Kode Rumpun Ilmu: 351/Kesehatan Masyarakat
LAPORAN KEMAJUAN
PENELITIAN DOSEN MADYA
HUBUNGAN RIWAYAT KELUARGA, OBESITAS
DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN
DIABETES MELITUS TIPE II
Tahun Kesatu dari Rencana Satu Tahun
1. Siti Novianti, SKM., MKM
NIDN : 04-3105-8102
2. Nur Lina, SKM., M.Kes (Epid) NIDN : 04-1507-7601
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
JULI 2017
i
RINGKASAN
Diabetes Melitus (DM) Tipe 2 merupakan penyakit tidak menular yang trendnya terus meningkat dari tahun ke tahun termasuk di negara berkembang. Peningkatan DM tersebut lebih banyak diakibatkan oleh adanya perubahan gaya hidup dan pola makan masyarakat.
Penelitian ini ingin mengetahui riwayat keluarga, obesitas dan kebiasaan merokok dengan Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya. Desain penelitian menggunakan Kasus Kontrol dengan populasi penelitian adalah pasien rawat jalan Klinik Penyakit Dalam. Jumlah sampel sebanya 99 responden kelompok kasus DM dan 99 responden tidak DM/Non DM. Analisis bivariat menggunakan uji statistik chi square pada derajat kepercayaan 95%.
Hasil Uji Statistik Chi Square didapatkan bahwa riwayat keluarga dengan DM (p =0,200) dan Obesitas (p=0.728) tidak ada hubungan dengan kejadian DM. Dan variabel kebiasaan merokok (p=0.016) berhubungan dengan kejadian Diabetes Melitus dengan nilai OR 2.087 artinya responden yang mempunyai kebiasaan merokok mempunyai risiko 2.087 kali lebih besar untuk menderita Diabetes Melitus dibandingkan dengan yang tidak memiliki kebiasaan merokok.
ii
PRAKATA
Alhamdulillahi rabbil’alamin, segala puji kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan laporan kemajuan penelitian dosen pemula yang berjudul ” HUBUNGAN RIWAYAT KELUARGA, OBESITAS DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELITUS TIPE II”.
Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :
1. Edi Hermawan, Drs., M.Pd sebagai Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan yang telah mendorong penyelesaian pembuatan laporan penelitian
2. Direktur RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya yang telah memberikan izin penelitian
3. Rekan-rekan dosen Fakultas Ilmu Kesehatan yang telah banyak membantu 4. Staf kesekretariatan yang telah mendukung dan membantu administrasi
5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut membantu terselesaikannya laporan penelitian ini.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dengan pahala yang berlipat ganda.
Terakhir, kami berharap semoga laporan kemajuan penelitian ini bisa diterima dengan baik.
Tasikmalaya, 20 Juli 2017
iii
D
AFTAR ISI Halaman Judul Halaman Pengesahan ... i Ringkasan ... ii Prakata ... iii Daftar Isi ………. iv Daftar Tabel ... v Daftar Gambar ... viDaftar Lampiran ... vii
BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang ... 1
B Perumusan Masalah ………. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Pengertian ... ... 3 B Klasifikasi ... 3 C Patofisiologi ... 3 D Diagnosis ... 5 E Faktor Risiko ... 5 F Kerangka Teori ... 6
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN A Tujuan Penelitian ………. 7
B Manfaat Penelitian ……….. 7
C Luaran Penelitian ... 7
BAB IV METODE PENELITIAN A Kerangka Konsep ... 8
B Hipotesis ... 8
C Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 8
D Metode ... 9
E Populasi Sampel ... 9
F Instrumen Penelitian ... 9
G Pengolahan Data ... 9
BAB V HASIL YANG DICAPAI A Hasil Analisis Univariat ... 10
B Hasil Analisis Bivariat ... 13
BAB VI RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ... 16
BAB VI SIMPULAN ... 17 DAFTAR PUSTAKA
iv
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 3.1 Definisi Operasional 8
Tabel 5.1 Data Statistik Responden Berdasarkan Usia 10 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 10 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan 10 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan 11
Tabel 5.5 Data Statistik Responden Berdasarkan Tinggi Badan 11 Tabel 5.6 Data Statistik Responden Berdasarkan Berat Badan 11 Tabel 5.7 Data Statistik Responden Berdasarkan IMT 12 Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan
Merokok 13
Tabel 5.9 Data Statistik Responden Berdasarkan Lama Menderita DM 13 Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Keluarga
Dengan Diabetes Melitus 13
Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Responden dengan DM 14 Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Obesitas 14 Tabel 5.13 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan
Merokok 14
Tabel 5.14 Tabel Silang Hubungan Antara Riwayat Keluarga Menderita
Hipertensi dengan Kejadian DM 15
Tabel 5.15 Tabel Silang Hubungan Antara Obesitas dengan Kejadian DM 15 Tabel 5.16 Tabel Silang Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Draft Jurnal
2. Organisasi Penelitian 3. Riwayat Hidup Peneliti
1 BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) merupakan kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang progresif dilatarbelakangi oleh resistensi insulin (Soegondo dkk, 2009). Diabetes Melitus (DM) biasa disebut dengan the silent killer karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan. Pada umumnya, penyakit yang akan ditimbulkan berupa gangguan serius yang termasuk dalam kasus gawat darurat yaitu, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kerusakan ginjal, katarak, infeksi kulit berat, penyakit pembuluh darah otak. Klasifikasi dari Diabetes Melitus menurut Arif Mansjoer (2001) adalah : Diabetes tipe 1 Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) / Diabetes Melitus tergantung pada insulin dan diabetes tipe 2 Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) / Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (Soejono, 2005).
Peningkatan jumlah penderita DM yang sebagian besar DM tipe 2, berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah, faktor risiko yang dapat diubah dan faktor lain. Menurut American Diabetes Association (ADA) bahwa DM berkaitan dengan faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi riwayat keluarga dengan DM (first degree relative), umur ≥45 tahun, etnik, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi >4000 gram atau riwayat pernah menderita DM gestasional dan riwayat lahir dengan berat badan rendah (<2,5 kg). Faktor risiko yang dapat diubah meliputi obesitas berdasarkan IMT ≥25 kg/m2 atau lingkar perut ≥80 cm pada wanita dan ≥90 cm pada laki-laki, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemi dan diet tidak sehat (ADA, 2013).
