• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Pembibitan Tanaman Padi LAPORAN P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Teknik Pembibitan Tanaman Padi LAPORAN P"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBIBITAN TANAMAN PADI

LAPORAN PRAKTIKUM

Oleh : Kelompok 8

1. Felomenaria Saores Pardede (141510501005) 2. Dhanu Triyoso (141510501136)

3. Dheka Nur F (141510501066)

4. Muhammad Fauzy (141510501166)

5. Rona Alkanza (141510501120)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER 2015

(2)

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang dikenal sebagai negara agraria atau negara pertanian. Salah satu alasan Indonesia dikenal sebagai negara agraria yaitu karena sektor pertanian merupakan leading sector dalam perekonomian Indonesia dan masih banyak masyarakat Indonesia yang menggantungkan kehidupannya dengan bekerja pada sektor pertanian. Pertanian merupakan aspek terpenting dalam pemenuhan pangan untuk kehidupan masyarakat Indonesia. Saat ini aspek pertanian pada bidang pangan adalah aspek strategis untuk dikembangkan untuk memenuhi dan mencukupi kebutuhan bahan pangan berupa beras yang dihasilkan dari tanaman padi. Sebagian besar penduduk Indonesia memilih memakan bahan pangan berupa beras karena dianggap memiliki kadar protein yang tinggi.

Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil beras yang menjadi bahan baku makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Terdapat beberapa sistem budidaya tanaman padi yang diterapkan oleh petani di Indonesia. Penerapan sistem budidaya tanaman padi bergantung pada kondisi lingkungan dan budaya pada tiap-tiap daerah. Sistem budidaya yang banyak diterapkan yaitu sistem budidaya konvensional namun kini ada beberapa sistem budidaya yang dianjurkan oleh para ahli pertanian seperti sistem SRI dan Jajar Legowo guna mengoptimalkan hasil produksi tanaman padi yang dibudidayakan.

Tanaman padi ditanam pada tanah yang telah diolah sedemikian rupa dan tanah tersebut biasa disebut sawah. Bahan tanam yang digunakan untuk menanam tanaman padi adalah bibit. Pembibitan tanaman padi menjadi salah satu fase penting dan membutuhkan banyak perhatian pada perawatannya karena pengolahan bibit yang kurang tepat akan sangat merugikan bagi para petani. Bibit yang baik akan menghasilkan tanaman padi yang baik sehingga menambah kualitas dan kuantitas produksi dan menambah jumlah keuntungan petani.

(3)

matahari sehingga bibit padi dapat menerima sinar matahari sebagai bahan untuk melakukan proses fotosintesis. Sistem pengairan juga akan sangat berpengaruh pada pembibitan tanaman padi. Kadar air yang digunakan untuk pembibitan tergantung pada model pembibitan yang diterapkan karena terdapat 2 model pembibitan yang umum dilakukan oleh petani yaitu model pembibitan basah dan pembibitan kering.

Salah satu yang mempengaruhi keberhasilan budidaya padi yaitu keberhasilan pada fase pembibitan. Bibit yang baik adalah bibit yang tidak terkena serangan penyakit maupun gangguan hama. Perawatan pada bibit padi sangat penting dilakukan guna menghasilkan bibit yang sehat dan baik pertumbuhannya. Bibit akan dipindahkan dan siap untuk ditanam saat umur bibit sudah mencapai ketentuan siap tanam tergantung sistem budidaya yang diterapkan oleh para petani.

1.2 Tujuan

1.2.1. Mengetahui cara menentukan mutu benih padi berdasarkan konsentrasi larutan uji.

(4)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Kamil (1982) dalam Misran (2014), bibit merupakan tumbuhan muda yang sangat menentukan untuk pertumbuhan tanaman selanjutnya. Keberhasilan membudidayakan tanaman padi untuk mendapatkan hasil produksi yang maksimal akan sangat ditentukan pada keberhasilan fase pembibitan tanaman padi. Proses pembibitan meliputi penetapan waktu pembibitan,persiapan benih, pembuatan media semai, penaburan atau penyebaran benih, pemeliharaan, pencabutan bibit dan pengangkutan bibit ke areal tanam. Serangkaian proses pembibitan tersebut harus dilakukan secara benar agar dapat menghasilkan bibit yang baik.

