• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LIMBAH PABRIK TEH SEBAGAI PUPUK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH LIMBAH PABRIK TEH SEBAGAI PUPUK"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

TERHADAP PERTUMBUHAN BEBERAPA KLON TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI DATARAN RENDAH

USULAN PENELITIAN

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan penelitian di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Oleh:

Devi Sri Setiyadi Azi 150510120015

UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI JATINANGOR

(2)

Nama : Devi Sri Setiyadi Azi

NPM : 150510120015

Program Studi : Agroteknologi

Minat : Perkebunan

Jatinangor, Agustus 2015 Menyetujui dan Mengesahkan :

Ketua Komisi Pembimbing, Anggota Komisi Pembimbing,

Dr. Santi Rosniawaty, SP.,MP. Dr.Ir.Cucu Suherman V.Z., M.Si. NIP. 19737132000122001 NIP. 19601005198803005

Ketua Program Studi Agroteknologi

(3)

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya maka

penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian dengan judul : “Pengaruh Limbah

Pabrik Teh Sebagai Pupuk Dasar terhadap Pertumbuhan Beberapa Klon Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Dataran Rendah”. Penulisan usulan penelitian ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat dalam

melaksanakan penelitian di Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Pada

kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sedalam-dalamnya

kepada :

1. Dr. Santi Rosniawaty, SP., MP. Selaku Ketua Komisi Pembimbing yang

telah memberikan bantuan, saran serta dukungan baik secara moril

maupun materil yang sangat bermanfaat selama penyusunan usulan

penelitian berlangsung.

2. Dr. Ir. Cucu Suherman V.Z., M.Si. Selaku anggota Komisi Pembimbing

yang telah memberikan saran dan bantuan yang sangat bermanfaat bagi

kelancaran usulan penelitian ini.

3. Prof.Dr.Ir.Mahmud Arifin,MS. Selaku dosen penelaah dan dosen wali

yang telah bersedia memberikan masukan pada usulan penelitian ini.

4. Wawan Sutari, SP.,MP. Selaku dosen penelaah yang telah bersedia

memberikan masukan pada usulan penelitian ini.

5. Ihda Husnayaeni yang tidak pernah henti-hentinya memberikan dukungan

dan menemani penulis dengan sabar.

(4)

6. Rivel A., Wiranggit P., Whisnu B., dan Dhaddy, Perkebunan 2012, seluruh

rekan-rekan perkebunan 2012 lainnya yang telah menemani perjalanan

penulis selama ini.

7. Keluarga BEM KMFP Kabinet “Fantastic”,Kabinet “Simfoni”,dan Kabinet

“Kita”, Keluarga DKM Al-Amanah,Keluarga Ikatan BEM Pertanian

Indonesia,Keluarga Himagro Kabinet “Esculenta”,Keluarga School of

Leader VIII yang selalu menemani penulis dari awal hingga saat ini

Ucapan Terima kasih sebesar – besarnya penulis sampaikan kepada Bapak

Sulaiman,SE dan Ibu Yayah Mardiah selaku orang tua penulis yang telah banyak

memberi motivasi, nasihat, dan bantuan hingga terlaksananya usulan penelitian

ini. Penulis berharap usulan penelitian ini dapat menjadi awal informasi bagi

pengembangan tanaman teh dan bermanfaat bagi pembaca dan penulis.

Jatinangor, Agustus 2015

(5)

Halaman

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL...vii

DAFTAR LAMPIRAN ...viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Identifikasi Masalah... 5

1.3 Tujuan Penelitian... 5

1.4 Kegunaan Penelitian... 5

1.5 Kerangka Pemikiran... 5

1.6 Hipotesis...10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...11

2.1 Syarat Tumbuh Tanaman...11

2.2 Klon Teh GMB 7, GMB 9, GMB 10,GMB 11 dan TRI 2025...12

2.3 Tanah Ordo Inceptisol...13

2.4 Pupuk Organik...13

2.5 Kompos...14

BAB III BAHAN DAN METODE ...16

3.1 Tempat dan Waktu Percobaan...16

3.2 Bahan dan Alat Percobaan ...16

3.3 Metode Percobaan ...17

3.4 Pelaksanaan Kegiatan ...18

3.4.1 Persiapan Media Tanam ...18

3.4.2 Penanaman ...19

3.4.3 Pemeliharaan ...19

3.4.4 Penyulaman Bibit ...19

3.5 Pengamatan Percobaan ...19

(6)

3.5.1 Pengamatan Utama ...20

3.5.2 Pengamatan Penunjang ...20

DAFTAR PUSTAKA ...21

(7)

Nomor Judul Halaman

1. Analisis Ragam Rancangan Acak Kelompok (RAK)...18

(8)

1. Deskripsi Klon TRI 2025...24

2. Deskripsi Klon Gambung 7 (GMB 7)...25

3. Deskripsi Klon Gambung 9 (GMB 9)...26

4. Deskripsi Klon Gambung 10 (GMB 10)...27

5. Deskripsi Klon Gambung 11 (GMB 11)...28

6. Tata Letak Percobaan.... 29

(9)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman teh merupakan salah satu tanaman perkebunan yang memiliki posisi yang penting terhadap pemasukan devisa negara. Hal ini disebabkan karena nilai ekspor teh pada tahun 2013 mencapai US$ 131.345,5. Nilai ekspor ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu US$125.007,3 (Badan Pusat Statistika, 2015). Jumlah tenaga kerja perkebunan teh di Indonesia pada tahun 2013 mencapai angka 655.998 orang dengan total jumlah perusahaan teh mencapai 2.213. Hal ini membuktikan bahwa teh di Indonesia sangatlah prospektif, namun belum didukung oleh produksi yang baik.

Produksi teh di Indonesia sangatlah fluktuatif. Pada tahun 2013, produksi teh di Indonesia mencapai 96,10 ton. Angka ini lebih besar dibandingkan dengan produksi teh pada tahun 2012 sejumlah 91,70. Akan tetapi, produksi teh pada tahun 2013 lebih rendah dari produksi teh pada tahun 2010 dan 2009 yang masing-masing mencapai 100,07 ton dan 107,35 ton (Badan Pusat Statistika, 2015). Luas areal perkebunan teh di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 47.000 ha. Angka ini lebih besar dibandingkan dengan luas areal perkebunan teh pada tahun 2012 yang mencapai 47.600 ha. Akan tetapi, walaupun luas areal mengalami peningkatan produktivitas teh masih tergolong rendah.

Produktivitas teh yang rendah merupakan permasalahan teh di Indonesia. Peningkatan luas areal perkebunan teh seharusnya sejalan dengan peningkatan produktivitasnya. Disamping itu, permintaan pasar terhadap produk tanaman teh semakin tahun semakin meningkat (Wachjar dkk. , 2006). Hal ini membutuhkan kontinuitas produksi teh agar kebutuhan pasar akan produk tanaman teh dapat terpenuhi. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya-upaya agar produktivitas tanaman teh tinggi dan produksinya meningkat.

