• Tidak ada hasil yang ditemukan

13a LPP Multiple Cropping Analysis edited 20141

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "13a LPP Multiple Cropping Analysis edited 20141"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MK Lanskap Perdesaan dan Pertanian

Tim Dosen: Prof. Dr. Hadi Susilo Arifin Prof Dr Wahju Qamara Mugnisjah Prof. Dr. Wahju Qamara Mugnisjah

Dr. Kaswanto

Departemen Arsitektur Lanskap Program Pascasarjana IPB

2014

Agroforestrimenggabungkan ilmu kehutanan

dan pertanian serta memadukan usaha

dan pertanian, serta memadukan usaha

kehutanan dengan pembangunan perdesaan untuk menciptakan keselarasan antara

intensifikasi pertanian dan pelestaraian hutan.

 Definisi Agroforestribisa dibahas dari

berbagai bidang ilmu seperti ekologi agronomi 

berbagai bidang ilmu, seperti ekologi, agronomi, 

kehutanan, botani, geografi, lanskap, maupun

ekonomi.

 Agroforestri adalah nama bagi sistem‐sistem

dan teknologi penggunaan lahan di mana dan teknologi penggunaan lahan di mana tegakan pohon berumur panjang (termasuk

semak, palem, bambu, kayu, dll) dan tanaman

pangan dan atau pakan ternak berumur pendek

diusahakan pada petak lahan yang sama dalam

suatu pengaturan ruang dan waktu.

 Dalam sistem‐sistem Agroforestri terjadi

interaksi ekologi dan ekonomi antar unsur‐

unsurnya.

 Perpaduan konvensional yang terdiri atas

j l h k il ( k A f i kl ik)

sejumlah kecil unsur (skema Agroforestri klasik).

 Unsur pohon dengan peran ekonomi penting

(kelapa, karet, cengkeh, jati)

 Unsur pohon dengan peran ekologi (dadap dan

petai cina)

 Unsur tanaman semusim (padi, jagung, sayur‐

mayur, empon‐empon, rerumputan)

 Tanaman lain dengan nilai ekonomi (pisang, kopi, 

(2)

 Tumpangsari merupakan bentuk Agroforestri sederhana

yang paling banyak dibahasmerupakan sistemtaungya

yang paling banyak dibahasmerupakan sistemtaungya

versi Indonesia yang diwajibkan di areal hutan jati di Jawa.

 Dikembangkan dalam program perhutanan sosial PT 

Perhutani.

 Agroforestri sederhana juga menjadi ciri umum pada

pertanian komersial: kopi sejak dahulu diselingi dengan

tanaman dadap, yang menyediakan naungan bagi kopi dan

kayu bakar bagi petani; kelapa dengan coklat; karet dan

rotan; randu di pematang sawah; jeruk dan cengkeh.

Merupakan

 

sistem

sistem

 

yang

 

terdiri

 

dari

 

sejumlah

 

besar

 

unsur

 

pepohonan,

 

perdu,

 

tanaman

 

musiman

 

dan

 

atau

 

rumput.

 

Penampakan

 

fisik

 

dan

 

dinamika

 

di

 

dalamnya

 

mirip

 

dengan

 

ekosistem

 

hutan

 

alam

 

primer

 

maupun

 

sekunder.

K

l

 

i t

 

i i

 

li d

 

d

 

Keunggulan

 

sistem

 

ini:

 

perlindungan

 

dan

 

pemanfaatan

 

sumberdaya

 

air

 

dan

 

tanah;

 

serta

 

mempertahankan

 

keragaman

 

biologi.

Pembukaan hutan

perladangan untuk

Pembukaan hutan

perladangan untuk

tanaman semusim (padi ladang 2

3

 

panen,

 

atau

tanaman palawija).

 

Selanjutnya penanaman perpaduan sementara

yang

 

berisi tanaman semusim dan pepohonan

( id k h

h il k

i

d k i

(3)

 Dibiarkan hingga pohon

membesar (termasuk bambu) 

dengan aneka tanaman bawah

termasuk umbi‐umbian, pisang

talun, umumnya agak jauh

dari perkampungan,g  pada lahan

berlereng curam.

 Dikelola agak intensif

dengan aneka jenis tegakan maupun tanaman bawah

yang bernilai ekonomis

kebun campuran, letaknya dekat atau bahkan di tengah dekat atau bahkan di tengah perkampungan.

