• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBIBITAN TANAMAN PAD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM PEMBIBITAN TANAMAN PAD"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBIBITAN TANAMAN PADI

LAPORAN PRAKTIKUM

Oleh : Kelompok 3

1. Misbahul Hasan Zainudin (141510501178) 2. Zahela Siti Asyiyah (141510501004) 3. Dentin Queentiara M. (141510501062) 4. Angga Frastyo (141510501140) 5. Noviantari Cahya P. (141510501019)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(2)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara agraris di Asia tenggara yang terletak pada garis khatulistiwa dan berada di antara dua benua yaitu benua asia dan australia luas daratan yang cukup luas yaitu 1.922.570 km2, daratan di Indonesia di bagi menjadi dua golongan yaitu dataran rendah dan dataran tinggi. Indonesia yang berada di daerah khatulistiwa menyebabkan Indonesia memiliki curah hujan, suhu dan kelembaban tinggi serta panas merata sepanjang tahun yang menyebabkan kegiatan pertanian berlangsung sepanjang tahun. Di Indonesia terdapat berbagai keragaman organisme yang ada, salah satunya adalah tanaman. Tanaman merupakan salah satu sumber daya alam yang terpenting dalam suatu kehidupan. Mayoritas penduduk Indonesia memanfaatkan tanaman untuk di jadikan usaha di bidang pertanian yang berarti sebagian besar penduduknya sebagai petani, sehingga sektor pertanian memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia baik sebagai lapangan pekerjaan maupun sebagai sektor penting dalam penyadia pangan nasional.

Meningkatnya pertumbuhan penduduk Indonesia menimbulkan tantangan baru yang harus dihadapi dari sektor pertanian terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan di dalam negri. Besarnya jumlah penduduk berkaitan langsung dengan pemenuhan kebutuhan pangan. Peningkatan jumlah penduduk tersebut memiliki kemungkinan akan berdampak pada peningkatan jumlah permintaan pangan khususnya tanaman padi sebagai makanan pokok masyarakat Indonesia.

(3)

tercukupi dari produksi dalam negeri dan mampu meningkatkan kesejahteraan petani.

Sistem pertanian di Indonesia dikelompokkan ke dalam dua bagian yaitu pertanian lahan basah atau sawah dan pertanian lahan kering. Pembangunan pertanian di Indonesia difokuskan pada peningkatan produksi tanaman pangan, terutama beras. Pada saat ini sebagian besar dana dialokasikan untuk program intensifikasi, pembangunan dan perbaikan jaringan-jaringan pengairan atau irigasi sawah.

Lahan yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia terutama untuk pertanaman padi merupakan lahan pertanaman sawah. Tingkat peningkatan produktivitas padi sawah cenderung menurun. Sistem intensifikasi padi sawah belum mampu untuk meningkatkan tingkat produktivitas tanaman padi sementara keperluan input yang tinggi sudah tidak berbanding lurus terhadap peningkatan produktivitas padi. Pengelolaan sistem penanaman padi yang tidak padu menyebabkan peningkatan produktivitas padi berkurang. Pengaruh lain seperti degradasi lahan menyebabkan penurunan tingkat kemampuan atau daya dukung lingkungan.

(4)

dilakukan di nampan. Petani yang ada di indonesia kususnya jawa mayoritas menggunakan pembibitan basah. Bibit padi yang akan disemai seharusnya merupakan bibit padi yang sehat agar produk yang dihasilkan lebih banyak dan berkwalitas. Penanaman bibit padi yang tidak sehat dapat menyebabkan padi mudah terserang penyakit sehingga produktifitasnya kecil dan kwalitasnya rendah. Bibit merupakan hal yang sangat penting dalam proses budidaya padi yang harus disiapkan dengan baik. Persemaian harus dilakukan dengan baik karena persemaian akan menentukan kualitas padi yang nantinya akan ditanam di sawah. Rangkaian pertumbuhan bibit padi merupakan fase pertumbuhan penting dalam budidaya padi yang harus di perhatikan. Kesalahan dalam penggunaan bibit akan membawa implikasi berupa pertumbuhan tanaman yang tidak seragam. Pertumbuhan tanaman yang tidak seragam berdampak terhadap penurunan kualitas dan hasil panen yang diperoleh.

