• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis RAPBN dan Nota Keuangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis RAPBN dan Nota Keuangan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nota Keuangan dan RAPBN (Sekretariat Negara) disusun sebagai formulasi rencana kinerja Sekretariat Negara dan lembaga lain yang anggarannya secara administratif dikoordinasikan oleh Sekretariat Negara, merupakan pelaksanaan fungsi pemberian dukungan data sebagai masukan untuk penyusunan RAPBN yang akan disampaikan Presiden dalam Sidang Paripurna DPR.

B. Tujuan

(2)

BAB II PEMBAHASAN

A. DASAR HUKUM PENYUSUNAN NOTA KEUANGAN DAN RAPBN 2014

Penyusunan RAPBN tahun 2014 merupakan wujud pelaksanaan amanat Pasal 23 Undang–Undang Dasar (UUD) 1945 Amendemen Keempat, yang berbunyi:

“(1) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang– undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar–besarnya kemakmuran rakyat; (2) Rancangan Undang Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah; (3) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun yang lalu”.

Proses dan mekanisme penyiapan, penyusunan, dan pembahasan RAPBN 2014 mengacu pada Undang–Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR,DPR, DPD, dan DPRD. Selanjutnya, siklus dan mekanisme APBN meliputi (1) tahap penyusunan RAPBN oleh Pemerintah; (2) tahap pembahasan dan penetapan RAPBN dan RUU APBN menjadi APBN dan UU APBN dengan Dewan Perwakilan Rakyat; (3) tahap pelaksanaan APBN; (4) tahap pemeriksaan atas pelaksanaan APBN oleh instansi yang berwenang; dan (5) tahap pertanggungjawaban pelaksanaan APBN. Siklus APBN 2014 akan berakhir pada saat Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) disahkan oleh DPR.

B. LEGAL FROMWORK

(3)

2. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP)

3. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL)

4. Peraturan Menteri Sekretaris Negara Nomor 1 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Sekretaris Negara Nomor 7 Tahun 2008

5. Peraturan Menteri Sekretaris Negara Nomor 8 Tahun 2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Standar Pelayanan Sekretariat Negara Republik Indonesia.

C. KEWENANGAN

1. Kewenangan Presiden

a. Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan

b. Kekuasaan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) :

1. dikuasakan kepada Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal dan Wakil Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan.

2. dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya.

(4)

2. Kewenangan Kementerian Keuangan

a. Menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro b. Menyusun rancangan APBN dan rancangan Perubahan APBN c. Mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran

d. Melakukan perjanjian internasional di bidang keuangan

e. Melaksanakan pemungutan pendapatan negara yang telah ditetapkan dengan undang-undang

f. Melaksanakan fungsi bendahara umum negara

g. Menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN

h. Melaksanakan tugas-tugas lain di bidang pengelolaan fiskal berdasarkan ketentuan undang-undang.

3. Kewenangan Kementrian

Menteri/pimpinan lembaga sebagai Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya mempunyai tugas sebagai berikut :

a. Menyusun rancangan anggaran kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya.

b. Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran.

c. Melaksanakan anggaran kementerian negara /lembaga yang dipimpinnya.

d. Melaksanakan pemungutan penerimaan negara bukan pajak dan menyetorkannya ke Kas Negara.

e. Mengelola piutang dan utang negara yang menjadi tanggung jawab kementerian negara /lembaga yang dipimpinnya.

f. Mengelola barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab kementerian negara /lembaga yang dipimpinnya.

(5)

h. Melaksanakan tugas-tugas lain yang menjadi tanggung jawabnya berdasarkan ketentuan undang-undang.

4. Kewenangan DPR

Berdasarkan uandang- undang No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan disebutkan bahwa RUU APBN diambil keputusan oleh DPR dilakukan selambat-lambatnya dua bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan. APBN yang disetujui DPR terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan dan jenis belanja. Apabila DPR tidak menyetujui RUU APBN, pemerintah pusat dapat melakukan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBN tahun anggaran sebelumnya.

