• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGENDALIAN ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH SUBAK MELALUI ZONING MAP DAN ZONING TEKS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2025

Membagikan "STRATEGI PENGENDALIAN ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH SUBAK MELALUI ZONING MAP DAN ZONING TEKS"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

STRATEGI PENGENDALIAN ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH

SUBAK MELALUI ZONING MAP DAN ZONING TEKS

Indayati Lanya 1), N.Netera. Subadiyasa2), Ketut Sardiana3), dan G.P. Ratna Adi4)

1,2,3,4

Prodi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Denpasar 80232 Bali Telp: 0361_265723/0361_421573, [email protected]

ABSTRACT

Conversion of rice fields in Bali 2579 ha/year, in Denpasar 185 ha / year. Law Number 41 of 2009 and five of Government Regulation (GR), mandates the Local Government (LG) has a Regional Regulation (RR) or Rule Regent/Mayor, on the protection of agricultural land sustainable food (PALSF) as zoning text, and a spatial map in the form of zoning map. Research strategy for controlling land conversion done in 2014 Bali Province.

Iconos Satellite Imagery 2002, World View Coverage 2015 Denpasar City, and ArcGIS 10.1 software used for land use mapping, data base every village and zoning map. Ten thematic maps (watersheds, land use, irrigation, relief/slope, rainfall, spatial planning, land suitability, productivity, the distance from downtown) as a variable parameter, weighted and balanced numerically. Numerical classification agricultura land using for the overlay menu and reselek. The total value of >125 as rice need to be protected, 100-125 value for buffer zone, and values <100 can be converted. PALSF academic paper prepared in accordance with Act No. 12 of 2011.

Rice fields land conversion for 13 years (2002-2015) in Denpasar (572,76 ha), include basic area rice fields and data base every village. Numerical classification based environment obtained Zoning map.

A period of 50 years into the future, Rice fields which needs to be protected 872,83 ha, buffer area 984,77 ha, and can be converted 499.81 ha. PALSF academic studies (zoning text) resulted in 18 Chapters and 77 Articles. Zoning Text equipped zoning map facilitate planning, implementation, monitoring and evaluation PALSF.

Keyword: Conversion of fields, zoning map, zoning text,protected rice fields,buffer rice fields, conversion rice fields.

ABSTRAK

Alih fungsi lahan sawah di Bali 2579 ha/tahun, di Kota Denpasar 185 ha/tahun. Undang-Undang (UU) Nomor 41 tahun 2009 dan lima Peraturan Pemerintah (PP), mengamanatkan Pemerintah Daerah (Pemda) memiliki Peraturan Daerah (Perda) atau Peraturan Bupati/Walikota, tentang perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan (PLP2B) sebagai zoning teks, dan peta spasial berupa zoning map.

Penelitian stategi pengendalian alih fungsi lahan untuk Provinsi Bali dilakukan tahun 2014.

Citra Satelit Iconos 2002, World View Liputan tahun 2015 Kota Denpasar, dan perangkat lunak ArcGIS 10.1 digunakan untuk pemetaan alih fungsi lahan pertanian/sawah, data base, dan zoning map.

Sepuluh peta tematik (daerah aliran sungai, penggunaan lahan, irigasi, relief/lereng, curah hujan, tinggi tempat, RTRW, kesesuaian lahan, produktivitas dan jarak dari pusat kota) sebagai parameter peubah, dibobot dan di skor secara numerik. Klasifikasi numerik zonasi lahan pertanian menggunakan menu overlay dan reselek. Nilai total > 125 sebagai sawah yang perlu dilindungi, nilai 100-125 sawah penyangga, dan nilai < 100 sawah dapat dikonversi. Naskah akademik PLP2B mengacu UU Nomor 12 tahun 2011.

Alih fungsi lahan sawah selama 13 tahun (2002-2015) di Kota Denpasar (572,76 ha), dilengkapi luas baku sawah tahun 2015 dan data base sawah setiap Desa, Klasifikasi numerik berbasis lingkungan diperoleh data dan informasi spasial (Zoning map). Jangka waktu 50 tahun ke depan, sawah yang perlu dilindungi 872,83 ha, sebagai penyangga 984,77 ha, dan dapat dikonversi 499.81 ha. Kajian akademik PLP2B (zoning teks) menghasilkan 18 Bab dan 77 Pasal. Zoning Teks dilengkapi zoning map memudahkan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi PLP2B.

