• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANGAN INTERVENSI PERILAKU UNTUK MENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "RANCANGAN INTERVENSI PERILAKU UNTUK MENG"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANGAN INTERVENSI PERILAKU UNTUK MENGATASI REWEL PADA ANAK SD USIA 7 TAHUN

Laporan Individual

Disusun sebagai UTS dan UAS Semester Ganjil Angkatan 2015 Mata Kuliah Psikologi Belajar

Disusun Oleh : NAMA : KANIA KARTIKA

NIM: 1504918

DEPARTEMEN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

BAB I

ILUSTRASI KASUS

(3)

BAB II

KAJIAN LITERATUR

A. TEORI BELAJAR B.F SKINNER (OPPERANT CONDITIONING)

Teori belajar BF Skiner termasuk pada paradigma behaviorisme, yang menjelaskan bahwa suatu pembelajaran akan menghasilkan perubahan tingkah laku. Skinner menolak istilah seperti dorongan, motivasi dan tujuan. Karena menurutnya itu termasuk pada pengalaman mental pribadi dan menyebabkan psikologi menjadi non ilmiah. Menurut skinner, hubungan antara stimulus dan respon di lingkungan yang menghasilkan perubahan perilaku. Stimulus yang diberikan akan memengaruhi respon yang menghasilkan konsekuensi yang mempengaruhi munculnya perilaku (Hergenhahn dan Olson, 2008).

Menurut Skinner pembelajaran menjadi berjalan sesuai yang di inginkan jika terdapat imbalan, imbalan tersebut diberikan setelah subjek melakukan perilaku yang diharapkan, bila terjadi respons dan diperkuat, kemungkinan akan terjadi lagi dengan adanya rangsangan serupa meningkat. Oleh karena itu belajar terjadi ketika perubahan perilaku telah terjadi (Tayo, 2001). Skinner mengemukakan dua jenis pengkondisian yaitu pengkondisian tipe S atau responden conditioning yang menekankan pada stimulus dalam memunculkan respon yang diinginkan. Selain itu, terdapat tipe R atau operant conditioning yang menekankan pada pentingnya suatu respon. Terdapat dua prinsip dalam pengkondisian tipe R ini : (1) respon yang diikuti stimulus yang menguatkan akan cenderung diulang dan (2) stimulus yang menguatkan akan memperbesar rata-rata terjadinya respons operan (Hergenhahn dan Olson, 2008).

Penguatan dalam suatu pembelajaran dapat dikategorikan menjadi penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif adalah sesuatu yang memperkuat organisme untuk mempertahankan perilakunya, sedangkan penguatan positif adalah sesuatu yang dianggap membahayakan atau suasana yang membuat tidak nyaman agar organisme mengurangi perilaku yang tidak diharapkan (Hergenhahn dan Olson, 2008). Selain penguatan, Skinner juga mengemukakan adanya hukuman dalam proses belajar, hukuman merupakan penyajian stimulus yang kuat yang menurunkan frekuensi respons tertentu. Hukuman efektif dalam menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan dengan cepat (Zhou & Brown, 2014)

B. TEORI ALBERT BANDURA (SOCIAL LEARNING)

(4)

Observasional learning melibatkan proses kognitif yang melibatkan sejumlah atribut seperti bahasa, moralitas, pemikiran dan pengaturan diri dari perilaku seseorang, sehingga individu tidak sekedar meniru secara otomatis (mekanis) setelah mengobservasi lingkungan namun individu akan memproses secara kognitif dengan menggunakan pertimbangan pengalaman sebelumnya, seperti dari segi moral, cara pandang atau pemikirannya (Suroso, 2004).

