• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Farmakologi dan Toksil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Praktikum Farmakologi dan Toksil"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I abnormal.Hingga kini penyebab pertumbuhan sel tubuh yang abnormal itu tidak diketahui secara pasti. Jika menyerang suatu organ tubuh, sel kanker akan berkembang biak dan merusak sel-sel tubuh yang normal dengan sangat cepat.

Toksisitas adalah efek berbahaya dari bahan kimia suatu obat pada organ target, berhubungan dengan kanker yang merupakan salah satu ancaman utama di bidang kesehatan.

Dilakukan penelitian, guna mendukung pencarian obat kanker yang spesifik, dari bahan-bahan alam. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian-penelitian yang berguna bagi pengembangan dalam pemanfaatan flora yang ada secara maksimal alam termasuk untuk pengobatan kanker.

(2)

B. Maksud Percobaan

Maksud dari Percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami toksisitas Ekstrak etanol sawo manila pada hewan uji larva udang (Artemia Salina Leach) dengan menggunakan metode BSLT.

C. Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan toksisitas dari Ekstrak etanol sawo manila pada hewan uji larva udang (Artemia Salina Leach) dengan menggunakan metode BSLT.

D. Prinsip Percobaan

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori

Kanker merupakan penyakit atau kelainan pada tubuh sebagai akibat dari sel-sel tubuh yang tumbuh dan berkembang secara abnormal, diluar kewajaran dan sangat liar. Keadaan kanker terjadi jika sel-sel normal berubah dengan pertumbuhan yang sangat cepat, sehingga tidak dapat dikendalikan oleh tubuh dan tidak berbentuk. Kanker dapat terjadi disetiap bagian tubuh (Junaidi, 2007).

Kanker bukanlah istilah yang asing lagi tetapi sering menjadi momok dan sangat menakutkan bagi masyarakat. Kanker merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal dan tak terkontrol. Sel-sel tersebut terbentuk karena terjadinya mutasi gen sehingga mengalami perubahan baik bentuk,ukuran, maupun fungsi dari sel tubuh yang asli. Mutasi gen ini dipicu oleh keberadaan suatu bahan asing yang masuk kedalam tubuh diantaranya zat bahan tambahan makanan, radioaktif, oksidan, atau karsinogenik yang dihasilkan oleh tubuh sendiri secara alamiah (Griffiths 2004).

(4)

Toksikologi adalah pengetahuan tentang efek racun dari obat terhadap tubuh dan sebetulnya termasuk pula dalam kelompok farmakodinamika, karena efek terapeutis obat berhubungan erat dengan efek toksisnya. Pada hakikatnya setiap obat dalam dosis yang cukup tinggi dapat bekerja sebagai racun dan merusak organisme (“Sola dosis facit venenum”: hanya dosis membuat racun, Paracelsus) (Tjay, 2010).

Untuk obat yang struktur kimianya belum diketahui dan untuk sediaan tak murni atau campuran dari beberapa zat aktif , metode spektrofotometer ultraviolet/ infrared, dan polarograf tidak dapat dilakukan. Obat-obat ini diukur dengan metode biologis, yaitu dengan bio-assay, dimana aktivitas ditentukan oleh organisme hidup (hewan, kuman) dengan membandingkan efek obat tersebut dengan efek suatu standar biologik. Semuanya ini diperlukan untuk memperkirakan dosis efektif dan memperkecil resiko penelitian pada manusia (Gunawan, 2012).

(5)

mengatakan, bahwa dosis menetukan apakah suatu zat kimia adalah racun (dosis sola facit venenum). Sekarang dikenal banyak faktor yang menentukan apakah suatu zat kimia bersifat racun, namun dosis tetap merupakan faktor utama yang terpenting. Untuk setiap zat kimia, termasuk air, dapat ditentukan dosis kecil yang tidak berefek sama sekali, atau suatu dosis besar sekali yang dapat menimbulkan keracunan dan kematian. Untuk zat kimia dengan efek terapi, maka dosis yang adekuat dapat menimbulkan efek farmakoterapeutik (Gunawan, 2012).

