• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of KEIMANAN SEBAGAI LANDASAN PENDIDIKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of KEIMANAN SEBAGAI LANDASAN PENDIDIKAN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

5

KEIMANAN SEBAGAI LANDASAN PENDIDIKAN

M. Shoffa Saifillah Al-Faruq *

* Dosen Tetap Prodi Pendidikan Agama Islam STAI Muara Bulian ahmadmuhammad593@gmail.com

Abstract

The purpose of education is based on faith should lead to the realization of religious and moral character, with the emphasis on the acquisition of virtue and taqarrub to God. And not just to achieve a high position or get the magnificence of the world. Thus one that is very important to take precedence in educating children, according to al-Ghozali is the importance of planting the basics of education manners either in accordance with the mind and the Shari'a is done gradually, and Adaiah latian-latian and habituation so evolving towards perfection. And in the process must be done before the child is able to think logically and understand things that are abstract and have not been able to determine what is good and bad, and what is wrong and right.

(2)

dan belum bisa menentukan apa yang baik dan buruk, dan apa yang salah dan benar.

Keywords: Keimanan dan Pendidikan

Pendahuluan

Dalam abad teknologi ultra moderen sekarang ini, manusia telah diruntuhkan eksistensinya sampai ketingkat mesin akibat pengaruh morenisasi. Roh dan kemuliaan manusia telah diremehkan begitu rendah. Manusia adalah mesin yang dikendalikan oleh kepentingan financial untuk menuruti arus hidup yang materialistis dan sekuler. Martabat manusia berangsur-angsur telah dihancurkan dan kedudukannya benar-benar telah direndahkan. Modernisai adalah merupakan gerakan yang telah dan sedang dilakukan oleh Negara-negara Barat Sekuler untuk secara sadar atau tidak, akan menggiring kita pada kehancuran peradaban.

Kemajuan sains dan teknologi telah mencapai perkembangan yang sangat pesat, termasuk di Negara kita Indonesia. Pembangunan di Negara kita juga telah mencapai kemajuan yang demikian pesat, terutama sejak bergulirnya era reformasi hingga saat ini. Karenanya, seiring dengan itu, marilah kita umat Islam secara bersama-sama ikut ambil bagian dengan secara aktif, terutama dalam pembangunan mrntal spiritual, agar umat Islam tidak sekedar maju dalam segi fisik saja, namun juga kokoh mentalnya, tidak mudah terjebak dalam pemikiran yang merusak.

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu

maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” (Qs.Al-A‟raf 7:96)

(3)

Kondisi diatas meluaskan segala hal dalam aspek kehidupan manusia. Sehingga tidak mengherankan ketika batas-batas moral, etika dan nilai-nilai tradisional juga terlampaui. Modernisasi yang berladangkan diatas sosial kemasyarakatan ini juga tidak bisa mengelak dari pergeseran negatif akibat modernisasi itu sendiri. Peningkatan intensitas dan kapasitan kehidupan serta peradaban manusia dengan berbagai turunannya itu juga meningkatan konstelasi sosial kemasyarakatan baik pada level individu ataupun level kolektif. Moralitas, etika dan nilai-nilai terkocok ulang menuju keseimbangan baru searah dengan laju modernisasi. Pegerakan ini tentu saja mengguncang perspektif individu dan kolektif dalam tatanan kemasyarakatan yang telaha ada selama ini. Hasrat bukanlah sifat baru kemanusiaan. Namun hadir dalam jaman yang penuh tawaran dan godaan dengan berbagai kesempatan dan kemampuan untuk meraihnya dengan berbagai cara, telah menjadikan hasrat manusia sebagai dalang utama berbagai kerusakan moral, etika dan nilai-nilai. Berbagai peristiwa hukum dan kriminal baik di area publik ataupun pemerintahan telah hadir sebagai limbah modernisasi yang tersaji transparan di sepan publik. Sebut saja KKN di pemerintahan, kriminal, kejahatan sexual dan berbagai penyimpnagan lainnya. Seolah-olah pakem moral, etika dan aturan-aturan yang berlaku tidak lagi menjadi hal penghalang bagi berbagai penyimpangan-penyimpangan tersebut. Kekhawatiran atas pergeseran itu telah mencajadi wacana hangat diseluruh lapisan masyarakat. Namun laju modernisasi dengan berbagai turunan dan efek negatifnya terus saja mengalami percepatan seakan tak peduli dengan kecemasan itu.

