MK Lanskap Perdesaan dan Pertanian
Tim Dosen: Prof. Dr. Hadi Susilo Arifin Prof Dr Wahju Qamara Mugnisjah Prof. Dr. Wahju Qamara Mugnisjah
Dr. Kaswanto
Departemen Arsitektur Lanskap Program Pascasarjana IPB
2014
Agroforestrimenggabungkan ilmu kehutanan
dan pertanian serta memadukan usaha
dan pertanian, serta memadukan usaha
kehutanan dengan pembangunan perdesaan untuk menciptakan keselarasan antara
intensifikasi pertanian dan pelestaraian hutan.
Definisi Agroforestribisa dibahas dari
berbagai bidang ilmu seperti ekologi agronomi
berbagai bidang ilmu, seperti ekologi, agronomi,
kehutanan, botani, geografi, lanskap, maupun
ekonomi.
Agroforestri adalah nama bagi sistem‐sistem
dan teknologi penggunaan lahan di mana dan teknologi penggunaan lahan di mana tegakan pohon berumur panjang (termasuk
semak, palem, bambu, kayu, dll) dan tanaman
pangan dan atau pakan ternak berumur pendek
diusahakan pada petak lahan yang sama dalam
suatu pengaturan ruang dan waktu.
Dalam sistem‐sistem Agroforestri terjadi
interaksi ekologi dan ekonomi antar unsur‐
unsurnya.
Perpaduan konvensional yang terdiri atas
j l h k il ( k A f i kl ik)
sejumlah kecil unsur (skema Agroforestri klasik).
Unsur pohon dengan peran ekonomi penting
(kelapa, karet, cengkeh, jati)
Unsur pohon dengan peran ekologi (dadap dan
petai cina)
Unsur tanaman semusim (padi, jagung, sayur‐
mayur, empon‐empon, rerumputan)
Tanaman lain dengan nilai ekonomi (pisang, kopi,
Tumpangsari merupakan bentuk Agroforestri sederhana
yang paling banyak dibahasmerupakan sistemtaungya
yang paling banyak dibahasmerupakan sistemtaungya
versi Indonesia yang diwajibkan di areal hutan jati di Jawa.
Dikembangkan dalam program perhutanan sosial PT
Perhutani.
Agroforestri sederhana juga menjadi ciri umum pada
pertanian komersial: kopi sejak dahulu diselingi dengan
tanaman dadap, yang menyediakan naungan bagi kopi dan
kayu bakar bagi petani; kelapa dengan coklat; karet dan
rotan; randu di pematang sawah; jeruk dan cengkeh.
Merupakan
sistem
‐
sistem
yang
terdiri
dari
sejumlah
besar
unsur
pepohonan,
perdu,
tanaman
musiman
dan
atau
rumput.
Penampakan
fisik
dan
dinamika
di
dalamnya
mirip
dengan
ekosistem
hutan
alam
primer
maupun
sekunder.
K
l
i t
i i
li d
d
Keunggulan
sistem
ini:
perlindungan
dan
pemanfaatan
sumberdaya
air
dan
tanah;
serta
mempertahankan
keragaman
biologi.
Pembukaan hutan
perladangan untuk
Pembukaan hutan
perladangan untuk
tanaman semusim (padi ladang 2
‐
3
panen,
atau
tanaman palawija).
Selanjutnya penanaman perpaduan sementara
yang
berisi tanaman semusim dan pepohonan
( id k h
h il k
i
d k i
Dibiarkan hingga pohon
membesar (termasuk bambu)
dengan aneka tanaman bawah
termasuk umbi‐umbian, pisang
talun, umumnya agak jauh
dari perkampungan,g pada lahan
berlereng curam.
Dikelola agak intensif
dengan aneka jenis tegakan maupun tanaman bawah
yang bernilai ekonomis
kebun campuran, letaknya dekat atau bahkan di tengah dekat atau bahkan di tengah perkampungan.
Di dalamnya didirikan bangunan rumah pekarangan, tidak hanya perpaduan tegakan pohon dan tanaman semusim t t i j k d k d tetapi juga kadang‐kadang ada ternak dan kolam ikan.
Penanaman
dua
atau
lebih
jenis
tanaman
sekaligus
pada
sebidang
tanah
yang
sama
sekaligus
pada
sebidang
tanah
yang
sama.
Merupakan
usahatani
intensif
berdasarkan
pemanfaatan
waktu
dan
ruang
tumbuh.
