Semnaskan_UGM / Dewan Redaksi - iii PROSIDING
SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XI
HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN TAHUN 2014
JILID II : MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN
Diterbitkan oleh
Penanggung jawab
Pelindung
Penyunting
Redaksi Pelaksana
DEWAN REDAKSI
: Jurusan Perikanan - Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, bekerjasama dengan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan (BBP4BKP-KKP)
: Ketua Jurusan Perikanan – Fakultas Pertanian UGM
: Jamhari, S.P., M.P., Dr.
: Alim Isnansetyo, Ir., M.Sc., Dr. Amir Husni, S.Pi., M.P., Dr. Dina Fransiska, M.Si. Djumanto, Ir., M.Sc., Dr. Eko Setyobudi, S.Pi., M.Si., Dr. Hery Saksono, Ir., M.A. Murwantoko, Ir., M.Si., Dr. Novalia Rachmawati, M.Sc. Rustadi, Ir., M.Sc., Dr., Prof. Senny Helmiyati, S.Pi., M.Sc. Suadi, S.Pi., M.Sc., Ph.D. Sugiono, Ir., M.Si
Susilo Budi Priyono, S.Pi., M.Si. Ustadi, Ir., M.P., Dr., Prof.
: Susana Endah Ratnawati, S.Pi., M.Si. Ratih Ida Adharini, S.Pi., M.Si., Dr. Anes Dwi Jayanti, S.Pi., M.Agr. Afif Whelly Artis Sandi
Alamat Redaksi : Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas Pertanian UGM Jl. Flora, Bulaksumur, Yogyakarta 55281, Telp/Fax. 0274-551218
iv - Semnaskan_UGM / ISBN
Perpustakaan Nasional RI : Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Seminar Nasional Tahunan XI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan (2014: Yogyakarta)
Prosiding Seminar Nasional Tahunan XI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan Tahun 2014 Jilid II: Manajemen Sumberdaya Perikanan
Penyunting Isnansetyo, A… (et al.) Yogyakarta
Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, 2014
ISBN: 978-602-9221-31-2
1.
Isnansetyo, A.
@ Hak Cipta dilindungi Undang-undang All rights reserved
Penyunting: Isnansetyo, A., dkk.
Diterbitkan oleh:
Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 2014
Semnaskan_UGM / Kata Pengantar - v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselenggaranya “SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN TAHUN 2014” Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Pengembangan IPTEK yang bersifat dasar, strategis, terapan dan adaptif dalam bidang perikanan dan kelautan serta dukungan kelembagaan yang kuat sangat diperlukan untuk menunjang pembangunan bangsa. Oleh karena itu, kegiatan seminar nasional tahunan hasil penelitian perikanan dan kelautan dilaksanakan dalam rangka inventarisasi penelitian-penelitian yang telah dilakukan dan mengetahui teknologi yang telah dihasilkan.
Makalah yang dipresentasikan pada seminar telah melalui tahap seleksi abstrak dan berjumlah kurang lebih 217 makalah dari berbagai perguruan tinggi, instansi pemerintah, lembaga penelitian dan pengembangan baik pemerintah maupun swasta. Makalah yang dipresentasikan sebagian diterbitkan dalam bentuk jurnal yang dikelola oleh Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UGM sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Makalah-makalah yang diterbitkan dalam prosiding ini telah dievaluasi oleh dewan redaksi dan diperbaiki melalui proses seleksi abstrak oleh tim reviewer, koreksi substansi, penyuntingan, penyeragaman sistematika, pembetulan pengetikan dan pengaturan tata letak.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada: 1. Rektor Universitas Gadjah Mada
2. Dekan Fakultas Pertanian UGM 3. Ketua Jurusan Perikanan UGM
4. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Kelautan dan Perikanan-Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia
5. Pemakalah dan peserta dalam seminar ini
6. Semua pihak yang turut serta dalam mensukseskan seminar dan membantu penerbitan prosiding ini.
Akhirnya, kami mohon maaf apabila ada kekurangan dalam penyelenggaraan seminar maupun penyajian prosiding ini. Harapan kami, semoga prosiding ini dapat bermanfaat.
Yogyakarta, Desember 2014
Tim Penyunting
Semnaskan_UGM / Daftar Isi - vi DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Dewan Redaksi ... iii
ISBN ... iv
Kata Pengantar ... v
Daftar Isi ... vi
Bidang Manajemen Sumberdaya Perikanan A MA-01 STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS DI DANAU TOBA, SUMATERA UTARA Siswanta Kaban ... 1
MA-03 ANALISIS KADAR LOGAM BERAT PADA SEDIMEN DAN KERANG BIVALVIA DI PERAIRAN SEKITAR TELUK KENDARI Sri Fatmah Sari, G. Radenacdan D. Fichet ... 7
MA-05 KONDISI RESERVAT DI SUMATERA SELATAN Agus D. Utomo ... 15
MA-07 ASPEK LINGKUNGAN PERAIRAN SEBELUM PEMBANGUNAN WADUK TEMBALANG Muhammad Ali ... 27
MA-08 PENYEBARAN JENIS-JENIS ZOOPLANKTON BERDASARKAN SPASIAL DI SUNGAI MANNA BENGKULU SELATAN Mirna dwirastina ... 35
MA-11 KELIMPAHAN PLANKTON DAN KARAKTERISTIK PERAIRAN ESTUARI SUNGAI BARITO, KALIMANTAN SELATAN Asyari ... 41
MA-13 PENGARUH CARA PEMANENAN ECENG GONDOK YANG TIDAK RAMAH LINGKUNGAN TERHADAP KUALITAS PERAIRAN DI RAWA PENING Agus D. Utomo ... 55
MA-15 KEANEKARAGAMAN PLANKTON DI RAWA PENING Muhammad Ali ... 63
MA-17 KONDISI PERAIRAN LUBUK LAMPAM BERDASARKAN PARAMETER KUALITAS AIR DAN STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTHOS Eko Prianto, Mohammad M. Kamal, Ismudi Muchsin dan Endi S. Kartamihardja ... 71
MA-18 TEKSTUR TANAH DASAR DAN KOMUNITAS MAKROZOOBENTHOS DI TELUK PEGAMETAN, BALI Bejo Slamet dan Ditamulia S. Utama ... 81
vii - Semnaskan_UGM / Daftar Isi
MA-21 STATUS PENCEMARAN LOGAM DI PERAIRAN KABUPATEN BANTAENG, SULAWESI SELATAN
Khusnul Yaqin, Liestiaty Fachruddin, Suwarni, Muhammad T. Umar, Nadiarti ... 99
Bidang Manajemen Sumberdaya Perikanan B
MB-02 DETEKSI EFEK MINYAK CENGKEH TERHADAP KARANG, Pocillopora damicornis, MENGGUNAKAN TIGA BIOMARKER; PERUBAHAN WARNA KARANG, KEPADATAN DAN INDEKS MITOTIK ZOOXANTHELLAE
Sri W. Rahim ... 109
MB-03 ESTIMASI POTENSI PRODUKSI IKAN DAN STATUS TROFIK PADA PERAIRAN LITORAL DANAU SINGKARAK SUMATERA BARAT
Elfrida, Hafrijal Syandri dan Riko E. Susandra ... 123
MB-04 STRATEGI PENINGKATAN PRODUKSI SUMBERDAYA IKAN DI PERAIRAN UMUM DARATAN PAPARAN SUNDA
Eko Prianto, Endi S. Kartamihardja, Chairulwan Umar, Priyo S. Sulaeman,
Kamaluddin Kasim dan Zulkarnaen Fahmi ... 133
MB-05 KARAKTERISTIK PERAIRAN DAN POTENSI PRODUKSI IKAN DI DANAU LINDU, SULAWESI TENGAH
Samuel, Ni K. Suryati dan Vipen Adiansyah ... 143
MB-06 DAMPAK PEMAPARAN LOGAM BERAT Cd TERHADAP TINGKAT KERJA OSMOTIK Penaeus monodon
Heny B. Setyorini, Sutrisno Anggoro dan Bambang Yulianto ... 153
MB-10 KELIMPAHAN IKAN SCIAENIDAE DI PERAIRAN ESTUARI KABUPATEN BANYUASIN, SUMATERA SELATAN
Herlan ... 163
MB-11 KEPADATAN KERANG LOLA (Trochus nilotichus) DI KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH (KKLD) PANGKEP SULAWESI SELATAN
Hadiratul Kudsiah, Syamsu A. Ali, dan M. Ahsin Rifa’i ... 169
MB-17 ESTIMASI POTENSI PRODUKSI IKAN DENGAN PENDEKATAN KLOROFIL-A DI DANAU TOBA, SUMATERA UTARA
Siswanta Kaban ... 177
MB-18 PEMBENTUKAN LINGKARAN HARIAN PERTAMA PADA OTOLITH LARVA IKAN NILA ALBINO (Oreochromis sp.)