 Di dalamnya didirikan  bangunan rumah  pekarangan, tidak hanya  perpaduan tegakan pohon  dan tanaman semusim  t t i j  k d k d   tetapi juga kadang‐kadang  ada ternak dan kolam ikan.

Penanaman

 

dua

 

atau

 

lebih

 

jenis

 

tanaman

 

sekaligus

 

pada

 

sebidang

 

tanah

 

yang

 

sama

sekaligus

 

pada

 

sebidang

 

tanah

 

yang

 

sama.

Merupakan

 

usahatani

 

intensif

 

berdasarkan

 

pemanfaatan

 

waktu

 

dan

 

ruang

 

tumbuh.

Agroekosistem

 

pertanaman

 

yang

 

lebih

 

kompleks

 

karena

 

tanaman

 

yang

 

tumbuh

 

bersama

 

dalam

 

satu

 

komunitas

 

dapat

 

saling

 

mempengaruhi

 

satu

 

sama

 

lainnya

 

saling

 

mempengaruhi

 

satu

 

sama

 

lainnya

 

baik

 

berupa

 

kompetisi

 

maupun

 

(4)

Interaksi

 

yang

 

esensial

 

terjadi

 

akibat

 

 

t

 

i

 

t h d

 

respon

 

satu

 

species

 

terhadap

 

lingkungannya

 

sebagai

 

modifikasi

 

karena

 

keberadaan

 

species

 

lain.

Interaksi kompetitif:bila asosiasi species membagi

faktor faktor pendukung pertumbuhan dari sumber faktor‐faktor pendukung pertumbuhan dari sumber yang terbatas seperti sinar, air, atau hara.

Interaksi non‐kompetitif (interferensi):bila

pemanfaatan unsur‐unsur pendukung pertumbuhan tersebut dalam jumlah yang cukup yang tidak mengakibatkan pengaruh terhadap pertumbuhan antara satu species dengan species lainnya antara satu species dengan species lainnya.

Interaksi komplementer:bila satu komponen species 

dapat mengeluarkan suplai faktor pertumbuhan untuk kebutuhan dirinya sendiri maupun untuk kebutuhan tanaman lain yang ada di sekitarnya.

 Varietas yang berdaya hasil tinggi.

 Kemampuan tanaman dalam memanfaatkan sinar 

matahari, air dan nutrisi serta menghasilkan  interaksi positif masing‐masing tanaman yang  ditumpangsarikan.

 Faktor‐faktor yang perlu diperhatikan: kerapatan 

t  j k t   b d   kt  t  

tanaman, jarak tanam, perbedaan waktu tanam, 

sifat genetik dan efisiensi dalam penggunaan pupuk.

 Merupakan suatu sistem produksi yang 

di k d i b HAYATI

diterapkan atas dasar pertimbanganHAYATI

danEKONOMI.

 Produksi tanaman secara keseluruhan dapat

memberikan hasil yang lebih tinggi dari pada

sistem monokultur apabila tepat dalam

pemilihan kombinasi tanaman yang 

pemilihan kombinasi tanaman yang 

(5)

 NKL: luasan lahan relatif yang diperlukan untuk sistem monok lt r nt k mendapatkan hasil sistem monokultur untuk mendapatkan hasil

yang sama seperti sistem tumpangsari.

 NKL merupakan indeks efisiensi biologi untuk

mengevaluasi pengaruh berbagai peubah seperti

tingkat kesuburan, kepadatan dan jarak tanam

tingkat kesuburan, kepadatan dan jarak tanam

serta kombinasi tanaman.

NKL

 

=

 

1,

,

 

berarti

 

efisiensi

 

sistem

 

tumpangsari

p

g

 

sama

 

dengan

 

sistem

 

monokultur.

NKL

 

>

 

1,

 

berarti

 

sistem

 

tumpangsari

 

lebih

 

efisien

 

dari

 

sistem

 

monokultur.

NKL

 

<

 

1,

 

berarti

 

sistem

 

tumpangsari

 

kurang

 

efisien

 

dari

 

sistem

 

monokultur

efisien

 

dari

 

sistem

 

monokultur.

 Sering mengalami kesulitan karena didapatkan dua

atau lebih produksi tanaman yangp y g berbeda pada satup

satuan lahan.

