• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERDAYAAN KELUARGA MELALUI POSDAYA BE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMBERDAYAAN KELUARGA MELALUI POSDAYA BE"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERDAYAAN KELUARGA MELALUI POSDAYA BERBASIS PERTANIAN TERPADU DENGAN KONSEP RUMAH PANGAN

LESTARI (RPL) DI KOTA BEKASI Karya Tulis Ilmiah

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mengikuti Pemilihan Mahasiswa Berprestasi 2016

Tingkat Universitas

Oleh :

Dera Anggiana Ruspandi NIM. 41185009130011

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ISLAM “45” BEKASI

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Karya Tulis : Pemberdayaan Keluarga Melalui Posdaya Berbasis Pertanian Terpadu dengan Konsep Rumah Pangan Lestari (RPL) di Kota Bekasi

2. Penulis

a. Nama lengkap : Dera Anggiana Ruspandi

b. NPM : 41185009130011

c. Jurusan : Agribisnis

d. Universitas : Universitas Islam “45” Bekasi

e. Alamat : Jl. Prambanan Raya No. 14 RT 04/ RW 10

Kel. Sepanjangjaya Kec. Rawalumbu Kota Bekasi Tlp. 087782930892

f. Alamat email : deraanggiana@gmail.com

3. Dosen Pendamping

a. Nama lengkap : Ismarani, S.Si, M.Si. b. NIP : 197405261998022001

c. Alamat rumah : Perum Taman Juanda Blok P2 No. 8 Kel. Duren Jaya Kec. Bekasi Timur Kota Bekasi

Dosen Pendamping

Ismarani, S.Si, M.Si. NIP. 197405261998022001

Bekasi, Desember 2015 Penulis

Dera Anggiana Ruspandi NPM. 41185009130011

Menyetujui,

Dekan

Ahya Kamilah, Ir, M.Si. NIK. 45101121989009

Ketua Program Studi

Ismarani, S.Si, M.Si. NIP.197405261998022001

(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabil’alamin puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis ini dengan judul “Pemberdayaan Keluarga Melalui Posdaya Berbasis Pertanian Terpadu dengan Konsep Rumah Pangan Lestari (RPL) di Kota Bekasi”. Tulisan ini disusun untuk memenuhi persyaratan mengikuti program pemilihan mahasiswa berprestasi UNISMA tahun 2016.

Karya tulis ini, mengkaji tentang peranan Posdaya dalam mendukung keluarga mandiri pangan melalui konsep Rumah Pangan Lestari, dari tulisan ini penulis bisa memahami pentingnya pergerakan komunitas atau organisasi kemasyarakatan dalam mendukung program ketahanan pangan yang pada masa ini di sangat diutamakan oleh pemerintah khususnya Kementerian Pertanian.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bantuan, bimbingan, dan saran kepada:

1. Ahya Kamilah, Ir., M.Si. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Islam 45 Bekasi.

2. Ismarani, S.Si.,M.Si. selaku Dosen Pendamping sekaligus juga Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Islam 45 Bekasi. 3. Secara khusus untuk keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan moril

maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

4. Secara khusus kepada Suciana Sofia Fadhillah yang telah memberikan motivasi sehingga penilis semangat dan akhirnya tulisan ini dapat terselesaikan.

5. Rekan-rekan serta semua orang yang telah membantu penulis dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan karya tulis ini masih jauh dari sempurna, karena penulis memiliki keterbatasan pengetahuan serta kurangnya referensi sebagai bahan acuan dalam pembuatan karya tulis ini. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan tulisan yang akan

datang. Bekasi, Desember 2015

(4)

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

RINGKASAN ... vi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penulisan ... 3

1.4. Manfaat Penulisan ... 3

BAB II. LANDASAN TEORI ... 4

2.1. Posdaya ... 4

2.2. Pemberdayaan Masyarakat... 5

2.3. Ketahanan Pangan dan Gizi ... 6

2.4. Rumah Pangan Lestari ... 7

BAB III. METODE PENELITIAN ... 9

3.1. Metode Penelitian ... 9

3.2. Metode Analisis Data ... 9

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 10

4.1. Gambaran Umum Kota Bekasi ... 12

4.2. Gambaran Umum Podaya Kota Bekasi... 13

4.3. Hubungan Antara Posdaya dan Rumah Pangan Lestari ... 12

4.4. Strategi Pemberdayaan Keluarga ... 13

4.5. Kerjasama dan Sinergi dengan Berbagai Pihak Program KMP ... 17

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 19

DAFTAR PUSTAKA ... 21

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 22

(5)

DAFTAR GAMBAR

1. Ketersediaan dan Konsumsi Pangan (Energi) Tahun 2010-2014 ... 1 2. Ketersediaan dan Konsumsi Protein Tahun 2010-2014 ... 1

(6)

RINGKASAN

Kota Bekasi merupakan kota yang memiliki penduduk yang cukup padat dengan jumlah penduduk sebesar 2.382.689, sementara lahan pertanian di kota Bekasi semakin hari semakin sempit karena dialihfungsikan sebagai lahan pemukiman dan industri, sedangkan kebutuhan akan pangan semakin meningkat. Posdaya merupakan salah satu komunitas masyarakat yang bertujuan untuk memberdayakan keluarga agar lebih produktifitas. Melalui program Keluarga Mandiri Pangan diharapkan dapat mendukung terciptanya keluarga mandiri pangan yaitu dengan memberdayakan keluarga agar bisa memanfaatkan lahan pekarangan yang sempit menjadi lahan produktif untuk menanam tanaman pangan melalui konsep Rumah Pangan Lestari (RPL).