Pemeliharaan dalam pembibitan, harus diperhatikan keadaan ketersedian air, karena selama pembibitan kecukupan air dalam tempat pembibitan harus tersedia dalama jumlah yang cukup agar pembibitan berjalan dengan baik dan terjadinya kerusakan bibit terutama oleh gangguan hama dan penyakit dapat dicegah. Dalam pembibitan, organisme yang paling banyak menyerang dan mengganggu pembibitan berasal dari golongan hama. Hal ini perlu diwaspadai agar pembibitan padi akan menghasilkan hasil yang maksimal.

(5)

1.2 Tujuan

1. Mengetahui cara menentukan mutu benih padi berdasarkan konsentrasi larutan uji.

(6)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan penting yang telah menjadi makanan pokok lebih dari setengah penduduk dunia. Di Indonesia, padi merupakan komoditas utama dalam menyokong pangan masyarakat. Kendala dan tantangan yang dihadapi dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional adalah kompetisi dalam pemanfaatan sumberdaya lahan dan air. Konversi lahan pertanian untuk kegiatan non pertanian menyebabkan produksi pertanian semakin sempit. Dalam hal ini, sektor pertanian menghadapi tantangan untuk meningkatkan efisiensi dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya lahan. Peningkatan tersebut dapat dilakukan dengan meningkatan efisiensi pertanaman melalui pengaturan sistem tanam dan mengefisienkan umur bibit di lahan persemaian. Pengaturan sistem tanam dan umur bibit yang tepat, serta penggunaan varietas unggul padi selain efektif dalam pertumbuhan tanaman juga efisien dalam waktu dan mendapatkan produktivitas yang optimal (Jamilah, 2013).

Padi merupakan salah satu jenis tanaman pangan yang di tanam menggunakan bahan tanam berupa bibit yang diperoleh dari persemaian benih di media semai. Benih yang di gunakan sebagai bibit harus benih dengan varietas unggul dan di barengi dengan teknologi yang tepat. karena sebagian besar masalah peningkatan produksi padi di Indonesia adalah tidak tepatnya penerapan komponen teknologi pada varietas padi yang ditanam pada kondisi lingkungan tertentu Untuk pencapaian hasil maksimal diperlukan ketepatan pemilihan komponen teknologi pada suatu kondisi iklim (tempat dan musim), varietas dengan sifat genetik yang memiliki potensi hasil tertentu, yang disebut dengan potensi hasil G x E. Pengelolaan tanaman meliputi pemilihan varietas yang sesuai dengan kondisi setempat, seperti umur, tipe tajuk, ketahanan terhadap hama dan penyakit endemik setempat, dan suhu udara (Ikhwani, 2014).

(7)

air berarti memiliki kebernasan dan memiliki potensi tumbuh yang besar. Sebaliknya benih yang terapung berarti tidak memiliki kebernasan dan lebih cenderung untuk busuk atau tidak tumbuh karena tidak ada aktivitas didalam benih itu sendiri (Hatta, 2012). Mutu dari suatu benih dipengaruhi beberapa faktor. Pertama faktor genetik yaitu faktor bawaan yang berkaitan dengan komposisi genetis dari benih itu sendiri. Kedua, faktor lingkungan yaitu berkaitan dengan kondisi dan perlakuan selama prapanen, pascapanen, maupun saat pemasaran benih. Faktor lingkungan meliputi lokasi dan waktu tanam, teknik budidaya yang dilakukan, waktu dan cara panen, serta penanganan hasil. Ketiga adalah kondisi fisik dan fisiologi benih yang meliputi tingkat kemasakan, keusangan, dan tingkat kesehatan dari benih itu sendiri (wahyuni, 2011).