Modernisai dengan konotasi itu merupakan penghambaan dan penjajahan terhadap bangsa-bangsa di dunia agar tunduk pada prinsip-prinsip barat yang rusak dan menyesatkan. Globakisasi merupakan program yang bertujuan untuk mendayagunakan teknologi sebagai alat untuk mengokohkan kedudukan kepentingan Negara adidaya, memperbudak bangsa-bangsa lemah, menyedot sumber daya alamnya, meneror rakyatnya, manghambat perjalanannya, memadamkan kekuatannya, menghapus identitasnya dan mengubur keasliannya, reformasinya serta pembangunan peradabannya. Dengan kata lain globalisasi merupakan gurita yang menelikung dan mencekik leher dunia Islam.

(4)

struktur dan elemen-elemen masyarakat modern lemah dan rapuh dibandingkan dengan masyarakat tradisional, namun mereka mendominasi sektor-sektor terpenting dan strategis. Mereka berkepentingan mewujudkan persatuan dua bentuk masyarakat yang ada dengan mengkondisikan masyarakat tradisional untuk menerima modernisasi. Maka terjadilah kontradiksi-kontradiksi antar keduanya secara mendalam dan esensial. Masyarakat modern cenderung agresif dan otoriter dalam menghadapi masyarakat tradisional. Mereka menggunakan pendekatan apa saja yang memungkinkan untuk menyodorkan modernisasi kepada masyarakat tradisional. Masyarakat modern lebih mengutamakan alternatif-alternatif Barat daripada kembali ke pandangan hidup masyarakat tradisional. Akan tetapi, sikap tersebut tidak dapat mencegah hal sebaliknva dari masyarakat tradisional dalam keimanan, perasaan nasionalisme, kemerdekaan, dan kehormatan.

Perubahan kepercayaan, pemikiran, kebudayaan, dan peradaban merupakan prasyarat bagi perubahan ekonomi, politik, dan sebagainya. Itulah sebabnya, ketika masyarakat modern tak dapat mengakomodasikan apa yang tersedia di lingkungannya, mereka memilih alternatif atau model dari negara imperialis yang menjadi pusat-pusat kekuatan dunia. Secara politis, mereka berlindung pada negara-negara tersebut. Terbukalah kemungkinan konfrontasi antara kekuatan eksternal dengan kekuatan internal (kekuatan Islam) bila Islam hendak ditampilkan sebagai kekuatan nyata.

Melihat strategi yang dicanangkan Barat dalam isu globalisasi di atas sungguh amat busuk. Mereka mempunya agenda terselubung dalam mengikis habis ajaran Islam yang dianut bangsa timur. Penyebaran itu mereka lakukan melalui penyebaran informasi dengan sistem teknologi moderennya yang dapat mengirim informasi keseluruh penjuru dunia. Melalui jalur ini mereka menguasai public opini yang tidak jarang berisi serangan, hinaan, pelecehan dan hujatan terhadap Islam dan mengesankan agama Islam sebagai teroris. Perang yang mereka lancarkan bukan hanya perang senjata namun juga perang agama. Mereka berusaha meracuni dan menodai kesucian Islam lewat idiologi sekuler, politik, ekonomi, sosbud, teknologi, komunikasi, keamanan dan sebagainya. Dengan berbagai cara mereka berusaha menjauhkan umat Islam dari agamanya. Secara perlahan-lahan tapi pasti mereka menggerogoti Islam dari dalam dan tujuan akhirnya adalah melenyapkan Islam dari muka bumi.

