LAPORAN PRAKTIKUM
BUDIDAYA TANAMAN LAHAN MARGINAL
ACARA III
PEMBERIAN ARANG PADA TANAH PASIR UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN AIR BAGI TANAMAN
Oleh : Dini Sundari NIM A1L014112
Rombongan 5
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lahan pasir pantai merupakan lahan marjinal yang memiliki potensi tinggi
untuk dikembangkan di Indonesia. Pasalnya, Indonesia merupakan negara
kepulauan yang memiliki garis pantai mencapai 106.000 km dengan potensi luas
lahan 1.060.000 ha termasuk lahan marginal. Berjuta-juta hektar lahan marjinal
tersebut tersebar di beberapa pulau, prospeknya baik untuk pengembangan
pertanian. Sebagian lahan pasir sudah diusahakan sebagai lahan pertanian oleh
petani namun masih sangat terbatas. Dalam upaya meningkatkan produktivitas
lahan pasir diperlukan usaha pengkajian yang mendalam khususnya untuk
meningkatkan produktivitas tanaman dan keanekaan tanaman yang dapat
diusahakan. Lahan pasir adalah suatu jenis tanah yang sangat porous, miskin
unsur hara, kemampuan memegang air yang rendah, kandungan bahan organiknya
rendah, infiltrasi dan evaporasinya tinggi sehingga penggunaan lahan jenis ini
untuk keperluan budidaya tanaman harus dilakukan penambahan pupuk kandang
atau bahan-bahan lain yang berfungsi sebagai pengikat air dan sebagai sumber
unsur hara bagi tanaman (Abdillah, 2008).
Pemberian bahan pembenah tanah merupakan salah satu alternatif teknologi
untuk meningkatkan produktivitas lahan. Bahan pembenah tanah adalah
bahan-bahan sintetis atau alami yang berpotensi untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia
didapatkan. Bahan organik tanah berfungsi sebagai pemasok hara, serta dapat
menjaga kehidupan biologis di dalam tanah.
Teknologi yang akan diterapkan pada praktikum untuk membangun kembali
kesuburan tanah adalah dengan penambahan arang. Hal ini dimungkinkan karena
arang mempunyai pori yang efektif untuk mengikat dan menyimpan hara tanah
yang akan dilepaskan secara perlahan sesuai konsumsi dan kebutuhan tanaman
(slow release). Dari beberapa pengamatan ternyata penambahan arang dapat
meningkatkan aktivitas mikroba perombak bahan organik tanah, selain juga dapat
meningkatkan populasi bakteri pengikat N dalam tanah (Gusmailina, 2009).
B. Tujuan
Tujuan praktikum ini yaitu :
1. Mempelajari cara pemberian arang sebagai pembenah tanah pada lahan
marginal.
2. Mengetahui pengaruh pemberian arang pada tanah pasir pantai terhadap
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanah Pasir Pantai
Lahan pasir pantai merupakan lahan marginal yang memiliki produktivitas
tanah rendah sebagai akibat dari struktur tanah lepas, kemampuan memegang air
rendah, infiltrasi dan evaporasi yang tingi, kesuburan rendah, bahan organik
rendah, temperatur yang tinggi dan angin kencang beragam, KTK rendah dan
infiltrasi tinggi. ketersediaan udara yang berlebihan dalam pori menyebabkan
pengeringan dan oksidasi bahan organik berjalan cepat (Rajiman et al, 2008).
Menurut Winarno (2008), dalam kaitannya dengan menyimpan air, tanah pasiran
mempunyai daya pengikatan terhadap lengas tanah relatif rendah karena
permukaan kontak antara tanah pasiran ini didominasi oleh pori-pori makro. Oleh
karena itu air yang jatuh ke tanah pasiran akan segera mengalami perkolasi dan air
kapiler akan mudah lepas karena evaporasi.
