• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I LATAR BELAKANG (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB I LATAR BELAKANG (2)"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

LATAR BELAKANG

1.1. Alasan Memilih Judul

Pada umumnya dalam penyelenggaraan pembelajaran, evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari penyelenggaraan pembelajaran secara keseluruhan. Sebagai suatu mata pelajaran di sekolah, pembelajaran bahasa diselenggarakan untuk mencapai sejumlah tujuan pembelajaran yang telah diidentifikasi dan dirumuskan berdasarkan kompetensi yang telah ditentukan . Tujuan-tujuan pembelajaran itu diupayakan pencapaiannya melalui serangkaian kegiatan pembelajaran yang dirancang secara matang dan saksama.

Tujuan pengajaran Bahasa Indonesia meliputi ranah pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Oleh sebab itu, model evaluasi yang diterapkan juga mengacu pada ketiga ranah tersebut. Bila tidak demikian, pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dari pembelajar tidak dapat diketahui dengan pasti. Padahal, kepastian hasil evaluasi inilah yang dijadikan titik tolak untuk menentukan kebijakan selanjutnya. Bentuk alat ukur dalam evaluasi dapat berupa tes dan nontes. Bentuk alat ukur yang berupa tes dapat digunakan untuk menguji kompetensi (1) struktur dan ekspresi tulis, (2) kosakata dan membaca, serta (3) menyimak.

(2)

kuantitas kosakata yang dimilikinya. Makin banyak kosakata yang dimiliki seseorang, makin besar pula keterampilan berbahasanya.

Salah satu tes yang digunakan untuk mengetahui kompetensi dan kemampuan bahasa seorang adalah tes kosakata. Sehubungan dengan itu Djiwandono (1996) menyatakan tes bahasa yang sasarannya adalah kemampuan berbahasa, meliputi pula tes bunyi bahasa, tes kosakata, tes tata bahasa.1

Selain tes kemampuan berbahasa, tes bahasa secara umum dilakukan dengan lima pendekatan. Pendekatan tes bahasa secara keseluruhan dapat dibedakan ke dalam (1) Pendekatan tradisional, (2) Pendektan diskret, (3) Pendekatan integratif, (4) Pendekatan pragmatik. Dan (5) Pendektan komunikatif. Terkait dengan pendekatan pragmatik Djiwandono (1996) menyatakan, Pendekatan pragmatik mengaitkan bahasa dengan pengguna senyatanya, yang melibatkan tidak hanya unsur-unsur kebahasaan seperti kata-kata, frasa, kalimat, melainkan unsur-unsur diluarnya juga, yang selalu terkait dalam setiap bentuk penggunaan bahasa.2

1.2. Pentingnya Kosakata dalam Penguasaan Bahasa

Sebagai bagian dari komponen bahasa, kosakata terdiri dari kata-kata yang digunakan dalam komunikasi melalui bahasa, baik penggunaan bahasa secara lisan maupun secara tertulis. Dalam komunikasi melalui bahasa, kosakata merupakan unsur yang sangat penting. Makna suatu wacana sebagai bentuk pengguna bahasa, sebagaian besar ditentukan oleh kosakata yang digunakan dalam pengungkapannya. Dari kosakata itulah wacana memperoleh sebagian besar maknanya, disamping juga dari unsur-unsur yang lain dari wacana, seperti tekanan suara dan intonasi.3 senada dengan itu Tarigan (1997:2) mengungkapkan kualitas keterampilan berbahasa seseorang tergantung pada kuantitas kosakata yang dimilikinya. Makin banyak kosakata yang dimiliki seseorang, makin besar pula keterampilan berbahasanya.

1 M. Soenardi Djiwandono. 1996. Tes Bahasa dalam Pengajaran. Bandung: ITB. Hlm 3 2 Ibid. Hlm 11-12

(3)

Pendapat tersebut, tentunya dapat dipahami bahwa kualitas dan kuantitas kosakata atau pembendaharaan kata yang dimiliki siswa akan membantu siswa tersebut dalam menyerap berbagai informasi yang disampaikan para pengajar atau informasi dari berbagai sumber belajar lainnya. Penguasaan kosakata yang baik sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan.

Pentingnya pembelajaran kosakata terhadap peningkatan dan pengembangan kemampuan berbahasa harus dilakukan secara lebih serius dan terarah. Hal ini dikarenakan dilapangan masih banyak dijumpai siswa –siswa yang mengalami kesulitan dalam melakukan pembelajaran bahasa Indonesia terutama tampak pada saat pembelajaran empat keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca dan menulis). Kosakata merupakan aspek penting untuk mempelajari. Tanpa kosakata sesorang tidak akan dapat menggunakan struktur dan fungsi bahasa dalam berkomunikasi secara komprehensif.

Menurut Djiwandono, penguasaan kosakata dapat dibedakan dalam penguasaan aktif-produktif dan pasif- reseptif. Pengertian penguasaan kosakata aktif-produktif yaitu kosakata yang telah dikuasai dan dipahami dapat digunakan oleh pembelajar bahasa secara wajar tanpa ada kesulitan dalam berkomunikasi atau berbahasa. Penguasaan kosakata pasif-reseptif merupakan kosakata yang telah dikuasai hanya dapat dipahami oleh pembelajar bahasa dari ungkapan bahasa orang lain, tetapi ia tidak mampu menggunakan kosakata secara wajar dalam berkomunikasi atau berbahasa.4

Menurut Tarigan penguasaan kosakata tidak hanya bersifat aktif dan fasif, namun juga secara kuantitatif dan kualitatif. Tarigan (1997:3) menyatakan bahwa keterampilan berbahasa tergantung kuantitatif dan kualitatif kosakata yang dikuasai. Semakin baik, kauntitatif dan kualitatif kosakata yang dikuasai maka semakin besar pula keterampilan berbahasanya. Hal ini menegaskan bahwa kualitas kosakata yang dimiliki seseorang menjadi tolak ukur atau standar seseorang yang dipandang memiliki potensi aktif dalam berbahasa. Hal ini juga

(4)

terjadi karena kosakata seseorang tidak terlepas dari peran atau keaktifan seseorang tersebut dalam berkomunikasi.

