PPN Atas Barang Gratis untuk Kepentingan
Promosi
Kejadian ini sering terjadi dalam praktik, baik pada saat perusahaan baru memulai kegiatan bisnisnya maupun pada saat perusahaan sudah berjalan dan sebagai bagian dari implementasi marketing strategy perusahaan mereka melakukan kegiatan promosinya untuk meningkatkan
omzet penjualan.
Contoh, perusahaan PT. ABC yang bergerak dibidang penerbitan surat kabar. Dalam rangka penetrasi pasar, karena perusahaan ini masih baru, manajemennya mengambil kebijakan – dalam
rangka sales promotion – memberikan surat kabar secara gratis kepada pelanggan dan calon pelanggan, katakanlah sebulan lamanya.
Dalam Undang – Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 Pasal 9 (1) e, pemberian ini dikategorikan sebagai pemberian dalam natura dan oleh sebab itu tidak bisa dibiayakan. Kebijakan ini diharapkan akan memberikan feedback, bahwa bulan berikutnya akan mendapat
tanggapan positif dari pelanggan dan calon pelanggan berupa order atau repeat order untuk bulan – bulan berikutnya.
Masalahnya, memberikan surat kabar secara cuma – cuma adalah suatu transaksi penyerahan barang yang menjadi objek PPN. Jadi PPN-nya harus dibayarkan oleh perusahaan surat kabar tersebut dari harga pokoknya (bukan dari harga jualnya) sebagai tambahan pengeluaran biaya perusahaan karena tidak mungkin dapat ditagih dari pelanggan / calon pelanggan yang sudah
menerima surat kabar yang gratisan itu.
Pertanyaannya :
Bagaimana tax planning-nya, mana yang lebih menguntungkan, apakah langsung membayar PPN atas pemberian cuma – cuma tersebut atau pemberian cuma – cuma tersebut diperlakukan
sebagai potongan harga ?
Sebagai ilustrasi, PT. ABC menjual surat kabar ke pelanggannya dalam bulan Oktober 2008 :
Cara – I :
Penjualan 2.000 Eksemplar @ Rp. 4.000 = Rp. 8.000.000
PPN 10 % Rp. 800.000
Harga yang difaktur : Harga jual + PPN Rp. 8.800.000
Bila cara I ini yang ditempuh, maka dalam bulan Oktober 2008 tersebut PT. ABC harus menyetorkan pembayaran PPN ke Kas Negara sebesar Rp. 850.000
Tax Planning-nya :
Bila PT. ABC mau menghemat pajak atas pemberian cuma – cuma tersebut, maka hal ini dapat dilakukan dengan cara mengubah invoicing atau pemakturan dalam faktur pajaknya sebagai
berikut :
Cara II :
Penjualan 2.200 Eksemplar @ Rp. 4.000 = Rp. 8.800.000
Diskon Rp. 800.000
Dasar Pengenaan Pajak Rp. 8.000.000
PPN 10 % Rp. 800.000
Harga yang di faktur : Harga Jual + PPN Rp. 8.800.000
Keuntungannya (Cara II) :
Bagi PT. ABC atau penjual, tidak perlu harus bayar PPN tambahan sebesar Rp. 50.000 atas pemberian cuma – cuma itu. Cara ini menghemat cash flow perusahaan karena mengurangi PPN
terutang yang harus dibayar pada bulan berikutnya.
Bagi pembeli atau distributor, tidak ada dampaknya terhadap harga yang harus dibayar karena dengan pembayaran yang sama (Rp. 8.800.000) mereka memperoleh jumlah eksemplar yang
sama (2.200 eksemplar).
Namun secara administratif, cara II ini lebih memenuhi aspek internal control bagi kedua belah pihak, khususnya bagi pembeli atau distributor karena harga pokok pembelian barang cuma –
cuma tersebut terdokumentasikan secara intra-komtabel dalam faktur pembelian barang.