RPL adalah rumah penduduk yang mengusahakan pekarangan secara insentif untuk dimanfaatkan dengan berbagai sumberdaya lokal yang menjamin kesinambungan penyediaan bahan pangan rumah tangga yang berkualitas dan beragam. Dengan demikian diharapkan posdaya yang bergerak sebagai wadah pemberdayaan keluarga dapat mendukung penuh program RPL ini. Kota Beakasi memiliki kurang lebih 61 posdaya yang tersebar di berbagai kecamatan, jika mampu diberdayakan secara maksimal maka diharapkan dapat membantu

mendukung sektor bidang pertanian agar keluarga dapat memenuhi kebutuhan panganya.

Pada strategi pemberdayaan keluarga untuk Rumah Pangan Lestari ada beberapa tahap yang perlu dilakukan yaitu perencanaan, pelatihan, pelaksanaan pembuatan RPL yang meliputi penyiapan lahan dan media tanam, penanaman tanaman, perawatan, dan pemanenan. Kemudian yang terakhir melakukan monitoring dan evaluasi. Kegiatan ini akan lebih berjalan jika ada dukungan dari berbagai pihak seperti pemerintah, badan usaha milik negara dan swasta, organisasi masyarakat , serta lembaga keuangan.

(7)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Ketersediaan pangan merupakan aspek penting dalam mewujudkan ketahanan pangan. Penyediaan pangan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan konsumsi pangan bagi masyarakat, rumah tangga, dan perseorangan secara berkelanjutan. Untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat dan meningkatkan kuantitas dan kualitas konsumsi pangan, diperlukan target pencapaian angka konsumsi pangan per kapita per tahun sesuai dengan angka kecukupan gizinya. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WKPG) tahun 2004 dalam Renstra Kementan 2014-2019, merekomendasikan kriteria kecukupan pangan bagi

rata-rata penduduk Indonesia yaitu kebutuhan kalori minimal 2.000 kkal perkapita/tahun, kebutuhan protein minimal 52 gram perkapita/tahun. Sementara itu, untuk ketersediaannya ditetapkan kriteria kecukupan minimal 2.200 kkal perkapita/hari untuk energi dan minimal 57 gram perkapita/hari untuk protein.

Dari data tersebut terlihat kebutuhan pangan kita masih tercukupi tapi tidak diperlihatkan apakah pangan kita sumber dari lokal atau impor dari luar. Menurut data tahun sebelumnya untuk konsumsi tanaman pangan dan hortikultura, Indonesia masih impor dari luar negeri dengan defisit yang tinggi, untuk tanaman pangan yaitu -3.3416 juta USS pada tahun 2010 dan pada tahun 2014 naik penurunanya sebesar 5.921 juta USS sedangkan hortikultura defisit

-Gambar 1. Ketersediaan dan Konsumsi Pangan (Energi) Tahun 2010-2014

Gambar 2. Ketersediaan dan

Konsumsi Protein Tahun 2010-2014

Sumber : 1) NBM (BKP, 2013

2) Susenas, BPS Tahun 2010 – 2013, diolah dan dijustifikasi BKP, Kementan) dalam Renstra Kementan 2014-2019

Ket: rekomendasi WNPG ketersediaan 2.200 dan konsumsi 2.000 kkal/ kap/hari

Sumber : 1) NBM (BKP, 2013)

2) Susenas, BPS Tahun 2010-2013, diloah dan dijustifikasi oleh BKP, Kementan, dalam Renstra Kementan 2014-2019

(8)

902 juta USS pada tahun 2010 dan -1.176 juta USS pada tahun 2014 (BPS.2014), kondisi ini menandakan bahwa pangan dalam negeri masih belum bisa mandiri.

Masalah utama yang dihadapi dalam memenuhi ketahanan pangan adalah lahan pertanian yang semakin sempit dan dialih fungsikan pada kepentingan lain sehingga mengganggu produktifitas tanaman pangan. Pekarangan rumah merupakan alternatif solusi yang bisa dikembangkan untuk lahan pertanian baik daerah kota ataupun desa. Lahan pekarangan memiliki fungsi multiguna, karena dari lahan yang relatif sempit bisa menghasilkan bahan pangan seperti sayuran, buah-buahan, bahan tanaman rempah dan obat, bahan kerajinan tangan, serta bahan pangan hewani yang berasal dari unggas, ternak kecil maupun ikan.