 Interpretasi hasil dicoba dengan menggabungkan

produksi dalam bentuk uang, kalori atau NKL.

 Karena dalam sistem tumpangsari terdiri dari dua

variabel atau lebih, yaitu produksi tanaman pertaman

dan produksi tanaman berikutnya yang salin

berhubungan maka dianjurkan evaluasi dan

berhubungan, maka dianjurkan evaluasi dan

interpretasi hasilnya untuk menggunakan lebih dari

satu macam analisisanalisis bivariat lebih sesuai

dibandingkan dengan pendekatan analisis univariat

dari masing‐masing hasil tanaman. 

 Tumpangsari permanen dengan pohon‐pohon

pengikat nitrogen pengikat nitrogen.

 Penanaman lorong: penanaman lorong pakan ternak

dan penanaman lorong yang menghasilkan

dedaunan untuk pemulsaan.

 Pepohonan untuk konservasi tanah.

 Penanaman multi‐strata: pekarangan, kebun

campuran talun/hutan keluarga sistem

campuran, talun/hutan keluarga; sistem

(6)

Agrosylvofisheries

 Sistem jalur pepohonan permanen dipadukan 

dengan tanaman pertanian

dengan tanaman pertanian.

 Pemilihan jenis pohon yang tepat: e.g. Acacia  albida, ketika dewasa (>3 tahun) daunnya rontok  di musim kemarau persaingan cahaya dan  kelmbaban jadi lebih kecil penting bagi zona 

tanaman pertanian musim kering.

Prosopis cineraria, Acacia spp., Leucaena 

l h h l  Albi i  l bb kdit  d  

leucochephala, Albizia lebbekditanam dengan 

kerapatan rendah maka dapat meningkatkan 

hasil panen tumbuhan bawah secara signifikan.

 Penanam lorong dengan baris‐baris pohon yang 

disejajarkan dengan konturefektif mengenda‐

disejajarkan dengan konturefektif mengenda

likan erosi.

 Tajuk pepohonan dipangkas saat penanaman

tanam‐an pertanian untuk mencegah naungan

berlebihan; di lain pihak hasil pangkasan daun bisa

untuk pemulsaan.

 Bila sedang tidak ada tanaman pertaniantajuk

 Bila sedang tidak ada tanaman pertaniantajuk

di‐biarkan tumbuh bebas, kemudian dipangkas

untuk pakan ternak.

 Pohon multi guna: Sesbania spp., Calliandra spp.,  Leucaena leucocephala, dll.

 Pepohonan, tumbuhan leguminose dan rerumputan  dapat ditanam di pematang, anak tangga pada  dapat ditanam di pematang, anak tangga pada  terasiring, dll.

 Tegakan berkayu dengan baris tunggal, ganda atau  tiga baris yang ditanam rapat sepanjang kontur  dapat berfungsi sebagai tanaman untuk rintangan  terhadap aliran air permukaan (Leucaena leucoce‐ phala, Gliricida spp., Sesbania spp., dll.).

(7)

LOKASI Total sp./ Jumlah sp./pekarangan Jumlah ind./pekarangan

lokasi Maks. Min. Rataan Maks. Min. Rataan

HULU 90 36 14 27 670 107 280

TENGAH 166 64 27 40 771 225 492

HILIR 116 73 26 44 867 182 346

60 80 100

a

n

a

m

a

n hi

as &

as

(%

) 60

80 100

an h

ia

s

&

)

0 20 40

Hulu Tengah Hilir

Lokasi penelitian

Ra

sio s

p

es

ie

s

ta

No

n hi

0 20 40

Hulu Tengah Hilir

Lokasi penelitian

R

a

si

o i

n

div

id

u

t

a

n

a

m

Non

h

ia

s (

%

)

Tanaman Hias Tanaman Non Hias

Lokasi penelitian Lokasi penelitian

Ratio Spesies & Individu Tanaman Hias &

Non Hias di Pekarangan DAS Cianjur

40 50 60

n

hi

a

s

(%)

n

an non hias

(%

)

40 50 60

Buah Sayur Bumbu

0 10 20 30

Hulu Tengah Hilir

L k i liti

R

a

si

o

sp

esi

es

ta

na

ma

n

n

on

Ras

io individu tana

n

0 10 20 30

Hulu Tengah Hilir

L k i liti

Obat

Pati Industri Lain

(8)