(10)

Pertumbuhan tanaman teh sangat bergantung kepada faktor lingkungan dan juga faktor genetik. Apabila kedua faktor ini bersinergi baik, maka dapat dipastikan produksi tanaman teh akan baik. Faktor genetik merupakan faktor yang berasal dari internal tanaman itu sendiri, dalam hal ini ialah klon tanaman teh. Klon tanaman teh yang baik dapat diperoleh dari Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung. PPTK Gambung telah menghasilkan klon baru seri gambung 6-11 yang telah dilepas pada bulan Oktober 1998. Klon ini dianjurkan ditanam di daerah rendah, sedang, dan tinggi. Potensi klon dapat mencapai 5000 kg kering per hektar per tahun. Klon baru ini dianjurkan di tanaman di daerah rendah, sedang, dan tinggi, yaitu klon GMB 6, GMB 7, dan GMB 9. Klon GMB 8, GMB 9, GMB 10, dan GMB 11 dianjurkan untuk daerah sedang dan tinggi (Effendi dkk. ,2010).

Selain faktor genetik, faktor lingkungan pun memiliki dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan tanaman teh. Umumnya tanaman teh di Indonesia di tanam di dataran tinggi yang bersuhu rendah. Suhu udara memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan teh, karena mutu produksi teh yang dihasilkan akan tergantung dimana tanaman teh tersebut ditanam. Selain di tanam di dataran tinggi, tanaman teh pun dapat di tanam di dataran rendah. Tanaman teh yang di tanam di dataran rendah memiliki persyaratan diantaranya : pohon pelindung sementara maupun tetap, harus diberikan mulsa 20 ton per hektar untuk mempertahankan kelembaban tanah, lahan harus diolah dengan kedalaman minimal 40 cm, lubang tanam lebih besar dan dalam disertai pembuatan rorak selang dua baris (Effendi dkk. ,2010).

(11)

Pada umumnya tanah ordo Inceptisol terdapat di dataran rendah. Tanah ordo Inceptisol umumnya memiliki kadar unsur hara dan organiknya cukup rendah sedangkan produktivitasnya dari sedang sampai tinggi, maka tanah ini memerlukan input yang memadai (Sarief,1985a). Inceptisol merupakan ordo tanah yang belum berkembang lanjut dengan ciri-ciri bersolum tebal antara 1,5-10 meter di atas bahan induk, bereaksi masam dengan pH 4,5 - 6,5, bila mengalami perkembangan lebih lanjut pH naik menjadi kurang dari 5,0 dan kejenuhan basa dari rendah sampai sedang. Tekstur seluruh solum ini umumnya adalah liat, sedang strukturnya remah dan konsistensi adalah gembur (Sudirja dkk. ,2007). Secara keseluruhan tanah ini mempunyai sifat fisik yang baik akan tetapi, sifat-sifat kimianya kurang baik (Sarief,1985b).

Pemupukan merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki sifat ordo Inceptisol agar lebih baik dan meningkatkan produksi tanaman. Pemupukan merupakan setiap usaha pemberian pupuk yang bertujuan menambah persediaan unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk peningkatan produksi dan mutu hasil tanaman (Sarief, 1985a). Pupuk yang diberikan pada tanaman dapat berupa pupuk organik maupun pupuk anorganik.

Pupuk organik merupakan salah satu pupuk yang diberikan pada tanaman teh. Pupuk organik memliki banyak keunggulan daripada jenis pupuk lainnya. Pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah. Struktur tanah yang baik akan menambah banyaknya kegunaan air untuk tanaman karena tanah dapat memegang air dan memperbaiki aerasi dan drainase serta merangsang pertumbuhan akar. Oleh sebab itu, lengkapnya lubang-lubang atau pori-pori tanah yang baik akan dapat menjaga tata air dan udara yang seimbang (Sarief,1985b). Pupuk organik pun dapat menurunkan plastisitas dan kohesi tanah (Brady,1984 dalam Hanafiah,2010)

(12)

makanan bagi organisme tanah seperti mikroba, cacing dan bakteri. Ketika bahan organik mengalami dekomposisi, unsur-unsur hara akan dibebaskan ke tanah dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tanaman (Funderburg,2001;Bot dan benites;2005;Griffin, 2008 dalam Munawar,2011).

Ada banyak jenis pupuk organik yang tersedia di pasaran dan salah satunya ialah kompos. Kompos adalah jenis pupuk yang terjadi karena proses penghancuran oleh alam atas bahan-bahan organik, terutama daun tumbuh-tumbuhan seperti jerami, kacang-kacangan, dan sampah. Kompos yang terjadi dengan sendirinya mempunyai kualitas yang kurang baik karena dalam proses pengahancuran sering terjadi hal-hal yang merugikan, seperti pencucian kandungan unsur-unsur penting dan penguapan oleh sinar matahari (Sarief, 1985b).

Tanaman teh ketika pada masa pembibitan menggunakan tanah lapisan atas (topsoil) sebanyak 2/3 pada bagian bawah polibeg dan subsoil sebanyak 1/3 pada bagian atas polibeg. Hal ini mendorong langkanya ketersediaan lapisan atas (topsoil). Semakin langkanya tanah lapisan atas (topsoil) akibat penggunaan secara terus-menerus mendorong pemanfaatan media lain selain topsoil untuk campuran media tanam. Mencampur topsoil dengan bahan organik diharapkan dapat menyediakan unsur – unsur hara dan memperbaiki struktur media tanam yang diperlukan tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik dan optimal. Salah satu bahan tambahan media tanam yang bisa diberikan adalah penggunaan pupuk organik seperti kompos limbah pabrik teh. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari pembibitan yang menggunakan media tanam campuran antara tanah dengan limbah pabrik teh dengan komposisi media tanam yang digunakan saat pembibitan adalah (2:1) dan (3:1).

(13)

Penggunaan kompos fluff sebagai pupuk bagi tanaman teh akan mengurangi masalah limbah pabrik teh dan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan input produksi (Rahardji dkk. , 2001 dalam Rachmiati dan Salim, 2005). Diperlukan dosis optimum untuk meningkatkan produksi teh di dataran rendah sehingga dilakukan penelitian pengaruh limbah pabrik teh sebagai pupuk dasar terhadap pertumbuhan beberapa klon tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di dataran rendah

1.2 Identifikasi Masalah

1. Apakah terdapat pengaruh dosis kompos pupuk limbah pabrik teh terhadap pertumbuhan tanaman teh belum menghasilkan klon GMB 7, GMB 9, GMB 10, GMB 11, dan TRI 2025 yang di tanam pada dataran rendah. 2. Apakah terdapat dosis kompos pupuk limbah pabrik teh yang memberikan

pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan tanaman teh belum menghasilkan klon GMB 7, GMB 9, GMB 10, GMB 11, dan TRI 2025 yang di tanam pada dataran rendah.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis kompos pupuk limbah pabrik teh terhadap pertumbuhan tanaman teh belum menghasilkan klon GMB 7, GMB 9, GMB 10, GMB 11, dan TRI 2025 yang di tanam pada dataran rendah dengan tanah ordo Inceptisol.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil yang akan diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan saran dosis pemupukan limbah teh yang terbaik bagi pertumbuhan tanaman teh belum menghasilkan klon GMB 7, GMB 9, GMB 10, GMB 11, dan TRI 2015 yang ditanam pada dataran rendah dan dapat menentukan klon yang adaptif di dataran rendah.