Manfaat lain yang diperoleh dari pengelolaan pekarangan antara lain dapat memenuhi kebutuhan konsumsi dan gizi keluarga, menghemat pengeluaran harian rumah tangga, dan memberikan tambahan pendapatan. Manfaat tersebut akan dapat diperoleh apabila pekarangan dirancang, direncanakan dan dikelola dengan baik. Potensi lahan pekarangan dapat dimanfaatkan sebagai salah satu pilar yang dapat diupayakan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan kesejahteraan keluarga, baik bagi rumah tangga di perdesaan maupun di perkotaan melalui pengembangkan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL), untuk itu diperlukan kegiatan yang berkaitan dengan intensifikasi lahan pekarangan di kota

atau desa, salah satunya yaitu Kota Bekasi yang memiliki jumlah penduduk 2.382.689 dengan luas lahan di Kota Bekasi yang diperuntukkan untuk lahan sawah hanya 2,33 persen dari luas Kota Bekasi, yaitu 491 Ha. Selebihnya merupakan lahan kering yang digunakan untuk bangunan dan halaman (15.086 Ha), Kebun (4.285 Ha) dan sedikit yang digunakan untuk kolam (69 Ha) (BPS kota Bekasi, 2014).

(9)

yang harus diberdayakan. Melalui Posdaya berbasis RPL ini diharapakan bisa menjadi fasilitas terpenuhinya kebutuhan pangan keluarga sehingga tercapainya Keluarga Mandiri Pangan (KMP).

1.2.Rumusan Masalah

Rumusan Masalah dalam karya tulis ini adalah :

1. Bagaimana gambaran umum Posdaya dan potensi lahan pekarangan di Kota Bekasi?

2. Bagaimana peranan Posdaya dalam mendukung program Rumah Pangan Lestari?

3. Bagaimana langkah-langkah penerapan konsep Posdaya berbasis Rumah Pangan Lestari di Kota Bekasi?

1.3.Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan ini adalah:

1. Menjelaskan gambaran umum Posdaya dan potensi lahan pekarangan di Kota Bekasi.

2. Mengetahui peranan Posdaya dalam mendukung program Rumah Pangan Lestari.

3. Mengetahui langkah-langkah penerapan konsep Posdaya berbasis Rumah Pangan Lestari di Kota Bekasi.

1.4.Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan ini adalah:

1. Bagi Penulis yaitu memberikan pengetahuan mengenai beberapa cara yang efektif untuk mendukung ketahanan pangan salah satunya melalui Rumah Pangan Lestari.

2. Bagi masyarakat yaitu dapat memberi pemahaman dan mampuh mengaplikasikan kegiatan Rumah Pangan Lestari dalam kehidupan sehari-hari sehingga terwudjud keluarga yang mandiri pangan.

3. Bagi Pemerintah yaitu dapat memberi gagasan program mengenai ketahanan pangan sehingga terciptanya peraturan-peraturan yang mendukung terciptanya ketahanan pangan keluarga.

(10)

BAB II

LANDASAN TEORI 2.1.Posdaya

2.1.1. Pengertian

Posdaya adalah forum silaturahmi, advokasi, komunikasi, informasi, edukasi dan sekaligus bisa dikembangkan menjadi wadah koordinasi kegiatan penguatan fungsi-fungsi keluarga secara terpadu. Selain bisa juga menjadi wadah pelayanan keluarga secara terpadu, yaitu pelayanan pengembangan keluarga secara berkelanjutan, dalam berbagai bidang, utamanya agama, pendidikan, kesehatan, wirausaha dan lingkungan hidup, sehingga keluarga secara harmonis bisa tumbuh mandiri di desanya (Haryono dan Rohadi, 2009).

Posdaya, bukan dimaksudkan untuk mengganti pelayanan sosial ekonomi kepada masyarakat berupa pelayanan terpadu di berbagai bidang seperti Posyandu, BKB, PAUD, UPPKS, pelayanan BLT, pelayanan berasmurah, atau pelayanan pembangunan lainnya. Posdaya dibangun sebagai forum untuk mengembangkan kegiatan pemberdayaan terpadu yang dinamis, yaitu pemberdayaan pembangunan untuk seluruh anggota keluarga yang dipadukan dengan saling terkait. Tujuannya adalah agar pimpinan keluarga mengetahui peran dan fungsinya yang lengkap sebagai satu kesatuan keluarga yang utuh. Akhirnya setiap kepala keluarga dan anggotanya bisa saling mengingatkan untuk melakukan pemberdayaan seluruh anggota keluarga secara mandiri.

Terpadu berarti dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pembinaan dan evaluasi program melibatkan berbagai petugas atau sukarelawan secara terkoordinasi, serasi dan dinamis, yaitu antara petugas pemerintah, organisasi sosial, dan unsur-unsur masyarakat. Penyerasian dinamis disini berarti

diperlukan adanya keserasian dalam hal memadukan kepentingan masyarakat dan kemampuan penyediaan bantuan profesional dari pemerintah dan swasta yang disediakan untuk mendukung kegiatan.