Melihat bahwa Diabetes Mellitus akan memberikan dampak terhadap kualitas sumber daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar, maka sangat diperlukan program pengendalian Diabetes Mellitus Tipe 2. Diabetes Mellitus Tipe 2 bisa dicegah, ditunda kedatangannya atau dihilangkan dengan mengendalikan faktor resiko (Kemenkes, 2010). Faktor resiko penyakit tidak menular, termasuk DM Tipe 2, dibedakan menjadi dua. Yang pertama adalah faktor risiko yang tidak dapat
2 berubah misalnya jenis kelamin, umur, dan faktor genetik. Yang kedua adalah faktor risiko yang dapat diubah misalnya kebiasaan merokok (Bustan, 2000).
WHO pada September 2012 menjelaskan bahwa jumlah penderita DM di dunia mencapai 347 juta orang dan lebih dari 80% kematian akibat DM terjadi pada negara miskin dan berkembang. Sedangkan dalam Diabetes Atlas 2000 (International Diabetes Federation) diperkirakan pada tahun 2020 nanti akan ada sejumlah 178 juta penduduk Indonesia berusia diatas 20 tahun dengan asumsi prevalensi DM sebesar 4,6% akan didapatkan 8,2 juta pasien menderita DM. Ditambah lagi hasil penelitian yang dilakukan oleh Litbang Depkes 2008 di seluruh provinsi menunjukkan bahwa prevalensi nasional untuk toleransi glukosa tertanggu (TGT) adalah sebesar 10,25% dan untuk DM adalah sebesar 5,7%.2,3. Prevalensi nasional DM berdasarkan pemeriksaan gula darah pada penduduk usia >15 tahun di perkotaan 5,7%, prevalensi kurang makan buah dan sayur sebesar 93,6%, dan prevalensi kurang aktifitas fisik pada penduduk >10 tahun sebesar 48,2% disebutkan pula bahwa prevalensi merokok setiap hari pada penduduk >10 tahun sebesar 23,7% (Depkes, 2008).
Berdasarkan data RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya, proporsi pasien DM di Klinik Penyakit Dalam dari tahun 2014 terus meningkat jumlahnya dan termasuk tiga besar penyakit tidak menular.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah hubungan riwayat keluarga, obesitas dan kebiasaan merokok dengan kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya.”
3 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin (Soegondo dkk, 2009). Diabetes Mellitus adalah kondisi abnormalitas metabolisme karbohidrat yang disebabkan oleh defisiensi (kekurangan) insulin, baik secara absolute (total) maupun sebagian (Soewondo,2005).
Gejala penyakit DM dari satu penderita ke penderita lain bervariasi bahkan mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun sampai saat tertentu.
1. Pada permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi serba banyak (Poli), yaitu: 1) Banyak makan (poliphagia).
2) Banyak minum (polidipsia). 3) Banyak kencing (poliuria).
2. Bila keadaan tersebut tidak segera diobati, akan timbul gejala: 1) Banyak minum.
2) Banyak kencing
3) Nafsu makan mulai berkurang/ berat badan turun dengan cepat (turun 5 – 10 kg dalam waktu 2-4 minggu).
4) Mudah lelah.
5) Bila tidak segera diobati, akan timbul rasa mual, bahkan penderita jatuh koma .
B. Klasifikasi
American Diabetis Association (ADA) memperkenalkan sistem klasifikasi berbasis etiologi dan kriteria diagnosa untuk diabetes yang diperbaharui pada tahun 2010. Sistem klasifikasi ini menjelaskan tipe diabetes, antaranya :
1. Diabetes Mellitus Tipe 1 (IDDM) 2. Diabetes Mellitus Tipe 2 (NIDDM) 3. Diabetes Autoimun Fase Laten 4. Maturity-Onset diabetes of youth
4 5. Sebab lain. ( Barclay L, 2010)
C. Patofisiologi a. DM Tipe 1
DM Tipe I Pada Diabetes tipe I terdapat ketidak mampuan pankreas menghasilkan insulin karena hancurnya sel-sel beta pulau langerhans. Dalam hal ini menimbulkan hiperglikemia puasa dan hiperglikemia post prandial (Corwin, 2000).
Dengan tingginya konsentrasi glukosa dalam darah, maka akan muncul glukosuria (glukosa dalam darah) dan ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan (diuresis osmotic) sehingga pasien akan Universitas Sumatera Utara mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia) (Corwin, 2000). Defesiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak sehingga terjadi penurunan berat badan akan muncul gejala peningkatan selera makan (polifagia). Akibat yang lain yaitu terjadinya proses glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukogeonesis tanpa hambatan sehingga efeknya berupa pemecahan lemak dan terjadi peningkatan keton yangdapat mengganggu keseimbangan asam basa dan mangarah terjadinya ketoasidosis (Corwin, 2000).
b. DM Tipe 2
Terdapat dua masalah utama pada DM Tipe II yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan berkaitan pada reseptor kurang dan meskipun kadar insulin tinggi dalam darah tetap saja glukosa tidak dapat masuk kedalam sel sehingga sel akan kekurangan glukosa (Corwin, 2000). Mekanisme inilah yang dikatakan sebagai resistensi insulin. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah yang berlebihan maka harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Namun demikian jika sel-sel beta tidak mampu mengimbanginya maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadilah DM tipe II (Corwin, 2000).
D. Diagnosis
Kriteria untuk diagnosis termasuk pengukuran kadar A1c hemoglobin (HbA1c), kadar glukosa darah sewaktu atau puasa, atau hasil dari pengujian
5 toleransi glukosa oral. The American Diabetes Association mendefinisikan diabetes mempunyai dua kemungkinan yaitu pada pengukuran kadar glukosa darah puasa,ia menunjukkan bacaan sebanyak minimal 126 mg / dL setelah puasa selama 8 jam. Kriteria lainnya adalah kadar glukosa darah sewaktu minimal 200 mg / dL dengan adanya kelainan berupa poliuria, polidipsia, penurunan berat badan, kelelahan, atau gejala karakteristik lain dari diabetes. Pengujian kadar glukosa sewaktu dapat digunakan untuk skrining dan diagnosis, namun sensitivitas hanyalah 39% hingga 55% (Barclay,2010).
