• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Akhir Praktikum Farmakologi Seri 5

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Akhir Praktikum Farmakologi Seri 5"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

SERI 5

SERI 5

“UJI ANALGESIK METODE REFLEX GELIAT (WRITHING REFLEX)”

“UJI ANALGESIK METODE REFLEX GELIAT (WRITHING REFLEX)”

DISUSUN OLEH: DISUSUN OLEH: 1.

1. Meutia Meutia Annisa Annisa (201110410311126)(201110410311126) 2.

2. Iid Iid Fitrianingtias Fitrianingtias (20131041031(201310410311184)1184) 3.

3. M.Bagus M.Bagus sumarsono sumarsono (20161041031(201610410311035)1035) 4.

4. Lale Lale widya widya krisna krisna U U (20161041031(201610410311153)1153) 5.

5. Febby Febby rizkyani rizkyani istda istda (20161041031(201610410311164)1164) 6.

6. Anggya Anggya bellavita bellavita N N (20161041031(201610410311203)1203) 7.

7. Aninda Aninda febrian febrian (20161041031(201610410311219)1219) 8.

8. Levindia Levindia zaphiro zaphiro (20161041031(201610410311011)1011) 9.

9.  Nur lailatur Rahmah  Nur lailatur Rahmah (20161041031(201610410311227)1227) 10.

10. Gustiah Gustiah Porwandini Porwandini (20161041031(201610410311213)1213) 11.

11. Frizal Frizal Wiratama Wiratama (20161041031(201610410311184)1184)

KELAS FARMASI F KELAS FARMASI F PROGRAM STUDI FARMASI PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI V ‘Uji Analgesik Metode Refleks Geliat (Writhing Reflex)’” untuk memenuhi tugas mata kuliah praktikum Farmakologi 1.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih ada kekurangan serta masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat  bagi pembaca pada umumnya, dan kami pada khususnya. Terima kasih.

Malang, 21 Desember 2017

(3)
(4)

“UJI ANALGESIK METODE REFLEX GELIAT (WRITHING

REFLEX)”

A. TUJUAN PRAKTIKUM

Mengamati respon geliat atau writhing reflex pada mencit akibat induksi kimia.

B. DASAR TEORI

Analgetika adalah senyawa yang dalam dosis terapeutik meringankan atau menekan rasa nyeri, tanpa memiliki kerja anastesi umum. Berdasarkan potensi kerja, mekanisme kerja dan efek samping analgetika dibedakan dalam dua kelompok yaitu:

1. Analgetika yang berkhasiat kuat, bekerja pada pusat (hipoanalgetika, ‘kelompok opiat’)

2. Analgetika yang berkhasiat lemah (sampai sedang), bekerja terutama  pada perifer dengan sifat antipiretika dan kebanyakan juga mempunyai

sifat antiinflamasi dan anti reumatik. Analgetika lemah (sampai sedang):

Analgetika jenis ini, yang juga disebut analgetika yang bekerja pada sist em saraf perifer atau ‘kecil’ memiliki spektr um kerja farmakologi yang mirip walaupun struktur kimianya berbeda. Disamping kerja analgetika senyawa-senyawa ini menunjukkan kerja antipiretika dan juga komponen kerja antiflogistika dengan kekecualian turunan asetilanilida. Sebaliknya senyawa-senyawa ini tidak mempunyai sifat-sifat psikotropik dan sifat sedasi dari hipoanalgetika.

Nyeri

 Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering dialami meskipun nyeri sendiri dapat berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering memudahkan diagnosis. Nyeri timbul jika rangsang mekanik, termal, kimia atau listrik melampaui suatu nilai ambang tertentu (nilai ambang nyeri) dan karena itu menyebabkan kerusakan jaringan dengan pembebasan

(5)

yang disebut senyawa nyeri. Batas nyeri untuk suhu adalah konstan, yakni pada 44-45 derajat celcius (Tjay, 2015).