(14)

Ketinggian tempat memiliki peranan yang penting terhadap pertumbuhan tanaman teh. Ayu dkk. (2013) menyebutkan bahwa ketinggian tempat erat kaitannya dengan salah satu unsur iklim yaitu suhu udara. Makin rendah elevasi pertanaman, suhu udara akan makin tinggi sebaliknya semakin tinggi elevasi maka suhu udara akan semakin rendah.

Tanaman teh adalah tanaman dataran tinggi. Ketinggian tanaman yang ideal bagi pertanaman teh ialah 1.200 – 1.800 mdpl. Tanaman teh sangat tidak tahan terhadap daerah yang panas dan kering. Daerah yang basah dengan curah hujan tinggi dan jumlah hari hujan yang banyak setiap tahunnya sangat disukai. Temperatur ideal bagi tanaman teh adalah sekitar 14 – 25oC (Nazaruddin dan

Palmin, 1993). Maka dari itu, perkebunan teh di Indonesia banyak terletak di dataran yang tinggi.

Salah satu upaya untuk peningkatan produksi lahan perkebunan teh ialah dengan ekstensifikasi lahan perkebunan teh. Ekstensifikasi lahan perkebunan teh sangatlah perlu mengingat Indonesia merupakan daerah tropis yang memiliki daerah dataran rendah yang luas sehingga sangatlah prospektif digunakan untuk perkebunan teh. Walaupun tanaman teh ialah tanaman subtropis yang penanamannya dilakukan pada dataran tinggi, tanaman teh tetap dapat ditanam pada dataran rendah.

Tanaman teh dapat ditanam di dataran rendah. Umumnya suhu pada dataran rendah tergolong pada suhu yang tinggi sehingga akan berdampak kepada pertumbuhan teh. Selain suhu yang tinggi, pada dataran rendah pun kesuburan tanahnya rendah sehingga perlu perlakuan yang tepat agar kesuburan tanahnya optimal. Kesuburan tanah yang rendah pada dataran rendah salah satunya dicirikan dengan rendahnya kandungan C-organik pada tanah. Maka perlu upaya penambahan bahan organik yang optimal agar pertanaman teh pada dataran rendah dapat optimal.

(15)

meningkatkan aktivitas mikroba tanah dan reaksi – reaksi di dalam tanah (Erwiyono dkk. , 2000).

Pemberian pupuk organik merupakan tindakan pengelolaan yang dapat meningkatkan produksi teh pada dataran rendah dengan memperbaiki kesuburan tanah melalui perbaikan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pengaruh bahan organik terhadap sifat-sifat tanah dan akibatnya terhadap pertumbuhan tanaman ialah (Hardjowigeno, 2007) : sebagai granulator yaitu memperbaiki struktur tanah, sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro dan lain-lain, menambah kemampuan tanah untuk menahan air, menambah kemampuan tanah untu menahan unsur-unsur hara (Kapasitas Tukar Kation tanah menjadi tinggi) dan sumber energi bagi mikroorganisme. Laegreid dkk. (1999) menjelaskan bahwa bahan organik dapat menunjang produktivitas tanah melalui beberapa mekanisme yaitu : menyediakan unsur hara hasil dekomposisi dan berfungsi sebagai sumber energi bagi organisme tanah, meningkatkan KTK tanah sehingga meningkatkan retensi hara dari pencucian (leaching), membangun struktur tanah yang mampu meningkatkan infiltrasi air dan efisiensi penggunaan air, dan menyangga (buffer) tanah dari perubahan pH yang cepat.

Beberapa penelitian menunjukan pupuk organik memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan tanaman. Menurut Indriyani dan Asniah (2013) menunjukan bahwa pemberian pupuk organik memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun tanaman kakao sedangkan menurut Wachjar dkk. (2002) bahwa pemberian pupuk organik memberikan perngaruh yang nyata terhadap tinggi, diameter batang, bobot basah tajuk, dan bobot kering tajuk tanaman kopi. Penelitian Valentinus (2013) menunjukan bahwa pemberian pupuk organik memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun,tinggi tanaman, diameter bonggol, berat basah tanaman kelapa sawit.

(16)

ion yang mudah diserap oleh akar tanaman (Simalango, 2009 dalam Gomies, 2012). Selain itu, pupuk organik mengandung unsur hara yang lengkap, baik unsur hara makro maupun unsur hara mikro. Kondisi ini tidak dimiliki oleh pupuk buatan (Manglayang, 2005 dalam Gomies, 2012).

Pengaruh bahan organik terhadap tanah dan kemudian terhadap tanaman tergantung kepada laju proses dekomposisinya. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi laju dekomposisi ini meliputi faktor bahan organik dan faktor tanah. Faktor bahan organik meliputi komposis kimiawi, nisbah C/N, kadar lignin, dan ukuran bahan sedangkan faktor tanah meliputi temperatur, kelembaban, tekstur, struktur, dan suplai oksigen, serta reaksi tanah,ketersediaan hara terutama N, P, K, dan S (Parr, 1978 dalam Hanafiah, 2010).

Klon teh yang unggul dapat menjadi solusi pertanaman teh di dataran rendah. Ada banyak klon teh yang tersedia baik yang dihasilkan oleh Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung seperti GMB 1 – 11 ataupun yang lainnya seperti TRI 2025. PPTK Gambung telah menghasilkan klon teh terbaru pada bulan oktober 1998 diantaranya ialah klon teh GMB 7,GMB 9,GMB 10, dan GMB 11.

Potensi hasil dari masing-masing klon unggul tersebut bervariasi. Potensi hasil klon GMB 7 ialah 5,8 ton/ha/thn sedangkan klon GMB 9 mencapai 4,7 ton/ha/thn. Potensi hasil klon GMB 10 ialah 4,8 ton/ha/thn dan potensi hasil klon GMB 11 ialah 5,5 ton/ha/thn. Disamping klon teh seri Gambung, ada juga klon teh unggul lainnya yaitu klon teh TRI 2025. Klon ini memiliki potensi hasil 2.378 kg/ha/thn. Klon teh GMB 7, GMB 9, dan TRI 2025 dianjurkan ditanam pada dataran rendah hingga tinggi sedangkan klon teh GMB 10 dan GMB 11 dianjurkan ditanam pada dataran sedang hingga tinggi (Nazaruddin dan Palmin, 1993).

