• Tidak ada hasil yang ditemukan

kesuburan tanah dan Budidaya Pertanian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "kesuburan tanah dan Budidaya Pertanian"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

BUKU AJAR

Disusun oleh:

Ir. Teguh Supriyadi, MP

Program Studi Agroteknologi

Fakultas Pertanian

Universitas Tunas Pembangunan (UTP)

Surakarta

2007

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, dan kerja keras penulis, telah dapat disusun sebuah buku ajar yang berjudul “Kesuburan dan Kesehatan Tanah

Buku Agroklimatologi ini disepakati berbobot 3 SKS. Penyusunan buku ini didanai dari hibah pengajaran yang bersumber dari dana Program Hibah Kompetisi A-1 tahun 2007 yang diperoleh program studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tunas Pembangunan (UTP) Surakarta.

Penulis menyadari bahwa buku ini masih memerlukan banyak penyempurnaan. Untuk itu kepada para pembaca diharapkan saran-saran dan kritik sehingga buku ini dapat sempurna. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

I. PENDAHULUAN ………... A. Pertumbuhan Tanaman ……... B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman ...

1 1 4 II. HUBUNGAN TANAH DAN TANAMAN ………...

A. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepekatan Hara Tanaman ... 6 6 III. KEMASAMAN TANAH ...………...

A. Kemasaman Tanah …... …... B. Penentu Kemasaman Tanah ………..…... C. Kemasaman Aktif dan Kemasaman Potensial …….………... D. Sifat Sanggahan Tanah ... ……… E. Korelasi Reaksi Tanah ... IV. PENGAPURAN TANAH MASAM ……..………...

A. Tujuan Pengapuran ... B. Cara Penentuan Kebutuhan Pupuk ... C. Bahan dan Mutu kapur ... D. Cara penggunaan Kapur ..….………... E. Pengaruh Kapur terhadap Tanah dan tanaman ……….

20 V. UNSUR HARA ESENSIAL .………...

A. Kriteria Esensialitas ... B. Unsur Hara tanaman ... C. Fungsi Unsur Hara ... .………... D. Gejala Defisiensi Unsur Hara ... E. Caída Minimum dan saling Tindak Arah ………. F. Istilah-istilah ……… B. Ketersediaan Nitrogen Tanah ... ... C. Peranan Agronomi Nitrogen .. ……… D. Peredaran Nitrogen .... ….. ……….

A. Sumber Fosfor Tanah ... B. Bentuk Fosfor Tanah ... ... C. Ketersediaan Fosfor Tanah .. .. ……… D. Peranan Agronomi Fosfor ... .... ….. B. Bentuk Kalium dalam Tanah ... C. Neraca Kalium ………. ………...

38 39 39 40 IX. KALSIUM, MAGNESIUM DAN BELERANG ...…...

(4)

VIII. UNSUR-UNSUR MIKRO ...

A. Sumber Unsur Hara Mikro ... B. Peranan Unsur Mikro pada Tanaman ... C. Ketersediaan Unsur Mikro .. ………... D. Pengelolaan Tanah dan Kebutuhan Unsur Mikro ... E. Pupuk Mikro ...

(5)

I. PENDAHULUAN

Tujuan Umum :

Setelah mempelajari materi kuliah ini mahasiswa dapat menjelaskan secara umum cakupan tentang ruang lingkup Kesuburan dan Kesehatan Tanah

Tujuan Khusus :

1. Mahasiswa dapat menjelaskan Pengertian Kesuburan dan Kesehatan tanah 2. Mahasiswa dapat menjelaskan Pertumbuhan Tanaman

3. Mahasiswa dapat menjelaskan Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman

Kesuburan tanah adalah kemampuan tanah untuk dapat menyediakan unsur hara dalam jumlah berimbang untuk pertumbuhan tanaman.

A. Pertumbuhan Tanaman

Berhasilnya suatu usaha pertanian ditentukan oleh pertumbuhan dan hasil tanaman yang diusahakan., apabila baik ( sukses ) maka petani akan dapat mengimbangi pengeluaran-pengeluaran dalam bentuk tenaga dan usaha untuk memperoleh kwantitas dan kwalitas produksi yang baik.

1. Pertumbuhan

Menurut Webster, pertumbuhan adalah suatu perkembangan yang progresif dari suatu organisme. Untuk tanaman, pertumbuhan adalah perkembangan satu atau beberapa organ atau seluruh tanaman dan dapat dinyatakan dalam berat kering, panjang, tinggi ataupun diameter.

2. Pertumbuhan dan Waktu

(6)

Pertumbuhan Tanaman

Waktu

Gambar 1. Pola umum hubungan antara pertumbuhan tanaman dan waktu

3. Hubungan Pertumbuhan dengan Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Faktor tanaman ada 2 kategori yaitu faktor genetis ( faktor tetap ) dan faktor lingkungan ( perubah yang setiap saat berubah). Pertumbuhan merupakan fungsi dari beberapa faktor lingkungan ( faktor keliling / faktor tumbuh ).

T : Ukuran pertumbuhan

X1, X2, X3, ...Xn : berbagai faktor tumbuh

4. Hukum Minimum Liebig

Bila salah satu faktor terdapat dalam keadaan yang paling kritis bagi pertumbuhan tanaman mislanya X1 sedangkan faktor – faktor lain berada

dalam keadasan cukup maka pertumbuhan tanaman ditentukan oleh faktor X1 itu.

T = f ( X1, X2, X3...Xn)

(7)

Hubungan ini bukan merupakan hubungan linier tetapi hubungan yang memenuhi hukum minimum Liebig.

5. Persamaan Mitscherlich

Apabila suatu tanaman ditanam dalam keadaan lingkungan yang baik serta semua unsur hara cukup tersedia kecuali satu unsur hara misalnya N yang terdapat dalam keadaan rendah maka pertumbuhan tanaman tersebut sebanding dengan jumlah unsur tersebut yang ditambahkan ke dalam tanah. Makin banyak unsur tersebut diberikan makin cepat pertumbuhannya tetapi tidak berbanding lurus dengan jumlah yang dibiarkan. Pertambahan pertumbuhan setelah setelah mencapai titik tertentu akan berkurang untuk setiap satuan jumlah unsur hara yang dibiarkan.

Persamaan matematika Mitscherlich adalah sebagai berikut :

dy : Peningkatan hasil (yield) sebagai penambahan jumlah faktor tumbuh dx

dx : Penambahan jumlah yang bervariasi (increment) dari faktor tumbuh x

A : Hasil maksimum yang mungkin dicapai tanaman dengan usaha penyediaan semua faktor tumbuh dalam jumlah yang optimum Y : Hasil yang diperoleh setelah pemberian jumlah tertentu dari faktor

x

C : Konsatante pembanding yang tergantung kepada sifat-sifat faktor tumbuh (N = 0,122; P205 = 0,60 dan K20 = 0,122)

Peneliti – peneliti lain menolak konstante C karena berubah dengan jenis tanaman dan keadaan iklim yang berbeda.

6. Persamaan Spillman

Dy/dx = ( A – Y ) C

(8)

Y : Jumlah pertumbuhan yang diproduksi oleh kwantita tertentu dari faktor tumbuh X

X : Kwantita faktor X

M : Hasil maksimum yang mungkin dicapai, jika semua faktor-faktor tumbuh Terdapat dalam jumlah yang optimum

R : Konsatante

7. Satuan Baule

Satu satuan baule adalah jumlah dari satu atau beberapa faktor tumbuh yang dibutuhkan tanaman untuk menghasilkan hasil yang besarnya 50 % dari hasil maksimum yang meungkin dicapai.

8. Konsep Mobilitas Hara Menurut Bray

Apabila mobilitas hara di dalam tanah menurun, maka jumlah hara itu yang diperlukan di dalam tanah untuk memproduksikan hasil tanaman yang maksimum, akan meningkat dari nilai variabel ditetapkan terutama oleh besar hasil dan komposisi peran optimum dari tanaman terhadap jumlah yang nilainya cenderung menjadi konstan.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman

Hingga sekarang faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan itu dibagi atas faktor genetis dan faktor lingkungan.

1. Faktor genetis

Salah satu peranan penting dari faktor genetis adalah kemampuan suatu tanaman hibrida (hasil silang dari induk – induk yang potensial) untuk berproduksi tinggi, misalnya kelapa hibrida, jagung hibrida dan lain-lain.

2. Faktor-faktor Lingkungan

(9)

a. suhu

b. Ketersediaan air c. energi surya d. Mutu atmosfer

e. struktur dan komposisi udara tanah f. Reaksi tanar

(10)

II. HUBUNGAN TANAH DAN TANAMAN

Tujuan Umum :

Setelah mempelajari materi kuliah ini mahasiswa dapat menjelaskan secara umum cakupan tentang ruang lingkup Hubungan Tanah dan Tanaman

Tujuan Khusus :

1. Mahasiswa dapat menjelaskan Pengertian hubungan tanah dan tanaman

2. Mahasiswa dapat menjelaskan Faktor-faktor yang mempengaruhi kepekatan hara larutan tanah

Hubungan tanah dengan tanaman sangat erat karena tanah sebagai media untuk pertumbuhan tanaman yang paling baik yaitu sebagai tempat berdiri (tegaknya) tanaman, penyediaan unsur hara, penyediaan air dan sebagainya.

A. Faktor–faktor yang Mempengaruhi Kesepakatan Hara Larutan Tanah

Unsur hara yang berada di dalam larutan tanah (soil solution) dari mineral primer, pupuk, bahan orgamik, atmosfer dan lain-lain. Begitu unsur hara melarut, maka reaksi-reaksi yang dihadapinya beraneka ragam yang sangat dipengaruhi oleh :

1. Reaksi Tanah

Nilai pH (kemasaman) tanah merupakan faktor penting dalam menentukan kelarutan unsur – unsur hara dalam tanah. Kelarutan oksida-oksida atau hidroksida Fe dan Al menurun jika pH meningkat dan sebaliknya jika pH menurun kelarutannya akan meningkat. Kelarutan Fe-fosfat, Al-fosfat dan Ca/Mg-fosfat sangat tergantung pada pH.