(5)

Menurut Sutariarti, dkk (2014), syarat penting sebelum melakukan kegiatan budidaya tanaman padi untuk mendapatkan hasil produksi tanaman yang menguntungkan secara ekonomis yaitu dengan penggunaan benih bermutu tinggi. Persiapan dan perlakuan benih dirasa sangat penting untuk menjaga dan meningkatkan mutunya agar dapat menumbuhkan bibit yang baik dan tidak terserang penyakit. Menurut Wahyuni (2011), produksi benih yang kurang optimal dan teknik pemeliharaan benih yang kurang baik dapat berdampak pada penurunan daya berkecambah dan vigor benih karena penurunan kualitas benih. Benih yang bervigor tinggi mampu menunjukkan kinerja yang baik dalam proses perkecambahan dalam kondisi lingkungan yang beragam. Menurut Idaryani, dkk (2012), benih bermutu tinggi adalah benih yang memiliki mutu mencakup mutu genetis, mutu fisik dan mutu fisiologis. Untuk memenuhi ketigacakupan mutu tersebut, perlu adanya penanganan yang terencana dengan baik sejak di lapangan, pengolahan, penyimpanan dan distribusi. Bibit yang bermutu dapat diperoleh dengan penggunaan benih bersertifikat. Penggunaan benih bersertifikat merupakan faktor yang sangat mendukung untuk mendapatkan hasil produksi yang bermutu. Kualitas benih yang baik juga menentukan peningkatan kualitas produksi dan produktivitas padi. Pada umumnya, benih bersertifikat memiliki keunggulan berupa keseragaman pertumbuhan, pembungaan dan pemasahan buah. Keseragaman tiga fase tersebut menyebabkan hasil produksi yang dapat dipanen sekaligus. Rendem beras tinggi akan meningkatkan mutu produksi beras yang dihasilkan.

(6)

guna menghindari petani dari ancaman kerugian akibat kegagalan panen pada usahataninya. Benih yang baik dan unggul meruakan benih yang ditunjang dengan kultur teknik yang mantap. Tujuan pengujian benih ialah untuk mengkaji dan menetapkan nilai setiap contoh benih, yang perlu diuji selaras dengan faktor kualitas benih.

Menurut Martodireso dan Widada (2007), bibit yang siap pindah yaitu bibit yang telah memiliki daun sebanyak 5-6 helai, tinggi sekitar 22-25 cm, batang bawah besar dank eras, bebas hama dan penyakit, serta pertumbuhannya seragam. Bibit yang memenuhi syarat tersebut adalah bibit-bibit yang siap untuk dicabut. Saat akan melakukan pencabutan bibit, petani harus mengetahui dengan benar cara pencabutan bibit agar bibit tetap terikat semua dan tidak rusak. Akar merupakan bagian yang sangat perlu diperhatikan saat melakukan pencabutan bibit.

(7)

BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum matakuliah Pengantar Teknologi Pertanian acara “ Pembibitan Tanaman Padi ” dilaksanakan pada hari Sabtu, 14 Maret 2015 pukul 07.00 – 10.00. Praktikum ini dilaksanakan di Agroteknopark Jubung

3.2 Bahan dan Alat 3.2.1 Bahan

1. Benih padi 2. Pupuk ZA 3. Air

4. Jerami

3.2.2 Alat 1. Timba 2. Timbangan 3. Alat tulis

3.3 Cara Kerja

3.3.1. Menentukan Mutu Benih

1. Membuat larutan pupuk ZA dengan melarutkan 225 g ZA dalam setiap liter air dalam timba, sampai mencapai volume larutan dua kali volume benih yang akan diuji.