1.3. Mengapa Pendekatan Pragmatik

Pendekatan pragmatik mengutamakan peran pengguna bahasa senyatanya dalam kajian terhadap bahasa. Dalam pendektan ini, bahasa tidak ditinjau dari strukturnya dengan menunjukan ada struktur yang berlapis dan bertingkat sampai bagian-bagiannya yang terkecil, seperti pada pendekatan diskret. Bahasa juga tidak didekati sebagai penggabungan bagian-bagian terkecil secara berlapis dan bertingkat dalam mewujudkan bahasa, seperti pada pendekatan integratif. Pendekatkan pragmatik mengaitkan bahasa dengan penggunaan senyatanya, yang melibatkan tidak hanya unsur-unsur kebahasaan seperti kata-kata, Frasa, atau kalimat, melainkan unsur-unsur luarnya juga, yang terkait dalam setiap bentuk penggunaan bahasa. (Djiwandono, 1996:12)

Dalam tes bahasa, pendekatan pragmatik mendasari penggunaan beberapa jenis tes tertentu. Sesuai dengan pandangannya terhadap bahasa, bentuk-bentuk tes bahasa itu dalam pendekatan pragmatik dianggap sebagai tes yang memenuhi ciri-ciri pragmatik.

Pendekatan pragmatik lebih menekankan antara unsur kebahasaan dan non-kebahasaan. Dapat dilihat, dalam kehidupan nyata sehari-hari nyaris tidak ada penggunaan bahasa yang utuh dan murni tanpa adanya unsur-unsur lain lain didalamnya sebagai kendala. Unsur- unsur itu bisa berupa unsur kebahasaan atau non kebahasaan. Meskipun demikian bahasa yang dinilai dari pendekatan pragmatik ini lebih menitik beratkan bagaimana suatu pesan dapat tersampaikan kepada orang lain dengan tidak terlalu mengacu pada unsur-unsur kebahasaan saja.

1.4. Apa Kemampuan yang Diukur

(5)

indikator kompetensi yang diukur dalam tes kosakata adalah: 1) Menunjukan benda (memberikan makna kata)

2) Memperagakan makna kata 3) Memberi padanan kata 4) Memberi kata lain (sinonim) 5) Memberi lawan kata (antonim) 6) Menyebutkan kata

(6)

BAB II KAJIAN TEORI

2.1. Hakikat Pendektan Tes Pragmatik

Pendekatan pragmatik awalnya digunakan dalam kaitannya dengan teori tentang kemampuan memahami berdasarkan kemampuan tata bahasa pragmatik ( pragmatik expectancy grammar), atau kemampuan pragmatik. Kemampuan itu merupakan kemampuan untuk memahami teks atau wacana, tidak hanya dalam konteks linguistik melainkan juga dengan memanfaatkan kemampuan pemahaman unsur-unsur ekstra linguistik.

Dalam memahami wacana, seseorang tidak saja mengandalkan kemampuan linguistik dalam bentuk pemahaman terhadap bentuk dan susunan kalimat, frasa, kata-kata, dan unsur linguistik lain yang secara eksplisit terdapat dalam penggunaan bahasa. Pemahaman yang lebih dalam terdapat dalam konteks ekstra linguistik (exstralinguistic context), yaitu aspek-aspek pemahaman bahasa di luar apa yang diungkapkan secara eksplisit melalui bahasa, dan yang meliputi segala sesuatu dalam bentuk kejadian, pikiran, antar hubungan, perasaan, persepsi, ingatan, dan lain-lain.

Menurut Oller (1979) mendfinisikan tes pragmatik

A pragmatik tes is: it is any procedure or task that causes the learner to process sequences of elements in a language that confrom to the normal contextual constraints of that language, and which reqires the learner to relate sequences of linguistic elements via pragmatic mappings to extralinguistic context.5

tes pragmatik merupakan suatu Prosedur atau tugas yang menuntut pembelajaran untuk mencoba memahami rangkaian elemen bahasa, yang tersusun dalam bentuk penggunaan bahasa dengan berbagai kendala kontekstual yang secara alamiah dan wajar terdapat dalam penggunaan bahasa, sehingga mengharuskan peserta tes untuk mengaitkan rangkaian elemen bahasa itu dengan konteks di luar bahasa melalui pemetaan pragmatik.

5 John W. Oller, Jr. 1979. Language Tests at School. Longman : University of New Mexico

(7)

Menurut Djiwandono (1996:35) Penggunaan tes pragmatik, titik berat pengukurannya tidak diletakan pada penguasaan penguasaan butit-butir (yang diskret) ataupun gabungan butir-butir (secara integratif) dari kemampuan bahasa atau komponen bahasapendekatan tes pragmatik dimaksudkan untuk menyedap kemampuan untuk memahami atau menggunakan bahasa senyatanya, yang erat kaitannya dengan seluruh konteks penggunanya. Sedangkan informasi yang ingin diketahui pada tes pragmatik adalah tingkat kemampuan seseorang dalam memahami atau menggunakan bahasa seperti yang ditemui pada penggunaan bahasa senyatanya. 6

Dari pernyataan diatas simpulkan bahwa tes pragmatik adalah tes bahasa yang cara mengerjakannya dituntut penggunaan kemampuan pragmatik, yaitu pemahaman wacana berdasarkan penguasaan terhadap unsur-unsur kemampuan linguistik (dalam bentuk penguasaan bunyi bahasa, tata bahasa, kosakata dan lain-lain) serta kemampuan ekstra linguistik (dalam bentuk pengetahuan tentang latar belakang isi dan pokok bahasan wacana).

2.2. Hakikat Tes Kosakata

Ada beberapa pengertian kosakata yang dikemukakan oleh beberapa ahli bahasa. Menurut Mukidi (1994: 43) kosakata sama dengan leksikon. Di sini leksikon diartikan sebagai perbendaharaan kata dalam suatu bahasa. Leksikon merupakan komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam suatu bahasa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000: 597) kosakata diartikan sebagai perbendaharaan kata. Kridalaksana (1993: 127) menjelaskan bahwa kosakata sama dengan leksikon, sedangkan yang dimaksud dengan leksikon adalah: (1) komponen bahasa yang memuat secara informatif tentang makna dan pemakaian kata dalam suatu bahasa, (2) kekayaan kosakata yang disusun seseorang pembicara atau penulis, (3) daftar kata yang disusun dengan penjelasan singkat dan praktis.

uraian di atas, selanjutnya dapat disimpulkan bahwa kosakata merupakan komponen bahasa yang memuat daftar kata-kata beserta batasannya yang penggunaannya sesuai dengan makna dan fungsinya.