2. Potensial Redoks (Redox Potential)

(11)

bentuk lebih dari satu keadaan oksidasi (oksidasi rate) pada kisaran normal Eh tanah.

3. Koloid Tanah dan Peranannya

Koloid tanah adalah bahan aktif dari tanah yang tersusun dari mineral dan

humus, berukuran kurang dari 1 mikron (< 1

µ

). Ada 2 macam jenis koloid yatiu :

a. Koloid mineral clay, yang terdiri dari 2 kelompok yaitu :

1) Silikat (1:1 misalnya kaolinit, haloisit, anauksit; 2:1 misalnya montmorilonit, beidellit, vermikulit, amorfus atau tidak mengkristal misalnya alofan)

2) Bukan silikat, banyak ditemukan pada tanah yang tua misalnya gibsit, geotit dan limonit.

b. Humus

Koloid humus tersusun dari lignin, poliuroida dan protein, muatan negtatifnya berasal dari gugus karboksil ( -COOH) dan fenolik (-OH) yang dinetralkan dan berionisasi dengan unit – unit pusat dari humus, nilai KPK sangat besar yaitu 150 – 300 me/100g, demikian juga daya serap air juga sampai beberapa kali bobot keringnya.

Peranan utama dari koloid tanah adalah sebagai tempat terjadinya pertukaran ion (kation dan union) yang sangat menentukan penyediaan hara bagi tanaman.

a. Pertukaran Kation

(12)

b. Pertukaran Anion

Fenomena ini melalui pengamatan anion fosfat yang tidak tercuci dari tanah, tetapi dapat dikeluarkan melalui ekstrasi dengan bermacam-macam garam, asam dan larutanbasa. Di lain pihak anion sulfat yang terjerap pada oaly 1:1 dan hidroksida dari Fe dan Al dapat diekstrak dengan larutan kalium fosfat dan kemudian dapat diekstrak dengan air. Kemungkinan lain adalah akibat timbulnya muatan positif pada permukaan koloid sebagai hasil protonasi pada perubahan pH tanah.

Al O H + H Al OH2+ pH tinggi pH rendah

c. Kejenuhan Basa

Perbandingan antara kation basa ( Ca, Mg, K dan Na) dengan NTK total dan dinyatakan dalam persen.

d. Kejenuhan Aluminium

Kejenuhan Al terutama untuk menentukan kebutuhan kapur.

Me ( Ca + Mg + K + Na ) / 100g

Kejenuhan Basa (KB) = --- X 100 % Me NTK total / 100g

Me Al / 100g

(13)

NTK efektif adalah jumlah kation Ca, Mg, K, Na, Al dan H dalam me/100g

NTK total adalah nilai NTK dari pengekstrak amonium asetat pH 7 (jumlah kation pada zarah tanah secara keseluruhan.)

4. Pergerakan Hara ke Akar Tanaman

Secara umum pergerakan hara ke akar tanaman adalah melalui : a. Pertukaran Kontak

Akar tanaman juga mempunyai kapasitas tukar kation seperti tanah. Kation dari koloid tanah dapat ditukar dengan kation yang dihasilkan dari akar tanaman, misalnya kation H. Jika terjadi kontak langsung antara permukaan akar dengan permukaan koloid tanah maka terjadilah pertukaran kontak.

b. Difusi Ion dalam Larutan Tanah

Pergerakan ion secara difusi terjadi karena adanya gradien difusi atau akibat adanya perbedaan pergerakan ion.

c. Aliran Masa

Gerakan air secara aliran massa ini terjadi bersama gerakan air ke akar tanaman terutama disebabkan oleh adanya transpirasi.

5. Serapan Hara oleh Akar Tanaman

Mekanisme serapan hara tanaman adalah melalui pertukaran, difusi dan dibantu oleh pengangkutan (carrier) atau senyawa metabolisme yang menarik ion. Ketiga mekanisme ini akan terkait erat dengan adanya ruang luar atau ruang bebas (outer space) dan ruang dalam (inner space) pada akar tanaman.

(14)

III. KEMASAMAN TANAH

Tujuan Umum :

Setelah mempelajari materi kuliah ini mahasiswa dapat menjelaskan secara umum cakupan tentang ruang lingkup Kemasaman Tanah

Tujuan Khusus :

1. Mahasiswa dapat menjelaskan Pengertian kemasaman tanah 2. Mahasiswa dapat menjelaskan Penentu kemasaman tanah

3. Mahasiswa dapat menjelaskan Kemasaman aktual dan kemasaman potensial 4. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian Sifat sanggahan tanah

5. Mahasiswa dapat menjelaskan Korelasi reaksi tanah

6. Mahasiswa dapat menjelaskan Tanah Garaman (Halomorfik)

Sejumlah proses di dalam tanah dipengaruhi oleh reaksi (pH) tanah antara lain :

1. Laju dekomposisi mineral tanah dan bahan organik 2. Pembentukan mineral lempung

3. Pertumbuhan tanaman secara langsung (ion H+ meracun tanaman jika dalam

konsentrasi tinggi) dan secara tidak langsung (melalui pengaruhnya terhadap kelarutan dan ketersediaan hara tanaman)

4. Partikel koloid daspat berkelakuan sebagai asam/basa, misal clay jenuh hidrogen atau jenuh Al biasanya sebagai suatu asam.

Keadaan masam merupakan hal yang biasa pada tanah-tanah yang berbeda pada daerah dengan curah hujan yang tinggi, basa-basa mudah tercuci dari komplek jerapan tanah. Karena hal ini sangat luas maka persoalan kemasaman jauh melebihi persoalan-persoalan kealkalian. Tanah bereaksi basa merupakan tanah khas daerah kering dan agak kering. Adanya garam – garam terutama Ca, Mg dan Na karbonat menyebabkan ion hidroksil (OH-) dijumpai dalam jumlah

(15)

A. Kemasaman Tanah

Adanya curah hujan yang tinggi dan intensitas hancuran tinggi, basa – basa mineral primer dibebaskan dan tercuci keluar dari profil tanah oleh air hujan. Suasana kemasaman pada profil tanah suatu saat sangat beragam, biasanya dibarengi dengan perubahan – perubahan pada parameter tanah yang lain seperti kadar bahan organik dan kadar clay. Konsentrasi ion H+ melebihi

ion OH- dapat mengandung Al, Fe, dan Mn terlarut dalam jumlah banyak. Dua

kation terjerap yaitu Al3+dan H+ merupakan penyebab kemasaman.

1. Tanah Sangat Masam

Dalam keadaan sangat masam banyak Al menjadi larut dan dijumpai dalam bentuk kation Al dan hidroksi Al, mereka ini akan lebih terjerap dari pada ion H oleh muatan elektrostatik yang permanen dari mineral clay. Alumunium yang tejerap berada dalam keseimbangan dengan Al dalam larutan tanah. Al dalam larutan tanah merupakan penyebab kemasaman karena cenderung terhidrolisis.

Misel Al Al3+ akan terhidrolisis

{tejerap} {larut}

Al3+ Al {OH}2+ + H+

Ion H+ yang dibebaskan secara demikian penyebab Ph rendah bagi larutan.

Hidrogen terjerap merupakan sumber ion H+yang kedua dalam tanah

sangat masam, sebagian ion H+ bersama ion Fe2+ dan Al3+ terikat secara

kovalen pada bahan organik dan pada pinggiran kristal clay, pada suasana ini hidrogen terjerap kuat sehingga sedikit pengaruhnya terhadap larutan tanah.

MISEL H H+

(16)

2. Tanah Berkemasaman Sedang

Senyawa Al dan H juga merupakan sumber ion H+ pada tanah ini, tetapi

melalui cara lain yaitu Al tidak lagi dijumpai sebagai ion Al3+ tetapi

sebagai berikut :

Al3+ + OH- Al(OH)2+

Al(OH)2+ + OH- Al(OH) 2+

(ion hidroksi aluminium) Al(OH)2+ + H2O Al(OH)2+ + H+

Al(OH)2+ + H2O Al(OH)3 + H+

Dengan meningkatnya pH, beberapa H yang diikat kuat melalui ikatan kovalen oleh bahan organik atau clay menjadi mudah dilepas.

3. Tanah Netral hingga Alkalin

Tidak lagi didominasi oleh ion H atau Al, titik-titik pertukaran dari muatan permanen diduduki basa – basa dapat ditukarkan. Ion hidroksi aluminium telah diubah menjadi gibsite melalui reaksi sebagai berikut:

Al (OH)2 + OH- Al(OH)3

(gibsite tidak larut)

4. Sumber Ion Hidroksil (OH-)

Bila ion H dan AL terjerap pada tanah masam digantikan oleh kation Ca, Mg dan K maka kepekatan ion H dalam larutan tanah akan berkurang, sebagai akibatnya jumlah ion OH- naik. Jadi kation-kation basa seolah –

olah menjadi sumber ion OH- yaitu menggantikan ion H+ YANG

TERJERAP. Reaksi alkalin akan diperoleh dari hidrólisis koloid jenuh dengan kation basa.

(17)

-pH larutan akan Sangat tergantung dari jumlah ion H dan kation lain yang dijerap. Bila ion H dominan hasilnya reaksi masam, jira kelebihan kation basa menghasilkan reaksi alkalin.

B. Penentu Kemasaman Tanah

Larutan tanah mengalami gejolak kadar ion H yang berbeda dari waktu ke waktu. Misalnya pengeringan tanah terutama bila melebihi suhu lapang, disebabkan perubahan susunan koloid. Pada musim panas pH sering turunj akibat kegiatan mikrobia, sebaliknya pada musim hujan pH sering naik.