C. PERKEMBANGAN EMOSI PADA ANAK

Menurut Hurlock (1978) emosi berperan penting dalam kehidupan, termasuk pada anak. Emosi dapat berdampak pada penyesuaian pribadi dan sosial anak. Pola perkembangan emosi sudah terjadi sejak bayi baru lahir dapat dilihat dari rangsangan umum terhadap stimulasi yang kuat. Selain itu Hurlock juga mengemukakan mengena pengaruh emosi terhadap penyesuaian pribadi dan sosial anak, yaitu :

1. Emosi menambah rasa nikmat bagi pengalaman sehari-hari 2. Emosi menyiapkan tubuh untuk melakukan tindakan

3. Ketegangan emosi mengganggu keterampilan motorik 4. Emosi merupakan bentuk komunikasi

5. Emosi mengganggu aktivitas mental

6. Emosi menjadi sumber penilaian diri dan sosial

7. Emosi mewarnai pandangan anak terhadap kehidupan 8. Emosi memengaruhi interaksi sosial

9. Emosi memperlihatkan kesannya pada ekspresi wajah 10. Emosi memengaruhi suasana psikologis

(5)

perasaan intelektual, perasaan sosial, perasaan susila, perasaan keindahan dan perasaan ketuhanan.

(6)

BAB III

DESKRIPSI RANCANGAN INTERVENSI PERILAKU UNTUK MENGATASI REWEL PADA ANAK SD USIA 7 TAHUN

A. TUJUAN

Tujuan dari intervensi perilaku ini adalah mengurangi sikap rewel dan mengubah perilaku subjek intervensi menjadi penurut dan tidak tantrum.

B. SASARAN

Sasaran dari intervensi ini dilakukan pada : Nama/panggilan : Saskia Zahra Adelia / Kiki Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 7 tahun

C. METODE INTERVENSI

Metode intervensi yang digunakan bersumber dari teori operant conditioning yang menjelaskan bahwa pembelajaran adalah ketika adanya perubahan perilaku, perubahan perilaku ini dapat menguat ketika adanya imbalan. Selain itu intervensi ini juga menggabungkan teori operant conditioning dengan social learning, sehingga subjek yang akan dii intervensi dicoba untuk diperlihatkan dahulu contoh agar subjek dapat mengamati, mengimitasi dan melakukan perilaku yang diinginkan, jika perilaku yang diinginkan muncul maka subjek akan diberi penguatan positif.

Metode pembantu lain dalam intervensi kali ini menggunakan metode pengendalian emosi pada anak, subjek diberikan pemahaman mengenai emosi yang kerap ia keluarkan dan juga subjek di setting pada kondisi lingkungan yang emosinya stabil.

D. LANGKAH-LANGKAH INTERVENSI

1. Subjek diperintahkan untuk membereskan buku-buku pelajaran

2. Jika subjek melakukan perintah no 1 maka subjek diberi penguatan berupa cokelat 3. Subjek diperintahkan untuk makan dengan mandiri (tidak disuapi)

4. Jika subjek melakukan perintah no 3 maka subjek akan diberi penguatan berupa susu 5. Jika subjek tidak melakukan perintah no 5 subjek tidak akan di izinkan untuk bermain

dengan temannya

6. Subjek di setting dalam suasana lingkungan dengan emosi stabil

7. Subjek diperintahkan untuk mengeluarkan segala emosinya dengan bercerita mengenai apa yang subjek rasakan selama hari itu

8. Subjek diperintahkan untuk mengamati interventor mewarnai sebuah gambar 9. Subjek diberikan gambar yang perlu ia warnai

(7)

11. Subjek diperintahkan untuk memperhatikan inventor melipat origami 12. Subjek diperintahkan membuat origami seperti yang telah dicontohkan

13. Jika subjek melakukan perintah maka subjek diberi penguatan berupa pujian saja 14. Subjek diperintahkan untu mewarnai gambar

(8)

BAB IV

Hari pertama intervensi dilakukan pada tanggal 12 Mei 2017 dimulai pukul 17.00-20.00. Hari pertama intervensi, subjek sedang dalam keadaan tidak sehat dan hanya terbaring lemah sehingga interventor mencoba untuk membangun kesan yang baik terlebih dahulu dengan mengajaknya mengobrol dan bercerita.

Setelah subjek dirasa mulai ada kedekatan dengan interventor, subjek diajak untuk membuka pelajaran yang kemarin ia pelajari dan subjek mulai membuka buku-buku pelajarannya, namun ketika akan direkam, subjek merasa malu dan tidak mau untuk membuka buku pelajarannya. Akhirnya perekaman dihentikan, dan subjek baru mau membuka buku-buku pelajarannya. Subjek menunjukan buku matematika dan juga hasil UTS, dalam buku matematika subjek terdapat PR dan sudah selesai dikerjakan oleh subjek dengan baik, lalu ia menunjukkan hasil-hasil UTS dengan nilai-nilai yang memuaskan kecuali di pelajaran PKN. Akhirnya kami membahas soal-soal ujian PKN tersebut bersama, subjek awalnya acuh tak acuh, namun lama kelamaan subjek mau menjawab beberapa pertanyaan sederhana yang diajukan.