2. Memasukkan secara hati-hati benih padi yang akan diuji kedalam lautan sambil diaduk secara merata.

3. Mengambil benih padi yang mengapung kemudian menimbang dan mencatat hasil timbangan.

4. Membuang secara hati-hati larutan uji sehingga yang tersisa tinggal benih padi yang tenggelam pada dasar timba. Menimbang dan mencatat beratnya.

(8)

6. Meniriskan benih padi yang sudah direndam dan menaburkan benih padi ke persemaian.

3.3.2. Pembibitan Padi Secara Basah

1. Menyiapkan tempat pembibitan dilahan sawah yang subur sesuai dengan buku teknis yang telah ditetapkan. Ukuran bedengan pembibitan tinggi 20 cm dan lebar 120 cm dan panjang 1000 cm atau menyesuaikan kondisi lahan.

2. Menaburkan benih padi yang telah lolos uji secara merata pada media semai yang basah tetapi tidak menggenang. Bila dikhawatirkan ada hujan maka menutup permukaan media semai menggunakan potongan jerami setebal satu lapisan.

3. Menjaga kondisi air selama berlangsung kegiatan pembibitan dan melakukan kegiatan pemeliharaan lain sesuai dengan buku teknis yang telah ditetapkan. 4. Mencabut benih setelah berumur 21 hari dan mengikat setiap kumpulan bibit

sampai bibit siap diangkut dan ditanam diareal tanam.

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

(9)

Uraian Hasil Pengamatan Keterangan

5, 34 gram Benih yang siap disebar

Persentase

Varietas Sintanur Benih Sebar yang digunakan merupakan benih unggul bersertifikat

Tanggal Sebar 14 Maret 2015 Praktikum pembibitan dengan kegiatan menyebar benih pada lahan yang disediakan Tanggal Tanam 14 Maret 2015 Praktikum tergantung

(10)

1. Tahap pekerjaan :

Benih yang akan dipergunakan para praktikan yang telah di sediakan oleh pihak pengelolah ATP Jubung dengan varietas sintanur adalah benih bermutu bersertifikat.

2. Pengamatan hasil :

Terdapat benih yang tenggelam dan mengapung setelah melalui uji kesehatan benih dengan direndam selama 24 jam. 3. Keterangan :

Kegiatan ini dilakukan di ATP Jubung pada hari Sabtu, tanggal 14 Maret 2015 pada pukul 07.00 WIB

2. Pembuatan Bedengan pembibitan 1. Tahap Pekerjaan :

Pesemaian Basah:

1. 1. Membersihkan lahan dari rumput dan jerami.

2. 2. Menggenangi sawah dengan air agar tanah menjadi lunak. 3. 3. Membajak dan menggaru tanah.

4. 4. Membuat bedengan dan memperbaiki saluran yang bocor. Pesemaian kering:

1. 1. Membersihkan rumput dan jerami. 2. 2. Membolak-balik tanah dengan cangkul. 3. 3. Menggaru tanah.

4. 4. Membuat bedengan.

2. Pengamatan hasil :

1. Tanah persemaian sebaiknya harus bebas dari sisa rumput dan jerami.

(11)

3. Keterangan :

Luas persemaian yang digunakan adalah 1/20 areal sawah yang akan ditanami untuk persemaian basah. Tanah yang digunakan sebagai lahan pesemaian harus betul-betul subur. Untuk persemaian kering, kondisi dan kadar air tanah dalam kapasitas lapang.

3. Penyebaran Benih

1. Tahapan Pekerjaan :

Benih yang diletakkan pada ember, benih diambil sebanyak segenggam tangam, lalu di sebarkan secara merata ke dalam petak tanah yang sudah dibuat bedengan. Setelah benih disebar, lalu bedengan ditutupi dengan jerami.

2. Pengamatan hasil :

Dilakukan di Agrotechnopark Jubung pada hari Sabtu, tanggal 14 Maret 2015 pada pukul 07.00 WIB.