Perbedaan pH akan dijumpai dari satu titik ke titik lain dalam tanah, hal ini disebabkan karena kegiatan jasad mikro setempat dan penyebaran van organik yang tidak merata dalam tanah. Di sekitar misel terdapat perbedaan-perbedaan yang nyata dalam agihan ion H dan Al. Kation – kation stersebut berkerumun dekat dengan permukaan koloid (misel). Mereka dijumpai paling sedikit dalam larutan tanah. Selanjutnya keadaan keseimbangan terjadi antara ion terjerap dan yang ada dalam larutan tanah.

Nilai pH tanah ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut :

1. Prosentase Kejenuhan Basa

Yaitu nisbah kation H dan kation Basa yang dijerap pada komplek koloidal. Prosentase kejenuhan basa rendah berarti reaksi masam dan mendekati 100 % berarti basa.

2. Sifat Misel (Komplek Pertukaran / Permukaan Koloid)

Pada prosentase kejenuhan basa sama, pH dapat berbeda jika komplek koloidalnya berbeda. Hal ini disebabkan oleh tingkat disosiasi H yang dijerap oleh berbagai koloid berbeda. Misalnya H yang dijerap pada komplek organik mudah berdisosiasi ke dalam larutan tanah daripada koloidal mineral tanah, sehingga pH tanah organik pada kejenuhan basa tertentu (sama) lebih rebdah daripada tanah mineral.

3. Macam Kation yang Terjerap

(18)

C. Kemasaman Aktif dan Kemasaman Potensial

Kemasaman aktif adalah kemasaman yang disebabkan oleh ion H+ yang

ada pada larutan tanah, sedangkan kemasaman potensial adalah kemasaman yang disebabkan oleh ion H+ yang ada pada komplek pertukaran dan yang ada

padalarutan tanah, sehingga secara umum kemasaman aktif < daripada kemasaman potensial (pH aktual > daripada pH potensial)

MISEL H+ ion H+ dalam larutan tanah

(pH potensial) (pH aktual )

Tanah itu masam atau sangat masam dianggap oleh orang bahwa kemasaman aktifnya sangat tinggi dan berbahaya, padahal bukan demikian tetapi kebalikannya yaitu kemasaman potensialnya yang sangat tinggi. Bahan penetral yang diberikan lebuh dari ribuan kali yang diperlukan untuk menetralkan kemasaman aktif. Jadi kemasaman potensial tanah menyediakan sejumlah ion H+yang harus dinetralkan sebelum pH tanah tersebut dapat

diubah. Dari contoh perhitungan kasar yaitu :

1. Tanah pasir kemasaman potensial 1000 X kemasaman aktifnya.

2. Tanah clay dan kaya baha organik kemasaman potensial 50.000 X kemasaman aktifnya.

D. Sifat Sanggahan Tanah

Merupakan ssifat dari tanah untuk menghambat terhadap perubahan pH yang disebabkan oleh clay dan atau humus.

MISEL H+ ion H+ dalam larutan tanah

(19)

Penambahan ion H karena jasad mikro, kenaikan pH larutan sementara. Reaksi di atas akan ke kiri dan lebih banyak ion H terjerap sehingga penurunan pH yang terjadi kecil.

Makin tinggi KTK tanah (faktor-faktor lain sama) makin besar kapasitas sanggaannya karena lebih banyak ion H dan kation lain ayng harus dipertukarkan untuk memberikan pengaruh menaikkan atau menurunkan prosentase kejenuhan basa. Makin berat tekstur tanah dan makin tinggi bahan organik suatu tanah dibutuhkan kapur lebih banyak untuk menaikkan pH.

Arti sanggahan bagi suatu tanah antara lain : 1. Stabilitas pH tanah

2. Gejolak pH yang besar / kecil

3. Jumlah usaha perbaikan yang diperlukan.

E. Korelasi Reaksi Tanah

Terdapat korelasi yang nyata antara pH dengan beberapa sifat tanah :

1. Mudah tidaknya Ca dan Mg dipertukarkan

Dengan hilangnya Ca dan Mg dari permukaan jerapan karena pencucian, akan menyebabkan pH tanah lebih masam, akibatnya daerah basah terdapat korelasi nyata antara pH dan jumlah kedua basa daspat dipertukarkan, di daerah kering terdapat hubungan nyata antara pH dengan Na dapat ditukar.

2. Aluminium dan Unsur Mikro

Pada pH rendah banyak Al, Fe dan Mn larut sehingga meracuni tanaman. Akan tetapi dengan naiknya pH dan adanya hujan jumlah ion-ion tersebut delam larutan tanah berkurang.

3. Fosfor Tersedia

(20)

4. Aktivitas Mikrobia ( Jasad Renik / Mikroorganisme)

Kegiatan jasad hidup dalam tanah sangat dipengaruhi oleh pH, mungkin disebabkan oleh ion H dan faktor – faktor lain yang dipengaruhi pH.

F. Tanah Garaman (Halomorfik)

Reaksi tanah ini terdapat pada daerah kering, curah hujan biasanya < 500 mm/tahun, tidak adanya pencucian yang intensif menyebabkan jumlah basa demikian tinggi. Bila drainase tanah di daerah kering terganggu dan penguapan meningkat, maka garam yang larut dalam air cenderung menimbun di lapisan atas atau permukaan tanah, disebut ” Halomorfik” yang dapat diklasifikasikan menjadi Salin, Salin Sodik dan Sodik.

1. Salinisasi

Yaitu proses penimbunan garam yang mudah larut dalam tanah. Garam mudah larut misalnya : NaCl, Na2SO4, CaCO3, dan atau MgCO3. Tanah

yang terbentuk disebut Tanah Salin atau Tanah Alkali Putih atau Solonchak.

2. Alkalisasi

Yaitu proses alamiah yang menghasilkan tanah berkadar Na dapat ditukar dan pH meningkat. Tanah yang terbentuk adalah tanah Salin Sodik.

3. Sodikasi

Yaitu proses peningkatan kejenuhan Na pada komplek pertukaran secara bertahap. Tanah yang terbentuk disebut Tanah Sodik atau Tanah Solod, Tanah Solonets atau tanah Alkali Hitam.

Reaksi alkalin yang kuat (pH 10) disebabkan oleh alkalisasi dan hidrolisis Na+atau senyawa Na

2CO3.

Na2CO3 + 2 H2O 2 Na+ + OH- + H2CO3

Ion OH- yang dihasilkan meningkatkan pH tanah, sedasngkan Na+

menjenuhi komplek pertukaran, pada gilirannya akan mengalami hidrolisis yang juga akan menymbangkan terhadap peningkatan konsentrasi ion OH

(21)

MISEL Na + H2O MISEL H + Na+ + OH

-4. Karakteristik kimia tanah salin dan sodik

Laboratorium salinitas AS mengusulkan parameter sebagai berikut :

a. Kadar garam tertukar dengan DHL (Daya Hantar Listrik) dalam satuan mm hos/cm

b. Kadar Na+ tertukar dengan prosentase natrium dapat ditukar (PNT)

5. Tanah Salin

Tanah ini mempunyai kadar garam netral larut dalam air sedemikian rupa sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman.

1. PNT < 15 % 2. pH < 8,5

3. DHL > 4mm ho/cm pada suhu 25 0C

6. Tanah Salin Alkali (Salin Sodik)

Tanah ini mempunyai banyak garam netral larut dalam air dan cukup Na dapat ditukar sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman.

1. PNT > 15 % 2. pH < 8,5

3. DHL > 4 mm ho/cm pada suhu 250C

7. Tanah Sodik

Tanah ini tidak banyak mengandung garam netral, efek buruk terhadap tanaman semata-mata karena keracunan Na dan Hidroksil.

1. PNT > 15 % 2. pH 8,5 – 10

3. DHL < 4 mm ho//cm pada suhu 250C

IV. PENGAPURAN TANAH MASAM Ion Na+ dapat ditukar

(22)

Tujuan Umum :

Setelah mempelajari materi kuliah ini mahasiswa dapat menjelaskan secara umum cakupan tentang ruang lingkup Pengapuran tanah masam

Tujuan Khusus :

1. Mahasiswa dapat menjelaskan Pengertian pengapuran 2. Mahasiswa dapat menjelaskan Tujuan pengapuran

3. Mahasiswa dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan udara 4. Mahasiswa dapat menjelaskan Bahan dan mutu kapur

5. Mahasiswa dapat menjelaskan Cara penggunaan kapur

Pengapuran adalah suatu teknologi pemberian kapur ke dalam tanah, yang dimaksudkan untuk memperbaiki kesuburan tanah. Sebelum pengapuran dilakukan harus diketahui lebih dulu tujuan, cara penentuan kebutuhan bahan dan mutu kapur yang akan digunakan serta cara-cara penggunaannya.

A. Tujuan Pengapuran

Secara umum tujuan pengapuran adalah untuk memperbaiki sifat-sifat fisik, kimia dan biologi dari tanah. Di wilayah sub tropik pengapuran sering bertujuan untuk meningkatkan pH menjadi netral (6,5 – 7,0) , karena pada kisaran pH tersebut paling cocok untuk ketersediaan unsur hara dan pertumbuhan tanaman. Untuk daerah tropik tidak bisa demikian, karena pengapuran untuk mencapau pH tersebut sering terjadi kelebihan kapur (over liming).

Berkaitan dengan tingginya Al pada tanah masam di daerah tropik maka pengapuran sebaiknya ditujukan untuk meniadakan pengaruh meracun dari Al tersebut. Sejalan dengan ini pengapuran juga bertujuan untuk menyediakan hara Ca bagi tanaman.