5. Kewenangan Bapenas

Kementerian PPN/Bappenas sangat strategis, karena perencanaan merupakan pijakan awal untuk menentukan arah pembangunan nasional dengan mengoptimalkan sumber daya dan melibatkan para pelaku pembangunan nasional. Untuk itu, Kementerian PPN/Bappenas dituntut memiliki kemampuan untuk menjembatani kesenjangan dan menekan egoisme yang dapat menghambat pencapaian target dan tujuan pembangunan nasional sesuai amanat Undang-Undang Dasar 1945, yaitu “Masyarakat Indonesia Adil dan Makmur”. Peran dan tugas Kementerian PPN/Bappenas di atas adalah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kem enterian Negara, Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2007 tentang Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, dan Peraturan PresidenNomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara.

(6)

yaitu: a) untuk mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan; b) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi antardaerah, antarruang, antarwaktu, dan antarfungsi pemerintah, serta antara pusat dan daerah; c) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan; d) mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan e) menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan. Untuk mencapai kelima tujuan tersebut, maka Kementerian PPN/Bappenas harus melaksanakan tugas pokok dan fungsinya (tupoksi) secara optimal dan akuntabel.

(7)

tatalaksana, sumber daya manusia, keuangan, kearsipan, hukum, perlengkapan dan rumah tangga.

Mengacu pada landasan di atas, pelaksanaan tugas Kementerian PPN/Bappenas mengerucut menjadi 4 (empat) peran yang saling terkait, yaitu peran sebagai (1) pengambil kebijakan/keputusan (policy maker), (2) koordinator, (3) think-tank, dan (4) administrator. Keempat peran tersebut dijabarkan ke dalam pelaksanaan berbagai kegiatan strategis. Sebagai pengambil kebijakan/keputusan, Kementerian PPN/Bappenas menentukan kebijakan dan program dalam rencana pembangunan nasional baik jangka panjang (RPJPN), menengah (RPJMN) maupun tahunan (RKP). Untuk rencana kerja pemerintah (RKP) yang bersifat tahunan, disusun berikut perkiraan anggarannya, sedangkan perkiraan anggaran untuk RPJMN dimulai sejak RPJMN 2010-2014. Selain tugas perencanaan tersebut, Kementerian PPN/Bappenas juga berperan dalam turut menentukan kebijakankebijakan penanganan permasalahan yang mendesak dan berskala besar, seperti penanganan pasca bencana alam dan perubahan iklim (climate change).

6. Kewenangan BPK

Kedudukan dan Wewenang BPK. Kedudukan BPK setelah amandemen UUD 1945 Lembaga Negara/Penyelenggara Wewenang BPK sebagai berikut:

1) Menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan, menentukan waktu dan metode pemeriksaan serta menyajikan laporan pemeriksaan.

2) Meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap orang dan atau unit organisasi yang mengelola keuangan negara. 3) Menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara dan kode etik

pemeriksaan.

(8)

5) Memberikan keterangan ahli dalam proses peradilan mengenai keuangan.

Kewenangan BPK dalam melakukan audit terdiri atas seluruh kekayaan negara tanpa kecuali penafsiran BPK secara luas atas kewenangannya dalam melakukan pemeriksaan dilegitimasi oleh perubahan ketiga UUD 1945 terutama pasal 23E, 23F dan 23G.

D. PERENCANAAN 1. Siklus

Siklus APBN Penyusunan dan Penetapan

 Pemerintah pusat menyampaikan pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro tahun anggaran berikutnya kepada DPR selambat-lambatnya pertengahan bulan Mei tahun berjalan.

 Pemerintah pusat dan DPR membahas kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal yang diajukan oleh pemerintah pusat dalam pembicaraan pendahuluan RAPBN tahun berikutnya.

 Berdasarkan kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal pemerintah pusat dan bersama DPR membahas kebijakan umum dan prioritas anggaran untuk dijadikan acuan bagi setiap kementrian negara/lembaga dalam penyusunan usulan anggaran.

 Dalam rangka penyusunan RAPBN, menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran/pengguna barang menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga (RKA-KL) tahun berikutnya.

 RKA-KL disusun berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai.

(9)

 RKA-KL disampaikan kepada DPR untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBN.

 Hasil pembahasan RKA-KL disampaikan kepada Menteri Keuangan sebagai bahan penyusunan RUU tentang APBN tahun berikutnya.

 Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan RKA-KL diatur dengan PP.