Uji diagnostik yang utama untuk diabetes adalah tes toleransi glukosa oral, di mana pasien akan diminta untuk berpuasa selama 8 jam dan kemudian ditambah dengan beban 75 g glukosa. Diagnosis terhadap diabetes akan ditegakkan sekiranya kadar glukosa darah melebihi 199 mg / dL. Selain itu, kadar glukosa darah puasa dianggap abnormal sekiranya berkisar antara 140-199 mg / dL selepas 2 jam mengambil beban glukosa. American Diabetes Association mendefinisikan terdapat gangguan pada kadar glukosa darah puasa sekiranya KGD diantara 100-125 mg / dL (Barclay,2010). Pengujian tingkat HbA1c, yang tidak memerlukan puasa sangat berguna baik untuk diagnosis atau skrining. Diabetes dapat didiagnosa sekiranya kadar HbA1c adalah minimum 6,5% pada 2 pemeriksaan yang terpisah. Antara keterbatasannya adalan, mempunyai uji sensitivitas yang rendah dan terdapat perbedaan pada interpretasi mengikut ras, ada tidaknya anemia, danpada penggunaan obat-obatan yang tertentu ( Barclay L,2010).
Dengan demikian, meminum larutan glukosa 50 g (Glucola; Ames Diagnostik, Elkhart, Indiana) adalah tes yang paling umum dilakukan untuk Gestational Diabetes dimana diperlukan 75-g atau 100-g uji toleransi glukosa oral untuk mengkonfirmasi hasil tes skrining yang positif ( Barclay L,2010).
E. Faktor Risiko
Faktor risiko diabetes tipe 2 terbagi atas: Faktor risiko yang tidak dapat diubah seperti ras, etnik, riwayat keluarga dengan diabetes, usia > 45 tahun, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir lebih dari 4 kg, riwayat pernah menderita DM Gestasional dan riwayat berat badan lahir rendah < 2,5 kg. Faktor risiko yang dapat diperbaiki seperti berat badan lebih (indeks massa tubuh > 23kg/m2, kurang
6 aktivitas fisik, hipertensi(>140/90 mmHg), dislipidemia (HDL 250 mg/dl dan diet tinggi gula rendah serat. Faktor risiko lain yang terkait dengan risiko diabetes seperti penderita sindrom ovarium poli-kistik, atau keadaan klinis lain yang terkait dengan ressitensi insulin, sindrom metabolik, riwayat toleransi glukosa terganggu/glukosa darah puasa terganggu dan riwayat penyakit kardiovascular (stroke, penyempitan pembuluh darah koroner jantung, pembuluh darah arteri kaki) (Tedjapranata M, 2009).
F. Kerangka Teori
Gambar 3.1 Kerangka Teori Faktor Risiko Tidak
dapat Diubah : - Ras - Etnik - Riwayat keluarga - Usia > 45 tahun - Riwayat BBLR - Riwayat DM Gestasional - Jenis Kelamin
Faktor Risiko yang Dapat Diubah : - Berat badan lebih - Kurang aktifitas fisik - Dislipidemia - Hipertensi - Diet tinggi gula - Diet rendah serat
7 BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui proporsi Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD dr. Sokardjo Kota Tasikmalaya
2. Mengetahui riwayat keluarga, obesitas dan kebiasaan merokok di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya
3. Menganalisis hubungan riwayat keluarga dengan kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya
4. Menganalisis hubungan obsitas dengan kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya
5. Menganalisis hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya
B. Manfaat Penelitian
1. Memberi pengalaman penelitian yang berhubungan dengan epidemiologi kesehatan penyakit tidak menular
2. Menjadi tambahan informasi mengenai hasil penelitian tentang faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Melitus Tipe II
C. Luaran Penelitian
Penelitian ini akan menghasilkan luaran berupa artikel ilmiah yang akan dimuat pada jurnal nasional yang ber-ISSN.
8 BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
B. Hipotesis
1. Ada hubungan antara riwayat keluarga dan kejadian Diabetes Melitus di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya
2. Ada hubungan antara obesitas dan kejadian Diabetes Melitus di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya
3. Ada hubungan antara kebiasaan merokok dan kejadian Diabetes Melitus di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian
a. Variabel bebas : Riwayat Keluarga, Obesitas dan Kebiasaan Merokok b. Variabel terikat : kejadian Diabetes Melitus
2. Definisi Operasional
Tabel 4.1
Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Kategori Skala
Diabetes Melitus Tipe II
Kondisi penyakit yang disebabkan karena meningkatkan kadar gula darah Data Rekam Medik 1. DM 2. Non DM Nominal Riwayat Keluarga
Riwayat kekerabatan dekat (orangtua, kakek/nenek) yang mengalami DM tipe II
Wawancara 1. Ada 2. Tidak ada
Nominal
Obesitas Kondisi kegemukan berdasarkan pengukuran
Wawancara dan Observasi
1. Ya, jika IMT >25 Nominal Riwayat Keluarga Diabetes Melitus Obesitas Kebiasaan Merokok
9 Indeks Massa Tubuh (IMT) 2. Tidak, jika IMT
<25 Kebiasaan
Merokok
Perilaku merokok responden Wawancara 1. Perokok 2. Pernah
Merokok 3. Bukan Perokok
Ordinal
D. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan kuantitatif, dengan jenis penelitian kasus kontrol dengan membandingkan kelompok yang menderita penyakit Diabetes Mellitus dan yang tidak sakit menderita penyakit Diabetes Mellitus berdasarkan status keterpaparan riwayat keluarga menderita Diabetes Mellitus, obesitas dan kebiasaan merokok.
E. Populasi dan Sampel 1. Populasi dan Sampel
Populasi kasus dalam penelitian ini adalah pasien yang berobat di Klinik Penyakit Dalam RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya 1 bulan terakhir yang berjumlah 99 orang. Kontrol adalah pasien bukan DM yang berobat pada hari yang sama dengan kasus, dengan perbandingan kasus dengan kontrol 1:1, sehingga diperoleh jumlah sampel adalah 198 responden.
C. Instrumen Penelitian
Data penelitian yang meliputi kejadian DM, riwayat keluarga dan kebiasaan merokok diambil menggunakan kuesioner dan data rekam medis.
D. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang dikumpulkan selanjutnya diolah dan selanjutnya akan dianalisis. Analisis data meliputi analisis univariat dengan menjabarkan secara deskriptif untuk melihat distribusi variabel-variabel yang diteliti, dan analisis bivariat untuk mencari hubungan antara variabel bebas yaitu riwayat keluarga, obesitas kebiasaan merokok dengan variabel terikatnya yaitu kejadian Diabetes Melitus. Analisis bivariat menggunakan uji statistik chi square pada derajat kepercayaan 95%.