Menurut Prayitno (2015) tanah berpasir mempunyai lapisan solum yang
dangkal, yaitu antara 40 – 100 cm, berwarna coklat pucat atau keputih-putihan
hingga warna coklat kekuning-kuningan. Reaksi tanah berpasir umumnya (pH)
berkisar 3,5 (sangat masam) – 5,5 (masam) dengan Kapasitas Tukar Kation
(KTK) dan Kejenuhan Basa (KB) yang rendah. Tanah berpasir mempunyai
kandungan bahan organik yang rendah, peka terhadap erosi yang disebabkan
rendahnya kemampuan menahan air. Tanah berpasir merupakan tanah yang
mempunyai struktur yang porositasnya tinggi. pada tanah ini umumnya bila
mudah merembeskan air yang mengangkut unsur hara jauh kedalam tanah.
Akibatnya unsur hara yang dibutuhkan tanaman tidak terjangkau oleh akar
(Lingga dan Marsono, 2008).
B. Arang Sekam
Sekam padi merupakan bahan organik yang berasal dari limbah pertanian
yang mengandung beberapa unsur penting seperti protein kasar, lemak, serat
kasar, karbon, hidrogen, oksigen dan silika (Nurbaity et al, 2011). Arang sekam
merupakan hasil pembakaran tidak sempurna dari sekam padi dengan warna
hitam. Arang sekam mengandung unsur N, P, K dan Ca masingmasing 0.18; 0.08;
0.30 dan 0.14% serta unsur Mg yang besarnya tidak terukur dan mempunyai pH
6-7. Komposisi arang sekam paling banyak ditempati oleh SiO2(52%), C (31%),
Fe2O3, K2O, MgO, Cao dan Cu (dalam jumlah kecil) sehingga arang sekam
memiliki sifat kimia menyerupai tanah.
Kusmarwiyah dan Erni (2011) menyatakan bahwa media tanah yang
ditambah arang sekam dapat memperbaiki porositas media sehingga baik untuk
respirasi akar, dapat mempertahankan kelembaban tanah, karena apabila arang
sekam ditambahkan ke dalam tanah akan dapat mengikat air, kemudian
dilepaskan ke pori mikro untuk diserap oleh tanaman dan mendorong
pertumbuhan mikroorganisme yang berguna bagi tanah dan tanaman. Sukaryorini
dan Arifin (2007) juga menyampaikan bahwa arang sekam mampu memberikan
tanaman. Karakteristik arang sekam padi adalah memiliki sifat lebih remah
dibanding media tanam lainnya (Agustin et al. 2014).
C. Arang Kayu (Charcoal)
Arang merupakan jenis-jenis bahan organik yang berasal dari berbagai
sumber. Sumber dan komposisi bahan yang berbeda akan menyebabkan
kemampuan penyediaan fospor dan kalium pada tanah berbeda pula. Arang
mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai penyerap dan pelepas unsur
hara (pupuk) dalam bidang kesuburan tanah karena memiliki luas permukaan
dalam yang besar dan kurang lebih sama dengan koloid tanah. Arang aktif
mempunyai daya serap (adsorpsi) yang tinggi terhadap bahan yang berbentuk
larutan atau uap. Sifat penting arang kayu adalah kerapatan totalnya antara
1,38-1,46 g/cm3; porositasnya 70%; permukaan dalam 50 m3/g; berat bagian terbesar
antara 80-220 kg/m2; kandungan karbon 80-90%; kandungan abu -2%; dan zat
mudah menguap antara 10-18% (Soemeinaboedhy dan Tejowulan, 2009).
D. Rekayasa Teknologi untuk Meningkatkan daya Ikat Air
Menurut Winarno (2008), dalam kaitannya dengan menyimpan air, tanah
pasiran mempunyai daya pengikatan terhadap lengas tanah relatif rendah karena
permukaan kontak antara tanah pasiran ini didominasi oleh pori-pori makro.