Semua mediator nyeri itu merangsang reseptor nyeri (nociceptor) di ujung-ujung saraf bebas di kulit, mukosa serta jaringan lain dan demikian menimbulkan antara lain reaksi radang dan kejang-kejang. Nociceptor terdapat diseluruh jaringan dan organ tubuh, terkecuali di SSP. Dari tempat ini rangsangan di salurkan ke otak melalui jaringan lebat dari tajuk-tajuk neurondengan sangat banyak sinaps via sumsum belakang, sumsum lanjutan dan otak tengah.Dari thalamus implus kemudian diteruskan ke pusat nyeri di otak besar, di mana implus dirangsangkan sebagai nyeri

Gambar : Pembagian kualitas nyeri berdasarkan lokalisasi (Mutschler,1991).

Reseptor nyeri (nosiseptor) rangsangan nyeri diterima oleh reseptor nyeri khusus, yang merupakan ujung saraf bebas. Karena ujung saraf bebas juga dapat menerima rangsang sensasi lain, maka kespesifikan fungsional mungkin  berkaitan dengan deferensiasi pada tahap molekul yang tidak dapat diketahui dengan pengamatan cahaya dan elektronoptik. Secara fungsional dibedakan dua jenis reseptor, yang dapat menyusun dua sistem serabut berbeda :

1. Mekanoreseptor, yang meneruskan nyeri permukaan melalui serabut Adalta bermielin

2. Termoreseptor, yang meneruskan nyeri kedua melalui serabut-serabut C yang tak bermielin.

Mediator nyeri penting adalah anti histamin yang bertanggungjawab untuk kebanyakan reaksi alergi (bronchokon striksi, pengembang mukosa, pruritus,

(6)

dan nyeri). Bradykinin adalah polipeptida (rangkaian asam amino) yang dibentuk dari protein plasma.Prostaglandin mirip stukturnya dengan asam lemak dan terbentuk dari asam arachidonat.

PENANGANAN RASA NYERI

Berdasarkan proses terjadinya, rasa nyeri dapat dilawan dengan beberapa cara, yakni dengan:

a. Analgetika perifer, yang merintangi terbentuknya rangsangan pada reseptor nyeri perifer

 b. Anestetika lokal, yang merintangi penyaluran rangsangan di saraf-saraf sensoris

c. Analgetika sentral (narkotika), yang memblokir pusat nyeri di SSP dengan anestesi umum

d. Antidepresiva trisiklis, yang digunakan pada nyeri kanker dan saraf, mekanisme kerjanya belum diketahui, misalnya amitriptilin

e. Antiepileptika, yang meningkatkan jumlah neurotransmitter di ruang sinaps pada nyeri,mis pregabalin. Juga karbamazepin, okskarbazepin, fenitoin dan valproat (Tjay, 2015).

PENGGOLONGAN

Atas dasar kerja farmakologisnya, anelgetika dibagi dalam dua kelompok  besar, yaitu:

1. Analgetika perifer (non narkotika), yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotika dan tidak bekerja sentral, contohnya: anelgetika radang.

2. Analgetika narkotik khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti pada fractura dan kanker.

PENANGANAN BENTUK-BENTUK NYERI

 Nyeri ringan dapat ditangani dengan obat perifer, seperti parasetamol, asetosal, mefenaminat, propifenazon, atau aminofenazon, begitu pula rasa nyeri dengan demam. Untuk nyeri sedang dapat ditambahkan kofein atau kodein. Nyeri yang di sertai pembengkakan atau akibat trauma (jatuh, tendangan,tubrukan) sebaiknya diobati dngan suatu analgetikum antiradang sepertiaminofenazon dan NSAID (ibuprofen, mefenaminat,dll). Nyeri yang

(7)

hebat perlu ditanggulangi dengan morfin atau opiat lainnya (tramadol). Obat ini mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri tanpa mempengaruhi SSP atau enurunkan kesadaraan, juga tidak menimbulkan ketagihan. Oleh karena itu, tidak hanya digunakan sebagai obatanti nyeri, melainkan juga pada demam(inveksi virus atau kuman, selesma, pilek) dan perandangan seperti rema dan encok.