4. Pemeliharaan Pembibitan 1. Tahapan Pekerjaan :

1. Menjaga kecukupan air agar bibit tidak kekeringan.

Pembibitan basah: air yang berada diantara bedengan setinggi mendekati permukaan bedengan.

Pembibitan kering: ketersediaan air sesuai dengan kapasitas lapang.

2. Mengawasi areal pembibitan secara intensif untuk mencegah kerusakan akibat hama.

2. Pengamatan hasil :

Areal pembibitan atau persemaian bebas dari serangan OPT.

3. Keterangan :

(12)

5. Pencabutan dan Pemindahan Bibit 1. Tahapan Pekerjaan :

1.

2. Pengamatan hasil :

3. Keterangan : 1.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Agrotechnopark (ATP) Jubung pada tanggal 14 Maret 2015 dan dilanjutkan dengan uji kebernasan benih yang dilakukan secara berkelompok setelah pelaksanaan kegiatan praktikum, data uji kebernasan benih yang dilakukan oleh kelompok 8 golongan A yaitu persentase benih baik sebesar 95, 36 % dari total berat keseluruhan benih 5,60 gram. Berat benih yang mengapung yaitu sebesar 0,26 gram. Penimbangan berat benih dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Jember. Benih yang disebar dapat dikategorikan sebagai bibit unggul. Selain bersertifikat, benih yang lolos uji kebernasan benih lebih dari 90% dari jumlah total benih yang di uji. Benih yang tidak mengapung atau benih yang tenggelam adalah benih yang siap disebar pada lahan pesemaian. Sedangkan benih yang mengapung adalah benih yang tidak layak untuk disebar karena benih yang mengapung memiliki bernas benih yang tidak layak.

(13)

Untuk pesemaian basah, tanah yang digunakan harus benar-benar subur. Sebelum digenangi dengan air, lahan yang akan digunakan untuk pesemaian harus bersih dari sisa-sisa rumput dan jerami. Setelah bersih dari rumput dan jerami, sawah digenangi air agar tanah sawah menjadi lunak dan siap untuk dibajak. Sawah dibajak dan digaru sebanyak 2 kali agar tanah menjadi berlumpur dan halus untuk siap dibentuk bedengan dengan tinggi 15-20 cm dengan ukuran dasar luas pesemaian yang dibuat harus ± 1/20 dari areal sawah yang akan ditanami.

Teknis penyiapan lahan larus dilakukan secara benar. Penyiapan lahan yang kurang baik akan menciptakan lahan yang kurang baik bagi pertumbuhan tanaman. Hama dan gulma akan sulit dikendalikan jika pada sebelumnya lahan dikelola dengan metode dan sistem yang salah. Hal tersebut tentu saja akan mengurangi kualitas pertumbuhan dan produksi tanaman.

Sebelum melakukan penanaman bibit, perlu dilakukan persemaian terlebih dahulu. Pembiakkan tanaman biji dilakukan dengan melalui pesemaian. Tanaman yang masih muda pada umumnya adalah tanaman yang rentan terhadap lingkungan yang terbuka dan rentan terhadap serangan OPT. pemeliharaan tanaman muda di lingkungan yang terbuka merupakan hal yang sulit dilakukan dan kurang efisien. Pesemaian dapat memudahkan dan mengefisienkan serta memungkinkan untuk menghasilkan bibit yang baik dan layak untuk dikomersilkan.

Benih yang siap disebar pada lahan pesemaian yaitu benih yang telah lolos uji kebernasan benih. Benih yang lolos uji kebernasan benih merupakan benih yang tenggelam saat diletakkan pada larutan uji kebernasan benih. Benih yang disebar harus benih yang bermutu dan bebas dari serangan hama dan penyakit. Teknik yang digunakan untuk menyebar benih yaitu dengan menyebar benih secara merata pada lahan pesemaian yang telah disediakan oleh pihak ATP Jubung.