(8)

kegagalan usahatani padi sawah di tingkat petani, dimana varietas unggul yang beredar sekarang pada suatu saat hasilnya akan menurun dan ketahanannya terhadap hama dan penyakit tertentu akan berkurang. (Indaryani dkk., 2012).

Pembibitan adalah kegiatan menyediakan bibit yang tepat varietasnya dan sehat. Untuk mendapatkan tingkat produksi yang optimal, bibit merupakan salah satu komponen teknologi yang sangat berpengaruh. Salah satu upaya untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui program intensifikasi dengan menerapkan teknologi produksi yang tepat serta penggunaan sarana produksi yang efisien dan menguntungkan, diantaranya adalah teknologi pemakaian jumlah bibit per rumpun. Dengan teknologi ini pemakaian bibit lebih efesian dan tidak terbuang dengan sia-sia (Misran, 2013)

Umur bibit merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas dan kemampuan pertumbuhan bibit setelah dipindahkan ke lapangan. Keuntungan menggunakan bibit muda adalah kemampuannya untuk tumbuh dan membentuk anakan masih tinggi dibandingkan dengan bibit tua. Sebaliknya, bibit yang terlambat dipindahkan kemungkinan mengalami stagnasi pertumbuhan sehingga memperpanjang waktu pemasakan dan menurunkan hasil. Selain itu keterlambatan memindahkan bibit juga menyebabkan pertumbuhan vegetatif dan generatif tidak seragam, sehingga pemasakan dan panen tidak merata yang akibatnya umur tanaman dari benih mulai disebar hingga panen makin panjang dan mengurangi kesempatan tumbuhnya anakan. Pupuk nitrogen sebagai masukan produksi utama pada budidaya padi sawah sering kali diberikan secara berlebihan. Pemupukan nitrogen yang berlebihan juga berdampak pada peningkatan kepekaan tanaman terhadap hama dan penyakit (Faozi, dkk 2010). Usia bibit yang siap pindah tanam pada umumnya adalah bibit yang sudahberusia 3-4 minggu dan minimal memiliki 4 daun (Purwono, 2007)

(9)

unggul telah melalui sertifikasi mutu dan kualitas. Benih unggul tersertifikasi terbebas dari patogen-patogen yang berpotensi melakukan penyerangan dini ataupun pada umur tertentu sehingga mengurangi resiko kegagalan. Benih unngul dirancang khusus guna memenuhi kebutuhan petani dilapangan karena memiliki daya adaptasi dan interaksi lingkunan yang baik. Benih unggul menghasilkan jumlah anakan perrumpun yang optimal sehingga menaikkan pendapatan petani ( Aribawa, 2012).

Varietas unggul merupakan salah satu teknologi yang berperan penting dalam peningkatan hasil padi sawah. Maka dari itu pemilihan varietas mempunyai peran penting dalam peningkatan produktivitas tanaman padi. Untuk memberikan alternatif pilihan varietas maka uji beberapa varietas di suatu tempat perlu dilakukan. Hal ini sangat berkaitan dengan potensi suatu varietas akan memberikan hasil yang berbeda pada keragaman tempat dan iklim yang berbeda. Ada enam komponen teknologi dasar yang merupakan suatu keharusan diterapkan dalam pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu, yaitu: (1) Penggunaan varietas unggul sesuai anjuran (hibrida atau inbrida), (2) Penggunaan benih bermutu dan bibit sehat, (3) Penambahan bahan organik (pengembalian jerami ke sawah atau kompos/pupuk kandang), (4) Pengaturan populasi tanaman secara optimum (jajar legowo, dan lain-lain), (5) Pemupukan berimbang berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah (menggunakan Bagan Warna Daun (BWD) dan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS), dan (6) Pengendalian hama terpadu (PHT) sesuai organisme pengganggu tanaman (OPT) sasaran (Chairuman, 2013).