2.1.2. Tujuan Posdaya

(11)

1. Dihidupkannya dukungan sosial budaya atau social capital seperti budaya hidup gotong royong dalam masyarakat untuk saling peduli sesama anak bangsa, saling tolong menolong antar keluarga dengan keluarga lain, saling mengulurkan bantuan pemberdayaan secara terpadu atau bersama-sama memecahkan masalah kehidupan yang komplek melalui wadah atau forum yang memberi kesempatan setiap keluarga untuk saling asah, asih, dan asuh,dalam memenuhi kebutuhan membangun keluargabahagia dan sejahtera. 2. Terpeliharanya infrastruktur sosial kemasyarakatan yang terkecil dan solid,

yaitu keluarga, yang dapat menjadi perekat atau kohesi sosial, sehingga tercipta suatu kehidupan yang rukun, damai dan memiliki dinamika yang tinggi.

3. Terbentuknya lembaga sosial dengan keanggotaan dan partisipasi keluarga di desa atau kelurahan yang dinamis dan menjadi wadah atau wahana partisipasisosial, dimana setiap keluarga dapat memberi danmenerima pembaharuan yang bisa membantu proses pembangunan kehidupan keluarga dengan mulus dan sejuk.

2.2.Pemberdayaan Masyarakat 2.2.1. Pengertian

Menurut Edi Suharto (2009) mengatakan secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata 'power'

(kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya, ideu tama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan danminat mereka. llmu sosial tradisional menekankan bahwa kekuasaan berkaitan dengan pengaruh dan kontrol.

Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok

rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom),

(12)

perlukan; dan (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.

Dengan demikian, pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan keiornpok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.

2.2.2. Strategi Pemberdayaan

Pada konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan dapat di lakukan melalui tiga aras atau matra pemberdayaan (empowerment setting): mikro, mezzo, dan makro (Suharto, 2009).

1. Aras Mikro. Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis intervention. Tujuan

utamanya adalah rnembimbing atau melatih klien dalam rnenjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang berpusat pada tugas (task centered approach).

2. Aras Mezzo. Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

(13)

beberapa strategi dalam pendekatan ini. strategi sistem besar memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.

2.3. Ketahanan Pangan dan Gizi

Pada Peraturan Pemerintah UUD No 17 Tahun 2015 Pasal 1 yang dimaksud dengan:

1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan Pangan dan Gizi bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, memenuhi kecukupan Gizi, merata dan terjangkau serta tidak

bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk mewujudkan Status Gizi yang baik agar dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan;

2. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan Pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman dan; 3. Gizi adalah zat atau senyawa yang terdapat dalam pangan yang terdiri atas

karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, serat, air, dan komponen lain yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia

2.4 Rumah Pangan Lestari (RPL)

RPL adalah rumah penduduk yang mengusahakan pekarangan secara intensif untuk dimanfaatkan dengan berbagai sumberdaya lokal secara bijaksana yang menjamin kesinambungan penyediaan bahan pangan rumah tangga yang berkualitas dan beragam. Apabila RPL dikembangkan dalam skala luas, berbasis dusun (kampung), desa, atau wilayah lain yang memungkinkan, penerapan prinsip Rumah Pangan Lestari (RPL) disebut Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL).

(14)

terbuka hijau, serta mengembangkan pengolahan dan pemasaran hasil (Kementan dan SIKIB, 2012).

Prinsip dasar KRPL adalah: (i) pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan dan dirancang untuk ketahanan dan kemandirian pangan, (ii) diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal, (iii) konservasi sumberdaya genetik pangan (tanaman, ternak, ikan), dan (iv) menjaga kelestariannya melalui kebun bibit desa menuju (v) peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat (Kementan dan SIKIB, 2012).

Untuk menjaga keberlanjutan dan mendapatkan nilai ekonomi dari KRPL, pemanfaatan pekarangan diintegrasikan dengan unit pengolahan dan pemasaran produk. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya penyelamatan hasil yang melimpah dan peningkatan nilai tambah produk. Dampak yang diharapkan dari pengembangan KRPL antara lain :

1. Terpenuhinya kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan secara lestari.

2. Meningkatnya kemampuan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan pekarangan di perkotaan maupun perdesaan untuk budidaya tanaman pangan, buah, sayuran dan tanaman obat keluarga (toga), ternak dan ikan, serta pengolahan hasil dan limbah rumah tangga menjadi kompos.

3. Terjaganya kelestarian dan keberagaman sumber pangan lokal.

(15)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif yang mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi–situasi tertentu, termasuk hubungan kegiatan–kegiatan, sikap-sikap dan pandangan– pandangan, serta proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena. Nazir (1988) mengemukakan pengertian metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Data primer didapat penulis pada pengamatan langsung dan wawancara ke beberapa penggerak Posdaya Kota Bekasi. Dalam penelitian ini penulis mewawancarai ketua Posdaya Mandiri yang merupakan Posdaya perintis atau berdiri pertama di Kota Bekasi pada tahun 2008 yang beralamat di Perumahan Pondok Timur Indah 2 Jalan. Flamboyan Raya Blok F No.84 Bekasi Timur, Kelurahan Mustikasari, Kecamatan

Mustikajaya, Kota Bekasi. Data Sekunder penulis peroleh dari jurnal penelitian, buku referensi atau artikel-artikel ilmiah dan internet dari sumber yang penulis pilih.