(23)

Kebutuhan kapur dsapat ditentukan dengan beberapa cara yaitu : 1. Metode Schoemaker, Mc Lean dan Pratt ( Metodr SMP)

Metode ini kurang cocok untuk tanah di daerah tropik. 2. Metode Kamprath

Merupakan cara penentuan kebutuhan kapur untuk tanah daerah tropik berdasarkan Al yang dapat dipertukarkan.

Kebutuhan kapur akan beragam sesuai dengan jenis tanaman, misalnya: 1. Tanaman jagung kejenuhan Al < 44%

2. Kapas dan kedelai kejenuhan Al < 20 %, pemberian kapur 1,5 x Al – dd (1 me Al / 100g = 1,5 me CaCO3/100g) menyebabkan kejenuhan Al Turun <

15 %.

3. Tanaman peka terhadap Al disarankan pemberian kapur 2,0 x Al – dd (1 me Al / 100g = 2 me CaCO3/100g)

4. Tanaman relatif toleran Al disarankan pemberian kapur 1,0 x Al – dd (1 me Al / 100g = 1 me CaCO3/100g), sehingga kejenuhan Al menjadi < 25%

5. Untuk tanaman umum kejenuhan Al < 30 % 1,.8 {Al3+-30 (Al+Ca+Mg)}

ton/ha CaCO3.

6. Untuk tanaman yang tahan kejenuhan Al < 40% 1,8 {Al3+-40

(AL+Ca+Mg)} ton /ha CaCO3.

C. Bahan dan Mutu Kapur

Bahan kapur yang umum digunakan untuk pertanian adalah : 1. Kapur Oksida (CaO) atau kapur bakar

- merupakan hasil pembakaran batu kapur - nilai netralisasi 179 % setara CaCO3

- kelemahannya bersifat akuistik dan cepat hilang karena CH menguap - pencampuran dengan tanah relatid sukar karena membenyuk grabule 2. Kapur Hidroksida (CA(OH)2 atau kapur hidrat atau kapur tembok,

merupakan penambahan air pada kapur bakar, pencampuran dengan tanah relatif sukar, nilai netralisasi 136%, reaksi dengan tanah cepat.

3. Kapur Karbonat

(24)

- semakin halus, reaksi semakin cepat - reaksi dengan tanah relative lambat

Mutu kapur yang disarankan adalah :

1. harus mengandung CaCO3 total > 85 % CaO >48 %

2. Tidak boleh mengandung Al2O3 + Fe2O3 > 3%

D. Cara Penggunaan Kapur

1. Saat Mengapur

- musim labuhan / diperkirakan tidak hujan

- untuk tanaman peka, diberikan jauh sebelum tanam ( 2 – 4 minggu ) - pola tanam tunggal bergilir (rotasi tanaman) diberikan sebelum tnm peka - pola tanam ganda disesuaikan dengan keadaan setempat.

2. Cara Mengapur

Kaidah mengapur yang baik adalah sebar di atas permukaan serata-ratanya dan diaduk dengan tanah serat-ratanya dan sedalam-dalamnya.

E. Pengaruh Kapur Terhadap Tanah dan Tanaman

1. Pengaruh kapur terhadap tanah yang paling dominan adalah terhadap kemasaman tanah yang meliputi : pH, Al-dd dan kejenuhan Al.

2. Pengaruh kapur terhadap tanaman adaslah perkembangan tanaman yang membaik akibat perbaikan beberapa sifat dan ciri tanah sehingga serapan hara meningkat dan produksi tanaman jauga meningkat.

(25)

Tujuan Umum :

Setelah mempelajari materi kuliah ini mahasiswa dapat menjelaskan secara umum cakupan tentang ruang unsur hara esensial

Tujuan Khusus :

1. Mahasiswa dapat menjelaskan Kriteria essensialitas

2. Mahasiswa dapat menjelaskan Unsur hara makro dan mikro 3. Mahasiswa dapat menjelaskan Fungsi unsur hara

4. Mahasiswa dapat menjelaskan Gejala defisiensi unsur hara

5. Mahasiswa dapat menjelaskan Kaidah minimum dan saling tindak arah 6. Mahasiswa dapat menjelaskan Istilah-istilah pada unsur hara

A. Kriteria Esensialitas

Unsur hara esensial adalah unsur-unsur yang sangat dibutuhkan leh makhluk hidup. Kriteria esensialitas unsur hara menurut Arnon ( 1939) dan Stout (1950) adalah :

1. Tanpa unsur tersebut tanaman tidak bisa menyelesaikan daur hidup (life

cycle), tumbuh berkembang dan sebagainya.

2. Fungsi unsur harus spesifik, tidak daspat diganti oleh unsur lain, misalnya fungsi P pada ATP tidak bisa diganti unsur lain.

3. Unsur hara harus berperan langsung (direct) dalam pertumbuhan dan metabolisme tanaman.

Ketiga kriteria tersebut belum memuaskan karena alasan-alasan sebagai berikut :

(26)

2. Sebagian organisme tampaknya dapat mensubstitusi suatu unsur sebagai pengganti unsur yang lain. Contoh: Sronstium (Sr) mengganti Ca, Vanadium (V) mengganti Mo.

3. Esensialitas tergantung faktor lingkungan. Suatu organisme dapat membutuhkan suatu unsur bila menggunakan substrat tertentu, tetapi tidak jika substratnya lain.

Alternatifnya adalah ”Functional Nutrient atau Unsur Hara Fungsional” yaitu unsur-unsur yang memainkan suatu peranan yang jelas dan dapat dikenal di dalam metabolisme tanaman, sekalipun unsur-unsur tersebut belum memenuhi ketiga kriteria ( seluruh ) esensialitas.

B. Unsur Hara Tanaman

Makro (ada 9) Esensial

Mikro (ada 7) Unsur hara tanaman

Non Esensial (ada + 44)

[termasuk calon esensial Na, Si (makro) dan Co (mikro)]

1. Unsur Hara Makro

Adalah unsur hara esensial yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah banyak (> 0,1 % bahan kering), satuan selalu dalam persen (%). Termasuk unsur hara makro adalah C, H, O, N P, K, Ca, Mg, S dan calon (Na,Si). a. C, H, O sudah tercukupi dari udara (CO2) dan air (H2O) sehingga tidak

lazim dibicarakan sebagai unsur hara.

b. N, P, K merupakan unsur hara makro primer (utama) karena di daslam tanah relatif sedikit sehingga perlu penambahan dalam jumlah yang relatif besar.

(27)

2. Unsur Hara Mikro

hádala unsur hara esencial yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah relatif sedikit yaitu < 0,01 % atau < 100 ug/g van kering. Dulu dalam ppm tetapi kurang tepat karena bisa per berat atau per volume, Semarang ug/g atau ug/ml. Yang termasuk unsur hara mikro hádala Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo, Cl dan Calon (Co).

C. Fungsi Unsur Hara

Fungsi unsur hara secara umum hádala untuk megetahui : 1. Kriteria ke 2 dan ke 3 esensialitas (spesifik dan langsung)

2. Kemampuan sebagai ”Biochemical Diagnostic Test”, misalnya aktivitas enzim nitrat reduktase sebagai indikator status mikro organisme (enzim rendah aktivitasnya rendah), nitrat (NO3) menjadi Asam amino dan

seterusnya.

D. Gejala Defisiensi Unsur Hara

Gejala defisiensi sangat berkait erat dengan fungsi unsur hara pada tanaman dan sebagai alat bantu dalam diagnostik status hara tanaman

1. Gejala Morfologi (bentuk)

a. memendeknya ruas batang b. tanaman kerdil

c. rosetting (daun menumpuk) d. pemendekan dan penebalan akar e. penyempitan dasunh

2. Gejala Fisiologi (daun, batang, tangkai)

a. Foliar symptoms b. Klorosis

c. Nekrotis

d. Perubahan warna

(28)

dan sebagainya. Unsur yang mobil antara lain N, P, K, Mg, Mo; jika terjadi defisiensi pada organ tua lebih dulu. Unsur yang imobil Ca, Fe, B, S, Mn,Zn, Cu,; jika terjadi defisiensi pada organ yang muda dulu.

E. Kaidah Minimum dan Saling Tindak Arah

Di lapangan tanaman bisa mengalami hanya kekurangan 1 macam masalah (misal N) saja dan juga bisa lebih dari 1 macam unsur misal pada gambut masalahnya adalah kahat N, P, K, Cu.

1. Hanya 1 Hara yang Kahat (defisiensi)

Tanggapan tanaman terhadap pemberian hara tersebut akan mengikuti kurva sebagai berikut :”curve tipe metscherlich” dengan mengikuti kaidah ”Low of Deminishing Returns” artinya pemberian hara akan memberikan keuntungan semakin kecil.

2. Lebih Satu Hara yang Kahat

Diperoleh interaksi (saling tindak), masing-masing hara akan mempengaruhi respon atau tanggapan terhadap hara yang lain. Pada kondisi kahat hara lebih dari satu ini akan diperoleh kaidah faktor-faktor pembatas yaitu :

a. ”Low of Limiting Factors” yang mengatakan efel/pengaruh suatu faktor paling kecil bila suatu faktor lain masih membatasi pertumbuhan tanaman (limiting) dan paling besar jika semua faktor ada dalam pasokan (suplai) optimal.

b. ”Low of the Minimum ” dari Justus Von Liebig, digambarkan pada tong yang bocor. Pertumbuhan tanaman ditentukan oleh hara yang paling limiting untuk tumbuh optimal. Misalnya:

Unsur Jumlah tersedia

dalam tanah dibutuhkan tanamanJumlah yang

N 50 unit 100 unit

(29)

N = 50%

P = 40 % (paling limit) K = 80 %

Implikasinya adalah tangani faktor paling minimum dulu yaitu P baru kemudian N, kemudian K

F. Istilah – istilah

1. Hara makro VS Hara mikro

Macro nutrients Micro nutrients

Macro elements Micro elements

2. Hara utama VS Hara bukan utama

Mayor nutrients Minor nurients

(unsur utama pemupukan (kadang-kadang diberi

misal N, P, K) kan jumlah kecil)

3. Secondary elements = unsur sekunder 4. Trace elemnets = unsur runutan

Digunakan untuk hara mikro terutama B, Mo

5. Esential elements = Unsur esensial = Nutrient = hara 6. Functional elements = unsur fungsional

7. Benefacial elements = Unsur bermanfaat

Adalah unsur-unsur yang telah ditemukan menstimulir pertumbuhan tanaman tetapi sejauh ini belum dapat dibuktikan esensialitasnya atau baru dibuktikan esensial pada kondisi tertentu atau jenis tanaman tertentu.