(10)

terus menerus sepanjang tahun akan menurunkan banyaknya agregat yang berukuran besar (Suswadi, 2011).

Pemakaian pupuk anorganik yang tidak terkontrol dapat menurunkan produktivitas serta kualitas lingkungan. Lahan sawah mempunyai kesuburan tanah yang rendah karena ketersediaan terutama unsur hara makro (N, P, dan K) di dalam tanah rendah. Oleh karena itu harus dilakukan perbaikan tanah dengancara pemupukan yang terkontrol karena tanaman padi sangat respons terhadap pemupukan N, penambahan dosis pupuk N yang tinggi tidak meningkatkan hasil yang nyata justru menurunkan efisiensi penggunaan pupuk N. Cara lain yang adalah tanah yang digunakan untuk menanam padi sawah, baik terus-menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija. Tanah dapat dikelompokkan ke dalam tanah sawah apabila tanah tersebut sudah dipergunkan selama 40-50 tahun dan akan terbentuk lapisan tapak bajak(plog pan), lapisan ini biasanya dijumpai pada kedalaman 10-15 cm dari permukaan tanah dan tebalnya antara 2-5 cm (Patti, 2013).

(11)

BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum matakuliah Pengantar Teknologi Pertanian acara “ Pembibitan Tanaman Padi ” dilaksanakan pada hari Sabtu, 14 Maret 2015 pukul 07.00 – 10.00. Praktikum ini dilaksanakan di Agroteknopark Jubung

3.2 Bahan dan Alat 3.2.1 Bahan

1. Benih padi 2. Pupuk ZA 3. Air

4. Jerami

3.2.2 Alat 1. Timba 2. Timbangan 3. Alat tulis

3.3 Cara Kerja

1. Menentukan Mutu Benih

a. Membuat larutan pupuk ZA dengan melarutkan 225 g ZA dalam setiap liter air dalam timba, sampai mencapai volume larutan dua kali volume benih yang akan diuji.

(12)

c. Mengambil benih padi yang mengapung kemudian menimbang dan mencatatnya.

d. Membuang secara hati-hati larutan uji sehingga yang tersisa tinggal benih padi yang tenggelam pada dasar timba. Menimbang dan mencatat beratnya.

e. Mencuci benih padi yang telah lolos uji dengan air bersih, kemudian merendam benih padi yang telah dicuci dalam air bersih selama 24 jam.

f. Meniriskan benih padi yang sudah direndam dan menaburkan benih padi ke persemaian.

2. Pembibitan Padi Secara Basah

a. Menyiapkan tempat pembibitan dilahan sawah yang subur sesuai dengan buku teknis yang telah ditetapkan. Ukuran bedengan pembibitan tinggi 20 cm dan lebar 120 cm dan panjang 1000 cm atau menyesuaikan kondisi lahan.

b. Menaburkan benih padi yang telah lolos uji secara merata pada media semai yang basah tetapi tidak menggenang. Bila dikhawatirkan ada hujan maka menutup permukaan media semai menggunakan potongan jerami setebal satu lapisan.

c. Menjaga kondisi air selama berlangsung kegiatan pembibitan dan melakukan kegiatan pemeliharaan lain sesuai dengan buku teknis yang telah ditetapkan. d. Mencabut benih setelah berumur 21 hari dan mengikat setiap kumpulan bibit

(13)

BAB 4. PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Uraian Hasil Pengamatan