3.2. Metode Analisis Data

(16)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Kota Bekasi

4.1.1. Kondisi Letak Geografis

Kota Bekasi terletak di bagian utara Provinsi Jawa Barat antara 106o 55o Bujur Timur dan 6o7o– 6o15o Lintang Selatan, memiliki luas wilayah 21.049 ha, dengan batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Kabupaten Bekasi

- Sebelah Selatan : Kabupaten Bogor dan Kota Depok - Sebelah Barat : Provinsi DKI Jakarta

- Sebelah Timur : Kabupaten Bekasi

Kondisi Topografi relatif datar dengan kemiringan lahan 0 - 3 % dan ketinggian tanah antara 19 meter di atas permukaan air laut. Kondisi tanah sebagian besar berupa aluvial yang merupakan endapan pantai di bagian utara kota dan tanah liat serta vulkanik di bagian selatan kota. Suhu udara Kota Bekasi cukup tinggi antara 24 - 33ºC karena terletak di dataran rendah. Kota Bekasi relatif tidak memiliki sumber daya alam. Upaya untuk menjaga keseimbangan lingkungan dengan mengendalikan secara proporsional potensi sumber daya yang ada seperti sumber daya air, baik air permukaan maupun air bawah tanah.

Disamping itu dalam rangka keseimbangan lingkungan hidup diupayakan pemanfaatan dan pemeliharaan lahan - lahan terbuka untuk ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai paru - paru kota.

4.1.2. Penduduk Kota Bekasi

(17)

(12,39%) sementara Kecamatan Bantargebang merupakan wilayah yang memiliki jumlah penduduk paling sedikit yaitu 90.023 jiwa (3,78%)

4.1.3. Kondisi Lahan Pertanian

Kota Bekasi secara administrasi terbagi atas 12 wilayah kecamatan dan 56 kelurahan. Kecamatan Mustika Jaya sebagai wilayah terluas (24,73 km2), sedangkan Kecamatan Bekasi Timur sebagai wilayah terkecil (13,49 km2). Sebagai daerah yang berbatasan langsung dengan Ibu Kota, Kota Bekasi menjadi daerah penyangga ibu kota. Hal ini berpengaruh dalam penggunaan lahan yang terdapat di Kota Bekasi. Sebagian besar lahan di Kota Bekasi digunakan untuk tempat tinggal dan usaha. Luas lahan pertanian di Kota Bekasi semakin berkurang sehingga sektor pertanian di Kota Bekasi tidak memperlihatkan kemajuannya.

Luas lahan di Kota Bekasi yang diperuntukkan untuk lahan sawah hanya 2,33 persen dari luas Kota Bekasi, yaitu 491 Ha. Selebihnya merupakan lahan kering yang digunakan untuk bangunan dan halaman (15.086 Ha), Kebun (4.285 Ha) dan sedikit yang digunakan untuk kolam (69 Ha). Menurut data laporan Kota Bekasi 2014 kondisi fisik dasar Kota Bekasi secara umum tergolong ideal untuk pengembangan berbagai kegiatan perkotaan. Parameter yang dijadikan acuan adalah :

a) Kondisi topografi kawasan yang relatif datar sehingga memungkinkan

pemanfaatan lahan kawasan secara optimal;

b) Kondisi geologi, memungkinkan optimalisasi daya dukung lahan, sehingga memberikan peluang untuk pengembangan berbagai kegiatan pembangunan fisik;

c) Kondisi hidrologi, ditunjang oleh keberadaan sungai/kali dan beberapa saluran irigasi sehingga memungkinkan aliran air permukaan (run off) diintegrasikan dengan jaringan drainase;

d) Kondisi iklim relatif tidak berpengaruh negatif terhadap pengembangan berbagai kegiatan perkotaan;

(18)

4.2. Gambaran Umum Posdaya Kota Bekasi

Kota bekasi memiliki sebanyak 61 kelompok Posdaya dari berbagai kecamatan. Posdaya Mandiri yang beralamat di Perumahan Pondok Timur Indah 2 Jalan. Flamboyan Raya Blok F No.84 Bekasi Timur, Kelurahan Mustikasari, Kecamatan Mustikajaya, Kota Bekasi, merupakan Posdaya pertama yang berdiri di kota Bekasi yaitu berdiri pada tanggal 28 oktober 2008 yang diketuai oleh Rika Susanti AR, S.T. kemudian disusul dengan terbentuknya Posdaya Delima VII Ciketing Udik yang berada di perumahan Taman Rahayu Kota Bekasi, kemudian disusul juga dengan Posdaya Kenanga Indah, Bunga Tanjung, Sakura dan lain sebagainya. Kegiatan-kegiatan Posdaya yang tersebut sama halnya dengan posdaya-posdaya lainya yaitu bergerak dibidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan kebun bergizi.