Jumlah tersedia

(30)

VI. UNSUR NITROGEN

Tujuan Umum :

Setelah mempelajari materi kuliah ini mahasiswa dapat menjelaskan secara umum cakupan tentang Unsur Nitrogen

(31)

1. Mahasiswa dapat menjelaskan Pengertian Unsur Nitrogen 2. Mahasiswa dapat menjelaskan Sumber nitrogen tanah 3. Mahasiswa dapat menjelaskan Ketersediaan nitrogen tanah 4. Mahasiswa dapat menjelaskan Peranan agronomi nitrogen 5. Mahasiswa dapat menjelaskan Peredaran nitrogen

Nitrogen merupakan salah satu unsur hara yang sangat penting dapat disediakan melalui pemupukan. Tanaman menyerap unsur ini terutama dalam bentuk nitrat (NO3), namun bentuk lain yang juga dapat diserap adalah ammonium

(NH4+) dan CO(N2)2 (urea) dalam bentuk nitrat. Nitrogen yang tersedia bagi

tanaman dapat mempengaruhi pembentukan protein dan juga merupakan bagian integral dari klorofil.

A. Sumber Nitrogen Tanah

Sumber N primer berasal dari atmosfer dan sekunder dari aktivitas organisme tanah .

1. Penambatan Nitrogen Simbiosis

a. Simbiosis modul akar tanaman leguminosa dengan bakteri Rhizobium (aerob)

b. Simbiosis tanaman dengan clostridium (anaerob), ganggang biru, azotobakter

2. Penambatan Nitrogen Non Simbiosis

a. Fiksasi yang berasal dari gas nitrogen di atmosfer melalui lompatan listrik kembali ke bumi melalui air hujan

b. Fiksasi N pada proses pembuatan pupuk (industrial)

(32)

Nitrogen organik terdapat di dalam protein dan komplek molekul lainnya. Umumnya sebagai senyawa amina (-NH2) dan senyawa lain terikat dalam

struktur rantai atau cincin dengan carbón ( C )

4. Pupuk Nitrogen

Pupuk nitrogen antara lain :

a. Urea atau CO(N2)2, mengandung 46 % N

b. ZA atau amonium sulfat atau (NH4)2SO2, mengandung 21 % N

c. Amonium nitrat atau NH4NO3

B. Ketersediaan Nitrogen Tanah

1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi

a. Iklim dan Vegetasi yaitu temperatus, suplai air, hujan dan jenis tanaman Temperatur meningkat akan menurunkan N, pada suplai air tertntu N meningkat; padang rumput N lebih tinggi.

b. Topografi , jika lereng meningkat maka N turun karena banyak tererosi c. komponen mineral, semakin kasar komponen tanah maka N semakin

rendah

d. Distribusi profil, semakin dalam pada profil tanah maka N semakin rendah

e. Bahan Induk, tergantung kegiatan manusia (+BO akan meningkatkan N)

2. Bentuk-bentuk N dalam Tanah

1. Bentuk organik antara lain NH 4+, NO3-, NO2- , N2O , NO, unsur N dan

hidroksi amin (NH2OH) yang berasal dari perombakan van organik.

2. Bentuk anorganik yaitu NH4+, NO3-, yang berasal dari pupuk buatan.

3. Keseimbangan N dalam Tanah

(33)

b. Pengurangan N tanah karena imobilisasi, panen, menguap, tercuci, tererosi.

C. Peranan Agronomi Nitrogen

Kekurangan Nitrogen dalam tanah merupakan faktor pembatas pertumbuhan tanaman baik secara kwantitatif maupun kualitatif dari hasil produksi selanjutnaya.

1. Pengaruh N terhadap pertumbuhan dan Produksi

a. Pembentukan senyawa yang mengandung N misalnya asam amino, asasm nukleat, enzim – enzim, bahan penyalur energi (klorofil, ADP, ATP)

b. Pembentukan sel c. Fotosintesa

2. Gejala Kekurangan Nitrogen

Jika kurang N tanaman akan kurus, kerdil, pucat produksi protein rendah, pembentukan sel rendash. Kecepatan pertumbuhan tanaman berjalan secara proporsional dengan suplai N. Defisiensi terjadi pada daun yang lebih tua dahulu .

3. Kelebihan Nitrogen

Terjadi terutama jika K dan P rendah, suplai air rendah. Gejala kelebihan N antara lain warna gelap, sukulen, pertumbuhan vegetatif tinggi, mudah terkena frost.

D. Peredaran Nitrogen

(34)

VII. UNSUR FOSFOR

Tujuan Umum :

Simbiosis

Sisa Tnaman dan Pupuk Alam

Non Simbiosis

Nitrogen Tanah Tersedia

Tererosi Terlindi

Atmosfer

(35)

Setelah mempelajari materi kuliah ini mahasiswa dapat menjelaskan secara umum cakupan tentang ruang lingkup Unsur fosfor

Tujuan Khusus :

1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian Unsur fosfor 2. Mahasiswa dapat menjelaskan Sumber fosfor tanah 3. Mahasiswa dapat menjelaskan bentuk fosfor tanah 4. Mahasiswa dapat menjelaskan Ketersediaan fosfor tanah 5. Mahasiswa dapat menjelaskan Peranan agronomi fosfor 6. Mahasiswa dapat menjelaskan neraca fosfor

Fosfor biasa disebut sebagai ” Kunci Kehidupan ” karena terlibat langsung hampir pada seluruh proses kehidupan. Ia merupakan komponen setiap sel hidup dan cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh. Suatu sifat yang penting pada unsur ini adalah sifatnya yang sangat stabil dalam tanah sehingga kehilangan akibat pencucian relatif kecil pernah terjadi, karena kelarutan P dalam tanah rendah (ketersediaan rendah).

Unsur fosfor diserap oleh tanaman dalam bentuk : 1. Ortofosfat primer (H2PO4) pada pH rendah

2. Kemudian ortofosfat sekunder (HPO42-) pada pH tinggi

3. Pirofosfat dan metafosfat yang terdapat pada pupuk P- atau K- metafosfat 4. Fosfat organik yaitu asam nukleat dan fitin hasil degradasi bahan organik.

A. Sumber Fosfor Tanah

1. Sebagian besar berasal dari pelapukan batuan, kerak bumi (mineral-mineral P). Misalnya apatit pada batuan beku dan sedimen. Pelapukan apatit menghasilkan ikatan Ca-P, Al-P, Fe-P. Batuaan fosfat dan fiksasi fosfat sukar dibebaskan. Kurang lebih 3,5 juta fosfat hilang kelaut tiap tahun sebagai Ca-P yang sukar larut.

(36)

a. Fosfat Guano (fosforit) merupakan kotoran kelelawar pada gua-gua kapur.

b. Fosfat Insulan (fosforit) kotoran burung di pulau kecil gamping

c. Fosfat Besi (ion fosfat) karena alterasi dari limonit di sumber air panas. 3. Air, pengairan pada lahan kemungkinan juga membawa fosfat

4. Pupuk, pemupukan dengan pupuk yang mengandunhg P misalnya TSP, SP-36 dan sebagainya.

B. Bentuk Fosfor Tanah

P tanah dijumpai sebagai ortofosfat, dimana P sebagai pusat dikelilingi oleh dan terikat pada 4 atom oksigen, P dalam tanah merupakan turunan dari asam fosfat. Secara garis besar P dalam tanah dibedakan menjadi P orgaink (bahan organik) dimana 1 atom H atau lebih dari asam fosfat diganti ester; P anorganik dimana 1-3

Atom H dari asam fosfat diganti kation logam (Fe, Al, Ca, F dan lain – lain) dalamkeadaan sukar larut. Pada tanah mineral P anorganik > P organik kecuali pada tanah organik.

1. Fosfor Larutan Tanah

P diserap tanaman dalam jumlah besar dalam bentuk ortofosfat primer dan sekunder (H2PO4- dan HPO42-) yang terdapat dalam larutan tanah.

2. Fosfor Anorganik Tanah

a. Pelapukan apatit (fosfat apatit) menjadi fosfor sekunder (gorceixite, florecencits)

b. Besi fosfat (vivianite) menjadi Fe3(PO4)2 8H2O (reduksi), walvellite

menjadi Al8(OH)3(PO4)2 5H2O dan crandallite menjadi

CaAl3(PO4)2(OH)6 pada tanah kapur.

c .Tersedia pada kisaran pH 5,5 – 7,0 Kombinasi

Organik Kombinasi Fe-P,Al-P, Clay-P

(37)

d. Pada tingkat hancuran iklim lanjut bentuk occluded (terselimuti /tesrkepung) lebih dominan dimana occluded-P > Fe-P > Al-P > Ca-P. e. Pada tingkat hancuran iklim sedang (moderat) maka Fe-P > occluded-P

> Al-P Ca-P

f. Pada tingkat hancuran iklim rendah maka Ca-P > Al-P > Fe-P > occluded –P

g. Pada tanah yang didominasi partikel halus (clay) terjadi penumpukan Al-P dan Fe-P, sedangkan tanah dengan pertikel kasar dalam bentuk Ca-P,

h. Retensi, fiksasi oleh logam

Penambahan P pada tanah asam, retensi P masih bisa diekstrasi dengan asam encer sehingga cukup tersedia. Fiksasi P misalnya Al-P, Fe-P (endaspan atau absorbsi oleh lempung) tidak dapat diekstasi asam encer.