Berat benih yang

mengapung 0,39 gram

Berat benih yang

tenggelam 6,07 gram

Presentase benih baik 6.07

0,39+6,07x100 = 0,94

Pembibitan Tanaman Padi

Uraian Hasil Pengamatan Keterangan

Varietas Sintanur (Label Ungu) Varietas yang pakai yaitu varietas unggul

Tanggal Sebar 14 Maret 2015 Tanggal Tanam 4 April 2015

PEKERJAAN PEMBIBITAN TANAMAN PADI Penyiapan Benih

1 Tahap Pekerjaan

a. Membuat lauran pupuk ZA dengan melarutkan 225 g ZA dalam setiap liater air dalam timba, volume larutan sampai mencapai dua kali lipan volume benih yang akan diuji.

b. Memasukkan benih yang akan diuji secara hatai-hati dengan diaduk-aduk secara merata.

c. Mengambil benih padi yang mengapung kemudian timbang dan catat hasilnya.

d. Membuan larutan secara hati-hati sehingga yang tersisah hanya tingga benih yang tenggelam. Kemudian menimbangya dan mencatat hasilnya.

(14)

Benih padi yang sudah direndam dan benih padi siap untuk ditabur pada persemaian.

3 Keterangan

Penggunaan benih dapat dengan membeli benih ditoko atau membuat benih sendiri.

Pembuatan Bedengan Pembibitan 1 Tahap Pekerjaan

a. Mengolah lahan yang akan dibuat untuk bedengan terlebih dahulu. b. setelah lahan diolah dan menjadi halus atau lumpur kemudian

membuat bedengan pembibitan tinggi 20 cm lebar 120 cm panjang 1000 cm atau menyesuaikan kondisi lahan.

c. Mengairi lahan agak jemek-jemak 2 Pengamatan Hasil

Terdapat bedengan-bedengan dengan ukuran tinggi 20 cm lebar 120 cm panjang 1000 cm

a. Memasukkan benih yang sudah diseleksi kedalam timba

b. Menaburkan benih padi yang telah lolos uji secara merata pada media semai yang basah tetapi tidak menggenag, Bila dikawatirkan hujan tutup permukan dengan jerami setebal satu lapis.

c. Penaburan disarankan tidak terlalu rapat atau terlalu lebar. 2 Pengamatan Hasil

Bibit tersebar merata pada bedengan-bedengan yang telah dibuat, dengan jarak yang tidak terlalu rapat dan terlalu lebar.

3 Keterangan

Dalam penyebaran harus diperhatikan jaraknya yang tidak boleh terlalau rapat atau terlalu lebar.

Pemeliharaan

(15)

a. Menjaga kondisi air selama berlangsungnya kegiatan pembibitan dan melakukan pelemiharaan lainnya sesuai baku teknis yang telah diterapkan.

b. Menjaga terjadinya kerusakan bibit akibat serangan OPT. 2 Pengamatan Hasil

a. Bibit padi yang siap dicabut berusia 20 hari b. Pencabutan dilakukan pada pagi hari

c. Pencabutan dilakukan dengan mencabut darai akarnya. d. Bibit yang sudah dicabut dikumpulkan dan di ikat daunnya e. Bibit siap dipindah pada usia 20 hari

2 Pengamatan Hasil

Bibit yang sudah dicabut dikumpulkan dan di ikat daunnya supaya memudahkan dalam pemindahan. bagian daun yang panjang di potong.

3 Keterangan

Benih yang digunakan merupakan varietas ciherang, sehingga pada usia ke 20 hari dapat dipindah kelahan tanam.

4.2 Pembahasan

(16)

yang baik. benih yang mengapung artinya benih tersebut kualitasnya rendah dan tidak layak untuk ditanam. Ini berdasarkan kebernasan benih yang dapat diketahui saat dilakukan uji larutan. Benih yang bernas tenggelam dalam larutan sedangankan benih yang mengapung berarti tidak memiliki kebernasan. Penggunaan benih yang bernas akan menjamin keberhasilan dari suatu benih untuk dapat tumbuh dan beradaptasi dengan lingkungan dan membentuk bibit.