Setelah kegiatan belajar terserbut, subjek lalu pergi menuju kasurnya dan meninggalkan buku-bukunya begitu saja tanpa ia bereskan terlebih dahulu, ini merupakan kebiasaan subjek setelah belajar maupun bermain, subjek tidak mau membereskannya. Jika kakak subjek memerintahkan subjek untuk membereskan subjek akan marah-marah dan akhirnya menangis. Maka interventor mencoba merayu subjek untuk membereskan buku-buku pelajarannya, interventor berjanji akan memberikan cokelat jika subjek mau membereskan buku-bukunya, akhirnya subjek mau membereskan bukunya dan interventor memberikannya cokelat.

Pada saat makan malam, seluruh anggota keluarga makan malam bersama, namun subjek malah menghindar dan mengurung diri di kamarnya. Interventor mencoba merayu subjek agar mau makan malam bersama, ini juga merupakan salah satu kebiasaan subjek, jika saatnya makan, subjek kerap kali rewel tidak mau makan, terkadang subjek ingin makan makanan yang tidak disediakan namun tidak mengatakan apa yang ingin subjek makan dan berakhir denga tantrum.

(9)

mau keluar dari selimutnya dan makan, subjek juga dijanjikan jika nanti makan akan disuapi namun saat itu subjek tetap saja menolak hingga akhirnya interventor menyimpan susu kesukaannya di dekat subjek dan meninggalkan subjek karena subjek tidak mau lagi diajak bicara dan direkam.

Beberapa menit setelah subjek ditinggalkan sendiri di kamarnya akhirnya subjek keluar kamar dan mau makan dengan mandiri tanpa disuruh, namun dengan sikap seperti terpaksa dan terlihat masih ada sedikit tangisan.

Intervensi ketika makan tidak sesuai dengan rancangan, karena pada awalnya penguatan berupa susu akan diberikan jika subjek melakukan perilaku yang diinginkan, namun interventor malah memberikan penguatan di awal, namun hal itu berhasil membuat subjek melakukan perilaku yang diinginkan.

 Hari ke-2 intervensi :

Pertemuan ke-2 dilaksanakan pada tanggal 13 Mei 2017 dari pukul 18.00-19.00. Pada pertemuan ke-2 subjek sedang libur sekolah dan hanya melakukan kegiatan berupa main games dan menonton televisi. Subjek saat itu ingin menonton anime di laptop kakaknya, namun laptop kakaknya sedang dipakai untuk mengerjakan tugas kuliah, ia akhirnya mengalami tantrum dan melemparkan beberapa mainannya dan menangis di kamarnya.

Interventor mencoba untuk merayunya agar mau menonton anime di laptop yang lain, namun subjek tidak mau. Lalu interventor menjelaskan pada subjek agar tidak berperilaku seperti itu pada kakaknya yang sedang melaksanakan tugas kuliah. Subjek tetap tantrum di kamarnya dan menangis, lalu interventor meninggalkannya sendirian di kamar selama beberapa menit, lalu interventor kembali ke kamarnya dan subjek masih tetap menangis, lalu interventor memeluk subjek dan menenangkannya, tangisnya sedikit mereda saat itu. Lalu subjek ditanya mengenai apa yang ia rasakan, awalnya subjek tidak mau menjawab dan hanya terdiam lalu menangis lagi.

Lalu interventor menceritakan suatu kisah pribadi interventor pada subjek, dan subjek mulai mendengarkan, selain itu interventor mencoba memberikan pemahaman mengenai hal-hal yang boleh dan tidak boleh subjek lakukan, subjek mendengarkan dengan seksama, selanjutnya ia menceritakan hal yang ia rasakan.

Setelah bercerita, tantrumnya mereda dan ia bisa beraktivitas seperti biasa lagi dan tidak mengganggu pekerjaan kakaknya dan mulai bermain dengan bonekanya. (percakapan subjek terlampir dalam verbatim).