10 BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Responden 1. Usia
Usia rata- rata responden 54 tahun dengan umur paling muda 38 tahun dan paling tua 77 tahun.
Tabel 5.1
Data Statistik Responden Berdasarkan Usia di RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2017
Data Statistik Nilai
Usia rata rata (Mean) 54,18
Nilai median 52,00
Standar deviasi 9,14
Usia paling muda 38
Usia paling tua 77
2. Jenis Kelamin
Sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan (60, 6%) sedangkan sisanya berjenis kelamin laki-laki (39,4%).
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2017
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki laki 78 39.4
Perempuan 120 60.6
Jumlah 198 100.0
3. Jenis Pekerjaan
Sebagian besar responden mempunyai jenis pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) yaitu sebanyak 41.9%. Sebanyak 32.3% bekerja sebagai PNS sedangkan sisanya bekerja sebagai wiraswasta dan buruh.
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan di RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2017
Jenis Pekerjaan Frekuensi Persentase
IRT 83 41.9
Wiraswasta 17 8.6
PNS 64 32.3
Buruh 34 17.2
11 4. Tingkat Pendidikan
Sebagian besar responden mempunyai tingkatan pendidikan dasar yaitu SD (44.4%) dan SMP 23.7%. Responden yang berpendidikan menengah 8,6% dan yang berpendidikan tinggi sebanyak 23.2%.
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2017
Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase
SD 88 44.4 SMP 47 23.7 SMA 17 8.6 PT 46 23.2 Jumlah 198 100.0 5. Tinggi Badan
Rata-rata tinggi badan responden 157 cm, Respoden paling tinggi mempunyai ukuran tinggi badan 172 cm, sedangkan paling pendek mempunyai ukuran tinggi badan 145 cm.
Tabel 5.5
Data Statistik Responden Berdasarkan Tinggi Badan di RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2017
Data Statistik Nilai
Tinggi badan rata rata (Mean) 157.45
Median 158.00
Modus 150
Standar deviasi 6.882
Tinggi badan paling rendah 145
Tinggi badan paling tinggi 172
6. Berat Badan
Rata-rata berat badan responden 56.92 cm, respoden paling berat mempunyai ukuran berat badan 92 kg sedangkan paling ringan mempunyai ukuran berat badan 38 kg.
12 Tabel 5.6
Data Statistik Responden Berdasarkan Berat Badan di RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2017
Data Statistik Nilai
Berat badan rata rata (Mean) 56.92
Median 56.00
Modus 50
Standar deviasi 8.228
Berat badan paling rendah 38
Badan badan paling tinggi 92
7. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Rata-rata Indeks Massa Tubuh (IMT) responden adalah 22.94, dengan IMT paling tinggi 34 dan IMT paling rendah 17.
Tabel 5.7
Data Statistik Responden Berdasarkan Indek Masa Tubuh di RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2017
Data Statistik Nilai
IMT rata rata (Mean) 22.94
Median 22.90
Modus 23
Standar deviasi 2.732
IMT paling rendah 17
IMT paling tinggi 34
8. Kebiasaan Merokok
Sekitar setengah responden (50.5%) responden mempunyai kebiasaan merokok, 15, 7 % dulunya adalah perokok namun pada saat penelitian sudah berhenti merokok.
13 Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok di RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2017
Jenis Pekerjaan Frekuensi Persentase
Perokok 67 33.8 Bukan perokok 100 50.5 Sudah berhenti merokok 31 15.7 Jumlah 198 100.0 B. Analisis Univariat
1. Lama menderita Diabetes Mellitus
Pada responden dengan kasus Diabetes Melitus rata-rata sudah menderita Diabetes Mellitus selama 4.5 tahun, dengan rentang waktu menderita Diabetes Mellitus dari 1 tahun sampai dengan 30 tahun.
Tabel 5.9
Data Statistik Responden Berdasarkan Lama Menderita DM di RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2017
Data Statistik Nilai
Lama DM rata rata (Mean) 4.560
Median 3.000
Modus 2.0
Standar deviasi 5.3567
Lama DM paling rendah .1
Lama DM paling tinggi 30.0
2. Riwayat Keluarga Menderita Diabetes Mellitus
Sebagian besar responden tidak mempuanyai riwayat keluarga menderita Diabetes mellitus (53%) sedangkan sisanya tidak memiliki riwayat keluarga menderita Diabetes Mellitus (47%).
Tabel 5.10
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Keluarga Menderita Diabetes Melitus di RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2017
Riwayat Keluarga DM Frekuensi Persentase Ada 93 47.0 Tidak ada 105 53.0 Jumlah 198 100.0
14 Anggota keluarga yang menderita DM sebagain besar adalah ayah (18.2%), ibu (7.6%) sisanya kakak dan paman.
Tabel 5.11
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Anggota Keluarga yang Menderita Diabetes Mellitus di RSUD Dr. Soekardjo Kota
Tasikmalaya Tahun 2017 Riwayat Keluarga DM Frekuensi Persentase Adik 2 1.0 Anak 1 .5 Ayah 36 18.2 Bibi 5 2.5 Ibu 15 7.6 Kakak 7 3.5 Kakek 13 6.6 Nenek 3 1.5 Paman 11 5.6 Total 198 100.0 3. Obesitas
Hasil pengukuran didapatkan sebesar 21.2% responden mengalami kegemukan (obese) sedangkan sisanya (21.2%) tidak menderita kegemukan (tidak obese).
Tabel 5.12
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Obesitas di RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2017
Obesitas Frekuensi Persentase
Obese 42 21.2
Tidak obese 156 78.8
Jumlah 198 100.0
4. Kebiasaan Merokok
Sebanyak 49.5% responden mempunyai kebiasaan merokok (pernah/ saat ini sedang merokok). Responden yang tidak merokok sebanyak 50.5%.
Tabel 5.13
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok di RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2017
Status Merokok Frekuensi Persentase
Merokok/pernah 98 49.5
tidak merokok 100 50.5
15 C. Analisis Bivariat
1. Hubungan antara riwayat keluarga dan kejadian Diabetes Melitus di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya
Tabel 5.14
Tabel Silang Hubungan Antara Riwayat Keluarga Menderita Hipertensi dengan Kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya
Tahun 2017 Riwayat
Keluarga DM
DM(%) Non DM (%) Jumlah (%) P value
Ada 51 (54.83) 42 (45,16) 93(100) 0,200
Tidak Ada 48 (45,71) 57(54.29) 105(100)
Total 99(50%) 99(50%) 198(100)
Kejadian DM lebih banyak didapatkan pada responden yang mempunyai riwayat keluarga menderita DM (54.83%) dibandingakan dengan responden yang tidak ada/ tidak memiliki riwayat keluarga DM (45.71%). Responden yang tidak menderita Diabetes Melitus lebih banyak yang tidak memiliki riwayat keluarga DM (54.29%) dibandingkan yang memiliki riwayat DM (45.16) namun hasil Uji statistic Chi square didapatkan nilai P value 0, 200, artinya tidak ada hubungan antara riwayat keluarga DM dengan kejadian DM di RSUD Dr Soekarjo.