Berdasarkan pada data yang kami dapat dapat kami ketahui bahwa jumlah benih yang tenggelam lebih banyak dari pada benih yang mengapung. Hal ini menunjukkan bahwa dari 200 benih yang diuji jumlah benih yang bagus lebih banyak daripada benih yang jelek. Data menunjukkan berat benih yang mengapung hanya 0,39 g sedangkan berat benih yang tenggalam memiliki berat hingga 6,07 g. Dengan demikian jumlah benih yang baik berjumlah 0,94% dari jumlah benih total. Menurut Indaryani dkk., (2012) Benih bermutu tinggi mencakup mutu genetis, mutu fisik, dan mutu fisiologis memerlukan penanganan yang terencana dengan baik sejak di lapangan, pengolahan, penyimpanan, dan distribusi, supaya hasil produksi dapat dimanfaatkan dengan maksimal

(17)

ditanami padi.. Teknik diatas merupakan persiapan lahan dengan pengolahan lahan basah jika dengan lahan persemaian kering dapat dilakukan sama dengan diatas hanya saja air diberi dengan kuliatas lapang dan pembuatan bedengan dengan tinggi 20cm, lebar 120cm, dan penjang menyesuaikan dengan keadaan lahan

Dalam budidaya tanaman padi hal utama yang harus diperhatikan adalah ketersediaan bibit. Untuk itu perlu adanya proses penyemaian terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan tanaman padi yang akan ditanam dilahan harus dalam bentuk bibit yang siap tanam, dan bukan dalam bentuk benih yang akan ditanam. Penyemaian benih juga dilakukan dengan tujuan agar benih padi dapat tumbuh dengan baik. Artinya benih padi yang baru tumbuh diharapkan dapat menyesuaikan pada kondisi yang baru. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu adanya proses penyemaian benih yang ditujukan untuk nenperoleh bibit-bibit padi yang pertumbuhannya baik dan seragam, mengetahui persentase benih yang tumbuh, mempermudah pemeliharaan bibit pada lahan yang akan ditanami padi serta dapat ditanam pada lahan sawah yang dibutuhkan.

(18)

ditujukan agar menghindari benturan air hujang yang berlebuhan. Dimana benih-benih yang terkena benturan dari air hujan secara langsung akan menjadi berserakan dan megakibatkan benih bergerombol. Potongan-potangan jerami yang digunakan sebaiknya jerami yang sudah masak dengan ukuran panjang kurang lebih 15-20 cm. Tebal lapisan jerami pada lahan pesemaian harus dibuat cukup satu lapis saja, karena lapisan yang terlalu tebal justru dapat mengganggu proses pertumbuhan kecambah menjadi bibit padi

Faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan pembibitan tanaman padi adalah mutu bibit, media semai, teknik penyebaran, perawatan dan Perlakuan pencabutan bibit sebelum pundah lahan. Mutu benih merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam pembibitan tanaman padi. Dimana benih yang berkualitas tentunya akan dapat tumbuh dengan baik saat fase penyemaian. Dengan demikian untuk memperoleh keseragaman pertumbuhan tanaman maupun jumlah serta mutu hasil, sebaiknya menggunakan benih yang unggul. Ketika benih yang dipilih adalah benih unggul, maka pertumbuhan benih pada media semai akan menghasilkan bibit yang baik dan maksimal sehingga keberhasilan pembibitan dapat terjamin. Benih yang unggul dapat diketahui dalam sertifikat benih atau warna label benih pada kemasan.

Media semai yang baik tentunya juga berpengaruh dalam keberhasilan pembibitan tanaman padi. Pembuatan media semai disesuaikan dengan keadaan lahan dan teknik penyemaian yang akan dipakai. Hal tersebut merupakan tujuan untuk menyediakan tempat yang sesuai dengan keadaan lahan yang sebenarnya agar benih dapat tumbuh dengan baik. Jadi teknik pembibitan juga harus tepat baik menggunakan metode lahan basah ataupun lahan kering. Selain itu media semai yang baik harus bebas dari sisa-sisa jerami atau rerumputan yang dapat mengganggu pertumbuhan benih. Pembibitan pada lahan sawah setelah disebar benih ditutupi dengan jerami untuk menjaga kelembapan, dan tidak termakan oleh burung sehingga pembibitan menjadi efektif.