Sitty A. Habibie, Djumanto, Rustadi ... 183
Bidang Biologi Perikanan
BP-01 SEBARAN UKURAN DAN HUBUNGAN PANJANG-BERAT IKAN FAMILI ENGRAULIDAE DI PERAIRAN ESTUARI INDRAGIRI, RIAU
Herlan dan Asyari ... 189
BP-03 HUBUNGAN BOBOT TUBUH-DIAMETER CANGKANG DAN FAKTOR KONDISI BULU BABI Tripneustes gratilla LINNAEUS, 1758 DI PERAIRAN BARAT PULAU SELAYAR
Moh. Tauhid Umar, Sharifuddin Bin Andy Omar, Yeni Savitri Andi Lawi dan
Semnaskan_UGM / Daftar Isi - viii BP-05 KAJIAN STOK IKAN TEMBANG (Sardinella fimbriata) DI PERAIRAN SELAT SUNDA
YANG DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LABUAN, BANTEN
Rodearni Simarmata, Mennofatria Boer, Achmad Fahrudin ... 207
BP-06 PEMBERIAN PAKAN ALAMI YANG BERBEDA PADA BENIH IKAN BUJUK (Channa lucius, CHANNIDAE) DALAM RANGKA DOMESTIKASI
Azrita, Yuneidi Basri dan Rabiati ... 221
BP-07 BARCODING IKAN BELIDA (Chitala lopis) BERDASARKAN GEN CYTOCHROME OXIDASE SUBUNIT I (COI) DNA MITOKONDRIA
Arif Wibowo ... 227
BP-08 NISBAH KELAMIN DAN UKURAN PERTAMA KALI MATANG GONAD IKAN ENDEMIK BESENG-BESENG, Marosatherina ladigesi (AHL, 1936), DI SUNGAI BANTIMURUNG DAN SUNGAI PATTUNUANG ASUE, KABUPATEN MAROS, SULAWESI SELATAN
Sharifuddin Bin Andy Omar, Kariyanti, Joeharnani Tresnati, Moh. Tauhid Umar,
Syarifuddin Kune ... 237
BP-09 KEBIASAAN MAKANAN, HUBUNGAN PANJANG BOBOT DAN FAKTOR KONDISI IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DI WADUK PENJALIN, JAWA TENGAH
Susilo Adjie... 245
BP-10 MAKANAN IKAN ASANG (Osteochilus vittatus, CYPRINIDAE) DI SUNGAI ANTOKAN PROVINSI SUMATERA BARAT
Hafrijal Syandri, Azrita dan Junaidi ... 253
BP-13 STUDI BIOLOGI IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DI WADUK SEMPOR PROPINSI JAWA TENGAH
Khoirul Fatah ... 259
BP-14 VARIASI PARAMETER PERTUMBUHAN LABI-LABI (Amyda cartilaginea) DI MUSI RAWAS DAN MUSI BANYUASIN, SUMATERA SELATAN
Agus Arifin Sentosa dan Astri Suryandari ... 267
BP-15 STUDI KEBIASAAN MAKANAN IKAN LELAN (Osteochilus pleurotaenia) DI SUNGAI KAMPAR KANAN- KABUPATEN KAMPAR, RIAU
Netti Aryani dan Hafrijal Syandri ... 275
BP-16 HUBUNGAN PANJANG BERAT LORJUK (Solen spp) DI PERAIRAN PESISIR PANTAI SELATAN PULAU MADURA
Indah W. Abida, Eva A. Wahyuni dan Mahfud Effendy ... 281
BP-18 SEGMENT RUAS BERULANG PADA DAERAH KONTROL (d-loop) DNA MITOKONDRIA IKAN BELIDA (Chitala lopis)
Arif Wibowo dan Subagja ... 289
BP-19 KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN SEPAT MUTIARA (Trichogaster leeri) YANG DIBERI BERBAGAI JENIS PAKAN ALAMI
ix - Semnaskan_UGM / Daftar Isi Bidang Kelautan
KL-01 PENILAIAN KESEHATAN TERUMBU KARANG TERHADAP KELIMPAHAN DAN BIOMASSA IKAN EKONOMIS DAN IKAN HERBIVORA DI TAMAN WISATA ALAM LAUT 17 PULAU RIUNG, NUSA TENGGARA TIMUR
Sila K. Sari... 303
KL-02 MODEL SPASIAL SEBARAN KLOROFIL-A SEBAGAI INDIKATOR EUTROFIKASI DI KEPULAUAN SPERMONDE
Ahmad Faizal, Chair Rani, Natsir Nessa dan Jamaluddin Jompa ... 315
KL-04 TRANSPOR SEDIMEN SEPANJANG PANTAI DI PERAIRAN SELAT MADURA, KABUPATEN BANGKALAN
Aries D.Siswanto dan Achmad F. Syah ... 321
KL-05 PENGARUH SUHU TERHADAP DISTRIBUSI KLOROFIL-A DAN NUTRIEN (FOSFAT, AMONIAK, SILIKAT) DI PERAIRAN SELAT BALI PERIODE PENGUKURAN APRIL, JUNI, AGUSTUS 2013
Wingking E. Rintaka, Yuli Pancawati, Teguh A. Tiadi ... 327
KL-07 HUBUNGAN KUALITAS PERAIRAN TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii DI PERAIRAN TELUK LAIKANG KABUPATEN TAKALAR, SULAWESI SELATAN
Petrus R. Pong-Masak ... 337
KL-09 POTENSI SITOTOKSIK BAHAN AKTIF LAMUN DARI KEPULAUAN SPERMONDE
Shinta Werorilangi, Rastina, Arniati Massinai, Abd. Haris dan M. Arifuddin ... 345
KL-12 PERBANDINGAN STRUKTUR KOMUNITAS IKAN KARANG DAN TUTUPAN KARANG PADA ZONA TANGKAP DAN LARANG TANGKAP DI KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH MISOOL SELATAN KABUPATEN RAJA AMPAT, PAPUA BARAT
Cesarea H. Joel dan Dwi Candra Pratiwi ... 351
KL-14 KOMPOSISI JENIS DAN KEPADATAN ANEMON LAUT DI PERAIRAN DESA TELUK TAMIANG KABUPATEN KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
M. Ahsin Rifa’i, Hamdani, dan Fatmawati ... 365
KL-15 ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG UNTUK WISATA PANTAI DAN SNORKELING DI PULAU HOGA
Ahmad Bahar, Fredinan Yulianda, Achmad Fahrudin ... 377
KL-21 KAJIAN KESUBURAN DAN POLA DISTRIBUSI BAKTERI HETEROTROFIK DI PERAIRAN MUARA KALI WISO, JEPARA
Oktavianto E. Jati, Ocky K. Radjasa, Bambang Yulianto ... 387
KL-22 RISIKO KESEHATAN PAPARAN TIMBAL PADA ANAK SD DI PESISIR KOTA MAKASSAR AKIBAT KONSUMSI KERANG
Agus B. Birawida ... 397
Bidang Sosial Ekonomi Perikanan