(5)

masalah, yang penting ajaran Islam sudah benar-benar diterima secara global, secara mendunia oleh segenap umat manusia, diterapkan dalam kehidupan masing-masing pribadi, dalam berkeluarga, bertetangga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Sebagai umat Islam hendaknya nilai modern jangan kita ukur dari modernnya pakaiannya, perhiasan dan penampilan, namun moderen bagi umat Islam adalah moderen dari segi pemikiran, tingkah laku, pergaulan, ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, social budaya, politik dan keamanan yang dijiwai akhlakul karimah, dan disertai terwujudnya masyarakat yang adil, makmur, sejahtera dalam naungan ridha Allah SWT.

Masyarakat modern tidak mempunyai program revolusi, melainkan mempunyai program dominasi kekuasaan. Ini karena masyarakat modern tidak mengambil model perubahan dari bangsanya, tetapi dari Barat. Padahal suatu revolusi tidak akan berhasil kecuali bila berasal dari dalam (bangsa). Dengan kata lain, tidak ada revolusi dalam rangka perubahan positif dan mendasar yang dapat mempersatukan dan membebaskan umat, melenyapkan kezaliman, serta memotivasi orang-orang untuk bekerja, mengajar, dan berkreasi, melainkan yang bersumber pada ajaran Islam.

Modernisasi yang memperkuat daya produktifitas dan komsumtifitas adalah penguatan langsung pada kapasitas dan intensitas kehidupan manusia modern dari aspek materialistik. Dalam teory ekology baik organisasi atau kemasayrakatan, komunitas akan selalu berjalan kearah titik equalibirium (kesetimbangan) nya. Ketika modernisasi secara umum yang dipersepsikan selama ini mengembangkan aspek materialistik manusia, maka aspek non material seperti spiritual akan mengikuti perkembangan nya demi keseimbangan yang semestinya. Sehingga gejala kembali ke Agama dan spiritual adalah arus utama modernisasi yang mesti terjadi. Jika tidak modernisasi tak akan pernah lengkap. Jadi kembali keagama dengan menyemarakan kehidupan spritual bukanlah gerakan tradisional, konsrvatif atau kontra modernisasi. Namun sesungguhnya gejala itu adalah atribut modernisasi juga. Sehingga tak akan lengkap kemodern-an seseorang atau komunitas jika laju spiritualnya tak berkembang menyimbangi laju materialistik.

Metode Penelitian

(6)

1. Konsep Keimanan

amana - yu‟minu– imanan secara harfiyah (etimologis)artinya percaya dengan yakin1. Iman adalah akidah Islamiyah, yakni sistem keyakinanatau kepercayaan dalam Islam. Akidah („aqoda –ya‟qidu – „aqdan/aqad artinya ikatan,yakni ikatan hati atau jiwa alias keyakinan atau kepercayaan.Secara maknawi (terminologis) iman adalah percaya dengan yakin akan adanya AllahSWT, para Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, para Rasul-Nya, Hari Akhirat, serta Qadhadan Qadar. Percaya dengan yakin kepada keenam hal itu disebut Arkanul Iman atau Rukun Iman. Sebutan untuk orang yang percaya dengan yakin atas Arkanul Imanitudisebut

mukmin (orang beriman).“Hai orang-orang yang beriman! Yakinlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada Kitab yang diturunkan-Nya kepada Rasul-Nya, dan kepada Kitab-Kitab yang diturunkan-Nya terdahulu. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, dan Hari Kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat jalan sejauh-jauhnya”(Q.S. 4:136)

Iman adalah masalah mendasar dalam Islam. Iman menjadi titik-tolak permulaanseseorang menjadi pemeluk Islam (Muslim). Seseorang yang menyatakan diri memeluk Islam harus mengikrarkan dua kalimat syahadat, mengakui Allah sebagai Tuhan danMuhammad sebagai Rasul-Nya.Al-Quran menggambarkan, orang yang menyatakan beriman (mukmin) ibarat melakukantransaksi

jual-beli dengan Allah SWT. Orang tadi “memjual-beli” surga dengan jiwa

-raganya,atau “menjual” jiwa, raga, dan hartanya pada Allah SWT

dengan bayaran keridaan-Nya.

“Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka denganmemberi imbalan surga pada mereka.” (Q.S. at-Taubah:111)

“Dan sebagian manusia ada yang menyerahkan diri mereka untuk mendapatkankeridaan Allah…”(Q.S. al-Baqarah:107)

Mukmin yang benar-benar beriman adalah mereka yang siap menyerahkan segala yangada padanya pada Allah SWT. Ia siap melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhisegala larangan-Nya. Ia pun siap melaksanakan atau menghadapi segala ujian dari-Nya,untuk menunjukkan kesungguhan keimanannya.

2. Konsep Pendidikan

a. Pengertian Konsep Pendidikan

Konsep adalah rancangan sedang pendidikan adalah penanaman tabiat yang baik agar anak anak mempunyai sifat yang

1

(7)

baik2 ada juga yang mengatakan pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia3. Dari beberapa pengertian tersebut konsep pendidikan yang dimaksud adalah merupakan suatu rancangan yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan , pengendalian diri , kepribadian , kecerdasan , akhlaq mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

b. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan harus mengarah kepada realisasi tujuan keagamaan dan akhlaq, dengan titik penekanannya pada perolehan keutamaan dan taqarrub kepada Allah. Dan bukan hanya untuk mencapai kedudukan yang tinggi atau mendapatkan kemegahan dunia. Rumusan tujuan pendidikan ini didasarkan pada firman Allah SWT.

”tidaklah aku jadikan jin dan manusia melainkan agar

beribadah kepadaku” (QS. Al-Dzariyat:56)

Dalam UU No. 2 tahun 1985, tujuan pendidikan yaitu mencerdaskn kehidupn bangsa dan mengembangkan manusia yang seutuhnya yaitu yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kpribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatn dan bangsa.

MPRS No. 2 Tahun 1960 yang berbunyi tujuan pendidikan ialah membentuk manusia pancasilais sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan yang dikehendaki oleh pembukaan UUD 1945 dan isi UUD 1945.

Jadi berdasarkan hal di atas Sasaran pendidikan yang berlandaskan keimanan adalah kesempurnaan insani didunia dan diakhirat. Dan manusia akan sampai kepada tingkat kesempurnaan itu hanya dengan menguasai sifat keutamaan melalui jalur ilmu, dan menguasai ilmu adalah bagian dari tujuan pendidikan.

c. Pendidik

Didalam Buku Mencetak Generasi Rabbani disebutkan sepuluh karakter yang harus dimiliki oleh Pendidik dalam mendidik adalah :

1) Ikhlas

2Drs H zuhairini dkk “Metodik Khusus Pendidikan agama” usaha

Nasional, surabaya 1983 hlm. 127.

3 Masnur Muslich “Pendidikan karakter “ Bumi Aksara Jakarta, 2011

(8)

Rawatlah dan didiklah dengan penuh ketulusan dan niat ikhlas semata-mata mengharap keridhaan Allah Ta‟ala. Cangkangkan niat semata-mata untuk Allah Ta‟ala dalam seluruh aktivitas edukatif,baik berupa perintah, larangan, nasehat, pengawasan maupun hukuman.

2) Bertakwa

Hiasi diri anda dengan ketakwaan, sebab, pendidik adalah contoh dan panutan sekaligus penanggung jawab pertama dalam pendidikan anak berdasarkan iman dan islam. 3) Berilmu

Sebuah keharusan bahwa kedua orangtua harus mempunyai perbekalan ilmu yang memadai. Orangtua harus mengetahui konsep-konsep dasar pendidikan dalam islam. Mengetahui halal dan haram, prinsip-prinsip etika islam serta memahami secara global peraturan-peraturan dan kaidah-kaidah syari‟at islam.

4) Bertanggung jawab

Memiliki rasa tanggung jawab yang besar dalam pendidik. 5) Sabar dan Tabah

Dua sifat ini mutlak dibutuhkan oleh setiap pendidik. Sebab dalam proses pendidikan tentu sangat banyak tantangan dan ujian.

6) Lemah lembut dan tidak kasar

Sifat lemah lembut ini akan membuat seseorang (peserta didik) menjadi nyaman dan lebih mudah dalam menerima pengajaran.