(19)

Apabila penaburan benih dihasilkan secara tidak merata atau menumpuk pada bagian-bagian tertentu, tentunya pertumbuhan benih menjadi bibit yang baik dan bagus tidak akan berhasil. Ketidak berhasilan tersebut nantinya dapat dilihat dari keseragaman tinggi serta kesehatan benih yang tumbuh mada media semai.

Pemeliharan benih sampai menjadi bibit merupakan perawatan atau perlakuan yang ditujukan agar benih dapat tumbuh menjadi bibit yang sehat dan bagus. Hal utama yaitu menjaga kecukupan air serta mencegah terjadinya kerusakan bibit terutama oleh gangguan hama dan penyakit. Ketersediaan air untuk masa pembibitan disesuaikan dengan model pembibitan yang digunakan. Untuk sistem pembibitan basah, air umumnya dibiarkan menggenang pada saluran antar petak pembibitan. Sedangkan pada sistem pembibitan kering, air umumnya dibuat kapasitas lapang, dan yang penting dijaga sedemikian rupa agar tanah tidak mengalami kekeringa. Pada sektor lain yaitu perlu adanya pengendalian organism pengganggu, dimana yang paling dominan pada pembibitan padi adalah kelompok hama.

Perlakuan pencabutan bibit untuk ditanam pada lahan tentunya memperhatikan umur atau kesiapan bibit yang akan ditanam. Secara umum kesiapan bibit untuk ditanam yaitu berumur 21 hari. Jika bibit terlalu muda tentunya akan rentan mati saat ditanam dilahan. Begitupun sebaliknya, apabila bibit terlalu tua tentunya tidak akan tumbuh secara maksimal pada lahan.

(20)

dengan pola yang rapat dapat menyebabkan pertumbuhan padi yang tidak baik karena terjadinya persaingan unsur hara, air, CO2, O2, cahaya dan ruang tumbuh. Maka dari itu sistem penyemaian benih yang direkomendasikan kepada petani adalah dengan penaburan yang merata dan tidak menumpuk. Pemeliharaan bibit juga harus diperhatikan pada saat penyemaiannya agar bibit tumbuh maksimal dan kuat. Sedangkan pupuk nitrogen sebagai masukan produksi utama pada budidaya padi sawah yang diberikan secara berlebihan berdampak pada peningkatan kepekaan tanaman terhadap hama dan penyakit (Faozi, dkk 2010).

Fungsi jerami dalam proses penyemaian padi yaitu untuk menutup permukaan media semai yang sudah ditaburi benih padi. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari kerusakan. Kerusakan yang dimaksud adalah kerusakan akabit serangan binatang seperti burung, dan kerusakan yang di akibatkan oleh faktor lain. Faktor seperti hujan juga merupakan hal yang dapat memberikan dampak terhadap keberadaan penyebaran benih di media semai. Jadi secara kusus jerami digunakan untuk menghindari dari serangan burung yang dapat memakan benih padi. Serta kerusakan penyebaran benih akibat hujan, dimana air hujan yang jatuh dapat memindahkan posisi benih menjadi menumpuk di salah satu tempat yang ada. Dengan demikian jerami memiliki fungsi untuk menghindari hal-hal yang menyebabkan kerugian tersebut.

Pada persemaian padi Rentan terhadap tekanan dari lingkungan termasuk OPT. Sering kali ditemukan Penggerek Batang Padi Putih, Wereng Coklat, wereng hijau (Nephotettix virescens), bibit terserang jamur, bakteri, dan hama lainnya.Populasi ini sering ditemukan pada persemaian musim hujan sedangkan untuk Serangan tikus terjadi sejak benih disebar. Perlu diadakan pengamatan terhadap adanya serangan opt pada pembibitan padi dikarenakan supaya pada pembibitan dapat menghasilkan bibit padi yang jumlahnya cukup dan sehat untuk menunjang produktifitas benih tersebut saat ditanam dilahan.