Kata Kunci: alih fungsi lahan, zoning map, zoning teks, sawah lindung, sawah penyangga, sawah konversi.

(2)

2 I. PENDAHULUAN.

Penelitian zoning map dan zoning teks merupakan penelitian lanjutan, bagian dari penelitian Strategi Penentuan dan Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Dalam Antisipasi Dan Penanggulangan Dampak Negatif Pariwisata Di Bali. Sebagai implementasi dari Penelitian Prioritas Nasional Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (Perprinas MP3EI 2011-2025) Sumber dana dari DIPA Universitas Udayana, Nomor SP DIPA:

023.04.1. 673453/2015 tertanggal 14 Nopember 2014.

Badan Pusat Statistik (BPS) Nasional tahun 2010 merilis dimedia masa: alih fungsi lahan pertanian ke non-pertanian seluas 110.000 ha/tahun. Berdampak menggoyahkan ketahanan pangan nasional. Penduduk Indonesia hasil sensus penduduk BPS, 2010 sebanyak 238 juta jiwa.

Indonesia telah mengalami defisit pangan. Hasil penelitian di Bali, memperoleh data dalam 10 tahun terakhir terjadi pengurangan lahan sawah 800 ha/tahun (Lanya, dkk 2014). Penelitian selanjutnya terjadi alih fungsi lahan 4734 ha (68, 61 ha/tahun) di Kota Denpasar. Data menunjukkan alih fungsi lahan sebagi dampak negatif keberhasilan pembangunan pariwisata dan sarana prasarana penunjangnya.

Subak disepakati sebagai kearifan lokal masyarakat Bali, diakui secara nasional dan sebagai warisan budaya dunia (UNESCO, 2011). Seiring dengan kemajuan di sektor pariwisata dan perkembangan penduduk di daerah perkotaan, terjadi konflik kepentingan penggunaan sumber daya air. Semula mata air sebagai sumber air irigasi, telah banyak berubah fungsi untuk kebutuhan rumah tangga, dan pariwisata berdampak pada kurangnya air irigasi dan alih fungsi lahan sawah.

Solusinya Pemda Bali, khususnya Kota Denpasar perlu menyusun produk hukum, baik dalam bentuk Peraturan Daerah (Perda), maupun Peraturan Walikota yang terkait dengan pengendalian alih fungsi lahan dan PLP2B. Penyusunan zoning map diperlukan analisis data spasial kondisi fisik dan lingkungan, untuk menentukan lahan subak mana saja yang perlu dilindungi/ dilenstarikan, lahan subak sebagai penyangga atau konversi terbatas, dan lahan subak yang dapat dikonversi diperlukan data yang akurat, salah satunya menggunakan citra satelit resolusi tinggi. Penyusunan Perda atau Peraturan Walikota, telah diamanatkan oleh UU 41 tahun 2009, Peraturan Pemerintah (PP) dan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan), terlait PLP2B.

Hasil penelitian sebelumnya Stategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan (Lanya. dkk, 2014), analisis citra satelit Quich Bird 2002, citra satelit Aster tahun 2013, dan citra satelit Landsat 8 tahun 2012 diperoleh data alih funggsi lahan sawah di Provinsi Bali. Pada tahun 2002 luas lahan sawah 108.336,9942 ha, berubah menjadi tegalan seluas 3.530,3569 Ha dan menjadi penggunaan lainnya 24.839,4552 Ha, sehingga luas sawah tahun 2013 hanya 79,967,1821 Ha. Tingkat ketelitian analisis citra saatelit 98% dari 81,165 ha (BPS Provinsi Bali, 2013). Hasil kajian akademik terkait dengan PLP2B telah disampaikan ke Bappeda dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali. Pada tahun ini Dewan Perwakilan Provinsi Bali membahas Rancangan Perda tentang PLP2B Provinsi Bali.

Berdasarkan hal tersebut di atas, diperlukan kelanjutan penelitian di tingkat Kabupaten/kota untuk membuat zoning map dan zoning teks terkait dengan PLP2B. Klasifikasi perwilayahan lahan sawah [dilindungi, sebagai penyangga (konversi terbatas), dan dapat dikonversi], dan zoning teksnya sesuai dengan persyaratan yang termuat dalam UU dan PP.

II. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) monitoring penggunaan lahan, (2) membuat peta zonasi lahan sawah (zoning map) melalui klasifikasi numerik berbasis remote sensing dan GIS ( ,(4) kriteria pengelolaan lahan subak pada masing-masing zone kawasan (lestari/ lindung, penyangga, dan terkonversi), dan (5) menyusun kajian akademik Perlindungan Lahan pertanian Pangan berkelanjutan.

(3)

3 III. BAHAN DAN METODE

Lokasi penelitian di Kota Denpasar, bentuk wilayah datar–melandai, curah hujan antara 1000-1750 mm/tahun, penduduk 788.589 jiwa dan luas lahan sawah 2506 ha pada tahun 2013.

Bahan yang digunakan melitputi: peta topografi, peta Rupabumi (Bakosurtanal, 2002) untuk analisis: daerah aliran sungai, tinggi tempat, relief jarak dari pusat kota, dan saluran irigasi. Peta- peta tematik (kesesuaian lahan, peta curah hujan, peta produksi padi, jarak dari pusat kota) dan peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Denpasar 2011-2031. Citra satelit: Iconos 2002, World View Kota Denpasar Liputan tahun 2015. Teknologi remote sensing digunakan untuk pembuatan peta spasial penggunaan lahan, Data statistik (BPS Kota Denpasar 1996-2013), data pertanian (Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2014). Alat penelitian ini berupa seperangkap komputer dengan program ArcGIS 10.1, digunakan untuk digitasi dan analisis peta-peta tematik.

Metode yang digunakan meliputi: (1) interpretasi citra satelit untuk pemetaan penggunaan lahan, (2) survei lapang, (3) pemetaan digital peta-peta tematik berbasis GIS, (4) klasifikasi numerik lahan sawah, dilakukan melalui pembobotan dan pensekoran masing-masing parameter untuk mendapatkan zoning map menggunakan program ArcGIS 10.1 dengan menggunakan metode overlay, intersect dan query analysis, (5) penyusunan kriteria klasifikasi lahan sawah (lestari, penyangga dan dapat dikonversi). Klasifikasi numerik dari 10 parameter dan tahapan operasional prosedur pengoperasian AcrGIS 10.1.

Kajian akademik (zoning teks) dilakukan sesuia dengan UU nomor 12 tahun 2011, dan mengacu pada hasil penelitian sebelumnya untuk Provinsi. Terbatasnya halaman yang diperbolehkan maka dalam makalah ini hanya memuat Bab dan pasal-pasalnya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Alih Fungsi Lahan dan Persediaan Pangan Kota Denpasar

Hasil Analisis citra satelit Iconos 2002 dan Word View Liputan tahun 2015 diperoleh data alih funggsi lahan sawah di Kota Denpasar dalam Tabel 1. Lahan sawah tahun 2002 seluas 2.784,24 ha, tahun 2015 diperoleh luas sawah 2.211,48 ha, mengalami alih fungsi menjadi lahan terbangun 572,76 ha dalam kurun waktu 13 tahun (44,06 ha/tahun); Tertinggi di Kecamatan Denpasar Selatan (219,4 ha), diikuti Denpasar Barat (156,62ha), Denpasar Timur (105,62 ha ) dan terendah di Denpasar Utara (91,12 ha). Daerah Denpasar Selatan, Denpasar Barat, dan Denpasar Timur berbatasan dengan pusat-pusat, yaitu: Kuta, Sanur dan Akses ke Nusa Dua. Sedangkan Denpasar Utara merupakan daerah hulu yang sebagain besar sawahnya sebagai Ruang terbuka Hijau Kota (RTHK) dalam RTRW Kota Denpasar 2011-2031. Data proyeksi lahan sawah berdasarkan alih fungsi lahan sangat berguna untuk menganalisis zoning map PLP2B sampai dengan tahun 2050.