Penggunaan LC50dimaksudkan untuk pengujian ketoksikan dengan perlakuan terhadap hewan uji secara berkelompok yaitu pada saat hewan uji dipaparkan suatu bahan kimia melaluui udara maka hewan uji tersebut akan menghirupnya atau percobaan toksisitas dengan media air. Sedangkan LD50 digunakan untuk menguji ketoksikan suatu bahan nimia dengan rute pemberian secara oral atau intraperitonial pada hewan uji (Snell, 2006).

(6)

Penelitian toksisitas khusus meliputi penelitian terhadap sistem reproduksi termasuk teretogenitas, uji karsinogenitas dan mutagenitas, serta uji ketergantungan (Katzung, 2013).

Adapun siklus pembelahan sel terdiri atas ( Sloane, 2004 ) : 1. Interfase, l dari fase G1, fase S, dan fase G2

a. Pada fase G1 ( gap 1), sel secara metabolit sangat aktif. Semua komponen disintesis dan sel tumbuh dengan cepat. Dalam nukleus, setiap kromosom merupakan dobel heliks DNA tunggal protein belum tereplikasi yang terikat dengan histon dan protein kromosom lain. Sel yang tidak membelah pada umumnya tetap berada dalam fase G1 disepanjang rentang kehidupan.

b. Pada fase S ( Sintesis ). Sintesis protein berlanjut dan DNA serta protein kromosom ( histon ) direplikasi. Setiap kromosom kemudian berisi dua dobel heliks DNA identik yang disebut kromatid yang menyatu pada sentromer.

(7)

2. Mitosis terdiri dari penebalan kromosom serta sitokinesis, pembelahan aktual sitoplasma untuk membentuk dua sel anak. Meskipun pembelahan merupakan proses yang berkelanjutan, pembelahan dibagi menjadi empat subfase : profase, metafase, anafase, dan telofase. a. Profase

1. Kromosom menebal menjadi pilinan yang kuat dan besar, serta menjadi terlihat. Setiap kromosom berisi dua kromatid yang disatukan oleh sentromer. Kromatid akan menjadi kromosom dalam generasi sel berikutnya.

2. Pasangan sentriol berpisah dan mulai bergerak kesisi nukleus yang berlawanan, digerakkan dengan perpanjangan mikotubulus yang terbentuk diantara sentriol. Setelah sampai disisi nukleus, sentriol membentuk benang spidel mitosis polar.

3. Nukleolus melebur dan membran nuklear menghilang. Sehingga memungkinkan spindel memasuki nukleus. Mikrotubulus pendek yang muncul dari kinetochore, struktur pada sentromer, sekarang dapat berinteraksi dengan benangspindel polar, menyebabkan kromosom bergerak dengan cepat.

(8)

b. Metafase

1) Kromosom (pasangan kromatid) berbaris pada bidang metafase atau bidang ekuator sel, disebut demikian karena posisinya bersilangan dari satu sisi kesisi lainnya pada spindel.

2) Sentromer pada semua kromosom daling berikatan. 3) Kinetochore memisah dan kromatid bergerak menjauh. c. Anafase

1) Akibat perubahan panjang mikrotubulus di tempat perlekatannya, pasangan kromatid (sekarang dianggap sebagai satu kromosom) bergerak dari bidang ekuator kesetiap kutub.

2) Akhir anafase ditandai dengan adanya dua set kromosom lengkap yang berkumpul pada kutub sel. Organel sitoplasma, yang sebelumnya telah bereplikasi, juga tersebar merata dikedua kutub. d. Telofase

1) Dua nuklei kembali terbentuk disekitar kromosom. Kromosom kemudian terurai dan melebur. Membran nuklear dan nukleolus terbentuk kembali.