Penggunaan pembenah tanah di lahan pasir pantai merupakan salah satu alternatif
digunakan untuk memperbaiki struktur tanah pasir yaitu dengan penambahan
bahan organik, penambahan lempung, pupuk kandang.
Grumosol merupakan tanah yang didominasi oleh fraksi lempung dengan
kandungan lebih dari 40%. Fraksi lempung memiliki ukuran koloid rendah,
sehingga memiliki luas permukaan jenis yang besar, sehingga memiliki
kemampuan menyerap air yang tinggi, membantu membentuk agregat dan
menyediakan hara, kapilaritas sangat baik, melepaskan air lambat dan aerasi jelek.
Penggunaan lumpur dapat menjadi alternatif sebagai pembenah tanah, karena
lumpur merupakan hasil pengendapan bahan sedimen di sungai yang kaya akan
kandungan lempung sehingga dapat memperbaiki struktur dan pori mikro
(Kastono, 2007). Bahan organik befungsi untuk meningkatkan kesuburan fisika,
kimia dan kesuburan biologi. Pemberian bahan organik dapat menperbaiki
struktur tanah dan meningkatkan ketersediaan air. Dekomposisis bahan organik
dapat menghasilkan humus yang memiliki luas permukaan dan kemampuan
absorpsi lebih besar dari lempung (Rajiman et al, 2008). Selain itu, penambahan
biochar sebagai pembenah tanah dapat memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah,
disamping itu juga dapat berfungsi sebagai sumber hara organik di dalam tanah
(Gani, 2009). Biochar merupakan bahan berbentuk arang yang mengandung
karbon tinggi, dibuat dari biomassa produk pertanian, perkebunan, kehutanan
yang dihasilkan melalui proses pembakaran (pirolisis) pada suhu kurang dari
700oC (Latuponu, 2009). penambahan biochar dapat meningkatkan lengas dan
kapasitas lapangan, tergantung dari bahan biochar dan temperatur pirolisis. Pada
III. METODE PRAKTIKUM
A. Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di Rumah kaca dan Laboratorium Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Jawa Tengah. Praktikum ini berlangsung pada tanggal 11 Oktober 2016 sampai
dengan 10 November 2016.
B. Bahan dan Alat
Alat yang digunakan pada praktikum meliputi polybag, penggaris,
timbangan, ember, screenhouse, sprayer dan alat tulis. Bahan yang digunakan
yaitu tanah pasir pantai, benih jagung, bahan organik (arang kayu dan arang
sekam), bahan pupuk (urea, KCl dan TSP)
C. Prosedur Kerja
1. Alat dan bahan yang akan dipergunakan disiapkan.
2. Pasir ditimbang sebanyak 5 kg tiap masing-masing polybag
3. Arang sekam dan arang kayu yang telah dihaluskan disiapkan, kemudian
masing-masing ditimbang untuk perlakuan dengan taraf 0,625% sebanyak
1,25 gram dan untuk perlakuan dengan taraf 1,25% sebanyak 6,25 gram.
4. Arang dicampur hingga merata dengan tanah pasir yang sudah disiapkan.
5. Benih ditanam pada masing masing polybag sebelum ditanami, polybag yang
6. Semua perlakuan diatur dengan RAKL 5 ulangan
7. Pemeliharaan dilakukan dengan penyiraman sejumlah air yang dibutuhkan
8. Pengendalian OPT dilakukan secara rutin
9. Pengamatan dilakukan terhadap variabel pertumbuhan seminggu sekali
10. Destruksi dilakukan pada 5 HST dengan menyisakan satu tanaman terbaik.
11. Pemupukan dilakukan pada 10 HST dan 20 HST pada setiap polyba dengan
dosis sesuai dengan perlakuan.