SE-01 PENGUATAN KAPASITAS WIRAUSAHA PEREMPUAN DI PESISIR KECAMATAN SANGA-SANGA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Semnaskan_UGM / Daftar Isi - x SE-04 ANALISIS KELEMBAGAAN KELOMPOK PETANI TAMBAK DALAM
PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA (Studi Kasus di Desa Tambakbulusan Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Demak)
Rachman Djamal ... 413
SE-05 MODEL MANAJEMEN RANTAI PASOKAN INDUSTRI TUNA SEGAR PROVINSI BALI Ediyanto ... 427
SE-06 STRATEGI BERTAHAN HIDUP NELAYAN MISKIN DI KAWASAN DANAU SEMAYANG KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Erwan Sulistiantodan Gusti Haqiqiansyah ... 437
SE-08 PERAN KELOMPOK WANITA NELAYAN SEBAGAI MODAL SOSIAL DALAM PEREKONOMIAN DESA MELALUI KIMBIS LAMONGAN
Istiana dan Budi Wardono ... 443
SE-09 ANALISIS KEBIJAKAN KELAUTAN MENDUKUNG PERCEPATAN PEMBANGUNAN WILAYAH PERBATASAN LAUT NASIONAL DI KABUPATEN BERAU
Dayang D. Fidhiani ... 449
SE-13 PERSEPSI NELAYAN TERHADAP PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI, PENGETAHUAN, DAN KETERAMPILAN NELAYAN DI KABUPATEN TANA TIDUNG
Gusti Haqiqiansyah ... 459
SE-15 ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENDUKUNG PENGELOLAAN PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR MELALUI SISTEM KARAMBA JARING APUNG (Studi Kasus di Perairan Umum Waduk Cirata Provinsi Jawa Barat)
Atikah Nurhayati, Ine Maulina, dan Isni Nurruhwati ... 465
SE-18 MANAJEMEN BAHAN BAKU PAKAN SEBAGAI BASIS PENGEMBANGAN PABRIK PAKAN IKAN ALTERNATIF
Budi Wardono dan Adhita S. Prabakusuma ... 473
SE-19 KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PESISIR DI KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL KUTAI
Elly Purnamasari, Mohamad Ma’ruf ... 481
Bidang Penangkapan Ikan
PI-01 JENIS IKAN DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN TIGA ALAT TANGKAP DI ESTUARI SUNGAI BARITO, KALIMANTAN SELATAN
Asyari ... 495
PI-02 KONTRUKSI DAN PERFORMA BUBU KUBAH PINTU SAMPING UNTUK PENANGKAPAN RAJUNGAN
Zarochman ... 503
PI-04 KAJIAN DAERAHPENANGKAPAN POTENSIALIKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) MENGGUNAKAN ANALISIS SPASIALDI PERAIRAN PELABUHANRATU
Amanatul Fadhilah, Agus hartoko, Max R. Muskananfola ... 527
PI-05 PEMANFAATAN SUMBER DAYA IKAN PERAIRAN ESTUARI SUNGAI BARITO KALIMANTAN SELATAN
xi - Semnaskan_UGM / Daftar Isi
PI-07 SUDUT JATUH POROS BALING-BALING PERAHU KINCANG PENGARUHNYA TERHADAP KECEPATAN (Penelitian Pendahuluan; Studi Kasus di Palabuhanratu)
Budhi H. Iskandar, Yopi Novita dan Nurjanah Firnasari ... 545
PI-08 PENGARUH SIRIP PEREDAM TERHADAP STABILITAS KAPAL PENGANGKUT IKAN HIDUP
Yopi Novita, Budhi H Iskandar, Bambang Murdiyanto, Budy Wiryawandan Hariyanto .. 563
PI-09 TINGKAT KEMATANGAN GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis) YANG TERTANGKAP DENGAN JARING INSANG DI DANAU SINGKARAK
Mas Eriza dan Bukhari ... 575
PI-10 UJI COBA PENGELOLAAN PENANGKAPAN RAJUNGAN DI PERAIRAN UTARA JAWA
Zarochman ... 583
PI-11 STUDI POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATANSUMBERDAYA UDANG PENAEID DI KABUPATEN TANAH LAUT
Irhamsyah, Siti Aminah, dan Yuliyanto ... 607
PI-12 PEMETAAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN BILIH (Mystacolecus padangensis) DI DANAU SINGKARAK SUMATERA BARAT
Bukhari dan Mas Eriza ... 619
PI-13 ANALISIS KOMPOSISI DAN KELIMPAHAN HASIL TANGKAPAN KEPITING BAKAU (Scylla sp.) YANG TERTANGKAP PADA ALAT TANGKAP BUBU DENGAN KONSTRUKSI BERBEDA DIOPERASIKAN DI PERAIRAN DESA OEBELO, KECAMATAN KUPANG TENGAH, KABUPATEN KUPANG
Risamasu, F.J.L, Yahyah, I. Tallo dan Kiik G. Sine ... 625
PI-14 KEPADATAN STOK DAN POTENSI LESTARI SUMBER DAYA IKAN PERAIRAN MUARA SUNGAI INDRAGIRI RIAU
Rupawan ... 633
PI-15 POTENSI SUMBERDAYA IKAN DI DANAU EMPANGAU KABUPATEN PUTUSIBAU
Emmy Dharyati ... 639
PI-16 PRODUKTIVITAS PENANGKAPAN IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN KABUPATEN SINJAI PADA MUSIM PERALIHAN BARAT-TIMUR
Alfa F.P.Nelwan, Sudirman, Muh. Nursam, M. Abdillah Yunus ... 649
PI-17 PENGARUH PERBEDAAN HANGING RATIO TERHADAP HASIL TANGKAPAN PADA TRAMMEL NET DI PERAIRAN CAMPLONG KABUPATEN SAMPANG MADURA
Citra Puspitaningrum, Alfan Jauhari, Ledhyane I. Harlyan ... 659
PI-18 KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN DAN PRODUKSI IKAN HAMPAL (Hampala macrolepidota Kuhl & Van Hasselt 1823) DI DANAU RANAU SUMATERA SELATAN DAN LAMPUNG
Safran Makmur, Diana Arfiati, Gatut Bintorodan Arning W. Ekawati ... 665
PI-19 KAPAL PANCING UNTUK DIFFABLE, MUNGKINKAH?
