• Tidak ada hasil yang ditemukan

Senin 8 Agustu 2011 2 Tawarikh 36 22 23

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Senin 8 Agustu 2011 2 Tawarikh 36 22 23"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Senin, 8 Agustu 2011 2 Tawarikh 36:22-23 MENGAPA MAHATMA GANDHI TIDAK MENJADI KRISTEN?

Gandhi On Christianity. Begitulah judul asli sebuah buku yang ditulis oleh Robert Ellsberg, terbitan LkiS Yogyakarta tahun 2004. Buku ini mengupas jati diri Mahatma Gandhi, legendaris India (bahkan dunia) yang sangat terkenal dalam hal bagaimana ia dilihat sekaligus melihat kekristenan. Gandhi seorang Hindu tulen, tetapi juga seorang yang sangat mengagungkan Yesus Kristus. Meskipun pada awalnya kekristenan sangat tidak menarik hatinya, tetapi di kemudian hari ia justru semakin dekat dan erat dengan Alkitab, terutama Perjanjian Baru, dan ajaran kekristenan. Gandhi sangat menyukai nats Alkitab tentang Khotbah di Bukit, terutama Matius 5:39-40 yang berbunyi: “Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu.”

Ketika menjadi pengacara di Afrika Selatan (1893-1915), ia bersahabat dengan orang-orang Kristen bahkan ia kerap ikut dalam persekutuan doa. Ia senang membaca tulisan seorang teolog Kristen, Leo Tolstoy, mengenai cinta damai yang dihubungkan dengan kaum miskin. Dari tulisan-tulisan tersebut Gandhi menangkap pesan yang sangat kuat mengenai hukum cinta kasih dengan pengertian penolakan absolut atas tindakan kekerasan dalam segala bentuk. Hingga akhir hayatnya, Gandhi dikenang sebagai tokoh dan pejuang HAM yang anti rasial dan anti kekerasan karena pengaruh ajaran Kristus.

Membaca nast hari ini, ada kemiripan antara Gandhi dan Koresh yang paling esensial, yakni sama-sama tidak mengenal Tuhan tetapi sama-sama bertindak menurut kehendak dan ajaran Tuhan. Lebih dari itu, dari tindakan mereka banyak orang diberkati dan diselamatkan. Melalui Gandhi, banyak orang bebas dari keterkungkungan dan diskriminasi serta menerima penghargaan atas hak sebagai manusia utuh. Melalui Koresh, Israel bebas dari status sebagai tawanan di Negeri Babel dan menerima kemerdekaan kembali ke tanah air di Yerusalem.

Menurut Karl Rahner, seorang teolog dan tokoh inklusif Kristen, orang-orang semacam Gandhi dan Koresh disebut anonymous christian atau Kristen Anonim. Banyak orang yang tidak percaya kepada Tuhan tetapi hidup sejalan dengan kehendak Tuhan. Sebaliknya, banyak orang percaya kepada Tuhan tetapi tidak hidup menurut kehendak-Nya. Mengenai hal itu, Rasul Paulus menegaskan bahwa orang yang tidak percaya memiliki kesempatan untuk diselamatkan bila orang percaya mengabaikan keselamatan (bdk. Rom 11:11-24). Jauh sebelum itu, Yohanes Pembaptispun pernah berkata bahwa Allah akan menjadikan orang percaya dari batu-batu bila orang Farisi dan Saduki, yang notabene pelaku Hukum Taurat, tidak percaya keselamatan (bdk. Mat 3:9).

Menjadi Kristen dan menjadi orang percaya merupakan keistimewaan. Tetapi hati-hatilah supaya tidak menjadi tekebur dengan keistimewaan itu bila tidak diwujudkan dalam ketaatan kepada Tuhan. Sebab apakah istimewanya menjadi orang Kristen bila orang yang bukan Kristen dapat hidup lebih benar? Tuhan tidak ragu-ragu mengalihkan keselamatan kepada mereka dari kita. Lihat saja Koresh, Allah memilih dan memakainya menjadi alat keselamatan padahal ia sama sekali bukan orang percaya.

