• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Mobilisasi Dini Dalam Menurunkan Skala Nyeri Punggung pada Pasien Post Katetrisasi Jantung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of Mobilisasi Dini Dalam Menurunkan Skala Nyeri Punggung pada Pasien Post Katetrisasi Jantung"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013

14

Mobilisasi Dini Dalam Menurunkan Skala Nyeri Punggung pada Pasien Post

Katetrisasi Jantung

Susilawati, Elly Nurachmah2, Dewi Gayatri3

Program Magister Ilmu Keperawatan Kekhususan Keperawatan Medikal Bedah Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, 16424, Indonesia

Abstrak

Kateterisasi jantung adalah tindakan diagnostik dan intervensi terhadap penyakit jantung koroner. Nyeri punggung merupakan keluhan yang banyak diungkapkan oleh pasien yang menjalani kateterisasi jantung. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh mobilisasi dini terhadap nyeri punggung pada pasien post kateterisasi jantung. Desain penelitian adalah randomized controlled trials dengan single blind. Sebanyak 46 responden dibagi menjadi kelompok kontrol dan kelompok intervensi dengan metode randomisasi blok. Hasil penelitian menyimpulkan rerata nyeri punggung pada kelompok kontrol sesudah diberikan perlakuan lebih tinggi secara bermakna daripada kelompok intervensi (p value =0,01) dan selisih peningkatan nyeri punggung pada kelompok kontrol lebih tinggi daripada kelompok intervensi (p value =0,042). Kesimpulan dari penelitian ini adalah peningkatan nyeri punggung pada pasien yang diberikan mobilisasi dini lebih rendah dibandingkan peningkatan nyeri punggung pada pasien yang tidak diberikan mobilisasi dini. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya dapat ditambahkan intervensi massage punggung untuk menurunkan ketegangan otot punggung.

Kata kunci : kateterisasi jantung, mobilisasi dini, nyeri punggung. Abstract

Cardiac catheterization is increasingly used in hospitals in Indonesia as diagnostic and interventional interventions against coronary heart disease. Back pain is a major complaint expressed by many patients who undergoing cardiac catheterization as prolonged bed rest period without any change in the position for more than 6 hours till tomorrow morning is commonly use. The purpose of this study were to determine the effect of early mobilization toward backpain in patients post cardiac catheterization. The study design was a randomized controlled trials with single-blinded. The sample size was 46 respondents which divided to two groups: control group and intervention group by using block randomization method. The result

of this study showed that mean backpain’s scale in control group was significantly higher than the intervention group (p value = 0.01) after the interventios were given, and the difference in

mean backpain’s scale in the control group is higher than the intervention group (p value = 0.042). This study conclude that backpain’s scale elevated in patients whose given

early mobilization is lower than the in backpain’s scale in patients whose are not given early

mobilization.Recommendations for further research is added another interventions to reduce tension of back muscles such as back massage.

(2)

Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013

15

A. LATAR BELAKANG

Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan pembunuh nomor satu di Amerika dan Eropa

tidak terkecuali di Indonesia. Di Amerika, 20% penyebab kematian adalah PJK. WHO

memperkirakan PJK akan mencapai 6% dari total penyakit global pada tahun 2020 (Tjang dkk,

2009).

Saat ini telah berkembang intervensi invasif non bedah yaitu PTCA (Percutaneus Transluminal Coronary Angioplasty) dan Angiografi koroner. Menurut Tjang dkk (2009), tindakan ini banyak dipilih oleh pasien karena tindakan invasif minimal, waktu rawat lebih

singkat dan penyembuhan yang singkat daripada operasi by pass / CABG (coronary artery by pass graft ).