2. Hubungan antara Obesitas dan Kejadian Diabetes Melitus di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya
Tabel 5.15
Tabel Silang Hubungan Antara Obesitas dengan Kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2017
Obesitas DM(%) Non DM (%) Jumlah (%) P value
obese 22 (52.38) 20(47.62) 42(100) 0.862
Tidak obese 77(49.36) 79(50.60) 156(100) Total 99(50%) 99(50%) 198(100)
Diabetes mellitus lebih banyak didapatkan pada responden yang obese (52.38%) dibandingkan dengan yang tidak obese (49.36%). Responden yang tidak DM (non DM ) lebih banyak didapatkan pada responden yang tidak obese (50.60%) dibandingkan yang obese (47.62%). Hasil Uji statistik chi square didapatkan nilai p =0.728, artinya tidak ada hubungan antara obesitas dengan kejadian Diabetes melitus.
16 3. Hubungan antara Kebiasaan Merokok dan kejadian Diabetes Melitus di RSUD
dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya
Tabel 5.15
Tabel Silang Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Diabetes Melitus di RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2017 Kebiasaan Merokok DM(%) Non DM (%) Jumlah (%) P value OR (95%CI Merokok 58(59.18) 40(40.82) 98(100) 0.016 2.087(1.18-3.67) Tidak Merokok 41(41.00) 59(59.00) 100(100) Total 99(50%) 99(50%) 198(100)
Diabetes melitus lebih banyak didapatkan pada responden yang mempunyai kebiasaan merokok (59.18%) dibandingkan dengan yang tidak merokok (41.00%). Responden yang tidak DM (non DM ) lebih banyak didapatkan pada responden yang tidak merokok (59%) dibandingkan yang merokok (40.82%). Hasil Uji statistik chi square didapatkan nilai p =0.016 artinya ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian Diabetes mellitus dengan nilai OR 2.087 artinya responden yang mempunyai kebiasaan merokok mempunyai risiko 2.087 kali lebih besar untuk menderita Diabetes Melitus dibandingkan dengan yang tidak memiliki kebiasaan merokok.
BAB VI
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
A. Selanjutnya akan dilakukan pembahasan berdasarkan hasil analisis bivariat, dihubungkan dengan teori maupun perbandingan dengan penelitian lain.
B. Hasil luaran berupa jurnal akan dilengkapi untuk selanjutnya dikirimkan untuk dimuat pada jurnal ilmiah nasional ber- ISSN tidak terakreditasi
17 BAB VII
KESIMPULAN
1. Riwayat keluarga tidak berhubungan dengan DM (p =0,200) dan 2. Obesitas tidak ada hubungan dengan kejadian DM (p=0.728).
3. Kebiasaan merokok (p=0.016) berhubungan dengan kejadian Diabetes Melitus dengan nilai OR 2.087 artinya responden yang mempunyai kebiasaan merokok mempunyai risiko 2.087 kali lebih besar untuk menderita Diabetes Melitus dibandingkan dengan yang tidak memiliki kebiasaan merokok
18 DAFTAR PUSTAKA
Addisu Y. Mengesha. Hypertension and related risk factors in type 2 diabetes mellitus (DM) patients in Gaborone City Council (GCC) Clinics, Gaborone, Botswana. African Health Sciences Vol 7 No 4 December 2007
American Diabetes Association (ADA). Classification and Diagnosis. Diabetes Care 2013; 36(Suppl.1): S13.
Barclay L. Diabetes Diagnosis & Screening Criteria Reviewed. 2010. Available from : http://www. medscape.com. diakses pada 20 Januari 2017
Bustan. 2010. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Corwin,. J. Elizabeth. Patofisiologi. 2001. EGC, Jakarta
Christopher C. Asuzu a , Rebekah J. Walker b,c,d , Joni Strom Williams. Pathways for the relationship between diabetes distress, depression, fatalism and glycemic control in adults with type 2 diabetes. Journal of Diabetes and Its Complications 31 (2017) 169–174. Diakses dari www.jdc journal.com pada tanggal 1 Februari 2017
David J. Hunter, K. Srinath Reddy. Noncommunicable Diseases. review article. N Engl J Med 2013;369:1336-43. Diakses dari nejm.org pada January 29, 2017
Departemen Kesehatan. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Melitus.
Departemen Kesehatan. 2008. Kurikulum & Modul Diabetes Melitus.
Guo-li Du, Yin-xia Su, Hua Yao, Jun Zhu, et al. Metabolic Risk Factors of Type 2 Diabetes Mellitus and Correlated Glycemic Control/ Complications: A Cross-Sectional Study between Rural and Urban Uygur Residentsin Xinjiang Uygur Autonomous Region. PLOS ONE DOI:10.1371/journal.pone.0162611 September 13, 2016.
Ike S. Okosun, Rodney Lyn. Prediabetes awareness, healthcare provider’s advice, and lifestyle changes in American adults. International Journal of Diabetes Mellitus. (2015) 3, 11-18. Published by Elsevier Ltd.
International Diabetes Federation. 2011. One Adult In Ten Will Have Diabetes By 2030. [http://www.idf.org/mediaevents/press-releases/2011/diabetes-atlas-8th-edition. Diakses pada 31 Januari 2017
Kementerian Kesehatan. 2010. Petunjuk Teknis Pengukuran Faktor Risiko Diabetes Melitus.