 Pemerintah pusat mengajukan RUU tentang APBN, disertai nota keuangan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPR pada bulan Agustus tahun sebelumnya.

 Pembahasan RUU tentang APBN dilakukan sesuai dengan UU yang mengatur susunan dan kedudukan DPR

 DPR dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah penerimaan dan pengeluaran dalam RUU tentang APBN.

 Pengambilan keputusan oleh DPR mengenai RUU tentang APBN dilakukan selambat-lambatnya 2(dua) bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan.

 APBN yang disetujui oleh DPR terinci sampai dengan unit organisasi,

fungsi, program, kegiatan dan jenis belanja

 Apabila DPR tidak menyetujui RUU tentang APBN tersebut, pemerintah pusat dapat melakukan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBN tahun anggaran sebelumnya.

(10)

Besaran pendapatan negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

 indikator ekonomi makro yang tercermin pada asumsi dasar makro ekonomi;

 kebijakan pendapatan negara;

 kebijakan pembangunan ekonomi;

 perkembangan pemungutan pendapatan negara secara umum;

 kondisi dan kebijakan lainnya.

Contohnya, target penerimaan negara dari SDA migas turut dipengaruhi oleh besaran asumsi lifting minyak bumi, lifting gas, ICP, dan asumsi nilai tukar. Target penerimaan perpajakan ditentukan oleh target inflasi serta kebijakan pemerintah terkait perpajakan seperti perubahan besaran pendapatan tidak kena pajak (PTKP), upaya ekstensifikasi peningkatan jumlah wajib pajak dan lainnya.

 Pendapatan Pajak Dalam Negeri

1. pendapatan pajak penghasilan (PPh)

2. pendapatan pajak pertambahan nilai dan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah

3. pendapatan pajak bumi dan bangunan

4. pendapatan cukai

5. pendapatan pajak lainnya

(11)

1. pendapatan bea masuk

2. pendapatan bea keluar

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

 Penerimaan sumber daya alam

1. penerimaan sumber daya alam minyak bumi dan gas bumi (SDA migas)

2. penerimaan sumber daya alam non-minyak bumi dan gas bumi (SDA nonmigas)

 Pendapatan bagian laba BUMN

1. pendapatan laba BUMN perbankan

2. pendapatan laba BUMN non perbankan

 PNBP lainnya .

1. pendapatan dari pengelolaan BUMN 2. pendapatan jasa

3. pendapatan bunga

4. pendapatan kejaksaan dan peradilan dan hasil tindak pidana korupsi

5. pendapatan pendidikan

6. pendapatan gratifikasi dan uang sitaan hasil korupsi 7. pendapatan iuran dan denda

 Pendapatan BLU

1. pendapatan jasa layanan umum

(12)

3. pendapatan hasil kerja sama BLU

4. pendapatan BLU lainnya

3. Belanja

Anggaran Belanja Pemerintah Pusat 4-90 Nota Keuangan dan RAPBN 2014.

(1) program peningkatan dan pengamanan penerimaan pajak

(2) program pengawasan, pelayanan, dan penerimaan di bidang kepabeanandan cukai;

(3) program pengelolaan perbendaharaan negara;

(4) program pengelolaan kekayaan negara, penyelesaian pengurusan piutang negara dan pelayanan lelang;

(5) program pendidikan dan pelatihan aparatur di bidang keuangan negara;

(6) program perumusan kebijakan fiskal; (7) program pengelolaan anggaran negara;

(8) program peningkatan pengelolaan perimbangan keuangan antara Pemerintah pusat dan Pemerintahan daerah;

(9) program pengawasan dan peningkatan akuntabilitas aparatur Kementerian Keuangan; dan

(10) program pengelolaaan dan pembiayaan utang.

4. Pembiayaan

Besaran pembiayaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

 asumsi dasar makro ekonomi;

 kebijakan pembiayaan;

 kondisi dan kebijakan lainnya.