(2)

Selasa, 9 Agustus 2011 Yosua 10:1-11 PERANG

Perang. Semua orang membenci hal ini. Sebisa mungkin harus dihindari. Tetapi anehnya, tetap saja sering terjadi. Hampir tidak ada pihak, baik bangsa atau negara maupun oknum atau pribadi, yang tidak pernah berperang. Mulai dari bangsa atau negara dan oknum atau pribadi yang (katanya) cinta damai hingga bangsa atau negara dan oknum atau pribadi yang (memang) menyukai perang. Ironisnya, agamapun, yang notabene mengajarkan kebenaran Tuhan, tidak luput dari peperangan.

Sejarah panjang dan kelam tentang peperangan Kristen yang paling dikenal telah dicatat dengan nama perang salib. Perang salib pertama dilatarbelakangi oleh perebutan Kota Yerusalem yang sama-sama dianggap suci oleh umat Kristen dan Islam. Hampir 200 tahun (1095-1291M) perang bersenjata antara Kristen dan Islam berlangsung. Namanya saja perang, yang terjadi di sana tentu saja pembunuhan dan pembantaian habis-habisan dibalut dengan rasa kebencian dan kekerasan. Bahkan perang salib pertama dimulai oleh orang Kristen di bawah pimpinan seorang paus. Namanya Paus Urban II.

Tidak kurang mengherankan adalah fakta bahwa salib dijadikan simbol utama peperangan itu. Padahal dalam pemahaman Kristen, salib menjadi simbol perdamaian, dimana melalui salib, Yesus Kristus telah mengorbankan diriNya untuk perdamaian dunia. Salib juga merupakan simbol kehidupan, dimana Yesus Kristus telah mati di Kayu Salib supaya manusia dapat memiliki hidup yang berharkat dan bermartabat. Sayangnya, simbol ini telah disalahgunakan bahkan dikhianati oleh para pemimpin gereja Katolik pada masa itu. Salib telah dibalikkan menjadi simbol peperangan, penindasan manusia, kematian bahkan penghancuran kehidupan yang dibela oleh Kristus sendiri.

Nats hari ini merupakan bagian dari sejarah peperangan Israel sebagai bangsa. Sebagai sebuah bangsa teokrasi (baca: yang dipimpin langsung oleh TUHAN), Israel justru bermetamorfose dari kumpulan orang-orang terpanggil menjadi sebuah bangsa besar melalui banyak peristiwa peperangan. Fakta Alkitab menyaksikan bahwa TUHAN sendiri yang memerintahkan Israel berperang. Salah satunya adalah perang di bawah kepemimpinan Yosua. Nats hari merupakan bagian dari kesaksian yang jujur dari sebuah buku yang bernama Alkitab. Peperangan Yosua merupakan sebuah bagian dari rangkaian proses yang harus terjadi selama perjalanan Israel menuju Tanah Perjanjian. Peperangan Yosua merupakan bagian dari drama pembebasan dan penyelamatan Israel yang diawali di Mesir. TUHAN ingin menunjukkan bahwa menjadi suatu bangsa besar dan tangguh, meskipun bangsa pilihan TUHAN, Israel harus melewati perang. Memperluas daerah negara, Israel harus mengalahkan dan merebut daerah bangsa-bangsa lain dengan perang. Ketenteraman dan keamanan terancam, Israel juga harus merebut kembali kesejahteraan dan kedamaian melalui perang. Perang yang dilakukan Israel nampak sebagai sebuah kewajaran. Melawan Israel sama dengan melawan TUHAN.

(3)

Rabu, 10 Agustus 2011 Yosua 10:12-28 MASIH MAU JADI TAWANAN PERANG?