Luas sawah tahun 1976-2012 disajikan dalam Gambar 1, menunjukkan data alih fungsi lahan tertinggi di Kecamatan Denpasar Selatan (1387 ha), sejalan dengan data hasiul analisis citra satelit tahun 2002 dan 2015. Daerah ini berbatasan langsung dengan pusat pariwisata Sanur dan Kuta. Proyeksi luas lahan sawah, persediaan pangan, jumlah penduduk dan kebutuhan pangan tahun 2015-2050 dalam Gambar 3 sawah pada tahun 2050 hanya 1503 ha (96,13%) dari 1563,52 ha dialokasi untuk RTHK sawah dalam RTRW Kota Denpasar 2011-2031.

Alih fungsi lahan yang tinggi terjadi pada tahun 1997–2000 sebelum terjadi Bom Bali dan setelah terjadi peristiwa kerusuhan di Jakarta. Tahun 2002-2007 alih fungsi lahan sawah mendatar akibat adanya bom Bali tahun 2002 dan 2005. Dampak bom Bali sangat berpengaruh terhadap alih fungsi lahan, masa tersebut menandakan pariwisata belum pulih. Tahun 2007–2012 luas lahan sawah menurun lebih curam di banding tahun-tahun sebelumnya, pada masa ini pariwisata sudah pulih. Denpasar tidak mempunyai RTRW dari tahun 2005–awal 011. Denpasar telah kehilangan lima subak (Sanglah, Tegal Injung, Buluh, Tunggulaji, TegalInjung) dan potensi kehilangan tujuh subak (Yangbatu, Serogsogan, Peraupan Barat, Ubung, Petangan, dan Kedaton) yang ditetapkan sebagai kawasan budidaya non-pertanian dan luasnya < 5 ha.

(4)

4 Tabel 1. Perubahan Pengunaan Lahan Kota Denpasar Tahun 2002 dengan 2015

Citra Satelit Iconos Tahun2002 Citra Satelit World View Liputan 2015

Penggunaan lahan Sawah (ha) Penggunaan lainnya (ha) Jumlah (Ha)

1 2 3 4

Sawah 2.211,48 572,76 2.784,24

Penggunaan lainnya 9.822,95 9.822,95

Jumlah 2.211,48 10.395,70 12.607,19

Sumber data: Peta Topografi tahun 1943, Dinas Kebudayaan provinsi bali dan BPS Kota Denpasar Gambar 1. Luas Subak di Masing-masing Kecamatan Kota Denpasar Pada Tahun 1943-2012

Data tersebut menunjukkan kemajuan pariwisata berdampak negatif terhadap terhadap alih fungsi lahan sawah di Kota Denpasar. Adanya RTRW Kota Denpasar 2011–2031 diharapkan dapat mengendalikan alih fungsi lahan. Hasil analisis Citra Satelit 2015, sawah yang dialokasikan untuk RTHK telah terjadi alih fungsi lahan, terutama di kawasan Denpasar Selatan. Untuk mengantisipasi alih fungsi lahan lebih lanjut dan pelestarian lahan subak sebagai warisan budaya diperlukan Peratuiran Daerah (Perda) Perlindungan Lahan Subak Sebagai Kawasan PLP2B, dan dituangkan dalam Rencana Detil tata Ruang (RDTR).

Dampak alih fungsi lahan ini sangat berpengaruh terhadap persediaan pangan di Kota Denpasar. Hasil analisis proyeksi luas lahan sawah, proyeksi penduduk, persediaan pangan dan kebutuhan pangan tahun 2020, 2030, 2040 dan 2050 disajikan dalam Gambar 2. Gambar tersebut menunjukkan data dan grafik hubungan antara proyeksi pernduduk, kebutuhan pangan luas lahan sawah dan persediaan pangan pada tahun 2020-2050. Data dan grafik dalam Gambar 2, menunjukkan bahwa luas sawah dan persediaan pangan semakin menurun menurut deret hitung, berbanding terbalik dengan pertumbuhan penduduk dan kebutuhan pangan semakin meningkat mengikuti deret ukur.