 Hari ke-3 :

(10)

mewarnai gambar hello kitty. Saat itu subjek sedang bermain dengan sepupunya, mereka merupakan teman sebaya.

Setelah itu, subjek dan temannya diberikan gambar yang sama dan belum diwarnai, subjek diperintahkan untu mewarnainya. Lalu subjek mewarnai bersama dengan tenang dan tidak merengek terlebih dahulu seperti biasanya, subjek terlihat lebih tenang dan mampu mewarnai dengan baik. Setelah selesai mewarnai, subjek diberikan penguatan berupa permen yupi.

Lalu selanjutnya subjek diperintahkan mewarnai lagi dengan gambar yang berbeda, yaitu gambar ayam. Subjek melakukannya dengan baik, namun kali ini subjek diberikan penguatan hanya berupa pujian. Setelah selesai mewarnai, subjek dikondisikan kembali untuk memperhatikan interventor untuk membuat origami ikan paus dan origami lainnya.

Subjek lalu mengikuti lipatan demi lipatan yang dicontohkan hingga membentuk origami yang sama. Subjek awalnya kebingungan namun akhirnya bisa mengikuti dengan baik, dan kali ini terdapat sedikit rengekan ketika ia tidak bisa mengikuti dan meminta bantuan pada interventor. Setelah selesai melipat origami, subjek diberikan penguatan berupa cokelat.

Intervensi selesai, namun ternyata setelah itu subjek dengan mandiri membuat origami dengan temannya, mereka membuat origami yang sama seperti yang tadi telah dicontohkan. Lalu subjek juga mengikuti origami yang di buat oleh temannya.

B. PEMBAHASAN

Seluruh rangkaian intervensi yang dilakukan pada subjek, secara keseluruhan sudah mengikuti teori yang dipakai dan sesuai dengan rancangan intervensi meski ada langkah yang tidak sesuai. Intervensi berupa perintah membereskan buku pelajaran dan mainan pada tempatnya merupakan intervensi yang berdasarkan pada teori B.F Skinner mengenai operant conditioning. Subjek diminta untuk melakukan perilaku yang diinginkan terlebih dahulu baru diberikan penguatan berupa makanan. Sama halnya ketika memerintahkan subjek untuk bergabung makan bersama, intervensi dirancang berdasarkan teori B.F Skinner mengenai operant conditioning. Subjek diminta untuk melakukan perilaku yang diinginkan terlebih dahulu baru diberikan penguatan berupa makanan, namun di lapangan, interventor salah melakukan langkah, interventor memberikan penguatan terlebih dahulu lalu perilaku yang di inginkan muncul, namun hal ini berhasil membuat subjek melakukan perilaku yang diinginkan.

(11)

lingkungan subjek termasuk pada lingkungan dengan emosi yang stabil, namun lingkungan subjek tidak mendukung subjek untuk mengeluarkan seluruh emosi dengan baik, karena anggota keluarga cukup sibuk, subjek jarang bercerita pada anggota keluarga. Biasanya subjek bercerita pada ibunya, namun semenjak ibu subjek meninggal dunia, emosi subjek menjadi tidak stabil dan sering tantrum.

(12)

BAB V SIMPULAN

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Hergenhahn, B.R, & Olson H.M. 2008. Theories Of Learning (Teori Belajar) (7th ed.). Jakarta: Kencana.

Hurlock, Elizabeth B. 1988. Perkembangan anak, jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Smith, M., & Berge, Z. L 2009. Social Learning Theory in Second Life, 5(2), 439–445.

Suroso. 2004. Teori belajar observasi menuju belajar mempertajam rasa. Buletin Psikologi. 12 (1). 16-32.

Tayo, S.A 2001. B. F. Skinner's Theory And Education: A Christian Critique. Babcock University. Nigeria

(14)

LAMPIRAN A. LAMPIRAN VIDEO

Lampiran ada di dalam cd B. LAMPIRAN VERBATIM

Kania : Kiki kenapa nangis? Mau nonton mah pake laptop teh ia aja ya ki Kiki : gamau kiki mah si kakanya suka gitu ke kiki

Kania : sini di laptop teh ia aja banyak anime mah yuuu, ki kan laptop si kakak lagi dipake buat ngerjain tugas, kasian ki si kakak kan cape baru pulang kuliah tuh belum ngerjain tugas. Kiki sayang enggak sama kakak? Kalo kiki sayang sama si kakak kiki ga boleh kayak gitu yaaa, kiki kan anak pinter, anak pinter mah ga boleh nangis. Kasian gak tuh kiki liat si kakak, kasian ya si kakaknya ga boleh gitu, si kakak juga kan sayang sama kiki.