Perhitungan :
1. Media (polybag)
VT = Luas permukaan x kedalaman akar
= π x r2x 15 cm
= 3,14 x (12,5)2x 15 cm
= 7359, 375 cm2
BT = VT x BJI
= 7359, 375 cm2x 1,6
= 11,77 kg
Dosis 0,625%
= 20 ton/ha = 10.000 m2x 20 cm x 1,6 gr/cm3
y 5 kg
=2 x 107gr = 20 x 108x 1,6 gr/cm3 y 5000 gr
y = 1000 x 108 32 x 108
Dosis 1,25%
= 40 x 106 = (20 x 108) x 1,6 gr/cm3 y 5000 gr
y = 2.000 x 108cm3x 1,6 gr/cm3 32 x 108
= 62,5 gr
D. Rancangan Percobaan
Praktikum ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan lima
perlakuan dan lima ulangan. Perlakuan percobaan yaitu :
1. Perlakuan arang sekam dengan dosis 0,625% (AS1)
2. Perlakuan arang sekam dengan dosis 1,25% (AS2)
3. Perlakuan dengan penambahan arang kayu 0,625% (AK1)
4. Perlakuan dengan penambahan arang kayu 1,25% (AK2)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 6. Hasil sidik ragam perlakuan terhadap pertumbuhan tanaman jagung
No Variabel Hasil
keterangan : sn= sangat nyata, n= nyata dan tn= tidak nyata
Kesimpulan :
Pemberian perlakuan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap
tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah tajuk, bobot akar dan panjang akar.
Tabel 7. Pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan tanaman jagung
Perlakuan Variabel yang sama menunjukkan adanya perbedaan yang nyata setelah diuji menggunakan DMRT (α= 0,05). TT= Tinggi tanaman, JD= Jumlah daun, BBT= Bobot basah tajuk, BA= Bobot akar dan PA= Panjang akar.
Kesimpulan:
Pemberian perlakuan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pertumbuhan tanaman jagung yang
meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar, bobot akar dan bobot tajuk,
dengan perlakuan pemberian arang dan dosis yang berbeda pada tanah pasir
menunjukan pengaruh yang tidak nyata. Hal ini disebabkan karena jagung mampu
tetap tumbuh pada berbagai kondisi lahan. Seperti penelitian dari Ekowati dan
Nasir (2011) tanaman jagung dapat tumbuh baik pada lahan pasir pantai. Menurut
Budiman (2012) hal ini dikarenakan tanaman jagung tidak memerlukan
persyaratan tanah yang khusus, hampir berbagai jenis tanah dapat diusahakan
untuk pertanaman jagung. Tetapi jagung yang ditanam pada tanah gembur, subur
dan kaya akan humus dapat memberi hasil dengan baik. Jenis tanah yang dapat
ditanami jagung antara lain andosol, latosol, grumosol, tanah berpasir.
Tinggi Tanaman
Salah satu parameter yang diukur pada penelitian ini adalah tinggi tanaman.
Tinggi tanaman dihitung dari pangkal batang hingga ruas batang terakhir sebelum
bunga. Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati sebagai
indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter untuk mengukur pengaruh
lingkungan atau perlakuan yang diterapkan karena tinggi tanaman merupakan
ukuran pertumbuhan yang paling mudah dilihat (Ekowati, 2011).
Hasil analisis (tabel 1.) menunjukan bahwa penambahan arang pada media
pasir tidak menunjukan pengaruh yang berbeda nyata terhadap tinggi tanaman.
Hal ini dikarenakan pada tanah pasir tanaman jagung masih dapat tumbuh
arang kayu dengan dosis 1,25% (78,6 cm) diikuti dengan perlakuan arang sekam
dosis 1,25% (76,8 cm). Taraf dosis penambahan arang terhadap tanah pasir
menunjukan bahwa semakin banyak arang yang dimasukan kedalam tanah maka
dapat mendukung perumbuhan tanaman. Hal ini menunjukan bahwa perlakuan
arang kayu ataupun arang sekam dapat meningkatkan tinggi tanaman. menurut
Rolsatiana et al (2012) pemberian biochar berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan tanaman terutama pada tinggi tanamannya. Karena jenis biochar dari
sisa tanaman lebih cepat terdekomposisi, sehingga unsur hara lebih cepat tersedia
untuk tanaman dan berpengaruh terhadap tinggi tanaman.