Keberpihakan pemerintah kepada Posdaya di Bekasi masih di nilai kurang, belum sepenuhnya Posdaya di Kota Bekasi didukung oleh pemerintah. Untuk beberapa Posdaya Bekasi kegiatanya lebih dominan pada bidang Ekonomi sehingga berfokus pada pembentukan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sedangkan pada bidang pertanian masih terbilang minim karena factor pengetahuan pemanfaatan lahan pekarangan yang minim. Dari gambaran masalah itu maka kegiatan pemberdayaan akan sangat berguna bagi masyarakat atau

keluarga khususnya di bidang pertanian melalui konsep RPL. 4.3. Hubungan Antara Posdaya dan Rumah Pangan Lestari

(19)

Sasaran yang dituju Posdaya dan Rumah Pangan Lestari adalah sama yaitu keluarga yang pekaranganya belum dimanfaatkan. Keluarga yang diprioritaskan adalah keluarga yang kurang mampu, keluarga yang memiliki anggota yang sedang hamil, balita, lansia, penyandang desabilitas atau sedang menderita penyakit menahun. Sehingga program ini sangat berkesinambungan antara satu dengan yang lainya.

4.4. Strategi Pemberdayaan Keluarga

Program keluarga mandiri pangan merupakan suatu program yang mengutamakan pemberdayaan keluarga yang mendorong dan menumbuh kembangkan keluarga yang mandiri pangan dengan pemanfaatan lahan pekarangan sempit menjadi produktivitas sehingga bisa ditanam berbagai macam tanaman mulai dari sayur dan buah bahkan bisa melakukan ternak, program ini mengarah pada kemitraan yang berbasis kekuatan rakyat melalui posdaya.

beberapa tahapan yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan pemberdayaan keluarga mandiri pangan adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan Pemanfaatan Lahan Pekarangan

Perencanaan (planning) menyangkut rencana kerja dan bagaimana mengerjakannya dengan hasil rencana. Fungsi perencanaan di masyarakat mandiri pangan untuk tiap posdaya dampingan dilaksanakan oleh pendamping mitra.

Rencana yang dibuat oleh pendamping mitra adalah berasal dari bahan yang diperoleh dari survei, identifikasi sasaran, dan studi kelayakan mitra (SKM).

(20)

untuk satu tahun. Kegiatan tersebut dilakukan bersama-sama dengan kelompok dan dinas instansi terkait secara partisipatif.

2. Pelatihan

Pelatihan dilakukan pada saat pelaksanaan di lapang dan diikuti oleh masing-masing perwakilan Posdaya sasaran. Jenis pelatihan yang dilakukan meliputi: (a) teknik pengelolaan lahan pekarangan secara intensif, (b) teknik budidaya tanaman pangan, buah dan sayuran, toga, (c) teknik budidaya dan usaha peternakan dan perikanan, (d) teknologi pengolahan hasil pertanian, (e) teknologi pengelolaan limbah rumah tangga, (f) manajemen pemasaran serta (g) penguatan kelembagaan masyarakat.

3. Pelaksanaan Pembuatan Rumah Pangan Lestari

Pelaksanaan (actuating) adalah aktivitas setelah rencana dimiliki, pendamping mitra (PM) harus mampu melakukan aktivitasnya berdasar atas rencana untuk mewujudkan atau realisasi rencana. Pelaksanaan pemberdayaan ini diharapkan dapat berjalan secara optimal.

a. Penyiapan Lahan dan Media Tanam

Antusiasme dan partisipasi masyarakat saat penyiapan lahan di pekarangan, media tanam, kelengkapan vertikultur, sangat menentukan keberhasilan program. Penyiapan media dan wadah tanaman menggunakan bahan baku lokal seperti

bambu, wadah dari barang/kemasan bekas pakai, dilakukan oleh warga dengan bimbingan tenaga pendamping.

b. Penanaman Tanaman

(21)

Pada sebagian pekarangan dapat ditambahkan budidaya ikan dalam kolam dan ternak unggas atau ternak lainnya. Tiap kawasan menentukan komoditas unggulan yang dapat dikembangkan secara komersial.

Tabel 1. Basis komoditas dan contoh model budidaya rumah pangan lestari menurut kelompok pekarangan perkotaan (Kementan dan SIKIB,2012)

No Kelompok Lahan Model Budidaya Basis Komoditas 1 Rumah Tipe 21

 Sayuran : Sawi, Kucai, Pakcoi, Kangkung, Bayam, Kemangi,

 Sayuran : Sawi, Kucai, Pakcoi, Kangkung, Bayam, Kemangi,

 Buah: jeruk, mangga, jambu, belimbing

(22)

tanam langsung

 Toga: Jahe, Kencur, Kunyit, Kumis Kucing, Sirih

 Sayuran: Sawi, Kucai, Pakcoi, Bayam, Kangkung, Kemangi, Caisim, Seledri, Selada Bokor  Toga: Kencur, Antana Gempur

(23)