Semnaskan_UGM / Daftar Isi - xii PI-21 KAJIAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN PELAGIS KECIL TERKAIT DENGAN
KONDISI OSEANOGRAFI DI PERAIRAN KOTA MAKASSAR PADA MUSIM BARAT
Abd. Rasyid J., Nurjannah N., A. Iqbal B., Muh. Hatta ... 681
PI-22 PENGGUNAAN UMPAN YANG BERBEDA PADA PENGOPERASIAN BUBU RAJUNGAN (Portunus sp.) DI PERAIRAN KABUPATEN LAMONGAN JAWA TIMUR
Ayu Anita Ambarsari, Martinus, Ledhyane Ika H ... 693
Poster Manajemen Sumberdaya Perikanan
pMS-01 STRUKTUR KOMUNITAS PERIFITON SEBAGAI BIOINDIKATOR PENCEMARAN DI PERAIRAN DANAU CALA
Yoga Candra Ditya ... 699
pMS-02 KELIMPAHAN FITOPLANKTON DAN KETERKAITAN PARAMETER N : P DI RAWA BANJIRAN LUBUK LAMPAM SUMATERA SELATAN
Yoga C. Ditya dan Melfa Marini ... 707
pMS-08 DINAMIKA KUALITAS AIR DARI DUA LOKASI KERAMBA JARING APUNG DI WADUK CIRATA
Chairulwan Umar ... 713
pMS-09 STUDI PARAMETER SUHU DAN SALINITAS, SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KELIMPAHAN BAKTERI DI PERAIRAN SELAT MADURA KABUPATEN PAMEKASAN
Eva Ari Wahyuni ... 725
pMS-10 PENDUGAAN STOK IKAN SECARA AKUSTIK DI PERAIRAN SUNGAI MUSI & UPANG BAGIAN HILIR SUMATERA SELATAN
Freddy Supriyadi, Zulkarnaen Fahmi, Syarifah Nurdawati ... 729
pMS-12 KAJIAN KUALITAS AIR DALAM MENDUKUNG BUDIDAYA TAMBAK DI INSTALASI TAMBAK PERCOBAAN MARANA
Erfan A. Hendrajat ... 737
pMS-13 POTENSI KIJING (Anodontawoodiana) DANAU LINDU, SULAWESI TENGAH
Sevi Sawestri, Ni Komang Suryati ... 747
pMS-14 PEMANTAUAN KUALITAS AIR SELAMA BUDIDAYA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DI TAMBAK KABUPATEN MAROS, PROVINSI SULAWESI SELATAN
Erna Ratnawati, Akhmad Mustafa dan Michael A. Rimmer ... 753
pMS-15 KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN SUNGAI OGAN, SUMATERA SELATAN
Marson ... 767
pMS-16 KUALITAS AIR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP PRODUKTIVITAS IKAN BANDENG (Chanos chanos Forskal) DAN KESTABILAN PERAIRAN DI PERTAMBAKAN PAYAU KABUPATEN GRESIK, PROVINSI JAWA TIMUR
Early Septiningsih dan E. Ratnawati ... 787
pMS-17 SEBARAN IKAN LOMEK (Harpodon nehereus) TERHADAP KONDISI PERAIRAN DI ESTUARI SUNGAI INDRAGIRI PROVINSI RIAU
xiii - Semnaskan_UGM / Daftar Isi Poster Biologi Perikanan
pBP-01 BIOLOGI REPRODUKSI IKAN GABUS (Channa striata Bloch) DI DANAU POSO SULAWESI TENGAH
Subagdja ... 805
pBP-03 HUBUNGAN PANJANG BERAT BEBERAPA JENIS IKAN RAWA BANJIRAN, OGAN KOMERING ILIR
Melfa Marini dan Yoga C. Ditya ... 815
pBP-04 HUBUNGAN PANJANG-BOBOT DAN FAKTOR KONDISI IKAN NILA DI PERAIRAN DANAU POSO, SULAWESI TENGAH
Sevi Sawestridan Dwi Atminarso ... 821
pBP-05 STUDI ASPEK BIOLOGI IKAN KIPER (Scatophagus argus Linnaeus) DI PERAIRAN ESTUARI SELAT PANJANG, RIAU
Tuah N. M. Wulandari dan Herlan ... 827
pBP-06 STRUKTUR UKURAN DAN BIOLOGI REPRODUKSI LOBSTER BATIK (Panulirus longipes) DI PERAIRAN YOGYAKARTA DAN PACITAN
Ria Faizah, Lilis Sadiyah dan Moh Fauzi ... 835
Poster Kelautan
pKL-02 ANALISIS KUALITAS AIR BERDASARKAN INDEKS KEANEKARAGAMAN FITOPLANKTON DAN PARAMETER LINGKUNGAN DI PERAIRAN PANTAI DESA PENGAMBENGAN, KABUPATEN JEMBRANA, PROVINSI BALI
Ananda F. Dewi, Dwi C. Pratiwi, Guntur ... 843
pKL-03 KONSENTRASI LOGAM PADA SEDIMEN DAN KEMUNGKINAN KETERKAITANNYA DENGAN KANDUNGAN KARBONAT PADA KOLOM AIR
Akbar Tahir dan Shinta Werorilangi ... 859
pKL-04 STUDI PARAMETER FISIKA DAN KIMIA OSEANOGRAFI UNTUK MENENTUKAN KUALITAS AIR DI PERAIRAN TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA, JEPARA, JAWA TENGAH
Elma R. Uliyawati dan Dwi C. Pratiwi ... 865
pKL-08 STUDI TENTANG BAKTERI DAN JAMUR PADA PENYU SISIK (Eretmochelys imbricata) DAN PENYU HIJAU (Chelonia mydas) PADA FASE TUKIK DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO BANYUWANGI, JAWA TIMUR
Ryan O. Algadri, Guntur, Dwi C. Pratiwi ... 873
Poster Sosial Ekonomi Perikanan
pSE-03 DESAIN PROGRAM INDUSTRIALISASI DALAM MENDORONG PENINGKATAN PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP LAUT Studi Kasus di PPN Tual, Propinsi Maluku
Risna Yusuf dan Armen Zulham ... 887
pSE-04 KONDISI EKSISTING DAN DISTRIBUSI PEMASARAN KOMODITAS TTC DI PPN AMBON
Semnaskan_UGM / Daftar Isi - xiv Poster Penangkapan Ikan
pPI-01 PRODUKTIVITAS ALAT TANGKAP JARING ‘ECEK’ (SEINE, WITH FAD) DI PERAIRAN RAWA PENING
Siti Nurul Aida ... 903
pPI-03 PRODUKSI, KOMPOSISI JENIS DAN MUSIM PENANGKAPAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DENGAN PURSE SEINE YANG DIDARATKAN DI PPP TUMUMPA-MANADO Ria Faizah dan Reny Puspasari ... 911
Daftar Peserta ... 917
Indeks Penulis ... 923
Indeks Kata Kunci ... 927
Semnaskan_UGM / Kelautan (KL-05) - 327 PENGARUH SUHU TERHADAP DISTRIBUSI KLOROFIL-A DAN NUTRIEN (FOSFAT, AMONIAK, SILIKAT) DI PERAIRAN SELAT BALI PERIODE PENGUKURAN APRIL, JUNI,
AGUSTUS 2013
Wingking E. Rintaka*, Yuli Pancawati, Teguh A. Tiadi
Balai Penelitian dan Observasi Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan
*
e-mail : era09.bpol@gmail.com
Abstrak
Perairan Selat Bali memiliki produktivitas perairan yang tinggi saat memasuki muson tenggara sebagai
akibat adanya fenomena upwelling di perairan selatan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Variabilitas muson
mempengaruhi kondisi parameter oseangrafi seperti suhu, klorofil-a dan nutrien (fosfat, amonik dan silikat). Penelitian ini bertujuan mengetahui variabilitas suhu terhadap distribusi klorofil-a dan nutrien (fosfat, amoniak, silikat) secara spasial pada periode pengukuran April, Juni, Agustus 2013 di perairan
Selat Bali. Lokasi penelitian pada koordinat 8,157386 LU – 8,837996 LS dan 114,234840 BT –
151,273476 BT. Metode yang digunakan adalah observasi langsung bulan April, Juni dan Agustus 2014
yang mewakili awal musim peralihan I sampai dengan musim timur. Hasil Penelitian menunjukkan pada
bulan Agustus sea surface temperature (sst) lebih rendah dari bulan Juni dan April dengan nilai
masing-masing 25°C; 29°C; 29,5°C. Pada saat SST rendah terjadi peningkatan konsentrasi nutrien dan klorofil
dengan nilai konsentasi pada bulan April, Juni, Agustus masing-masing 0,02-0,04 mg/m3, 1-1,5 mg/m3
dan 2-6 mg/m3. Peningkatan nutrien terlihat dari peningkatan konsentrasi fosfat, amoniak dan silikat
perairan selat Bali. Berdasarkan hasil analisa distribusi vertikal di kedalaman yang sama menunjukkan pada bulan Agustus nilai suhu lebih rendah dan konsentrasi klorofil serta konsentrasi nutrien lebih tinggi dibandingkan pada bulan April dan Juni. Konsentrasi nutrien bernilai minimum di permukaan dan bertambah secara cepat terhadap kedalaman, kemudian berkurang secara perlahan terhadap kedalaman. Berdasarkan hasil observasi bulan April, Juni dan Agustus terlihat pada bulan Agustus terjadi penurunan SST dan peningkatan konsentrasi nutrien serta klorofil, karena pada bulan tersebut telah
memasuki muson tenggara yang mendapatkan pengaruh upwelling kuat Samudera India.