7) Penyayang

Perasaan sayang ini yang akan menjadi penghangat suasana dan menjadi proses pengajaran menjadi nyaman dan menyenangkan.

8) Lunak dan Fleksibel

Lunak dan fleksibel bukan maksudnya lemah dan tidak tegas. Namun harus dipahami secara luas dan menyeluruh. Maksudnya disini lebih mengarah pada sikap mempermudah urusan dan tidak mempersulitnya.

9) Tidak mudah marah

Sifat mudah marah merupakan bagian dari sifat negative dalam pendidikan. Jika seorang pendidik mampu mengendalikan diri dan menahan amarahnya, maka hal itu akan membawa keberuntungan bagi dirinya dan peserta didiknya.

10) Dekat namun berwibawa

(9)

mereka merasa gembira dan bahagia bersamanya. Ya, pendidik yang mengasihi dan dikasihi. Peserta didik bukan takut padanya, namun mereka sayang,hormat dan segan melanggar perintah dan kata-katanya4

d. Peserta didik

Peserta didik adalah orang yang menjalani pendidikan dan untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu kesempurnaan insani dengan mendekatkan diri pada allah dan kebahagian didunia dan diakhirat maka jalan untuk mencapainya diperlukan belajar dan belajar itu juga termasuk ibadah, juga suatu keharusan bagi peserta didik untuk menjahui sifat-sifat dan hal-hal yang tercela, jadi peserta didik yang baik adalah peserta didik yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut;

1) peserta didik harus memuliakan pendidik

2) peserta didik harus bersikap rendah hati dan tidak takabbur dan menjahui sifat-sifat yang hina (bersih jiwanya )

3) peserta didik harus meras satu bangunan dengan peserta didik yang lain dan sebagai suatu bangunan maka peserta didik harus saling menyayangi dan menolong serta berkasih sayang sesamanya.

4) peserta didik hendaknya mempelajri ilmu secara bertahap 5) peserta didik hendaknya mendahulukan mempelajari ilmu

yang wajib

6) peserta didik tidak hanya mempelajri satu ilmu yang bermamfaat melainkan dia juga harus mempelajari ilmu yang lain dan sungguh-sunguh ketika mempelajarinya 7) peserta didik hendaknya juga mengenal nilai setiap ilmu

yang dipelajrinya 5 e. Media

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara

harfiah berarti “tengah”, “perantara” atau “pengantar”. Dalam bahasa

Arab, media adalah perantara ( لئ اسو ) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.

Grlach dan Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Secara laebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali inforasi visual atau

4

Ummu Ihsan Choiriyah & Abu Ihsan al-Atsary, MENCETAK GENERASI RABBANI,darul ilmi publishing,2013, hlm. 47-59.

5

(10)

verbal.6 media pembelajaran adalah sebagai penyampai pesan dari beberapa sumber saluran ke penerima pesan.

Media pembelajaran meliputi berbagai jenis, antara lain: pertama, media grafis atau media dua dimensi, seperti gambar, foto, diagram. Kedua, media model solid atau media tiga dimensi, seperti model-model benda ruang dimensi tiga, diorama, dan sebagainya. Ketiga, media proyeksi, seperti film, filmstrip,

OHP. Keempat, media informasi, computer,

internet. Kelima, lingkungan.7

Pengelompokkan berbagai jenis media apabila dilihat dari segi perkembangan teknologi oleh Seels dan Glasgow dibagi dalam dua kategori luas, yaitu pilihan media tradisional dan pilihan teknologi mutakhir.

1. Pilihan media tradisional

a. Visual diam yang diproyeksikan

1) Proyeksi opaque (tak tembus pandang) 2) Proyeksi overhead

3) Slides 4) filmstrip

b. Visual yang tak diproyeksikan 1) Gambar, poster

2) Foto

3) Chart, grafik, diagram

4) Pameran, papan info, papan bulu c. Audio

1) Rekaman piringan 2) Pita, kaset, reel, catridge 3) Penyajian multimedia d. Penyajian multimedia

1) Slide plus suara (tape) 2) Multi-image

e. Visual dinamis yang diproyeksikan 1) Film

2) Televisi 3) Radio f. Cetak

1) Buku teks

2) Modul, teks terprogram 3) Workbook

4) Majalah ilmiah, berkala 5) Lembaran lepas (hand-out)

6

alzhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 2.