Apa makna hidup orang Kristen? Sebagian besar orang Kristen pasti akan menjawab makna hidup untuk melayani, sebagai anugerah, dan sebagainya. Tetapi pernahkah kita memaknai hidup sebagai medan peperangan? Lho, mengapa harus berperang lagi? Bukankah Yesus Kristus sudah memenangkan setiap orang percaya dari kuasa Iblis dan membebaskan kita dari jerat maut? Perang yang bagaimana lagi yang harus dilalui orang Kristen? Jawabnya perang rohani.

Selama kita masih hidup di dunia ini, perang rohani akan terus berkecamuk. Efesus 6:12 menyatakan dengan jelas bahwa perang rohani ini bukanlah perang melawan darah dan daging (baca: perang fisik dan bersenjata militer) tetapi perang melawan penguasa-penguasa di udara dan kerajaan kegelapan. Kuasa kedagingan dan hawa nafsu adalah musuh besar yang harus dikalahkan.

Setiap detik, menit, jam, hari merupakan saat di mana kuasa-kuasa kedagingan mengintai kita. Jika kita lemah, maka akan mudah dikalahkan. Berdusta, mengumpat, mencuri, memfitnah, mengingkari janji, berselingkuh, tidak menghargai orang lain, mencemooh, menghina, menginjak hak orang lain, membunuh karakter orang lain, membunuh nyawa orang lain, sombong, egois, membiarkan diri dalam kesakitan fisik, membiarkan diri miskin, membiarkan masalah menguasai diri, dendam, sakit hari, kuatir dan sebagainya yang telah menjadi bukti bahwa kita kalah dan telah menjadi tawanan perang. Godaan-godaan duniawi dan kedagingan untuk jatuh dalam tindakan jahat merupakan genderang perang bagi rohani kita. Seringkali kita malas mengangkat senjata untuk berperang. Rohani kita terlalu lamban mengayun derap langkah keprajuritan untuk menentang musuh. Rohani kita terlalu loyo meneriakkan pekik “majuuuu” atau “seraaaaaang”. Rohani kita tidak gagah, kurang tangguh, dan penakut. Rohani yang begini bukan rohani ksatria.

(4)

Kamis, 11 Agustus 2011 Yosua 10:29-43 PAHLAWAN IMAN

Eka Kaharap. Begitu orang tua memberikan nama untuk anak lelakinya. Artinya, anak lelakinya diharapkan akan menjadi orang yang diharapkan atau yang diandalkan dalam keluarga. Dalam tradisi Dayak, pemberian nama sangat sakral dan penting. Nama menunjukkan akan menjadi apa seseorang kelak. Itu sebabnya nama tidak disebut atau dipilih asal-asalan.

Tradisi pemberian nama di kalangan Israelpun sama. Nama-nama Ibrani yang sarat makna diberikan orang tua kepada anak-anak mereka. Nama menunjukkan jati dari dan identitas pemilik nama. Ketika Yosua lahir, ayah dan ibunya pasti memberikan nama yang bagus untuk. Ayah dan ibunya tentu mengharapkan Yosua menjadi orang yang baik sebaik namanya. Kata Yosua adalah sebuah nama Ibrani,

עשוהי

- YEHOSYUA' yang berasal dari dua kata Ibrani yaitu

הוהי

YHVH (yang berarti TUHAN) dan

עשי

-YASYA' (yang berarti menyelamatkan). Jadi, nama Yosua berarti ‘YHVH YASYA' yang bearti TUHAN keselamatan atau TUHAN menyelamatkan. Kepemimpinan Yosua menjadi simbol bahwa Tuhan hadir menyelamatkan bangsa Israel.