(8)

Kosakata mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam kegiatan komunikasi di masyarakat dan dalam proses pembelajaran di sekolah. Penguasaan kosakata yang cukup akan memperlancar pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Lebih lanjut, Nurgiyantoro (2001: 166) menyebutkan bahwa kosakata merupakan alat utama yang harus dimiliki seseorang yang akan belajar bahasa sebab kosakata berfungsi untuk membentuk kalimat serta mengutarakan isi pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis. Untuk mengukur penguasan kosakata seorang maka diberikan tes kosakata.

Tes kosakata merupakan bagian dari tes kemampuan kebahasaan. Tes ini dilakukan untuk melakukan penilaian atau memperoleh informasi tentang hasil belajar bahasa yang dicapai oleh anak didik, yang secara tidak langsung akan memberikan pula informasi tentang berbagai segi penyelenggaraan pengajaran.

Menurut Djiwandono (1996: 42) dalam kegiatan berkomunikasi kosakata merupakan unsur yang amat penting. Makna suatu wacana sebagai bentuk penggunaan bahasa sebagian besar ditentukan oleh kosakata yang digunakan dalam pengungkapannya. Dengan demikian, apabila seorang anak kurang memiliki kemampuan dalam menguasai kosakata, anak tersebut akan mengalami kesulitan dalam memahami suatu bahasa.

Pada anak, penguasaan kosakata tidak cukup hanya memahami saja, tetapi hal itu juga harus meliputi kemampuan penggunaan kosakata tersebut dalam kegiatan berkomunikasi. Nurgiyantoro (2001: 196) mengemukakan bahwa kemampuan untuk memahami kosakata merupakan penguasaan reseptif, sedangkan kemampuan mempergunakan kosakata merupakan penguasaan produktif. Penguasaan reseptif terlihat ketika anak mampu melakukan kegiatan membaca dan menyimak, sedangkan penguasaan produktif terlihat dalam kegiatan berbicara dan menulis.7

Tes kosakata dilakukan untuk mengukur kemampuan anak didik, baik yang bersifat reseptif maupun yang bersifat produktif. Dengan demikian, dalam tes kosakata antara kemampuan reseptif dan kemampuan produktif harus saling

7 Burhan Nurgiyantoro. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta

(9)

berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Menurut Nurgiyantoro (2001: 196) dalam tes kosakata ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu: (a) pemilihan kosakata yang akan diteskan, dan (b) pemilihan bentuk dan cara pengetesan khususnya yang menyangkut penyusunan tes yang sesuai dengan tingkatan-tingkatan aspek kognitif tertentu.

2.3. Materi Tes Kosakata.

Tentang tes kosakata Heaton menyatakan: the write of a vocabulari test is to determine the degree to wich he or she wishes to concentrate on testing the students active or passive vocabulary.8 Dalam membuat tes kosakata adalah

menentukan tingkatan kosakata untuk siswa apakah kosakata aktif atau pasif. Djiwandono menjelaskan perihal tes kosakata aktif dan pasif ini bahwa yang dimaksud dengan kosakata aktif yaitu kosakata yang digunakan oleh seorang pemakai bahasa secara wajar dan tanpa banyak kesulitan mengungkapkan dirinya. Adapun yang dimaksud dengan kosakata pasif adalah kosa kata yang hanya dapat dipahami oleh pemakai bahasa bila kosakata tersebut digunakan oleh orang lain tanpa mampu menggunakan sendiri secara wajar. 9

Lebih lanjut Djiwandono menyatakan salah satu cara yang dapat digunakan dalam penyelenggaraan tes kosakata sebagai bagian dari pengajaran bahasa adalah menggunakan bahan-bahan pengajaran sebagai sumber bahan tes. Dengan membedakan adanya kemampuan pasif-reseptif dan aktif produktif dalam penggunaan bahasa, termasuk penguasaan kosakata.

Tingkatan tes penguasaan kosakata dalam penelitian ini mengacu pada tingkatan kognitif yang biasa disebut taksonomi Bloom. Tingkatan ini terdiri dari enam tingkatan yaitu tingkat pengetahuan/ingatan (C1), tingkat pemahaman (C2), tingkat aplikasi (C3), tingkat analisis (C4), tingkat evaluasi (C5), dan tingkat kreativitas (C6), (Anderson & Krathwohl (Ed.), 2001: 66).

Nurgiyantoro (2001: 209) menyatakan bahwa untuk tes penguasaan kosakata tingkatan kognitif yang dipakai sampai pada tingkat analisis (C4). Berdasarkan pendapat tersebut tes penguasaan kosakata dalam penelitian ini

(10)

menggunakan empat tingkatan yaitu tingkat ingatan/pengetahuan (C1), tingkat pemahaman (C2), tingkat aplikasi (C3), dan tingkat analasis (C4). Tes kosakata tingkat kognitif yang tinggi (C5 dan C6) tidak digunakan dalam penelitian ini karena tes dengan tingkat kognitif tersebut menuntut kemampuan yang lebih dalam dan sekaligus dapat menilai proses berpikir. Selain itu, tes kosakata tingkat C5 dan C6 lebih tepat apabila digunakan untuk tes bentuk esai.

2.4. Bentuk Tes

Bentuk tes yang digunakan di sekolah dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu tes objektif dan tes non-objektif. Objektif di sini dilihat dari sistem penskorannya, yaitu siapa saja yang memeriksa lembar jawaban tes akan menghasilkan skor yang sama. Tes non-objektif adalah tes yang sistem penskorannya dipengaruhi oleh pemberi skor. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa tes objektif adalah tes yang sistem penskorannya objektif, sedang tes non-objektif sistem penskorannya dipengaruhi oleh subjektivitas pemberi skor.

Jenis-Jenis tes dilihat dari cara pelaksanaannya, tes dapat dibedakan menjadi tes tertulis, tes lisan dan tes perbuatan. Tes tulisan bisa berupa tes esai dan tes objektif. Tes esai adalah bentuk tes dengan cara siswa diminta untuk menjawab pertanyaan secara terbuka yaitu menjelaskan atau menguraikan melalui kalimat yang disusun sendiri. Sementara tes objektif adalah bentuk tes yang mengharapkan siswa memilih jawaban yang sudah ditentukan, contoh; BS, tes pilihan ganda, menjodohkan, dan bentuk melengkapi. Tes perbuatan adalah tes dalam bentuk peragaan.

