• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Komunikasi Kelompok II.1.1 Pengertian Komunikasi Kelompok - Pengaruh Komunikasi Kelompok Terhadap Aktualisasi Diri (Studi Korelasional tentang Pengaruh Komunikasi Kelompok Terhadap Aktualisasi Diri pada Mahasiswa UKM Sepak Bola

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Komunikasi Kelompok II.1.1 Pengertian Komunikasi Kelompok - Pengaruh Komunikasi Kelompok Terhadap Aktualisasi Diri (Studi Korelasional tentang Pengaruh Komunikasi Kelompok Terhadap Aktualisasi Diri pada Mahasiswa UKM Sepak Bola"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS II.1 Komunikasi Kelompok

II.1.1 Pengertian Komunikasi Kelompok

Menurut Shaw, kelompok adalah kumpulan dua atau lebih orang yang berinteraksi satu sama lain sedemikian rupa sehingga perilaku dan atau kinerja dari seseorang dipengaruhi oleh perilaku/kinerja anggota lain (Ardana, 2008:43). Kelompok ini misalnya adalah kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Komunikasi merupakan hal yang penting bagi kegiatan kelompok, apakah itu suatu pembicaraan tanpa akhir dalam rapat panitia, percakapan akrab antara dua teman, atau pertemuan keluarga untuk merencanakan liburan akhir minggu (Sears, 1985:109).

Komunikasi dalam kelompok yakni kegiatan komunikasi yang berlangsung diantara kelompok. Pada tingkatan ini, setiap individu yang terlibat masing-masing berkomunikasi sesuai dengan peran dan kedudukannya dalam kelompok. Pesan atau informasi yang disampaikan juga menyangkut seluruh anggota kelompok, bukan bersifat pribadi. Misalnya ngobrol-ngobrol antara ayah, ibu, dan anak dalam keluarga, diskusi guru dan murid di kelas tentang topik bahasan dan sebagainya.

Komunikasi kelompok juga bisa diartikan sebagai kumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka menjadi salah satu bagian dari kelompok tersebut (Fajar, 2009, 65). Contoh: tetangga, keluarga, kawan-kawan dekat, kelompok diskusi, kelompok pemecah masalah, atau suatu komite untuk mengambil suatu keputusan, komunikasi ini dengan sendirinya melibatkan komunikasi antarpribadi.

(2)

khusus bagi anggota kelompok tersebut. Adapun karakteristik dari komunikasi kelompok, antara lain (Fajar, 2009:66) :

1) Komunikasi dalam komunikasi kelompok bersifat homogeny.

2) Dalam komunikasi kelompok terjadi kesempatan dalam melakukan tindakan pada saat itu juga.

3) Arus balik didalam komunikasi kelompok terjadi secara langsung, karena komunikator dapat mengetahui reaksi komunikan pada saat komunikasi sedang berlangsung.

4) Pesan yang diterima komunikan bersifat rasional (terjadi pada komunikasi kelompok kecil) dan bersifat emosional (terjadi pada komunikasi kelompok besar).

5) Komunikator masih dapat mengetahui dan mengenal komunikan meskipun hubungan tersebut tidak erat seperti yang terjalin pada komunikasi interpersonal.

6) Komunikasi akan menimbulkan konsekuensi bersama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Komunikasi kelompok adalah suatu bidang studi Penelitian dan penerapan yang tidak menitik beratkan perhatiannya pada proses kelompok secara umum, tetapi pada tingkah laku individu dalam diskusi kelompok tatap muka yang kecil (Goldberg, 1985:6). Michael Burgoon (Fajar, 2009:66) juga mendefenisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagai informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua defenisi komunikasi kelompok diatas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan kerja tertentu untuk mencapai tujuan kelompok.

II.1.2 Klasifikasi Kelompok dan Karakteristik Komunikasinya

(3)

anggota-anggota kelompok merasa terikat dengan kelompok, ada sense of belonging yang tidak dimiliki orang bukan anggota. Kedua, nasib anggota-anggota kelompok saling bergantung sehingga hasil setiap orang terkait cara tertentu dengan hasil yang lain (Rakhmat, 2005:141-142).

Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosiologi, namun dalam kesempatan ini hanya tiga klasifikasi kelompok antara lain sebagai berikut:

1) Kelompok Primer dan Sekunder

Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (Rakhmat, 2005:142) mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal dan tidak menyentuh hati kita. (Rakhmat, 2005:142-145) membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik komunikasinya, sebagai berikut:

a. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rintangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.

b. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan sifat sekunder bersifat nonpersonal.

c. Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelompok sekunder menganggap isi tidak penting.

d. Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder bersifat instrumental.

(4)

2) Kelompok Keanggotaan dan Kelompok Rujukan

Theodore Newcomb pada tahun 1930-an melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang anggota-anggota secara administrative dan fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standar) untuk membentuk diri sendiri atau menentukan sikap. Menurut teori, kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi: fungsi komparatif, fungsi normative, dan fungsi perspektif. Saya menjadikan islam sebagai kelompok rujukan saya, untuk mengukur dan menilai keadaan dan status saya sekarang (fungsi komparatif). Islam juga memberikan kepada saya norma-norma dan sejumlah sikap menunjukkan apa yang harus saya capai (fungsi norma-normativ). Selain itu, Islam juga memberikan kepada saya cara memandang dunia ini, cara mendefenisikan situasi, mengorganisasikan pengalama, dan memberikan makna pada berbagai objek, peristiwa, dan orang yang saya temui (fungsi perspektif). Namun Islam bukan satu-satunya kelompok rujukan saya. Dalam bidang ilmu, Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) adalah kelompok rujukan saya, disamping menjadi kelompok keanggotaan saya. Adapun kelompok rujukan itu, perilaku saya sangat dipengaruhi, termasuk perilaku saya dalam berkomunikasi (Rakhmat, 2005:145-146).

3) Kelompok Deskriptif dan Kelompok Perspektif

John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua: deskriptif dan perspektif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukkannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga (Fajar, 2009:69):

(5)

b. Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang menjadikan diri mereka sebagai acara pokok. Melalui diskusi, setiap anggota berusaha belajar lebih banyak tentang dirinya. Kelompok terapi di rumah sakit jiwa adalah contoh kelompok pertemuan.

c. Kelompok penyadar mempunyai tugas utama menciptakan identitas sosial politik yang baru, kelompok revolusioner radikal: (di AS) pada tahun 1960-an menggunakan proses ini dengan cukup banyak.

Kelompok perspektif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright (Rakhmat, 2005:179) mengkategorikan enam format kelompok perspektif, yaitu diskusi meja bundar, symposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer. Berikut uraian format diskusi kelompok atas susunan tempat duduk, urutan siapa yang bicara dan kapan, dan aturan waktu yang diizinkan untuk berbicara sebagai berikut (Rakhmat, 2005:18-183) :

a. Diskusi meja bundar : susunan tempat duduk yang bundar menyebabkan arus komunikasi yang bebas di antara anggota-anggota kelompok, memungkinkan individu berbicara kapan saja tanda ada agenda yang tetap, waktu yang tidak terbatas dan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi.

b. Simposium : serangkaian pidato pendek yang menyajikan berbagai aspek dari sebuah topik atau posisi yang pro dan kontra terhadap masalah yang kontroversial, dalam format diskusi yang sudah dirancang sebelumnya. Khalayak diatur dalam jejeran kursi didepan mimbar, setiap pembicara diberi waktu yang sama dan hanya boleh berbicara ketika dibuka forum.

c. Diskusi panel : format khusus yang anggota-anggota kelompoknya berinteraksi, baik berhadap-hadapan maupun melalui sang mediator, di antara mereka sendiri dan dengan hadirin tentang masalah yang kontroversial. Susunan tempat duduk menghadap diskusi panel meletakkan peserta diskusi pada meja segi empat yang menghadap khalayak. Suasana diskusi bersifat formal dan non informal.

d. Forum: waktu Tanya jawab yang terjadi setelah diskusi terbuka, misalnya symposium. Jadi khalayak mempunyai kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan memberikan tanggapan.

(6)

agak bersifat formal, dan diskusi diatur secara ketat oleh seorang moderator.

f. Prosedur parlementer: format diskusi yang secara ketat mengatur peserta diskusi besar pada periode waktu tertentu ketika jumlah keputusan harus dibuat. Para peserta harus mengikutu peraturan tata tertib yang telah ditetapkan secara eksplisit.

II.1.3) Pengaruh Kelompok pada Perilaku Komunikasi

Pengaruh kelompok pada perilaku manusia juga memiliki reaksi sejumlah orang yang menyaksikan perilaku komunikasi tersebut. Perubahan perilaku individu terjadi karena apa yang lazim disebut dalam psikologi sosial sebagai pengaruh sosial. Berikut pengaruh kelompok pada perilaku komunikasi yaitu:

1. Konformitas.

Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok sebagai akibat tekanan kelompok yang real atau dibayangkan. Bila sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama. Jadi, kalau anda merencanakan untuk menjadi ketua kelompok, aturlah rekan-rekan anda untuk menyebar dalam kelompok. Ketika anda meminta persetujuan mereka. Besar kemungkinan anggota-anggota berikutnya untuk setuju juga.

2. Fasilitas sosial.

(7)

Polarisasi adalah kecenderungan posisi kearah yang ekstrem. Bila sebelum diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum diskusi para anggota kelompok agak menantang tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan menantang lebih keras (Rakhmat, 2005:149-158).