(9)

B. Uraian Bahan

Nama resmi : Ekstrak ragi

Sinonim : Sari ragi

(10)

Kegunaan : Sebagai sumber makanan Larva udang Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : Sebagai pelarut

C. Uraian Tanaman

1. Klasifikasi

Sawo Manila (A. zapota var depressa)(Rukmana, )

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Dilleniidae

Ordo : Ebenales

Famili : Sapotaceae

(11)

Spesies : Manilkara zapota (L.) van Royen

D. Uraian Hewan Coba

1. Klasifikasi Udang (Artemia salina) (Mudjiman, 1998) Filum : Arthopoda

2. Morfologi Udang (Artemia salina) (Mudjiman, 1998)

Udang (Artemia salina) mengalami beberapa fase hidup, tetapi secara jelas dapat dilihat dalam tiga bentuk yang sangat berlainan, yaitu bentuk telur, larva (nauplii) dan artemia dewasa. Telur yang baru dipanen dari alam berbentuk bulat dengan ukuran 0,2-0,3 mm. Telur yang menetas akan berubah menjadi larva. Telur yang baru menetas ini berukuran kurang lebih 300 µ.Dalam pertumbuhannya larva mengalami 15 kali perubahan bentuk yang merupakan satu tingkatan hidup, setelah itu berubah menjadi artemia dewasa.

(12)
(13)
(14)

BAB III

METOLOGI PERCOBAAN

A. Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum BSLT adalah Aerator, Aluminium foil, batang pengaduk, gelas kimia, karet gelang, kertas pH, lampu, pipet tetes, plastik, sendok tanduk, tissue, toples kaca, dan vial.

B. Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum BSLT adalah Air laut, ekstrak etanol sawo manila (Manilkara Zapota L.P) (Royen), ragi.

C. Hewan Coba

Hewan coba yang digunakan dalam praktikum BSLT adalah Larva udang (Artemia salina Leach).

D. Cara kerja

1. Pemilihan dan Pemeliharaan Hewan Coba

a. Direndam sebanyak 50 mg telur Artemia salina Leach ke dalam 250 ml air laut pada kondisi pH 8-8,5 dibawah cahaya lampu dan suhu 25oC yang dilengkapi aerator.

b. Setelah 24 jam telur akan menetas dan menjadi larva. Larva yang telah berumur 48 jam akan digunakan sebagai hewan uji untuk diuji aktivitas toksisitasnya.

2. Penyiapan bahan

a. Pembuatan suspensi ragi

(15)

c. Ditimbang ragi 0,1 mg

d. Ditambahkan dengan 10 ml air suling lalu diaduk lagi hingga homogen

e. Disimpan ragi tersebut pada gelas ukur

dan siap digunakan

3. Pembuatan Ekstrak Etanol Sawo Manila (A. zapota var depressa) a. Disiapkan alat dan bahan konsentrasi yang berbeda-beda yaitu 1, 10, 100, dan 1000 µg/ml, serta air laut sebagai pengontrol ke dalam vial. Masing-masing konsentrasi 3 replikasi

b. Ekstrak etanol sawo manila yang berada didalam vial dikeringkan menggunakan dengan hairdryer

c. Ditambahkan 5 ml air laut

d. Dimasukkan 10 ekor larva udang (Artemia salina Leach) ke dalam masing-masing vial

(16)

f. Tambahkan 1 tetes ekstrak ragi

(17)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tabel Pengamatan

Tabel 1

Sampel

Jumlah larva yang mati tiap konsentrasi

(µg/mL) Kontrol

%Kematian =Jumlah larva yang matiBanyaknya larva x 100%

(18)

2 4 5,25 27,56 10,5

Standar Deviasi (SD/SE) Lc50 Ekstrak etanol

(19)

Nilai bobot perprobit

(20)

tidak mahal, mudah pengerjaannya dari pengujian lainnya karena tidak membutuhkan peralatan dan latihan khusus/ sampel yang digunakan relatif sedikit. Efek toksik dapat diketahui atau diukur dari kematian larva karena pengaruh bahan uji.

Metode BSLT juga digunakan untuk mendeteksi keberadaan senyawa toksik dalam proses isolasi senyawa dari bahan alam yang berefek sitotoksik dengan menentukan harga LC50 dari senyawa aktif. Metode BST dapat digunakan dari berbagai sistem uji seperti uji pestisida, mitotoksin, polutan, anastetik, komponen seperti morfin, karsinogenik, dan ketoksikan dari hewan dan tumbuhan laut serta senyawa racun dari tumbuhan darat.

Pengertian tentang LC50 adalah konsentrasi dari satu senyawa kimia diudara atau dalam air yang dapat menyebabkan 50% kematian pada statu populasi hewan uji atau makhluk hidup tertentu.