“Kemudian Yosua...” itulah penggalan kalimat yang selalu mengawali tiap ayat nats ini. Awal kalimat ini seolah hendak memberitahukan kita bahwa tokoh atau pemeran utama cerita nats ini adalah Yosua. Siapa sebenarnya Yosua? Semua orang tahu bahwa Yosua adalah pemimpin yang ditunjuk langsung oleh TUHAN menggantikan Musa (bdk. Yos. 1: 1-2). Mungkin pemberian nama Yosua bisa dianggap kebetulan, tetapi pemilihan Yosua bukanlah kebetulan. Yosua dipilih karena ia memang harus dipilih.Tuhan sudah menentukannya untuk menjadi alat penyelamatan TUHAN terhadap Israel.

Kitapun pasti memiliki tokoh-tokoh yang kita anggap punya andil dalam membangun hidup kita. Entah umai, bapa, tambi, bue, mama, mina, sahabat, guru, dosen atau yang lain. Dari mereka kita mendapat banyak pelajaran. Dari mereka kita mendapat banyak contoh dan teladan. Bersama mereka kita aman dan sejahtera. Apalagi bila dari mereka kita mengenal TUHAN dan mendapat keselamatan. Bagi kita mereka adalah segala-galanya. Bila mereka masih ada, kita menghargai mereka. Bila mereka telah tiada, kita akan terus mengenang mereka.

Kelak, kita juga akan dijadikan sama seperti mereka oleh generasi selanjutnya. Sebagai tokoh panutan, kita tidak boleh tampil biasa-biasa saja dan apa adanya. Kita harus layak menjadi seorang teladan. Apalagi bila kita menjadi seorang yang mengabarkan kasih dan keselamatan dari TUHAN.

(5)

Jumat, 12 Agustus 2011 Yosua 11:1-9 TUHAN BERPERANG UNTUKMU

Hanya ada dua oknum yang tidak pernah merasa mengantuk dan tidak pernah punya keinginan untuk tidur. Jawabnya: TUHAN dan Iblis. Iblis tidak tidur demi mengintai manusia mana yang akan dijadikan mangsa untuk melakukan perbuatan dosa dan melawan kehendak TUHAN. TUHAN tidak tidur demi melindungi manusia yang diintai Iblis. Hal ini juga hendak memberitahukan bahwa peperangan rohani bukan hanya melawan Iblis, tetapi melawan TUHAN. Orang Kristen berperang melawan Iblis karena berusaha menjaga ketaatan kepada TUHAN. Tetapi jika kita mau jujur, ada orang Kristen yang melawan TUHAN demi memenuhi keinginan dagingnya. Orang-orang ini tidak menyadari bahwa ia sudah memelihara ketaatan kepada Iblis. Singkatnya berarti ia sedang melawan TUHAN.

Apa yang dilakukan Iblis ketika orang Kristen melawan TUHAN. Iblis duduk di bangku penonton dengan santainya sambil bersorak. Tetapi apa yang dilakukan TUHAN ketika orang Kristen berperang melawan Iblis? TUHAN turun tangan membela. Hebatnya, TUHAN tidak hanya angkat senjata bagi orang Kristen yang melawan Iblis, tetapi juga yang melawan diri-Nya sendiri. Sebab, baik dalam diri orang Kristen yang berperang melawan Iblis maupun yang melawan TUHAN sedang terjadi peperang rohani. TUHAN tidak bersorak ketika ada orang Kristen yang menjadi tawanan Iblis dan hidup dalam ketidakbenaran. TUHAN justru berperang untuk orang-orang ini. Ingatkah Anda makna perumpamaan Yesus tentang domba yang hilang atau anak yang hilang? Pemilik domba dan ayah si anak berduka dan karena dukanya mereka mengharapkan doma dan anaknya kembali. Itulah TUHAN. Karena mengharapkan orang-orang milikNya kembali, Ia bertindak.

Sesungguhnya kemenangan demi kemenangan yang diraih Yosua dan orang Israel bukan semata-mata karena Yosua dan orang Israel. Tetapi hanya karena TUHAN. TUHANlah yang berperang untuk Yosua dan seluruh Israel. Hal yang sama juga TUHAN lakukan dalam hidup kita. Tidak ada yang dapat kita andalkan dalam hidup ini selain TUHAN. Kekayaan, kedudukan, kepandaian, paras tampan dan cantik tidak menjadi kemenangan kita melawan kuasa kegelapan.