II.1.4) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keefektifan Kelompok

Keefektifan kelompok juga memiliki pengaruh dalam komunikasi kelompok. Anggota-anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai dua tujuan: melaksanakan tugas kelompok dan memelihara moral anggota-anggotanya. Tujuan pertama diukur dari hasil kerja kelompok – disebut prestasi (performance) tujuan kedua diketahui dari tingkat kepuasan (satisfacation). Jadi, bila kelompok dimasukkan untuk saling berbagi informasi (misalnya kelompok belajar), maka keefektifannya dapat dilihat dari beberapa banyak informasi yang diperoleh anggota kelompok dan sejauh mana anggota dapat memuaskan kebutuhannya dalam kegiatan kelompok. Menurut Rakhmat (2005:160-174), faktor-faktor keefektifan kelompok dapat dilacak pada karakteristik kelompok, yaitu:

1.Faktor situasional karakteristik kelompok: a.Ukuran kelompok.

Ukuran kelompok adalah jumlah anggota kelompok yang mempengaruhi alokasi sumber daya dalam aktivitas mencapai tujuan organisasi (Liliweri, 2004:131). Hubungan antara ukuran kelompok dengan prestasi kerja kelompok bergantung pada jenis tugas yang harus diselesaikan oleh kelompok

Tugas kelompok dapat dibedakan dua macam, yaitu tugas koaktif dan interaktif.

b.Jaringan komunikasi.

(8)

c.Kohesi kelompok.

Kohesi kelompok didefenisikan sebagai kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya meninggalkan kelompok. McDavid dan Harari (dalam Rakhmat, 2005:164) menyarankan bahwa kohesi diukur dari beberapa faktor sebagai berikut: ketertarikan anggota secara interpersonal pada satu sama lain: ketertatikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok: sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personal.

d.Kepemimpinan.

Kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok untuk bergerak ke arah tujuan kelompok. Kepemimpinan adalah faktor yang paling menentukan keefektifan komunikasi kelompok.

2. Faktor personal karakteristik kelompok: a. Kebutuhan interpersonal

William C. Schultz (1966) merumuskan Teori FIRO (Fundamental Interpersonal Relations Orientatation), menurutnya orang menjadi anggota kelompok karena didorong oleh tiga kebutuhan intepersonal sebagai berikut:

1) Ingin masuk menjadi bagian kelompok (inclusion). 2) Ingin mengendalikan orang lain dalam tatanan hierakis (control).

3) Ingin memperoleh keakraban emosional dari anggota kelompok yang lain (affection).

b. Tindak komunikasi

Mana kala kelompok bertemu, terjadilah pertukaran informasi. Setiap anggota berusaha menyampaiakan atau menerima informasi (secara verbal maupun nonverbal). Robert Bales (1950) mengembangkan sistem kategori untuk menganalisis tindak komunikasi, yang kemudian dikenal sebagai Interaction Process Analysis (IPA).

c. Peranan

(9)

II.2 Komunikasi Kelompok Kecil

II.2.1 Pengertian Komunikasi Kelompok Kecil

Di dalam organisasi sering ditemui adanya komunikasi dalam kelompok-kelompok kecil, seperti dalam rapat-rapat, konferensi, dan komunikasi dalam kelompok kerja. Berdasarkan hasil penelitian dinyatakan bahwa kebanyakan organisasi menggunakan kelompok-kelompok dalam pekerjaannya sehari-hari. Menurut Tilman kelompok adalah bagian integral dari semua organisasi (Muhammad, 2007: 181). Rata-rata anggota pimpinan tngkat menengah dan atas menghabiskan seperempat atau sepertiga dari waktu kerja mereka sehari-hari untuk berdiskusi. Ini tidak termasuk aktivitas sosial dan aktivitas lainnya dalam masyarakat. Rata-rata dari pimpinan tingkat atas menghabiskan 60% dari waktunya dengan berkomunikasi dan mayoritas dar kegiatan itu adalah berdiskusi. Karena diskusi kelompok kecil dan rapat-rapat dalam berbagai bentuk kelihatannya lazim dalam semua aspek masyarakat dan khususnya organisasi, adalah bermanfaat umtuk memeprlajari komunikasi kelompok kecil tersebut.

Menurut Shaw (1976) ada enam cara untuk mengidentifikasi suatu kelompok. Berdasarkan hal itu kita dapat mengatakan bahwa komunikasi kelompok kecil adalah suatu kumpulan individu yang dapat mempengaruhi satu sama lain, memperoleh beberapa kepuasan satu sama lain, berinteraksi untuk beberapa tujuan, mengambil peranan, terikat satu sama lain dan berkomunikasi tatap muka. Jika salah satu dari komponen ini hilang individu yang terikat tidaklah berkomunikasi dalam kelompok kecil (dalam Muhammad, 2007:182).

II.2.2) Tujuan Komunikasi Kelompok Kecil

Komunikasi kelompok kecil mungkin dapat digunakan untuk bermacam-macam tugas atau untuk memecahkan masalah. Tetapi dari semua tujuan itu dapat dikategorikan atas dua kategori yaitu untuk tujuan personal dan tujuan yang berhubungan dengan pekerjaan :

(10)

Alasan orang untuk mengikuti kelompok dapat dibedakan atas empat kategori utama yaitu hubungan sosial, penyaluran, kelompok terapi dan belajar. Berikut empat kategori utama tersebut, antara lain :

a. Hubungan sosial. Hubungan sosial bertujuan untuk memperkuat hubungan interpersonal dan menaikkan kesejahteraan kita.

b. Penyaluran. Penyaluran ini dilakukan dalam suasana yang mendukung adanya pertukaran pikiran atau pertengkaran sengit dalam diskusi keluarga, dimana keterbukaan diri adalah tepat.

c. Kelompok terapi, biasanya digunakan untuk membantu orang menghilangkan sikap-sikap mereka, atau tingkah laku dalam beberapa aspek kehidupan mereka.

d. Belajar. Alasan umum orang mengikuti kelompok kecil adalah belajar dari orang lain. Belajar terjadi dalam bermacam-macam setting. Asumsi nyang mendasari belajar kelompok adalah ide dari dua arah.

2) Tujuan yang berhubungan dengan pekerjaan

Komunikasi kelompok kecil sering digunakan untuk menyelesaikan dua tugas utama yaitu pembuatan keputusan dan pemecahan masalah.

a. Pembuatan keputusan, biasanya dilakukan oleh orang-orang yang berkumpul bersama-sama dalam kelompok untuik membuat keputusan mengenai sesuatu. Mendiskusikan alternatif dengan orang lain membantu orang memutuskan mana pilihan terbaik untuk kelompok.

b. Pemecahan masalah yang mereka usahakan penyelesaiannya mencakup bagaimana menyempurnakan produksi, bagaimana menyempurnakan hubungan yang kurang baik (Muhammad, 2007:182-184) .

II.2.3 Karakteristik Kelompok Kecil

Adapun beberapa dari karakteristik kelompok kecil yang membuatnya unik dari bermacam-macam konteks komunikasi lainnya. Berikut beberapa karakteristik kelompok kecil tersebut, yaitu:

1. Mempermudah pertemuan ramah tamah, dapat dilakukan untuk menyalurkan energi yang mungkin tidak dapat disalurkan bila orang itu sendiri.

2. Personaliti kelompok adalah bila sekelompok orang datang bersama maka mereka membentuk identitas sendiri yang menjadikan personaliti kelompok. 3. Kekompakan, yaitu daya tarikan anggota kelompok satu sama lain dan

keinginan ereka untuk bersatu.

(11)

5. Besarnya kelompok kelihatannya cukup sederhana tapi besarnya kelompok itu mempunyai beberapa pencabangan penting dalam kelompok.

6. Norma kelompok, adalah aturan dan pedoman yang digunakan oleh sekelompok itu sendiri, maupun beberapa faktor eksternal di luar kelompok. 7. Saling bergantung satu sama lain. Yang paling penting adalah anggota

kelompok tergantung satu sama lain untuk beberapa tingkatan tertentu, dan paling kurang pada seorang lainnya (Muhammad, 2007:185-188).

II.3 Komunikasi Organisasi

Manusia merupakan makhluk sosial karena mereka hidup bersama-sama di dalam atau ditengah-tengah suatu masyarakat. Manusia hanya bisa bertahan hidup dalam masyarakat jika mereka menjalani kehidupan sebagai sebuah aktivitas interaksi dan kerjasama yang dinamis dalam suatu jaringan kedudukan dan perilaku. Aktivitas interaksi dan kerjasama itu terus berkembang secara teratur sehingga terbentuklah wadah yang menjadi tempat manusia berkumpul yang disebut organisasi (sosial).

Organisasi juga merupakan suatu kelompok yang mempunyai difrensiasi peranan, atau kelompok yang sepakat untuk mematuhi seperangkat norma-norma. Kata Pauce dan Faules (Liliweri, 2004:1) istilah organisasi sosial merujuk kepada pola-pola interaksi sosial (frekuensi dan lamanya kontak antara orang-orang, kecenderungan mengawali kontak; arah pengaruh antara orang-orang; derajat kerja sama; perasaan tertarik, tyang teramati dan perilaku sosial orang-orang yang disebabkan oleh situasi sosial mereka alih-alih oleh karakteristik fisiologi atau psikoogi mereka sebagai individu.

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Pentingnya komunikasi tidaklah dapat dipungkiri begitu juga dengan halnya organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya komunikasi organisasi dapat macet atau berantakan. Di dalam sebuah organisasi, komunikasi merupakan aktivitas yang menghubungkan antarmanusia dan antarkelompok dalam organisasi tersebut.