(17)

menggunakan subsoil. Namun, penggunaan tanah topsoil yang terus menerus digunakan dalam aktivitas pertanian mengakibatkan tingkat kesuburan dari tanah top soil dan ketersediaannya semakin berkurang. Pada fase pembibitan, tanaman teh telah diberi pupuk organik limbah pabrik teh (blowout) dengan dosis (2:1) dan (3:1) sebagai media tanam campuran sehingga diperlukan analisis yang tepat mengenai efek bahan organik tersebut untuk tanaman teh pada fase tanaman belum menghasilkan (TBM).

Salah satu bahan organik yang dapat diaplikasikan pada tanah teh fase TBM ialah kompos limbah pabrik teh. Kompos limbah pabrik teh merupakan salah satu kompos yang dapat diaplikasikan pada pertanaman teh. Limbah pabrik teh adalah ampas teh yang diperoleh dari produksi minuman teh kemasan. Kandungan pada ampas teh adalah protein kasar 20,08 %, lemak kasar 0,82 %, serat kasar 15,45 %, bahan kering 93,59 %, kadar air 6,41 %, abu 6,5 % (Simon, 2010 dalam Sofyan dkk. , 2010). Hasil dekomposisi blowout diduga sama dengan fluff yang merupakan limbah padat teh yang memiliki kandungan C-organik 5,23%, N-total 0,11%, P-tersedia 125 ppm, bahan C-organik 8,99%, K-dd 13,85 ppm, dan Mg 1,19 ppm (Rahayu dan Nurhayati, 2005). Kompos blowout (2:1) memiliki kandungan C-organik 10,91 %, N-total 0,59 %, Al-dd 0,22 ppm, dan H-dd 0,01 ppm sedangkan kompos blowout (3:1) memiliki kandungan C-organik 12,24 %, N-total 0,58 %, Al-dd 0,22 ppm,dan H-dd 0,13 ppm (Laboratorium Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman UNPAD, 2014).

(18)

Sri Lanka oleh Wekumbura et al. (2010 ), melaporkan bahwa adanya peningkatan kandungan nitrogen sebesar 4,06% pada flush (peko) jika menggunakan fluff sebagai pupuk dan media tanam sebesar 2 kg/tanaman/aplikasi, aplikasi dilakukan tiga kali dalam setahun. Selanjutnya, penelitian Mahfudloh (2008) menunjukkan bahwa berbagai media tanam berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan setek teh. Ini artinya, pemberian pupuk kompos limbah pabrik teh berpengaruh positif terhadap pertumbuhan tanaman teh.

Penelitian lainnya menjelaskan bahwa menurut Rachmiati dan Salim (2005), pemberian kompos limbah pabrik teh memberikan pengaruh yang nyata pada parameter pengamatan populasi jamur dan C-Organik akan tetapi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter populasi total mikroba, bakteri penambat N dan pH tanah. Populasi jamur yang memberikan pengaruh yang nyata disebabkan oleh kompos limbah pabrik teh merupakan substrat yang cocok untuk mendukung pertumbuhan populasi jamur total. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai aplikasi pupuk kompos limbah pabrik teh terhadap pertumbuhan beberapa klon tanaman teh di dataran rendah.

1.6 Hipotesis

1. Terdapat pengaruh berbagai kombinasi pupuk limbah pabrik teh terhadap pertumbuhan tanaman teh belum menghasilkan klon GMB 7, GMB 9, GMB 10, GMB 11, dan TRI 2015 yang di tanam pada dataran rendah. 2. Terdapat dosis kompos pupuk limbah pabrik teh yang memberikan

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Syarat Tumbuh Tanaman

Tanaman teh adalah tanaman dataran tinggi. Ketinggian tempat ideal di daerah tropis ialah 1.200 – 1.800 mdpl. Namun, di Indonesia ketinggian tempat yang ideal adalah 700-1.200 mdpl.Curah hujan rata-rata 2.500 – 3.500 mm per tahun baik untuk tanaman teh. Curah hujan minimum bagi tanaman teh adalah 1.150 – 1.400 mm per tahun. Tanaman teh sangat tidak tahan terhadap daerah yang panas dan kering. Daerah yang basah dengan curah hujan tinggi dan jumlah hari hujan yang banyak setiap tahunnya sangat disukai (Nazaruddin dan Palmin, 1993).

Setyamidjaja (2000) menyebutkan bahwa teh dapat tumbuh baik pada daerah dengan letak geografis 43oLU – 27oLS. Lingkungan fisik yang paling

berpengaruh terhadap hampir seluruh tanaman adalah iklim dan tanah. Tanah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman teh adalah tanah yang serasi. Tanah yang serasi adalah tanah yang subur, banyak mengandung bahan organik, tidak terdapat cadas dengan derajat keasaman 4,5 – 5,6. Tanah yang baik untuk pertanaman teh terletak di lereng-lereng gunung berapi dinamakan tanah Andisol. Selain Andisol terdapat jenis tanah lain yang serasi bersyarat, yaitu Latosol dan Podzolik. Selain itu, Faktor iklim yang harus diperhatikan seperti suhu udara yang baik berkisar 13 – 15oC, kelembaban relatif pada siang hari >70%, curah

hujan tahunan tidak kurang 2.000 mm, dengan bulan penanaman curah hujan kurang dari 60 mm tidak lebih 2 bulan. Dari segi penyinaran sinar matahari sangat mempengaruhi pertanaman teh. Makin banyak sinar matahari makin tinggi suhu, bila suhu mencapai 30OC pertumbuhan tanaman teh akan terlambat (Effendi

dkk., 2010).

Tanaman teh yang ditanam pada dataran rendah memerlukan pohon pelindung tetap atau sementara. Pohon pelindung ini berfungsi untuk menurunkan suhu agar suhunya lebih rendah. Suhu tanah tinggi dapat merusak

(20)

perakaran tanaman, terutama akar dibagian atas. Faktor iklim lain yang harus diperhatikan adalah tiupan angin yang terus menerus dapat menyebabkan daun rontok. Angin dapat mempengaruhi kelembaban udara serta berpengaruh pada penyebaran hama dan penyakit (Effendi dkk. ,2010).

2.2 Klon Teh GMB 7, GMB 9, GMB 10, GMB 11, dan TRI 2015

Klon teh yang terdapat di Indonesia ada banyak jenisnya. Diantara banyaknya jenis klon teh di Indonesia, terdapat klon teh unggul yang digunakan pada perkebunan teh di Indonesia. Klon-klon unggul tersebut diantaranya ialah klon TRI 2025, GMB 7, GMB 9, GMB 10, dan GMB 11.

Klon TRI 2025 merupakan klon teh yang di introduksi dari Sri Lanka yang berjenis varietas assamica. Potensi hasilnya dapat mencapai 2.378 kg/ha/thn. Klon ini memiliki perakaran yang baik, bentuk batangnya silinder dan warna daun hijau gelap. Klon ini baik ditanam pada dataran rendah hingga tinggi.

Klon Gambung 7 merupakan klon yang dihasilkan oleh Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung yang telah dilepas pada bulan oktober tahun 1998. Klon ini merupakan klon yang terbaru dibandingkan seri klon Gambung sebelumnya yaitu klon Gambung 1 – 5. Klon Gambung 7 merupakan klon jenis varietas assamica yang berasal dari persilangan Mal 2 dan PS 1. Klon ini memiliki sistem perakaran yang baik sekali dengan warna daunnya hijau terang. Potensi hasil klon ini mencapai 5,8 ton/ha/thn. Klon ini baik ditanam pada dataran rendah sampai tinggi.