Toksisitas adalah efek berbahaya dari bahan kimia atau suatu obat pada organ target.Umumnya seperti senyawa kimia mempunyai potensi terhadap timbulnya gangguan atau kematian jika diberikan kepada organisme hidup dalam jumlah yang cukup.

Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu untuk menentukan toksisitas dari Ekstrak etanol sawo manila pada hewan uji larva udang (Artemia Salina Leach) dengan menggunakan metode BSLT.

(21)

Larva Udang (Artemia salina Leach). Alasan digunakannya Larva Udang yaitu Karena Larva Udang memiliki daur hidup yang mirip dengan pertumbuhan sel kanker atau beberapa pertumbuhan sel baru yang tidak sama sekali dipengaruhi oleh sel dalam tubuh manusia. Adapun siklus hidup dari Larva Udang, dimulai dari kista atau telur, kemudian menjadi embrio, embrio ini masih akan melekat pada kulit kista, setelah menjadi embrio dia akan menjadi nauplii, nauplii inilah yang berenang bebas, dan memulai hidupnya, dan dalam fase ini, mulai mencari makanan untuk dirinya sendiri, setelah itu menjadi Artemia dewasa, setelah dewasa, Artemia jantan dan Artemia betina bertemu dan mengalami perkembang biakan, dan lahirlah kembali kista ataupun telur.

Selanjutnya, dimasukkan sampel uji Ekstrak Etanol buah Sawo Manila (Manilkaraa Zapota L.P)(Royen) dengan konsentrasi yang berbeda-beda yaitu 1, 10, 100 dan 1000 µg/ml, serta sebagai larutan kontrol yaitu air laut laut. Alasan penggunaan Ekstrak Etanol buah Sawo Manila (Manilkaraa Zapota L.P)(Royen) adalah untuk melihat sejauh mana pengaruhnya terhadap potensi toksik dari ekstrak yang digunakan. Digunakan air laut sebagai kontrol, untuk mencegah air laut akan memberikan efek, bukan ekstraknya.

(22)

vial, terlebih dahulu dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Sedangkan untuk kontrol air laut, dimasukkan sebanyak 5 ml kedalam vial kemudian dimasukkan 10 ekor Larva Udang (Artemia salina Leach) ke dalam masing-masing vial. Selanjutnya, ditambahkan 1 tetes suspensi ragi, yang digunakan sebagai sumber makanan pada Larva Udang(Artemiasalina). Lalu dicukupkan volumenya dengan air laut sampai 10 ml. Disimpan vial-vial uji di tempat yang cukup mendapat sinar lampu agar Larva Udang dapat hidup denga nsuhu yang sesuai. Setelah 24 jam dilakukan pengamatan terhadap larva yang mati.

Penggunaan LC50 dimaksudkan untuk pengujian ketoksikan dengan perlakuan terhadap hewan uji secara berkelompok yaitu pada saat hewan uji dipaparkan suatu bahan kimia melaluui udara maka hewan uji tersebut akan menghirupnya atau percobaan toksisitas dengan media air. Nilai LC50 dapat digunakan untuk menentukan tingkat efek toksik suatu senyawa sehingga dapat juga untuk mempediksi potensinya sebagai anti kanker.

(23)

yang mati 10, pada replikasi II larva yang mati 10, pada replikasi III larva yang mati 9 dengan total kematian 29. Dimana % kematian dari konsentrasi 1 adalah 13,33 %. Pada konsentrasi 10 adalah 23,33 %. Pada konsentrasi 100 adalah 70 % dan pada konsentrasi 1000 adalah 96,66 %.

Dan adapun nilai probit dari persen kematian adalah pada konsentrasi 1 nilai probitnya yaitu 3,87. Pada konsentrasi 10 nilai probitnya yaitu 4,26. Pada konsentrasi 100 nilai probitnya yaitu 5,25. Pada konsentrasi 1000 nilai probitnya yaitu 6,88. Dimana nilai probit ini akan dikalikan dengan log konsentrasi sehingga didpatkan hasil dari 0, 4,26, 10,5 , dan 20,64.