(12)

dapat disesuaikan dengan kebutuhan organisasi agar memberikan manfaat optimal bagi organisasi (baik itu organisasi bisnis maupun organisasi non bisnis).

Komunikasi organisai sangat penting dan layak untuk dipelajari karena sekarang ini banyak orang yang tertarik dan memberikan perhatian kepadanya guna mengetahui prinsip dan keahlian komunikasi yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan organisasi, baik organisasi kormersial seperti lembaga bisnis dan industri maupun organisasi-organisasi sosial seperti lembaga pemerintah maupun lembaga-lembaga swasta.

Komunikasi organisasi adalah suatu disiplin studi yang dapat mengambil sejumlah arah yang sah dan bermanfaat. Jadi, komunikasi organisasi sebagai landasan kuat bagi karier dalam manajemen, pengembangan sumber daya manusia, dan komunikasi perusahaan, dan tugas-tugas lain yang berorientasikan manusia dalam organisasi (Mulyana, 2005 : 25).

Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hierarkis antara satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan. Komunikasi organisasi terjadi kapanpun juga, setidak- tidaknya ada satu orang yang menduduki suatu jabatan dalam suatu organisasi menafsirkan suatu pertunjukan pesan (Pace dan Don F, 2005:31).

Defenisi tradisional komunikasi organisasi cenderung menekankan komunikasi sebagai kegiatan penanganan pertukaran pesan yang tergantung “dalam” atau “untuk” menunjukkan batas-batas organisasional (organizational boundry) dari sebuah struktur organisasi. Mengapa? Karena dalam batas-batas itu terlihat hubungan antamanusia, manusia yang ditempatkan sebagai pemroses informasi, pemroses pesan, penafsir dan malah bertindak berdasarkan informasi. Jadi komunikasi di sini menekankan pada metode dan teknik yang memungkinkan orang untuk beradaptasi dengan lingkungan organisasi (Liliweri, 2004:59-60).

(13)

mempunyai peranan penting dalam memadukan fungsi-fungsi manajemen dalam suatu perusahaan yaitu:

1) Menetapkan dan menyebarluaskan tujuan perusahaan.

2) Menyusun rencana untuk mencapai tujuan yamg telah ditetapkan.

3) Melakukkan pengorganisasian terhadap sumberdaya manusia dan sumber daya lainnya dengan cara efektif.

4) Memimpin, mengarahkan, memotivasi dan menciptakan iklim yang menimbulkan keinginan orang untuk member kontribusi.

5) Mengendalikan prestasi (Purba, 2006:112-113).

II.3.1 Komunikasi Organisasi Internal

Komunikasi Internal yang berkaitan dengan organisasi didefinisikan oleh Lawrence D. Brennan sebagai : “Interchange of ideas among the administrators and its particular structure (organization) and interchange of ideas horizontally and vertically within the firm which gets work done (operation and management)” (dalam Effendy, 2003:122). (Pertukaran gagasan di antara para administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan atau jawatan tersebut lengkap dengan strukturnya yang khas (organisasi) dan pertukaran gagasan secara horisontal dan vertikal di dalam perusahaan atau jawatan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung (operasi dan manajemen).

(14)

II.3.2 Jaringan Komunikasi Formal

Organisasi adalah komposisi sejumlah orang-orang yang menduduki posisi atau peranan tertentu. Diantara orang-orang ini saling terjadi pertukaran pesan, pertukaran pesan itu melalui jalan tertentu yang dinamakan jaringan komunikasi. Suatu jaringan komunikasi berbeda dalam besar dan strukturnya misalnya mungkin hanya di antara dua orang, 3 atau lebih dan mungkin juga di antara keseluruhan orang dalam organisasi. Bentuk struktur dan jaringan itupun juga akan berbeda-beda (Muhammad, 2007:102).

Bila pesan mengalir melalui jalan resmi yang ditentukan oleh hierarki resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan maka pesan itu menurut jaringan komunikasi formal. Pesan dalam jaringan komunikasi formal biasanya mengalir dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas atau dari tingkat yang sama atau secara horizontal. Ada tiga bentuk utama dari arus pesan pesan dalam jaringan komunikasi formal yang mengikuti garis komunikasi seperti yang digambarkan dalam struktur organisasi yaitu:

a) “Downward communication” atau komunikasi kepada bawahan. b) “Upward communication” atau komunikasi kepada atasan.

c) “Horizontal communication” atau komunikasi horizontal (Muhammad, 2007:108).

a) Komunikasi ke Bawah

Komunikasi ke bawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari para atasan atau para pimpinan kepada bawahannya. Kebanyakan komunikasi ke bawah digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan yang berkenaan dengantugas-tugas dan pemeliharaan. Pesan tersebut biasanya berhubungan dengan pengarahan, tujuan, disiplin, perintah, pertanyaan dan kebijaksanaan umum.

(15)

kecurigaan yang timbul karena salah informasi, mencegah kesalahpahaman karena kurang informasi dan mempersiapkan anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan (dalam Muhammad, 2007:108).

Secara umum, Muhammad (2007:108-109) menyebutkan bahwa komunikasi ke bawah dapat diklasifikasikan atas lima tipe yaitu :

1) Instruksi Tugas

Instruksi tugas/pekerjaan yaitu pesan yang disampaikan kepada bawahan mengenai apa yang diharapkan dilakukan mereka dan bagaimana melakukannya. Pesan itu bervariasi bisa berupa perintah langsung, diskripsi tugas, prosedur manual, program latihan tertentu, alat – alat bantu melihat dan mendengar yang berisi pesan – pesan tugas dan sebagainya.

2) Rasional

Rasional pekerjaan adalah pesan yang menjelaskan mengenai tujuan aktivitas dan bagaimana kaitan aktivitas itu dengan aktivitas lain dalam organisasi atau objektif organisasi. Kualitas dan kuantitas dari komunikasi rasional ditentukan oleh filosofi dan asumsi pimpinan mengenai bawahannya. Bila pimpinan menganggap bawahannya pemalas, atau hanya mau bekerja bila dipaksamaka pimpinan memberikan pesan yang bersifat rasional ini sedikit. Tetapi bila pimpinan mengganggap bawahannya orang yang dapat memotivasi diri sendiri dan produktif, maka biasanya diberikan pesan rasional yang banyak. 3) Ideologi

Pesan mengenai ideologi ini adalah merupakan perluasan dari pesan raisonal. Pada pesan rasional penekanannya ada pada penjelasan tugas dan kaitannya dengan perspektif organisasi. Sedangkan pada pesan-pesan ideologi sebaliknya mencari sokongan dan antusias dari anggota organisasi guna memperkuat loyalitas, moral dan motivasi.

4) Informasi

Pesan informasi dimaksudkan untuk memperkenalkan bawahan dengan praktik-praktik organisasi, peraturan-peraturan organisasi, keuntungan, kebiasaan, dan data lain yang tidak berhubungan dengan intruksi dan rasional. Misalnya buku handbook dari karyawan adalah contoh dari pesan informasi. 5) Balikan

(16)

Semua bentuk komunikasi ke bawah tersebut dipengaruhi oleh struktur hierarki dalam organisasi. Pesan kebawah cenderung bertambah karena pesan itu bergerak melalui tingkatan hierarki secara berturut turut. Yang perlu diperhatikan oleh juga ketika pesan mempengaruhi komunikasi ke bawah, pimpinan hendaklah mempertimbangkan saat yang tepat bagi pengiriman pesan dan dampak yang potensial kepada tingkah laku karyawan.

Katz dan Kahn (1966) menambahkan, ada lima jenis informasi yang biasa dikomunikasikan kepada bawahan yaitu :

1) Informasi bagaimana melakukan pekerjaan

2) Informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan 3) Informasi mengenai kebijakan dan praktik – praktik organisasi 4) Informasi mengenai kinerja pegawai, dan

5) Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of mission). (dalam Pace dan Don F, 2005:185)

Menurut Liliweri (2004:86) dalam hal informasi yang dikomunikasikan ke bawah ada beberapa hal masalah yang harus diperhatikan kebawah antara lain yaitu :

1) Kekurangsadaran beberapa manajer tidak tahu persis tentang tipe komunikasi atas-bawah itu lalu memberikan instruksi secara alamiah saja, banyak fungsi tidak dijelaskan dengan rinci, umpan balik yang tidak dikehendaki terjadi namun acapkali didiamkan saja.

2) Pesan yang tidak lengkap dan tidak jelas.

3) Kelebihan pesan sehingga membuat orang bingung.

4) Transmisi serial, pesan melewati banyak bagian yang tidak memiliki persepsi yang sama terhadap pesan.

Karena adanya gangguan dalam penyampaian pesan dari atasan kepada bawahan maka pimpinan perlu memperhatikan cara-cara penyampaian pesanyang efektif. Davis (1976) memberikan saran-saran dalam hal itu sebagai berikut:

(17)

2) Pimpinan hendaklah membagi informasi yang dibutuhkan oleh karyawan. Pimpinan hendaklah membantu karyawan merasakan bahwa diberi informasi.

3) Pimpinan hendaklah mengembangkan suatu perencanaan komunikasi, sehingga, karyawan dapat mengetahui informasi yang dapat diharapkannya untuk diperoleh berkenaan dengan tindakan-tindakan pengelolaan yang mempengaruhi mereka.