IV V Tengah IV V Hilir IV V Hulu Str a ta Tanaman Hias Tanaman Non Hias

Rasio spesies tanaman hias dan

0 20 40 60 80 100

I II III

0 20 40 60 80 100

I II III

0 20 40 60 80 100

I II III

tanaman

Rasio spesies tanaman hias dan non hias (%)

Rasio (%) Spesies Tanaman Hias dan Non Hias berdasarkan Strata Tanaman di Pekarangan

DAS Cianjur

Strata IV Strata V

Tinggi tanaman (m)

5 10 Legenda:

1. Agave hijau(Agave sisanala Perrine)

2. Alamanda(Allamanda cathartica L.)

3. Bidara(Ziziphus mauritania)

4. Cemara(Casuarina spp.)

5. Cemara Udang(Casuarina equisetifolia)

3 1 8 2 7 4 3

3 3 3 353 99 6

9 9

9

9 3 9

9 9 9 9 9 Strata I Strata II Strata III 0 1 2

0 2 4 6 M

6. Mawar(Rosa hybrida Hort.)

7. Pagoda (Clerodendron paniculatum)

8. Pandan bali(Cordyline australis)

9. Pisang(Musa paradisiaca L.)

Strata Tanaman di Pekarangan Daerah Hulu (Tanaman <1m dan Tertutup Profil Terdepan Tidak Digambar)

Strata IV Strata V

5 10 Tinggi tanaman (m)

Legenda:

1. Cabe rawit(Capsicum annum L.)

2. Jambu air(Syzygium aqueum Burm.f.)

3. Jambu biji(Psidium guajava L.)

4. Jambu bol(Syzygium malacenses (L))

5. Jeruk(Citrus nobilis Lour)

6. Jeruk bali(Citrus maximanus)

7 Kaktus(Napalaea cochenilifera)

12 14 2 3 9 10 8 9 10 12 6 4 14 11513

13 13 1 11 11 7 Strata I Strata II Strata III 1 2 0

7. Kaktus(Napalaea cochenilifera)

8. Mangga(Mangifera indica L.)

9. Nangka(Artocarpus integra Merr)

10. Pisang(Musa paradisiaca L.)

11. Pisang hias(Heliconia bihai L)

12. Rasamala(Altingia exelsa Norona)

13. Singkong(Manihot esculenta Crantz.)

14. Surian(Toona sureni (BL) Merr.)

St t T di

Strata Tanaman di

Pekarangan Daerah Tengah (Tanaman <1m dan Tertutup Profil Terdepan Tidak Digambar)

Strata III Strata IV Strata V

Tinggi tanaman (m)

5 10

Legenda:

1. Alpukat(Persea americana Mill.)

2. Campoleh(Madhuca cuneata)

3. Cereme(Phyllanthus javanicus (Miq) MA)

4.Hanjuang hijau (Cordyline fruticosa

A.Chev)

5. Hanjuang merah(Cordyline terminalis)

6. Jambu biji(Psidium guajava L.)

4 7 6 11 11 11 6 12 2 15 1 3 9 6 6 10 1 13 12 8

14 118

10 5 Strata I Strata II 0 1 2

j( g j )

7. Mangga(Mangifera indica L.)

8. Pepaya(Carica papaya L.)

9. Petai(Parkia speciosa Hassk.)

10. Petai cina(Leucaena leucocephala (Lmk)

De Witt)

11. Pisang(Musa paradisiaca L.)

12. Rambutan(Nephelium lappaceum L.)

13. Randu(Ceiba petandra)

14. Salak(Salaca edulis Reinw)

15. Sawo(Manilkara achras (Mill))

(9)

28 3 8 8

4 9 2432 3232 32 8 21 8 10 8 6 8 8 32 32 8 8 8 33 8 33 8 2 25 44 24 1 27 1616 30 29 2929 17

14 19(78)

34 20 20 20

20 20 23 26 1131 13 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 12 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35

35 35 35 32 Depan 25 35 35 35 35 3535 3535 3535 3535 35 35 35

35 35

Depan

Diameter Kanopi I. 1-2 meter

II. 2-5 meter

Kolam 8 8 32 32 32 32 32 32 32 8 8 15 21 36 22 U

IV. > 10 meter

PA

Pola penanaman(kiri) dan penutupan kanopi (kanan) di

k h l (di t

0 2 4 6M

pekarangan hulu (diameter kanopi <1m tidak digambar):