Implikasi dari tindakan kateterisasi jantung dan angiografi koroner adalah pasien

diharuskan tirah baring (bed rest) selama kurang lebih 6-12 jam. Tirah baring datar dan telantang serta retriksi pergerakan selama sheath terpasang dan setelah sheath dicabut bertujuan untuk mengurangi komplikasi vaskular, yaitu pendarahan, timbulnya AV formation (arteriovenous fistula), hematom dan aneurisma palsu (Baim dan Grossman, 2000). Namun, tirah baring yang lama, kelelahan setelah menjalani tindakan PTCA dan retriksi pergerakan juga akan

menimbulkan komplikasi baru yaitu ketidaknyamanan, nyeri punggung dan retensi urin

(Schickel, et al. 1999 dalam O'Grady, 2002). Nyeri punggung adalah masalah yang sering dialami pasien setelah tindakan PTCA yang disebabkan oleh imobilisasi dan gerakan yang

terbatas dan akan menunda kepulangan dari rumah sakit dan menambah biaya perawatan (Lim,

et al. 1997). Penelitian yang dilakukan oleh Chair, Taylor-Piliae, Lam, dan Chan (2003)

menyimpulkan bahwa nyeri punggung setelah tindakan kateterisasi jantung terjadi pada 35.8%

pasien.

Penelitian untuk meneliti tentang manfaat mobilisasi dini pada pasien kateterisasi jantung

telah banyak dilakukan, dan hasilnya menyimpulkan bahwa kelompok yang diberikan mobilisasi

dini mengalami nyeri punggung yang lebih rendah dibandingkan kelompok yang ditak diberikan

mobilisasi dini (Ashketorab, Neishabory, Ghezelghash, Piranfar, & Alavi, 2007; Chair,

Taylor-Piliae, Lam, Chan, 2003; Pooler-lunse, Barkman, & Bock, 1996; Razaei-Adaryani, Ahmadi,

(3)

Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013

16 Di RSPAD Gatot Soebroto, pasien yang menjalani kateterisasi jantung baik itu angiografi

koroner atau PTCA diharuskan menjalani tirah baring selama 10-24 jam

dimana kaki kanan tidak boleh ditekuk dan posisi harus supine. Akibatnya timbul keluhan nyeri

punggung, retensi urine dan gangguan tidur.

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan Uji Klinis Acak Terkontrol (randomized controlled trials)

dengan desain pretest and post test control group. Dalam desain ini terdapat dua kelompok diamna kelompokintervensi mendapatkan perlakuan perubahan posisi setiap jam dan peninggian

kepala tempat tidur 30°-45° sedangkan kelompok kontrol tidak mendapat perlakuan atau diberi

tindakan sesuai prosedur Rumah Sakit.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah skala nyeri punggung sedangkan variabel

independennya adalah intervensi mobilisasi dini yang terdiri dari perubahan posisi dan

peninggian kepala tempat tidur 30°-45°. Sedangkan variabel konfoundingnya adalah (1) jenis

kelamin, (2) usia, dan (3) BMI dengan menghitung Berat Badan dibagi tinggi badan ( meter)

dikuadratkan.

Untuk menghitung besar sampel digunakan rumus Uji Hipotesis terhadap 2 populasi

independen, didapatkan 46 responden, yang dibagi menjadi 2 kelompok. Teknik sampling yang

digunakan adalah consecutive sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah klien yang telah menjalani prosedur kateterisasi jantung di ruang jantung lantai 2 RSPAD Gatot Soebroto selama

periode penelitian.

Etika dalam penelitian kepada responden yang perlu diperhatikan selama proses penelitian

menurut Nursalam (2008), terdiri dari 3 bagian, yaitu prinsip manfaat, prinsip menghargai

hak-hak subjek, dan prinsip keadilan.

Pengumpulan data penelitian menggunakan lembar observasi. Lembar observasi akan

diisi data demografi pasien meliputi usia, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan. Skala

Nyeri akan diukur menggunakan NRS (Numeric Rating Scale). Untuk mengukur ketinggian tempat tidur menggunakan Angle Meter. Berat Badan Pasien akan diukur di timbangan badan yang sama untuk semua responden, dan tinggi badan akan ukur menggunakan meteran yang

(4)

Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013

17 Untuk mengukur rata-rata nyeri punggung sebelum dan sesudah intervensi pada

masing-masing kelompok menggunakan uji statistik dependent t test. Untuk mengukur selisih skala nyeri punggung dan perbedaan rata-rata skala nyeri punggung setelah intervensi mobilisasi dini pada

kelompok intervensi dan kelompok kontrol digunakan uji statistik independent t- test. Data dalam penelitian ini berdistribusi normal yang diukur dengan menggunakan pembagian nilai

skewness dan standar error, dengan hasil perhitungan untuk skala nyeri punggung sebelum

intervensi sebesar 1,8 (<2) dan skala nyeri punggung setelah intervensi sebesar 1,34 (<2)

sehingga dinyatakan data berdistribusi normal.