Klon Gambung 9 merupakan klon yang terbaru yang dihasilkan oleh PPTK Gambung. Klon ini memiliki ciri-ciri warna daun hijau kekuningan, sistem perakaran baik sekali, bentuk batang silinder dan warna batang coklat. Potensi hasil klon ini mencapai 4,7 ton/ha/thn. Klon ini baik ditanam pada dataran rendah sampai tinggi.

(21)

dibandingkan dengan klon Gambung 7. Klon ini berasal dari persilangan Mal 2 dan PS 1. Klon ini baik ditanam pada dataran sedang dan tinggi.

Klon Gambung 11 merupakan klon yang tergolong varietas assamica yang asalnya dari persilangan Mal 2 dan PS 1. Klon ini memiliki sistem perakaran agak baik, warna daun hijau agak muda, dan bentuk batang silinder. Potensi hasil klon ini mencapai 5,5 ton/ha/thn. Klon ini baik ditanam pada dataran sedang dan tinggi.

2.3 Tanah Ordo Inceptisol

Tanah Inceptisol merupakan tanah muda,tetapi lebih berkembang daripada Entisol (inceptum = permulaan). Umumnya mempunyai horison kambik. Tanah ini kebanyakan cukup subur karena belum berkembang lanjut. Tanah ini dulu termasuk tanah Alluvial, Regosol, Gleihumus, Latosol, dan lain-lain (Hardjowigeno, 2007).

Sifat fisik dan kimia tanah Inceptisol antara lain : bobot jenis 1,0 g/cm3, kalsium karbonat kurang dari 40 %, pH mendekati netral atau lebih (pH < 4 tanah bermasalah), kejenuhan basa kurang dari 50 % pada kedalaman 1,8 m, COLE antara 0,07 dan 0,09, nilai porositas 68 % sampai 85 %, air yang tersedia cukup banyak antara 0,1 – 1 atm (Resman dkk., 2006 dalam Syahputra, 2010).Menurut Sarief (1985a) secara keseluruhan tanah ordo Inceptisol mempunyai sifat – sifat fisik yang baik akan tetapi, sifat-sifat kimianya yang kurang baik.

Daerah penyebaran tanah Inceptisol yaitu di daerah dengan tipe iklim Afa-Ama (menurut Koppen), sedangkan menurut Schmidt & Ferguson pada tipe hujan A, B, dan C dengan curah hujan sebesar 2000-7000 mm/tahun tanpa atau mempunyai bulan-bulan kering yang kurang dari 3 bulan. Tanah ini terdapat di daerah abu, tuf, dan fan vulkan pada ketinggian 10-1000 meter dari permukaan laut dengan bentuk wilayah berombak, bergelombang, berbukit hingga bergunung (Sarief, 1985b).

(22)

Pupuk adalah setiap bahan yang diberikan ke dalam tanah atau disemprotkan pada tanaman dengan maksud menambah unsur hara yang diperlukan tanaman. Pengertian lain dari pupuk adalah suatu bahan yang diberikan sehingga dapat mengubah keadaan fisik, kimiawi, dan hayati dari tanah sehingga sesuai dengan tuntutan tanaman (Sarief, 1985a)

Pupuk organik yang berada dalam tanah berasal dari penguraian sisa-sisa tanaman dan hewan. Bahan organik sangat bermanfaat sebagai sumber energi untuk pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme tanah, serta sangat penting dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Bahan organik tanah juga menyebabkan terjadinya aktivitas berbagai mikroorganisme tanah baik yang bersifat menguntungkan maupun yang merugikan bagi pertumbuhan tanaman.

Pupuk organik memiliki keuntungan dan kerugian dalam aplikasinya pada tanaman. Keuntungannya ialah : memperbaiki struktur tanah,meningkatkan kapasitas tukar kation, menambah kemampuan tanah menahan air, dan meningkatkan kegiatan biologi tanah. Pada beberapa tanah masam, pupuk organik dapat meningkatkan pH tanah (menetralkan Al dengan membentuk kompleks Al-organik). Pupuk organik juga dapat meningkatkan ketersediaan unsur mikro misalnya melalui khelat unsur mikro dengan bahan organik. Selain itu, pupuk organik tidak menimbulkan pulusi lingkungan (Hardjowigeno, 2007). Pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah dan sedikit menambah unsur hara, tetapi dapat membuat unsur hara yang terikat di dalam tanah menjadi tersedia untuk tanaman (Indriyani, 2013).

2.5 Kompos

(23)
(24)

mengurangi kualitas kompos (Sarief, 1985b). Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan kompos antara lain (Sarief, 1985b) :

1. Tempat : Pada tempat yang teduh dan dekat sumber air. 2. Ukuran : Panjang 5 meter dan lebar 2 meter (maksimum).

3. Bahan : Daun-daun, jerami,kacang-kacangan, daun pisang, rumput-rumputan, sampah yang bebas dari benda-benda keras, pupuk kandang, tanah, abu dapur, kapur.

4. Air : Agar tumpukkan bahan kompos selalu basah.

Limbah pabrik teh dapat diperoleh dari hasil buangan proses pengolahan teh hitam dan limbah ini tidak memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Limbah teh diperoleh dari hasil sortasi teh hitam yang terdiri atas bahan padatan yang jumlahnya cukup banyak, sekitar 1 – 3 % dari produksi tehnya (Darmawijaya, 1990 dalam Rachmiati dan Salim, 2005). Setiap harinya pabrik teh dapat menghasilkan 400 kg limbah teh padat, sehingga berpotensi untuk dijadikan pupuk organik yang berasal dari limbah lokal (Rahayu dan Nurhayati, 2005).

(25)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Percobaan

Percobaan ini akan dilaksanakan di Kebun Percobaan Ciparanje Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Desa Cikeruh, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Lokasi terletak pada ketinggian sekitar 750 mdpl. Ordo tanah pada tempat percobaan ini ialah Inceptisol dengan pH tanah 5,2. Tipe curah hujan di Jatinangor menurut klasifikasi curah hujan Schmidt dan Fergusson (1951) termasuk ke dalam tipe C (agak basah). Percobaan dilakukan mulai dari bulan Mei – Oktober 2015

3.2 Bahan dan Alat Percobaan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman teh belum menghasilkan (TBM) klon TRI 2025, Gambung 7, Gambung 9, Gambung 10, dan Gambung 11 berasal dari hasil penelitian sebelumnya (Deskripsi tanaman terdapat pada Lampiran 1-5) di dataran rendah menggunakan media campuran tanah dan limbah pabrik teh (2:1) dan (3:1), pupuk organik kompos limbah pabrik teh dengan dosis 1 kg dan 2 kg, polibeg ukuran 20 x 50 cm, pupuk urea, pupuk SP-36, pupuk KCl, Furadan, Roundup dan paranet 60 %.

Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, embrat/gembor, sprayer, label, penggaris untuk mengukur tinggi tanaman, kored, alat tulis, label sebagai tanda perlakuan dan ulangan, alat dokumentasi, termometer tanah, software analisis data dan jangka sorong elektrik .

(26)

3.3 Metode Percobaan

Metode yang digunakan pada percobaan ini adalah metode eksperimen model rancangan acak kelompok (RAK) yang terdiri dari 25 perlakuan dan diulang sebanyak dua kali, dengan demikian terdapat 50 satuan percobaan. Masing-masing satuan percobaan terdiri dari tiga tanaman sehingga total tanaman sebanyak 150 tanaman. Perlakuan yang diberikan yaitu :

F = Media Pembibitan Blowout (2:1) + TRI 2025 + 1 Kg Blowout G = Media Pembibitan Blowout (2:1) + TRI 2025 + 2 Kg Blowout H = Media Pembibitan Blowout (2:1) + GMB 7 + 1 Kg Blowout I = Media Pembibitan Blowout (2:1) + GMB 7 + 2 Kg Blowout J = Media Pembibitan Blowout (2:1) + GMB 9 + 1 Kg Blowout K = Media Pembibitan Blowout (2:1) + GMB 9 + 2 Kg Blowout L = Media Pembibitan Blowout (2:1) + GMB 10 + 1 Kg Blowout M = Media Pembibitan Blowout (2:1) + GMB 10 + 2 Kg Blowout N = Media Pembibitan Blowout (2:1) + GMB 11 + 1 Kg Blowout O = Media Pembibitan Blowout (2:1) + GMB 11 + 2 Kg Blowout P = Media Pembibitan Blowout (3:1) + TRI 2025 + 1 Kg Blowout Q = Media Pembibitan Blowout (3:1) + TRI 2025 + 2 Kg Blowout R = Media Pembibitan Blowout (3:1) + GMB 7 + 1 Kg Blowout S = Media Pembibitan Blowout (3:1) + GMB 7 + 2 Kg Blowout T = Media Pembibitan Blowout (3:1) + GMB 9 + 1 Kg Blowout U = Media Pembibitan Blowout (3:1) + GMB 9 + 2 Kg Blowout V = Media Pembibitan Blowout (3:1) + GMB 10 + 1 Kg Blowout W = Media Pembibitan Blowout (3:1) + GMB 10 + 2 Kg Blowout X = Media Pembibitan Blowout (3:1) + GMB 11 + 1 Kg Blowout Y = Media Pembibitan Blowout (3:1) + GMB 11 + 2 Kg Blowout

Model linier yang digunakan dalam Rancangan Acak Kelompok menurut Gaspersz (1995) adalah sebagai berikut :

(27)

Yij = Nilai pengamatan (respon) dari perlakuan ke-i dalam ulangan ke-j µ = Nilai rata-rata sebenarnya

ti = Pengaruh aditif dari perlakuan ke-i rj = Pengaruh aditif dari ulangan ke-j

∑ij = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i pada ulangan ke-j Dari model linier diatas, dapat disusun analisis ragam sebagai berikut : Tabel 1. Analisis Ragam Rancangan Acak Kelompok (RAK)

Sumber Varians

Derajat Bebas

Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F Hitung F Tabe

Pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan tanaman teh dianalisis dengan analisis ragam uji F pada taraf kepercayaan 95%, dan apabila hasil uji F signifikan, maka dilanjutkan dengan uji Scott-Knott.

3.4. Pelaksanaan Kegiatan 3.4.1 Persiapan Media Tanam

(28)

3.4.2 Penanaman

Bibit tanaman yang digunakan pada penelitian ini ialah tanaman teh klon TRI 2025, GMB 7, GMB 9, GMB 10, dan GMB 11 yang diberi media campuran tanah dengan limbah pabrik teh (2:1) dan (3:1). Pemupukan Urea, KCl, dan Sp-36 diberikan dengan dosis masing-masing 11 g urea + 5 g Sp-Sp-36 + 5 g KCl untuk semua perlakuan dan ditambah insektisida berbahan aktif karbofuran dengan dosis 5 g per lubang tanam.

3.4.3 Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiraman, pengendalian hama dan penyakit serta penyiangan. Penyiraman dilakukan dua kali sehari jika tidak turun hujan, apabila turun hujan maka penyiraman tidak perlu dilakukan. Penyiangan dilakukan secara mekanis yaitu mencabut gulma yang berada pada polibeg tanaman dan gulma yang terdapat di sekitar polibeg dan secara kimiawi dengan herbisida berbahan aktif glifosat. Pengendalian hama dan penyakit dilaksanakan apabila terlihat gejala serangan pada tanaman.

3.4.4 Penyulaman Bibit

Tanaman yang tumbuh abnormal baik layu atau bahkan mati disulam dengan tanaman yang berumur sama, maka persiapan bahan tanaman untuk penyulaman telah dipersiapkan sebelum penyulaman dilakukan sampai 2 MST.

(29)

Pengamatan dalam percobaan ini terdiri dari dua macam yaitu pengamatan penunjang dan pengamatan utama.

3.5.1 Pengamatan Utama

a) Tinggi tanaman (cm) : Tinggi tanaman diukur dengan alat ukur/meteran dihitung dari tempat keluarnya tunas saat pembibitan hingga titik tumbuh. Pengamatan ini dilakukan pada saat 2 MST hingga akhir percobaan dengan selang pengamatan sebanyak dua minggu.

b) Diameter batang (mm) : Diameter batang diukur pada ketinggian 2 cm dari pangkal batang. Pengamatan menggunakan jangka sorong digital pada 2 MST sampai akhir percobaan dengan selang pengamatan sebanyak dua minggu.

c) Jumlah daun (helai) : Dihitung jumlah daun yang sudah membuka penuh. Pengamatan dilakukan pada saat 2 MST sampai akhir percobaan dengan selang pengamatan sebanyak dua minggu.

d) Jumlah cabang (buah) : Dihitung jumlah cabang pada 2 MST sampai akhir percobaan dengan selang pengamatan sebanyak dua minggu.

e) Kandungan klorofil (cci) : Kandungan klorofil pada daun dihitung menggunakan alat klorofilmeter pada saat 2 MST hingga akhir percobaan dengan selang pengamatan sebanyak dua minggu.

3.5.2 Pengamatan Penunjang

Pengamatan penunjang yang diamati ialah :

a) Analisis tanah awal dan bahan organik sebelum dilakukan percobaan b) Data curah hujan, suhu, dan kelembaban

(30)

Universitas Gadjah Mada

Badan Pusat Statistik. 2014. Statistik Teh Indonesia 2013. Tersedia online di : http://www.bps.go.id/index.php/publikasi/342 Diakses Mei 2015

Effendi, D. , M. Syakir, M. Yusron, dan Wiratno.2010.Budidaya dan pasca panen teh.Tersedia online di : http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2011/02/perkebunan_budidaya_teh.pdf.Diakses Mei 2015. Erwiyono, R. , A. Wibawa, Pujiyanto, B. John, dan A. Soetanto. 2000. Pengaruh Sumber Bahan Organik terhadap Keefektifan Pemupukan Kompos pada Kopi dan Kakao. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. 16 (1). Hal 45-49.