7

(11)

g. Permainan 1) Teka-teki 2) Simulasi

3) Permainan papan h. Realia

1) Model

2) Spicemen (contoh)

3) Manipulatif (peta, boneka) 2. Pilihan media teknologi mutakhir

a. Media berbasis telekomunikasi, antara lain: Teleconference dan kuliah jarak jauh

b. Media berbasis mikroprosesor, antara lain: Computer-assisted instruction,Permainan computer, Sistem tutor, intelejen, Interaktif, Hypermedia, Compact (video)8

3. Aspek- aspek pendidikan dalam islam

Dalam pandangan islam aspek-aspek pendidikan tidak hanya dengan memperhatikan aspek akhlaq saja tetapi juga harus memperhatikan aspek- aspek yang lain dan mewujudkan aspek- aspek itu secara utuh dan terpadu. Aspek- aspek tersebut diantanya adalah:

a. Aspek pendidikan keimanan 1) Iman menurut al-ghazali

Iman menurut al-ghazali adalah mengucapkan dengan lidah mengakui benarnya dengan hati dan mengamalkan dengan angauta. dari definisi ini bisa kita fahami bahwa pendidikan keimanan meliputi tiga prinsip;

Ucapan lidah atau mulut karena lidah adalh penerjemah dari hati

Pembenaran hati, dengan cara i‟tiqat dan taqlid bagi

orang awam dan manusia pada umumnya, sedang cara kasyaf (membuka hijab hati ) bagi mereka yang khawas (aulia illah)..

Amal perbuatan yang dihitung dari sebagian iman, karena ia melengkapi dan menyempurnakan iman sehingga bertambah dan berkurangnya imam seseorang adalah dari amal perbuatan9.

Dari beberapa prinsip pendidikan keimanan tersebut semuanya harus didasarkan pada pada syahadatain (pengesaan pada eksistensi Allah dan pembenaran nabi muhammad sebagai utusan Allah). Al-ghazali juga menegaskan bahwa pendidikan iman harus didasarkan

8

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran... hlm. 33-34. 9

(12)

pada empat rukun yang, pertama mengenai ma‟rifat kepada dzat

allah, sifat-sifat Allah, af‟al Allah, syariat Allah. b. Pendidikan keimanan bagi anak

Al-ghazali menganjurkan agar pendidikan keimanan mengenai aqidah harus diberikan kepada anak sejak dia masih dini supaya dia menghafal, memahami, beriktiqat, mempercayai, kemudian membenarkan sehingga keimanan pada anak akan hadir secara sedikit-demi sedikit hingga sempurna, kokoh dan menjadi fundamen dalam berbagai aspek kehidupannya dan bisa mempengaruhi segala perilakunya mulai pola pikir, pola sikap, polabertindak, dan pandangan hidupnya.

c. Aspek Pendidikan Yang Berlandaskan Keimanan 1) Akhlaq

Akhlaq adalah ibarat (sifat atau keadaan )dari perilaku yang konstan (tetap) dan meresap dalam jiwa dari padanya tumbuh perbuatan- perbuatan dengan wajar dan mudah tampa memerlukan pikiran dan pertimbangan. Sedang akhlaq menurut Dr. ahmad Amin ialah ilmu untuk menetapkan ukuran segala perbuatan manusia. Yang baik atau yang buruk, yang benar atau yang salah, yang hak atau

yang batil. Dan ulama‟-ulama‟ ahli ada yang mendefinisikan akhlaq sebagai berikut, akhlaq adalah gambaran jiwa yang tersembunyi yang timbul pada manusia ketika menjalankan perbuatan –perbuatan yang tidak dibuat- buat atau dipaksa- paksakan.

