nukleosida dan fosfat anorganik. (Gunawan,2012)

Insulin berfungsi membantu transport glukosa masuk kedalam sel dan mempunyai pengaruh yang sangat luas terhadap metabolism, baik metabolism karbohidrat, lipid dan protein. Insulin akan meningkatkan

lipogenesis,menekan lipolysis, serta meningkatkan transport asam amino masuk kedalam sel. (Depkes,2005)

Sekresi insulin diatur ketat untuk mendapatkan kadar glukosa darah yang stabil baik sesudah makan atau waktu puasa. Hal ini dapat dicapai karena adanya koordinasi peran berbagai nutrien, hormon insulin hormon

saluran cerna, hormon pankreas dan neurotransmitter otonom. Glukosa, asam amino, asam lemak dan benda keton akan merangsang sekresi

insulin. Sel-sel langerhands dipersarafi saraf adrenergik dan kolinergik. Stimulasi reseptor α2 adrenergik menghambat sekresi insulin, sedang β2 adrenergik agonis dan stimulasi saraf vagus dan merangsang sekresi.

(Gunawan, 2012)

Dalam mengatasi antidiabetes ada beberapa golongan obat yang

(8)

Obat golongan ini memeliki efek utama menignkatkan pelepasan insulin dari pangkreas. Dua mekanisme kerja lain yang

diusulkan-penurunan kadar glucagon serum dan penutupan saluran kalium dijaringan ekstrapangkreas (yang maknanya tidak diketahui, tetapi

mungkin minimal). Sulfonylurea mengikat reseptor sulfonylurea afinitas tinggi yang berkaitan dengan suatu saluran kalium peka ATP inward-rectifier sel beta. Pengikatan sulfonylurea menghambat efluks ion

kalium melalui saluran dan menyebabkan depolarisasi. Depolarisai membuka saluran kalsium berpintu voltase dan menyebabkan influks

kalsium dan pelepasan insulin jadi. Mekanisme penekanan sulfonylurea pada kadar glucagon masih belum jelas, tetapi tampaknya melibatkan inhibisi tak langsung karena meningkatnya pelepasan insulin dan

somatostatin yang menghambat sekresi sel alfa. b. Secretagogue insulin: MEGLITINID

Obat-obat ini memodulasi pelepasan insulin sel beta dengan mengatur efluks kalium melalui saluran kalium. Terjadi tumpang tindih tempat kerja molecular dengan sulfonylurea karena meglitid memiliki

dua tempat pengikatan yang sama dengan sulfonylurea dan satu tempat pengikatan yang khas,

c. Secretagogue Insulin: TURUNAN D-FENILALANIN

Nateglidin suatu turunan D-Fenilalanin. Nateglinid merangsang pelepasan insulin yang sangat ceat dan sesaat dari sel beta melalui

(9)

memulihkan pelepasan insulin inisial sebagai respon terhadap tes toleransi glukosa intravena.

d. BIGUANID

Mekanisme kerja pasti dari biguanid masih belum pasti diketahui,

tetapi efek primer obat golongan ini adalah mengurangi produksi glukosa hati melalui pengaktifan enzim AMP-activated protein kinase (AMPK, protein kinase yang diaktifkan oleh AMP). Mekanisme kerja

minor lainnya mugkin adalah penghambatan glukneogenesis di ginjal, perlambatan penyerapan glukosa di saluran cerna, disertai peningkatan

konversi glukosa menjadi laktat oleh enterosit, stimulasi langsug glikolisis dijaringan, peningkatan pengeluaran glukosa dari darah, dan penurunan kadar glukogon plasma. Contoh obat Metformin

e. TIAZOLIDINEDION

Tiazolidinedion (TZD) bekerja menurunkan resistensi insulin. Tzd

adalah ligan dari peroxisome proliferator activated receptor-gamma,

(PPAR-y). bagian dari superfamili steroid dan tiroid reseptor nucleus. Reseptor PPAR-y memodulasi eksresi gen-gen yang berperan dalam

metabolisme lemak dan glukosa, transduksi sinyal insulin dan diferensiasi adiposit dan jaringan lain. Contoh obat golongan ini