(13)

Pembiayaan Dalam Negeri meliputi :

 Pembiayaan perbankan dalam negeri

 Pembiayaan nonperbankan dalam negeri

1. Hasil pengelolaan aset

2. Surat berharga negara neto

3. Pinjaman dalam negeri neto

4. Dana investasi pemerintah

5. Kewajiban penjaminan

Pembiayaan Luar Negeri

Pembiayaan Luar Negeri meliputi :

1. Penarikan Pinjaman Luar Negeri, terdiri atas Pinjaman Program dan Pinjaman Proyek

2. Penerusan pinjaman

3. Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri, terdiri atas Jatuh Tempo dan Moratorium.

E. PENGAWASAN 1. Kemenku

(14)

terdapat fungsi pengawasan kemenku, yang terdapat pada Bab IX tentang pengawasan dan pengendalian internal pada Pasal 76, yang berisi sebagai berikut:

(1) Menteri/Pimpinan Lembaga menyelenggarakan pengawasan dan pengendalian internal terhadap pelaksanaan anggaran Satker di lingkungan Kementerian Negara/Lembaga masingmasing.

(2) Pengawasan dan pengendalian internal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. DPR

DPR selain sebagai badan legislatif juga DPR sebagai lembaga kontrol (pengawas) terhadap jalannya pemerintahan. Fungsi pengawasan oleh DPR diatur dalam pasal 20A ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 adalah ; DPR memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan dan dalam penjelasan UUD NRI tahun 1945 yang mempunyai arti yang sangat penting karena DPR dapat mengusulkan kepada MPR untuk meminta pertanggungan jawaban dari Presiden dalam sidang istimewa apabila Presiden dianggap telah melanggar ketentuan yang ada.

Fungsi kontrol oleh DPR menurut Ismail Suny (2004:14) menyatakan bahwa ; Real parliamentary control dapat dilakukan dalam tiga bentuk ; control of executive, control of expenditure dan control of taxation by parliament dalam hal ini diatur sebagai berikut :

1. Control of executive menetapkan hak-hak DPR yaitu;

a. Mengajukan pertanyaan bagi masing-masing anggota.

b. Meminta keterangan (Interpelasi)

c. Mengadakan penyilidikan ( Angket )

(15)

e. Mengajukan usul pernyataan pendapat

f. Mengajukan /menganjurkan seseorang jika ditentukan oleh suatu perundang-undangan

2. Control of expenditure, UUD 1945 pasal 23 ayat 1 beserta penjelasannya mengatur hak DPR untuk bersama-sama pemerintah menetapkan APBN. Dihubungkan dengan adanya Badan Pemeriksa Keuangan yang ditugaskan memeriksa tanggung jawab tentang keuangan Negara ,dimana hasil pemeriksaan itu harus diberitahukan kepada DPR maka pengawasan APBN ini sebenarnya dapat dilakukan secara efektif.

3. Control of taxation, UUD 1945 pasal 23 A pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan Negara diatur dengan undang undang. dengan demikian segala tindakan yang menempatkan beban kepada rakyat sebagai pajak dan lain-lainnya harus ditetapkan dengan persetujuan DPR.

3. Pengawasan BPK

Berdasarkan pasal 4 UU No. 15 tahun 2004 jenis-jenis pemeriksaan keuangan negara antara lain :

1) Pemeriksaan Keuangan (Financial Audit) Yaitu pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar.

(16)

3) Pemeriksaan dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan khusus di luar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja. Proses Pemeriksaan Keuangan Negara Tahap yang dilalui BPK dalam melaksanakan pemeriksaan yaitu :

a) Perencanaan pemeriksaan

b) Penyelenggaraan pemeriksaan

c) Pelaksanaan pemeriksaan

d) Pelaporan hasil pemeriksaan

e) Penyampaian laporan hasil pemeriksaan

4. Pengawasan Keuangan Negara.

Pengawasan pada dasarnya adalah untuk mengamati apa yang sungguh-sungguh terjadi serta membandingkannya dengan apa yang seharusnya terjadi. Tujuan pengawasan keuangan negara pada dasarnya adalah :

a. untuk menjaga agar anggaran yang disusun benar-benar dapat dijalankan,

b. menjaga agar kegiatan pengumpulan penerimaan dan pembelanjaan pengeluaran negara sesuai dengan anggaran yang telah digariskan.

c. untuk menjaga agar pelaksanaan APBN benar-benar dapat dipertanggungjawabkan.