Perkeni, 2010. Konsensus Pengelolaan Diabetes Mellitus tipe 2 di Indonesia. Jakarta, Perkeni
19 Diabetologia Kliniczna 2015, tom 4, 4, 163–171 DOI: 10.5603/DK.2015.0018
Received: 05.08.2015 Accepted: 06.10.2015
Mega Yuni Wulandari, Muhammad Atoillah Isfandiari. Kaitan Sindroma Metabolik dan Gaya Hidup dengan Gejala Komplikasi Mikrovaskuler. Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 1, No. 2 September 2013: 224–233
Marmot, M., & Allen, J. (2014). Social Determinants of Health Equity. American
Journal of Public Health, 104(S4), S517–S519.
http://dx.doi.org/10.2105/ajph.2014.302200
Salwa Selim Ibrahim Abougalambou, Mafauzy Mohamed, Syed Azhar Syed Sulaiman, et al. Current clinical status and complications among type 2 diabetic patients in Universiti Sains Malaysia hospital. International Journal of Diabetes Mellitus 2 (2010) 184–188. Diakses dari www.elsevier.com/locate/ijdm
Soegondo S. Diagnosis dan Kalsifikasi Diabetes Mellitus Terkini. Dalam Soegondo S dkk (eds), Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Penerbit FKUI. Jakarta. 2005.
Suyono S. Patofisiologi Diabetes Mellitus. Dalam Soegondo S dkk (eds), Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Penerbit FKUI. Jakarta. 2005.
Sreenivasa Rao Kondapally Seshasai, Stephen Kaptoge, Alexander Thompson, et al. Diabetes Mellitus, Fasting Glucose, and Risk of Cause-Specific Death. The New England Journal of Medicine, 364 (9); March 3, 2011. Diakses dari nejm.org pada January 29, 2017
Shara Kurnia Trisnawati , Soedijono Setyorogo. Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe II Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(1); Jan 2013
Sri Trisnawati, Tangking Widarsa dan Ketut Suastika. Faktor risiko diabetes mellitus tipe 2 pasien rawat jalan di Puskesmas Wilayah Kecamatan Denpasar Selatan. Public Health and Preventive Medicine Archive, Volume 1, Nomor 1, Juli 2013 Suyono S. Kecenderungan Peningkatan Jumlah Penyandang Diabetes dan Patofisiologi
Diabetes Melitus. Dalam: Sugondo S, Soewondo P, Subekti I, editor (penyunting). Penatalaksanaan diabetes melitus terpadu. Edisi ke-2. Jakarta: FKUI; 2009. hlm. 7-18
Waldemar Karnafel, Barbara Możejko-Pastewka, 2015, Obesity And Risk Of Type 2 DM And Certain Types Of Cancer, Diabetologia Kliniczna 2015, tom 4, 4, 163–171 DOI: 10.5603/DK.2015.0018 Received: 05.08.2015
Anna Maria Sirait, Eva Sulistiowati, Marice Sihombing, Aria Kusuma, Sri Idayani, 2015, Insiden Dan Faktor Risiko Diabetes Melitus Pada Orang Dewasa Di Kota Bogor. Studi Kohor Prospektif Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular, Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 18 No. 2 April 2015: 151–160.
20 .
Lampiran 1
Susunan Organisasi dan Pembagian Tugas
No. Nama/NIDN Asal
Instansi Bidang Ilmu Alokasi waktu (jam /minggu Uraian Tugas 1. Siti Novianti, S.KM., M.KM NIDN 04-3105-8102 Universitas Siliwangi Kesehatan Masyarakat 8 jam/ minggu Pengumpulan data dan analisis data 2. Nur Lina, S.KM., M.Kes (Epid) NIDN 04-1507-7601 Universitas Siliwangi Kesehatan Masyarakat 6 jam/ minggu Pengumpulan data dan analisis data
Draft Jurnal
HUBUNGAN RIWAYAT KELUARGA, OBESITAS DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELITUS TIPE II
Siti Novianti, Nur Lina
RINGKASAN
Diabetes Melitus (DM) Tipe 2 merupakan penyakit tidak menular yang trendnya terus meningkat dari tahun ke tahun termasuk di negara berkembang. Peningkatan DM tersebut lebih banyak diakibatkan oleh adanya perubahan gaya hidup dan pola makan masyarakat. Penelitian ini ingin mengetahui riwayat keluarga, obesitas dan kebiasaan merokok dengan Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya. Desain penelitian menggunakan Kasus Kontrol dengan populasi penelitian adalah pasien rawat jalan Klinik Penyakit Dalam. Jumlah sampel sebanya 99 responden kelompok kasus DM dan 99 responden tidak DM/Non DM. Analisis bivariat menggunakan uji statistik chi square pada derajat kepercayaan 95%.
Hasil Uji Statistik Chi Square didapatkan bahwa riwayat keluarga dengan DM (p =0,200) dan Obesitas (p=0.728) tidak ada hubungan dengan kejadian DM. Dan variabel kebiasaan merokok (p=0.016) berhubungan dengan kejadian Diabetes Melitus dengan nilai OR 2.087 artinya responden yang mempunyai kebiasaan merokok mempunyai risiko 2.087 kali lebih besar untuk menderita Diabetes Melitus dibandingkan dengan yang tidak memiliki kebiasaan merokok.
Kata kunci : riwayat keluarga, obesitas, merokok, DM I. Latar Belakang
Peningkatan jumlah penderita DM yang sebagian besar DM tipe 2, berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah, faktor risiko yang dapat diubah dan faktor lain. Menurut American Diabetes Association (ADA) bahwa DM berkaitan dengan faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi riwayat keluarga dengan DM (first degree relative), umur ≥45 tahun, etnik, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi >4000 gram atau riwayat pernah menderita DM gestasional dan riwayat lahir dengan berat badan rendah (<2,5 kg). Faktor risiko yang dapat diubah meliputi obesitas berdasarkan IMT ≥25 kg/m2 atau lingkar perut ≥80 cm pada wanita dan ≥90 cm pada laki-laki, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemi dan diet tidak sehat (ADA, 2013).
WHO pada September 2012 menjelaskan bahwa jumlah penderita DM di dunia mencapai 347 juta orang dan lebih dari 80% kematian akibat DM terjadi pada negara
miskin dan berkembang. Sedangkan dalam Diabetes Atlas 2000 (International Diabetes Federation) diperkirakan pada tahun 2020 nanti akan ada sejumlah 178 juta penduduk Indonesia berusia diatas 20 tahun dengan asumsi prevalensi DM sebesar 4,6% akan didapatkan 8,2 juta pasien menderita DM. Ditambah lagi hasil penelitian yang dilakukan oleh Litbang Depkes 2008 di seluruh provinsi menunjukkan bahwa prevalensi nasional untuk toleransi glukosa tertanggu (TGT) adalah sebesar 10,25% dan untuk DM adalah sebesar 5,7%.2,3. Prevalensi nasional DM berdasarkan pemeriksaan gula darah pada penduduk usia >15 tahun di perkotaan 5,7%, prevalensi kurang makan buah dan sayur sebesar 93,6%, dan prevalensi kurang aktifitas fisik pada penduduk >10 tahun sebesar 48,2% disebutkan pula bahwa prevalensi merokok setiap hari pada penduduk >10 tahun sebesar 23,7% (Depkes, 2008). Berdasarkan data RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya, proporsi pasien DM di Klinik Penyakit Dalam dari tahun 2014 terus meningkat jumlahnya dan termasuk tiga besar penyakit tidak menular.