 Nyeri berperan sebagai suatu antagonis depresi napas yang bagaimanapun  bisa menjadi masalah bila nyeri dihilangkan, misalnya dengan anestesi lokal. Opiod sering menyebabkan mual dan muntah sehingga seringkali memerlukan antiemetik. Efek pada pleksus saraf diusus yang juga mempunyai peptida dan reseptor opoid, menyebabkan kontipasi dan biasanya membutuhkan laksatif. Terapi kontinu dengan analgesik opioid menyebabkan toleransi dan ketergantungan pada pecandu. Akan tetapi pada pasien dengan penyakit terminal, peningkatan nyeri secara progresif daripada akibat toleransi. Demikian juga halnya, pada konteks klinis ketergantungan tidak penting. Penggunaan analgesik opioid yang terlalu hati-hati sering menyebabkan kontrol nyeri yang buruk pada pasien. Analgetik tertentu tertentu, seperti kodein, dan dihidrokodein kurang paten dibandingkan morfin dan tidak dapat diberikan dalam dosis ekuianalgesik.

ASAM ASETAT (Acetic Acid)

 Golongan Asam :karboksilat, alifatik.

 Sinonim / Nama Dagang : Acetic acid; Glacial acetic acid; Ethanoic acid; Vinegar acid; Ethylic acid;Pyroligneus acid; Methanecarboxylic acid; Acetic acid; Glacial;

 Keracunan akut Terhirup

Asam asetat : menyebabkan iritasi yang berat pada saluran pernafasan,  pada kebanyakan orang 50 bpj atau lebih banyak yang tidak tahan dan dapat menyebabkan edema pharingeal dan bronchitis kronik.. Gejala gejala lain termasuk batuk, dyspnea, nafas pendek, laryngitis, edema  pulmonal, bronkhopneumonia dan hipotensi.Kontak dengan kulit

(8)

Asam Asetat : Kontak langsung dapat menyebabkan iritasi yang berat disertai rasa sakit , eritema, melepuh, kerusakan permukaan kulit dan terbakar dengan penyembuhan yang lambat. Kulit menjadi berwarna hitam, hiperkeratotis dan pecah-pecah.Diserap dengan cepat melalui kulit. Kontak dengan mata

Asam Asetat : Kontak langsung dapat menyebabkan iritasi yang berat, lakrimasi, erosi kornea, kekeruhan, iritis dan hilangnya penglihatan manusia. Pertumbuhan epitelium terjadi setelah beberapa bulan tetapi anestesia kornea dan kekeruhan biasanya permanen.Pada kasus yang tidak  berat terjadi conjunctivitis, fotofobia dan hiperemia konjunctiva.Uap dan cairan pelarut dapat menyebabkan hiperemia konjunctiva dan kadang kadang kerusakan epitelium kornea.

Tertelan

Asam asetat : dalam kasus tertelan ( kecelakaan ) lesi ulseronekrotik yang  berat dari saluran pencernaan atas, striktur esofagus, observasi perforasi esofagus dan pilorus disertai hematemesis, diare, syok, hemoglobinuria, diikuti anuria dan uremia. Gejala-gejala yang lain termasuk muntah, perut kejang, haus, susah menelan, hipotermi, denyut nadi lemah dan cepat, nafas dangkal dan lambat, laringitis, bronkhitis , edema pulmonal,  pneumonia, hemolisis, albuminuria, hematuria, kedutan, konvulsi, kolap kardiovaskular , syok dan kematian, juga dilaporkan mempengaruhi kesuburan pada binatang.

LEMPUYANG PAHIT

Lempuyang sejak dari zaman dulu dikenal sebagai jamu/obat tradisional. Berupa tanaman herba Indonesia rendah sampai tinggi, perennial, batang asli  berupa rimpang di bawah tanah, tinggi lebih dari 1 m. Bagian tanaman yang digunakan sebagai obat adalah rimpangnya. Zat-zat yang terkandung dalam lempuyang antara lain : Saponin, flavonoid, minyak atsiri, Minyak atsiri 0.62 %.

 Nama latin : Zingiber amaricans BL.

(9)

Diskripsi :Lempuyang sejak dari zaman dulu dikenal sebagai jamu/obat tradisional. Berupa tanaman herba Indonesia rendah sampai tinggi,  perennial, batang asli berupa rimpang di bawah tanah, tinggi lebih dari 1 m. Bagian tanaman yang digunakan sebagai obat adalah rimpangnya. Rimpang lempuyang terdiri dari : lempuyang gajah, lempuyang emprit, dan lempuyang wangi. Rimpang lempuyang bsa juga dimasak sebagai lauk makan nasi putih, biasanya digunakan untuk lauk makan seorang ibu yang habis melahirkan.