2.4.1. Karakteristik Bentuk Tes

2.4.1.1. Jenis Bahasa Berdasarkan Tes Bahasa Khusus

(11)

a. Tes Dikte

Tes dikte menyangkut lebih dari satu jenis kemampuan tau komponen bahasa dan menugaskan peserta tes untuk menulis suatu wacana yang dibacakan oleh seorang penyelenggara tes. Dalam penyelenggaraan tes dikte, seorang peserta tes hanya dapat menuliskan apa yang didengarkan dari pemberi dikte dengan benar apabila dia mampu mendengar dan memahami dengan baik wacana yang didiktekan (kemampuan menyimak). Apabila peserta tidak mendengarkan secara utuh, ada kalanya peserta tes menggunakan kemampuan bahasa yang lain berupa kemampuan tata bahasa dan kosakata.

b. Tes Cloze

Cloze merupakan bentuk tes bahasa yang tidak secara khusus terkait dengan salah satu aspek kemampuan berbahasa atau komponen bahasa. Heaton menyatakan bahwa : The principle of cloze testing is based on the Gestalt theory of ‘closure’ (closing gaps in patterns subconsciously). Thus, cloze test measure the reader’s ability to decode ‘interrupted’ or ‘mutilated’ messages’.10 Maksudnya, Kemampuan untuk mengenali dan mengembalikan kata-kata yang telah dihilangkan itu secara tepat, menunjukkan tingkat kemampuan berbahasa, dan yang merupakan sasaran tes cloze. Jadi, penghilangan kata-kata dari suatu wacana tulis merupakan ciri khas pokok dari tes cloze.

Tes cloze bertujuan untuk mengukur tingkat penguasaan kemampuan pragmatik, yaitu kemampuan memahami wacana atas dasar penggunaan kemampuan linguistik dan ekstralinguistik. Pengukuran tingkat penguasaan kemampuan pragmatik itu dilakukan dengan menugaskan peserta tes untuk mengenali, dan untuk mengembalikan seperti aslinya, bagian-bagian suatu wacana yang telah dihilangkan.

(12)

2.4.1.2. Jenis Tes Berdasarkan Bentuk Soal dan Kemungkinan Jawaban

Jenis Tes berdasarkan segi bentuk soal dan kemungkinan jawabannya tes dibagi menjadi 2 bagian yakni :

a. Tes Essay (uraian)

Tes Essay adalah tes yang disusun dalam bentuk pertanyaan terstruktur dan siswa menyusun, mengorganisasikan sendiri jawaban tiap pertanyaan itu dengan bahasa sendiri. Tes essay ini sangat bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan dalam menjelaskan atau mengungkapkan suatu pendapat dalam bahasa sendiri.

Subino menyatakan bahwa berdasarkan tingkat kebebasan jawaban yang dimungkinkan dalam tes bentuk uraian, butir-butir soal dalam ini dapat dibedakan atas butir-butir soal yang menuntut jawaban bebas. Butir-butir soal dengan jawaban terikat cenderung akan membatasi, baik isi maupun bentuk jawaban; sedangkan butir soal dengan jawaban bebas cenderung tidak membatasi, baik isi maupun jawaban.11

Gronlund menyatakan tes uraian merupakan tes yang tertua, namun bentuk ini masih digunakan secara luas di Amerika Serikat hingga kini, bahkan merupakan bentuk soal yang yang juga masih digunakan secara luas di bagian-bagian dunia lainnya.

Tes bentuk uraian memiliki ciri-ciri tertentu, seperti yang dikemukakan oleh Wirasasmita yaitu (a) hendaknya setiap pertanyaan merupakan suatu perumusan yang jelas, definitif, dan pasif, (b) tiap pertanyaan hendaknya disertai petunjuk yang jelas tentang jawaban yang dikehendaki oleh oleh peserta, (c) hendaknya pertanyaan-pertanyaan tersebut mencakup semua bahan yang terpenting serta komprehensif, (d) perbandingan soal sukar, sedang, dan mudah harus seimbang, walaupun belum ada patokan yang pasti. Sebaiknya perbandingannya, sukar = 30% – 25%, sedang = 50%, dan mudah = 20% – 25%, dan setelah soal disusun segera

11 Subino. 1987. Konstruksi dan Analisis Tes (Suatu Pengantar Kepada Teori Tes dan

(13)

susun kunci jawabannya, dengan memperhatikan berbagai kemungkinan jawaban.12

b. Tes Objektif

Tes objektif adalah tes yang disusun sedemikian rupa dan telah disediakan alternatif jawabannya. Tes ini terdiri dariberbagai macam bentuk, antara lain ;

1) Tes Betul-Salah (TrueFalse)

2) Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice) 3) Tes Menjodohkan (Matching)

4) Tes Analisa Hubungan (Relationship Analysis)

prinsipnya, bentuk tes objektif di atas mempunyai kelemahan dan kebaikannya, akan tetapi biasanya bentuk objektif dapat menteskan semua bahan yang telah diajarkan, sedangkan bentuk uraian agak sukar untuk mengukur semua bahan yang sudah diajarkan, karena ruang lingkup bentuk tes tersebut sangat sempit.

Gronlund menyatakan bahwa : objective test items are not limited to the measurement of semple learning outcome. The multiple-choice item can maesure both the knowledge and understanding levels and is free of many of the limitations of other forms of objective item. 13

Pernyataan tersebut menunjukan bahwa Item tes objektif tidak dibatasi terhadap pengukuran hasil belajar. Sementara item pilihan ganda dapat mengukur pengetahuan dan pemahaman dan ini terlepas dari banyaknya item tes objektif.

Pendapat lain yang berbeda, yakni Lado mengemukakan bahwa The

usual objectians to objective test are that they are too simple, that they do not require real thinking but simple memory, and that they do not test the ability of the student to organize his thought.14

Pendapat Lado menunjukan bahwa keberatan tes objektif adalah

12 Sutardi Wirasasmita. 1998. Tehnik Penyusunan dan Analisis Tes Prestasi Belajar

dengan Pengembangan Tes Prestasi Belajar Bahasa Indonesia. Bandung: IKIP. Hlm. 24.