(6)

Sabtu, 13Agustus 2011 Yosua 11:16-23 BERPERANGLAH DAN MENANGKAN!

Ada dua konsekuensi perang, yakni menang dan kala. Semua pihak yang berperang menginginkan menjadi pemenang. Adalah konyol bila sudah berlelah-lelah menyusun strategi perang, membeli senjata mutakhir dan mahal, melatih para prajurit, membangun benteng dan sebagainya bila keinginannya adalah kalah perang. Bayaran sebuah peperangan sangat mahal. Itu sebabnya, apapun caranya harus menang.

Peperangan rohani orang Kristen adalah suatu kesadaran bahwa kekristenan bukan sebuah formalitas dan rutinitas belaka. Apa yang Anda lakukan hari ini mungkin sama persis dengan yang Anda lakukan kemarin.Bila Anda seorang guru yang Anda lakukan sebagai rutinitas adalah bangun pagi, mandi, sarapan, berangkat kerja, mengajar siswa, sesekali memarahi mereka karena bandel, bertemu guru yang lain, pulang ke rumah, makan siang, istirahat siang, mandi, pergi ke ibadah rumah tangga, pulang ke rumah berkumpul dengan isteri/suami dan anak-anak dan tidur lagi. Begitu seterusnya setiap hari tanpa perubahan. Dalam keadaan itu, kita mungkin merasa nyaman dan aman. Betul, jika itu berlangsung beberapa lama. Tetapi jika sepanjang hidup tanpa perubahan, lama-lama kita akan bosan dengan hidup, atau malah bosan hidup. Kita butuh hal baru. Kita butuh tantangan.

Kekristenan juga demikian. Kekristenan bukan hanya pergi dan menghadiri ibadah hari minggu, ibadah rumah tangga atau ibadah kategorial saja, tetapi kekristenan adalah menerima tantangan baru hubungan keakraban dengan TUHAN. Jelasnya, semakin kita akrab dengan TUHAN semakin kuat pula Iblis menantang kita. Saudara ingat Ayub kan? Ia mengalami peperangan rohani bukan karena ia berdosa, tetapi justru karena ia taat kepada TUHAN.

(7)

Minggu, 14 Agustus 2011 Mazmur 147:1-11 MENJADI BERKAT BUKAN SALURAN BERKAT

Seorang kakak yang pelit baru saja membeli kue di warung. Karena takut diminta adik, ia menggigit sedikit demi sedikit kuenya sembunyi-sembunyi. Lama-lama adiknya mengetahui dan berusaha meminta. Kakak berbohong tidak makan apa-apa sambil menyembunyikan kuenya dengan tangan di belakang. Ayam jago yang sejak tadi memerhatikan mendekati tangan kakak dan dengan sigap mematuk kuenya serta membawanya lari jauh.

Jika kita mengingat-ingat kembali perjalanan hidup kita? Peran yang manakah yang paling sering kita lakoni? Menjadi kakakkah? Atau menjadi adikkah? Jujur, pasti kita sering menjadi seperti kakak. Kita menganggap hidup dengan semua yang kita alami dan miliki berasal dari jerih payah sendiri. Namanya juga jerih payah. Sudah berjerih sampai payah. Tak ada yang mudah. Dalam jerih payah yang dirasakan adalah lelah, gundah, gelisah, marah, dan sebagainya. Ketika jerih payahnya menunjukkan hasil, kita begitu menjaganya. Kadang-kadang, jangankan untuk orang lain, untuk diri sendiripun kita takut berbagi. Buktinya, ketika sakit karena terlalu berjerih bekerja, kita merasa rugi membelanjakan uang jerih payah untuk obat, apalagi membayar dokter spesialis. Terlalu mahal, begitu ucap hati kita. Akhirnya, tinggallah kita terbaring dalam sakit. Syukur-syukur sembuh, kalau bertambah parah dan akhirnya meregang nyawa; lebih rugi mana?