Dari keterangan diatas dapat kita ketahui bahwa akhlaq adalah sumber dari segala perbuatan yang sewajarnya,tidak dibuat- buat dan perbuatan yang dapat kita lihat sebenarnya adalah merupakan gambaran dari sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa. Menurut pengertian diatas maka hakikat akhlaq harus mencakup dua syarat:

1) Perbuatan itu harus konstan, yaitu harus dilakukan berulang kali kontinu dalam bentuk yang sama sehingga dapat menjadi kebiasaan.

2) Perbuatan konstan itu harus tumbuh dengan mudah sebagai wujud reflektif dari jiwanya tampa pertimbangan dan pemikiran.

d. Pendidikan akhlaq bagi anak

Sebelum anak dapat berfikir logis dan memahami hal-hal yang abstrak serta belum sanggup menentukan mana yang baik dan yang buruk, dan mana yang salah dan benar maka latihan-latihan dan pembiasaan, dan penanaman dasar-dasar pendidikan akhlaq yang baik (yang sesuai dengan akal pikiran dan syariat Islam) secara beransur-ansur hingga berkembang menuju kesempurnaan berperan sangat penting.diantara beberapa akhlaq yang baik adalah;

(13)

 Kesopanan dan kesederhanaan makan  Kesopanan da kesederhanaan pakaian  Kesederhanaan tidur

2) Kesopanan dan kedisiplinan

 Kesopanan dan kedisiplinan duduk  Kesopanan dan kedisiplinan berludah  Kesopanan dan kedisiplinan berbicara

3) Pembiasaan dan latihan bagi anak untuk menjahui perbuatan yang tercela

 Suka bersumpah  Suka meminta

 Suka membangakan diri

 Berbuat dengan cara sembunyi-sembunyi  Menjahui segala sesuatu yang tercela

4) Latihan beribadah dan mempejari syariat islam

Bagi anak yang sudah tamyis dan berumur 10 tahun maka anak itu jangan sekali-kali diberi kesempatan untuk meninggalkan bersuci secara agama, salat, puasa dan sebagainya.dan juga al-ghazali menyarankan agar anak anak mepelajari ilmu agama seperti al-qur‟an hadist, hikayah dan lain sebagainya. 10

e. Aspek Pendidikan Akliyah

Al-ghazali menjelaskan Akal adalah sebagai sumber ilmu pengetahuan tempat terbit dan sendi-sendinya. Dalam ilmu pengetahuan itu berlaku dari akal sebagaimana berlaku buah dari pohon, sinar dari matahari penglihatan dari mata. Akal dan kemauanlah yang memberkan karakteristik kepada manusia dengan akal pikiran dapat memberikan kepada manusia ilmu pengetahuan yang dipakainya sebagai pedoman dalam usaha dan aktifitas hidunya, sedang kemauan menjadi pendorong perbuatan manusia11 .dengan demikian antar pendorong perbuatan dan pedoman perbuatan (usaha dan aktivitas hidup) terdapat hubungan yang saling mempengaruhi

„interktion yang erat sekali. Oleh karena itu pendidikan akliyah

sangat erat sekali untuk mengembangkan hazanah ilmu pengetahuan, mencerdaskan pikiran, mengembangkan intelegensi manusia ,secara optima, cakap, mempergunakan ilmu pengetahuan yang diperolehnya dan memberikan pedoman pada segala macam perbuatan manusia.

f. Aspek Pendidikan Sosial

Islam memberikan petunjuk kepada orang tua dan para guru agar anak dalam pergaulan memiliki sikap dan sifat yang mulia dan

10 Dr said Bin Ali “ Tarbiyatul Aulad”, Solo Zam zam 2013

hlm.134-139.