Pioglitazone dan Rosiglitazone f. Inhibitor α-Glukosidase

Akarbosa dan miglitol adalah inhibitor kompetitif α-glukosidase

(10)

dengan menunda pencernaan dan penyerapan tepung dan disakarida. Hanya monosakarida, seperti glukosa dan fruktosa yang dapat diangkut

dari lumen usus dan masuk dalam aliran darah. Tepung kompleks, oligosakarida dan disakarida harus diuraikan menjadi masing-masing

monosakarida sebelum diserap kedalam duodenum dan jejunum. g. Analog Amilin

Pramlintid merupakan suatu analog sintetik amylin, adalah obat

anti-hiperglikemik suntikan yang memodulasi kadar glukosa pasca-makan. Pramlintid menekan pelepasan glukagon melalui mekanisme

yang belum diketahui.

h. Inhibitor Dipeptidil Peptidase-4 (DPP-4)

Sitagliptin, saksagliptin, dan Linagliptin adalah inhibitor DPP-4,

yaitu enzim yang menguraikan hormone inkretin. Obat-obat ini menignkatkan kadar GLP-1 alami dan polipeptida insulinotropik

dependen-glukosa (glucose-dependent insulinotropik polypeptide, GIP)

dalam darah yang akhirnya menurunkan penyimpangan kadar glukosa pasca makan dengan meningkatkan sekresi insulin dan menekan kadar

glucagon.

B. Uraian Bahan dan Obat

1. Uraian Bahan

a. Air Suling (Dirjen POM, 1995)

Nama resmi : AQUADESTILLATA

(11)

RM/BM : H2O/18,02

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

tidak mempunyai rasa Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pelarut b. Glukosa (Ditjen POM, 1995)

Nama Resmi : Dextrosum

Nama Lain : Glukosa, Dekstrosa

Pemerian : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau

serbuk granul putih, tidak berbau, rasa manis

Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut

dalam air mendidih, larut dalam etanol mendidih, sukar larut dalam etanol

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik Kegunaan : Sebagai induksi sumber gula c. Na.CMC (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : Natrii carboxymethycellulosum Sinonim : Natrium karboksilmetilselulosa

BM : 50.000 – 70.00046,0

Pemerian : Serbuk atau butiran, putih atau putih kuning gading, tidak berbau atau hamper tidak

(12)

Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, membentuk suspensi colloidal, tidak larut dalam etanol

(95%) P, dalam eter P dan dalam pelarut organik lain.

Efek samping : Obstruksi usus dan esophagus Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai bahan pensuspensi dan kontrol

2. Uraian Obat

a. Glibenklamid (Tjay, 2002)

Golongan : Antidiabetes (Sulfonilurea) Indikasi : Diabetes Militus

Farmakodinmik : Glibenklamid merangsang sekresi induksi

dari granul-granul sel beta langerhans pangkreas. Rangsangannya melalui

interaksinya dengan ATP sensitive K channel.

Farmakodinamik : Sulfonilurea generasi II, umumnya potensi

hipoglikemiknya hampir 100 kali lebih besar dari generasi I. Meski waktu paruhnya

pendek, hanya 3 - 5 jam, efek hipoglikemiknya berlangsung 12 – 24 jam, sering cukup satu kali sehari. Alasan

(13)

memberikan efek hipoglikemik panjang, belum diketahui.

Efek samping : Mual, muntah, sakit perut, vertigo, bingung, ataksia, reaksi alergi (Theodorus, 1996).

Insidens efek samping generasi I sekitar 4%. Insidensinya lebih rendah lagi untuk generasi II. Hipoglikemia, bahkan sampai

koma tentu dapat timbul. Reaksi ini lebih terjadi pada pasien usia lanjut dengan

gangguan fungsi hepar atau ginjal, terutama yang mengunakan sediaan dengan masa kerja panjang. Efek samping

lain, reaksi alergi jarang sekali terjadi, mual, muntah, diare, gejala hematologic, SSP,

mata dan sebagainya.

Kontraindikasi : Wanita diabetes yang sedang hamil, penderita glikosuria renal non-diabetes,

hipersensitivitas Interaksi Obat :Glukokortikoid, hormone tiroid, diuretika,

(14)

Dosis : Permulaan 1 dd 2,5 – 5 mg, bila perlu dinaikkan setiap minggu sampai maksimal

2 dd 1 mg. b. Metformin (Tjay, 2002)

Nama Paten : Methergin, Methicol, Methioson, methovin, Methycobal, Metidrol, Benofomin, Forbetes, metphica, Diabex.

Indikasi : Diabetes orang dewasa yanhg tidak terkontrol dengan memuaskan oleh diet dan

obat lain,pengobatan utama dan tambahan tunggal atau kombinasi dengan insulin atau sulfonylurea.