Ciri-ciri tanaman herba lempunyang adalah sbb :

 Batang : batang semu berupa kumpulan pelepah daun yang berseling, di atas tanah, beberapa batang berkoloni hijau.

 Rimpang : merayap, berdaging, gemuk, aromatik. sebelah luar berwarna coklat muda, irisan melintang warna kuning muda, Rasanya pahit pedas,  berbau aromatic khas lempuyang pahit.

Zat-zat yang terkandung didalam tanaman herba lempuyang ini adalah sbb : Saponin, flavonoid, minyak atsiri, Minyak atsiri 0.62 % (terutama sesquiterpenketon), Berdasar hasil kromatogram gas terdeteksi 21 komponen

minyak atsiri, Minyak atsiri yang sama dengan jenis lempuyang lainnya : β

-linalool, α-caryophyllene, camphor, Kadar air : 9.39 %, Kadar pati : 52.14 % (terbesar dari jenis lempuyang yang lain), Kadar serat : 10.76 % (terbesar dari  jenis lempuyang yang lain).

C. ALAT DAN BAHAN

Bahan :

1. Mencit 5 ekor

2. Asam asetat glacial 0.05%-0.1% 0.1 ml/20g 3. Aquadest

4. Acetosal 52mg/kg BB

5. Infus lempuyang pahit 15% 30mg/10gBB 6. Infus lempuyang pahit 30% 90mg/10gBB 7. Infus lempuyang pahit 60% 300mg/10gBB Alat :

(10)

1. Sonde 2. Spuit

3. Sarung tangan / Handscoon 4. Tissue

5. Koran 6. Kandang

D. PROSEDUR KERJA

1. Berikan bahan uji pada masing-masing kelompok uji.

2. Selang 15 menit kemudian, semua hewan uji diinduksi dengan asam asetat glacial secara intraperitoneum. Setelah 5 menit, umumnya mencit mulai merasakan sakit dengan memperlihatkan reflek geliat. Amati dan hitung jumlah reflek geliat mencit tiap 5 menit.

Cara menghitung % Efektivitas Bahan Uji

% E = (K-U) / K x 100

% E = Persen efektivitas bahan uji K = Respon (detik) kelompok kontrol U = Respon (detik) kelompok uji

Skema Kerja :

Dihitung dosis dari bahn uji aquadest, acetosal dan infus lempuyang putih

Dihitung jumlah sediaan asam asetat glacial

Diberikan bahan uji pada masing-masing kelompok uji

Ditunggu 15 menit, lalu semua mencit diinduksi dengan asam asetat glacial

Dicatat respon awal (pada detik keberapa mencit pertama kali menggeliat

(11)

E. HASIL PENGAMATAN

1. PERHITUNGAN DOSIS

a. Tikus 1 = 20g

• Asam asetat glacial = 0.1ml/20g BB

0.1 20 =

20 X= 0.1ml

• Bahan uji aquades

Volume aquadest=volume acetosal=0,31ml  b. Tikus 2 = 18g

• Asam asetat glacial = 0.1ml/20g BB

0.1 20 =  18  X= 0.09ml • Acetosal 52mg/kg BB 52 1000=  18 0.963  = 3 1 X= 0.936mg X= 0.31ml c. Tikus 3 = 17g

• Asam asetat glacial = 0.1ml/20g BB

0.1 20 =  17 X= 0.09 ml • Infus 15% (30mg/10g BB) 30 10 =  17 51  = 15000 100 X= 51mg X= 0.34ml d. Tikus 4 = 18g

• Asam asetat glacial = 0.1ml/20g BB

0.1 20 =  18 X=0.09ml • Infus 30% (90mg/10g BB) 90 10 =  8 162  = 30000 100 X= 162mg X= 0.54ml e. Tikus 5 = 20g

• Asam asetat glacial = 0.1ml/20g BB

(12)