11 Dr M solihin “Al Ghozali Epistimologi, Bandung, Pustaka Setia 2001

(14)

etika pergulan yang baik sehingga ia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.sifat-sifat itu adalah:

1) Saling menhormati sesama

2) Merendahkan hati dan lemah lembut 3) Membentuk sikap dermawan

4) Membatasi pergaulan anak (kepada anak yang tidak sopan,sombong, dan boros.12

g. Aspek Pendidikan Jasmaniyah

Adapun pendidikan jasmaniyah bagi anak dan orang dewasa yaitu;

a. Pendidikan kesehatan dan kebersihan

b. Membiasakan makan makanan yang baik dan tidak berlebihan

c. Bermain dan berolah raga 13

Penutup

Tujuan pendidikan yang berlandaskan keimanan harus mengarah kepada realisasi tujuan keagamaan dan akhlaq, dengan titik penekanannya pada perolehan keutamaan dan taqarrub kepada Allah. Dan bukan hanya untuk mencapai kedudukan yang tinggi atau mendapatkan kemegahan dunia. Sehingga dengan demikian salah satu yang sangat penting untuk lebih diutamakan dalam mendidik anak menurut al-ghozali adalah pentingnya penanaman dasar-dasar pendidikan akhlaq yang baik yang sesuai dengan akal pikiran dan syariat yang dilakukan secara berangsur-angsur, serta adaya latian-latian dan pembiasaan sehingga berkembang menuju kesempurnaan. Dan dalam prosesnya harus dilakukan sebelum anak dapat berfikir logis dan memahami hal-hal yang abstrak serta belum sanggup menentukan mana yang baik dan yang buruk, dan mana yang salah dan benar.

Selain hal tersebut dalam konsep pendidikan Islam menganjurkan agar pendidikan keimanan mengenai aqidah harus diberikan kepada anak sejak dia masih dini supaya dia dapat menghafal, memahami, beriktiqad, mempercayai, kemudian membenarkan sehingga keimanan pada anak akan hadir secara sedikit-demi sedikit hingga sempurna, kokoh dan menjadi fundamen dalam berbagai aspek kehidupannya dan bisa mempengaruhi segala perilakunya mulai pola pikir, pola sikap, polabertindak, dan pandangan hidupnya

Dari beberapa konsep dan metode tersebut kiranya tidak salah ketika al-ghazali merumuskan beberapa sifat yang harus dimiliki

12 Hasan Masudi “Taisirul kholak”Toha Putra , Semarang 2011 hlm. 5. 13

(15)

oleh pendidik diantaranya adalah guru harus cerdas, sempurna akalnya.dan baik akhlaqnya, dengan kesempurnaan akal seorang guru dapat memiliki ilmu pengetahuan secara mendalam dan dengan akhlaq yang baik dia dapat memberi contoh dan teladan bagi muridnya.

Bibliografi

Alzhar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003

Dr M solihin “Al Ghozali Epistimologi, Bandung, Pustaka Setia 2001

Dr said Bin Ali “ Tarbiyatul Aulad”, Solo Zam zam 2013

Drs H zuhairini dkk “Metodik Khusus Pendidikan agama” usaha Nasional, surabaya 1983

Hasan Masudi Taisirul kholak, Toha Putra , Semarang 2011

Mahmud Yunus “kamus Arab-Ind” Jakarta, PT Mahmud Yunus Wal dzuriyat 2013

Masnur Muslich “Pendidikan karakter “ Bumi Aksara Jakarta, 2011 Sujana S Pendidikan Non Formal, Bandung: Falah Produktion,2004. Syekh Zarnuji Terjamahan taklim, Mutiara Ilmu, Surabaya 2009 Ummu Ihsan Choiriyah & Abu Ihsan al-Atsary, MENCETAK

GENERASI RABBANI,darul ilmi publishing,2013

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 16 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bantul (Lembaran Daerah

Catatan Apabila Anda ingin menginstal lebih dari satu sistem operasi yang terdiri atas beberapa kombinasi Windows NT 4.0, dengan Windows 2000, ataupun Windows XP sebagai

Nilai Srategis Kawasan Kars Di Indonesia Dan Usaha Pengelolaannya Secara Berkelanjutan (Pelatihan Dasar Geologi Untuk Pecinta Alam dan Pendaki Gunung).. Samodra,

[r]

This study aims to find translation procedures from source language (English) to target language (Indonesian) used in translating the Eclipse novel which have

[r]

diterima, dengan demikian diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered

Memperhatikan ketentuan-ketentuan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana diubah terakhir dengan