Tingginya alih fungsi lahan di perbatasan kawan pusat-pusat pariwisata (Kuta dan Sanur) menunjukkan bahwa kemajuan pariwisata berdampak negatif terhadap keberadaan lahan pertanian pangan, khusunya di Denpasar berupa lahan sawah subak. Untuk itu diperlukan payung hukum sesuai dengan yang mampu melindungi lahan sawah subak dan untuk mengantisipasi dampak negatif pariwisata. Penentuan kawasan sawah subak yang perlu dilindungi didasarkan pada kondisi fisik dan lingkungan dan berbasis pada kelestarian sumberdaya lahan pertanian dan

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000

1943 1976 1996 2000 2002 2004 2005 2006 2007 2012

Denpasar Utara (ha) 1977 1672 1454 870 844 788 772 772 772 722

Denpasar Timur (ha) 1811 1519 1344 755 751 749 731 726 726 694

Denpasar Selatan (ha) 2192 2185 2085 1026 1038 955 955 935 935 805

Denpasar Barat (ha) 1231 1211 896 399 384 309 299 284 278 256

Kota Denpasar (ha) 7211 6587 5779 3050 3017 2801 2757 2717 2711 2477

Luas (ha)

Tahun

Luas Sawah Tahun 1976-2012 di Kota Denpasar

(5)

5

Gambar 2. Proyeksi Luas Lahan sawah, Persediaan Pangan, Jumlah Penduduk dan Kebutuhan Pangan tahun 2020, 2030, 2040, 2050 di Kota Denpasar

3.2 Klasifikasi Numerik (Zoning Map) PLP2B

Hasil kalsifikasi numerik menggunakan ArcGIS 10.1 overlay 10 peta tematik yang telah dibobot dan di skor sebagai parameter sesuai dengan peranannya dalam kelestaria sumberdaya lahan pertanian berbasis lingkungan, dengan menggunakan menu intersect dan query analysis, dihasilkan peta zonasi lahan sawah subak (zoning map) lestari, penyangga (konversi terbatas) dan dapat dikonversi seperti Gambar 3. Berdasakan Gambar 3, sawah yang perlu dilindungi di Kota Denpasar sampai dengan tahun 2050 seluas 872,83 ha. Sawah sebagai penyangga (perlindungan terbatas 984,77 ha), dan sawah yang dapat dikonversi 499,81 ha. Sawah yang perlu dilindungi dan perlindungan terbatas (penyanggah) sampai dengan tahun 2050 seluas 1857,6 ha. Dalam RTRW ditetapkan kawasan RTHK sawah seluas 1563,52 ha yang perlu dilindungi sampai dengan tahun 2031. Dengan kata lain hasil kalsifikasi numerik di daerah perkotaan dapat membantu untuk menetapkan RTHK sawah yang perlu dilindungi untuk masa 20 mendatang (satu kali RPJP) adalah lahan sawah yang perlu dilindungi dan perlindungan terbatas. Untuk waktu 40 tahun ke depan (dua kali RPJP) lahan sawah sebagai RTHK. Ini terlihat pada Gambar 3, yang mencerminkan perbandingan antara RTHK dalam RTRW 2011-2031 dan hasil klasifikasi numerik dari 10 parameter ysng berbasis teknologi GIS.

Kawasan sawah lindung, Nilai total ≥ 125 dari 10 parameter, seluas 872,83 ha. Terdapat hulu Kota Denpasar, sebagai daerah resapan air, tangkapan hujan, dan menjaga keseimbangan ekosistem perkotaan. Menyebar di Denpasar Timur, Selatan dan sebagian kecil di Denpasar Barat.

Sawah lindung sebagai RTHK, air irigasi teknis, letaknya > 5 km dari pusat kota. Penyebarannya di Denpasar Utara lima Subak (Kedua, Lungatad, Pakel I, Pakel II, dan subak Sembung), Denpasar Timur delapan subak (Poh Manis, Anggabaya, Umalayu, Paang, Taman Saba), Denpasar Selatan 10 subak (Sanur, Intaran Barat, Intaran Timur, Renon, Panjer, Sesetan, Sidakarya, Kerdung, Cuculan, Kepaon). Denpasar Barat lima subak ( Margaya, Tegal Buah, Tegal Lantang, Lange dan Tegal Buah). Keberadaannya, diperlukan Perda atau dimasukkan ke dalam revisi Perda RTRW dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR). Denpasar sudah mengalami defisit pangan sejak tahun 2013 sebanyak - 70.279.38 ton beras, tahun 2020 defisit pangan -137.124 beras dan tahun 2050 devisit-275.555,20 ton beras dengan asumsi luas lahan sawah. Kondisi riil banyak lahan sawah yang hanya satu kali tanam akibat kekurangan air irigasi dimusim kemarau.