Rata-rata luas penutupan kanopi 196.0m2, rata-rata RTH 188.1m2, jadi densitas kanopi 89.8%/pekarangan. 15 22 D ep a n D ep a n K an d a n g

Pola penanaman(kiri) dan penutupan kanopi (kanan) di pekarangan tengah (diameter kanopi <1m tidak digambar):

Rata-rata luas penutupan kanopi

28 33 33 33 31 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 42 33 33 33 33 33 24 28 33 33 35 18 421642 40 40 17 34 34 34 34 34 19 7 15 33 33 33 33 33 14 40(66) 44 21(19) 26 26 26 12(10) 3 5(29) 43 43 9(12) 33 11(7) 39(6) 13 13 13 13 4 4 4 4 23 23 8(20)

8(58)2525 25 19 34 34 34 34 34 2(8) 41 38 38 38 10(6) 29(16) 36 20 20 20 5 5 21 30 6 6 27 43 43 1 27 27 27 27 43 43 43 40(19) 21 21 21 21 21 21 21 31 15 32 33 33 33 33 33 9(40) 19 5(5) 23 8(16) 11 11 11 10(9) 37 37 7 43 U

0 2 4 6 M

Kolam

K

629.0m2, rata-rata RTH 218.7m2, jadi densitas kanopi 287%/pekarangan.

Diameter Kanopi:

I. 1-2 meter II. 2-5 meter

III. 5-10 meter

3 19 42 17 21 22 10 10 21 15 20 20 20 7 19 15 21 21 20 10 10 8 20 1(51) 8 16 13

7 2625(5)

1(10) 1(11) 10 2 15 15 15 23 23 3 20 16 16 16 16 16 16 D ep a n D ep an Kandang 14 21 21 10 17 202017

24 18 21 20 20 23 17 10 2 12 11 10(11) 9 6

23(2) 1(20) 2120 85 5 5 16

16

0 2 4 6 M

U Diameter Kanopi:

I. 1 - 2 meter II. 2 - 5 meter III. 5 - 10 meter

IV. > 10 meter

Sumur

0 2 4 6 M

Pola penanaman(kiri) dan penutupan kanopi (kanan) di pekarangan hilir (diameter kanopi <1m tidak digambar):

(10)

 Bahan pangan: manusia, hewan, tumbuhan

 Air: RH erosi drainase penyimpanan biomassa air

 Air: RH, erosi, drainase, penyimpanan biomassa air  Energi: kayu bakar, arang, minyak, gas, ethanol, 

latex, resin dan getah‐getahan

 Pelindung: bahan bangunan, pohon naungan, 

penahan angin

 Bahan baku untuk pengolahan: kerajinan, serat

 Uang tunai: penjualan produk

 Uang tunai: penjualan produk

 Simpanan/investasi: kelangsungan usaha

 Hasil‐hasil sosial: bahan pangan untuk upacara, dll.

 Mampu beradaptasi dengan kondisi iklim lokal  Mampu beradaptasi dengan kondisi iklim lokal

 Tajuk cukup terbuka, cahaya dapat menerobos

 Mampu bertunas dengan cepat setelah 

pemangkasan

 Kapasitas produksi meliputi kayu pertukangan, 

kayu bakar, bahan pangan, pakan ternak, obat‐

b t  dll

obatan dll.

 Banyak menghasilkan guguran daun untuk 

meningkatkan ketersediaan hara

 Akar lateral sedikit dan dangkal (mudah

dipotong) dipotong)

 Mampu mengikat nitrogen

 Tahan terhadap kekeringan, banjir, variasi tanah

dan gangguan iklim lainnya

 Sistem perakaran dalam

 Pemeliharaannya mudah

 Murah dalam pengadaannya

 Murah dalam pengadaannya

 Nilai harga dan jumlah permintaan akan hasil‐

hasilnya lebih tinggi.

Cash

 

crops

p (

 

(serealia,

,

 

umbi

umbian,

,

 

sayuran,

y

,

  

tanaman

 

obat,

 

tanaman

 

bumbu,

 

tanaman

 

buah

 

semusim

 

dan

 

tanaman

 

hias).

Toleran

 

terhadap

 

naungan.

Toleran

 

terhadap

 

kelembaban

 

yang

 

lebih

 

tinggi

tinggi.