3. Fosfor Organik Tanah

a. Termasuk P organik adalah asam nukleat, fosfolipid, inosital fosfat yang terdapat dalam jaringan tanaman dan mikro organanisme

b. Mineralisasi P organik menghasilkan nisbah C : N : P – 100 : 10 : 1 untuk bahan organik tanah sangat ideal. Umumnya 220 : 10 : 0,39 sampai 71 : 10 : 3,05.

c. Sebagai pegangan bahwa C : P = 200 : 1 atau lebih akan terjadi mineralisasi P. Jika C : P = 300 : 1 terjadi imobilisasi P.

d. P organik pada tanah lapisan atas lebih tinggi daripada lapisan di bawahnya.

C. Ketersediaan Fosfor Tanah

Fosfor tersedia adalah yang dapat diekstrak oleh air dan asam nitrat, dibedakan :

1. Fosfor larut dalam air dapat diekstrak oleh NH4Cl l N

2. Al-P, dapat diekstrak dengan NH4FO, 5 N .

3. Fe-P, dapat diekstrak dengan NaOH o,1 N

4. Ca-P dapat diekstrak dengan Na Nitrat + Na ditionat

(38)

1. Tipe Clay

Fiksasi oleh clay 1 : 1 > 2 : 1 , misalnya kaolinit pada curah hujan tinggi fiksasi P tinggi. Oksida hidrous Al dan Fe pada tanah tropika menjerap P (1 : 1). Pada tanah masam clay 2 : 1 terjadi fiksasi P organik.

2. Reaksi Tanah

P tersedia yang maksimum pada pH 5,5 – 7,0. Pada pH rendah jerapan P oleh Al, Fe dan oksida hidrous Al dan Fe, sedangkan pada pH tinggi P dijerap oleh Ca dan Mg dalam bentuk endapan. Pada tanah masam ayng P yang tersedia yang mendominasi dalam bentuk H2PO4- , sedangkan tanah

basa H2PO42- dan PO43- .

3. Waktu Reaksi

Semakin lama sentuhan P dengan tanah maka fiksasi P semakin banyak, Al-P atau Fe-P selanjutnya menjadi occluded P (P terkepung) yang jauh lebih sukat larut.

4. Temperatur

Pada tanah iklim panas fiksasi P lebih tinggi daripada iklim temperet (sedang) karena oksida hidrous Al dab Fe lebih banyak.

5. Bahan Organik Tanah

a. Dekomposisi bahan organik memperbesar ketersediaan P tanah. Asam-asam organik , gas CO2 + H2O membentuk asam karbonat yang

mampu melapuk mineral primer tanah, contohnya tanah kapur. b. Peranan humus memperbesar P tanah, karena akan

1) membentuk p humik yang mudah diserap tanaman

2) menyelimuti sesqioksida dam menyangga fiksasi P oleh tanah 3) dapat terjadi pertukaran ionP dengan ion humat

c. Dekomposisi bahan organik menghasilkan asam-asam sitrat, oksalat, tartrat, malat, malonat. Asam-asam organik tersebut menghasilkan anion yang daspat membentuk senyawa komplek yang sukar larut dengan Al, Fe sehingga Al, Fe, Ce yang larut berkurang.

(39)

Peranan P pada tanaman sangat komplek antara lain: 1. Pembelahan sel, pembentukan lemak dan albumin 2. Pembentukan buah, buanga dan biji

3. Kematangan tanaman (kebalikan N) 4. Perkembangan akar halus dan akar rambut 5. Kualitas hasil tanaman

6. Ketahanan terhadap penyakit.

E. Neraca Fosfor

VIII. UNSUR KALIUM

Sisa tanaman

dan hewan Pupuk buatan Mineral P tanah

Pengikatan P tersedia dalam tanah

BO Tanah

Hilang tererosi Hilang

tercuci Terangkut

(40)

Tujuan Umum :

Setelah mempelajari materi kuliah ini mahasiswa dapat menjelaskan secara umum cakupan tentang ruang lingkup Unsur Kalium

Tujuan Khusus :

1. Mahasiswa dapat menjelaskan Pengertian Unsur Kalium 2. Mahasiswa dapat menjelaskan Sumber kalium tanah 3. Mahasiswa dapat menjelaskan Bentuk kalium dalam tanah 4. Mahasiswa dapat menjelaskan Neraca kalium

Kalium adalah unsur hara ketiga setelah N dan P, diserap tanaman dalam bentuk K+. Umumnya kadar K dalam tanah cukup tinggi (+ 2,6%) tetapi yang

tersedia cukup rendah. Ketersediaan K dalam tanah diupengaruhi oleh faktor : 1. Tipe koloid tanah

Tipe 2 : 1 fiksasi K > tipe 1 : 1 2. Temperatur

Membeku / mencair pada tanah yang lembab membebaskan fiksasi K misal pada illit

3. Keadaan basah dan kering

Keadaan basah K tanah meningkat dan sebaliknya pada keadaa kering K tanah Turun,

4. pH tanah

pH meningkat fiksasi K meningkat sehingga ketersediaan K rendah 5. Pelapukan

Pelapukan pada mineral primer tanah akan menambah ketersediaan K.

(41)

1. Batuan yang melapuk

2. mineral tanah baik primer maupun sekunder 3. Larutan garam

4. Pupuk K misalnya KCl, K2SO4, KNO3, KMgSO4.

B. Bentuk Kalium dalam Tanah

Di dalam tanah dikenal 4 macam bentuk kalium yaitu : 1. Kalium mineral primer

2. Kalium terfiksasi mineral sekunder 3. Kalium dipertukarkan

4. Kalium dalam larutan

Tetapi untuk kepentingan pertumbuhan tanaman maka K dapat dibedakan berdasarkan ketersediaannya bagi tanaman yaitu :

1. Kalium relatif tidak tersedia

Merupakan mineral-mineral primer seperti felsfar, biotit, muskovit, clay mika. Resitensi terhadap hancuran iklim felsfar > muskovit > biotit. Secara berangsur dapat tersedia karena adanya air karbonat dan clay masam.

2. Kalium lambat tersedia

K terfiksasi clay tipe 2 : 1 misalnya montmorilonit, vermikulit, illit pada kisi-kisinya, namun lambat laun bisa tersedia. Ion K mempunyai radius yang sama dengan ruang antar unit kristal sehingga dapat masuk menjadi bagian integral kristal tersebut.

3. Kalium segera tersedia

Merupakan K yang berada dalam komplek pertukaran dan K dalam larutan tanah.

(42)

C. Neraca Kalium

Neraca kalium diartikan sebagai suatu keseimbangan antara K yang bertambah dan yang hilang dari tanah.

IX. KALSIUM, MAGNESIUM DAN BELERANG

K lambat tersedia K tidak dapat dipertukarkan

(1-10% dan K total

K larutan tanah K dapat

dipertukarkan K tidak dapat

dipertukarkan

K segera tersedia K dapat dipertukarkan dan

Dalam larutan tanah (1-2% K Total)

Terangku tanaman

Sisa Tanaman Sisa hewan Pupuk kandang

Pupuk perdagangan

Mineral kalium

K Tersedia

Fiksasi Tererosi

Tercuci

(43)

Tujuan Umum :

Setelah mempelajari materi kuliah ini mahasiswa dapat menjelaskan secara umum cakupan tentang ruang lingkup Kalsium, Magnesium dan Belerang

Tujuan Khusus :

1. Mahasiswa dapat menjelaskan Kalsium (Ca) 2. Mahasiswa dapat menjelaskan Magnesium (Mg) 3. Mahasiswa dapat menjelaskan Belerang (S)

Kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan belerang (S) merupakan hara makro bagi tanaman, di samping nitrogen, fosfor dan kalium. Unsur ini dalam tanah cukup besar untuk memenuhi kebutuhan tanaman, biasanya tidak dianggap unsur pupuk sehingga relatif kurang diperhatikan dibandingkan dengan unsur N, P dan K. Penggunaan pupuk N, P dan K, secara besar-besaran serta varietas-varietas unggul yang konsumtif terhadap unsur hara akan mengaqkibatkan jumlah unsur Ca. Mg dan S yang hilang dari tanah meningkat sehingga ketiga unsur tersebut menjadi sangat penting.

A. Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg)

Ca dan Mg merupakan kation-kation utama dalam komplek pertukaran, keduanya mempunyai sifat dan perilaku yang sangat mirip di dalam tanah. Unsur-unsur tersebut biasanya dihububnkan dengan masalah kemasaman tanah dan pengapuran, karena keduanya merupakan kation yang paling cocok untuk mengurangi kemasaman atau untuk menaikkan pH tanah.

(44)

masam. Melalui proses-proses tersebut Ca dan Mg terbebas (larut) dan akan mengalami nasib antara lain :

1. Hilang terbawa air drainase atau air perkolasi 2. Diserap oleh orgainsme hidup

3. Dijerap oleh pertikel-pertikel clay

4. Diendapkan kembali segai mineral-mineral sekunder, terutama di daerah beriklim kering (arid)

Sebagai ketentuan umum bahwa tanah bertekstur kasar, tanah lembab dan kandungan mineral dalam tanah tersebut rendah maka unsur Ca dan Mg juga rendah.

Ca dan Mg dapat diserap tanaman bila dalam keadaan tersedia (dapat ditukar / larut air / available) yaitu dalam bentuk kation Ca2+ dan Mg2+.