(17)

eksternal dari pemerintah, untuk mendukung fungsi pengawasan lembaga perwakilan terhadap pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

Sebagai bentuk nyata peran BPK sebagai auditor eksternal adalah dalam lima tahun terakhir, upaya untuk meningkatkan transparansi merupakan salah satu hal yang menonjol, dimana bos-bos bank umum dan bank sentral bisa dibui. Berbagai kasus korupsi kelas kakap juga terungkap bahkan BPK telah mengungkap banyak kasus yang menunjukkan buruknya pengelolaan keuangan negara seperti kasus YPPI dan BI serta tersebarnya rekening liar bernilai puluhan triliun rupiah.

(18)

F. DEFINISI 1. Alokasi

Dana Alokasi Umum, yang selanjutnya disingkat DAU (17), adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antardaerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, dihitung dari pendapatan dalam negeri neto.

Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang ditransfer oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Transfer DAK merupakan konsekuensi lahirnya Ketetapan MPR No. XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah ; Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumberdaya Nasional yang Berkeadilan serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kemudian dilanjutkan dengan lahirnya UU No.22/1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 25/1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Yang kemudian disempurnakan melalui penerbitan UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah sebagai pengganti dari UU No.22 Tahun 1999 dan UU No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Keuangan Negara dan Keuangan Daerah sebagai pengganti UU No.25 Tahun 1999.

2. Distribusi

(19)

1. Lembaga yang berfungsi sebagai saluran distribusi (Channel of distribution/marketing channel).

2. Aktivitas yang menyalurkan arus fisik barang (Physical distribution).

Saluran Distribusi

Menurut Winardi (1989:299) yang dimaksud dengan saluran distribusi adalah sebagai berikut :“ Saluran distribusi merupakan suatu kelompok perantara yang berhubungan erat satu sama lain dan yang menyalurkan produk-produk kepada pembeli. “

Sedangkan Philip Kotler (1997:140) mengemukakan bahwa : “ Saluran distribusi adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung dan terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu barang atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi “.

Saluran distribusi pada dasarnya merupakan perantara yang menjembatani antara produsen dan konsumen. Perantara tersebut dapat digolongkan kedalam dua golongan, yaitu ; Pedagang perantara dan Agen perantara. Perbedaannya terletak pada aspek pemilikan serta proses negoisasi dalam pemindahan produk yang disalurkan tersebut.

3. Stabilitas

(20)

penerimaan dan pengeluaran fiskal, serta tabungan dan investasi. Hubungan tersebut tidak selalu harus dalam keseimbangan yang sangat tepat. Ketidakseimbangan fiskal dan neraca pembayaran misalnya tetap sejalan dengan stabilitas ekonomi asalkan dapat dibiayai secara berkesinambungan.

Referensi

Dokumen terkait

Lokasi Geografis x,y Foto udara, Landsat TM, ETM+, SPOT HRV, KVR-1000 Rusia, IRS-1CD, ATLAS, Radarsat, ERS-1,2 gelombang mikro, IKONOS, MODIS, ASTER, QuickBird.

Komitmen Bupati Jember dalam memberikan dukungan terhadap Program PIK-KRR di Kabupaten Jember, semua informan utama menyatakan sudah ada dukungan kebijakan untuk PIK-KRR

Akan tetapi, dalam perkembangan penelitian yang dilakukan menemukan bahwa wisata Tanjung Kelayang tidak hanya dikelola melalui ranah pelimpahan dekonsentrasi dalam status

Jumlah pintu masuk Indonesia yang besar, seperti: bandara, pelabuhan, batas darat dan perairan, serta garis pantai yang sangat panjang, menjadikan perairan Indonesia

• Variabel-variabel yang tidak stasioner dapat digunakan untuk mengestimasi model dengan mekanisme koreksi kesalahan (error correction. mechanism)

Oleh sebab itu, peneliti merasa perlu untuk mengkaji lebih lanjut mengenai pengaruh hardiness atas kuat lemahnya peranan beban kerja mental terhadap stres kerja

Walau bagaimanapun, Greater KL/KV mempunyai potensi yang besar untuk memanfaatkan secara lebih meluas lagi tapak warisan sedia ada yang boleh dipulihara dan dibangunkan