Kontra Indikasi : Komadiabetik dan ketoasidosis, Gangguan fungsi ginjal yang serius,

penyakit hati kronis, kegagalan jantung, Miokardial infark, Alkoholism, Keadaan penyakit kronik atau akut berkaitan dengan

hipoksia jaringan, laktat asidosis, hipersensitivitas terhadap biguanid.

(15)

gangguan perut, mual, muntah, rasa logam pada mulut dan diare.

Farmakodinamik : Kerjanya untuk menurunkan glukosa darah tidak tergantung pada adanya fungsi

pankreatik sel-sel B. Glukosa tidak menurun pada subjek normal setelah puasa satu malam,tetapi kadar glukosa darah pasca

prandial mereka menurun selama pemberian biguanid. Mekanisme kerja yang

diusulkan adalah stimulasi glikolisis secara langsung dalam jaringan dengan peningkatan eliminasi glukosa dari darah,

penurunan glukoneogenesis hati, melambatkan absorbsi glukosa dari saluran

cerna dengan peningkatan perubahan glukosa menjadi laktat oleh enterosit dan penurunan kadar glukagon plasma

(Katzung, 2002).

Farmakokinetik : Metformin memiliki waktu paruh 1,5 – 3 jam

dan tidak terikat pada protein plasma. Tidak dimetabolisme dan diekskresikan oleh ginjal sebagai senyawa aktif. Sebagai akibat

(16)

onat tersebut diduga mengganggu ambilan asam laktat oleh hati (Katzung, 2002)

C. Uraian Hewan Coba

Mencit (Mus musculus)

a. Klasifikasi (Jasin, 1991)

Kingdom : Animalia

Phylum : Cordata

Sub Phylum : Vertebrata

Class : Mamalia

Ordo : Rodentia

Family : Muridae

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus

b. Karakteristik (Malole, 1989)

Berat badan dewasa : 20 – 40g jantan ; 18 – 35g betina Mulai dikawinkan : 8 minggu (jantan dan betina) Lama kehamilan : 19 – 21 hari

Jumlah pernapasan : 140 – 180/menit, turun menjadi 80 dengan anestesi, naik sampai 230

dalam stress.

(17)

Detak jantung : 600-650/menit, turun menjadi 350 dengan anestesi, naik sampai 750

dalam stress.

Volume darah : 76-80 ml/kg

Tekanan darah : 130-160 siistol; 102-110 diastol, turun menjadi 110 sistol, 80 diastol dengan anestesi.

(18)

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan

a. Alat yang digunakan

Adapun alat yang digunakan pada percobaan kali ini adalah gelas kimia, gunting, kanula, labu ukur 5 mL, spoit 1 mL, restrainer, dan glucometer.

b. Bahan yang digunakan

Adapun bahan yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu

betadine®, glibenklamid, glukosa 5 %, metformin, Na CMC 1 %. B. Prosedur Kerja

a. Pembuatan bahan praktikum

1. Metformin

- Ditimbang serbuk tablet Metformin sebanyak 16,

489 mg.

- Dibungkus dengan kertas perkamen.

- Dilarutkan dalam Na CMC 1%

- Disimpan dalam labu ukur 5 mL dan beri label.

2. Glibenklamid

- Ditimbang serbuk tablet Glibenklamid sebanyak

4,764 mg.

- Dibungkus dengan kertas perkamen.

(19)

- Disimpan dalam labu ukur 5 mL dan beri label.

b. Penyiapan hewan uji

1. Ditimbang berat badan hewan coba mencit.

2. Diberi penandaan setiap hewan coba mencit.

3. Dipuasakan hewan coba memcit selama 8 jam sebelum perlakuan. 4. Dihitung volume pemberian obat setiap hewan coba mencit.

c. Perlakuan percobaan

1. Diambil 5 ekor hewan coba mencit.

2. Dipuasakan hewan coba mencit selama 8 jam.

3. Diukur kadar gula darah puasa pada hewan coba mencit. 4. Diinduksi dengan glukosa 5 % setelah 30 menit.

5. Diukur kadar gula darah setelah induksi glukosa.

6. Untuk kelompok 1, mencit di induksi dengan obat Metformin

dengan volume pemerian 0,7 mL. Untuk kelompok 2, mencit diinduksi dengan glibenklamid dengan volume pemerian 1 mL, untuk kelompok 3, mencit diinduksi dengan metformin dengan

volume pemerian 0,9 mL, Untuk kelompok 4, mencit diinduksi dengan Glibenclamide dengan volume pemberian 0,7 mL. Untuk