0 500 1000 1500 2000 2500

2020 2030 2040 2050

Penduduk x 1000 jiwa 1054.794 1321.005 1584 2119.629 Kebutuhan Pangan (x100 ton) 1107.534 1387.055 1663.2 2225.61

Luas lahan sawah (ha) 2300 2078 1791 1503

Persediaan pangan (x 10 ton) 747.5 675.535 582.075 488.475

Jumlah

Tahun

Grafik Proyeksi Penduduk , Kebutuhan Pangan, Luas sawah dan Persediaan Pangan

di Kota Denpasar

(6)

6 Perbandingan antara RTHK dengan PLP2B berbasis lLngkungan

Peta RTHK Kota Denpasar Peta Zonasi Sawah (zoning map ) sd 2050

Gambar 3. Peta Ruang terbuka Hijau Kota (RTHK) dan Peta Hasil Klasifikasi Numerik Zoning Map PLP2B KoTa Denpasar.

Subak konversi terbatas /penyangga. Total nilai antara 100-125, luasnya 984,77 ha.

Lokasinya terdapat < 5 km dari pusat kota dan pelayanan pemerintahan. Keberadaannya sesuai dengan RTRW sebagai kawasan budidaya pertanian (tanaman pangan, hortikultura). Sistem pertanian terpadu, dan/atau usahatani on-farm dan off-farm, keringan pajak dan subsidi sarana produksi, dan melanggar dikenakan sanksi. Diperlukan Peraturan daerah (Perda) sesuai dengan amanat.Undan-undang No. 41 Tahun 2009. Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Tanaman Pangan Berkelanjutan (PLP2B) , Peraturan Pemerintah (PP) 15/2010 tentang Pengelenggaraan Penataan Ruang, PP 1/2011 Tentang Penetapan dan Fungsi LP2B, PP 12/2012 tentang Insentif dan Disinsentif PLP2B, PP 25/2012 tentang Sistem Informasi PLP2B, PP 30/2012 tentang Pembiayaan PLP2B, Perda No 27 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar 2011-2031, dan Permentan 07/Permentan/OT,140/2/2012 tentang Pedoman Teknis Kriteria dan Persyaratan Kawasan, Lahan, dan Lahan Cadangan Pertanian Tanaman Pangan Berkelanjutan. Alih fungsi hanya untuk kepentingan umum sehingga perlu izin pembatasan alih fungsi menurut PP1/2011. Alih fungsi harus sesuai dengan RDTR, zonasinya, dan peraturan perundangan yang berlaku.

Subak konversi. Total nilai < 100, seluas 499,81 ha, terdapat dalam RTRW dan RDTR kawasan budidaya non pertanian, hanya dibolehkan pada radius <2,5 km dari pusat kota, radius 500 m dari pusat ibukota kecamatan, dan radius 100 m dari as kiri kanan jalan provinsi.

Pengelolaan peta zonasi kawasan lahan pertanian tanaman pangan. Alih fungsi dilaksanakan melalui perizinan perubahan penggunaan lahan, berdasarkan pertimbangan teknis perencanaan penggunaan lahan dan peraturan yang berlaku.

(7)

7 3.3. Kajian Akademik PLP2B (Zoning Teks)

Kajian akademik PLP2B (zoning teks) menghasilkan Draf Rancangan Peraturan Daerah Perlindungan Lahan Sawah Subak yang terdiri dari 18 Bab dan 77 Pasal. Zoning Teks dilengkapi zoning map memudahkan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi PLP2B. BAB I Ketentuan Umum terdiri dari satu pasal); BAB II Asas, Tujuan, dan Ruang Lingkup (Pasal 2- Pasal 5); BAB III Perencanaan dan Penetapan (Pasal 6-Pasal 24); BAB IV Pengembangan ( Pasal 25-Pasal 27); BAB V Penelitian (Pasal 28-Pasal 30); BAB VI Pemanfaatan (Pasal 31-Pasal 32);