13 Robert L. Linn and Norman E. Gronlund. 1995. Measurement and Assessment in

Teaching. London : Prentice-Hall, Inc. Hlm 173.

(14)

karena tes itu terlalu mudah, tidak menuntut pemikiran yang nyata, dan tidak menguji kecakapan siswa dalam mengorganisasikan pikirannya.

2.4.2. Prinsif Penyusunan Bentuk Tes

1. Tes Dikte

Prinsip penyusunannya adalah sebagai berikut :

a) Dikte standar, teks biasanya dibacakan tiga kali. Bacaan pertama dilakukan terhadap seluruh teks untuk memberikan kesan dan gambaran umum tentang teks yang digunakan. Ini dilakukan dengan kecapatan membaca biasa. Bacaan kedua dilakukan bagian demi bagian, masing-masing diikuti dengan jeda yang cukup bagi peserta dikte untuk menuliskannya. Bagian-bagian itu harus merupakan wacana yang wajar, dengan panjang yang cukup untuk diingat dan dipahami sebagai bahan ingatan jangka pendek. Bacaan ketiga dilakukan kembali terhadap seluruh teks menjelang akhir dikte, dengan kecepatan biasa. Maksud pekerjaan terakhir ini adalah untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan pemeriksaan akhir terhadap pekerjaannya.

b) Dikte sebagian, pada teks yang dibacakan guru, siswa hendaknya memiliki teks tertulis yang pada dasarnya sama dengan teks yang dibacakan, kecuali untuk beberapa bagian yang telah dihilangkan.

Bagian-bagian yang harus dihilangkan itulah yang harus didengarkan baik-baik, dan dituliskan selengkapnya. Bagian-bagian itu telah dipilih berdasarkan suatu kriteria yang dianggap penting untuk dijadikan bahan tes.

2. Tes Cloze

Prinsip penyusunannya adalah sebagai berikut :

(15)

dan sebagainya) dihilangkan dengan cara menghapuskannya, sehingga meninggalkan suatu tempat kosong,

b. Tes cloze menghubungkan antar bagian dalam wacana merupakan unsur yang penting. Untuk itu dibutuhkan wacana yang cukup panjang, dan bukan sekedar kumpulan kalimat-kalimat lepas seperti yang mungkin digunakan pada bentuk tes melengkapi,

c. Wacana yang utuh dan cukup panjang sekaligus juga memungkinkan penghilangan kata-kata dalam jumlah yang layak untuk menyusun satu tes yang utuh, yang terdiri dari kira-kira 50 butir soal.

3. Tes Esai

Prinsip penyusunannya adalah sebagai berikut :

a) Hendaknya soal-soal tes dapat meliputi ide-ide pokok dari bahan yang diteskan, dan kalau mungkin disusun soal yang sifatnya komprehensif,

a) Hendaknya soal-soal tes tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin langsung dari buku atau catatan,

b) Pada waktu menyusun, soal-soal itu sudah dilengkapi dengan kunci jawaban serta pedoman penilaiannya,

c) Hendaknya diusahakan agar pertanyaannya bervariasi antara “Jelaskan”, “Mengapa”, “Bagaimana”, “Seberapa jauh”, agar dapat diketahui lebih jauh penguasaan siswa terhadap bahan, d) Hendaknya rumusan soal dibuat sedemikian rupa sehingga

mudah dipahami oleh siswa,

e) Hendaknya ditegaskan model jawaban apa yang dikehendaki oleh penyusun tes. Untuk itu pertanyaan tidak boleh terlalu umum, tetapi harus spesifik.

4. Tes benar-salah

Prinsip penyusunannya adalah sebagai berikut :

(16)

b. Hindarkan pernyataan yang mengandung data yang meragukan (bersifat umum) atau sebaliknya pernyataan yang menunjukkan jawaban yang dikehendaki,

c. Hindarkan pernyataan yang mengandung negatif/negatif ganda,

d. Hindarkan pernyataan yang panjang-panjang dan kompleks, e. Hindarkan pernyataan-pernyataan yang masih dapat

dipersoalkan,

f. Jumlah soal yang benar hendaknya disamakan dengan jumlah soal yang salah,

g. Penempatan soal yang benar dan yang salah harus diatur secara acak,

h. Setiap satu soal hanya mengandung satu gagasan

i. Setiap soal hendaknya berdiri sendiri, tidak bergantung pada soal lainnya,

j. Hindarkan dengan pernyataan yang langsung mengutip kalimat dari buku,

k. Gunakan bahasa yang baku,

l. Hindarkan hal-hal yang kurang perlu atau bersifat teka-teki/tebak-tebakan untuk ditanyakan karena hal ini dapat menjerumuskan pemikiran siswa,

m. Kalimat tanya, kalimat perintah hendaknya dihindarkan, n. Hindarkan pernyataan yang berarti ganda atau lebih,

o. Bahasa yang dipergunakan disesuaikan dengan jenjang pendidikan yang bersangkutan,

p. Apabila soal itu menanyakan pendapat, maka perlu disertakan sumber yang mengemukakan pendapat itu.

5. Tes pilihan ganda

(17)

a. Dasar pertanyaan/stimulus (bila ada atau diperlukan), syarat-syaratnya adalah:

1) Dasar pertanyaan harus dapat memberikan informasi yang diperlukan guna menjawab pertanyaan,

2) Dasar pertanyaan yang berbentuk grafik, diagram, tabel, peta, atau alat bantu lainnya harus diberi label atau tanda-tanda secara jelas,

3) Dasar pertanyaan harus sesuai dengan taraf kemampuan siswa yang diuji,

4) Dasar pertanyaan yang dipergunakan harus dipilih bentuk/jenisnya yang paling tepat,

5) Alat bantu yang dijadikan dasar pertanyaan hendaknya dapat memberikan keterangan yang singkat dan jelas,

6) Dasar pertanyaan harus dapat membantu proses komunikasi, tidak menghambat/membuat bingung peserta ujian,

7) Dasar pertanyaan harus sesuai dengan tujuan yang hendak ditanyakan atau sesuai dengan permintaan dalam rumusan indikator,