Agroekosistem
pertanaman
yang
lebih
kompleks
karena
tanaman
yang
tumbuh
bersama
dalam
satu
komunitas
dapat
saling
mempengaruhi
satu
sama
lainnya
saling
mempengaruhi
satu
sama
lainnya
baik
berupa
kompetisi
maupun
Interaksi
yang
esensial
terjadi
akibat
t
i
t h d
respon
satu
species
terhadap
lingkungannya
sebagai
modifikasi
karena
keberadaan
species
lain.
Interaksi kompetitif:bila asosiasi species membagi
faktor faktor pendukung pertumbuhan dari sumber faktor‐faktor pendukung pertumbuhan dari sumber yang terbatas seperti sinar, air, atau hara.
Interaksi non‐kompetitif (interferensi):bila
pemanfaatan unsur‐unsur pendukung pertumbuhan tersebut dalam jumlah yang cukup yang tidak mengakibatkan pengaruh terhadap pertumbuhan antara satu species dengan species lainnya antara satu species dengan species lainnya.
Interaksi komplementer:bila satu komponen species
dapat mengeluarkan suplai faktor pertumbuhan untuk kebutuhan dirinya sendiri maupun untuk kebutuhan tanaman lain yang ada di sekitarnya.
Varietas yang berdaya hasil tinggi.
Kemampuan tanaman dalam memanfaatkan sinar
matahari, air dan nutrisi serta menghasilkan interaksi positif masing‐masing tanaman yang ditumpangsarikan.
Faktor‐faktor yang perlu diperhatikan: kerapatan
t j k t b d kt t
tanaman, jarak tanam, perbedaan waktu tanam,
sifat genetik dan efisiensi dalam penggunaan pupuk.
Merupakan suatu sistem produksi yang
di k d i b HAYATI
diterapkan atas dasar pertimbanganHAYATI
danEKONOMI.
Produksi tanaman secara keseluruhan dapat
memberikan hasil yang lebih tinggi dari pada
sistem monokultur apabila tepat dalam
pemilihan kombinasi tanaman yang
pemilihan kombinasi tanaman yang
NKL: luasan lahan relatif yang diperlukan untuk sistem monok lt r nt k mendapatkan hasil sistem monokultur untuk mendapatkan hasil
yang sama seperti sistem tumpangsari.
NKL merupakan indeks efisiensi biologi untuk
mengevaluasi pengaruh berbagai peubah seperti
tingkat kesuburan, kepadatan dan jarak tanam
tingkat kesuburan, kepadatan dan jarak tanam
serta kombinasi tanaman.
NKL
=
1,
,
berarti
efisiensi
sistem
tumpangsari
p
g
sama
dengan
sistem
monokultur.
NKL
>
1,
berarti
sistem
tumpangsari
lebih
efisien
dari
sistem
monokultur.
NKL
<
1,
berarti
sistem
tumpangsari
kurang
efisien
dari
sistem
monokultur
efisien
dari
sistem
monokultur.
Sering mengalami kesulitan karena didapatkan dua
atau lebih produksi tanaman yangp y g berbeda pada satup
satuan lahan.
Interpretasi hasil dicoba dengan menggabungkan
produksi dalam bentuk uang, kalori atau NKL.
Karena dalam sistem tumpangsari terdiri dari dua
variabel atau lebih, yaitu produksi tanaman pertaman
dan produksi tanaman berikutnya yang salin
berhubungan maka dianjurkan evaluasi dan
berhubungan, maka dianjurkan evaluasi dan
interpretasi hasilnya untuk menggunakan lebih dari
satu macam analisisanalisis bivariat lebih sesuai
dibandingkan dengan pendekatan analisis univariat
dari masing‐masing hasil tanaman.
Tumpangsari permanen dengan pohon‐pohon
pengikat nitrogen pengikat nitrogen.
Penanaman lorong: penanaman lorong pakan ternak
dan penanaman lorong yang menghasilkan
dedaunan untuk pemulsaan.
Pepohonan untuk konservasi tanah.
Penanaman multi‐strata: pekarangan, kebun
campuran talun/hutan keluarga sistem
campuran, talun/hutan keluarga; sistem
Agrosylvofisheries
Sistem jalur pepohonan permanen dipadukan
dengan tanaman pertanian
dengan tanaman pertanian.
Pemilihan jenis pohon yang tepat: e.g. Acacia albida, ketika dewasa (>3 tahun) daunnya rontok di musim kemarau persaingan cahaya dan kelmbaban jadi lebih kecil penting bagi zona
tanaman pertanian musim kering.
Prosopis cineraria, Acacia spp., Leucaena
l h h l Albi i l bb kdit d
leucochephala, Albizia lebbekditanam dengan
kerapatan rendah maka dapat meningkatkan
hasil panen tumbuhan bawah secara signifikan.