Gaspersz, V. 1995. Teknik Analisis Dalam penelitian Percobaan. Tarsito. Bandung. Hal 204.

Gomies, L. , H. Rehatta dan J. Nandissa. 2012. Pengaruh pupuk organik cair ri1 terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kubis bunga (brassica oleracea var. botrytis l.) Tersedia online di : http://ejournal.unpatti.ac.id/ppr_iteminfo_lnk.php?id=246.Diakses Mei 2015.

Hanafiah,K. A. . 2010. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.

Hardjowigeno,S. . 2007. Ilmu Tanah. Jakarta:Akademika Pressindo

Indriyani,L. dan Asniah. 2013. Aplikasi pupuk organik dan pupuk hayati terhadap pertumbuhan bibit kakao. Tersedia online di : http://faperta.uho.ac.id/agriplus/Fulltext/2013/AGP2303006.pdf Diakses Mei 2015.

Laegreid, M. , O.C. Bockman and O. Kaarstad. 1999. Agriculture, fertilizers and The Environment. CABI Publishing. Norway.

(31)

Mahfudloh, 2008. Keberhasilan dan Pertumbuhan Stek Teh (Camellia sinensis (l.) Setek Teh dalam Warta BPTK. Bandung.

Rachmiati,Y. dan A. A. Salim. 2005. Pengaruh pupuk hayati dan kompos limbah pabrik teh (fluff) terhadap pH, C-organik, serapan N, populasi total mikroba,populasi bakteri penambat N,dan pertumbuhan tanaman teh belum menghasilkan pada tanah jenis inceptisol.Tersedia online di : http:// sitp.rpn.co.id/uploads/riset/teh/tehkina_v8_no1-2.3.pdf. Diakses Mei 2015

_______.1985b.Ilmu Tanah Pertanian. Bandung:CV Pustaka Buana.

Setyamidjaja, D. 2000. Teh Budidaya dan Pengolahan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta. 153 hal

Sofyan, S. E. , M. Riniarti, dan Duryat.2014.Pemanfaatan limbah teh, sekam padi, dan arang sekam sebagai media tumbuh bibit trembesi.Tersedia online di : http://download.portalgaruda.org/article.php?

article=156247&val=4018&title=UTILITIZATION%20%20OF%20TEA %20WASTE,%20RICE%20HUSK%20AND%20HUSK%20CHARCOAL %20%20AS%20%20A%20GROWTH%20MEDIA%20FOR%20RAIN %20TREE%20SEEDLING%20(Samanea%20saman) Diakses Juli 2015 Sudirja, R. , Solihin, M. A. , dan Rosniawaty, S. . 2007. Respons beberapa sifat

(32)

cacao L.) melalui pemberian pupuk organik dan pupuk hayati. Laporan penelitian penelitian dasar (LITSAR) UNPAD.

Syahputra, S. E. . 2010. Pengelolaan hara pada berbagai varietas jagung (Zea mays L.) di tanah inceptisol kabupaten deli serdang.Tersedia online di : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20347/4/Chapter%20II.pdf Diakses Juli 2015

Tim Analisa Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman Unpad.2014.Data hasil analisis topsoil : kompos blowout (2:1) dan (3:1).Laboratorium Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman Unpad.

Valentinus,S. , Armaini, dan G. M.E. Manurung. 2013. Pengaruh pemberian pupuk organik dan media tanam terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis quinensis Jacg) pada main nursery. Tersedia online di : http://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/3081/ JURNAL%20SONDANG%20VALENTINUS.pdf?sequence=1 Diakses Juli 2015

Wachjar,Ade, Supijatno, dan Dina Rubiana.2006.Pengaruh beberapa jenis pupuk hayati terhadap pertumbuhan dua klon tanaman teh (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) belum menghasilkan.Bul. Agron. (34) (3) 160-164 (2006) Wekumbura, WGC.; AJ. Mohotti, V. LP. Arachchi and KM. Mohotti 2010.

(33)

Lampiran 1. Deskripsi Klon Teh TRI 2025 Klon TRI 2025

Asal : Introduksi Sri Lanka

Golongan : Var. Assamica

Bentuk Batang : Silinder

Permukaan Batang : Beralur putih sangat panjang Sistem percabangan : Baik, 50-70o

Ruas Tunas : 3-4,7 cm

Warna Batang : Coklat

Bangun Daun : Jorong Ovalis

Ukuran Daun : 17,78 cm2

Tangkai Daun : 0,4-0,6 cm

Kedudukan Daun : 45-65o

Pangkal Daun : Tumpul bulat

Tulang Daun : 22-28 buah (12-14 pasang)

Tepi Daun : Bergerigi agak tumpul dan berombak

Ujung daun : Meruncing

Muka daun : Berpalung hampir rata

Warna Daun : Hijau gelap

Daging Daun : 0,23 mm

Bulu Pada Peko : Kurang, jarang. Pertumbuhan tunas

setelah pangkas : Sedang

Potensi hasil : 2378 kg/ha/thn

Perakaran : Baik

Ketahanan Terhadap Hama : Baik

Ketahanan terhadap Penyakit : Baik Sekali

Lokasi Tanam : Baik ditanam pada dataran rendah-tinggi

(34)

Bentuk Batang : Silinder

Permukaan Batang : Beralur pendek sedikit berkerak putih Sistem Percabangan : Baik, 47 – 60o

Ruas Tunas : 1,3 – 5,2 cm

Warna Batang : Coklat

Bangun Daun : Elliptico Oblongus

Ukuran Daun : 40,17 cm2

Tangkai Daun : 0,2 – 0,6 cm

Kedudukan Daun : 29 – 49o

Pangkal Daun : Runcing

Tulang Daun : 18 – 24 buah (9 – 12 pasang) Tepi Daun : Bergerigi kecil beraturan

Ujung Daun : Meruncing

Muka Daun : Bergelombang mengkilat

Warna Daun : Hijau terang

Daging Daun : 0,22 mm

Bulu Peko : 64,25 buah / mm

Pertumbuhan Tunas

Setelah Pangkas : Cepat

Potensi Hasil : 5,8 ton/ha/thn

Perakaran : Baik sekali

Ketahanan Terhadap Hama : Tahan tungau Ketahanan Terhadap Penyakit : Tahan Blister Blight

Lokasi Tanam : Baik pada dataran rendah – tinggi

Pemulia : W Astika, D Muchtar, S Danimihardja, B Sriyadi, Sutrisno.