C. HASIL PENELITIAN

Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Jenis Tindakan di RSPAD Gatot Soebroto Tahun 2013

Variabel Frekuensi %

Jenis Kelamin

Laki-laki 31 67.4

Perempuan 15 32.6

Jenis Tindakan Angiografi koroner PTCA

21 25

45.7 54.3

Pada penelitian ini, mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 31

responden (67,4%), dan sebanyak 15 responden (32,6%) berjenis kelamin perempuan. Pada

variabel jenis tindakan sebagian besar responden telah melakukan tindakan PTCA (54,4%) dan

(5)

Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013

18 Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia dan Indeks Massa Tubuh

Variabel Mean Median Sd Min-Mak 95% CI

Usia 58.48 55.00 11.07 36-84 55.19-61.77

Indeks massa tubuh

25.38 25.68 3.04 18.36-33.26 24.47-26.28

Rata-usia responden pada penelitian ini adalah 58,48 tahun, median 55 tahun dan standar

deviasi 11,07 dengan usia termuda adalah 36 tahun dan usia tertua adalah 84 tahun. Dari hasil

estimasi interval dapat disimpulkan pada 95% CI diyakini bahwa rata-rata usia responden pada

penelitian ini adalah 55,19 sampai dengan 61,77 tahun.

Untuk variabel indeks massa tubuh, rata-usia IMT responden adalah 25,38, nilai tengah

atau median 25,68 dan standar deviasi 3,04 dengan indeks massa tubuh terendah adalah 18,6 dan

indeks massa tubuh tertinggi adalah 33,26. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan pada

95% CI diyakini bahwa rata-rata indeks massa tubuh responden pada penelitian ini adalah 24.47

sampai dengan 26,28.

Bagan 1

Distribusi responden berdasarkan skala nyeri punggung pada kelompok intervensi dan kelompok

kontrol di RSPAD Gatot Soebroto

(6)

Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013

19 Bagan 2

Distribusi responden berdasarkan skala nyeri punggung pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di RSPAD Gatot Soebroto

Bagan 3

Distribusi responden berdasarkan tekanan darah diastolik pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di RSPAD Gatot Soebroto

Bagan 4

Distribusi responden berdasarkan denyut nadi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di RSPAD Gatot Soebroto

(7)

Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013

20 Tabel 5 Distribusi rata-rata skala nyeri punggungsebelum dan sesudah intervensi kelompok

kontrol dan kelompok intervensi pada pasien Post kateterisasi koroner di RSPAD Gatot Soebroto Tahun 2013

Variabel Mean Sd Mean diff

(95% CI)

t df p value n

Kontrol

- Pre test 1,65 1,74 2,304 -5.83 22 0,001* 23

- Post test 3,96 1,22 (1,48 ; 3,12 ) Intervensi

1,087 ( 0,20 ; 1,97)

- Pre test 1,87 1,51 -2,552 22 0,018* 23

- Post test 2,96 1,29

* Bermakna pada α:0,05

Pada kelompok kontrol, rata-rata skala nyeri punggung sebelum intervensi (pre test)

adalah 1,65 dengan standar deviasi 1,74. Pada skala nyeri punggung sesudah intervensi (post

test) adalah 3,96 dengan standar deviasi 1,22. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji paired t test disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara skala nyeri punggung sebelum dan sesudah perlakuan (p=0,001; α; 0,05) .