4) Pimpinan hendaklah berusaha membentuk kepercayaan di antara pengirim dan penerima pesan. Kepercayaan ini akan mengarahkan kepada komunikasi yang terbuka yang akan mempermudah adanya persetujuan diperlukan antara bawahan dan atasan (dalam Muhammad, 2007:112).

b) Komunikasi ke Atas

Yang dimaksud dengan komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari dari bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi. Semua karyawan dalam suatu organisasi kecuali yang berada pada tingkatan yang paling atas mungkin berkomunikasi ke atas. Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberikan balikan, memberikan saran dan mengajukan pertanyaan. Komunikasi ini mempunyai efek pada penyempurnaan moral dan sikap karyawan, tipe pesan adalah integrasi pembaharuan.

Pentingnya komunikasi ke atas disebabkan beberapa alasan, menurut Sharma (1979) aliran informasi ke atas memberi informasi berharga untuk pembaharuan keputusan oleh mereka yang mengarahkan organisasi dan mengawasi kegiatan orang-orang lainnya. Sedangkan menurut Planty dan Machaver (1952) komunikasi ke atas menambahkan apresiasi dan loyalitas kepadaorganisasi dengan memberi kesempatan kepada pegawai untuk mengajukan pertanyaan dan menyumbang gagasan serta saran-saran mengenai operasi organisasi (dalam Pace dan Don F, 2005: 190).

Menurut Pace (1989) komunikasi ke atas mempunyai beberapa fungsi atau nilai tertentu, fungsinya sebagai berikut:

(18)

2) Arus komunikasi ke atas memberi informasi yang berharga bagi pembuatan keputusan.

3) Komunikasi ke atas memperkuat apresiasi dan loyalitas karyawan terhadap organisasi dengan jalan memberikan kesempatan untuk menanyakan pertanyaan, mengajukan ide-ide dan saran-saran tentang jalannya organisasi. 4) Komunikasi ke atas membolehkan, bahkan mendorongdesas desus muncul

dan membiarkan supervisor mengetahuinya.

5) Komunikasi ke atas menjadikan supervisor dapat menentukan apakah bawahan menangkap arti seperti yang dimaksudkan dari arus informasi yang ke bawah.

6) Komunikasi ke atas membantu karyawan mengatasi masalah-masalah pekerjaan mereka dan memperkuat keterlibatan mereka dalam tugas-tugasnya dan organisasi (dalam Muhammad, 2007:117).

Smith (1986), mengatakan komunikasi ke atas berfungsi sebagai balikan bagi pimpinan memberikan petunjuk tentang keberhasilan suatu pesan yang disampaikan kepada bawahan dan dapat memberikan stimulus kepada karyawan untuk berpartisipasi dalam merumuskan pelaksanaan kebijaksanaan departemennya atau organisasinya (dalam Muhammad, 2007:117).

Kebanyakan dari hasil-hasil analisis penelitian mengenai komunikasi ke atas mengatakan bahwa supervisor dan pimpinan haruslah mendapatkan informasi dari bawahannya mengenai hal-hal berikut:

1) Apa yang dilakukan bawahan, pekerjaannya, hasil yang dicapainya, kemajuan mereka dan rencana masa yang akan datang.

2) Menjelaskan maslah-maslah pekerjaan yang tidak terpecahkan yang mungkin memerlukan bantuan tertentu.

3) Menawarkan saran-saran atau ide-ide bagi penyempurnaan unitnya masing-masing atau organisasi secara keseluruhan.

4) Menyatakan bagaimana pikiran dan perasaan mereka mengenai pekerjaannya, teman sekerjanya dan organisasi (Muhammad, 2007:118).

Adapun hal-hal yang seharusnya disampaikan oleh karyawan kepada atasannya seperti yang disebutkan di atas tidaklah selalu menjadi kenyataan. Banyak kesulitan untuk mendapatkan informasi tersebut. Sharma mengatakan bahwa kesulitan itu mungkin disebabkan oleh beberapa hal di antaranya adalah sebagai berikut:

(19)

menurut pikiran mereka. Karena itu cara yang terbaik adalah mengikuti saja apa yang disampaikan supervisornya.

2) Perasaan karyawan bahwa pimpinan dan supervisor tidak tertarik kepada masalah mereka. Karyawan sering melaporkan bahwa pimpinan mereka tidak prihatin terhadap masalah-masalah mereka. Pimpinan dapat saja tidak berespons terhadap masalah karyawan dan bahkan menahan beberapa komunikasi ke atas, karena akan membuat pimpinan kurang baik menurut pandangan atasan yang lebih tinggi.

3) Kurangnya reward atau penghargaan terhadap karyawan yang berkomunikasi ke atas. Seringkali supervisor pimpinan tidak memberikan penghargaan yang nyata kepada karyawan untuk memelihara keterbukaan komunikasi ke atas.

4) Perasaan karyawan bahwa supervisor dan pimpinan tidak dapat menerima dan berespons terhadap apa yang dikatakan oleh karyawan. Supervisors terlalu sibuk untuk mendengarkan atau karyawan susah untuk mendengarkan atau karyawan susah menemuinya (dalam Muhammad, 2007:118).

Kombinasi dari perasaan-perasaan dan kepercayaan karyawan tersebut menjadikan penghalang yang kuat untuk menyaakan ide-ide, pendapat-pendapat atau informasi oleh bawahan kepada atasan. Disamping sulitnya mendapatkan komunikasi ke atas, komunikasi yang disampaikan itupun belum tentu efektif, karena dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Muhammad (2007:119) menyebutkan di antara faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :

1) Komunikasi ke atas lebih mungkin digunakan oleh pembuat keputusan pengelolaan, apabila pesan itu disampaikan tepat pada waktunya.

2) Komunikasi ke atas yang bersifat positif, lebih mungkin digunakan oleh pembuat komunikasi yang bersifat negatif.

3) Komunikasi ke atas lebih mungkin diterima, jika pesan itu mendukung kebijaksanaan yang baru.

4) Komunikasi ke atas mungkin akan lebih efektif, jika komunikasi itu langsung kepada penerima yang dapat berbuat mengenai hal itu.

5) Komunikasi ke atas akan lebih efektif, apabila komunikasi itu mempunyai daya tarik secara intuitif bagi penerima. Pesan dari bawahan lebih siap diterima jika mereka setuju.

(20)

mereka, mengenai teman-temannya yang sama berkerja dan mengenai organisasi. Karena pentingnya komunikasi tersebut maka organisasi perlu memprogramnya.

Seperti telah dikatakan di atas bahwa komunikasi k etas ini penting untuk pembuatan keputusan maka agar komunikasi ini berjalan lancer dan memberikan informasi seperti yang diharapkan mak perlu diprogramkan secara khusus. Untuk menyusun program ini ada prinsip-prinsip yang perlu dipedomani oleh pimpinan. Prinsip-prinsip tersebut menurut Planty dan Mchaver (Pace, 1989) adalah sebagai berikut:

1) Program komunikasi ke atas yang efektif harus direncanakan. 2) Program komunikasi ke atas berlangsung terus menerus. 3) Program ke atas yang efektif menggunakan saluran yang rutin.

4) Program komunikasi ke atas yang efektif, menekankan kesensitifan dan penerimaan ide-ide yang menyenangkan dari level yang lebih rendah.

5) Program komunikasi ke atas yang efektif memerlukan pendengar yang obejektif.

6) Program komunikasi ke atas yang efektif memerlukan pengambilan tindakan berespons terhadap masalah.

7) Program komunikasi ke atas yang efektif menggunakan bermacam-macam media dan metode untuk memajukan arus informasi (Muhammad, 2007:120-121).

c) Komunikasi Horizontal

Komunikasi horizontal adalah pertukaran pesan di antara orang orang yang sama tingkatan otoritasnya di dalam organisasi. Pesan yang mengalir menurut fungsi dalam organisasi diarahkan secara horizontal. Pesan ini biasanya berhubungan dengan tugas-tugas atau tujuan kemanusiaan, seperti koordinasi, pemecahan masalah, penyelesaian konflik dan saling memberikan informasi. Muhammad (2007:121-122) menyebutkan bahwa komunikasi horizontal mempunyai tujuan sebagai berikut:

1) Mengkoordinasikan tugas-tugas. Kepala-kepala bagian dalam suatu organisasi kadang-kadang perlu mengadakan rapat atau pertemuan, untuk mendiskusikan bagaimana tiap-tiap bagian memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan organisasi.

(21)

masyarakat, anggota-anggota dari bagian perlu saling membagi informasi untuk membuat perencanaan apa yang akan mereka lakukan.

3) Memecahkan masalah yang timbul di antara orang-orang yang berada dalam tingkat yang sama. Dengan adanya keterlibatan dalam memecahkan masalah akan menambah kepercayaan dari moral karyawan.

4) Menyelesaikan konflik di antara anggota yang ada dalam bagian organisasi dan juga antara bagian dengan bagian lainnya. Penyelesaian konflik ini penting bagi perkembangan sosial dan emosional dari anggota dan juga akan menciptakan iklim organisasi yang baik.

5) Menjamin pemahaman yang sama. Bila perubahan dalam suatu organisasi diusulkan, maka perlu ada pemahaman yang sama antara unit-unit organisasi atau anggota unit organisasi tentang perubahan itu. Untuk itu mungkin suatu unit dengan unit lainnya mengadakan rapat untuk mencari kesepakatan terhadap perubahan tersebut.

6) Mengembangkan sokongan interpersonal. Karena sebagian besar dari waktu kerja karyawan berinteraksi dengan temannya maka mereka memperoleh sokongan hubungan interpersonal dari temannya. Hal ini akan memperkuat hubungan di antara sesama karyawan dan akan membantu kekompakkan dalam kerja kelompok. Interaksi ini akan mengembangkan rasa sosial dan emosional karyawan.

