• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI DAN TERAPI II

N/A
N/A
Theresia Seravi

Academic year: 2023

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI DAN TERAPI II"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

I. TUJUAN

Mahasiswa dapat mempelajari dan mengetahui pengaruh pemberian dan efektivitas analgetik sediaan obat pada hewan uji mencit putih dan tikus putih galur wistar

II. TEORI DASAR

Nyeri merupakan kerusakan jaringan yang terjadi baik secara potensial maupun aktual yang dialami makhluk hidup sehingga memberikan rasa tidak nyaman dan tidak menyenangkan. Nyeri bisa datang atau timbul tanpa adanya sakit atau tanpa adanya hubungan dengan pusat atau sumber yang teridentifikasi. Rasa nyeri didasari oleh proses multipel yaitu nosisepsi, perubahan fenotif sensitisasi sentral, sensitisasi perifer, eksitabilitas ektopik, penurunan inhibisi, dan reorganisasi struktural. Terdapat empat proses nyeri, yaitu : transduction, transmission, modulation, dan perception (Tjay dan Rahardja, 2007)

Analgetika/ obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi menghalau rasa nyeritanpamenghilangkan rasa kesadaran (perbedaan dengan anestetika umum) analgetika adalah senyawa yang dapat menekan fungsi system saraf pusat secara efektif, digunakan untuk mengurangi rasa sakit tanpa mempengaruhi kesadaran. Analgetika bekerja dengan meningkatkan nilai ambang persepsi rasa sakit, menekan kepekaan reseptor rasa nyeri terhadap rangsangan nyeri mekanik, termal, listrik kimiawi dipusat atau perifer dengan menghambat pembentukan prostaglandin sebagai mediator rasa nyeri.

Berdasarkan aksinya, obat analgetik dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:

 Analgetik non opioid

Analgetik non opioid, yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral yaitu analgetik antipiretik serta obat antinflamasi non steroid (AINS) merupakan analgesik non opioid yang mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri tanpa mempengaruhi SSP atau menurunkan kesadaran, juga tidak menimbulkan ketagihan. Obat-obat ini banyak diberikan nyeri ringan sampe sedang, yang penyebabnya beraneka ragam, misalnya nyeri kepala, gigi, otot atau sendi (rematik,encok), perut, nyeri haid (dysminorroe), nyeri akibat benturan atau kecelakaan (trauma). Dan lama kerjanya, efek samping dan resiko akan kebiasaan dengan ketergantungan fisik.

(2)

 Antagonis opoid: nalakson, narolpin, pentazosin, dan buprenorfin (temgesik).

Bila digunakan sebagai analgetikum, obat ini dapat menduduki salah satu reseptor.

Campuran narolfin, nalbufin, (nubain). Zat-zat ini dengan campuran juga mengikat pada reseptor-opoid, tetapi tidak atau hanya sedikit mengaktifasi daya kerjanya. Kurva dosis atau efeknya memperlihatkan plafon, sesudah dosis tertentu meningkatkan dosis tidak memperbesar lagi efek analgetiknya. Praktis tidak menimbulkan depresi pernafasan.

Metode hot plate merupakan suatu metode dengan meletakkan hewan uji pada hot plate yang dipanaskan pada suhu tertentu. Hewan bereaksi dengan perilaku lompat, jilat kaki, dan gemetar pada kaki, selanjutnya dikenal dengan metode hot plate. Uji coba ini cocok untuk mendeteksi aktivitas obat analgetik yang diberikan secara topikal (Mishra et al, 2011). Cara kerja dari metode ini yaitu dengan cara melakukan pengamatan frekuensi gerakan melompat, jilat kaki dan gemetar pada kaki hewan uji pada kelompok hewan yang diberikan uji dibandingkan dengan frekuensi gerakan melompat, jilat kaki dan gemetar pada kaki hewan uji pada masing-masing kelompok yang diberikan standar (obat yang sudah teruji efek analgetiknya) dan placebo (kontrol). Adanya penurunan frekuensi gerakan melompat, jilat kaki dan gemetar pada kaki hewan uji karena suatu senyawa yang memiliki efek analgetik menggambarkan kemampuan senyawa tersebut dalam meningkatkan ambang rasa nyeri (Cahyaningsih dkk, 2019)