Pada kelompok intervensi, rata-rata skala nyeri punggung sebelum intervensi (pre test)

adalah 1,87 dengan standar deviasi 1,51. Pada skala nyeri punggung sesudah intervensi (post

(8)

Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013

21 Tabel 6

Distribusi Rata-Rata Skala Nyeri Punggung Sesudah Intervensi dan Selisih Skala Nyeri Punggung pada Pasien Tahun 2013

Rata-rata skala nyeri punggung sesudah intervensi (post test) pada kelompok intervensi

adalah 2,96 dengan standar deviasi 1,29 sedangkan untuk kelompok kontrol rata-rata skala nyeri

punggung adalah 3,96 dengan standar deviasi 1,22. Selisih rata-rata skala nyeri punggung

sesudah intervensi (post test) pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol didapatkan

nilai sebesar 1,00. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,010, yang berarti pada alpha 5%

terihat ada perbedaan yang signifikan rata-rata skala nyeri punggung sesudah intervensi (post

test) antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol.

Rata-rata selisih skala nyeri punggung pada kelompok intervensi adalah 1,08 dengan

standar deviasi 2,04 sedangkan untuk kelompok kontrol rata-rata skala nyeri punggung adalah

2,30 dengan standar deviasi 1,89. Selisih rata-rata skala nyeri punggung pada kelompok

intervensi dengan kelompok kontrol didapat sebesar 1,21. Hasil uji statistik didapatkan nilai p =

0,042, berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan rata-rata selisih skala nyeri

(9)

Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013

22

D. PEMBAHASAN

Meningkatnya tekanan darah sistolik dan diastolic serta denyut jantung pada pasien yang

mengalami nyeri punggung disebabkan karena nyeri mengaktifkan respon stres biologis

(Morton & Fontaine 2005). Akibatnya, sistem saraf otonom diaktifkan dan melepaskan epinefrin

(Urden et al. 2006). Keadaan ini dapat meningkatkan denyut jantung (Drummond 2003, Lu et

al. 2005) dan tekanan darah (Bruehl et al. 2002; Al'Absi, et al. 2003; Pickering, 2003) dan

akibatnya terjadi peningkatan beban kerja miokard dan konsumsi oksigen, keduanya dapat

menyebabkan atau memperburuk iskemia miokard dan bahkan infark pada pasien yang rentan

(Briggs 2002; Morton & Fontaine 2005 dalam Rezaei-Adaryani, et al 2008; Latief, 2001;

Nicholls &Wilson, 2005).

Pada penelitian ini diketahui bahwa baik di kelompok intervensi mengalami peningkatan

skala nyeri punggung sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Hasil penelitian Yilmaz, et al

(2009) juga menunjukkan peningkatan nyeri punggung pada kelompok yang diberikan

perubahan posisi setiap jam, walaupun peningkatannya lebih rendah dibandingkan kelompok

kontrol yang tidak diberikan perubahan posisi.

Pemberian mobililisasi dini dapat menurunkan skala nyeri punggung. Karena

pengurangan waktu pasien tetap telentang meningkatkan kenyamanan secara signifikan, tanpa

meningkatkan kejadian pendarahan dari tempat penusukkan kateter femoralis (Lau et al. 1993,

Baum & Gantt 1996, Keeling et al. 1996, Pooler-Lunse et al. 1996, Wood et al. 1997, dalam

Vlasic & Almond 1999).

Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan pada 95% CI diyakini bahwa rata-rata

indeks massa tubuh responden pada penelitian ini adalah 24,47 sampai dengan 26,28. Menurut

perhitungan indeks massa tubuh dimana IMT lebih dari 25 dikategorikan sebagai kelebihan berat

badan, oleh karena itu rata-rata responden yang menjalani kateterisasi jantung di RSPAD Gatot

Soebroto memiliki kelebihan berat badan.

Hasil penelitian Chair, et al (2004) menyebutkan bahwa berat badan berhubungan dengan

nyeri punggung secara signifikan. Pasien dengan berat badan lebih berat akan mengalami nyeri

lebih berat. Pasien yang kelebihan berat badan cenderung memiliki gaya lebih besar yang bekerja

(10)

Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013

23 Rata–rata peningkatan skala nyeri punggung di penelitian ini lebih tinggi dibandingkan

hasil penelitian Yilmaz, et al (2009). Hal ini disebabkan pada penelitian Yilmaz, et al (2009)

menggunakan bantal pasir selama 30 menit, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan bantal

pasir selama 2 jam. Penggunaan bantal pasir diketahui akan meningkatkan ketidaknyamanan

pasien (Sinaga, 2009).

E. SIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Rerata nyeri punggung sesudah diberikan perlakuan pada kelompok kontrol lebih tinggi

secara bermakna daripada kelompok intervensi (p value =0,01. Perbedaan selisish peningkatan

nyeri punggung pada kelompok kontrol lebih tinggi daripada kelompok intervensi (p value

=0,042).

2. Saran

Mobilisasi dini pasien saat tirah baring adalah tindakan mandiri perawat untuk

meningkatkan rasa nyaman pasien selama fase tirah baring pasien namun memerlukan kolaborasi

dengan dokter untuk mencegah terjadi komplikasi vaskular seperti pendarahan dan hematom.

Penelitian ini juga dapat dijadikan salah satu acuan untuk pembuatan standar operation procedure

(SOP) di ruangan jantung tentang perawatan pasien post kateterisasi jantung. Bagi penelitian

(11)

Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013

24 DAFTAR PUSTAKA

Ashketorab, T., Neishabory, M., Ghezelgha, A., Piranfar, A., & Alavi, M. H. (2007). Effects of change position in bed on vascular complications after coronary angiography in Tleghani Hospital Tehran.Shahid Beheshti Nursing Midvifery Univ Mag.;16 (56):1-10.

Chair, S.Y., Li, K. M., & Wong, S. W. (2004). Factors that Affect Back Pain among Hong Kong Chinese Patients after Cardiac Catheterization. European Journal of Cardiovascular Nursing. Issue 3: 279. DOI: 10.1016/j.ejcnurse.2004.10.001

Chair, S.Y., Taylor-Piliae, R.E., Lam, G., Chan, S. (2003). Effect of positioning on back pain after coronary angiography. Journal of Advanced Nursing 42 (5), 470-478.

Chair, S. Y., Fernandez, R., Lui, M. H., Lopez, V., Thompson, D. T. (2012). Effect of early ambulation after transfemoral cardiac catheterization in Hong Kong: a single-blinded randomized controlled trial. Anadolu Kardiyol Derg. Available on-line at www.anakarder.com

Dumont, C. J. P. (2007). Blood Pressure and Risks of Vascular Complication After Percutaneus Coronary Intervention. Dimensions of Critical Care Nursing. 26(3):121-127, May/June 2007.

Farmanbar, R., Chinikar, M., Gozalian, M., Baghaie, M., Atrkar, Z., & Moghadamnia, M.

(2012). The Effect of Position Change and Bed-Rest Duration after Coronary Angiography on Vascular Complications. Iranian Journal of Critical Care Nursing, Volume 4, Issue 4, Pages: 177

– 182.

Fowlow, B., Price, P., & Fung, T. (1995). Ambulation after sheath removal: A comparison of 6 and 8 hours of bedrest after sheath removal in patients following a PTCA procedure. Heart & Lung, 1995;24:28-37.

(12)

Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013

25 Kern, M.J. (1995). The Cardiac Catheterization Hand Book. Missouri: Mosby.

Lim, R., Anderson, H., Walters, M., Kaye, G. C., Norell, M. S., & Caplin J. L. (1997). Femoral complications and bed rest duration after coronary arteriography. American Journal of Cardiology; 80: 222–223.

PA PSPR Patient Safety Advisory.( 2007). Strategies to Minimize Vascular Complication Following a Cardiac Catheterization. Diakses tanggal 26 februari 2013 dari http://patientsafetyauthority.org/ADVISORIES/AdvisoryLibrary/2007/jun4(2)/Pages/58.aspx.

Pooler-lunse, C., Barkman, A., & Bock, B. F. (1996). Effect of modified positioning and mobilization of back pain and delayed bleeding in patients who had received heparin and undergone angiography: A pilot study. Heart&lung: The journal of Acute and critical Care.

Heart Lung.;25(2):117-23.