5 Lahan terbuka

 Katuk, Kelor, Labu Kuning, DaunMangkokan, Beluntas, Daun Pandan,Sereh

 Tanaman pangan: aneka umbi, anekatalas, aneka jenis jagung

Perawatan tanaman secara rutin oleh warga dengan pemberian pupuk kandang, pemasangan ajir untuk penopang tanaman, pemeriksaan dan pengendalian hama/penyakit, dan pemeliharaan hewan ternak.

d. Pemanenan

Pemanenan dilakukan setelah tanaman atau hewan yang dibudidayakan cukup

umur sehingga layak untuk dimakan. 4. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi merupakan program yang sangat penting agar dapat menilai sejauh mana kegiatan ini memiliki efek yang nyata bagi ketahana pangan keluarga. Kegiatan ini menurut Rahmawila, dkk (2015) dilaksanakan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan, dan menilai kesesuaian kegiatan yang telah dilaksanakan dengan perencanaan. Evaluator dapat dibentuk oleh tim pelaksana bersama pendamping dan warga kelompok sasaran. Evaluator dapat juga berfungsi sebagai motivator bagi pengurus, anggota kelompok dalam meningkatkan pemahaman yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya yang tersedia di lingkungannya agar berlangsung lestari.

4.5. Kerjasama dan Sinergi dengan Berbagai Pihak Program KMP

(24)

1. Pemerintah

Pemerintah dalam hal ini adalah Pemerintah Kota Bekasi sebagai pemerintah local dalam bentuk bantuan dana ataupun dukungan penuh kegiatan dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APDB) sebagai stakeholder utama dalam proses kegaitan KMP ini. Selain itu dibantu dengan pemerintah pusat yaitu dari kementrian Pertanian baik dari bidang Penelitian dan Pengembangan serta Badan Ketahanan Pangan.

2. Badan Usaha Milik Negara dan Swasta

Peran serta badan usaha milik Negara dan swasta melalui tanggung jawab social perusahaan (Coorporate Social Responsibility) akan memberikan kontribusi yang sangat signifikan dalam membantu mendukung program KPM ini yang selama ini masih di landa masalah karana keterbatasan Biaya dan dukungan. Melalui CSR pengusaha dapat memberikan sumbanganya antara lain misalanya dengan memberikan dana penyediaan benih dan prasarana lainnya serta memberikan pelatihan-pelatihan yang dapat memberikan peningkatan kemampuan keluarga khususnya dalam bidang pertanian.

3. Organisasi Masyarakat

Berbagai organisasi masyarakat dapat turut mendukung dan mendorong masyarakat terutama yang berada disekitarnya, agar dapat menyadari manfaat

program ini dan turut membangun kekompakan dan sifat gotong royong demi peningkatan kesejahteraan masyarakat itu sendiri.

4. Lembaga Keuangan

(25)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Kota bekasi dengan Penduduk kurang lebih 2 juta orang masih memiliki kesempatan besar dalam memanfaatkan lahan pekarangan sebagai solusi alternatif memenuhi kebutuhan pangan keluarga agar keluarga bisa mandiri pangan. Disisi lain kota Bekasi didukung dengan adanya komunitas yang dapat diberdayakan salah satunya yaitu Kelompok Pos Pemberdayaan Keluarga atau Posdaya, dimana Kota Bekasi memiliki 61 Posdaya yang tersebar di seluruh kecamatan, jika seluruh Posdaya ini diberdayakan pada bidang pertanian maka diharapkan bisa membantu membangun keluarga mandiri pangan.

Kegiatan utama dalam Posdaya spesifik pada kesejahteraan keluarga melalui Program Keluarga Mandiri Pangan, maka Rumah Pangan Lestari adalah konsep yang sangat relevan dan sangat mendukung program Posdaya dan Keluarga mandiri pangan karena semuanya fokus pada pemberdayaan keluarga yang dengan memanfaatkan lahan pekarangan sebagai solusi alternatif. Beberapa tahap yang perlu diperhatikan dalam merealisasikannya antara lain: 1) Mengadakan perencanaan, 2) Pelatihan, 3) Pelaksanaan, dan 4) Monitoring dan Evaluasi. Selain langkah-langkah tersebut kegiatan ini perlu dukungan dari berbagai pihak antara

lain bekerjasama dengan pemerintah, BUMN dan Swasta, Organisasi Masyarakat, dan lembaga keuangan.

5.2. Saran

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2015. Data Statistik Kota Bekasi. Bekasi: BPS

Kementan.2014. Rencana Strategis Kementrian Pertanian 2015-2019. Jakarta: Kementrian Pertanian Indonesia.

Kementan, SIKIB. 2012. Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (RPL). Jakarta: Kementrian Pertanian Indonesia.

Kementan& Presiden RI. 2015. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2015 Tentang Ketahanan Pangan Dan Gizi. Jakarta: Kementrian Pertanian RI

Nazir, Moh.1988. Metode Penelitian. Jakarta. Ghalia Indonesia

Pemkot Bekasi. 2014. Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kota Bekasi Tahun 2014. Bekasi: Pemerintah Kota Bekasi.