Faktor-faktor penting yang mempengaruhi ketersediaan unsur Ca da Mg bagi tanaman antara lain:

1. Jumjlah Ca dan Mg dapat ditukar

2. Derjat kejenuhan unsur-unsur tersebut padaa komplek pertukaran 3. Tipe koloid clay tanah

4. Sifat ion – ion komplementer yang dijerap oleh clay.

(45)

B. Belerang

Belerang (S) sudah lebih dari 100 tahun dikenal sebagai unsur hara esensial bagi tanaman. Tanaman membutuhkan S dalam jumlah hampir sama dengan P, maka S harus tercukupi bagi tanaman. Sumber S tanah ada tiga yaitu :

1. Mineral Tanah

Kandungan S dalam kerak bumi sekitar 0,06 % yang berada sebagai sulfide, sulfat dan kombinasi organik dengan karbon ( C ) dan nitrogen (N). Sumber asli S tanah adalah sulfide-sulfide logam yang terkandung dalam batuan plutonik, jika mengalami pelapukan akan hancur dan sulfide teroksidasi menjadi sulfat (SO42-) .

2. Belerang Atmosfer

Kadar S di udara sekitar 0,05 ppm yang kebanyakan dalam bentuk gas SO2

yang berasal dari emisi pembakaran bahan-bahan bakar mengandung S, gunung –gunung berapi, sumber air belerang, air laut dan rawa-rawa, serta pembusukan bahan organik (BO). Masuk ke dalam tanah melalui 3 cara yaitu :

a. sebagian jatuh ke tanah bersama hujan

b. sejumlah tertentu diserap langsung oleh tanah dari atmosfer dan (c) sejumlah tertentu diserap langsung oleh tanaman.

3. Bahan Organik

Sebagian besar S dalam tanah terutama di daerah lembab berada dalam bentuk organik yang berasal dari sisa-sisa tanaman dan hewan yang kembali ke tanah, biasanya berupa protein yang mudah sekali diserang oleh mikrobia (jasad renik).

Belerang (S) diserap tanaman dalam bentuk tersedia yaitu hampir seluruhnya sebagai ion sulfat (SO42- ) dan hanya sebagian kecil sebagai gas

belerang (SO2) yang diserap langsung oleh tanaman dari udara. Dalam tanah

terdapat 3 tipe senyawa belerang yang tidak semuanya dapat diserap oleh tanaman yaitu :

(46)

Ada 2 bentuk yaitu;

a. S yang terikat oleh C langsung antara lain asam-asam amino metionin, sistein, sistin

b. S tidak terikat oleh C antara lain ester-ester sulfat dari polisakarida, senyawa – senyawa fenol dan lipida. Proses mineralisasi senyawa-senyawa tersebut akan membebaskan H2S yang dalam keadaan aerob

teroksidasi menjadi SO42-.

2 H2S + O2 2H2O + 2S + 122 kkl

2S + 3 O2 + 2H 2O 2H2SO4 + 282 kkl

2H2S + 4O2 2H2SO4 + 404 kkl

Jadi pada oksidasi S akan menghasilkan sulfat yang menyebabkan tanah menjadi masam. Dalam keadaan reduktif (tanah tergenang, tanah sawah) H2S terbentuk dari mineralisasi BO dan reduksi sulfat. Hidrogen sulfide

(H2S) yang terbentuk dalam tanah bereaksi dengan ion-ion logam berat

(seperti Fe2+, Zn2+, Cu 2+dan Ca2+) membentuk sulfida-sulfida tidak larut,

sehingga ketersediaan unsur logam ini berkurang.

2. Belerang Sulfida An-organik

Hampir semua S an-organik pada tanah yang dapat ditanami yang berdrainase baik terdapat sebagai ion SO42- yang berkombinas8i dengan

kation-kation seperti Ca2+ , K2+, Na+, dan NH

4+ dalam larutan tanah,

diendapkan sebagai garam unsur tersebut di daerah iklim kering atau dijerap oleh clay 1:1 dan oksida-oksida hidrous dari Fe dan Al. Sifat anion SO42- yang mobil dalam tanah serta mudah larutnya garam-garam dari

(47)

3. Belerang Elemen dan Sulfida-sulfida

Belerang elemen tidak dijumpai pada tanah- tanah kering berdrainase baik. Pada tanah-tanah tergenang yang didalamnya terjadi reaksi reduksi oleh bakteri, banyak dijumpai sulfide dan pada beberapa kedaan S elemen didepositkan. Belerang elemen dan sulfide harus dioksidasi dulu menjadi sulfat (SO4) agar dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Beberapa faktor yang

dapat mempengaruhi oksidasi S elemen di dalam tanah antara lain populasi tumbuhan renik tanah, suhu, kelembaban, pH dan kehalusan S yang diberikan.

X. UNSUR HARA MIKRO

(48)

Setelah mempelajari materi kuliah ini mahasiswa dapat menjelaskan secara umum cakupan tentang ruang lingkup Unsur hara mikro

Tujuan Khusus :

1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian Unsur hara mikro 2. Mahasiswa dapat menjelaskan Sumber Unsur hara mikro

Di antara 16 unsur hara esensial, 7 unsur dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit, yaitu unsur kimia diperlukan untuk pertumbuhan tanaman dalam jumlah kecil, biasanya kurang dari 100 mg/ g di dalam tanaman. Ketujuh unsur mikro (micro nutriens / trace elements) adalah kation-kation seng (Zn2+), Besi

(Fe2+/3+), Tembaga (Cu2+) dan Mangan (Mn2+) serta anion-anion Klor (Cl-),

Molibdenium (Mo2-) dan Boron(B). Salah satu ciri unsur mikro disamping

diperlukan dalam jumlah sedikit adalah “kisaran optimum yang sempit” sehingga dalam jumlah berlebihan sedikit saja dapat meracun tanaman, missal pemberian Mo 15 – 30 g/ha akan menguntungkan, tetapi 3 – 4 kg / ha akan meracun tanaman.

Secara umum meningkatnya perhatian terhadap unsur mikro adalah : 1. Terangkat bersama-sama tanaman

2. Pemakaian jenis unggul

3. Pemakaian pupuk makro dosis tinggi

4. penggunaan pupuk yang berkadar unsur makro tinggi sehingga kadar unsur mikro rendah karena kurangnya bahan-bahan tidak murni (pupuk komplek) 5. Meningkatnya kemampuan manusia dengan pesat dalam mengenal dan

mendeteksi adanya gejala kekurangan (defisiensi/kahat) unsur mikro

6. Desakan meningkatnya efisiensi produksi untuk memenuhi kebutuhan manusia akan memaksa memperhatikan unsur mikro.

A. SUMBER UNSUR HARA MIKRO

Sumber unsur hara mikro adalah :

(49)

Pengaruh bahan induk terhadap unsur mikro lebih besar daripada unsur makro. Kekurangan (definisi) dan kelebihan (toksik / racun) dari unsur mikro tergantung tinggi atau rendahnya unsur mikro yang terdapat pada batuan induk atau bahan induk tanah. Unsur mikro yang paling banyak dijumpai dalam tanah secara umum adalah : Fe > Mn > Zn > Cl > Cu > B > Mo (merupakan urutan kadar unsur mikro yang dijumpai dalam batuan beku / endapan)

2. Bahan Organik

Bahan organik merupakan sumber unsur mikro kedua (2) yang terpenting dalam tanah. Tanah lapisan atas alami yang mengandung BO lebih tinggi akan mengandung unsur mikro lebih banyak daripada lapisan bawah. Pelapukan Bo akan membebaskan sebagian unsur mikro menjadi tersedia sehingga dapat diserap tanaman.

Keadaan yang memungkinkan kekurangan unsur mikro antara lain :

1. Tanah berpasir bereaksi masam dan telah lama mengalami pencucian hebat, dikarenakan bahan induk miskin unsur mikro disertai pencucian yang hebat.

2. Tanah organik, laju pertambahan begitu lambat sehingga mengakibatkan kadarnya selalu rendah dan lebih rendah daripada tanah mineral di sekitarnya.

3. Tanah ber-pH tinggi atau ber-pH rendah, kadar Ca atau kemasaman tanah akan mengurangi kadar unsur mikro kecuali Cl. Dalam keadaan sangat masam Mo tidak tersedia, pH sangat tinggi berpengaruh terhadap katiom-kation Mn, Zn, Cu dan B misalnya di daerah kapur.

4. Tanah yang terus menerus ditanami dan dipupuk berat dengan unsur makro.

B. PERANAN UNSUR MIKRO PADA TANAMAN

Peranan unsur-unsur mikro pada tanaman adalah :

(50)

a. Merupakan bagian dan protein b. Sebagai kofaktor dari enzim c. Sebaga8i bagian dari kloroplas d. Defisiensi klorosis pada daun

2. Mangan (Mn)

a. Penyusun dari berbagai enzim logam

b. Sebagai kofaktor dari berbagai enzim logam c. Kegiatan auksin, asam indolasetat

4. Pada serealia : anakan lemah, puso, warna putih 5. Steril serbuk jantan.

5. Molibdenum (Mo)

a. Bagian dari enzim logam b. Fiksasi N dan reduksi N

c. Defisiensi mirip N (klorosis), daun kecil-kecil

6. Boron (B)

(51)

2. Nekrotik pada buah.

7. Klor (Cl)

a. Pembentukan O2pada fotosintesa

b. Mempengaruhi transpirasi c. Defisiensi menyebabkan :

1. Tanaman cenderung layu 2. Menekan perkembangan akar 3. Warna daun seperti ungu

d. Kelebihan daun menebal dan cenderung menggulung.