Menurut penelitian dari Sumei et al (2016) penambahan arang kayu dan
arang sekam berpengaruh secara nyata. Hasil tinggi tanaman berdasarkan
penelitiannya tertinggi pada perlakuan arang tempurung kelapa. Hal ini berkaitan
dengan ketersediaan nitrogen yang berperan untuk meningkatkan pertumbuhan
tanaman. Biochar kayu berdasarkan kandungan N 0,71%, sekam padi 0,95% dan
tempurung kelapa 9,95% (Widowati et al, 2014). Rendahnya N yang dikandung
biochar kayu diduga menjadi penyebab rendahnya tinggi tanaman pada perlakuan
biochar kayu dibandingkan biochar sekam dan tempurung. Lebih lanjut
disampaikan Maftu’a (2015) bahwa kadar nitrogen yang terdapat pada biochar
tempurung kelapa dalam kategori status tinggi yaitu 1,28%, dari data tersebut
ditunjukan bahwa biochar tempurung kelapa mempunyai kandungan N lebih
tinggi dibandingkan biochar sekam padi dan kayu. Hal itu sangat mendukung
dalam memenuhi kebutuhan hara N terutama pada tanah yang mengalami
Jumlah Daun
Parameter pertumbuhan vegetatif kedua yang diamati ialah jumlah daun.
Pengamatan jumlah daun sangat diperlukan karena selain sebagai indikator
pertumbuhan parameter jumlah daun juga diperlukan sebagai data penunjang
untuk menjelaskan proses pertumbuhan yang terjadi. Hasil rerata jumlah daun
tanaman jagung pada akhir pengamatan (minggu ke-4 setelah tanam) disajikan
pada Tabel 1. Hasil analisis menunjukan bahwa jumlah daun pada tanaman jagung
dengan adanya penambahan arang sekam dan arang kayu menunjukan hasil yang
tidak berbeda nyata pula. Pertumbuhan jumlah daun dengan penambahan arang
baik arang kayu maupun arang sekam dengan dosis yang berbeda memiliki nilai
yang hampir sama dengan jumlah daun perlakuan kontrol. Hal ini dikarenakan
menurut Ekowati (2011) perbedaan kandungan N pada arang kayu yaitu 0,71%
dan arang sekam 0,95% yang perbedaan kandungannya sedikit menyebabkan
perbedaan respon terhadap pertumbuhan jagungnya pun tidak menunjukan
perbedaan yang signifikan. Menurut Sumei (2016) Kandungan yang terdapat pada
biochar tempurung kelapa N 9.95% P 0.10%, K 0.71%, biochar sekam padi N
0.71% ,P 0.06%,K 0.14%, biochar kayu N 0.81%, P0.01%, K0.36%. Kandungan
hara N yang rendah dapat menjadi faktor pembatas terhadap proses pertumbuhan
tanaman terutama pada bagian daun.
Panjang Akar
Parameter pertumbuhan yang diamati selanjutnya yaitu panjang akar.