BAB VII Pembinaan (Pasal 33); BAB VIII Pengendalian Bagian Kesatu (Pasal 34-Pasal 35), Bagian Kedua Insentif dan Intensif (Pasal 36-Pasal 41), Bagian Ketiga Alih Fungsi (Pasal 42- Pasal 51); BAB IX Pengawasan (Pasal 52-Pasal 55); BAB X Sistem Informasi (Pasal 56-Pasal 58); BAB XI Perlindungan dan Pemberdayaan Masuyarakat (Pasal 59-Pasal 64); BAB XII Pembiayaan (Pasal 64); BAB XIII Peran Serta Masyarakat (Pasal 65-Pasal 66); BAB XIV Sanksi dan Administratif (Pasal 67-Pasal 68); BAB XV Penyidikan (Pasal 69); BAB XVI Ketentuan Pidana (Pasal 70-Pasal 72); BAB XVII Ketentuan Peralihan (Pasal 73); BAB XVIII Ketentuan Penutup (Pasal 74-Pasal 75). Terbatasnya halaman yang disyaratkan dalam Seminar ini, Hasil kajian akademik dicantumkan dalam laporan akhir penelitian penelitian dengan judul” Strategi Penentuan dan Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Dalam Antisipasi Dan Penanggulangan Dampak Negatif Pariwisata Di Bali”.

V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Alih fungsi Lahan sawah hasil analisis citra satelit Iconos 2002, dan Citra World View liputan tahun 2015 Kota Denpasar seluas 572,76 ha (44,06 ha/tahun). Luas sawah 2.784,24 ha pada tahun 2002, berubah menjadi penggunaan lainnya 572,76 ha, sawah tahun 2015 hanya seluas 2.211,48 ha. Tertinggi di Kecamatan Denpasar Selatan (219,4 ha), diikuti Denpasar Barat (156,62ha), Denpasar Timur (105,62 ha), terendah Denpasar Utara (91,12 ha). Tingginya alih fungsi lahan di Denpasar Selatan, Barat dan Timur sebagai dampak negatif dari berkembangnya pariwisata di kawasan Kuta dan Sanur.

Denpasar telah kehilangan lima subak dan potensi kehilangan tujuh subak. Terjadi defisit pangan tahun 2013 sebanyak -70.279,38 ton beras, tahun 2020 defisit pangan -137.124 ton beras dan tahun 2050 defisit -275.555,20 ton beras. Sebagai warisan budaya, lahan subak perlu dilindungi.

Klasifikasi numerik dan pemetaan zonasi sawah berbasis sumberdaya lahan berkelanjutan (zoning map) dengan menggunakan teknologi remote sensing dan GIS dari dari 10 parameter di Kota Denpasar sampai dengan tahun 2050 dengan nilai total >125 sebagai kelas lahan sawah yang perlu dilindungi /dilestarikan seluas 872,83 ha; Total nilai antara 100-125 sebagai kelas lahan sawah penyangga/ konversi terbatas seluas 984,77 ha, dan total nilai < kurang 100 sebagai kelas lahan sawah dapat dikonversi seluas 499,81 ha untuk persediaan pembangunan non-pertanian di perkotaan.

Sawah lindung terdapat di wilayah hulu (Denpasar Utara dan Timur), beririgasi teknis, sangat sesuai dengan kawasan RTHK dan kawasan budidaya pertanian, relief melandai, kesesuaian lahan agroekosistem sesuai, indeks panen lebih dari 2 kali, produksi lebih dari 5 ton /ha /panen, jarak dari pusat kota lebih dari 5 km. Lahan sawah sebagai kelas penyangga dan dapat dikonversi, masing-masing berada pada jarak 2,5 – 5 km dan < 2,5 km dari pusat.

Kajian Akademik Pengendalian Alih Fungsi Lahan dan perlindungan lahan sawah subak sebagai kawasan LP2B, menghasilkan Draf Rancangan Peraturan Daerah Perlindungan Lahan Sawah Subak yang terdiri dari 18 Bab dan 77 Pasal.

(8)

8 Saran:

Tersedianya teknologi klasifikasi dan pemetaan zonasi (zoning map) PLP2B (lahan sawah subak) berbasis kondisi fisik lahan pertanian dan kelestarian lingkungan, dengan menggunakan teknolohi remote sensing dan GIS dapat membantu Pemda dalam menyusun zoning map PLP2B.