III. ALAT

 Gelas ukur

 Pipet tetes

 Spuit

 Stop watch

 Timbangan

 Beaker glass

 Sonde mencit dan tikus

 Hot plate

(3)

IV. BAHAN

 Asam asetat

 Acetaminophen (k+)

 Ibuprofen (k+)

 Diclofenac (k+)

 Aquadest (k-)

V. PROSEDUR PERCOBAAN 1. Tikus Putih Galur Wistar

 Metode Hot plate

1) Menimbang tikus putih galur wistar

2) Tikus putih galur wistar dibagi menjadi 2 kelompok:

 Kelompok pertama = kontrol + (Diclofenak gel)

 Kelompok kedua = kontrol – (Tidak diberi perlakuan) 3) Tikus putih galur wistar diberi perlakuan sesuai dengan kelompok :

 Kelompok pertama dioleskan diclofenak gel pada telapak kaki tikus putih galur wistar biarkan selama 1 menit.

 Kelompok kedua tidak diberi perlakuan

4) Tikus putih galur wistar diletakkan diatas hot plate dengan suhu 35℃ selama maksimal 10 detik. Apabila sebelum 10 detik, mencit sudah menunjukkan adanya respon nyeri seperti menjilat kaki, melompat, atau bergetar, maka pengamatannya dihentikan.

5) Setelah 50 detik ulangi pengamatan.

2. Mencit Putih

a) Menimbang mencit putih

b) Mencit putih dibagi menjadi 3 kelompok:

 Kelompok pertama = kontrol + (Acetaminofen)

 Kelompok kedua = kontrol + (Ibuprofen), dan

(4)

 Kelompok ketiga = kontrol – (Aquadest)

c) Menghitung dosis dengan melihat tabel konversi mencit putih.

d) Melakukan pengenceran obat dan asam asetat 3 %.

e) Mencit putih diberi induksi dengan asam asetat 3 % dengan cara subkutan

f) Hitung selama 5 menit berapa kali mencit putih mencium/menjilat tangan yang diberi rasa sakit.

g) Mencit putih diberi perlakuan secara oral menggunakan sonde sesuai dengan kelompok:

 Kelompok pertama diberikan Acetaminofen Syrup.

 Kelompok kedua diberikan Ibuprofen Syrup.

 Kelompok ketiga diberikan Aquadest.

h) Amati kembali selama 5 menit berapa kali mencit putih mencium/menjilat tangan yang diberi rasa sakit.

i) Bandingkan ketiga kelompok tikus putih galur wistar dan mencit putih

VI. PERHITUNGAN DOSIS DAN PENGENCERAN

 Asam Asetat 3%

V1× N1 = V2 × N2

1 × 98 = V2 × 3 V2 = 1x98

3 V2 = 32,6 ml

1 ml Asam Asetat dilarutkan Ad 32,6 ml

(pemberian Asam Asetat pada hewan uji sebanyak 0,05 ml)

 Ibuprofen 100 mg/5ml → 20 mg/1ml Dosis mencit = 100 mg × 0,0026

= (0,26 mg/ 0,5 ml) × 2

= 0,52 mg/ 1 ml

(5)

V1× N1 = V2 × N2

1 × 20 = V2 × 0,52 V2 = 1x20

0,52 V2 = 38,4 ml

 Paracetamol 120 mg/ 5 ml → 24 mg/ 1 ml Dosis mencit = 500 mg × 0,0026

= (1,3 mg/ 0,5 ml) × 2

= 2,6 mg/ 1 ml

V1× N1 = V2 × N2 1 × 24 = V2 × 2,6

V2 = 1x24 2,6 V2 = 9,2 ml

 Bobot mencit

 Mencit 1: 26,46 gram (kontrol + Ibuprofen)

 Mencit 2: 26,50 gram (kontrol + Acetamiprofren)

 Mencit 3: 31,16 gram (kontrol - Aquadest)

VII. DATA PENGAMATAN 1. Tikus Putih Galur Wistar

 Metode hot plate

No .