8) Hindarkan kata ganti saya, kamu, dan lain sebagainya dalam dasar pertanyaan yang dapat menyebabkan jawaban peserta ujian tergantung pada situasi, latar belakang, dan pengalaman pribadi setiap peserta ujian,

9) Hindarkan hal-hal yang dapat menyebabkan peserta ujian dapat salah menginterpretasikan terhadap kata, ungkapan, gambar, atau keterangan lainnya yang disajikan di dalam dasar pertanyaan.

b. Pokok soal (stem), syarat-syaratnya adalah:

1) Pokok soal harus dirumuskan dengan singkat, jelas, dan tegas, 2) Perumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan

pernyataan yang diperlukan saja,

(18)

4) Pokok soal tidak mengandung ungkapan/pernyataan yang bersifat tidak pasti,

5) Hindarkan penggunaan kata ganti saya, kamu, dan lain-lain dalam pokok soal yang dapat menyebabkan jawaban peserta ujian tergantung pada situasi, latar belakang, dan pengalaman pribadi setiap siswa,

6) Pokok soal tidak memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar. c. Pilihan jawaban (option), harus memperhatikan dua hal yaitu kunci jawaban soal dan pengecohnya:

1) Kunci jawaban:

a) Kunci jawaban harus benar-benar betul,

b) Untuk setiap soal hanya ada satu kunci jawaban,

c) Penempatan kunci jawaban (untuk satu perangkat tes) harus disusun secara menyebar dan acak,

d) Hindarkan penggunaan kata, kelompok kata, ungkapan, atau istilah yang sama persis dalam pilihan jawaban atau sama persis dengan pernyataan yang ada pada akhir pokok soal,

e) Kunci jawaban soal atau butir soal tidak bergantung pada jawaban soal sebelumnya.

2) Pengecoh (distracters):

a) Pengecoh harus homogen, logis, dan berfungsi, b) Hindarkan pernyataan “semua jawaban salah/benar”,

c) Pengecoh harus disusun atau dirumuskan relatif sama panjangnya, tingkat kerumitannya, dan susunan kalimat/katanya dengan pola rumusan kunci jawaban,

d) Pengecoh/pilihan jawaban yang berbentuk angka harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya angka atau secara kronologis. d. Bahasa/budaya, syarat-syaratnya adalah:

(19)

2) Para penulis soal di dalam menulis soal perlu menghindarkan penggunaan kata, kelompok kata, nama, atau gambar yang diperkirakan dapat menyebabkan bias budaya dalam soal.

4. Tes Isian

Prinsip penyusunannya adalah sebagai berikut :

a. Tiap satu pernyataan yang berisi tempat kosong yang harus dijawab siswa harus hanya berisi satu kemungkinan jawaban yang benar, b. Kutipan dari buku yang bersifat verbatim hendaknya dihindari

karena hal itu akan menimbulkan sikap menghafal siswa tanpa disertai pengertian,

c. Pemberian tempat kosong atau titik-titik hendaknya sama panjang agar tidak menimbulkan penafsiran tertentu pada pihak siswa. Titik-titik di tengah kalimat sebaiknya berjumlah empat, sedang di akhir kalimat lima buah karena yang sebuah berlaku sebagai titik akhir kalimat,

d. Tempat kosong sebaiknya tidak ditempatkan di awal kalimat karena hal itu kurang mendorong lancarnya pemikiran siswa. 6. Tes Penjodohan

Prinsip penyusunannya adalah sebagai berikut :

a. Lingkup bahan yang akan diteskan dalam satu unit tes penjodohan hendaknya bahan yang sejenis.

b. Butir-butir jawaban di lajur sebelah kanan harus pendek-pendek, tidak bersifat tumpang tindih, satu butir jawaban hanya tepat dihubungkan dengan satu pernyataan yang ada di lajur kiri,

c. Jumlah butir jawaban di lajur kanan hendaknya lebih banyak daripada jumlah pernyataan di lajur kiri, misalnya 8 : 5,

d. Jumlah butir soal untuk satu unit tes penjodohan jangan terlalu banyak atau sedikit karena hal itu akan menyebabkan tes menjadi terlalu sulit atau terlalu mudah.

2.4.3. Langkah – langkah Pengembangan Tes Hasil Belajar

(20)

Spesifikasi tes adalah suatu ukuran yang menunjukkan keseluruhan kualitas tes dan ciri-ciri yang harus dimiliki oleh tes yang akan dikembangkan. Hal yang perlu diperhatikan adalah :

2.4.3.1. Menentukan tujuan, tujuan pembelajaran yang baik hendaklah berorientasi kepada peserta didik, bersifat menguraikan hasil belajar, harus jelas dan dapat dimengerti, mengandung kata kerja yang jelas, serta dapat diamati dan dapat di ukur.

2.4.3.2. Menyusun kisi-kisi soal bertujuan untuk merumuskan setepat mungkin ruang lingkup, tekanan dan bagian-bagian tes sehingga perumusan tersebut dapat menjadi petunjuk yang efektif bagi penyusun tes.

2.4.3.3. Memilih tipe soal, dalam memilih tipe soal perlu diperhatikan kesesuaian antara tipe soal dengan materi, tujuan evaluasi, riteri, pengelolaan hasil evaluasi, penyelenggaraan tes, serta ketersediaan dana dan kepraktisan.

2.4.3.4. Merencanakan tingkat kesukaran soal, untuk soal objektif dapat diketahui melalui uji coba atau dapat juga diperkirakan berdasarkan berat ringannya beban penyeleaian soal tersebut

2.4.3.5. Merencanakan banyak soal: a. Merencanakan jadwal penerbitan soal b. Penulisan soal

c. Penelaahan soal, yaitu menguji validitas soal yang bertujuan untuk mencermati apakah butir-butir soal yang disusun sudah tepat untuk mengukur tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan, ditinjau dari segi isi/materi, kriteria dan psikologis.

d. Pengujian butir-butir soal secara empiris, kegiatan ini sangat penting jika soal yang dibuat akan dibakukan.