Peta zoning map dan zoning teks berupa hasil kajian akademik diharapkan dapat dimanfaatkan oleh Permda sebagai acuan dalam menyusun Perda tentang pengendalian alih fungsi lahan, perlindungan lahan sawah subak sebagai kawasan LP2B, dan dalam merefisi RTRW 2011-2031 setiap lima tahun sekali dan/ atau menyusun RTRW tahun 2032-2052.

UCAPAN TERIMAKASIH

Dalam pelaksanaan penelitian tahap pertama dan kedua, banyak pihak yang telah membantu, oleh karena itu pada kesempatan ini mengucapkan terimakasih dan penghargaan khusus kami sampaikan kepada: Rektor dan Ketua Lembaga Penelitian Universitas Udayana, atas persetujuan dan pengarahan dalam penelitian ini; Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana, atas persetujuan dan bantuannya dalam pelaksanaan penelitian; Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan atas bantuan data dan informasi yang diberikan, serta pihak-pihak lain terkait yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Denpasar. 1996-2013. Denpasar Dalam Angka. BPS Kota Denpasar. Denpasar.

Pemerintah Kota Denpasar. 2011. Peraturan Daerah No. 27 tahun 2011 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar 2011-2031. Pemerintah Kota Denpasar. Denpasar

Lanya Indayati, N. Netera Subadiyasa, Ketut Sardiana, Gst Putu Ratna Adi (2014).

Numerical clasification , Subak zoning and land transfer function rice field in Province of Bali on Remote Sensing and GIS. Procedia Enverimental Sciences. Vol. 24 2015 . ISSN 1878-0292 , pp 47-55.

Subadiyasa, N.N, Indayati Lanya. K, Sardiana, 2010. Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Subak Berbasisi Masyarakat dan Upaya Peningkatan Produktivitas Lahan di Kabupaten Tabanan. aporan Penelitian Hibah Unggulan Stategia Nasional, Lembaga Penelitian Universitas Udayana, Bukit Jimbaran.

Undan-undang No. 41 Tahun 2009. Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Tanaman Pangan Berkelanjutan. Penelusuran internet. http://www google.com/

Peraturan Pemerintah No, 15 tahun 2010 tentang Pengelenggaraan Penataan Ruang, Penelusuran Internet http://www google.com

Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2011. Tentang Penetapan dan Fungsi Lahan

Pertanaian pangan Berkelanjutan. Penelusuran internet.http://www. Google.com/

Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 2012 tentang Insentif dan Disinsentif Perlindungan Lahan Pertanian Tanaman Pangan Berkelanjutan. Penelusuran internet. http://www google.com/

Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2012 tentang Sistem Informasi Perlindungan Lahan Pertanian Tanaman Pangan Berkelanjutan. Penelusuran internet. http://www google.com/

Peraturan Pemerintah No. 30 tahun 2012 tentang Pembiayaan Perlindungan Lahan

Pertanian Tanaman Pangan Berkelanjutan. Penelusuran internet. http://www google.com/

Perda No 27 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar 2011-2031.

Pemerintah Kota Denpasar. Denpasar.

Permentan 07/Permentan/OT,140/2/2012 tentang Pedoman Teknis Kriteria dan Persyaratan Kawasan, Lahan, dan Lahan Cadangan Pertanian Tanaman Pangan Berkelanjutan.

Penelusuran internet. http://www google.com/

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui laju alih fungsi lahan yang terjadi didaerah penelitian, untuk mengetahui proyeksi luas lahan sawah dan produksi padi di

Penelitian bertujuan menganalisis kebijakan pembangunan khususnya pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang mengarah kepada terjadinya alih fungsi lahan sawah

dalam penelitian ini, diantaranya adalah mengetahui besar alih fungsi lahan pertanian sawah dan faktor yang mempengaruhinya, mengetahui keterse- diaan pangan, dan mengetahui

dalam penelitian ini, diantaranya adalah mengetahui besar alih fungsi lahan pertanian sawah dan faktor yang mempengaruhinya, mengetahui keterse- diaan pangan, dan mengetahui

dalam penelitian ini, diantaranya adalah mengetahui besar alih fungsi lahan pertanian sawah dan faktor yang mempengaruhinya, mengetahui keterse- diaan pangan, dan mengetahui

Maka terdapat 10 (sepuluh) strategi mitigasi dari dampak alih fungsi lahan padi sawah di Kecamatan Setia Janji, Kabupaten Asahan dimana yang terutama yaitu