Bentuk yang paling umum dari komunikasi horizontal adalah kontak interpersonal yang mungkin terjadi dalam berbagai tipe. Di antaranya bentuk yangseringkali terjadi adalah rapat-rapat komite, interaksi informal pada waktu jam istirahat, percakapan telepon, memo dan nota, aktivitas sosial, dan kelompok mutu.

(22)

dewasa mental, sehingga hubungan interpersonal dalam organisasi dapat dilakukan secara efektif.

Hubungan sesama karyawan di tempat kerja perlu diciptakan agar iklim kerja dalam organisasi menjadi kondusif. Pimpinan, manajer, ataupun karyawan perlu memahami bahwa mereka memiliki peran dalam menciptakan situasi yang penuh dengan pengelolaan emosi secara efekfif. Memiliki keterampilan dan cara berkomunikasi yang baik dan efektif fan produktif dapat menciptakan hubungan yang baik pula dan akan mudah dalam mencapai tujuan organisasi.

Agar tercipta hubungan yang baik dan harmonis dalam organisasi, maka dapat dilakukan hal-hal, seperti menciptakan lingkungan kerja yang mendukungsinergi dan partisipasi karyawan, menyusun kebijaksanaan yang layak dan adil yang tidak menimbulkan pertentangan antarkaryawan, menghilangkan bias prasangka terhadap karyawan satu sama lain, meluangkan waktu untuk mempelajari aspirasi-aspirasi emosional karyawan dan bagaimana mereka berhubungan dalam kerjasama perkerjaan, memilih orang yang sesuai untuk peran dalam tim yang memiliki kemampuan profesional dan kecerdasan emosional baik, memberikan penghargaan kepada karyawan yang berprestasi, membersihkan perusahaan dari pengaruh negatif, menyusun nilai inti dan standar perilaku yang bisa diterima oleh karyawan satu sama lain, menciptakan suasana saling memperhatikan dan memotivasi kreativitas, dan pengembangan mentalitas dan pelayanan sepenuh hati dalam hubungan karyawan satu sama lain dan dengan konsumen.

(23)

jangan mengatur orang lain sampai diri sendiri dapat diatur dengan baik, tidak mengubar kemarahan kepada yang lain, dan bersikap bijak dan bijaksana.

II.3.3 Bentuk Jaringan Komunikasi

Di bawah ini dikemukan 4 (empat) bentuk jaringan komunikasi sebagai mana terlihat dalam peraga 9 yaitu jaringan komunikasi berbentuk roda, rantai lingkaran, dan bintang:

1) Peraga 9a – jaringan komunikasi berbentuk roda menggambarkan bagaimana aliran informasi itu bersumber dari sentral A (sentralisasi). Dari A informasi itu dialihkan kepada B atau C, D dan E lalu masing-masing merespon kembali informasi it kepada A, inilah jaringan komunikasi yang formal. Jika terjadi hubungan di antara B,C,D dan E maka hubungan itu bersifat informal.

2) Peraga 9b – jaringan komunikasi berbentuk rantai menggambarkan bagaiman aliran informasi itu bersumber dari tingkat atas “kepala dinas” kepada seorang “kepala subdinas” dan diteruskan kepada “kepala seksi”.

3) Peraga 9c – Jaringan komunikasi berbentuk lingkaran menggambarkan bagaimana aliran informasi itu bersumber dari seseorang (siapa saja yang mengambil inisiatif memulainya – komunikator) Misalnya A kepada B, dilanjutkan kepada C dan D dan dikembalikan lagi kepada A dan seterusnya. 4) Peraga 9d – Jaringan komunikasi berbentuk bintang menggambarkan

bagaimana aliran informasi itu bersumber dari salah satu misalnya A ke semua arah dan direspons kembali kepada A. Di sini terlihat bahwa setiap orang dapat menjadi sumber dan sasaran dari informasi (Sendjaja, 2005:3.3-3.4).

Empat bentuk jaringan komunikasi tersebut di atas menggambarkan jaringan kerja kelompok kecil dan sekaligus memperlihatkan bahwa komunikasi yang terjadi itu mengandung:

1) Densitas komunikasi, yaitu kuantitas kmunikasi di antara para anggota (jadi berapa ali terjadi komunikasi di antara para anggota). 2) Jarak antara anggota – yang menggambarakan sejauh mana suatu

(24)

3) Kebebasan relatif (atau derajat kebebasan dari sek beromunikasi secara langsung kepadng anggota untor orng lain namun harus melintasi atau “memotong” sesorang sebelum mencapai sasaran (Liliweri, 2004: 84) .

Tabel 1

Wacana Komunikasi Organisasi. Bentuk Jaringan

Karakteristik Lingkaran Rantai Roda Binta

ng Kecepatan

Tampilan

Lamban Cepat Cepat

Rata-rata

Akurasi Buruk Baik Baik Baik

sekali

Peringatan bagi pimpinan dalam keadaan

darurat

Tidak ada Memberi peringatan

Sangat nyata Sanga t nyata

Kepuasan kerja Sangat baik Buruk Sangat buruk Rata-rata

Keluwesan dalam mengubah

kerja

Sangat cepat Lamban Lambang Cepat

(25)

II.4 Format Interaksi Komunikasi Organisasi

Berdasarkan jumlah interaksi yang terjadi dalam komunikasi tersebutdapat dibedakan atas 3 kategori yaitu komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok kecil dan komunikasi publik. Dalam bab ini masing-masing dari bentuk interkasi komunikasi tersebut akan dibahas satu per satu.

II.4.1 Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal) a) Pengertian Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi interpersonal yang efektif telah lama dikenal sebagai salah satu dasar untuk berhasilnya suatu organisasi. Karena itu adalah perlu bagi seorang pimpinan untuk mengetahui konsep-konsep dasar dari komunikasi agar dapat membantu dalam mengelola organisasi dengan efektif. Sebelummembicarakan apa yang dimaksud dengan komunikasi interpersonal, adalah penting untuk memahami lebih dahulu apa yang dimaksud dengan komunikasi interpersonal dan peranannya terhadap komunikasi lainnya.

Sesungguhnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi dalam diri sendiri. Dalam diri kita masing-masing terdapat komponen-komponen komunikasi seperti sumber, pesan, saluran penerima dan balikan. Dalam komunikasi interpersonal hanya seorang yang terlibat. Pesan mulai dan berakhir dalam diri individu masing-masing. Komunikasi interpersonal mempengaruhi komunikasi dan hubungan dengan orang lain. Wenburg dan Wilmat menyatakan bahwa persepsi individu tidak dapat dicek oleh orang lain tetapi semua arti atribut pesan ditentukan oleh masing-masing individu (Muhammad, 2007:159).

(26)

Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi di antara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya. Dengan bertambahnya orang yang terlibat dalam komunikasi, menjadi bertambahlah persepsi orang dalam kejadian komunikasi sehingga bertambah komplekslah komunikasi tersebut (Muhammad, 2007:159).

Komunikasi interpersonal sangat potensial untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena dapat menggunakan kelima alat indra untukmempertinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi interpersonal berperan penting sehingga kapan pun, selama manusia masih memiliki emosi. Komunikasi interpersonal adalah membentuk hubungan dengan orang lain. Hubungan itu dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara seperti terdapat pada bagian berikut.

b) Klasifikasi Komunikasi Antarpribadi

Ada bermacam-macam nama dalam komunikasi interpersonal antaranya komunikasi diadik, dialog, wawancara, percakapan, dan komunikasi tatap muka. Redding mengembangkan klasifikasi komunikasi interpersonal menjadi interaksi intim, percakapan sosial, interogasi atau pemeriksaan dan wawancara.

1) Interaksi Intim

Interaksi intim termasuk komunikasi di antara teman baik, pasangan yang sudah menikah, anggota famili, dan orang-orang yang mempunyai ikatan emosional yang kuat. Di dalam organisasi, hubungan ini dikembangkan dalam sistem komunikasi informal. Misalnya, hubungan yang terlibat di antara kedua orang teman baik di dalam organisasi, yang mempunyai interkasi personal di luar peranan dan fungsinya dalam organisasi.

2) Percakapan Sosial

Percakapan sosial adalah interaksi untuk menyenangkan seseorang secara sederhana dengan sedikit berbicara. Percakapan biasanya tidak begitu terlibat secara mendalam. Tipe komunikasi tatap muka penting bagi pengembangan hubungan informal dalam organisasi. Jika dua orang atau lebih bersama-sama dan berbicara tentang perhatian, minat di luar oraganisasi seperti famili, sport, isu politik, ini adalah merupakan contoh percakapan sosial.

(27)

3) Interogasi atau Pemeriksaan

Interogasi atau pemeriksaan adalah interaksi antara seseoarang yang ada dalam kontrol, yang meminta atau bahkan menuntut informasi daripada yang lain. Perdebatan dan pertengkaran secara verbal adalah bentuk interogasi dimana kedua pihak menunutut satu sama lain dan kontrol sebentar-bentar bertukar. Pertengkaran verbal sering ditandai dengan isu benar atau salah. Debat diatur oleh sejumlah aturan an umumnya lebih formal daripada perkelahian. Meskipun bentuk komunikasi ini tidaklah selalu diingini tetapi ada dalam organisasi. Miaslnya bila seseorang karyawan dituduh mengambil barang-barang organisasi untuk kepentingan pribadinya biasanya karyawan tersebut diinterogasi oleh atasanya untuk mengetahui benar atau tidaknya tuduhan itu.