Rahmawila, Fadli & Wawan. 2015. Pendampingan Masyarakat dalam

MewujudkanKetahanan Pangan MelaluiKonsep Rumah

PanganLestari (RPL). Diperoleh pada tanggal 1 Desember 2015 dari

http://artikel.dikti.go.id/index.php/PKMM/article/view/491

Suharto, E (2009). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: Refika Aditama.

Suyono, H & Haryanto, R.(2009). Buku Pedoman Pembentukan dan Pengembangan Posdaya. Jakarta: Balai Pustaka.

(27)

Lampiran 1. Data Kelompok Posdaya Kota Bekasi

No Nama Posdaya Alamat Ketua Posdaya

1 Posdaya Mandiri Perumahan Pondok Timur Indah ii jalan Jalan

4 Bunga Tanjung Jalan. Ceria Raya Kampung Cerewed Duren Jaya Rw 13

Mardiana

5 Sakura Jalan Cendrawasih V No. 24-26 Kota Baru

Nico Noya

6 Srikandi Jatiraden Kranggan Tengah Rt.001 Rw.006

9 Alamanda Komplek Depnaker B1/162 Jakasetia Bekasi Selatan

Tri Sulasih

10 Mustika Kencana BKKBN Mustika Jaya Asnani 11 Nusa Sari Kodam Mustika Jaya Sri Hariyanti 12 Aster Perum Bumi Bekasi Baru Jamilah 13 Bougenvile Jalan Jambore Raya,

Rawalumbu

Marida Joko

14 Srikandi Jalan Cendrawasih Rt 01/06 No 69 Kel.Jati Raden Kec. Jati Sampurna

Endang

15 Wijaya Kusuma Pemumnas 1 Bekasi Aisyad 16 Sakura Pondok Ungu Permai Rt.

09/ 026 NN.2 No.21

Lina

17 Beringin III Jalan Mesjid Rt.03 Rw.03 Jati Cempaka Pondok Gede

Herita

18 Dahlia Jalan Elang No.20 Rt.03 Rw.05 Jati Sampurna

Tennie

19 Tunas Kecapi Jalan Pasar Kecapi Rt.02 Rw.03 No 36 Jati Warna

(28)

23 Mawar Jalan Cendrawasih Jaya Rt. 01 Rw. 02 Kayuringin Jaya Bekasi Selatan

Wiwik

24 Alamanda Jalan Pistol 03/02 Rt.005/04 Perumahan Durenjaya Permai

Ade

25 Cermat Asih Jalan Gonin Rt.02/03 Kel. Jati Asih Kota Bekasi

Tonna

26 Kemuning Jalan Pasir Putih No.103 Rt.02/09 Kel. Sepanjang Jaya

Nuraini

27 Catelya Jalan Eboni 2 Sutini

28 Wasio Blok AG/08-Nasio Jati Mekar

32 Al Muhajirin Syaifudin

33 Ar Rahman Edin

41 Seroja Helly Kurniawati

42 Sedap Malam Karometul

43 Camar Titimastia

44 Alamanda Bambang

45 Melati Zulmailis

46 Baiturahman Hartono

47 Sariayu 7 Odah Jubaedah

48 Cempaka Susi Ambarsari

49 Teratai II Pudji Rahayu

56 Al hidayah Susi Oktaviani

57 Tulip Emor Marjasih

(29)

59 Seroja Alimih

60 Tarbiyatulibad H.Rawih

Gambar

Gambar 2. Ketersediaan dan
Tabel 1. Basis komoditas dan contoh model budidaya rumah pangan lestari

Referensi

Dokumen terkait

Jika sudah sampai pada batas ukuran (kartel jangan lepas dari benda kerja, hentikan mesin. Aturlah gerakan eretan hingga bergerak ke kanan. Jalankan mesin dan tambahlah

Akibatnya, meski yang disampaikan adalah desain tentang pembelajaran aktif, model-model pembelajaran aktif, dan segala hal tentang pembelajaran aktif, namun jika

Penelitian selanjutnya dapat mengembang- kan penelitian ini dengan membandingan tingkat efisiensi antara Bank Umum Konvensional dengan Bank Umum Syariah, BPR Konvensional

end. Menulis hello tanpa variable. Komentar digunakan untuk memberikan keterangan pada program sehingga mudah dipahami.. Simpan program 1.1. tersebut dengan nama

Disamping untuk mencapai prestasi maksimal, juga untuk mempermudah belajar teknik, mencegah terjadinya cidera dan memantapkan percaya diri (Harsono,1993: 14). Daya

pemadatan yang lebih rendah, defleksi pipa dapat melebihi batas desain 5%; namun defleksi terkontrol mungkin bukan merupakan faktor pembatas struktural untuk pipa. Untuk pemasangan

Direksi selalu mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada pemegang saham melalui RUPS. Direksi selalu menindaklanjuti setiap hasil temuan audit dan rekomendasi

Komunikasi dosen pembimbing dengan masyarakat (misalnya dalam menjembatani komunikasi antara mahasiswa dengan