• Infus 60% (300mg/10g BB) 300 10 =  20 600  = 60000 100 X= 600mg X=1ml

2. TABEL PENGAMATAN

Tabel 1 PERLAKU AN MENIT KE RATA-RATA 5’ 10’ 15’ 20’ 25’ 30’ 35’ 40’ 45’ 50’ 55’ 60’ Kontrol negatif (aquadest) 1 6 3 6 8 7 4 4 2 1 2 3 3,92 Kontrol  positif (asetosal) 0 2 6 2 1 1 1 2 0 0 0 0 1,25 Infus 15% 2 7 5 6 5 2 1 1 2 1 0 0 2,67 Infus 30% 0 7 4 6 1 2 1 2 1 1 0 0 2,08 Infus 60% 0 5 3 5 1 2 1 2 1 0 0 0 1,67 Tabel 2 PERLAKUAN RESPON AWAL (DETIK) RATA-RATA JUMLAH GELIAT SELAMA 60’ %EFEKTIVITAS BAHAN UJI Kontrol negatif (aquadest) 136 3,92 -Kontrol positif (acetosal) 491 1,25 68,11 % Infus 15% 210 2,67 31,89 % Infus 30 % 325 2,08 46,94 % Infus 60% 411 1,67 57,40 %

(13)

Rumus mencari %efektivitas =

rata-rata jumlah geliat control negative – rata-rata jumlah geliat bahan uji X 100% Rata-rata jumlah geliat control negative

1. Kontrol positif : 3, 92 - 1,25 X 100 % = 68,11 % 3, 92 2. Infuse 15 % : 3.92 –  2,67 X 100 % = 31, 89 % 3,92 3. Infuse 30% : 3,92 –  2,08 X 100% = 46, 97 % 3, 92 4. Infuse 60% : 3,92 –  1,67 X 100% = 54, 70 % 3,92

F. PEMBAHASAN

Praktikum ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui respon geliat atau

writhing reflex pada mencut akibat metoksi kimia, mengetahui mula kerja obat, lama kerja obat, dan saat obat mencapai efek maksimum.

Pada praktikum ini, digunakan 5 ekor mencit dengan pemberian bahan uji yang berbeda-. mencit 1 diberikan aquadest sebagai kontrol negative, mencit 2 diberikan asetosal sebagai kontrol positif, dan mencit 3,4,5 diberikan infuse lempuyang pahit dengan dosis yang berbeda.. Bahan-bahan uji diberikan secara  peroral. Asetosal diberikan 52 mg/kg BB dan dosis yang tersedia di laboratorium adalah 3mg/ml, aquadest yg di berikan sama banyak dengan asetosal, sedangkan infuse lempuyang pahit diberikan dengan kadar infuse 15% (30mg/10g BB ), infuse 30% (90 mg/ 10g BB), infus 60% (300 mg/ 10g BB). Setelah 15 menit pemberian  bahan uji, mencit di induksi dengan asam asetat glacial 0,1 ml / 20 g BB secara

intraperitoneum, jumlah geliat di hitung setiap 5 menit sampai menit ke 60.

Dari hasil percobaan dapat dilihat respon awal mencit 1-5 berbeda, mencit yang diberikan aquadest lebih cepat menimbulkan efek geliat yaitu pada detik ke 136, mencit yg diberi asetosal menimbulkan efek geliat paling lama yaitu pa da detik

(14)

ke 491. Dari hasil percobaan di dapatkan rata-rata geliat selama 60 menit pada mencit 1 : 3,92 , mencit 2: 1,25 , mencit 3 : 2,67 , mencit 4 : 2,08 , memcit 5: 1, 67. Data tersebut menunjukkan bahwa mencit 1 dengan perlakuan kontrol negative lebih banyak memberikan efek geliat, hal ini disebabkan karena pada mecit 1 tidak diberikan analgetik sehingga saat diberi penginduksi lebih cepat menggeliat dari  pada mencit yang lain. Mencit dengan pemberian kontrol positif jumlah geliat  paling sedikit karena asetosal mampu menghambat mediator penyebab nyeri yaitu  prostaglandin. Onset of action dari asetosal juga di dapat 35 menit dimulai saat  pertma asetosal diberikan dan puncak efek yaitu pada menit ke 60.