Kata kunci : upwelling, suhu, klorofil-a, nutrien
Pengantar
Konsentrasi klorofil-a di perairan sangat tergantung dengan ketersediaan nutrien dan intensitas cahaya matahari. Apabila ketersedian nutrien dan intensitas cahaya matahari cukup maka konsentrasi klorofil -a perairan akan tinggi, begitu juga sebaliknya. Konsentrasi klorofil di perairan lepas pantai akan berbeda dengan konsentrasi di pesisir dan selat. Perairan lepas pantai mempunyai konsentrasi klorofil-a lebih rendah dibandingkan di perairan pesisir maupun selat karena keterbatasan nutrien dan kuatnya stratifikasi kolom perairan akibat pemanasan permukaan perairan yang terjadi hampir sepanjang tahun. Namun berdasarkan pola distribusi klorofil-a secara musiman maupun secara spasial, di beberapa bagian perairan dijumpai konsentrasi klorofil-a yang cukup tinggi. Tingginya konsentrasi klorofil-a disebabkan karena terjadinya pengkayaan nutrien pada lapisan permukaan perairan melalui berbagai
proses dinamika massa air, diantaranya upwelling, percampuran vertikal massa air serta pola pergerakan
masa air yang membawa massa air kaya nutrien dari perairan sekitarnya. Upwelling merupakan faktor
utama yang berperan terhadap tingginya konsentrasi klorofil-a di lapisan permukaan.
Perairan selatan Jawa-Bali-Sumbawa merupakan perairan oseanis tropis umumnya mempunyai konsentrasi klorofil-a yang rendah karena keterbatasan nutrien dan kuatnya stratifikasi kolom perairan akibat pemanasan permukaan perairan yang terjadi hampir sepanjang tahun (Tabalawoni, 2007). Sebaliknya, perairan oseanis mendekati perairan pantai seperti di perairan selat Bali pada waktu-waktu tertentu terjadi peningkatan konsentrasi klorofil-a permukaan sebagai akibat terjadinya upwelling, karena
pengaruh upwelling tersebut secara umum perairan selatan Jawa-Bali-Sumbawa kemungkinan memiliki
pola distribusi klorofil-a yang berbeda secara spasial maupun temporal. Perbedaan pola distribusi
328 - Semnaskan_UGM / Wingking E. Rintaka, dkk
tersebut disebabkan karena pola angin muson yang bertiup di atas perairan ini secara musiman. Di perairan Indonesia dipengaruhi oleh dua angin muson yaitu angin muson timur laut di utara dan angin muson barat laut di selatan katulistiwa pada bulan Desember-Maret sedangkan bulan Juni-Agustus berkembang angin muson barat daya di utara dan muson tenggara di selatan katulistiwa (Wyrki, 1961;
Tomascik et al., 1997).
Kuatnya pengaruh angin muson pada saat musim timur menyebabkan upwelling di sepanjang selatan
Jawa-Bali-Sumbawa. Menurut Sutanto et al. (2001), terjadinya upwelling disepanjang selatan Jawa dan
barat Sumatera merupakan respon terhadap bertiupnya angin muson tenggara. Upwelling pada daerah
ini berlangsung pada bulan Juni-Oktober dan pusat upwelling dengan suhu permukaan laut rendah
dimulai dari perairan selatan Jawa timur. Pengaruh upwelling terhadap peningkatan kesuburan perairan
selatan Jawa-Bali-Sumbawa diamati Hendiarti dkk. (1995) dan Hendiarti et al. (2004). Hendiarti dkk.
(1995) berdasarkan pengamatannya di lokasi upwelling selatan Jawa Timur-Bali mengatakan bahwa
upwelling terjadi pada musim timur selama periode Juli-Agustus-September dimana konsentrasi klorofil-a
lebih tinggi dibanding pada musim barat. Hendiarti et al. (2004) menyatakan bahwa selama muson
tenggara transport Ekman di sepanjang pantai selatan Jawa menyebabkan upwelling massa air yang
kaya akan nutrien terangkat dari lapisan dasar ke lapisan permukaan. Pada bulan Agustus konsentrasi
klorofil-a di daerah upwelling selatan Jawa berkisar 0,6-1 mg/m3, sedangkan pada bulan Maret saat tidak
terjadi upwelling konsentrasi klorofil-a di selatan Jawa Timur berkisar 0,1 mg/m3. Dengan adanya
upwelling di selatan Jawa-Bali-Sumbawa akan memicu indirect upwelling di selat Bali (Burhanudin 1982). Konsentrasi klorofil-a di perairan selat Bali dipengaruhi oleh massa air yang masuk dan keluar selat, dimana massa air tersebut berasal dari massa air permukaan, sehingga ketersediaan nutrien di kolom
perairan yang lebih dalam tidak ikut keluar mengikuti pergerakan massa air (Priyono et al., 2009).
Perbedaan intensitas upwelling di selatan Jawa-Bali-Sumbawa yang akan memicu indirect upwelling di
selat Bali menyebabkan perbedaan karakteristik fisika-kimia perairan yang akhirnya berpengaruh terhadap variabilitas suhu terhadap distribusi klorofil-a dan nutrien. Penelitian ini bertujuan mengetahui variabilitas suhu terhadap distribusi klorofil-a dan nutrien (fosfat, amoniak, silikat) secara spasial pada periode pengukuran April, Juni, Agustus 2013 di perairan Selat Bali.
Bahan dan Metode
Penelitian dilakukan di perairan selat Bali pada area 08,00 LS–09,00 LS dan 114,25 BT–115,25 BT
seperti terlihat pada Gambar 1. Data yang digunakan meliputi data suhu, klorofil-a hasil pengukuran CTD (Conductivity Temperature Depth) dan data analisis nutrien (fosfat, amoniak, silikat) dengan waktu pengukuran dengan waktu pengamatan bulan April, Juni, Agustus 2013.
Semnaskan_UGM / Kelautan (KL-05) - 329
Data suhu, klorofil dan nutrien (fosfat, amoniak, silikat) hasil pengukuran bulan April, Juni dan Agustus
2013 disajikan dalam bentuk penampang melintang vertikal dengan software ODV (Ocean Data View)
version 3.2.0. Dari gambar melintangi vertikal tersebut kemudian dianalis cross section dari barat (Pulau Jawa) ke timur (Pulau Bali) untuk melihat variabilitas suhu terhadap distribusi klorofil, nutrien (fosfat, amoniak, silikat) pada pengukuran bulan April, Juni, Agustus 2013.
Hasil dan Pembahasan
Suhu
Secara spasial SST (sea surface temperature) bervariasi untuk pengukuran bulan April, Juni dan Agustus
2013. SST pada bulan April 2013 berkisar 26,5-29,5 °C cross section dari barat (Pulau Jawa) ke timur
(Pulau Bali). SST di perairan sisi timur sebesar 29,5 °C lebih hangat dibandingkan perairan sisi barat yaitu 26,5 °C. Suhu minimum ditemukan di kedalaman 55-60 m sebesar 26 °C. SST pada bulan Juni 2013 relatif seragam dibanding pengukuran bulan April yaitu berkisar 29,5-30 °C. Seperti yang terjadi pada bulan April, pada bulan Juni SST sisi timur relatif lebih hangat dibandingkan sisi barat. Suhu minimum ditemukan pada kedalaman 90-100 m yaitu berkisar antara 26-26,5 °C. SST pada bulan Agustus 2013 lebih dingin dibandingkan bulan April dan Juni, begitu juga suhu di kedalaman 55-60 m lebih dingin yaitu mencapai 20-22 °C dan akan semakin turun dengan bertambahnya kedalaman, seperti di kedalaman 90-100 m suhu minimum mencapai 17,5-20 °C (Gambar 2). Di kedalaman yang sama pada bulan Agustus, temperature relatif lebih dingin dibandingkan pada bulan April (26 °C) maupun bulan Juni 2013 (26-26,5 °C), hal ini dikarenakan pada bulan Agustus telah memasuki musim timur, dimana pada saat musim ini SST perairan selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara relatif rendah yang akan berpengaruh
terhadap perairan selat Bali. Seperti dalam penelitian Hendiarti et al. (2004) menyampaikan bahwa
kondisi oseanografi Selat Bali dipengaruhi oleh angin muson. Pada saat musim timur (Juni-Agustus) suhu relative rendah dan konsentrasi klorofil-a meningkat, sedangkan musim barat (Desember-Februari) akan berlaku sebaliknya.