4) Wawancara

Wawancara adalah salah satu bentuk komunikasi interpersonal dimana dua oarang terlibat dalam percakapan yang berupa tanya jawab. Salah seorangmengajikan pertanyaan untuk mendapatkan informasi dan yang lainnya mendengarkan dengan baik kemudian memberikan jawaban yang dikehendaki sampai tujuan wawancara tercapai. Misalnya, seoarng dosen penasihat akademis mewawancarai mahasiswa yang dibimbingnya untuk mendapatkan informasi yang lebih jauh mengenai mahasiswa tersebut.

c) Ciri-ciri Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi sebenarnya merupakan suatu proses sosial di mana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana yang dinyatakan oleh De Vito bahwa komunikasi antarpribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung (dalam Liliweri 2004:12). Menurut Everet M.Rogers ada beberapa cirri komunikasi yang menggunakan saluran komunikasi antarpribadi (Liliweri, 2004:13) :

1) Arus pesan yang cenderung dua arah. 2) Konteks komunikasinya dua arah. 3) Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi.

4) Kemampuan mengatasi tingkat selektivitas yang tinggi.

5) Kecepatan jangkauan terhadap audience yang besar relatif lambat. 6) Efek yang mungkin terjadi adalah perubahan sikap.

Alo liliweri dalam bukunya Komunikasi Antarpribadi menyimpulkan ciri-ciri komunikasi antarpribadi (2004:14-19) adalah:

(28)

2) Komunikasi antarpribadi tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu.

3) Komunikasi antarpribadi terjadi secara kebetulan di antara peserta yang tidak mempunyai identitas yang jelas.

4) Komunikasi antarpribadi mempunyai akibat yang disengaja maupun yang tidak disengaja.

5) Komunikasi antarpribadi seringkali berlangsung berbalas-balasan.

6) Komunikasi antar pribadi menghendakii paling sedikit melibatkan hubungan dua orang dengan suasana yang bebas, bervariasi, adanya keterpengaruhan. 7) Komunikasi antar pribadi tidak dikatakan tidak sukses jika tidak membuahkan

hasil.

8) Komunikasi antar pribadi menggunakan lambang-lambang bermakna.

d) Tujuan Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi interpersonal mungkin mempunyai beberapa tujuan. Tetapi di sini hanya akan dibicarakan 6 diantaranya yang dianggap penting. Tujuan komunikasi ini tidak perlu disadari pada saat terjadinya pertemuan dan juga tidak perlu dinyatakan. Tujuan itu boleh disadari dan boleh tidak disadari dan boleh sengaja dan tidak disengaja. Muhammad (2007:165-167) memaparkan beberapa tujuan-tujuan itu sebagai berikut:

1) Menemukan Diri Sendiri

Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal atau pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain. Kenyataanya sebagian besar dari persepsi kita adalah hasil dari apa yangtelah kita pelajari dalam pertemuan interpersonal.

(29)

2) Menemukan Dunia Luar

Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Hal itu menjadikan kita memahami lebih baik dunia luar, dunia obyek, kejadian-kejadian dan orang lain. Banyak informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal. Meskipun banyak jumlah informasi yang datang kepada kita dari media massa hal itu seringkali didiskusikan dan akhirnya dipelajari atau didalami melalui interaksi interpersonal. Kenyataanya, kepercayaan, sikap dan nilai-nilai kita barangkali dipengaruhi lebih banyak oleh pertemuan interpersonal daripada oleh media atau pendidikan formal.

3) Membentuk dan Menjaga Hubungan yang Penuh Arti

Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu kita pergunakan dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan orang lain. Hubungan yang demikian membantumengurangi kesepian dan depresi, menjadikan kita sanggup saling berbagi, kesenangan kita dan umumnya membuat kita merasa lebih positif tentang diri kita.

4) Berubah Sikap dan Tingkah Laku

Banyak waktu kita gunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. kita boleh menginginkan mereka memilih cara tertentu, misalnya mencoba diet yang baru, membeli barang tertentu, mendengar tape recorder, melihat film, menulis membaca buku, memasuki bidang tertentu, mengambil kuliah tertentu, berpikir dalam cara tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kita banyak mengunakan waktu terlibat dalam posisi interpersonal.

Adalah menarik untuk mencatat bahwa studi mengenai kefektifan media massa, bertentangan dengan situasi interpersonal dalam mengubah tingkah laku tertentu. Kita lebih sering membujuk melalui komunikasi interpersonal daripada komunikasi media massa.

5) Untuk Bermain dan Kesenangan

(30)

Walaupun kelihatannya kegiatan itu tidak berarti tetapi mempunyai tujuan yang sangat penting. Dengan melakukan komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan kerja.

6) Untuk Membantu

Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakan komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi membantu oarang lain dalam interkasi interpersonal kita sehari-hari. Kita berkonsultasi dengan seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa tentang mata kuliah yang sebaiknya diambil, dan memberikan hal yang menyenangkan kepada anak yang sedang menangis. Apakah profesional atau tidak profesional, keberhasilan memberikan bantuan tergantung kepada pengetahuan dan keterampilan komunikasi interpersonal.

Kita juga melihat tujuan-tujuan komunikasi interpersonal ini dari dua perspektif yang lain. Pertama, tujuan ini boleh dilihat sebagai faktor yang memotivasi atau alasan mengapa kita terlibat dalam komunikasi interpersonal. Berdasarkan hal itu kita dapat mengatakan bahwa kita terlibat komunikasi interpersonal untuk mendapatkan kesenangan, untuk membantu dan mengubah tingkah laku seseorang. Kedua, tujuan ini boleh dipandang sebagai hasil atau efek umum dari komunikasi interpersonal yang berasal dari pertemuan interpersonal. Berdasarakan hal itu dapat mengatakan bahwa tujuan komunikasi interpersonal adalah untuk mendapatkan pengetahuan tentang diri, membentuk hubungan yang lebih berarti dan memperoleh tambahan pengetahuan dunia luar.

Seharusnya tentu saja sudah jelas bahwa komunikasi interpersonal biasanya di motivasi oleh kombinasi bermacam-macam faktor dan tidaklah mempunyai satu efek, tetapi kombinasi berbagai efek atau hasil. Misalnya diberikan suatu interaksi interpersonal, diberikan beberapa tujuan, dimotivasi olehkombinasi berbagai faktor yang unik dan menghasilkan kombinasi faktor-faktor atau efek yang unik.

II.4.2 Komunikasi Kelompok Kecil

(31)

mendefenisikan kelompok kecil dan lengkapilah dengan sumber-sumber lain sebagai berikut (Liliweri, 2004:125) :

1) Ukuran (Size)

Banyak peneliti memaksudkan kelompok kecil adalah kelompok yang beranggotakan sekurang-kurangnya 3 sampai 12-15 orang. Suatu kelompok yang paling kecil membutuhkan sekurangnya 2 orang anggota, kita sebut “dyad”, atau sekurang-kurangnya 3 orang sehingga ada koalisi yang dapat dibentuk. Dalam prakteknya beberapa organisasi mempunyai cirri seperti itu. Sebuah kelompok kecil yang agak meluas terbentuk oleh 12-15 orang, jadi makin besar jumlah angotanya dapat terjadi kekacauan dalam komunikasi kelompok.

2) Interaksi

Para anggota kelompok harus dapat berkomunikasi secara bebas dan terbuka dengan semua anggota lain dalam kelompok. Kelompok pun dapat membangun norma-norma kelompok, misalnya yang mengatur bangaman mereka berdiskusi, juga mengembangkan peran-peran yang mempengaruhi interaksi di antara mereka.

3) Tujuan

Sebuah kelompok harus mempunyai tujuan yang sama,harapan yang sama dan mereka harus berkerjasma untuk mencapai tujuan dan harapan tersebut. Tujuan akan membawa mereka bersamapsama menghadapi maslah bersama termasuk memecahkan konflik secara bersama pula.

Mengapa orang ikut terlibat dalam kelompok? Ini merupakan sebuah pertanyaan penting. Karena setiap orang mempunyai harapan dan cita-cita yang berbeda namun mau digabung dalam satu kelompok. Beberapa oaring mungkin mau bergabung karena termotivasi oleh atau peduli terhadap tugas-tugas penting, namun orang lain termotivasi oleh daya tarik pribadi terhadap anggota lain.

Menurut Liliweri (2004:127) alasan orang untuk bergabung ke dalam sebuah kelompok antara lain sebagai berikut:

1) Sinergi Kelompok. Sinergi kelompok merujuk pada gagasan bahwa dua kepala atau lebih baik daripada satu kepala. Kehadiran kelompok acapkali lebih mampu untuk menghasilkan sebuah pekerjaan yang berkualitas tinggi dan juga mengambil keputusan yang lebih baik daripada anda berkerja sendiri.

(32)

3) Kebutuhan Antarpribadi. William Schutz dalam teorinya FIRO (Fundamental Interpersonal Relationship Orientations) telah mengidentifikasikan tiga kebutuhan yaitu:

a. Inklusi : kebutuhan untuk mengembangkan identitas dengan orang lain, kebutuhan untuk terlibat bersama dengan orang lain.

b. Kontrol : kebutuhan untuk mengawasi orang lain.

c. Afeksi: kebutuhan untuk mengembangkan relasi dengan orang lain, dikasihi, dihormati, disayangi.