C. KETERSEDIAAN UNSUR MIKRO

Unsur-unsur mikro dapat diserap oleh tanaman jika dalam keadaan tersedia yaitu :

1. Boron (B) dalam bentuk B4O72-, H2BO3-, HBO32-, atau BO3

3-2. Mangan (Mn) dalam bentuk Mn2+

3. Tembaga (Cu) dalam bentuk Cu2+

4. Seng (Zn) dalam bentuk Zn2+

5. Molibdenum (Mo) dalam bentuk MoO42-

6. Klor (Cl) dalam bentuk Cl

-7. Besi (Fe) dalam bentuk Fe2+ - Fe3+

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan kation hara mikro

Pengaruh tanah terhadap keempat (4) kation unsur mikro (Fe, Zn, Mn, dan Cu)berbeda tergantung :

a. Reaksi Tanah

Dalam keadaan masam sangat larut dan tersedia bagi tanaman bahkan bisa meracun, salah satu alasan mengapur adalah untuk menurunkan salah satu atau keempat kation tersebut misalnya Al, dengan naiknya pH akan berufah menjadi bentuk hidroksida / oksida yang tidak larut, misalnya :

Ion Fero Fe2+ + 2 OH- Fe (OH) 2

(52)

Pengikatan Zn pada pH tinggi secara tidak langsung butir kapur dolomit dan kalsit sangat kuat menjerap Zn menggantikan Mg.

b. Tingkat Oksidasi

Fe, Mn, dan Cu kurang larut pada tingkat oksidasi tinggi yaitu pada kondisi tidak tergenang (cukup oksigen) dan sebaliknya pada kondisi reduksi (tanah tergenang).

c. Reaksi An-organik lainnya

Serapan Fe dan Zn terganggu jika P dalam tanah berlebihan, ion bikarbonat diduga mengganggu metabolisme Fe Ion Zn, Mn dan Fe dijumpai sebagai bagian dari integral clay silikat terutama tipe 2 : 1.

d. Kombinasi Organik

Fe, Zn, Mn dan Cu masing-masing dapat berkombinasi dengan senyawa organik antara lain protein, asam amino, penyusun humus, asam tartat dan asam sitrat membentuk ”Komplek Organik” yaitu kombinasi antara kation logam dengan kelompok organik tertentu, melindungi dari pengendapan seperti Fe oleh fosfat. Reaksi yang terjadi antara BO dengan kation unsur mikro memungkinkan kita membuat senyawa sintetik ”Kelat / Chelates” yaitu senyawa organik yang kombinasi dengan dan melindungi kation logam termasuk Fe, Mn, Zn dan Cu.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan anion unsur mikro

Anion unsur mikro (Cl, B dan Mo) diperlukan oleh tanaman dalam jumlah yang sangat bervariasi .

a. Clor (Cl)

Unsur ini baru saja diketahui sebagai unsur esensial bagi tanaman karena :

1. Cl sebagai ikutan dalam garam yang dipakai dalam penelitian atau pupuk

2. Penambahan Cl dalam air hujan setiap tahunnya.

(53)

daerah humid, sedangkan di daerah arid dan semi arid kadar Cl tinggi bahkan meracun terutama pada tanah salin berdrainase buruk. Penambahan Cl dari atmosfer diduga telah mencukupi keperluan tanaman, air laut sepanjang pantai menguap dan NaCl yang tertinggal terbawa angin kemudian larut bersama air hujan, rata-rata bisa 20 kg NaCl/ha.

b. Boron (B)

Ketersediaan dan penggunaan boron sebagian besar ditentukan oleh pH tanah, pada keadaan masam sangat larut, sebagian dijumpai sebagai asam borat (H2BO3) yang tersedia bagi tanaman. Pada tanah masam

yang berpasir B mudah tercuci, pada pH tinggi B kurang tersedia karena kemungkinan diikat oleh clay atau unsur lain akibat pengapuran, karena Ca borat dan Na borat cukup larut. Kadar B tanah lapisan atas lebih banyak, sehingga pada musim kemarau sering kurang karena akar tanaman dipaksa menyerap air lebih dalam.

c. Molibdenum (Mo)

Seperti halnya P, Mo hampir tidak tersedia pada tanah yang sangat masam, ternyata Mo dapat bereaksi dengan mineral tanah seperti silikat dan senyawa Fe dan Al. Ion molibdat (MoO43-) yang terikat

dapat digantikan ion fosfat melalui pertukaran anion. Oleh karena itu alasan utama mengapur selain untuk menaikkan pH juga mensuplai ion Mo, pemberian Mo sekitar 56 g/ha memberikan kenaikan hasil sama dengan penambahan beberapa ton kapur per hektar.

D. PENGELOLAAN TANAH DAN KEBUTUHAN UNSUR MIKRO

Dalam pengelolaan tanah harus memperhatikan :

(54)

Pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi unsur mikro sangat membantu bagaimana caranya mempertahankan unsur tersebut dalam keadaan optimal.

1. Tanah bertekstur sedang pada pH 6 – 7 cukup menyediakan unsur mikro 2. Tanah berpasir dalam suasana masam unsur mikronya sangat sedikit,

pada pH 6 mungkin sudah kekurangan.

b. Perubahan pada kemasaman tanah

Pada tanah masam adanya keracunan Fe dan Mn, kekurangan P dan Mo dapat diperbaiki dengan pengapuran dan pemupukan yang tepat. Pada alkali kapur mungkin kekurangan Fe, Mn, Zn dan Cu serta dalam keadaan tertentu mungkin kelebihan Mo, dengan pemakaian pupuk bersifat masam atau pemakaian belerang (S) dapat menurunkan pH tanah.

c. Kelembaban Tanah

Pengendalian drainase dan kelembaban tanah dapat mempengaruhi kelarutan unsur mikro. Memperbaiki drainase tanah masasm menyebabkan Fe dan Mn teroksidasi yang kurang larut dan kurang beracun dibandingkan bentuk-bentuk lain yang direduksikan. Penggenangan akan menghasilkan unsur – unsur yang stereduksikan yang lebih tersedia bagi tanaman.

d. Pemberian Pupuk

Merupakan cara yang paling umum dilakukan yaitu dengan menambahkan unsur hara mikro dengan tujuan memperbaiki keracunan dan atau kekurangan, misalnya:

1. Petani bawang di tanah gambut menambahkan tembaga sulfat secara teratur

2. Penanaman sitrus disemprot dengan Zn

(55)

E. PUPUK MIKRO

1. Putpuk Zn (Seng) antara lain:

a. kelat seng

b. amonium fosfat seng c. seng sulfida (spalerit) d. Oksida seng

2. Pupuk Fe (besi) antara lain :

a. kelat besi b. Besi sulfat c. besi oksida d. Besi fosfat

3. Pupuk Cu (tembaga) antara lain :

a. kelat tembaga b. Tembaga amonium c. tembaga sulfat d. Tembaga oksida

4. Pupuk B (boron) antara lain :

a. Natrium boron silikat b. Kalsium magnesium borat c. Natrium borat

d. Solubar e. asam borat

5. Pupuk Cl (Clor),ikutan pupuk terdahulu, dari penguapan air laut

6. Pupuk Mo (Molibdenum) antara lain :

a. natrium molibdat b. Amonium molibdat c. Amonium fosfo molibdat

Bentuk kelat dapat diberikan melalui daun dan atau tanah. Syarat kelat yang diberikan melalui daun adalah :

(56)

3. Mudah didekomposisikan dalam bentuk tersedia 4. Pada jumlah yang diperlukan tidak merusak tanaman Sedangkan syarat kelat yang diberikan lewat tanah adalah: 1. Tidak mudah digantikan oleh kation polivalen lain 2. Tidak mudah terhidrolisa

3. Tahan terhadap perombakan mikrobia

4. Tidak mudah diendapkan oleh ion / koloid tanah 5. Mudah dan sangat tersedia bagi tanaman

6. Harus larut dalam air

7. Tidak menimbulkan efek sampingan

DAFTAR PUSTAKA

(57)

Brady, N.C., 1974. The Nature and Propeerties of Soil. Macmillan Publishing Co., Inc. New York.

Djohana Setyamijaya, 1986. Pupuk dan Pemupukan. CV. Simplex Jakarta.

Foth, H.D., 1978. Fundamental of Soil Science. John Wiley & Sons.Inc. New York.

Rinsema, W.J., 1987. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bhatara Karya Aksara. Jakarta Tisdale, S.L. and W.L. Nelsob,1975. Soil Fertility and Fertilizers. The Mac Millan

Gambar

Gambar 1. Pola umum hubungan antara pertumbuhan tanaman dan waktu

Referensi

Dokumen terkait

salah satu negara yang mempunyai laju pertumbuhan yang relatif tinggi. Dengan laju pertumbuhan tersebut, Indonesia berhasil menurunkan jumlah penduduk miskin. Namun demikian

Salah satu upaya yang harus dilakukan oleh Pemerintah Daerah untuk menekan bahkan menurunkan tingkat resistensi vektor adalah mengganti jenis larvasida yang digunakan

Calcium stearate adalah salah satu bahan kimia yang tidak bisa larut dalam air, penggunaan calcium stearate pada beton menurunkan absorbsi sebesar 46% dibanding beton

Kalsium hidroksiapatit merupakan fosfat anorganik yang larut dalam larutan asam dan merupakan salah satu fosfat primer dari fosfat alam (Jeng et al., 2008). Abu sabut kelapa

Salah satu cara untuk mengatasi tanah Ultisol masam adalah dengan pengapuran.. Kamprath (1967) merekomendasi cara penetapan

Usaha di bidang budidaya ikan lele dan pengolahan aneka produk dari lele adalah salah satu pilihan yang bisa dilaksanakan oleh kebanyakan pemula, alasan yang

Pilihlah salah satu dari keempat pilihan jawaban yang ada dan paling sesuai dengan keadaan Anda, kemudian beri tanda silang ( X ) pada kolom pilihan jawaban yang tersedia.. Saya

Dengan menggabungkan kedua acuan itu diperoleh kelas penduga keadaan lahan menurut daya pengada lengas tanah potensial bagi kebutuhan pertanaman ( potential soil moisture