Gambar 2. Distribusi suhu tiap layer kedalaman hasil pengukuran CTD bulan April, Juni, Agustus 2013.
Klorofil-a
Kondisi upwelling di perairan selat Bali selain dilihat dari konsentrasi SST juga bisa dilihat dari
konsentrasi SSC (sea surface chlorophil) diperairan tersebut. Distribusi spasial SSC (sea surface
Suhu
April 2013
Suhu
Juni
Suhu
330 - Semnaskan_UGM / Wingking E. Rintaka, dkk
chlorophil) juga terlihat bervariasi untuk tiap-tiap pengukuran bulan April, Juni dan Agustus 2013. Pada
bulan April 2013 berkisar 0,02-0,04 mg/m3 cross section dari barat (Pulau Jawa) ke timur (Pulau Bali),
terlihat di lapisan permukaan di pertengahan selat nilai klorofil minimum 0,02 mg/m3 sedangkan klorofil
maksimum terlihat di kedalaman 20-25 m di perairan mendekati Pulau Jawa berkisar 0,05-0,06 mg/m3.
Konsentrasi SSC meningkat pada bulan Juni 2012 menjadi 1-1,5 mg/m3, klorofil minimum masih ditemui
di lapisan permukaan pertengahan selat seperti pada bulan April dengan nilai konsentrasi meningkat
menjadi 0,5 mg/m3, sedangkan konsentrasi maksimum pada bulan Juni ditemukan di kedalaman 35-60 m
perairan mendekati Pulau Jawa berkisar 2-2,25 mg/m3. Pada bulan Agustus konsentrasi maksimum yang
berada di kedalaman 35-60 m di bulan Juni bergerak naik hingga kedalaman 20 m sampai permukaan (Gambar 3).
Gambar 3. Distribusi klorofil-a tiap layer kedalaman hasil pengukuran CTD bulan April, Juni, Agustus
2013.
Secara spasial pada bulan Agustus konsentrasi SSC paling tinggi dibandingkan pengukuran bulan April
dan Juni yaitu berkisar 2-6 mg/m3, hal ini memperkuat pernyataan sebelumnya oleh Hendiarti et al.
(2004) yaitu pada saat musim timur perairan selat Bali mendapatkan pengaruh upwelling dari perairan
selatan Jawa, Bali dan Nusa tenggara yang ditandai dengan peningkatan konsentrasi klorofil. Pada bulan Mei sampai Oktober dimana pada musim ini bertiup angin muson tenggara menyusuri pantai selatan
Jawa–Bali yang membawa Arus Katulistiwa Selatan bergerak dari arah timur ke Barat bergeser ke arah
utara. Massa air yang dingin dan bersalinitas tinggi terbawa oleh Arus Katulistiwa Selatan (AKS) yang bergerak melalui perairan Barat Sumatera terdorong ke utara oleh Angin Muson Timur yang bertiup kuat pada musim timur, bahwa konsentrasi klorofil-a pada saat musim timur (diwakili pengukuran bulan Juni dan Agustus) lebih tinggi dibandingka pada saat musim Barat (diwakili pengukuran bulan April). Hal ini disebabkan karena pada musim timur fenomena penaikan massa air di perairan selatan Jawa timur dan
Bali terjadi lebih intensif yang berpengaruh sampai di perairan selat Bali. Secara fisis daerah upwelling
ditandai dengan massa air yang lebih dingin, dan salinitas yang lebih tinggi dengan daerah sekitarnya dan secara biologis umumnya ditandai dengan tingginya kandungan plankton atau klorofil-a. Semakin tinggi konsentrasi klorofil-a pada suatu perairan maka semakin tinggi pula kelimpahan fitoplanktonnya (Prezelein, 1981). Pada bulan Agustus konsentrasi klorofil maksimum masih ditemukan di kedalaman 20
m di perairan mendekati Pulau Bali berkisar 4-6 mg/m3. Hal ini memperkuat hasil penelitian sebelumnya
oleh Rintaka et al. (2013) yang menyatakan bahwa pada saat musim timur yang diwakili pengukuran
Klorofil-a
April
Klorofil-a
Juni
Klorofil-a
Semnaskan_UGM / Kelautan (KL-05) - 331
bulan Juli dan Agustus 2012 di perairan selat Bali konsentrasi klorofil maksimum ditemukan di kedalaman
23-25 m dengan nilai berkisar antara 4,61-6,53 mg/m3. Hasil penelitian lain oleh Yuliananingrum et al.
(2014) menggunakan model Gauss menyatakan distribusi vertikal klorofil maksimum pada pada bulan
Agustus ditemukan di kedalaman 25 m dan pada bulan Juni klorofil maksimum ditemukan pada kedalaman yang lebih dangkal..
Kondisi upwelling di perairan selat Bali selain dilihat dari konsentrasi SST dan SSC juga bisa dilihat dari
konsentrasi nutrien diperairan tersebut. Pada saat terjadi upwelling suhu permukaan laut mengalami
penurunan dan diikuti peningkatan konsentrasi klorofil dan nutrien di lapisan permukaan. Kondisi nutrien yang dikaji disini adalah konsentrasi fosfat, amoniak dan silika perairan selat Bali hasil pengukuran bulan April, Juni, Agustus 2013.
Fosfat
Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan. Karakteristik fosfor sangat berbeda dengan unsur-unsur utama lain yang merupakan penyusun biosfer karena unsur ini tidak terdapat di atmosfer. Pada kerak bumi, keberadaan fosfor relatif sedikit dan mudah mengendap. Fosfor juga merupakan unsur yang esensial bagi tumbuhan tingkat tinggi dan algae, sehingga unsur ini menjadi faktor pembatas bagi tumbuhan dan algae akuatik serta sangat mempengaruhi tingkat produktivitas perairan. Konsentrasi fosfat sangat penting dalam perkembangan phytoplankton. Phytoplankton sendiri sangat erat hubungannya dengan kesuburan perairan, yang diestimasikan dengan kandungan klorofil di perairan. Konsentrasi fosfat yang tinggi dapat meningkatkan kandungan klorofil di suatu perairan. Peningkatan konsentrasi fosfat di perairan diikuti peningkatan klorofil diperairan. Hal ini dibuktikan dengan tingginya konsentrasi fosfat (Gambar 4) dan klorofil (Gambar 3) pada bulan Agustus di perairan selat Bali. Fosfat merupakan unsur yang penting dalam pembentukan protein dan membantu proses
metabolisme sel (Hutagalung et al., 1997). Fosfat dibutuhkan pada proses fotosintesis fitoplankton yang
biasa digunakan sebagai indikator kesuburan perairan.