II.4.3 Komunikasi Publik

Yang dimaksud dengan komunikasi publik adalah pertukaran pesan dengan sejumlah orang yang berada dalam organisasi atau yang di luar organisasi, secara tatap muka atau melalui media. Tetapi dalam bagian ini yang akan dibicarakan hanyalah kontak tatap muka di antara organisasi dan lingkungan eksternalnya dan di antara satu orang anggota organisasi dengan sejumlah besar anggota organisasi yang sama. Brooks menguraikan tipe komunikasi publik ini sebagai monological karena hanya seorang yang biasanya terlibat dalam mengirimkan pesan kepada publik (Muhammad, 2007:197).

Tujuan umum dari komunikasi publik terutama sekali adalah untuk memberikan informasi kepada sejumlah besar orang mengenai organisasi misalnya mengenai aktivitas-aktivitas organisasi dan hasil produksi organisasi. Selain dari itu komunikasi publik juga bertujuan untuk menjalin hubungan antara organisasi dengan masyarakat diluar organisasi seperti pemakai jasa organisasi, pemakai hasil produksi organisasi dan masyarakat umumnya. Komunikasi publikjuga dapat digunakan untuk memberikan hiburan kepada sejumlah orang seperti menceritakan pengalaman menyenangkan kepada orang banyak.

(33)

melalui televisi. Tujuan yang pertama yang ingin dicapai dengan presentasi tersebut adalah memberikan informasi kepada masyarakat, tetapi di samping itu mungkin sikap mereka berubah terhadap pemakaian alat-alat elektronik seperti mungkin ingin menggunakannya.

Di samping adanya tujuan umum yang perlu dicapai dengan pemberian komunikasi publik yang utama, juga ada tujuan khusus yang perlu ditetapkan yang ingin dicapai dengan topik yang dipilih. Tujuan-tujuan khusus ini dinyatakan dalam kalimat yang lengkap mengenai apa yang diinginkan dicapai dengan presentasi tersebut.

Menurut Muhammad (2007:199-201) bentuk presentasi komunikasi organisasi publik secara garis besarnya dapat dibedakan atas dua kategori yaitu yang bersifat pemberian informasi dan mencari komitmen (commitment). Presentasi yang bersifat pemberian informasi antara lain presentasi orientasi, presentasi untuk latihan pekerjaan tertentu, lapoaran status, laporan kepada dewan pengurus dan rapat-rapat umum. Bentuk kedua komunikasi publik dalam organisasi adalah untuk mencari komitmen. Komunikasi ini dimaksudkan untuk mempengaruhi pendengar melalui informasi yang diberikan. Adapun beberapa tipe presentasi untuk mencari komitmen, antara lain presentasi pemasaran, presentasi memotivasi, presentasi penerimaan karyawan atau mahasiswa, dan pendekatan tim.

(34)

presentasi lisan dengan baik perlulah diperhatikan beberapa hal seperti berikut (Muhammad, 2007:203-204) :

1) Kontak Mata : komunikasi nonverbal yang sangat membantu si pembicara dalam menjelaskan idenya kepada pendengar.

2) Vokalik : Kecepatan berbicara, nada dan irama suara, serta penekanan pada kata-kata tertentu perlu diperhatikan dalam penyampaian presentasi lisan. 3) Ketepatan : Penyampaian pembicaraan terutama isi pembicaraan itu sendiri

hendaklah cocok dengan kesempatan presentasi tersebut.

4) Perencanaan : Pilihlah topik pembicaraan yang cocok untuk diberikan pada pendengar dengan berdasarkan analisis pendengar.

II.5 Aktualisasi Diri

II.5.1 Pengertian Aktualisasi Diri

Aktualisasi diri adalah kebutuhan naluriah pada manusia untuk melakukan yang terbaik dari yang dia bisa. Maslow dalam (Arianto, 2009), menyatakan aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu atau dihalangi oleh pengalaman dan oleh belajar khususnya dalam masa anak-anak. Aktualisasi akan berubah sejalan dengan berkembang hidup seseorang. Ketika mencapai usia tertentu (adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis. (Arianto, 2009).

Aktualisasi diri dapat didefenisikan sebagai perkembangan yang paling tinggi dari semua bakat, pemenuhan semua kualitas dan kapasitas. Aktualisasi juga memudahkan dan meningkatkan pematangan serta pertumbuhan. Ketika individu makin bertambah besar, maka “diri” mulai berkembang. Pada saat itu juga, tekanan aktualisasi beralih dari segi fisiologis ke psikologis. Bentuk tubuh dan fungsinya telah mencapai tingkat perkembangan dewasa, sehingga perkembangan selanjutnya berpusat pada kepribadian.

(35)

dan paling kuat harus dipuaskan terlebih dahulu sebelum muncul kebutuhan tingkat selanjutnya. Kebutuhan paling tertinggi dalam hirarki kebutuhan Abraham Maslow adalah aktualisasi diri. Aktualisasi diri sangat penting dan merupakan harga mati apabila ingin mencapai kesuksesan. Aktualisasi diri adalah tahap pencapaian oleh seorang manusia terhadap apa yang mulai disadarinya ada dalam dirinya. Semua manusia akan mengalami fase itu, hanya saja sebagian dari manusia terjebak pada nilai-nilai atau ukuran-ukuran pencapaian dari tiap tahap yang dikemukakan Maslow. Andai saja seorang manusia bisa cepat melampaui tiap tahapan itu dan segera mencapai tahapan akhir yaitu aktualisasi diri, maka dia punya kesempatan untuk mencari tahu siapa dirinya sebenarnya. (Arianto, 2009).

Ahli jiwa termahsur Abraham Maslow, dalam bukunya Hierarchy of Needs menggunakan istilah aktualisasi diri (self actualization) sebagai kebutuhan dan pencapaian tertinggi seorang manusia. Maslow menemukan bahwa tanpa memandang suku asal-usul seseorang, setiap manusia mengalami tahap-tahap peningkatan kebutuhan atau pencapaian dalam kehidupannya. Kebutuhan tersebut meliputi:

a. Kebutuhan fisiologis ( pshysiogical), meliputi kebutuhan akan pangan, pakaian, dan tempat tinggal maupun kebutuhan biologis.

b. Kebutuhan keamanan dan keselamatan (safety), meliputi kebutuhan akan keamanan kerja, kemerdekaan dari rasa takut ataupun tekanan, keamanan dari kejadian atau ligkungan yang mengancam.

c. Kebutuhan akan rasa memiliki, sosial dan kasih sayang (social), meliputi kebutuhan akan persahabatan, berkeluarga, berkelompok, interaksi, dan kasih sayang.

d. Kebutuhan akan penghargaan (esteem), meliputi kebutuhan akan harga diri, status, prestise, respek, dan penghargaan dari pihak lain.

e. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization), meliputi kebutuhan akan memenuhi keberadaan diri (self fulfillment) melalui memaksimumkan penggunaan kemampuan dan potensi diri.

(36)

II.5.2. Faktor Yang Mempengaruhi Aktualisasi Diri

Orang yang mampu mengaktualisasikan dirinya sangat memahami bahwa ada eksistensi atau hambatan lain tinggal (indwelling) didalam (internal) atau di luar (eksternal) keberadaannya sendiri yang mengendalikan perilaku dan tindakannya untuk melakukan sesuatu.

a. Internal

Faktor internal ini merupakan bentuk hambatan yang berasal dari dalam diri seseorang, yang meliputi:

1) Ketidaktahuan akan potensi diri

2) Perasaan ragu dan takut mengungkapkan potensi diri, sehingga potensinya tidak dapat terus berkembang.

Potensi diri merupakan modal yang perlu diketahui, digali dan dimaksimalkan. Sesungguhnya perubahan hanya bisa terjadi jika kita mengetahui potensi yang ada dalam diri kita kemudian mengarahkannya kepada tindakan yang tepat dan teruji (Fadlymun, 2009).

b. Eksternal

Faktor eksternal merupakan hambatan yang berasal dari luar diri seseorang, seperti:

1) Budaya masyarakat yang tidak mendukung upaya aktualisasi potensi diri seseorang karena perbedaan karakter. Pada kenyataannya lingkungan masyarakat tidak sepenuhnya menunjang upaya aktualisasi diri warganya. 2) Faktor lingkungan; masyarakat berpengaruh terhadap upaya mewujudkan

aktualisasi diri. Aktualisasi diri dapat dilakukan jika lingkungan mengizinkannya. (Asmadi, 2008). Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-psikologis (Sudrajat, 2008).

3) Pola asuh; pengaruh keluarga dalam pembentukan aktualisasi diri anak sangatlah besar artinya. Banyak faktor dalam keluarga yang ikut berpengaruh dalam proses perkembangan anak. Salah satu faktor dalam keluarga yang mempunyai peranan penting dalam pengaktualisasian diri adalah praktik pengasuhan anak (Brown, 1961)

(37)

luar diri. Kemampuan seseorang membebaskan diri dari tekanan internal dan eksternal dalam pengaktualisasian dirinya menunjukkan bahwa orang tersebut telah mencapai kematangan diri. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa aktualisasi diri tersebut secara penuh. Hal ini disebabkan oleh terdapatnya dua kekuatan yang saling tarik-menarik dan akan selalu pengaruh-mempengaruhi di dalam diri manusia itu sendiri sepanjang perjalanan hidup manusia. Kekuatan yang satu mengarah pada pertahanan diri, sehingga yang muncul adalah rasa takut salah atau tidak percaya diri, takut menghadapi resiko terhadap keputusan yang sekarang akan di ambil, mengagungkan masa lalu dengan mengabaikan masa sekarang dan mendatang, ragu-ragu dalam mengambil keputusan/bertindak, dan sebagainya. Sementara kekuatan yang lainnya adalah kekuatan yang mengarah pada keutuhan diri dan terwujudnya seluruh potensi diri yang dimiliki, sehingga yang muncul adalah kepercayaan diri dan penerimaan diri secara penuh. (Asmadi, 2008).