Berdasarkan hasil analisis statistik bahwa panjang akar dengan perlakuan kontrol
tidak menunjukan perbedaan secara nyata. Pertumbuhan panjang akar yang
tertinggi yaitu pada perlakuan kontrol. Menurut penelitian Supriyanto (2010)
bahwa penambahan arang kayu atau arang sekam tidak berpengaruh secara nyata
terhadap perpanjangan akar. Namun, dengan penambahan arang sekam panjang
akar dapat meningkat 10,76%- 20,37%. Panjang akar pada perlakuan kontrol ini
dapat disebabkan sebagai mekanisme ketahanan jagung terhadap kekeringan.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa tanah pasir memiliki laju
infiltrasi yang tinggi sehingga daya mengikat airnya rendah, tanpa adanya
penambahan arang maka daya ikat air pada perlakuan kontrol yang menyebabkan
tanaman jagung tersebut berada dalam kondisi tercekam. Mekanisme tanaman
tercekam kekeringan yaitu dengan melakukan pemanjangan akar. Terlebih lagi
tanah pasir memiliki porositas yang tinggi sehingga memberikan ruang untuk akar
bergerak memanjang. Menurut Prasetyo (2010) porositas dalam tanah erat
kaitannya dengan ruang pori tanah yang berperanguh juga terhadap panjang akar
dimana pertumbuhan panjang akar akan meningkat dengan adanya ruang pori
yang tinggi.
Penambahan arang tidak menyebabkan pemanjangan akar tetapi beberapa
penelitian menunjukan bahwa penambahan arang dapat menyebabkan
pertumbuhan akar yang banyak. Menurut Hanafiah (2007) arang aktif melalui
bentuk partikel-partikelnya merupakan penyusun sebagian ruang pori media
tumbuh yang tidak saja berfungsi sebagai gudang udara dan air, tetapi juga
sebagai ruang untuk akar berpenetrasi. Makin sedikit ruang pori tanah akan makin
penambahan arang aktif menyebabkan pertumbuhan akar menjadi lebih banyak
dibandingkan kontrol. Pembentukan rambut akar yang lebih banyak tersebut di
antaranya dapat disebabkan oleh pengaruh suhu tanah. Arang aktif dan arang
adalah bahan yang berwarna hitam, sehingga menyerap panas matahari. jika 1 m2
permukaan tanah ditaburi dengan 200 g arang, suhu permukaan tanah akan
meningkat sebesar 70C. Jumlah dan laju pembentukan rambut akar lebih tinggi
pada tanah yang bersuhu 26 0C daripada yang bersuhu 15 0C. Pertumbuhan suatu
tanaman tidak hanya tergantung pada kapasitas tanah untuk membebaskan
haranya tetapi juga tergantung pada kapasitas sitem perakaran untuk menyerap
hara-hara tersebut secara efisien.
Bobot Basah Tajuk
Pengukuran berat segar merupakan bagian dari pengukuran biomassa
tumbuhan. Biomassa tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk mendiskripsikan dan mengetahui pertumbuhan suatu tanaman karena
biomassa tanaman relatif mudah diukur dan merupakan gabungan dari hampir
semua peristiwa yang dialami oleh suatu tanaman selama siklus hidupnya. Oleh
karena itu, parameter ini merupakan indikator pertumbuhan tanaman yang paling
representatif. Terdapat dua macam pengukuran biomassa tanaman, yakni berat
segar dan berat kering. Berat segar tanaman dihitung dengan jalan menimbang
tanaman cepat-cepat sebelum kadar air dalam tanaman banyak berkurang. Berat
basah suatu tanaman sangat dipengaruhi oleh status air. Status air suatu jaringan
atau keseluruhan tubuh tanaman dapat berubah seiring pertambahan umur
Berdasarkan hasil analisis, bobot basah tajuk tanaman jagung dengan
perlakuan penambahan arang kayu ataupun arang sekam dan kontrol tidak
berbeda secara nyata. Bobot basah tajuk berdasarkan hasil pengamatan pada
tanaman jagung umur 4 MST tertinggi yaitu pada perlakuan penambahan arang
kayu dengan dosis 1,25% yaitu 18,07 gram diikuti dengan perlakuan penambahan
arang sekam dengan dosis 1,25% 17,60 gram. Besarnya bobot basah tajuk pada
tanaman jagung perlakuan penambahan arang kayu dengan dosis 1,25% ini
menunjukan bahwa arang kayu dapat meningkatkan daya ikat air pada tanah pasir
sehingga air tersedia untuk tanaman. Sedangkan tananam dengan penambahan
arang sekam juga mempunyai nilai bobot basah tajuk yang lebih besar
dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Besarnya bobot basah tajuk perlakuan
arang kayu dibandingkan dengan aran sekam, menurut Soemeinaboedhy (2009)
karena arang kayu mempunyai karakteristik mampu menyimpan air lebih baik
dibandingkan dengan jenis arang lainya. Berdasarkan perhitungan, arang kayu
mempunyai nilai kadar lengas yang lebih tinggi dibandingkan arang lainnya yaitu
12,5%, arang sekam padi 8,42%, arang serbuk gergaji 8,42% dan arang
tempurung kelapa 7,30%. Kandungan lengas juga erat kaitannya denan berat jenis
arang. Semakin tinggi berat jenis arang maka kandungan lengasnya semakin
rendah. Arang kayu memiliki berat jenis 1,11 g/cm2, tempurung kelapa 1,15
/cm2, arang sekam padi 1,23 /cm2 dan arang serbuk gergaji 1,53 /cm2.