Ataupun jika kita sering menjadi seperti si adik, kita merasa hidup ini tidak adil dengan kita. Kita selalu menjadi korban. Mau minta tolong, tetapi tidak dipedulikan. Usaha apapun gagal dan selalu berkekurangan. Kita merasa menjadi orang yang tidak diberkati dan dianaktirikan TUHAN. Kita mulai menyesali keberadaan kita di dunia dan protes kepada TUHAN.

Baik karakter seperti kakak ataupun adik sama saja. Mereka sama-sama tidak mampu melihat kekuasaan dan kemurahan TUHAN. Kakak terlalu angkuh dengan kemampuannya sehingga lupa bersyukur. Adikpun demikian, ia terlalu sibuk menghitung kesusahannya sehingga lupa bersyukur.

Nats pembacaan hari ini menceritakan tentang kekuasaan dan kemurahan TUHAN atas alam semesta dan seisinya, tak terkecuali manusia. Segala sesuatu, saya ulangi, segala sesuatu datang dari TUHAN. TUHAN memberi sama rata kepada semua orang. Tidak ada yang dapat manusia peroleh karena usahanya sendiri. Persoalan kita sekarang adalah: mengapa ada orang kaya dan miskin; mengapa ada orang pintar dan kurang pintar; mengapa aku begitu dan mereka begitu dan sebagainya? Jawabnya: itu ada supaya kekuasaan dan kemurahan TUHAN menjadi nyata.

Bila kita menyadari bahwa kelebihan yang ada pada berasal dari TUHAN dan kita mampu bersyukur, maka kita tidak akan menikmati sendiri kelebihan itu. Kita akan dipanggil membagikannya untuk sesama. Dalam kondisi ini, bersyukur adalah bersedia memberi. Bila kita menyadari bahwa TUHAN mengijinkan kita hidup berkekurangan dan tetap mampu bersyukur, itulah berkat kita. Dalam kondisi ini, bersyukur adalah bersedia menerima apa adanya dan tidak bersungut-sungut. TUHAN memberi kita dalam ragam dan macam keadaan supaya saling melengkapi bukan saling iri.

Referensi

Dokumen terkait

Fungsi dari API ini pada umumnya adalah sebagai sumber data yang bisa digunakan untuk kebutuhan sistem atau aplikasi tertentu, API memungkinkan untuk dapat

Berdasarkan hasil penelitian pada 25 subyek yang diberi perlakuan senam Prolanis dapat disimpulkan bahwa pada kedua kelompok latihan terdapat penurunan bermakna tekanan

Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir Menguasai konsep dasar matematika, sains, Dengan ilustrasi kegiatan yang dilakukan anak usia keilmuan yang mendukung mata

artinya dalam kegiatan penyuluh-an harus diupayakan agar masyarakat dapat "belajar sambil bekerja" atau belajar dari pengalaman tentang segala sesuatu.. yang ia

Induksi Anestesi adalah tindakan untuk membuat pasien dari sadar menjadi tidak sadar, sehingga memungkinkan dimungkinkan dimulainya anestesi dan pembedahan..

Film yang dirancang adalah film fiksi pendek yang ditujukan untuk remaja akhir di wilayah perkotaan dengan konsep penyutradaraan yang ingin menyampaikan bahwa pelaku

Dari hasil uji yang menunjukan bahwa variabel harga berpengaruh signifikan terhadap keputusan studi hal ini dikarenakan perekonomian di daerah Tanimbar yang belum

Dari rumusan masalah tersebut maka pertanyaan penelitian (research question) adalah sebagai berikut:1) Berapa besar dampak konsumsi wisatawan baik wisnus maupun wisman