(20)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Berikut tabel data pengamatan pada percobaan obat diabetes melitus :

Obat BB(g) (ml)Vp

Metformin 21 0,7 154 292 144 140 102

Glibenklami

d 30 1 148 277 326 453 336

Metformin 27 0,9 189 313 305 292 64

Glibenklami

d 22 0,7 102 164 60 107 49

Na-CMC 24 0,8 131 355 270 192 151

Perhitungan % Penurunan Glukosa

1. Metformin

% Penurunan =

(kadar induksi-kadar glukosa setelah menit ke-30)

kadar induksi x 100 %

= (292 mg/dL - 144 mg/dL)292 mg/dL x 100 %

= 50,68 %

% Penurunan =

(kadar induksi-kadar glukosa setelah menit ke-60)

(21)

= (292 mg/dL - 140 mg/dL)292 mg/dL x 100 %

= 52,05%

% Penurunan =

(kadar induksi-kadar glukosa setelah menit ke- 9 0)

kadar induksi x 100 %

= (292 mg/dL - 102 mg/dL)292 mg/dL x 100 %

= 65,06%

Total % Perununan = 50,68 +52,05 +65,06 3

= 55,9 % 2. Glibenklamid

% Penurunan =

(kadar induksi-kadar glukosa setelah menit ke-30)

kadar induksi x 100 %

= (277 mg/dL - 326 mg/dL)2 77 mg/dL x 100 %

= 17,6 %

% Penurunan =

(kadar induksi-kadar glukosa setelah menit ke-60)

kadar induksi x 100 %

= (2 77 mg/dL - 453 mg/dL)2 77 mg/dL x 100 %

(22)

% Penurunan =

(kadar induksi-kadar glukosa setelah menit ke- 9 0)

kadar induksi x 100 %

= (2 77 mg/dL– 336 mg/dL)2 77 mg/dL x 100 %

= 21,29 %

Total % Perununan = 17,6 + 6 3,53 + 21,293

= 34,14 %

3. Metformin

% Penurunan =

(kadar induksi-kadar glukosa setelah menit ke-30)

kadar induksi x 100 %

= (313 mg/dL - 305 mg/dL)313 mg/dL x 100 %

= 2,55%

% Penurunan =

(kadar induksi-kadar glukosa setelah menit ke-60)

kadar induksi x 100 %

= (313 mg/dL - 292 mg/dL)313 mg/dL x 100 %

= 6,70%

% Penurunan =

(kadar induksi-kadar glukosa setelah menit ke- 9 0)

kadar induksi x 100 %

(23)

= 79,5%

Total % Perununan = 2,55 +6,70 +79,5 3

= 29,5 %

4. Glibenklamid

% Penurunan =

(kadar induksi-kadar glukosa setelah menit ke-30)

kadar induksi x 100 %

= (164 mg/dL - 60 mg/dL)164 mg/dL x 100 %

= 63,4 %

% Penurunan =

(kadar induksi-kadar glukosa setelah menit ke-60)

kadar induksi x 100 %

= (164 mg/dL– 107 mg/dL)164 mg/dL x 100 %

= 34,1 %

% Penurunan =

(kadar induksi-kadar glukosa setelah menit ke- 9 0)

kadar induksi x 100 %

= (164 mg/dL– 49 mg/dL)164 mg/dL x 100 %

= 70,1 %

Total % Perununan = 63,4 + 34,1 + 70,13

(24)

% Penurunan =

(kadar induksi-kadar glukosa setelah menit ke-30)

kadar induksi x 100 %

= (355 mg/dL - 270 mg/dL)355 mg/dL x 100 %

= 23,9 %

% Penurunan =

(kadar induksi-kadar glukosa setelah menit ke-60)

kadar induksi x 100 %

= (355 mg/dL - 192 mg/dL)355 mg/dL x 100 %

= 45,9 %

% Penurunan =

(kadar induksi-kadar glukosa setelah menit ke-90)

kadar induksi x 100 %

= (355 mg/dL - 151 mg/dL)355 mg/dL x 100 %

= 57,4 %

Total % Perununan = 23,9 + 4 5,9 + 57,43

(25)