Penanam lorong dengan baris‐baris pohon yang
disejajarkan dengan konturefektif mengenda‐
disejajarkan dengan konturefektif mengenda
likan erosi.
Tajuk pepohonan dipangkas saat penanaman
tanam‐an pertanian untuk mencegah naungan
berlebihan; di lain pihak hasil pangkasan daun bisa
untuk pemulsaan.
Bila sedang tidak ada tanaman pertaniantajuk
Bila sedang tidak ada tanaman pertaniantajuk
di‐biarkan tumbuh bebas, kemudian dipangkas
untuk pakan ternak.
Pohon multi guna: Sesbania spp., Calliandra spp., Leucaena leucocephala, dll.
Pepohonan, tumbuhan leguminose dan rerumputan dapat ditanam di pematang, anak tangga pada dapat ditanam di pematang, anak tangga pada terasiring, dll.
Tegakan berkayu dengan baris tunggal, ganda atau tiga baris yang ditanam rapat sepanjang kontur dapat berfungsi sebagai tanaman untuk rintangan terhadap aliran air permukaan (Leucaena leucoce‐ phala, Gliricida spp., Sesbania spp., dll.).
LOKASI Total sp./ Jumlah sp./pekarangan Jumlah ind./pekarangan
lokasi Maks. Min. Rataan Maks. Min. Rataan
HULU 90 36 14 27 670 107 280
TENGAH 166 64 27 40 771 225 492
HILIR 116 73 26 44 867 182 346
60 80 100
a
n
a
m
a
n hi
as &
as
(%
) 60
80 100
an h
ia
s
&
)
0 20 40
Hulu Tengah Hilir
Lokasi penelitian
Ra
sio s
p
es
ie
s
ta
No
n hi
0 20 40
Hulu Tengah Hilir
Lokasi penelitian
R
a
si
o i
n
div
id
u
t
a
n
a
m
Non
h
ia
s (
%
)
Tanaman Hias Tanaman Non Hias
Lokasi penelitian Lokasi penelitian
Ratio Spesies & Individu Tanaman Hias &
Non Hias di Pekarangan DAS Cianjur
40 50 60
n
hi
a
s
(%)
n
an non hias
(%
)
40 50 60
Buah Sayur Bumbu
0 10 20 30
Hulu Tengah Hilir
L k i liti
R
a
si
o
sp
esi
es
ta
na
ma
n
n
on
Ras
io individu tana
n
0 10 20 30
Hulu Tengah Hilir
L k i liti
Obat
Pati Industri Lain
IV V Tengah IV V Hilir IV V Hulu Str a ta Tanaman Hias Tanaman Non Hias
Rasio spesies tanaman hias dan
0 20 40 60 80 100
I II III
0 20 40 60 80 100
I II III
0 20 40 60 80 100
I II III
tanaman
Rasio spesies tanaman hias dan non hias (%)
Rasio (%) Spesies Tanaman Hias dan Non Hias berdasarkan Strata Tanaman di Pekarangan
DAS Cianjur
Strata IV Strata V
Tinggi tanaman (m)
5 10 Legenda:
1. Agave hijau(Agave sisanala Perrine)
2. Alamanda(Allamanda cathartica L.)
3. Bidara(Ziziphus mauritania)
4. Cemara(Casuarina spp.)
5. Cemara Udang(Casuarina equisetifolia)
3 1 8 2 7 4 3
3 3 3 353 99 6
9 9
9
9 3 9
9 9 9 9 9 Strata I Strata II Strata III 0 1 2
0 2 4 6 M
6. Mawar(Rosa hybrida Hort.)
7. Pagoda (Clerodendron paniculatum)
8. Pandan bali(Cordyline australis)
9. Pisang(Musa paradisiaca L.)
Strata Tanaman di Pekarangan Daerah Hulu (Tanaman <1m dan Tertutup Profil Terdepan Tidak Digambar)
Strata IV Strata V
5 10 Tinggi tanaman (m)
Legenda:
1. Cabe rawit(Capsicum annum L.)
2. Jambu air(Syzygium aqueum Burm.f.)
3. Jambu biji(Psidium guajava L.)
4. Jambu bol(Syzygium malacenses (L))
5. Jeruk(Citrus nobilis Lour)
6. Jeruk bali(Citrus maximanus)
7 Kaktus(Napalaea cochenilifera)
12 14 2 3 9 10 8 9 10 12 6 4 14 11513
13 13 1 11 11 7 Strata I Strata II Strata III 1 2 0
7. Kaktus(Napalaea cochenilifera)
8. Mangga(Mangifera indica L.)
9. Nangka(Artocarpus integra Merr)
10. Pisang(Musa paradisiaca L.)
11. Pisang hias(Heliconia bihai L)
12. Rasamala(Altingia exelsa Norona)
13. Singkong(Manihot esculenta Crantz.)
14. Surian(Toona sureni (BL) Merr.)
St t T di
Strata Tanaman di
Pekarangan Daerah Tengah (Tanaman <1m dan Tertutup Profil Terdepan Tidak Digambar)
Strata III Strata IV Strata V
Tinggi tanaman (m)
5 10
Legenda:
1. Alpukat(Persea americana Mill.)
2. Campoleh(Madhuca cuneata)
3. Cereme(Phyllanthus javanicus (Miq) MA)
4.Hanjuang hijau (Cordyline fruticosa
A.Chev)
5. Hanjuang merah(Cordyline terminalis)
6. Jambu biji(Psidium guajava L.)
4 7 6 11 11 11 6 12 2 15 1 3 9 6 6 10 1 13 12 8
14 118
10 5 Strata I Strata II 0 1 2
j( g j )
7. Mangga(Mangifera indica L.)
8. Pepaya(Carica papaya L.)
9. Petai(Parkia speciosa Hassk.)
10. Petai cina(Leucaena leucocephala (Lmk)
De Witt)
11. Pisang(Musa paradisiaca L.)
12. Rambutan(Nephelium lappaceum L.)
13. Randu(Ceiba petandra)
14. Salak(Salaca edulis Reinw)
15. Sawo(Manilkara achras (Mill))
28 3 8 8
4 9 2432 3232 32 8 21 8 10 8 6 8 8 32 32 8 8 8 33 8 33 8 2 25 44 24 1 27 1616 30 29 2929 17
14 19(78)
34 20 20 20
20 20 23 26 1131 13 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 12 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
35 35 35 32 Depan 25 35 35 35 35 3535 3535 3535 3535 35 35 35
35 35
Depan
Diameter Kanopi I. 1-2 meter
II. 2-5 meter
Kolam 8 8 32 32 32 32 32 32 32 8 8 15 21 36 22 U
IV. > 10 meter
PA
Pola penanaman(kiri) dan penutupan kanopi (kanan) di
k h l (di t
0 2 4 6M
pekarangan hulu (diameter kanopi <1m tidak digambar):
Rata-rata luas penutupan kanopi 196.0m2, rata-rata RTH 188.1m2, jadi densitas kanopi 89.8%/pekarangan. 15 22 D ep a n D ep a n K an d a n g
Pola penanaman(kiri) dan penutupan kanopi (kanan) di pekarangan tengah (diameter kanopi <1m tidak digambar):
Rata-rata luas penutupan kanopi
28 33 33 33 31 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 42 33 33 33 33 33 24 28 33 33 35 18 421642 40 40 17 34 34 34 34 34 19 7 15 33 33 33 33 33 14 40(66) 44 21(19) 26 26 26 12(10) 3 5(29) 43 43 9(12) 33 11(7) 39(6) 13 13 13 13 4 4 4 4 23 23 8(20)
8(58)2525 25 19 34 34 34 34 34 2(8) 41 38 38 38 10(6) 29(16) 36 20 20 20 5 5 21 30 6 6 27 43 43 1 27 27 27 27 43 43 43 40(19) 21 21 21 21 21 21 21 31 15 32 33 33 33 33 33 9(40) 19 5(5) 23 8(16) 11 11 11 10(9) 37 37 7 43 U
0 2 4 6 M
Kolam
K
629.0m2, rata-rata RTH 218.7m2, jadi densitas kanopi 287%/pekarangan.
Diameter Kanopi:
I. 1-2 meter II. 2-5 meter
III. 5-10 meter
3 19 42 17 21 22 10 10 21 15 20 20 20 7 19 15 21 21 20 10 10 8 20 1(51) 8 16 13
7 2625(5)
1(10) 1(11) 10 2 15 15 15 23 23 3 20 16 16 16 16 16 16 D ep a n D ep an Kandang 14 21 21 10 17 202017
24 18 21 20 20 23 17 10 2 12 11 10(11) 9 6
23(2) 1(20) 2120 85 5 5 16
16
0 2 4 6 M
U Diameter Kanopi:
I. 1 - 2 meter II. 2 - 5 meter III. 5 - 10 meter
IV. > 10 meter
Sumur
0 2 4 6 M
Pola penanaman(kiri) dan penutupan kanopi (kanan) di pekarangan hilir (diameter kanopi <1m tidak digambar):
Bahan pangan: manusia, hewan, tumbuhan
Air: RH erosi drainase penyimpanan biomassa air
Air: RH, erosi, drainase, penyimpanan biomassa air Energi: kayu bakar, arang, minyak, gas, ethanol,
latex, resin dan getah‐getahan
Pelindung: bahan bangunan, pohon naungan,
penahan angin
Bahan baku untuk pengolahan: kerajinan, serat
Uang tunai: penjualan produk
Uang tunai: penjualan produk
Simpanan/investasi: kelangsungan usaha
Hasil‐hasil sosial: bahan pangan untuk upacara, dll.