Secara spasial konsentrasi fosfat perairan selat Bali pada pengukuran bulan April berkisar antara 0,03-0,065 mg/L. Konsentrasi minimum sebesar 0,03 mg/L terdapat di permukaan perairan pertengahan selat dan di kedalaman 12-35 m mendekati perairan Pulau Jawa, sedangkan konsentrasi maksimum sebesar 0,055-0,065 mg/L berada di kedalaman 45-60 m di pertengahan selat. Hasil pengukuran bulan Juni tidak jauh berbeda dengan bulan April, kadar fosfat minimum dengan konsentrasi yang sama masih dijumpai di permukaan hingga kedalaman 40 m, namun kali ini mendekati perairan Pulau Bali, sedangkan konsentrasi maksimum sebesar 0,05-0,065 mg/L berada di kedalaman 90-100 m di perairan pertengahan selat. Konsentrasi fosfat meningkat pada pengukuran Agustus. Pada bulan ini semakin terlihat pola distribusi fosfat secara vertikal, dimana konsentrasi fosfat semakin bertambah dengan bertambahnya kedalaman. Konsentrasi minimum sebesar 0,01 mg/L berada di permukaan perairan hingga kedalaman 35 m, sedangkan konsentrasi maksimum sebesar 0,07-0,09 mg/L berada di pertengahan selat pada kedalaman 83-100 m. Sumber fosfat diperairan laut pada wilayah pesisir dan paparan benua adalah sungai. Karena sungai membawa hanyutan sampah maupun sumber fosfat daratan lainnya, sehingga sumber fosfat dimuara sungai lebih besar dari sekitarnya. Berdasarkan hasil pengukuran di perairan selat Bali pada bulan April, Juni dan Agustus konsentrasi fosfat tinggi terdapat di tengah selat di kedalaman 83-100 m. Konsentrasi fosfat meningkat seiring dengan bertambahnya kedalaman. Peningkatan konsentrasi fosfat di wilayah ini bukan karena masukan dari pesisir (sungai), tetapi berasal dari proses
kenaikan massa air. Damanhuri (1997) dalam Effendi. H (2003) menyatakan bahwa kadar fosfat akan
semakin tinggi dengan menurunnya kedalaman. Konsentrasi fosfat relatif konstan pada perairan dalam biasanya terjadi pengendapan sehingga nutrien meningkat seiring dengan waktu karena proses oksidasi f
dan bahan organik. Adanya proses run off yang berasal dari daratan akan mensuplai kadar fosfat pada
lapisan permukaan, tetapi ini tidak terlalu besar. Penambahan terbesar konsentrasi fosfat dari lapisan dalam melalui proses kenaikan masa air. Pada bulan Agustus konsentrasi fosfat terlihat paling tinggi
332 - Semnaskan_UGM / Wingking E. Rintaka, dkk
Gambar 4. Distribusi fosfat tiap layer kedalaman bulan April, Juni, Agustus 2013.
Amonia
Secara spasial hasil pengukuran amonia di perairan selat Bali pada bulan April 2013 berkisar antara 0,005-0,02 mg/L. Pada bulan ini kadar amonia di perairan selat Bali memiliki pola terkonsentrasi pada perairan yang mendekati daratan. Di perairan yang mendekati Pulau Jawa konsentrasi minimum amonia sebesar 0,005 mg/L berada pada kedalaman 20-52 m dan semakin ke timur mendekati pertengahan selat konsentrasi minimum mencapai kedalaman 60 m, sedangkan konsentrasi maksimum sebesar 0,01-0,015 mg/L berada pada kedalaman 35-60 m. Sementara di perairan yang mendekati Pulau Bali konsentrasi minimum sebesar 0,005 mg/L berada pada kedalaman 12-60 m dan konsentrasi maksimum sebesar 0,01-0,02 mg/L berada di kedalaman 17-52 m. Secara umum kadar amonia di perairan selat Bali pada bulan April memiliki konsentrasi yang rendah yaitu mulai dari tak terdeteksi sampai 0,004 mg/L. Kisaran konsentrasi yang rendah tersebut terdistribusi secara merata di permukaan hingga kedalaman tertentu dari barat ke timur, dimana di wilayah perairan yang mendekati Pulau Jawa berada di permukaan hingga kedalaman 35 m, perairan yang mendekati Pulau Bali berada di permukaan hingga kedalaman 28 m dan di pertengahan selat terdistribusi merata dari permukaan hingga kedalaman 60 m (Gambar 5.).
Berbeda dengan bulan April, pola distribusi amonia pada bulan Juni semakin bergeser ke arah timur yaitu terkonsentrasi di pertengahan selat dan perairan yang mendekati Pulau Bali. Di perairan pertengahan selat, konsentrasi minimum sebesar 0,05 mg/L berada di lapisan permukaan hingga kedalaman 100 m dan konsentrasi maksimum sebesar 0,075 mg/L berada di kedalaman 70-90 m. Sedangkan di perairan yang mendekati Pulau Bali konsentrasi minimum 0,05 mg/L berada di permukaan hingga kedalaman 23 m dan konsentrasi maksimum 0,075-0,1 mg/L berada di permukaan hingga kedalaman 15 m.
Pada bulan Agustus kadar amonia memiliki konsentrasi yang merata dari barat ke timur dengan kisaran nilai antara 0,03-0,07 mg/L. Konsentrasi minimum sebesar 0,03 mg/L berada di lapisan permukaan hingga 3 m mendekati perairan P. Jawa. Konsentrasi maksimum sebesar 0,06-0,07 mg/L berada di kedalaman 15-42 m mendekati pertengahan selat Bali serta di lapisan permukaan hingga kedalaman 17 m dan kedalaman 40-60 m mendekati perairan P. Bali. Kandungan amoniak dalam perairan bertambah seiring dengan bertambahnya kedalaman.karena semakin dalam perairan kandungan oksigen terlarut semakin rendah.
Fosfat Juni 2013
Fosfat Agustus
Semnaskan_UGM / Kelautan (KL-05) - 333
Gambar 5. Distribusi amonia tiap layer kedalaman bulan April, Juni, Agustus 2013.
Silika
Secara spasial berdasarkan hasil pengukuran konsentrasi silika perairan selat Bali di bulan April berkisar antara 0,002-0,007 mg/L. Konsentrasi silika minimum berada di permukaan hingga kedalaman 20 m di bagian pertengahan selat dan di kedalaman 10-32 m ke arah timur mendekati Pulau Bali, sedangkan konsentrasi maksimum berada di kedalaman 45-60 m mendekati perairan Pulau Jawa dan 38-53 m mendekati perairan Pulau Bali. Konsentrasi silika menurun pada bulan Juni 2013 dengan kisaran 0,025-0,05 mg/L. Kadar silika bulan ini lebih terkonsentrasi pada perairan sebelah barat mendekati Pulau Jawa dengan konsentrasi minimum sebesar 0,025 mg/L berada pada kedalaman 10-100 m dan kedalaman 90-100 m di pertengahan selat, sedang konsentrasi maksimum berada di kedalaman 22-42 m (Gambar 6). Konsentrasi silika tertinggi terjadi pada bulan Agustus 2013. Profil menegak silika pada bulan Agustus memperlihatkan bahwa semakin ke arah timur menuju perairan Pulau Bali konsentrasi silika semakin menurun, dimana wilayah perairan mendekati Pulau Jawa memiliki konsentrasi tertinggi sebesar 0,1 mg/L pada kedalaman 63-75 m dan wilayah perairan Pulau Bali memiliki konsentrasi terendah sebesar 0,02-0,03 mg/L.
Kandungan silika dalam perairan seringkali dikaitkan dengan kelimpahan fitoplankton karena silika berperan dalam penyusunan dinding selnya. Kadar silika digunakan sebagai penentu tinggi rendahnya populasi phytoplankton yang berkorelasi kuat dengan khlorofil-a, sehingga bisa dikatakan silikat berkorelasi positif dengan konsentrasi klorofil-a dimana semakin tinggi kadar silikat maka kandungan klorofil semakin tinggi. Meningkatnya tebal lapisan tercampur tidak selamanya diikuti oleh peningkatan kandunganklorofil-a meskipun di daerah yang memiliki klorofil kategori tinggi relatif lebih tebal lapisan tercampurnya dibandingkandengan daerah yang berklorofil-a rendah. Hasil analisis diskriminan menunjukkan bahwa kadar silikat dan ketebalan lapisan tercampur sangat berperan besar dalam memisahkan tinggi rendahnya kandungan klorofil-a di permukaan. Hal ini disebabkan karena silika merupakan nutrien utama yang dibutuhkan oleh fitoplankton terutama dari golongan diatom untuk pembentukaan cangkangnya. Populasi fitoplankton yang pada umumnya didominasi oleh diatom (Gabric
dan Parslow, 1989; Agawin et al., 2000).