Pada mencit 3, 4, 5 denganp emberian infuse lempuyang pahit menunjukkan  bahwa pemberian infuse 60% memiliki jumlah geliat lebih sedikit dari infuse 30%

dan infuse 15%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar kadar dan dosis yang diberikan maka semakin besar pula efek analgetik yang di timbulkan. Onset of action infuse 15% adalah 45 menit dan puncak effect pada menit ke 70. Infuse 30% onset of actionnya 40 menit, dan punck efeknya pada menit ke 70. Infuse 60% onset of actionnya 40 menit dan oncak efeknya pada menit ke 65. Puncak efek dilihat saat mencit tidak menggeliat lagi, sedangkan untuk lama kerja obat dari percobaan ini tidak dapat diketahuisecara jelas karena sampai menit ke 75 sejak awal obat diberikan tidak ada muncul efek geliat lagi atau respon obat berakhir tidak terlihat. Pada table 2 didapat persen aktivitas masing-masing bahan uji. Persetase yang paling tingi yaitu asetosal sebesar 68,11%. Kemudian infuse 60% sebesar 57,40%, infuse 30% sebesar 46,94%, dan yang terendah adalah infuse 15% sebesar 31,89%. Hal ini menunjukkan bahwa asetosal memiliki efektifitas paling tinggi, dan infuse lempuyang pahit mampu memberikan efek analgetik karena %efektifitasnya tidak jauh berbeda dengan control positif yaitu asetosal. Berdasarkan

G. KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan,yaitu:

1. Infuse lempuyang pahit 60˚C dosis 300 mg/10 g BB member ikan efek analgetik lebih besar

(15)

2. Semakin besar kadar dan dosis infus lempuyang pahit,maka kemampuanya untuk memberikan efektivitas analgetik lebih besar pula.

3. Onset of action dari bahan uji asetosal,infuse 15%,infuse 30%,dan infuse 60% berturut-turut 35 menit ,45 menit,40 menit dan 40 menit.sedangkan puncak efek masing-masing bahan uji tersebut adalah 60 menit,70 menit,70 menit,dan 65 menit.untuk lama kerja obat tidak dapat diketahui secara jelas.

H. DAFTAR PUSTAKA

Sota omolgui. 1995. Buku saku obat-obatan anesthesia edisi 2. EGC: Jakarta Tan Hoan Tjay dan Kirana Rahardja. 2015. Obat-obat penting. Elex media

komputindo Kelompok Gramedia: Jakarta www. Valdisreinaldo-blogspot.com

http://baitulherbal.com/tanaman-herbal/tanaman-herba-lempuyang/.

Gambar

Gambar : Pembagian kualitas nyeri berdasarkan lokalisasi (Mutschler,1991).

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan metode Sigmund (metode geliat) pada 15 ekor mencit yang dibagi dalam tiga kelompok perlakuan, yaitu kelompok kontrol negatif diberikan

Hasil percobaan menunjukkan bahwa efek maksimal diperoleh saat kadar histamin dalam organ bath adalah 10 -5 .  Kadar obat yang menghasilkan efek sebesar 50% efek

Setelah 1 minggu masing-masing kelompok diberi perlakuan sebagai berikut: kelompok kontrol 1 atau K1 (hanya diberikan ekstrak daun sirih merah dosis

Persentase daya analgesik mencit pada berbagai kelompok perlakuan Berdasarkan data kumulatif jumlah geliat mencit terlihat bahwa mencit pada kelompok kontrol pelarut dengan CMC Na

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pada ke empat kelompok perlakuan terdapat penurunan jumlah geliat mencit yang berarti bila dibandingkan dengan jumlah geliat kelompok

Setelah diamati mencit kelompok 3 rata-rata membuat diameter salivasi paling besar yang berarti air liur yang dikeluarkan lebih banyak, dan warna biru yang dihasilkan pada

1. Sebagai antipiretik/ analgetik, aspirin tidak lagi direkomendasikan. Dosis 10-15 mg/kgBB memberikan efek antipiretik yang efektif. Dapat diberikan 4-5 kali per hari,

Dilakukan perhitungan dosis obat A peroral pada manusia dewasa yaitu 500 mg, kemudian dihitung konversi dosis untuk diberikan kepada mencit atau tikus yang sudah ditimbang bobot