II. Metode Penelitian
Variabel bebas adalah riwayat keluarga, obesitas dan kebiasaan merokok. Variabel terikat adalah kejadian Diabetes Melitus Tipe II. Penelitian ini menggunakan metode kasus kontrol dengan jumlah kasus sebanyak 99 dan kontrol 99. Sampel adalah pasien Klinik Penyakit Dalam di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya. Penelitian ini menggunakan uji statistik chi square pada derajat kepercayaan 95%.
III. Hasil Penelitian dan Pembahasan 3.1 Analisis Univariat
A. Karakteristik Responden 1. Usia
Usia rata- rata responden 54 tahun dengan umur paling muda 38 tahun dan paling tua 77 tahun.
Tabel 3.1
Data Statistik Responden Berdasarkan Usia di RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2017
Data Statistik Nilai
Usia rata rata (Mean) 54,18
Nilai median 52,00
Standar deviasi 9,14
Usia paling muda 38
2. Jenis Kelamin
Sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan (60, 6%) sedangkan sisanya berjenis kelamin laki-laki (39,4%).
Tabel 3.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2017
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki laki 78 39.4
Perempuan 120 60.6
Jumlah 198 100.0
3. Jenis Pekerjaan
Sebagian besar responden mempunyai jenis pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) yaitu sebanyak 41.9%. Sebanyak 32.3% bekerja sebagai PNS sedangkan sisanya bekerja sebagai wiraswasta dan buruh.
Tabel 3.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan di RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2017
Jenis Pekerjaan Frekuensi Persentase
IRT 83 41.9 Wiraswasta 17 8.6 PNS 64 32.3 Buruh 34 17.2 Jumlah 198 100.0 4. Tingkat Pendidikan
Sebagian besar responden mempunyai tingkatan pendidikan dasar yaitu SD (44.4%) dan SMP 23.7%. Responden yang berpendidikan menengah 8,6% dan yang berpendidikan tinggi sebanyak 23.2%.
Tabel 3.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2017
Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase
SD 88 44.4
SMP 47 23.7
SMA 17 8.6
PT 46 23.2
5. Tinggi Badan
Rata-rata tinggi badan responden 157 cm, Respoden paling tinggi mempunyai ukuran tinggi badan 172 cm, sedangkan paling pendek mempunyai ukuran tinggi badan 145 cm.
Tabel 3.5
Data Statistik Responden Berdasarkan Tinggi Badan di RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2017
Data Statistik Nilai
Tinggi badan rata rata (Mean) 157.45
Median 158.00
Modus 150
Standar deviasi 6.882
Tinggi badan paling rendah 145
Tinggi badan paling tinggi 172
6. Berat Badan
Rata-rata berat badan responden 56.92 cm, respoden paling berat mempunyai ukuran berat badan 92 kg sedangkan paling ringan mempunyai berat badan 38 kg.
Tabel 3.6
Data Statistik Responden Berdasarkan Berat Badan di RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2017
Data Statistik Nilai
Berat badan rata rata (Mean) 56.92
Median 56.00
Modus 50
Standar deviasi 8.228
Berat badan paling rendah 38
Badan badan paling tinggi 92
7. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Rata-rata Indeks Massa Tubuh (IMT) responden adalah 22.94, dengan IMT paling tinggi 34 dan IMT paling rendah 17.
Tabel 3.7
Data Statistik Responden Berdasarkan Indek Masa Tubuh di RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2017
Data Statistik Nilai
IMT rata rata (Mean) 22.94
Median 22.90
Modus 23
Standar deviasi 2.732
IMT paling rendah 17
IMT paling tinggi 34
8. Kebiasaan Merokok
Sekitar setengah responden (50.5%) responden mempunyai kebiasaan merokok, 15, 7 % dulunya adalah perokok namun pada saat penelitian sudah berhenti merokok.
Tabel 3.8
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok di RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2017
Jenis Pekerjaan Frekuensi Persentase
Perokok 67 33.8 Bukan perokok 100 50.5 Sudah berhenti merokok 31 15.7 Jumlah 198 100.0 3.2 Analisis Univariat
a. Lama menderita Diabetes Mellitus
Pada responden dengan kasus Diabetes Melitus rata-rata sudah menderita Diabetes Mellitus selama 4.5 tahun, dengan rentang waktu menderita Diabetes Mellitus dari 1 tahun sampai dengan 30 tahun.
Tabel 3.9
Data Statistik Responden Berdasarkan Lama Menderita DM di RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2017
Data Statistik Nilai
Lama DM rata rata (Mean) 4.560
Median 3.000
Modus 2.0
Standar deviasi 5.3567
Lama DM paling rendah .1
b. Riwayat Keluarga Menderita Diabetes Mellitus
Sebagian besar responden tidak mempuanyai riwayat keluarga menderita Diabetes mellitus (53%) sedangkan sisanya tidak memiliki riwayat keluarga menderita Diabetes Mellitus (47%).
Tabel 3.10
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Keluarga Menderita Diabetes Melitus di RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2017
Riwayat Keluarga DM Frekuensi Persentase Ada 93 47.0 Tidak ada 105 53.0 Jumlah 198 100.0
Anggota keluarga yang menderita DM sebagain besar adalah ayah (18.2%), ibu (7.6%) sisanya kakak dan paman.
Tabel 3.11
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Anggota Keluarga yang Menderita Diabetes Mellitus di RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun
2017 Riwayat Keluarga DM Frekuensi Persentase Adik 2 1.0 Anak 1 .5 Ayah 36 18.2 Bibi 5 2.5 Ibu 15 7.6 Kakak 7 3.5 Kakek 13 6.6 Nenek 3 1.5 Paman 11 5.6 Total 198 100.0 c. Obesitas
Hasil pengukuran didapatkan sebesar 21.2% responden mengalami kegemukan (obese) sedangkan sisanya (21.2%) tidak menderita kegemukan (tidak obese).