(21)

BAB III RANCANGAN TES

3.1. Rumusan Tujuan Pembelajaran

Tes kosakata ini mengunakan pendekatan pragmatik yang cara mengerjakannya dituntut penggunaan kemampuan pragmatik, yaitu pemahaman wacana berdasarkan penguasaan terhadap unsur-unsur kemampuan linguistik. Adapun rumusan tujuan dari tes ini adalah:

3.2.1. Standar kompetensi:

Mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf dan teks pidato a. Kompetensi dasar:

Menulis gagasan untuk mendukung suatu pendapat dalam bentuk Paragraf argumentatif

b. Indikator:

1) Menggunakan kata penghubung (oleh karena itu dengan denikian, oleh sebab itu, dll.) dalam paragraph argumentatif

2) Menggunakan kata baku, kata serapan dalam paragraf argumentatif

3.3. Materi Tes kosa kata

Materi tes yang akan diujikan pada tes kosakata ini sebagai berikut: 3.3.1. Materi tes mengunakan kosakata yang tepat dalam paragraf

a. Menetukan makna kata

b. Penggunaan kata penghubung yang tepat untuk melengkapi kalimat c. Penggunaan Ungkapan yang tepat untuk melengkapi kalimat d. Kata berimbuhan yang tepat untuk melengkapi kalimat e. Penggunaan kata serapan

f. Penggunaan kata baku g. Penggunaan padanan kata

3.4. Bentuk Tes

(22)

Cloze merupakan bentuk tes bahasa yang tidak secara khusus terkait dengan salah satu aspek kemampuan berbahasa atau komponen bahasa. Maksudnya,

Kemampuan untuk mengenali dan mengembalikan kata-kata yang telah dihilangkan itu secara tepat, menunjukkan tingkat kemampuan berbahasa, dan yang merupakan sasaran tes cloze. Jadi, penghilangan kata-kata dari suatu wacana tulis merupakan ciri khas pokok dari tes cloze.

b. Bentuk tes : tes Objektif – Pilihan ganda 10 soal

3.5. Kisi-kisi

Satuan pendidikan : SMA Program/Jurusan : IPS/IPA

Bidang Studi : Bahasa Indonesia

Kurikulum : KTSP

Standar Kompetensi : Mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf dan teks pidato

Kelas/Semester : X (sepuluh)/Genap Alokasi Waktu : 20 Menit

Jumlah soal : 10 Pilhan Ganda

(23)

2.Menulis gagasan

Komponen tes atau kelengkapan sebuah tes terdiri atas :

a. Buku tes, yakni lembaran atau buku yang memuat butir-butir soal yang harus dikerjakan oleh siswa.

b. Lembar jawaban tes, yaitu lembaran yang disediakan oleh penilaian bagi testee untuk mengerjakan tes.

c. Kunci jawaban tes, berisi jawaban-jawaban yang dikehendaki.

(24)

BAB IV WUJUD TES

4.1. Identifikasi Tes

Tes ini adalah tes kosakata dengan pendekatan pragmatik. Tes ini diajukan untuk kelas X (sepuluh) semester genap.

4.2. Petunjuk Tes

Jawablah soal di bawah ini dan berilah tanda silang (x) pada jawaban yang tepat! (siswa diberi soal pilihan ganda yang terdiri dari 10 soal)

4.3. Soal

Jawablah soal di bawah ini dan berilah tanda silang (x) pada jawaban yang tepat!

1. Bacalah paragraf berikut untuk soal No 1dan 2!

Humor atau lelucon merupakan kennyataan universal karena digunakan oleh setiap orang. Dalam komunikasi, lelucon dapat berfungsi sebagai bumbu percakapan. Dalam suasana kaku, lelucon berfungsi sebagai pemecah ketegangan. Dalam konteks sosial politik, lelucon berfungsi untuk kontrol sosial. Surat kabar, majalah, atau buletin sering memunculkan gambar komikal lucu ... menyampaikan keritik kepada pihak tertentu. Dalam dunia pendidikan, humor digunakan sebagai variasi pembelajaran untuk mengoptimalkan tercapainya tujuan pembelajaran itu. ... adakalanya lelucon juga mengundang kemarahan .... seseorang tersinggung karena olok-olok temannya, maka dapat dikatakan sesungguhnya lelucon dapat diibatkan bilah pisau bermata dua.

Kata penghubung yang tepat untuk melengkapi paragraf tersebut adalah... a. Untuk, lagi pula, atau

b. Sebagian, meskipun, dan c. Dari, tetapi, serta

(25)

2. Makna kata Variasi pada paragraf di atas adalah ... a. Selingan

b. Bentuk

c. Perubahan rupa d. Tambahan e. Model

3. Bacalah teks berikut dengan cermat!

“Tidak sempat” adalah alasan yang paling sering dikemukan oleh orang yang malas berolahraga. ... hal ini tidak berlaku untuk semua orang. Mereka yang sibuk masih tetap berolahraga. ..., kata “tidak sempat” jangan dijadikan alasan untuk malas berolahrga.

Kata penghubung antarkalimat yang tepat untuk melengkapi paragraf tersebut adalah ...

a. Oleh karena itu, dengan demikian b. Meskipun demikian, hanya saja c. Oleh karena itu, selain itu d. Dengan demikan, mungkin saja e. Akan tetapi, oleh karena itu

4. Padanan kata bercetak miring yang sesuai dengan konteks bacaan nomor 3 adalah ...

a. Lalai b. Enggan c. Tidak suka d. Alfa e. Sungkan

5. Cermati paragraf berikut! Untuk soal nno 5 dan 6

(26)

Kata penghubung yang tepat untuk melengkapi paragraf tersebut adalah... a. Karena itu, juga, bila

b. Sebab itu, atau, supaya c. Selain itu, serta, jika

d. Sementara itu, atau, sehingga e. Setelah itu, dan, sebelum 6. Cermati pargraf berikut!

Ekosistem di sejumlah kawasan wisata Taman Nasional Bunaken (TLNB) di Manado, Sulawesi utara, keindahannya sudah kesohor sejad raya. Saat ini tempat ini terancam rusak. Pasalnya, sampah yang semakin hari semakin

numpuk dari sejumlah muara sungai yang sengaja dibuang oleh orang yang tidak bertanggung jawab di kota Manado, mengalir ke Teluk Manado. Akibatnya karang laut yang indah bersama pemandangan di dalam laut yang tidak kalah menakjubkan itu dikuatirkan akan punah. Tidak Cuma itu, objek wisata ini akan sepi dari pengunjung.