(35)

Klon Gambung 9 (GMB 9)

Asal : GP 3 x PS 1

Golongan : Hibrida mendekati sinensis

Bentuk Batang : Silinder

Permukaan Batang : Beralur sedikit berkerak Sistem Percabangan : Baik

Ruas Tunas : Panjang

Warna Batang : Coklat

Bangun Daun : Jorong Ovalis

Ukuran Daun : Sedang

Tangkai Daun : Sedang

Kedudukan Daun : Semi tegak

Pangkal Daun : Runcing tumpul

Tulang Daun : 12 Pasang

Tepi Daun : Bergerigi tajam dan beraturan

Ujung Daun : Meruncing

Muka Daun : Bergelombang

Warna Daun : Hijau Kekuningan

Daging Daun : Tebal

Bulu Peko : Sedang

Pertumbuhan tunas

setelah pangkas : Sedang

Potensi Hasil : 4,7 ton/ha/thn

Perakaran : Baik Sekali

Ketahanan Terhadap Hama : Tahan Tungau

Ketahanan Terhadap Penyakit : Tahan terhadap Blister blight Lokasi Tanam : Baik pada dataran rendah - tinggi

(36)

Bentuk Batang : Silinder

Permukaan Batang : Beralur halus pendek Sistem Percabangan : Baik

Ruas Tunas : Panjang

Warna Batang : Coklat keabu-abuan Bangun Daun : Elliptico Oblongus

Ukuran Daun : Sedang

Tangkai Daun : Sedang

Kedudukan Daun : Semi tegak

Pangkal Daun : Runcing tumpul

Tulang Daun : 12 Pasang

Tepi Daun : Bergerigi besar tajam dan beraturan

Ujung Daun : Meruncing

Muka Daun : Bergelombang

Warna Daun : Hijau Kekuningan

Daging Daun : Sedang

Bulu Peko : Banyak

Pertumbuhan tunas

setelah pangkas : Lambat

Potensi Hasil : 4,8 ton/ha/thn

Perakaran : Baik Sekali

Ketahanan Terhadap Hama : Tahan Tungau

Ketahanan Terhadap Penyakit : Tahan terhadap Blister blight

Lokasi Tanam : Baik pada dataran sedang dan tinggi

Pemulia : W Astika, D Muchtar, S Danimihardja,B Sriyadi, Sutrisno.

(37)

Klon Gambung 11 (GMB 11)

Asal : Mal 2 x PS 1

Golongan : Var. Assamica

Bentuk Batang : Silinder

Permukaan Batang : Beralur Panjang halus Sistem Percabangan : Baik

Ruas Tunas : Panjang

Warna Batang : Coklat keabu-abuan

Bangun Daun : Oblongus

Ukuran Daun : Lebar

Tangkai Daun : Sedang

Kedudukan Daun : Semi tegak Pangkal Daun : Sangat runcing

Tulang Daun : 13 Pasang

Tepi Daun : Bergerigi besar tajam dan beraturan

Ujung Daun : Meruncing

Muka Daun : Bergelombang

Warna Daun : Hijau agak muda

Daging Daun : Tipis

Bulu Peko : Banyak

Pertumbuhan tunas

setelah pangkas : Sedang

Potensi Hasil : 5,5 ton/ha/thn

Perakaran : Agak baik

Ketahanan Terhadap Hama : Tahan Tungau

Ketahanan Terhadap Penyakit : Agak tahan terhadap Blister blight Lokasi Tanam : Baik pada dataran sedang dan tinggi

(38)
(39)

B = Topsoil + GMB 7

C = Topsoil + GMB 9

D = Topsoil + GMB 10

E = Topsoil + GMB 11

F = Media Pembibitan Blowout (2:1) + TRI 2025 + 1 Kg Blowout

G = Media Pembibitan Blowout (2:1) + TRI 2025 + 2 Kg Blowout

H = Media Pembibitan Blowout (2:1) + GMB 7 + 1 Kg Blowout

I = Media Pembibitan Blowout (2:1) + GMB 7 + 2 Kg Blowout J = Media Pembibitan Blowout (2:1) + GMB 9 + 1 Kg Blowout

K = Media Pembibitan Blowout (2:1) + GMB 9 + 2 Kg Blowout

L = Media Pembibitan Blowout (2:1) + GMB 10 + 1 Kg Blowout M = Media Pembibitan Blowout (2:1) + GMB 10 + 2 Kg Blowout

N = Media Pembibitan Blowout (2:1) + GMB 11 + 1 Kg Blowout

O = Media Pembibitan Blowout (2:1) + GMB 11 + 2 Kg Blowout P = Media Pembibitan Blowout (3:1) + TRI 2025 + 1 Kg Blowout

Q = Media Pembibitan Blowout (3:1) + TRI 2025 + 2 Kg Blowout

R = Media Pembibitan Blowout (3:1) + GMB 7 + 1 Kg Blowout

S = Media Pembibitan Blowout (3:1) + GMB 7 + 2 Kg Blowout T = Media Pembibitan Blowout (3:1) + GMB 9 + 1 Kg Blowout

U = Media Pembibitan Blowout (3:1) + GMB 9 + 2 Kg Blowout

V = Media Pembibitan Blowout (3:1) + GMB 10 + 1 Kg Blowout W = Media Pembibitan Blowout (3:1) + GMB 10 + 2 Kg Blowout

X = Media Pembibitan Blowout (3:1) + GMB 11 + 1 Kg Blowout

Y = Media Pembibitan Blowout (3:1) + GMB 11 + 2 Kg Blowout

Gambar

Tabel 1. Analisis Ragam Rancangan Acak Kelompok (RAK)

Referensi

Dokumen terkait

1 Jawarandu Intensif Memberi Memberi Sebulan 1 kali 2 Jawarandu Semi Intensif Memberi Memberi Setiap Hari 1 kali 3 Jawarandu Intensif Memberi Memberi Setiap Hari 1

EKAIA, 30 (2016) 131 berdinak izan ohi dira, bai pirolisi termikoan (batez ere ezkoak lortu ohi dira tenperatura baxuetan, eta gero eta produktu arinagoak tenperatura al-

Kami Panitia Pengadaan Barang/Jasa Bidang Kebersihan, Pertamanan dan Perkuburan dan Bidang Perumahan, Pemukiman dan Air Bersih Pada Seksi Pengembangan Air Bersih dan Sanitasi Dinas

Jika aset alihan merupakan bagian aset keuangan yang lebih besar (contohnya ketika entitas mengalihkan arus kas dari bunga yang merupakan bagian dari instrumen utang)

PF Kepada setiap orang yang telah mengaku dosa dan bertobat, dengarkanlah berita anugerah pengampunan seperti yang dinyatakan dalam KOLOSE 1 : 13 - 14 , ”Ia

Perancangan film fiksi tentang makna yang terkandung dalam Kidung Rumeksa ing Wengi ini didasari dengan penelitian yang menggunakan metode kualitatif dan pendekatan komunikasi

D work entitled &#34;Contribution of Mohammad Atia al-Abrashi (1899 AD ) to Modern Arabic Literature: A Critical Study&#34; under my. supervision. The work is original. It is

Untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama antara penggunaan media cetak dengan media audio visual terhadap prestasi belajar Al- Qur’an Hadits.. di MTs