Tabel 3.12
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Obesitas di RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2017
Obesitas Frekuensi Persentase
Obese 42 21.2
Tidak obese 156 78.8
d. Kebiasaan Merokok
Sebanyak 49.5% responden mempunyai kebiasaan merokok (pernah/ saat ini sedang merokok). Responden yang tidak merokok sebanyak 50.5%.
Tabel 3.13
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok di RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2017
Status Merokok Frekuensi Persentase
Merokok/pernah 98 49.5
tidak merokok 100 50.5
Jumlah 198 100.0
3.3 Analisis Bivariat
a. Hubungan antara riwayat keluarga dan kejadian Diabetes Melitus di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya
Tabel 3.14
Tabel Silang Hubungan Antara Riwayat Keluarga Menderita Hipertensi dengan Kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2017
Riwayat Keluarga DM
DM(%) Non DM (%) Jumlah (%) P value
Ada 51 (54.83) 42 (45,16) 93(100) 0,200
Tidak Ada 48 (45,71) 57(54.29) 105(100)
Total 99(50%) 99(50%) 198(100)
Kejadian DM lebih banyak didapatkan pada responden yang mempunyai riwayat keluarga menderita DM (54.83%) dibandingakan dengan responden yang tidak ada/ tidak memiliki riwayat keluarga DM (45.71%). Responden yang tidak menderita Diabetes Melitus lebih banyak yang tidak memiliki riwayat keluarga DM (54.29%) dibandingkan yang memiliki riwayat DM (45.16) namun hasil Uji statistic Chi square didapatkan nilai P value 0, 200, artinya tidak ada hubungan antara riwayat keluarga DM dengan kejadian DM di RSUD Dr Soekarjo.
b. Hubungan antara Obesitas dan Kejadian Diabetes Melitus di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya
Tabel 3.15
Tabel Silang Hubungan Antara Obesitas dengan Kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2017
Obesitas DM(%) Non DM (%) Jumlah (%) P value
obese 22 (52.38) 20(47.62) 42(100) 0.862
Tidak obese 77(49.36) 79(50.60) 156(100) Total 99(50%) 99(50%) 198(100)
Diabetes mellitus lebih banyak didapatkan pada responden yang obese (52.38%) dibandingkan dengan yang tidak obese (49.36%). Responden yang tidak DM (non DM ) lebih banyak didapatkan pada responden yang tidak obese (50.60%) dibandingkan yang obese (47.62%). Hasil Uji statistik chi square didapatkan nilai p =0.728, artinya tidak ada hubungan antara obesitas dengan kejadian Diabetes melitus.
c. Hubungan antara Kebiasaan Merokok dan kejadian Diabetes Melitus di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya
Tabel 5.15
Tabel Silang Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Diabetes Melitus di RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2017
Kebiasaan Merokok DM(%) Non DM (%) Jumlah (%) P value OR (95%CI Merokok 58(59.18) 40(40.82) 98(100) 0.016 2.087(1.18-3.67) Tidak Merokok 41(41.00) 59(59.00) 100(100) Total 99(50%) 99(50%) 198(100)
Diabetes melitus lebih banyak didapatkan pada responden yang mempunyai kebiasaan merokok (59.18%) dibandingkan dengan yang tidak merokok (41.00%). Responden yang tidak DM (non DM ) lebih banyak didapatkan pada responden yang tidak merokok (59%) dibandingkan yang merokok (40.82%). Hasil Uji statistik chi square didapatkan nilai p =0.016 artinya ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian Diabetes mellitus dengan nilai OR 2.087 artinya responden yang mempunyai kebiasaan merokok mempunyai risiko 2.087 kali lebih besar untuk menderita Diabetes Melitus dibandingkan dengan yang tidak memiliki kebiasaan merokok.
IV. SIMPULAN
A. Riwayat keluarga tidak berhubungan dengan DM (p =0,200) dan B. Obesitas tidak ada hubungan dengan kejadian DM (p=0.728).
C. Kebiasaan merokok (p=0.016) berhubungan dengan kejadian Diabetes Melitus dengan nilai OR 2.087 artinya responden yang mempunyai kebiasaan merokok mempunyai risiko 2.087 kali lebih besar untuk menderita Diabetes Melitus dibandingkan dengan yang tidak memiliki kebiasaan merokok
RUJUKAN
American Diabetes Association (ADA). Classification and Diagnosis. Diabetes Care 2013; 36(Suppl.1): S13.
Barclay L. Diabetes Diagnosis & Screening Criteria Reviewed. 2010. Available from : http://www. medscape.com. diakses pada 20 Januari 2017
Guo-li Du, Yin-xia Su, Hua Yao, Jun Zhu, et al. Metabolic Risk Factors of Type 2 Diabetes Mellitus and Correlated Glycemic Control/ Complications: A Cross-Sectional Study between Rural and Urban Uygur Residentsin Xinjiang Uygur Autonomous Region. PLOS ONE DOI:10.1371/journal.pone.0162611 September 13, 2016.
International Diabetes Federation. 2011. One Adult In Ten Will Have Diabetes By 2030. [http://www.idf.org/mediaevents/press-releases/2011/diabetes-atlas-8th-edition.
Diakses pada 31 Januari 2017
Perkeni, 2010. Konsensus Pengelolaan Diabetes Mellitus tipe 2 di Indonesia. Jakarta, Perkeni
Soegondo S. Diagnosis dan Kalsifikasi Diabetes Mellitus Terkini. Dalam Soegondo S dkk (eds), Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Penerbit FKUI. Jakarta. 2005. Suyono S. Patofisiologi Diabetes Mellitus. Dalam Soegondo S dkk (eds), Penatalaksanaan
Diabetes Mellitus Terpadu. Penerbit FKUI. Jakarta. 2005.
Shara Kurnia Trisnawati , Soedijono Setyorogo. Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe II Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(1); Jan 2013
Waldemar Karnafel, Barbara Możejko-Pastewka, 2015, Obesity And Risk Of Type 2 DM And Certain Types Of Cancer, Diabetologia Kliniczna 2015, tom 4, 4, 163–171 DOI: 10.5603/DK.2015.0018 Received: 05.08.2015
Anna Maria Sirait, Eva Sulistiowati, Marice Sihombing, Aria Kusuma, Sri Idayani, 2015, Insiden Dan Faktor Risiko Diabetes Melitus Pada Orang Dewasa Di Kota Bogor. Studi Kohor Prospektif Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular, Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 18 No. 2 April 2015: 151–160.