Nama : Diva Renata Sulaiman NIM : 40030624620025
Program Studi : Perencaan Tata Ruang dan Pertanahan Kelas : D - 2024
Mata Kuliah : Teknologi Informasi
Penataan Ruang untuk Mengoptimalkan Ruang Mikro di Kawasan Urban
Urbanisasi yang pesat menimbulkan tantangan besar dalam penggunaan lahan di kawasan urban.Ketika jumlah penduduk terus bertambah, ruang terbuka publik menjadi semakin langka, dan sering kali lahan-lahan yang tidak terpakai atau tidak teroptimalkan terabaikan.
Salah satu solusi yang dapat diterapkan dalam menghadapi tantangan ini adalah optimalisasi ruang mikro, yaitu ruang kecil yang biasanya tidak dimanfaatkan secara maksimal. Dengan semakin terbatasnya lahan, pemerintah dan perencana kota harus berpikir kreatif dalam memanfaatkan ruang yang tersedia. Jika ditata dengan baik, ruang mikro di kawasan urban bisa menjadi soulusi serta menjawab tantangan mobilitas dan lingkungan di kota besar.
Salah satu pendekatan terbaik untuk mengoptimalkan ruang mikro adalah penggunaan lahan multifungsi. Dengan menggabungkan berbagai fungsi seperti hunian, komersial, dan rekreasi dalam satu ruang, efisiensi lahan dapat meningkat.Menurut Gehl (2010), pendekatan ini memungkinkan setiap meter persegi ruang digunakan secara optimal. Contohnya, gedung- gedung di pusat kota yang mengintegrasikan pusat perbelanjaan di lantai dasar, apartemen di lantai atas, dan taman atap sebagai area rekreasi. Hal ini tidak hanya mengurangi kebutuhan lahan baru namun juga meminimalkan jarak tempuh masyarakat dalam mengakses kebutuhan sehari-hari.
Selain pemanfaatan multifungsi, penataan ruang mikro juga perlu mempertimbangkan pentingnya ruang hijau di kawasan perkotaan.Meskipun ukurannya kecil, seperti taman kota, kebun di atap gedung,atau bahkan pot-pot tanaman di sepanjang trotoar, keberadaan ruang hijau ini tidak hanya mempercantik tampilan kota, tetapi juga memberikan beragam manfaat yang signifikan bagi lingkungan dan kesehatan fisik serta mental masyarakat. Seperti yang dibuktikan oleh Sullivan et al. (2004), penilitian tersebut menunjukan bahwa ruang hijau di kota-kota besar dapat mengurangi stres dan meningkatkan kualitas udara. Contoh kebijakan yang relevan dengan hal ini dapat dilihat dalam Peraturan Menteri PUPR No. 12/2020, yang mewajibkan penyediaan ruang hijau minimal 30% dari total luas lahan perkotaan.
Transportasi berkelanjutan juga menjadi kunci dalam penataan ruang mikro. Kota-kota besar sering kali dihadapkan pada masalah kemacetan dan polusi udara yang disebabkan oleh penggunaan kendaraan pribadi yang berlebihan. Untuk menciptakan ruang mikro yang berkelanjutan, mengkolaborasikan transportasi publik yang efisien dengan fasilitas bagi pejalan kaki serta pesepeda sangatlah penting. Hal ini sejalan dengan temuan Litman (2023) yang menunjukkan bahwa transportasi berkelanjutan dapat meningkatkan efisiensi ruang dan mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi, sekaligus mengatasi masalah kemacetan dan polusi udara yang kerap terjadi di kota-kota besar. Di Indonesia sendiri beberapa kota besar seperti Jakarta sudah mulai mengadopsi sistem transportasi massal seperti MRT dan jalur sepeda (Setiawan, 2021).
Seiring dengan itu, dalam Konferensi Tata Kota Internasional 2023 yang diadakan di Bali, beberapa pakar menyarankan penerapan teknologi hijau dalam penataan ruang mikro, seperti taman vertikal dan sistem irigasi otomatis. Ini sejalan dengan hasil penelitian dalam prosiding yang diterbitkan oleh Asosiasi Perencana Kota Indonesia yang menyarankan integrasi
teknologi dalam perencanaan ruang publik.
Meskipun optimalisasi ruang mikro memiliki banyak manfaat, masih ada beberapa tantangan yang perlu diatasi. Salah satunya adalah kurangnya regulasi yang mendukung pemanfaatan ruang kecil. Di banyak kota, fokus lebih banyak diberikan pada proyek besar, sementara ruang mikro sering diabaikan. Selain itu, keterbatasan anggaran dan rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya ruang hijau juga menjadi hambatan. Menurut Sigit (2003), tantangan lain adalah kurangnya keselarasan antara kebijakan pemerintah pusat dan daerah.
Karena itu, kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta sangat penting untuk menciptakan lingkungan perkotaan yang lebih seimbang dan berkelanjutan.
Penataan ruang mikro di kawasan perkotaan bukanlah sekadar memanfaatkan lahan yang tersisa, melainkan juga tentang bagaimana menciptakan lingkungan yang lebih baik, nyaman, dan layak huni bagi masyarakat yang tinggal di sana. Dengan menerapkan strategi yang tepat, seperti pemanfaatan taman vertikal yang menghiasi gedung-gedung, kebun atap yang
memaksimalkan ruang di atas bangunan, serta optimalisasi trotoar yang tidak hanya berfungsi sebagai jalur pejalan kaki tetapi juga memberikan ruang hijau dan area interaksi, ruang mikro dapat menjadi elemen yang sangat penting dalam memperbaiki kondisi lingkungan
perkotaan. Jika dikelola dengan baik ruang mikro dapat memberikan dampak yang besar dalam menciptakan kota yang lebih hijau, lebih sehat, dan lebih ramah bagi warganya.
Namun, untuk mencapai hal tersebut, diperlukan upaya yang kolaboratif dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah yang menyediakan regulasi dan dukungan, masyarakat yang terlibat aktif dalam menjaga lingkungan, hingga sektor swasta yang dapat berperan dalam
memberikan inovasi dan solusi dalam pemanfaatan ruang. Hanya dengan kerjasama yang baik antara semua pihak, ruang-ruang mikro ini dapat benar-benar memberikan kontribusi signifikan dalam meningkatkan kualitas kehidupan di perkotaan dan menjawab berbagai tantangan yang ada.