(11)

 Tanaman yang berstrata lebih tinggi dalam tumpangsari akan dapat menaungi tanaman tumpangsari akan dapat menaungi tanaman

yang ada di sekitarnya yang berstrata lebih

rendah.

 Persaingan diatasi dengan pemilihan jenis dan

penentuan saat tanam, serta jarak tanam yang 

p , j y g

tepat.

 Tanaman yang membutuhkan cahaya penuh

akan mengalami kejenuhan pada intensitas cahaya 0.3 – 0.375 g kal/cm2/menit dengan titik

kompensasi 0.015 – 0.0225 g kal/cm2/ menit.

 Tanaman lindung (tahan teduh) mempunyai

kejenuhan berkisar 0 0075 g kal/cm2/menit

kejenuhan berkisar 0.0075 g kal/cm2/menit.

 Tanaman di tempat terbuka mempunyai lapisan

jaringan epidermis yang lebih tebal dan stomata 

j g p y g

lebih banyak, batang lebih besar dan ruasnya lebih

pendek.

 Kondisi penyinaran yang berbedaakan

mengakibatkan tampilan tanaman yang berbeda.

 E g barley yang kurang mendapat cahaya memiliki

 E.g. barley yang kurang mendapat cahaya memiliki

kandungan karbohidrat yang rendah, menurunnya

aktivitas enzim disertai berkurangnya jumlah protein 

(12)

 Naungan terhadap tanaman kedelai akan

memberikan efek negatif terhadap hasil biji.g p j

 Makin tinggi intensitas naungan dan makin awal

diberikan, maka tanaman cenderung lebih tinggi

tetapi diameter batangnya makin kecil, ruas batang

makin panjang, daun lebih tipis dan lebih luas, 

tetapi berat kering tanaman makin berkurang.

 Naungan sebesar 30%g 3  dapat meningkatkanp g

kelembaban udara di atas kanopi kedelai, 

menurunkan suhu tanah dan udara, mengurangi

kecepatan angin dan penggunaan air.

 Hubungan antara intensitas cahaya dengan rasio

luas daun dan berat kering total tanaman, laju

fotosintesis bersih, dan kecepatan pertumbuhan

relatif, masing‐masing parameter tersebut

mempunyai hubungan yang spesifik terhadap

intensitas cahaya dan tergantung pula dari jenis

ttanamannya.

 Baik tanaman yang butuh intensitas banyak (e.g. 

Helianthus annus) dan tanaman yang toleran

Helianthus annus) dan tanaman yang toleran terhadap naungan (e.g. Impatiens parviflora) bila

diberikan cahaya kurang, maka laju fotosintesa

(LAB) dan kecepatan pertumbuhan relatif (LPT) 

menurun, sedangkan rasio luas daun dengan berat

kering total tanaman (LAR) meningkat.

 Prosentase penurunan LAB & LPT padaImpatiens 

 Prosentase penurunan LAB & LPT padaImpatiens 

Referensi

Dokumen terkait

Pengukuran dimensi mesin SPBU digunakan untuk mendapatkan ukuran kursi operator wanita SPBU yang sesuai dengan posisi operator terhadap mesin SPBU sehingga

Sehubungan dengan kegiatan Pembukaan dan Evaluasi Dokumen File I (Administrasi dan Teknis) e-Lelang Terbatas Pengadaan Jasa Pemborongan Pekerjaan Slab Elevated Sedyatmo

Hasil penelitian dengan meggunakan uji regresi linear berganda dapat dianalisa bahwa secara simultan dari ketiga variabel bebas yang diteliti yaitu perputaran modal kerja,

Factors that affect zonal trip generation could be: (a) personal trip production, based on per-capita income, car ownership, household structure, family size, value of land,

Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif berpusat pada siswa, aktivitas belajar lebih dominan dilakukan siswa, pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa stres kerja dan Organizational Citizenship Behaviour memberikan pengaruh secara simultan dan signifikan terhadap kepuasan

Observasi dilakukan dengan mengamati, mencatat dan menganalisis objek yang diamati.Selanjutnya peneliti mendapat data dari guru bimbingan konseling dan siswa yang

Berdasarkan pengamatan penulis pada efektivitas tugas dan fungsi Satpol PP dalam meningkatkan ketertiban umum di Kota Pekanbaru belum berjalan sebagaimana mestinya