Kelompok

Waktu respon nyeri (detik) 10 detik 10 detik 10 detik

(1) (2) (3)

1) Diclofenac (+) 4 kali 4 kali 1 kali

2) Aquadest (-) 3 kali 1 kali 2 kali

(6)

2. Mencit Putih

No. kelompok

Frekuensi mencium/ menjilat tangan 5 menit

(sebelum perlakuan)

5 menit (setelah perlakuan)

(1) (2)

1) acetaminophen (+) 10 kali 3 kali

2) Ibuprofen (+) 11 kali 7 kali

3) Aquadest (-) 8 kali 8 kali

VIII. PEMBAHASAN

Analgetik adalah obat atau senyawa yang dipergunakan untuk mengurangi atau menghalau rasa sakit atau nyeri. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui efektifitas obat non opoid yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral yaitu analgetik antipiretik yaitu obat Paracetamol serta obat antinflamasi non steroid (AINS) merupakan analgesik non opioid yang mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri tanpa mempengaruhi SSP atau menurunkan kesadaran, juga tidak menimbulkan ketagihan yaitu obat Ibuprofen dan Diclofenak.

Pemberian Asam Asetat pada hewan uji mencit putih betujuan untuk menimbulkan rangsang nyeri melalui rangsangan kimia. Pemberian bahan kimia tertentu akan merusak jaringan sehingga memicu keluarnya/terlepasnya mediator-mediator nyeri seperti bradikinin, prostaglandin. Digunakan asam asetat yang merupakan asam lemah yang pada dasarnya bersifat mengiritasi dan dapat membuat luka yang dapat menimbulkan rasa sakit/nyeri, tetapi senyawa ini merusak jaringan lebih sedikit atau tidak permanen bila dibandingkan dengan menggunakan asam kuat atau basa kuat.

Metode yang digunakan pada hewan uji tikus putih galur wistar yaitu metode metode hot plate, yaitu hewan uji yang ditempatkan di atas plat panas dengan suhu tetap sebagai stimulasi nyeri akan memberikan respon dalam bentuk mengangkat atau menjilat telapak kaki depan atau meloncat. Selang waktu antara pemberian stimulus nyeri dan terjadinya respon yang disebut waktu relaksasi dapat diperpanjang oleh pengaruh obat- obat analgetika. Perpanjangan waktu relaksasi ini dapat dijadikan sebagai ukuran dalam mengevaluasi aktivitas analgetika.

(7)

Pada metode hot plate pemberian Diclofenak sebagai kontrol positif (+) dan aqudest sebagai kontrol negatif (-). Kelompok pertama dioleskan diclofenak gel pada telapak kaki tikus putih galur wistar diletakkan diatas hot plate dengan suhu 35℃ selama 10 detik. Apabila sebelum 10 detik, mencit sudah menunjukkan adanya respon nyeri seperti menjilat kaki, melompat, atau bergetar, maka pengamatannya dihentikan.

Diperoleh hasil pada 10 detik pertama yaitu 4 kali melompat, 10 detik kedua 4 kali melompat dan 10 kali detik ketiga yaitu 1 kali melompat. Kelompok kedua tidak diberi perlakuan diletakkan diatas hot plate dengan suhu 35℃ selama 10 detik. Di peroleh hasil pada 10 detik pertama yaitu 3 kali melompat, 10 detik kedua 4 kali melompat dan 10 detik ketiga yaitu 2 kali melompat. Hasil percobaan yaitu frekuensi lompat pada tikus dengan kontrol + Diclofenak lebih banyak yaitu sebanyak 9 kali daripada kontrol – tidak diberi perlakuan yaitu sebanyak 6 kali. Hal ini menunjukkan bahwa obat Diclofenak bekerja kurang efektif pada hewan uji tikus.