(14)

dan kegiatan praktikum yang dilaksanakan, benih yang digunakan praktikum merupakan bibit yng bermutu karena benih yang disediakan merupakan benih yang memiliki label. Lahan yang digunakan untuk pesemaian merupakan lahan yang layak dan sudah memenuhi ketentuan syarat lahan pesemaian yang dianjurkan.

Pemeliharaan bibit merupakan salah satu fase yang memerlukan perhatian. Bibit yang terpelihara dengan baik akan menjadi faktor keberhasilan pertumbuhan bibit padi. Hal yang paling utama dalam melakukan perawatan bibit padi yaitu dengan menjaga kecukupan air pada lahan. Model dan sistem pembibitan harus disesuaikan dengan air yang dibutuhkan agar mencegah perkembangan hama dan penyakit. Selain kecukupan air, gulma yang tumbuh harus tetap dikendalikan untuk mengurangi tingkat persaingan dengan bibit. Menurut Jamilah (2013), apabila gulma tidak dikendalikan akan menyebabkan gangguan pertumbuhan tanaman dan produksi padi. Kerapatan gulma per satuan luas akan berbanding lurus pada penurunan hasil produksi padi.

Benih yang telah disebar dengan merata pada lahan pesemaian harus segera ditutup atau dilapisi dengan jerami. Jerami yang menutupi benih berfungsi sebagai pelindung benih dari benturan dengan air hujan. Jika letak benih yang sudah disebar secara merata dan kemudian terbentur oleh benturan air hujah, benih-benih tersebut akan menggerombol dan menyebabkan kerapan benih-benih yang kurang seragam.

Berdasarkan pengamatan terhadap OPT yang dilaksanakan di ATP Jubung, organisme pengganggu tanaman yang teramati secara dominan pada pembibitan padi yaitu dari kelompok hama. Kelompok hama yang mengganggu pembibitan padi harus segera dikendalikan agar tidak mengganggu pertumbuhan bibit. Untuk itu diperlukan pengawasan secara intensif untuk menghindari kerugian akibat kegagalan pembibitan padi. Selain kelompok hama, gulma dapat dicegah melalui pengolahan media semai yang baik.

(15)

tentu saja akan menurunkan kualitas dan kuantitas produksi padi. Pengawasan harus dilaksanakan secara optimal untuk mengurangi dampak kerugian akbat serangan hama dan penyakit tanaman. Berikut ini adalah tabel hasil pengamatan pembibitan padi.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Pembibitan Padi Metode Kuadran Kelompok 8.

No. Uraian Jumlah

1. Benih Berkecambah 848

2. Benih Sakit 26

3. Benih Tidak Berkecambah 74

4. Benih Total 948

(16)

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Persentase benih baik sebesar 96, 36% dari berat total benih 5,60 gram. Benih dengan persentase baik adalah benih yang siap disebar.

2. Teknik penyiapan lahan dilakukan tergantung pada sistem pembibitan yang digunakan. Untuk sistem pembibitan basah, pembajakan dan penggaruan dilakukan 2 kali untuk melumpurkan tanah dan siap dibentuk bedengan.

3. Pesemaian dilakukan untuk membiakkan tanaman berbiji. Pesemaian dilakukan untuk mempermudah usaha pembibitan tanaman padi.

4. Benih disebarkan secara merata pada lahan yang telah disediakan. Penyebaran benih yang tidak merata akan mengakibatkan pertumbuhan benih yang tidak seragam.

5. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembibitan yaitu kualitas benih dan lingkungan tempat pembibitan dilangsungkan.

(17)

7. Jerami berfungsi sebagai pelindung benih yang telah disebar dar benturan air hujan.

8. Benih yang sakit akibat terserang OPT yaitu sebanyak 26 benih dan benih yang tidak berkecambah sebanyak 74 benih.

9. Pengamatan terhadap OPT untuk tetap mengkondisikan bibit padi dalam kondisi yang baik dan sehat guna keberhasilan usaha pembibitan tanaman padi. 10. Metode petak kuadran berfungsi sebagai pengambilan sampel bibit pada suatu

lahan untuk mengidentifikasi pertumbuhan dan permasalahan pada bibit padi.