Amonia April 2013
Amonia Juni 2013
334 - Semnaskan_UGM / Wingking E. Rintaka, dkk
Konsentrasi silika yang tinggi pada bulan Agustus (Gambar 6) diikuti oleh tingginya konsentrasi klorofil di bulan tersebut. Hasil pengukuran bulan April, Juni dan Agustus menunjukkan bahwa konsentrasi silika perairan selat Bali semakin tinggi dengan bertambahnya kedalaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Effendi (2003), rendahnya konsentrasi silika di permukaan perairan disebabkan lebih banyak
organisme-organisme yang memanfaatkan silika di lapisan ini, seperti dari golongan diatom (Bacillariophyceae) yang
banyak membutuhkan silika untuk membentuk dinding selnya.
Gambar 6. Distribusi silika tiap layer kedalaman bulan April, Juni, Agutustus-Agustus 2013.
Secara umum konsentrasi nutrien perairan selat Bali di lapisan permukaan sangat kecil dan semakin bertambah dengan bertambahnya kedalaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Brown dkk. (1995) dalam Kemili (2012) bahwa nutrien bernilai minimum di permukaan, lalu bertambah secara cepat terhadap kedalaman, kemudian berkurang secara perlahan terhadap kedalaman. Nilai nutrien pada bulan Agustus memiliki kisaran konsentrasi tertinggi dibandingkan bulan April dan Juni. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan nutrien di perairan selat Bali dipengaruhi oleh musim. Seperti yang telah dijelaskan pada uraian paramater suhu dan salinitas d iatas, saat memasuki musim timur (Juni-Agustus) perairan selat
Bali mendapatkan pengaruh upwelling dari selatan Jawa dan Bali yang biasa disebut “indirect upwelling”.
Nilai suhu yang rendah dengan kandungan nutrien yang tinggi memberikan indikasi adanya upwelling.
Upwelling berperan dalam mendukung ketersediaan nutrien pada lapisan permukaan tercampur yang dihasilkan melalui proses pengangkatan massa air dalam. Nilai SST dan SSC hasil pengukuran bulan April, Juni dan Agustus 2013 seperti terlihat dalam Tabel 1 menyatakan bahwa nilai SST terendah dan SSC tertinggi ditemukan pada bulan Agustus 2013 dimana bulan tersebut masih dipengarui oleh angin muson timur. Nilai SST hasil pengukuran bulan Agustus mempunyai nilai SST paling rendah yaitu 25 °C dibandingkan bulan April (26,5-29,5 °C) dan Juni (29-30 °C). Nilai konsentrasi klorofil permukaan tertinggi
ditemukan saat bulan Agustus yaitu sebesar 2-6 mg/m3 sedangkan pada bulan Juni (1-1,5 mg/m3) dan
April (0,02-0,04 mg/m3).
Silika April
Silika Juni 2013
Silika September
Semnaskan_UGM / Kelautan (KL-05) - 335
Tabel 1. Nilai SST, SSS, SSC hasil pengukuran April, Juni, Agustus 2013.
No. Parameter April Juni Agustus
4. Amonia (mg/L) 0,001-0,105 0,021-0,152 0,019-0,262
5. Silikat (mg/L) 0,001-0,014 0,001-0,177 0,001-0,288
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan bulan April, Juni, Agustus terlihat SST turun pada bulan Agustus yang diikuti peningkatan konsentrasi nutrien dan klorofil permukaan. Pada bulan Agustus konsentrasi klorofil maksimum ditemukan di kedalaman 20 m. Peningkatan konsentrasi klorofil pada
bulan tersebut diperkirakan karena pengaruh upwelling yang terjadi di samudera Hindia selatan Jawa
Timur yang berpengaruh tidak langsung ke perairan selat Bali yang biasa disebut indirect upwelling.
Pengaruh upwelling ini, terlihat dari penambahan konsentrasi fosfat dari lapisan kedalaman.
Saran
Diperlukan pengambilan data observasi yang time-series yang bisa mewakili 4 musim yang berbeda
sehingga bisa dilihat trends kenaikan intensitas upwelling dari bulan ke bulan selama 1 tahun
berturut-turut, selain itu diperlukan pengambilan data CTD sampai dengan kedalaman lapisan termoklin.
Daftar Pustaka
Agawin, N. S. R., C. M. Duarte, S. Agustí. 2000. Nutrien and temperature control of picoplankton to
phytoplankton biomass and production. Limnologi Oceanography 45 (3): 591–600.
Burhanudin & D. Praseno. 1982. Lingkungan perairan di Selat Bali. Prosiding 2/ Seminar Perikanan
Lemuru / 82. 27 – 38 hlm
Risamasu F. J. L. & H. B. Prayitno. 2011. Kajian zat hara fosfat, nitrit, nitrat dan silikat di perairan Kepulauan Matasiri, Kalimantan Selatan. Jurnal Ilmu Kelautan Vol 16 (3): 135-142.
Gabric, A. J. & J. Parslow, 1989. Effect of physical factors on the vertical distribution of phytoplankton in
eutrophic coastal waters. Aust. J. Mar. Freshw. Res 189 (40): 559 – 569.
Hendiarti, N., S. I. Sachoemar, A. Alkatiri & B. Winarno. 1995. Pendugaan lokasi upwelling di perairan
selatan P. Jawa – Bali berdasarkan tinjauan paramater fisika oceanografi dan konsentrasi
klorofil-a. Prosiding Seminar Kelautan Nasional 1995. Panitia Pengembangan Riset dan Teknologi
Kelautan serta Industri Maritim, Jakarta. Hal. I.10 – I.19
.
Hendiarti, N., H. Siegel & T. Ohde. 2004. Investigation of different coastal processes in Indonesian waters
using SeaWiFS data. Deep-Sea Res. II (51): 85 – 97.
Hutagalung, H. P., D. Setiapermana, S. H. Riyono. 1997. Metode analisis air laut, sedimen dan biota buku 2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi, LIPI.
Priyono, B., A. Yunanto & T. Arief. 2009. Karakteristik oseanografi dalam kaitannya dengan kesuburan perairan di Selat Bali. Balai Riset dan Observasi Kelautan, Perancak, Bali.
Prézelein B. B. 1981, Light reactions in photosynthesis dalam: physiological bases of phytoplankton
336 - Semnaskan_UGM / Wingking E. Rintaka, dkk
Rintaka, W. E, et al. 2013. Variasi sebaran suhu, salinitas dan klorofil terhadap jumlah tangkapan lemuru
di Perairan Selat Bali Saat Muson Tenggara. Prosiding PIT 10: 20-31.
Susanto, R. D., A. L. Gordon & Q. Zheng, 2001. Upwelling along the coast of Java and Sumatra and its
relation to ENSO. Geophys. Res. Lett. 28 (8): 1599 – 1602.
Tomascik, T., A. J. Mah, A. Nontji & M. K, Moosa, 1997. The ecology of Indonesian Seas. The Ecology of Indonesian Series. Vol. VII. Periplus Eds. (HK) Ltd.
Tubalawony, S. 2007. Kajian klorofil-a dan nutrien serta interelasinya dengan dinamika massa air di
perairan barat Sumatera dan Selatan Jawa–Sumbawa. Penelitian Tesis, IPB.Bogor.
Wyrtki, K. 1961. Physical oceanography of the Southeast Asean Waters, Naga Rep. 2. Scripps Inst. of Oceanography La jolla, Calif.