Metode yang digunakan pada hewan uji mencit putih yaitu metode mencium/menjilat tangan. Mencit putih dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok pertama Paracetamol sebagai kontrol positif (+) dengan bobot mencit 26,50 gram, kelompok kedua yaitu Ibuprofen sebagai kontrol positif (+) dengan bobot mencit 26,46 gram, dan kelompok ketiga Aquadest sebagai kontrol negatif (-) dengan bobot mencit 31,16 gram. Hal pertama yang dilakukan yaitu pengenceran Asam Asetat 3%, 1 ml Asam Asetat dilarutkan dengan Aquadest 32,6 ml. Kemudian pengenceran Ibuprofen sirup 100mg/5ml yang digunakan 20 mg/1 ml, 1 ml Ibuprofen dilarutkan dalam 38,4 ml Aquadest. Pengenceran Paracetamol 120mg/5mg yang digunakan 24 mg/1 ml, 1 ml paracetamol dilarutkan dalam 9,2 ml Aquadest.

Langkah berikutnya yaitu pemberian Asam Asetat (sebagai indikator nyeri) pada ketiga hewan uji sebanyak 0,05 ml dengan cara subkutan, kemudian dihitung selama 5 menit berapa kali mencit putih mencium/menjilat tangan yang diberi rasa sakit (sebelum perlakuan). Kemudian Mencit putih diberi perlakuan secara oral menggunakan sonde sesuai dengan kelompok pertama diberikan Acetaminofen Syrup sebanyak 0,5 ml, kelompok kedua diberikan Ibuprofen Syrup 0,5 ml, kelompok ketiga diberikan Aquadest 0,5 ml (setelah perlakuan). Amati kembali selama 5 menit berapa kali mencit putih mencium/menjilat tangan yang diberi rasa sakit.

(8)

Diperoleh hasil sebagai berikut, kelompok Pertama kontrol + Paracetamol sebelum perlakuan mencium tangan sebanyak 10 kali dan setelah perlakuan mencium tangan sebanyak 3 kali, hal ini menunjukkan bahwa Paracetamol bekerja secara efektif pada hewan uji dikarenakan frekuensi mencium tangan sebelum perlakuan lebih banyak dibandingkan setelah perlakuan. Kontrol + Ibuprofen sebelum perlakuan mencium tangan sebanyak 11 kali dan setelah perlakuan mencium tangan sebanyak 7 kali, hal ini menunjukkan bahwa Ibuprofen bekerja secara efektif pada hewan uji dikarenakan frekuensi mencium tangan sebelum perlakuan lebih banyak dibandingkan setelah perlakuan. Kontrol – Aquadest sebelum perlakuan mencium tangan sebanyak 8 kali dan setelah perlakuan mencium tangan sebanyak 8 kali. Pada Kontrol – Aquadest yaitu tidak mengalami perubahan sebelum dan setelah perlakuan, hal ini menunjukkan bahwa Aquadest tidak memiliki efek analgetik pada hewan uji.

Setelah diberi perlakuan obat analgetik, hewan uji mencit putih dengan kontrol + Paracetamol mencium tangan sebanyak 3 kali, hewan uji mencit putih dengan kontrol + Ibuprofen mencium tangan sebanyak 7 kali dan hewan uji tikus putih galur wistar dengan kontrol + Diclofenak melompat sebanyak 9 kali. Semakin tinggi kemampuan analgetik suatu obat maka semakin berkurang jumlah melompat/mencium tangan. Urutan efektifitas obat analgetik sesuai dengan hasil praktikum yaitu Paracetamol lebih efektif dari Ibuprofen, Ibuprofen lebih efektif dari Diclofenak. Namun hasil tersebut kurang sesuai dengan literatur. Berdasarkan literatur Diclofenak lebih efektif dari Ibuprofen, Ibuprofen lebih efektif dari Paracetamol. Yang seharusnya memiliki efek analgetik yang paling kuat adalah Diclofenak kemudian Ibuprofen karena obat tersebut merupakan kelompok NSAID yang bekerja secara sentral pada otak untuk menghilangkan nyeri, menurunkan deman dan menyembuhkan rheumatik, sedangkan Paracetamol hanya mempunyai efek ringan pada siklooksigenase perifer.