II. Karakteristik Aktualisasi Diri

Seseorang yang telah mencapai aktualisasi diri dengan optimal akan memiliki kepribadian yang berbeda dengan manusia pada umumnya. Menurut Maslow pada tahun 1970 (Kozier dan Erb, 1998), ada beberapa karakteristik yang menunjukkan seseorang mancapai aktualisasi diri. Karakteristik tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Mampu melihat realitas secara lebih efisien.

Karakteristik atau kapasitas ini akan membuat seseorang untuk mampu mengenali kebohongan, kecurangan, dan kepalsuan yang dilakukan orang lain, serta mampu menganalisis secara kritis, logis, dan mendalam terhadap segala fenomena alam dan kehidupan. Karakter tersebut tidak menimbulkan sikap emosional, melainkan lebih objektif. Dia akan mendengarkan apa yang seharusnya didengarkan, bukan mendengar apa yang diinginkan, dan ditakuti oleh orang lain. Ketajaman pengamatan terhadap realitas kehidupan akan menghasilkan pola piker yang cemerlang menerawang jauh ke depan tanpa dipengaruhi oleh kepentingan dan keuntungan sesaat.

(38)

Orang yang telah mengaktualisasikan dirinya akan melihat orang lain seperti melihat dirinya sendiri yang penuh kekurangan dan kelebihan. Sifat ini akan menghasilkan sikap toleransi yang tinggi terhadap orang lain. Dia akan membuka diri terhadap kritikan, saran, ataupun nasehat dari orang lain terhadap dirinya.

c. Spontanitas, kesederhanaan dan kewajaran.

Orang yang mengaktualisasikan dirinya dengan benar ditandai dengan segala tindakan, perilaku, dan gagasannya dilakukan secara spontan, wajar, dan tidak dibuat-buat. Dengan demikian apa yang ia lakukan tidak berpura-pura. Sifat ini akan melahirkan sifat lapang dada terhadap apa yang menjadi kebiasaan masyarakatnya asal tidak bertentangan dengan prinsipnya yang paling utama, meskipun dalam hati ia menertawakannya. Namun apabila lingkungan/kebiasaan di masyarakat sudah bertentangan dengan prinsip ia yakini, maka ia tidak segan-segan untuk mengemukakannya dengan asertif. Kebiasaan di masyarakat tersebut antara lain seperti adat-istiadat yang amoral, kebohongan, dan kehidupan sosial yang tidak manusiawi.

d. Terpusat pada persoalan

Orang yang mengaktualisasikan dirinya seluruh pikiran, perilaku, dan gagasannya bukan didasarkan untuk kebaikan dirinya saja, namun didasarkan atas apa kebaikan dan kepentingan umat manusia. Dengan demikian, segala pikiran, perilaku, dan gagasannya terpusat pada persoalan yang dihadapi oleh umat manusia, bukan persoalan yang bersifat egois.

e. Membutuhkan kesendirian

Pada umumnya orang yang sudah mencapai aktualisasi diri cenderung memisahkan diri. Sikap ini didasarkan atas persepsinya mengenai sesuatu yang ia anggap benar, tetapi tidak bersifat egois. Ia tidak bergantung pada pikiran orang lain.

Sifat yang demikian, membuatnya tenang dan logis dalam menghadapi masalah. Ia senantiasa menjaga martabat dan harga dirinya, meskipun ia berada di lingkungan yang kurang terhormat. Sifat memisahkan diri ini terwujud dalan otonomi pengambilan keputusan. Keputusan yang diambilnya tidak dipengaruhi oleh orang lain. Dia akan bertanggung jawab atas segala keputusan/kebijakan yang diambil.

f. Otonomi (kemandirian terhadap kebudayaan dan lingkungan)

(39)

mengguncang, tanpa putus asa apalagi sampai bunuh diri. Kebutuhan terhadap orang lain tidak bersifat ketergantungan, sehingga pertumbuhan dan perkembangan dirinya lebih optimal.

g. Kesegaran dan apresiasi yang berkelanjutan.

Ini merupakan manifestasi dari rasa syukur atas segala potensi yang dimiliki pada orang yang mampu mengaktualisasikan dirinya. Ia akan diselimuti perasaan senang, kagum dan tidak bosan atas apa yang sekarang sedang dimiliki. Walaupun hal yang ia miliki merupakan hal yang biasa saja.

Implikasinya adalah ia mampu mengapresiasikan segala apa yang ia miliki. Kegagalan seseorang dalam mengapresiasikan segala yang dimilikinya dapat menyebabkan ia menjadi manusia yang serakah dan berperilaku melanggar hak asasi orang lain.

h. Kesadaran sosial

Orang yang mampu mengaktualisasikan diri, jiwanya diliputi oleh perasaan empati, iba, kasih sayang, dan ingin membantu orang lain. Perasaan tersebut ada walupun orang lain berperilaku jahat terhadap dirinya. Dorongan ini akan menimbulkan kesadaran sosial di mana ia memiliki rasa untuk bermasyarakat dan menolong orang lain.

i. Hubungan interpersonal

Orang yang mampu mengaktualisasikan diri mempunyai kecenderungan untuk menjalin hubungan yang baik dengan orang lain. Ia dapat menjalin hubungan yang akrab dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang.

Hubungan interpersonal ini tidak didasari oleh tendensi pribadi yang sesaat, namun dilandasi oleh perasaan cinta, kasih sayang, dan kesabaran meskipun orang tersebut mungkin tidak cocok dengan perilaku masyarakat di sekelilingnya.

j. Demokratis

Orang yang mampu mengaktualisasikan diri memiliki sifat demokratis. Sifat ini dimanifetasikan dengan perilaku yang tidak membedakan orang lain berdasarkan penggolongan etnis, agama, suku, ras, status sosial ekonomi, partai dan lain-lain.

(40)

k. Rasa humor yang bermakna dan etnis

Rasa humor orang yang mengaktualisasikan diri berbeda dengan humor kebanyakan orang. Ia tidak akan tertawa dengan humor yang menghina, merendahkan dan menjelekkan orang lain. Humor yang mengaktualisasikan diri bukan saja menimbulkan tawa, tapi sarat dan makna nilai pendidikan. Humornya benar-benar menggambarkan hakikat manusiawi yang terhormati dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

l. Kreativitas

Sikap kreatif merupakan karakteristik lain yang dimiliki oleh orang yan mengaktualisasikan diri. Kreativitas ini diwujudkan dalam kemampuannya melakukan inovasi-inovasi yang spontan, asli, tidak dibatasi oleh lingkungan maupun orang lain.

m. Independensi

Ia mampu mempertahankan pendirian dan keputusan-keputusan yang ia ambil. Tidak goyah atau terpengaruh oleh berbagai guncangan ataupun kepentingan.

n. Pengalaman puncak

Orang yang mampu mengaktualisasikan diri akan dimiliki rasa yang menyatu dengan alam. Ia merasa tidak ada batas atau sekat antara dirinya dengan alam semesta. Artinya, orang yang mampu mengaktualisasikan diri terbebas dari sekat-sekat berupa suku, agama, ras, bahasa, ketakutan, keraguan serta sekat-sekat lainnya. Oleh karena itu ia akan memiliki sifat yang jujur, ikhlas, bersahaja, tulus hati, dan terbuka.

Karakter- karakter ini merupakan cerminan orang yang berada pada pencapaian kehidupan yang prima (peak experience). Konsekuensinya ia akan merasakan bersyukur pada Tuhan, orang tua, orang lain, alam, dan segala sesuatu yang menyebabkan keberuntungan tersebut. Adapun beberapa langkah sederhana untuk mengaktualisasikan diri dalam mencapai sukses, yaitu:

a. Kenali potensi dan bakat unik yang ada dalam diri.

Gambar

Tabel 1
Tabel 1 Operasional Variabel

Referensi

Dokumen terkait

Figure 1 Overall negotiated content by date of signature and region 20 Figure 2 Overall negotiated content by date of signature and type of treaty partner 20 Figure 3

Penelitian ini pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk sosialisasi dan internalisasi di dalam proses pembelajaran drum di West Brothers khususnya pada

Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Pengetahuan Akhlakul Karimah Siswa.. Kompetensi guru pendidikan agama Islam dalam

yang akan diisi ilmu oleh guru. Dari tabel 1.1 diatas dapat terlihat bahwa rata-rata hasil belajar siswa kelas VIII masih dibawah SKM dan memiliki persentase ketuntasan

Metode TIPS terdiri dari lima langkah dasar yaitu: (1) polimer dicampur pada suhu yang dinaikkan dengan kondisi bahan baku yang memiliki titik didih tinggi dan

Etika lembaga adalah sejauh mana perusahaan memasukkan etika baik secara implisit maupun eksplisit dalam mengambil keputusan (Singhapakdi&Vitell, 2007 dalam Koonmee K,

Faktor internal dan eksternal tersebut dapat digunakan untuk mengetahui posisi Produk IndiHome PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk Witel Solo dalam Matrik Internal dan

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kemungkinan penggunaan daging buah alpukat sebagai substitusi krim pada es krim dan mempelajari pengaruhnya terhadap