Perbaikan kata bercetak miring (tidak baku) dalam paragraf tersebut adalah..

a. Menumpuk, dikhawatirkan, hanya b. Bertumpuk, dikuatirkan, cuman c. Ditumpuk, khawatir, hanya d. Bertumpuk, khawatir, cuman e. Ditumpuk, khawatir, hanya 7. Cermati paragraf berikut!

Mencegah urbanisasai merupakan persoalan pelik ... untuk jangka panjang kita harus berani menghubungkan kebijakan pembangunan kita. Sangatlah perlu mengurangi kesenjangan keseimbangan kota ... desa.

Kata penghubung untuk melengkapi paragraf tersebut adalah... a. Tetapi, atau

(27)

8. Cermati bacaan berikut!

Akhir-akhir ini grup band asal Korea sedang digandrungi oleh para remaja di dunia. Grup band tersebut juga menggelar konser di Jakarta untuk mempromosikan album terakhirnya. Remaja di Jakarta menyambutnya dengan penuh antusias karena grup band itu memang sedang ... Banyak remaja yang menonton konsernya terpukau oleh penampilan mereka.

Ungkapan yang tepat untuk melengkapi paragraf tersebut adalah ... a. Jantung hati

b. Jatuh hati c. Anak emas d. Naik daun e. Buah bibir

9. Cermati paragraf berikut

Kita sudah tidak asing lagi mendengar pemain sepak bola mancanegara mendapat gaji sangat tinggi. Bahkan, akhir-akhir ini terdengar berita yang sangat ... dunia olahraga bahwa ada seorang pemain musim panas yang pindah tim dengan harga hampir satu triliun. Pemain sepak bola tersebut sangat bangga dengan ... ke salah satu klub besar tersebut. Hal ini membuat dia bermain lebih baik lagi untuk ... potensinya dalam memainkan si kulit bundar.

Kata berimbuhan yang tepat untuk melengkapi paragraf di atas adalah... a. Dikejutkan, berpindah, berkembang

b. Dikejutkan, berpindahnya, berkembangnya c. Mengejutkan, kepindahannya, mengembangkan d. Mengejutkan, dipindahkannya, dikembangkan e. Terkejut, dipindahkan, perkembangan

10. Cermati paragraf berikut!

Kesuksesan orang tidak datang begitu saja ... seseorang akan maju bila mau bekerja keras. Hal ini terlihat dari ... yang tidak dilakukannya. Disamping itu ia harus berani melakukannya.

Kata serapan yang tepat untuk melengkapi paragraf tersebut adalah... a. Karier, aktivitas, motivator

(28)

c. Karier, aktivis, inovasi d. Karir, aktifitas, inovatif e. Karir, aktipitas, motivasi

4.4. Lembar jawaban

Berikut lemabar jawaban siswa

Lembar Jawaban

Mata Pelajaran : ... Hari/tanggal : ... Nama : ... Kelas : ...

N0 A B C D E

1

2

3

4

5

6

7

8

9

(29)

4.5. Cara Penilaian

Adapun cara penilaian tes ini adalah setiap soal skornya 1. Soal dalam tes ini sebanyak 10 maka skor maksimalnya 10.

4.6. Kunci Jawaban

N o

Jawaban

1 D

2 A

3 E

4 B

5 E

6 A

7 C

8 D

9 C

10 B

(30)

Tes ini menggunakan pendekatan pragmatik. Tes ini baik dan cocok dilakukan sebab peserta didik dituntut kemampuan pragmatik, yaitu pemahaman wacana berdasarkan penguasaan terhadap unsur-unsur kemampuan linguistik (dalam bentuk penguasaan bunyi bahasa, tata bahasa, kosakata dan lain-lain) serta kemampuan ekstra linguistik (dalam bentuk pengetahuan tentang latar belakang isi dan pokok bahasan wacana).

Tes ini cocok digunakan untuk siswa kelas siswa kelas X semester II. Karena terdapat kesesuaian antara kompetensi dasar, standar kompetensi, dan indikator.

(31)

Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Reneke Cipta.

Djiwandono, Soenardi M. 1996. Tes Bahasa dalamPengajaran. Bandung: ITB.

Linn, Robert L. and Norman E. Gronlund. Measurement and Assessment in Teaching. London : Prentice-Hall, Inc., 1995.

Lado, Robert. (1961). Language Testing. London: Longman Group Limited.

Heaton, J.B. 1989. Writing English Language Tests. London : Longman.

Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Edisi Ketiga. Cet. Pertama. Yogyakarta : BPFE.

Oller, Jr, John W.1979. Language Tests at School. Longman : University of New Mexico Albuquerque, 1979.

Subino. 1987. Konstruksi dan Analisis Tes (Suatu Pengantar Kepada Teori Tes dan Pengukuran). Jakarta : Depdikbud

Referensi

Dokumen terkait

Sistem informasi penggajian yang sudah ada sekarang masih menggunakan “Microsoft Office Excel” dengan menginputkan formula- formula yang akan diinputkan pada tiap

Hal ini disebabkan antara lain nilai realisasi penjualan kekayaan Dana Pensiun berbeda dengan nilai wajar kekayaan Dana Pensiun per tanggal efektif pembubaran

penyelenggaraan tugas dan fungsi pada Bagian Umum, Organisasi dan Wawasan Kebangsaan, Bagian Olah Raga, Seni, Kerohanian, Usaha dan Sosial dan Bagian

Ketetapan baru ten tang dialek Jawa Standar membawa implikasi pada dunia pendidikan, salah satu di antara- nya terkait dengan mata pelajaran bahasa Jawa Pemerintah telah menetap-

: Tidak boleh melakukan tindakan yang menyangkut risiko pribadi atau tanpa pelatihan yang sesuai.. Jika terduga bahwa masih ada asap, petugas penolong harus mengenakan

Argumen yang mendukung adanya ketentuan peraturan rotasi mandatory karena adanya sikap independensi auditor dapat dirusak oleh masa perikatan yang panjang dengan manajer

dikumpulkan yang sesuai dengan kebutuhan yang dikerjakan. Bahan- bahan tersebut, antara lain gambar clip art, foto atau gambar, animasi, objek 3D, dan lain-lain. Dalam

sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yaitu yang mempunyai wilayah pelayanan beberapa kawasan dalam lingkup kabupaten dan umumnya merupakan kota kecil.. Ibukota Kecamatan Ulu Musi,