5.2 Saran

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, F., Agus S., dan Nurul A. 2013. Sistem Tanam dan Umur Bibit pada Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.). Varietas Inpari 13. Produksi Tanaman, 1(2): 52-60.

Chairuman, N. 2013. Kajian Adaptasi Beberapa Varietas Unggul Baru Padi Sawah Berbasis Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu di Dataran Tinggi Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara. Pertanian Tropik, 1(1): 47-54. Idaryani, Suriany, dan Arman W. 2012. Pengaruh Jenis Kemasan dan Periode

Simpan Terhadap Viabilitas Benih Beberapa Varietas Padi. Agrisistem, 8(2): 87-97.

Jamilah. 2013. Pengaruh Penyiangan Gulma dan Sistim Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.). Agrista, 17(1): 28-35.

Martodireso, S., Widada A. S. 2007. Terobosan Teknologi Pemupukan dalam Era Pertanian Organik. Yogyakarta: Kanisius.

Masniawati, A., Tutik K., Risco B. G., dan Risnawaty R. 2013. Identifikasi Cendawan Terbawa pada Benih Padi Lokal Aromatik Pulu Mandoti, Pulu Pinjan, dan Pare Lambau asal Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Manasir, 1(1): 51-59.

Misran. 2014. Efisiensi Penggunaan Jumlah Bibit Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah. Penelitian Pertanian Terapan, 14(1): 39-43.

Pinem, A. H., Asil B., dan Chairani B. 2013. Efektifitas Jarak Tanam dan Jumlah Benih Per Lubang Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Gogo. Agroteknologi, 1(4): 921-929.

(19)

Redaksi Rineka Cipta. 1986. Teknologi Benih. Jakarta: Rineka Cipta.

Sutariarti, G. A. K., Zul’aiza, Stefany D., LD, Muhammad A. K., Sri W., La M. 2014. Invigorasi Benih Padi Gogo Lokal Untuk Meningkatkan Vigor dan Mengatasi Permasalahan Dormansi Fisiologis Pascapanen. Agroteknos, 4(2): 10-17.

Wahyuni, Sri. 2011. Peningkatan Daya Berkecambah dan Vigor Benih Padi Hibrida Melalui Invigorasi. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, 30(2): 83-87.

LAMPIRAN

Gambar 3. Bibit yang Tumbuh pada Bedengan Golongan A

Gambar 4. Penghitungan Jumlah Bibit dengan Metode Kuadran

Gambar

Tabel 1. Hasil Pengamatan Pembibitan Padi Metode Kuadran Kelompok 8.
Gambar 2. Berat Benih yang

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pembelajaran TTW mempunyai kemampuan komunikasi

Ketiga sampel PHAs penumbuk Matahari dalam Gambar 2 memiliki posisi awal yang berada dekat dengan lokasi resonansi gerak rerata dengan planet-planet; 1947 XC dengan resonansi 4:1 di a

Oleh karena itu perlu adanya sistem pengendalian secara otomatis yang dapat dikendalikan secara jarak jauh, aman dan efisien pada proses powder coating sehingga operator

Berdasarkan penelitian tentang pembinaan anak jalanan melalui rumah singgah Holi di Kel. Tanjung Hilir, Kec Pontianak Utara, dapatdisimpulkan sebagai berikut : 1)

Penderita epilepsi dapat mengalami gangguan pada perkembangan anak, hal ini terkait dengan faktor dari epilepsi itu sendiri yaitu faktor antenatal (usia ibu saat

terhadap stimulus akan diulangi di kemudian hari jika stimulus yang sama timbul..  Sebaliknya jika

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai penerapan kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan fungsi sumber daya manusia apakah sudah berjalan dengan