B. Pembahasan

Diabetes melitus adalah suatu keadaan yang timbul karena defisiensi

insulin relativ maupun absolute. Hiperglikemia timbul karena penyerapan glukosa kedalam sel terhambat serta metabolismenya terganggu.Jika telah berkembang penuh secara klinis, maka diabetes melitus ditandai

dengan hiprglikemia puasa dan postprandial, aterosklerotik dan penyakit vaskuler mikroangiopati, dan neuropati. Manifestasi klinis hiperglikemia

biasanya sudah bertahun-tahun mendahului timbulnya kelainan klinis dari penyakit vaskularnya. Pasien dengan kelainan toleransi glukosa ringan (gangguan glukosa puasa dan gangguan toleransi glukosa) dapat tepat

beresiko mengalami komplikasi metabolik diabetes

Penyebab diabetes melitus adalah kekurangan hormone insulin,

yang berfungsi memungkinkan glukosa masuk ke dalam sel untuk dimetabolisir’ (dibakar) dan demikian dimanfaatkan sebagai sumber energi. Akibatnya ialah glukosa bertumpuk di dalam darah dan akhirnya

dieksresikan lewat kemih tanpa digunakan. Karena itu, produksi kemih sangat meningkat dan penderita sering berkemih, merasa amat haus,

berat badan menurun dan merasa lelah.

Pada praktikum ini akan dilakukan penentuan penurunan kadar glukosa darah dan penentuan efek obat antidiabetes terhadap Mencit

(26)

dan Na CMC1%. Tujuan dilakukan percobaan ini ialah untuk menentukan efek farmakologi dari pemberian obat antidiabetes hipoglikemik oral yaitu

metformin dan glibenklamid dan NaCMC sebagai obat pembanding pada hewan coba mencit (Mus musculus) yang sebelumnya didinduksi dengan

glukosa 5% untuk meningkatkan kadar glukosa darah mencit dengan interval waktu 30’, 60’ dan 90’ setelah pemberian obat secara peroral.

Sebelum pemberian obat, semua hewan dipuasakan karena untuk

mengukur kadar glukosa puasa pada hewan coba mencit, setelah itu semua mencit diinduksi dengan air. Semua hewan diukur glukosa darah

puasa agar dapat dibandingkan dengan kadar glukosa pada saat pemberian obat. Semua hewan coba mencit diinduksi dengan glukosa 5 %. Alasan diinduksi glukosa 5% untuk menigkatkan kadar glukosa dararh

mencit. Semua mencit diukur kadar glukosa darahnya lagi agar dapat diketahui kadar glukosa hewan coba mencit pada saat kadar glukosanya

meningkat. Untuk mengukur kadar glukosa dari mencit, digunakan alat yaitu seperangkat alat ukur yang terdiri dari glukometer dan strip pembaca glukosa darah yang terpasang pada bagian atas glukometer. Dalam strip

terdapat enzim glukooksigenase yang mana jika sampel darah mengenai strip, maka akan langsung terbaca oleh glukometer. Alasan penggunaan

alat glukometer sebagai alat yang otometik memudahkan dalam memperoleh hasil glokosa darah, periksaan dengan menggunakan alat ini memerlukan waktu yang reltif singkat, akurat, waktu tesnya minimal 30

(27)

mencit diberi glibenklamid dan satu mencit diberi Na-CMC 1%. Diukur kadar glukosa mencit pada menit 30, 60, dan 90 agar diketahui penurunan

kadar glukosa pada hewan coba.

Pada percobaan yang dilakukan, Na.CMC sebagai kontrol negatif

didapatkan penurunan kadar glukosa setelah pemberian obat dengan interval 0’, 30’, 60’ dan 90’ mengalami penurunan sebesar 270 mg/dL, 192 mg/dL dan hingga 152 mg/dL. Namun penurunannya tidak signifikan jika

dibandingkan dengan penurunan kadar gula yang disebabkan oleh obat metformin dan glibanklamid. Hal ini dikarenakan selain Na.CMC sebagai

kontrol negative yang tidak memiliki efek antidiabetik.

Adapun faktor kesalahan yang mungkin dapat mempengaruhi data yang diperoleh yaitu, kurangnya mencit jantan yang diujikan sehingga

praktikum tidak efisien, kurangnya waktu puasa mencit, dan ketidak telitian praktikan dalam menimbang mencit sehingga akan berpengaruh

(28)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa obat diabetes mellitus yang paling efektif digunakan untuk menurunkan kadar glukosa dalam darah pada hewan coba mencit yaitu

obat metformin dan glibanklamid memiliki efek sebagai antidiabetes, sedangkan Na-CMC tidak memiliki efek antidiabetes.