(24)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum dan analisis data dengan analisis probit, maka dapat disimpulkan yaitu toksisitas dari Ekstrak etanol sawo manila dengan pada hewan uji larva udang (Artemia salina Leach) dengan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) adalah bersifat sangat toksik dengan nilai LC50 ekstrak sawo manila adalah sebesar 25,70 µg/ml dan nilai SE log adalah 8, 167 µg/ml.

B. Saran

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM. 1979.Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI: Jakarta. Griffits, E.J.F., J.H. Miller, D.T. Suzuki., R.G. Lewontin, W. M. Gelbart.

04. An Introduction to Genetic Analysis 5thed. W. H. Preeman and Company. New York.

Gunawan. 2012.Farmakologi dan Terapi Edisi V. Bagian Farmakologi dan terapi kedokteran I: Jakarta.

Junaidi,P. 2007. Kapita Selekta Kedokteran edisi 2. PT. Media Aesculapius. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta. Katzung, Betram. 2013. Farmakologi Dasar dan Klinik.Salemba Medika:

Jakarta.

Mudjiman. 1989. Udang Renik air Asin (Artemia Salina). Bharta Karya Aksar: Jakarta.

Nafrialdi, S. Gan. 2007. Farmakologi dan Terapi edisi ke-5. Gaya Baru :Jakarta.

Rukmana, rahmat., Yuyun Yuniarsih. 2001. Aneka olahan buah kesemek, buah sawo, buah sirsak. Yogyakarta: Kanisius.

(26)

LAMPIRAN

Skema Kerja

A. Pembuatan ekstrak etanol sawo manila

Disiapkan alat dan bahan

Siapkan ekstrak etanol sawo manila

Buat ekstrak etanol sawo manila 100 mg/100 ml larutan persediaan

Buat ekstrak etanol sawo manila menjadi 4 konsentrasi 1, 10, 100, dan 100 µg/ml dalam etanol 70 %

B. Pra perlakuan

Direndam 50 mg telur Artemia salina Leach kedalam 250 ml air laut pada pH 8-8,5 dibawah cahaya lampu dan suhu 25 ºC

(27)

C. Perlakuan

Masukkan ekstrak etanol sawo manila dengan konsentrasi 1, 10, 100, dan 100 µg/ml, serta air laut sebagi pengontrol dalam vial

masing- masing konsentrasi dibuat 3 replikasi

ekstrak etanol sawo manila dikeringkan dengan menggunakan hairdrayer

Dimasukkan dalam vial dan dicukupkan 5 ml air laut

Masukkan 10 ekor larva udang (Artemia salina Leach)

Dicukupkan volumenya sampai 10 mL dengan air laut

Diinkubasi 1x24 jam

Gambar

Tabel  1 Jumlah larva yang mati tiap konsentrasi

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian sebelumnya, ekstrak etanol kulit batang sawo manila mempunyai aktivitas antibakteri dengan konsentrasi 400µg/disk, diameter zona hambat sebesar 9 mm pada bakteri S.aureus

Berdasarkan hasil penelitian dari pengujian toksisitas akut ekstrak etanol herba putri malu pada mencit dengan menggunakan metode grafik log probit dapat

Daya Antibakteri Ekstrak Daun, Kulit Batang, dan Buah Muda Sawo Manila dengan Pelarut Etanol dan Etil Asetat terhadap Clostridium perfringens dan Vibrio cholerae .... Perbandingam

ada percobaan kali ini digunakan hewan coba berupa mencit dan obat-obat dengan efek  analgesik yang digunakan adalah larutan asetosal dan larutan a@l.

76 UJI EFEK HIPOGLIKEMIK EKSTRAK ETANOL BUAH SAWO MANILA.. ( Manilkara zapota) PADA MENCIT JANTAN YANG

Pembuatan larutan uji untuk uji skrining fitokimia dilakukan dengan cara melarutkan sebanyak 250 mg ekstrak etanol buah sawo manila ( Achras zapota L) dilarutkan 50

Adapun hewan coba yang di pakai pada percobaan ini adalah tikus ( Rattus novergicus ), alasan digunakannya karena hewan yang digunakan haruslah memiliki kesamaan

Langkah berikutnya yaitu pemberian Asam Asetat sebagai indikator nyeri pada ketiga hewan uji sebanyak 0,05 ml dengan cara subkutan, kemudian dihitung selama 5 menit berapa kali mencit