(21)
(22)

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Benih bernas dapat dibedakan melalui respon benih saat di masukkan kedalam larutan uji, dimana benih yang bernas akan tenggelam sedangkan benih yang tidak bernas akan terapung.

2. Untuk lahan sawah yang memiliki kecukupan air cocok untuk menggunakan pola penyemaian lahan basah

3. Kesuksesan pembibitan dipengaruhi uleh beberapa aspek, antara lain mutu benih, media semai, teknik penyebaran, perawatan dan Perlakuan

pencabutan bibit sebelum pindah lahan untuk mendapatkan bibit yang baik dan tidak rentan terhadap serangan OPT.

5.1 Saran

Pembibitan tanaman padi seharusnya dilakukan dengan memperhatikan mutu benih, media semai, teknik penyebaran, perawatan dan Perlakuan pencabutan bibit sebelum pindah lahan untuk mendapatkan bibit yang baik dan tidak rentan

(23)

DATAR PUSTAKA

Aribawa, I., B. 2012. Pengaruh sistem Tanam Terhadap Peningkatan Produktifitas Padi Di Lahan Sawah Dataran Tinggi Beriklim Basah. Seminar Nasional kedaulatan pangan dan energi.

Chairuman, N. 2013. Kajian Adaptasi Beberapa Varietas Unggul Baru Padi Sawah Berbasis Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu Di Dataran Tinggi Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara.Jurnal online Pertanian Tropik. 1 (1): 47-54.

Faozi, K. R., Wijonarko. 2010. Tanggap Tanaman Padi Sawah Dari Berbagai Umur Bibit Terhadap Pemupukan Nitrogen. Agronomika, 10 (1) : 32-42

Hatta, M,. 2012. Investigating Plant Spacing of Legowo System on Growth and Yield of Several Rice Varieties in SRI Method. Jurnal Agrista. 16 (2):87-93

Indaryani, Suriani, Arman W. 2012. Impact Of Choosen Package And Storage Period On Several Rice Seed Viability. Jurnal Agrisistem, 8 (2):87-97

Ikhwani. 2014. Dosis Pupuk dan Jarak Tanam Optimal Varietas Unggul Baru Padi. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, 33 (3) : 188-195.

Jamilah, 2013. Pengaruh Penyiangan Gulma Dan Sistim Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanamanpadi Sawah (Oryza sativa L). Jurnal Agrista, 17 ( 1) : 28-35

Kaya, E. 2013. Pengaruh Kompos Jerami dan Pupuk NPK Terhadap N-Tersedia Tanah, Serapan-N, Pertumbuhan, dan Hasil Padi Sawah (Oryza Sativa L). Agrologia, 2 (1) : 43-50.

Misran, 2013. Efficiency of Used The Number of Seedling on Growth an Production of Lowland Rice.Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. 14 (1): 39-43

Nurmala, T., A. D. Suyono, A. Rozak, T. Suganda, S. Natasamita, T. Simarmata, E. H. Salim, Y. Yuwariah, T. P. Sendjaja, S. N. Wiyono, dan S. Hasani. 2012. Pengantar Ilmu Pertanian. Yogyakarta: Graha Ilmu.

(24)

Pratiwi, G. R., Sumarno. 2014. Pengaruh Pupuk Kandang dan Kesesuaian Varietas-Musim Tanam terhadap Hasil Padi Sawah. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, 33 (3) : 177-187.

Purwono, Purnawati, H. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya.

Suswadi. 2011. Pembelajaran Penerapan SRI di Lahan Tadah Hujan. Jakarta : VECO Indonesia

Referensi

Dokumen terkait