*subjek menangis dan tantrum di kamar* *subjek ditinggalkan beberapa menit*

Kania : *memeluk subjek dan mengusap kepalanya* kiki mau apa? Sini cerita sama teh ia. *Hanya menggeleng kepala dan tediam sambil menangis

Kania : Ki, teh ia punya cerita, dulu waktu teh ia kecil mamah teh ia meninggal, teh ia sedih, teh ia nangis pingin ketemu mamah. Teh ia sedih harus belajar sendirian ga ada mamah, teh ia suka kangen sama mamah, kalo teh ia kangen teh ia mah suka liat foto mamah terus berdoa buat mamah. Teh ia juga suka kangen sama mamah kiki, mamah kiki itu udah kayak mamah teh ia, mamah kiki suka baik sama teh ia. Kiki : iya kiki tau cerita teh ia yang itu, waktu itu ibu cerita mamah teh ia maot ciga

mamah kiki.

Kania : iya, kiki suka kangen mamah? *mengangguk*

Kania : kalo kiki kangen mamah, kiki berdoa yaaa doain mamah sama dede wisnu di syurga ya ki. Kiki kalo nangis itu kenapa? Kiki sebel? Kiki bete? Kiki sedih? Sok ceritain sama teh ia

Kiki : Kiki kangen sama mamah kiki, tapi si kakak suka gitu ke kiki, si kakak mah teu sayang ka kiki teh, kiki teh suka disalahkeun wae. Si teteh juga suka nyarekan ke kiki teh, padahal kan kiki mau main aja

(15)

Kiki : da kiki gatau ih teh ia Kania : kiki suka sedih? Kiki : iya

Kania : kalo kiki sedih suka cerita engga? Kiki : *menggelengkan kepala*

Kania : ki, kalau kiki sedih, seneng atau kesel kiki cerita aja sama siapapun mau sama si kakak, sama si ema, sama si ibu, sama si teteh. Atau sama teh ia juga boleh, kalo teh ianya jauh kiki kan udah bisa sms ya, sms aja nanti teh ia bales sms kiki, kita nanti bisa curhat bareng ya ki

Kiki : kalau kiki cerita teh da si kakak na tidur wae, si ema oge da kitu ka kikina. Si teteh mah suka marahin kiki wae

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan : Perubahan perilaku pemberian makan ibu pada anak balita dengan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Jabung Malang setelah intervensi “teaching nutrition” disebabkan

Salah satu metode yang dipilih oleh peneliti adalah intervensi Integrasi Perubahan Perilaku (IPP) melalui pendekatan terapi rasional emosi perilaku/ rational emotive behavior therapy

Sebelum diberikan perlakuan, skor perilaku menghindar subjek berada pada skor 6, dengan perilaku yang ditunjukkan subjek adalah selalu menangis lebih dari 2 jam dan

Penayangan video self-modeling secara berulang-ulang sebagai intervensi pada subjek dengan ADHD menyebabkan subjek memiliki keyakinan tentang kemampuan yang

Lingkungan internal dalam penguatan perilaku subjek yaitu lingkungan rumah, dimana subjek kurang diberikan perhatian dan pengawasan oleh orangtua pada saat

yaitu desain intervensi yang melibatkan baseline dan treatment terhadap perilaku yang berbeda dari subjek yang sama (Miltenberger, 2012). Subjek dari penelitian ini adalah

Dapat menjadi masukan bagi pemegang program malaria untuk mengoptimalkan upaya promotif dan preventif berupa intervensi perilaku dan lingkungan dalam menanggulangi

penelitian bukan hanya pada staf tapi juga pimpinan; intervensi Hero Diary sebaiknya diperpanjang waktu pelaksanaannya sehingga bisa terlihat perubahan pada