B. Saran

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2016. Penuntun Praktikum Farmakologi dan Toksikologi 3. Fakultas Farmasi UMI : Makassar.

Dirjen POM.1979.Farmakope Indonesia Edisi III. DEPKES RI : Jakarta. Dirjen POM.1995.Farmakope Indonesia Edisi IV . DEPKES RI : Jakarta.

Ganiswarna, S.1995.Farmakologi dan Terapi. FK-UI : Jakarta.

Gunawan, Sulistia Gan. 2012. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. FKUI : Jakarta.

Handoko, T, dan Suharto B. 2003. Insulin Glukagon dan Antidiabetek Dalam Farmakologi dan Terapi. Gaya Baru : Jakarta.

Harvey, Richard A, dan Champe, Pamela A. 2013. Farmakologi Ulasan Bergambar. EGC : Jakarta.

Katzung.G.B. 2002. Farmakologi Dasar Dan Klinik. Salemba Medika : Jakarta.

Malole. 1989. Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan Di Laboratorium. IPB : Bogor.

Mycek.M,J, Harvey. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. Widya Medika : Jakarta.

Neal, M.J. 2006. At Glance Farmakologi Medis Edisi Kelima. PT. Gelora Aksara Pratama : Jakarta.

(30)

LAMPIRAN

SKEMA KERJA

1. Penyiapan hewan uji

Mencit ditimbang

Mencit dipuasakan selama 8 jam 2. Perlakuan hewan coba

Disiapkan mencit yang telah di puasakan selama 8 jam

Diukur kadar glukosa puasanya

Dinduksikan dengan glukosa 5%

Diukur kembali kadar glukosa setelah induksi

Diberikan obat

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5

Metformin Glibenklamid Metfomin Glibenklamid Na-CMC

(31)

PERHITUNGAN DOSIS

1. Metformin

Dosis : 500 mg Berat rata-rata : 534,85 mg

Dosis Dewasa = 500 mg60 kg =8,33 mg/kgBB

Dosis Mencit = 8,333 mg/kgBB × 373 = 102,773 mg/kgBB

Dosis mencit 30 gram = 102,773 mg1000g ×30gr=3,083

mg

Larutan stok = 5 ml1 ml × 3,083 mg=15,415 mg/ 5 mL

BYD =15,415500mg xmg 534,85 mg

¿16,489mg / 5 mL

2. Glibenklamid

Dosis : 5 mg

Berat rata-rata : 158,8 mg

Dosis Dewasa = 5 mg60 kg

x 0,083 mg/kgBB

Dosis Mencit = 0,083 mg/kgBB×373

= 1,023 mg/kgBB

Dosis mencit 30 gram = 1,023 mg1000g ×30 gr = 0,030 mg

Larutan stok = 5 ml1 ml × 0,030 mg

= 0,15 mg/ 5 mL

Referensi

Dokumen terkait

pembuatan kapal ikan masih kurang dikuasai. 3) Belum ada informasi (data-data) prototipe kapal ikan yang dikaitkan dengan alat tangkap, wilayah penangkapan dan kondisi perairan bagi

Ampul dibuat dari bahan gelas tidak berwarna akan tetapi untuk bahan obat yang peka terhadap cahaya, dapat digunakan ampul yang terbuat dari bahan gelas

BAZNAS Kabupaten Lampung Tengah hanya mengalokasikan zakat produktif kepada fakir, miskin, BAZNAS lebih memprioritaskan kepada 2 ashnaf tersebut karena diasumsikan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa etika petugas rekam medis dalam penyimpanan dokumen rekam medis pasien dengan sistem penyimpanan secara sentralisasi menggunakan sistem

yang juga kurang sempurna dalam mengenali tiap jenis uang kertas, dan alasan lain yang. menyebabkan jumlah pixel putih yang Ielah ditetapkan sebagai batas toleransi lebih

diibaratkan seperti teknologi penginderaan jarak jauh menggunakan citra satelit yang digunakan untuk mendeteksi potensi sumber daya alam di suatu titik lokasi,

Penekanan analisis kasus ini adalah apakah dampak yang terjadi pada model pembangunan di Korea Selatan setelah adanya kerjasama perdagangan bilateral KORUS FTA

Segala puji dan syukur penulis ucapkan yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk merasakan dan mengikuti pendidikan