Mampu beradaptasi dengan kondisi iklim lokal Mampu beradaptasi dengan kondisi iklim lokal
Tajuk cukup terbuka, cahaya dapat menerobos
Mampu bertunas dengan cepat setelah
pemangkasan
Kapasitas produksi meliputi kayu pertukangan,
kayu bakar, bahan pangan, pakan ternak, obat‐
b t dll
obatan dll.
Banyak menghasilkan guguran daun untuk
meningkatkan ketersediaan hara
Akar lateral sedikit dan dangkal (mudah
dipotong) dipotong)
Mampu mengikat nitrogen
Tahan terhadap kekeringan, banjir, variasi tanah
dan gangguan iklim lainnya
Sistem perakaran dalam
Pemeliharaannya mudah
Murah dalam pengadaannya
Murah dalam pengadaannya
Nilai harga dan jumlah permintaan akan hasil‐
hasilnya lebih tinggi.
Cash
crops
p (
(serealia,
,
umbi
‐
umbian,
,
sayuran,
y
,
tanaman
obat,
tanaman
bumbu,
tanaman
buah
semusim
dan
tanaman
hias).
Toleran
terhadap
naungan.
Toleran
terhadap
kelembaban
yang
lebih
tinggi
tinggi.
Tanaman yang berstrata lebih tinggi dalam tumpangsari akan dapat menaungi tanaman tumpangsari akan dapat menaungi tanaman
yang ada di sekitarnya yang berstrata lebih
rendah.
Persaingan diatasi dengan pemilihan jenis dan
penentuan saat tanam, serta jarak tanam yang
p , j y g
tepat.
Tanaman yang membutuhkan cahaya penuh
akan mengalami kejenuhan pada intensitas cahaya 0.3 – 0.375 g kal/cm2/menit dengan titik
kompensasi 0.015 – 0.0225 g kal/cm2/ menit.
Tanaman lindung (tahan teduh) mempunyai
kejenuhan berkisar 0 0075 g kal/cm2/menit
kejenuhan berkisar 0.0075 g kal/cm2/menit.
Tanaman di tempat terbuka mempunyai lapisan
jaringan epidermis yang lebih tebal dan stomata
j g p y g
lebih banyak, batang lebih besar dan ruasnya lebih
pendek.
Kondisi penyinaran yang berbedaakan
mengakibatkan tampilan tanaman yang berbeda.
E g barley yang kurang mendapat cahaya memiliki
E.g. barley yang kurang mendapat cahaya memiliki
kandungan karbohidrat yang rendah, menurunnya
aktivitas enzim disertai berkurangnya jumlah protein
Naungan terhadap tanaman kedelai akan
memberikan efek negatif terhadap hasil biji.g p j
Makin tinggi intensitas naungan dan makin awal
diberikan, maka tanaman cenderung lebih tinggi
tetapi diameter batangnya makin kecil, ruas batang
makin panjang, daun lebih tipis dan lebih luas,
tetapi berat kering tanaman makin berkurang.
Naungan sebesar 30%g 3 dapat meningkatkanp g
kelembaban udara di atas kanopi kedelai,
menurunkan suhu tanah dan udara, mengurangi
kecepatan angin dan penggunaan air.
Hubungan antara intensitas cahaya dengan rasio
luas daun dan berat kering total tanaman, laju
fotosintesis bersih, dan kecepatan pertumbuhan
relatif, masing‐masing parameter tersebut
mempunyai hubungan yang spesifik terhadap
intensitas cahaya dan tergantung pula dari jenis
ttanamannya.
Baik tanaman yang butuh intensitas banyak (e.g.
Helianthus annus) dan tanaman yang toleran
Helianthus annus) dan tanaman yang toleran terhadap naungan (e.g. Impatiens parviflora) bila
diberikan cahaya kurang, maka laju fotosintesa
(LAB) dan kecepatan pertumbuhan relatif (LPT)
menurun, sedangkan rasio luas daun dengan berat
kering total tanaman (LAR) meningkat.
Prosentase penurunan LAB & LPT padaImpatiens
Prosentase penurunan LAB & LPT padaImpatiens