Bobot Basah Akar
Berat basah akar erat hubungannya dengan pertumbuhan dan perkembangan
dan perkembangan akar yaitu struktur, tekstur, kepadatan tanah, porositas,
kandungan bahan organik dan kelembapan tanah. Pemberian biochar akan
menambah kandungan bahan organik tanah yang kemudiaan akan memperbaiki
sifat – sifat fisika tanah dan meningkatkan pertumbuhan serta perkembangan akar
(Kurnia dkk, 2006). Berdasarkan hasil analisis statistik, berat akar memiliki
pengaruh yang tidak berbeda nyata antar perlakuan baik dengan arang sekam,
arang kayu ataupun dengan perlakuan kontrol. Berat akar tanaman jagung hasil
pengamatan selama 4 MST didapatkan nilai tertinggi yaitu pada perlakuan
pemberian arang sekam dengan dosis 1,25%. Besarnya bobot basah akar pada
perlakuan penambahan arang sekam ini menurut Irawan dan Kafiar (2015) karena
karakteristik arang sekam padi adalah memiliki sifat lebih remah dibanding media
tanam lainnya. Sifat inilah yang diduga memudahkan akar tanaman jagung yang
diuji dapat menembus media dan daerah pemanjangan akar akan semakin besar
serta dapat mempercepat perkembangan akar. Selain itu, Agustin et al (2014)
menambahkan bahwa arang sekam padi memiliki daya serap tinggi karena
memiliki pori yang lebih besar sehingga mampu menyerap unsur hara yang ada
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pemberian arang sekam maupun arang kayu dilakukan dengan tiga perlakuan
yaitu kontrol, pemberian arang dengan dosis 1,25% dan 0,625% pasir dengan
menggunakan Rancangan Acak Kelompok lima kali ulangan.
2. Pemberian arang kayu maupun arang sekam memberikan hasil yang tidak
berbeda nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah tajuk,
bobot basah akar dan panjang akar. Pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah
daun, bobot basah tajuk tertinggi ada pada perlakuan dengan penambahan
arang kayu dosis 0,625%, sedangakan panjang akar tertinggi pada perlakuan
kontrol, dan bobot basah akar tertinggi ada pada perlakuan arang sekam
dengan dosis 1,25%.
B. Saran
Untuk praktikum selanjutnya disarankan menggunakan berbagai jenis arang
misalnya arang tempurung kelapa dan arang serbuk gergaji sehingga dapat dilihat
DAFTAR PUSTAKA
Agustin DA, Riniarti M, Duryat. 2014. Pemanfaatan limbah serbuk gergaji dan arang sekam sebagai media sapih untuk cempaka kuning (Michelia champaca). Jurnal Sylva Lestari2 (3): 49-58.
Aurum, Mustika. 2005. Pengaruh jenis media tanam dan pupuk kandang terhadap pertumbuhan setek sambang colo. Skripsi. Fakultas Pertanian, IPB, Bogor.