Pollard, S. D., Munks, K., Wales, C., Crossman, D. C., Cumberland, D. C., Oakley, G. D. G., &

Gunn, J. (2003). Position and Mobilisation Post-Angiography Study

Razaei-Adaryani, M., Ahmadi, F., Mohamadi, E., & Asghari-Jafarabadi, M. (2009). The effect of changing position and early ambulation after cardiac catheterization on patients’ outcomes: A single-blind randomized controlled trial. International Journal of Nursing Studies 46. 1047– 1053.

---(2008). The effect of three position methods on patient outcomes after cardiac catheterization. Journal of Advanced Nursing 65, (2), 417-424. doi:10.1111/j.1365-2648.2008.04889

(13)

Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013

26 Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2008). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. edisi ke-3.

Jakarta: CV. Sagung Seto.

Shoulders-Odoms, B. (2008). Management of Patients After Percutaneous Coronary Interventions. AACN Journal : Critical Care Nurse Vol 28, No. 5, October 2008

Sulzbach-Hoke, L. M., Ratcliffe, S. J., Kimmel, S.E., Kolansky, D. M. & Polomano, R. (2010).

Predictors of Complications Following Sheath Removal With Percutaneous Coronary Intervention. Journal of Cardiovascular Nursing Vol. 25, No. 3, pp 00Y00 x Copyright B 2010 Wolters Kluwer Health | Lippincott Williams & Wilkins

Tjang, et al. (2009). Current Treatment Options for Coronary Heart Disease. Jakarta. Cermin Dunia Kedokteran Nomor 169/volume 36 Nomor 3.

Victorian Quality Council .(2007). Acute Pain Management Measurement Toolkit. © Copyright State of Victoria, Department of Human Services.

Vlasic, W., Almond, D., & Massel, D. (2001). Reducing Bedrest Following Arterial Puncture for Coronary Interventional Procedures-Impact on Vascular Complications: The BAC Trial. Journal of Invasive Cardiology Volume: 13 Publication Date: Dec 05 2001.

World Health Organization (WHO). (2005). Global Burden of Coronary Heart Disease.

Diakses tanggal 15 Maret 2013 dari

http://www.who.int/cardiovascular_diseases/en/cvd_atlas_14_deathHD.

Gambar

Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia dan Indeks Massa Tubuh
Tabel 5 Distribusi rata-rata skala nyeri punggung sebelum dan sesudah intervensi kelompok kontrol dan kelompok intervensi pada pasien Post kateterisasi koroner di RSPAD Gatot Soebroto Tahun 2013
Tabel 6

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun demikian, berdasarkan uji statistik dapat diketahui bahwa pemberian black soyghurt pada semua dosis perlakuan tidak mampu menaikkan kadar kolesterol HDL dan

Komposit membran sPEEK dengan penambahan clay dapat digunakan untuk aplikasi DMFC, penambahan clay dapat meningkatkan swelling air dan metanol, penambahan clay yang

Telah dilakukan Penelitian di Kawasan Cagar Alam Lembah Anai dan Cagar Alam Batang Palupuh, Sumetera Barat, dengan tujuan mendapatkan data jenis-jenis jamur makro di kedua

Dari data tersebut dilakukan peramalan ( forecasting ) hingga tahun 2017 menggunakan metode analisis regresi linier. Diasumsikan jumlah wisatawan yang menginap di Kepulauan

Membaca pengertian sistem pembayaran, uang (sejarah uang, pengertian uang, fungsi, jenis dan syarat uang, unsur pengaman uang rupiah, pengelolaan uang rupiah oleh Bank

disebut sosiologi sastra. Dalam hal ini, pendekatan sosiologi sastra yang digunakan yaitu pendekatan yang mengutamakan teks sastra atau karya sastra sebagai

Persebaran Covid-19 di Tiap Provinsi di Indonesia Per 2 Mei 2020 Timeline Pelaksanaan Kegiatan Relawan RT Siaga Covid19 Satgas Covid-19 Provinsi Jawa Timur Wilayah Dibawah

Dalam penelitian ini akan dipelajari pengaruh dari: waktu fermentasi dan jumlah penambahan stater terhadap kadar: glukosa sisa, HCl sisa, yield dan kadar etanol.