Penyimpangan tersebut mungkin terjadi karena beberapa faktor, yaitu faktor fisiologis dari hewan uji yang mengalami beberapa kali percobaan sehingga mengalami stres, waktu penyuntikan ada larutan obat yang tumpah sehingga mengurangi dosis obat analgetik yang diberikan, hal lain mungkin karena kurang teliti pada saat perhitungan mencium/ menjilat tangan pada hewan uji.

(9)

IX. KESIMPULAN

Analgesik atau obat penghilang rasa nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Semakin tinggi kemampuan analgetik suatu obat maka semakin berkurang jumlah mencium/ menjilat tangan.

Berdasarkan hasil praktikum, Diclofenak adalah analgetik dengan jumlah mencium tangan terbanyak yaitu sebanyak 9 kali. Urutan analgetik dari yang terendah sesuai literatur yaitu Paracetamol, Ibuprofen, Diclofenak. Hasil praktikum menyimpang dari literatur, karena Paracetamol lebih efektif daripada Ibuprofen dan Diclofenak.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Mastura, Siti Jabal. Dkk. 2023. Modul Praktikum Farmakologi dan Terapi II. Cirebon: Fakultas Farmasi Universitas YPIB

Prastika, Sarah. 2020. Laporan Praktikum Farmakologi 7.

https://id.scribd.com/document/465177928/LAPORAN-PRAKTIKUM-FARMAKOLOGI- 7. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2023

Situmorang, Pamela Khristi. 2018. Laporan Praktikum Farmakologi Uas.

https://www.academia.edu/38698405/LAPORAN_PRAKTIKUM_FARMAKOLOGI_UAS.

Diakses pada tanggal 24 Oktober 2023

(11)

LAMPIRAN

1. Proses pengenceran Asam Asetat 3%

2. Penimbangan bobot mencit

3. Pemberian Asam Asetat (indikator nyeri), setelah 5 menit lalu diberikan Paracetamol (k+) pada hewan uji mencit

(12)

4. Pemberian Asam Asetat (indikator nyeri), setelah 5 menit lalu diberikan Ibuprofen (k+) pada hewan uji mencit

5. Pemberian Asam Asetat (indikator nyeri), setelah 5 menit lalu diberikan Aquadest (k-) pada hewan uji mencit

6. Pemberian Diclofenak pada hewan uji tikus

dan metode hot plate pada hewan uji dengan perlakuan 7. Metode hot plate pada Hewan uji tanpa perlakuan

Referensi

Dokumen terkait

pada praktikum pembuatan aspirin, langkah pertama adalah melarutkan 3 gram asam salisilat pada 8 ml asam asetat anhidrida, larutan yang di dapat berwarna putih

ke dalam tabung reaksi yang berisi 5 ml larutan protein ditambahkan dua tetes asam asetat 1M.. letakkan tabung dalam air mendidih selama

Untuk mengetahui kadar asam tartat dan asam asetat, dilakukan titrasi NaOH hingga 0,1 M pada 10 ml sample ekstrak buah + 10 ml aquades + 5 tetes fenoftalen hingga ekstrak

Induksi nyeri dari asam asetat akan menimbulkan geliat pada mencit, yang kemudian jumlah geliatnya dihitung dan kemudian dilihat rata-rata nya dari setiap kelompok uji dan dihitung

Pada kelompok V mencit diberikan perlakuan dengan menyuntikan sianida secara subkutan , setelah menimbulkan gejala sianosis mencit langsung disuntikan larutan

Percobaan tes analgesik metode menggeliat dilakukan untuk melihat respon mencit terhadap asam asetat yang menyebabkan nyeri pada perut.. Dari percobaan ini didapatkan hasil

Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah dimasukkan 0,5 ml larutan sampel (asam asetat, asam format, asam propionat) ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 0,5 ml NaOH..

volume pengenceran 100 ml sehingga didapat volume larutan Konsentrasi Asam Asetat 10 -4   M diambil sebesar 1 ml menggunakan ball pipet untuk pengenceran dituangkan pada