Ekowati, Diah dan Mochamad Nasir. 2011. Perumbuhan tanaman jaguung (Zea mays L.) pada pasirrejectdan pasir asli di panta Trisik Kulon Progo, Jurnal manusia dan lingkungan 18(3) : 220-231.
Hanafiah, K.A. (2007). Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Irawan, Arif., Yeremias Kafiar. 2015. Pemanfaatan cocopeat dan arang sekam padi sebagai media tanam bibit cempaka wasian (Elmerrilia ovalis).
Prosiding seminar nasional masyarakat biodiverstas indonesia 1(4) : 805-808.
Kastono, D. 2007. Aplikasi model rekayasa lahan terpadu una meningkatkan produksi hortikultura secara berkelanjutan di lahan pasir pantai. jurnal ilmu ilmu pertanian3(2) : 112-123.
Kurnia, U., Fahmuddin A., Abdurachman A. dan Ai D. 2006. Sifat Fisik Tanah dan Metode Analisisnya. Balai Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor
Kusmarwiyah R, Erni S. 2011. Pengaruh media tumbuh dan pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman seledri (Apium graveolens L.).Crop Agro4 (2): 7-12.
Lempang, Mody., Hermin Tikupadang. 2013. aplikasi arang aktif tempurung kemiri sebagai komponen media tumbuh semai melina. Jurnal penelitian kehutanan wallacea2(2) : 121-137
Maftu’ah, E. Dan D. Nursyamsi. 2015.Potensi Berbagai Bahan Organik Rawa Sebagai Sumber Biochar. Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP). Bogor.
Prasetyo., Herru Djatmiko., Niken Sulistyningsih. 2010. Pengaruh kombinasi bahan baku dan dosis biocharterhadap perubahan sifst fisika tanah pasiran pada tanaman jagung. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Negeri Jember.
Prayitnno, Adi. 2015. Respon pemberian kapur dolomit dan pupuk organik granule moderen terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah (Allium ascalonicum L.) pada tanah berpasir. Skripsi. Fakultas pertanian dan Kehutanan, Universitas Muhamadiyah Palangkaraya.
Rajiman, et al. 2008. Pengaruh pembenah tanah terhadap sifat fisika tanah dan hasil bawang merah pada lahan pasir pantai Bugel Kabupaten Kulon Progo.
Agrin 12(1).
Rostaliana, Pevi., Priyono P., Edhi T. 2012. Pemanfaatan biochar untuk perbaikan kualitas tanah dengan indikator tanaman jagung hibrida dan padi gogo pada sistem lahan tebang dan bakar. Jurnal penelitian pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan1(3) : 179-188.
Soemeinaboedhy, I.N., Sri Tejowulan. 2009. Pemanfaatan arang sebagai sumber unsur hara P dan K serta pembenah tanah. Jurnal agroteksos 19 (3).
Sukaryorini P, Arifin. 2007. Kajian pembentukan caudex Adenium obesum pada diversifikasi media tanam. Jurnal Pertanian Mapeta10 (1): 31-41.
Sumei, Theresia., Widowati dan Sutoyo. 2016. respon tanaman jagung (Zea mays L.) terhadap aplikasi biochar dan pupuk susulan N dan K pada tanah terderadasi. Skripsi. Fakultas pertanian, Universitas Tribhuana Tunggadewi.
Supriyanto., Firdayaningsih Fiona. 2010. Pemanfaatan arang sekam untuk memperbaiki pertumbuhan semai jabon (Anthocepalus cadamba) pada Media Subsoil. Jurnal silvikultur tropika 1(1) : 24-28.
Widowati, Asnah, W H Utomo 2014. The Use Of Biochar To Reduce Nitrogen And Potassium Leaching From Soil Cultivated With Maize. ISSN:2339-076X,Vol 2 No 1